skripsi 2017 hubungan antara derajat...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
2017
HUBUNGAN ANTARA DERAJAT HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DENGAN DERAJAT NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
OLEH:
ANDI WAHYULIANA YUSUF
C 111 14 017
PEMBIMBING
dr. ASHARI BAHAR, M.Kes., Sp.S., FINS
DIBAWAKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA (S1) KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
iv
v
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2017
Andi Wahyuliana Yusuf
dr. Ashari Bahar, M.Kes., Sp.S., FINS
HUBUNGAN ANTARA DERAJAT HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DENGAN DERAJAT NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
(x + 47 halaman + lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang : Nyeri punggung bawah dialami oleh 70% orang di negara - negara
maju (McIntonsh dan Hall, 2011). NPB termasuk dalam sepuluh penyakit prevalensi
tinggi di dunia. Global Burden of Disease Study (GBD) 2010 menyatakan bahwa
prevalensi nyeri punggung bawah di dunia 9,17% dengan jumlah populasi 632.045
jiwa. Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung bawah adalah
hernia nukleus pulposus.
Metode : Penelitian ini bersifat analitik observasional, dilaksanakan pada tanggal 31
September 2017 sampai dengan 30 Oktober 2017 di Instalasi Rekam Medik Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara derajat Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dengan derajat
nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Diperoleh 44 sampel dengan teknik total sampling yang memenuhi kriteria
seleksi. Data hasil penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari rekam medik
pasien dan disajikan dalam bentuk tabel disertai hasil penjelasan.
Hasil dan Simpulan : Jumlah pasien HNP yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 – September 2017
sebanyak 44 orang. Hasil analisis menunjukkan pasien HNP yang datang ke Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 –
September 2017 sebagian besar berada pada kelompok umur 51 – 60 tahun (29,5 %),
berjenis kelamin laki – laki (59,1 %), derajat HNP yang melakukan pemeriksaan MRI
terbanyak pada derajat protrusio sebanyak 27 sampel (61,4 %), derajat nyeri dengan
penilaian NPRS terbanyak pada derajat nyeri sedang sebanyak 19 sampel (43,2 %),
serta tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI
dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS (p<0,332), dimana
terdapat kekuatan korelasi yang sangat lemah (r = 0,150) dan terdapat nilai koefisien
korelasi yang positif antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri
punggung bawah pada pemeriksaan NPRS.
Kata Kunci : hernia nukleus pulposus, MRI, nyeri punggung bawah, NPRS
Daftar Pustaka : 41 (1991 – 2016)
vi
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
2017
Andi Wahyuliana Yusuf
dr. Ashari Bahar, M.Kes., Sp.S., FINS
CORRELATION BETWEEN DEGREES OF HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
WITH DEGREES OF LOW BACK PAIN IN RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
(x + 47 pages + lampiran)
ABSTRAK
Background : Low back pain is occured by 70% of people in developed countries
(McIntonsh and Hall, 2011). NPB is among the top ten prevalence diseases in the
world. The 2010 Global Burden of Disease Study (GBD) states that the prevalence of
low back pain is 632.045 people. One of the most common causes of low back pain is
a hernia nucleus pulposus.
Method : this research is observasional analitic study, held on september 31st until
october 31st 2017 at the Medical Record Installation of Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, which aims to determine the relationship between the degree of Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) with the degree of low back pain in General Hospital Center
dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. There were 44 samples collected by using total
sampling technique. The result of research was secondary data obtained from patient
medical record and presented in table form with explanation result.
Result and conclusion : Number of HNP patients that came to General Hospital dr .
Wahidin Sudirohusodo Makassar on November 2016 - September 2017 is 44 people.
The results showed that HNP patients who came to Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar in the period of November 2016 - September 2017 is mostly in the age
group of 51-60 years (29.5%), male (59.1%), HNP degree that performs the most
MRI examination is at protrusio levels with 27 sample (61,4%), the pain degree using
NPRS rating mostly happen in moderate pain degree with 19 samples (43,2%), and
there was no significant correlation between degree of HNP on MRI examination
with degree of low back pain on NPRS examination (p < 0.332), however there is a
very weak correlation strength (r = 0.150) and there is a positive correlation
coefficient value between degree of HNP on MRI examination with degree of low
back pain on NPRS examination.
Key word : hernia nucleus pulposus, MRI, low back pain, NPRS
Bibliography : 41 (1991 – 2016)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya, sehinga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Sarjana (S1) Kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan
judul: Hubungan antara Derajat Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dengan Derajat
Nyeri Punggung Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
Begitu banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam tahap
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini. Namun dengan bimbingan, kerja
sama, serta bantuan moril dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. dr. Ashari Bahar, M.Kes., Sp.S., FINS selaku pembimbing yang atas
kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses
pembelajaran dan penyelesaian skripsi.
2. Dr. dr. Andi Kurnia Bintang, Sp.S (K) MARS dan Dr. dr. Audry Devisanty
Wuysang, M.Si, Sp.S selaku penguji atas kesediaan dan saran-saran yang
diberikan pada saat seminar proposal hingga seminar akhir yang sangat
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kordinator dan seluruh staf pengajar Blok Skripsi Pendidikan Dokter
Umum dan Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama
penyusunan skripsi ini.
4. Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
5. Orang tua penulis, Drs. Muhammad Yusuf D, M. Pd dan Andi Besse, BA
serta seluruh keluarga yang senntiasa mendoakan, memberi dukungan moril,
kasih sayang, dan materil selama penyusunan skripsi.
viii
6. Teman seperjuangan skripsi, Hasri Ainun Syawal, Anildhah Wahab, Edberg
Thendean, Ayub Ade Yusuf, Hilman Hafiz, dan As‟ad Akbar yang
senantiasa membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Serta semua pihak terutama teman-teman „bisur‟ dan keluarga “acara HSF”
yang mungkin tidak sempat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih
untuk semua bantuan, baik moril maupun materil, semoga menjadi pemberat
amal kebaikan di akhirat kelak.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
bernilai pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari, tulisan ini tidak luput dari salah
dan khilaf, karena itu saran, kritik, dan masukan dari pembaca adalah sesuatu yang
senantiasa penulis harapkan demi kemajuan bersama.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapat
berkah dari Allah SWT.
Makassar, 28 Desember 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ......................................... v
RINGKASAN ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4 ManfaatPenelitian ............................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hernia Nukleus Pulposus ................................................................................... 6
2.2 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah ............................................................. 13
2.3 Numeric Pain Rating Scale (NPRS) ................................................................. 17
2.4 Hubungan Derajat HNP dengan Derajat Nyeri Punggung Bawah ................... 18
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka teori .................................................................................................. 20
3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................. 21
3.3 Definisi operasional dan kriteria objektif ......................................................... 21
3.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 23
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 24
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 24
4.3 Variabel Penelitian ........................................................................................... 24
4.4 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 25
x
4.5 Kriteria Sampel ................................................................................................. 25
4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 26
4.7 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 26
4.8 Cara Pengumpulan Data ................................................................................... 28
4.9 Pengolahan dan Penyajian Data ....................................................................... 28
4.2 Etik Penelitian ................................................................................................. 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 30
5.2 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................................ 31
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 ............................................................................................... 37
6.2 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 ............................................................................................... 39
6.3 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ................................................................. 40
6.4 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat Nyeri pada Penilaian NPRS di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ................................................................. 41
6.5 Distribusi Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah pada Penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 ............................................................................................... 43
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ........................................................................................................... 46
7.2 Saran ................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 48
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Tulang Belakang Lumbosakral ................................... 7
Gambar 2.2 Vertebra ................................................................................................... 8
Gambar 2.3 Diskus Intervertebralis ............................................................................. 9
Gambar 2.4 Hernia Nukleus Pulposus ....................................................................... 10
Gambar 2.5 Derajat HNP .......................................................................................... 12
Gambar 2.6 Numeric Pain Rating Scale (NPRS) ...................................................... 17
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017 .............................................................................. 30
Tabel 5.2 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 –
September 2017 .......................................................................................... 31
Tabel 5.3 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ............................................................ 31
Tabel 5.4 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat Nyeri pada Penilaian NPRS di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017 ............................................................ 32
Tabel 5.5 Distribusi Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah pada Penilaian NPRS di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017 .............................................................................. 33
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Diri Penulis ................................................................................... 52
Lampiran 2 Tabel Data Penelitian ............................................................................ 54
Lampiran 3 Hasil Analisis Data Penelitian .............................................................. 55
Lampiran 4 Surat Permohonan Rekomendasi Etik ................................................... 57
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data ......................................... 58
Lampiran 6 Rekomendasi Persetujuan Etik .............................................................. 59
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah salah satu keluhan karena
kehilangan fungsi tubuh pada tulang belakang bagian bawah yang menyebabkan
penurunan produktivitas kerja (Mayhew, 2010). Beberapa kondisi yang
menyebabkan terjadinya NPB antara lain pekerjaan berat dengan gerakan yang
menimbulkan cedera otot dan saraf, posisi tidak bergerak dalam waktu yang lama,
dan waktu pemulihan yang tidak memadai karena kurang istirahat (Patrianingrum,
2015).
Nyeri punggung bawah dialami oleh 70% orang di negara - negara
maju (McIntonsh dan Hall, 2011). NPB termasuk dalam sepuluh penyakit
prevalensi tinggi di dunia. Global Burden of Disease Study (GBD) 2010
menyatakan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah di dunia 9,17% dengan
jumlah populasi 632.045 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada laki –
laki lebih tinggi sebesar 9,64% daripada perempuan sebesar 8,70% (Vos et al.,
2010).
Di Indonesia tidak terdapat data yang menunjukkan prevalensi nyeri
punggung bawah secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia
berdasarkan diagnosis atau gejala menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 24,7
persen. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara meningkat seiring
dengan bertambahnya umur yaitu prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33%
2
dan 54,8%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada perempuan (27,5%) lebih
tinggi dari laki-laki (21,8%) (Riskesdas, 2013).
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung bawah
adalah hernia nukleus pulposus (Awad JN, 2006). Hernia Nukleus Pulposus
(HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur anulus fibrosus
sehingga nukleus pulposus menonjol (bulging) dan menekan ke arah kanalis
spinalis. Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi (Pinzon R, 2012).
Berbagai modalitas radiologik juga dapat digunakan dalam mengevaluasi HNP
seperti foto polos, myelografi, MRI, dan elektromyografi. Dalam beberapa
penelitian dilaporkan MRI memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
dibanding modalitas radiologik lainnya dalam mengevaluasi herniasi diskus
intervertebralis (Karppinen, 2001).
Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang mengalami
lesi. Gejala klinik yang paling sering adalah iskialgia berupa nyeri radikuler
sepanjang perjalanan saraf iskiadikus (Rempe Y, 2010). Karena nyeri merupakan
keluhan subjektif, maka informasi langsung dari pasien merupakan gold standard
untuk melakukan penilaian. Informasi yang diperoleh dari pasien harus mencakup
kondisi saat ini (onset, pola, dan perjalanan penyakit), lokasi (lokasi primer dan
pola penyebaran nyeri), kualitas, faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan nyeri, dan beratnya (biasanya diukur dengan verbal rating scale,
misal, ringan-sedang-berat, atau dengan skala numerik 0-10) (Portenoy, 1998).
Numeric Pain Rating Scale (NPRS) biasanya digunakan untuk menilai
nyeri. NPRS dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,
3
jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada Visual Analog Scale
(VAS) terutama untuk menilai nyeri akut. NPRS digambarkan sebagai skala 11
titik dengan skor 0 sampai 10 (Yudiyanta, 2015). Berdasarkan hal tersebut,
penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara derajat
HNP pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah
pada penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode November 2016 - September 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral
dengan derajat nyeri punggung bawah pada penilaian NPRS di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 -
September 2017 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara derajat HNP dengan derajat nyeri punggung bawah di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 -
September 2017.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk melihat derajat HNP pasien nyeri punggung bawah pada
pemeriksaan MRI lumbo-sakral di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 -
September 2017.
b. Untuk melihat derajat nyeri punggung bawah pada penilaian NPRS
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode November 2016 - September 2017.
c. Untuk mengetahui hubungan antara derajat HNP pada
pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung
bawah pada penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 -
September 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
masyarakat tentang hubungan antara derajat HNP dengan derajat nyeri
punggung bawah.
2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan
sumber bacaan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
5
3. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran yang
bermanfaat untuk perkembangan keilmuan peneliti.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
2.1.1. Anatomi dan Fisiologi
Kolumna vertebralis tersusun atas beberapa sendi antara korpus
vertebra yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis
dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis
menghubungkan vertebra yang berdekatan (Reijo A, 2006).
Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar, berjalan
memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis,
dan bersatu dengan periosteum dan anulus fibrosus. Ligamentum
longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya ekstensi, sedangkan
dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra dan diskus
intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior. Ligamentum
longitudinalis posterior berperan dalam menahan gaya fleksi. Ligamentum
anterior lebih kuat dari pada posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering ke
arah posterior. Pada bagian posterior terdapat struktur saraf yang sangat
sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis, dan ganglion radiks
dorsalis (Reijo A, 2006). Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra
servikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat diskus intervertebralis.
Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra
(Reijo A, 2006).
7
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus pulposus
di tengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang
yang di atas dan di bawahnya oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis
(Sylvia A, 1995).
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semi
gelatin. Nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam
benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu, juga memainkan
peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-
pembuluh darah kapiler (Reijo A, 2006).
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Tulang Belakang Lumbosakral
(Dikutip dari Atlas Netter, 5th
ed, 2010)
8
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang
mengelilingi nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk
memungkinkan gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur
spiral dari serabut-serabut); untuk menopang nukleus pulposus; dan meredam
benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di sekeliling tong air
atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus vertebra bersatu melawan
resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan nukleus pulposus bertindak
sebagai bola penunjang antara korpus vertebra (Reijo A, 2006).
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang
kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal
Gambar 2.2 Vertebra
(Dikutip dari Eidelson, 2012)
9
sedangkan yang paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan
bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis
(Reijo A, 2006).
2.1.2. Definisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis,
yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral
radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri punggung bawah yang
bersifat akut, kronik atau berulang. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
suatu penyakit dimana bantalan lunak di antara ruas-ruas tulang belakang (soft
gel disc atau nukleus pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian
posterior atau lateral sehingga nukleus pulposus pecah dan luruh sehingga
terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan penekanan radiks saraf (Leksana, 2013).
Gambar 2.3 Diskus Intervertebralis
(Dikutip dari Reijo A, 2006)
10
2.1.3. Etiologi
Penyebab dari HNP biasanya dengan meningkatnya usia terjadi
perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya
nukleus pulposus (Moore dan Agur, 2013). Selain itu, HNP kebanyakan juga
disebabkan karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang
mengenai diskus intervertebralis sehingga menimbulkan robeknya anulus
fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
atau bahkan dalam beberapa tahun (Helmi, 2012).
Gambar 2.4 Hernia Nucleus Pulposus
(Dikutip dari Muttaqin, 2008)
11
2.1.4. Patofisiologi HNP
Menjelang usia 30 tahun, mulai terjadi perubahan-perubahan pada
anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat, serat-serat
fibroblastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses
in berlangsung secara terus menerus sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk
rongga-rongga. Nukleus pulposus akan mengalami infiltrasi ke dalam rongga-
rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air.
Jadi tercipta suatu keadaan dimana di satu pihak volume materi nukleus
pulposus berkurang dan di pihak lain volume rongga antar vertebra bertambah
sehingga terjadi penurunan tekanan intradiskal (Widhiana, 2002).
Sebagai kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadi beberapa hal
(Widhiana, 2002) yaitu :
1. Penurunan tekanan intradiskal menyebabkan vertebra saling mendekat. Hal
ini mengakibatkan lepasnya ligamentum longitudinal posterior dan anterior
dari perlekatannya dan bagian yang terlepas akan berlipat. Lipatan akan
mengalami fibrosis dan disusul kalsifikasi sehingga akan terbentuk osteofit.
2. Pendekatan 2 korpus vertebra akan mengakibatkan pendekatan kapsul
sendi artikulasio posterior sehingga timbul iritasi sinovial.
3. Materi nukleus pulposus yang mengisi rongga-rongga dalam anulus
fibrosus makin mendekati lapisan luar dan akhirnya lapisan paling luar.
Bila suatu ketika terjadi tekanan intradiskal yang tiba-tiba meningkat,
tekanan ini akan mampu mendorong nukleus pulposus keluar. Hal ini
merupakan awal terjadinya HNP lumbal.
12
Menurut gradasi, herniasi dari nukleus pulposus (Ramani PS, 2014)
dibagi atas :
1. Bulging adalah nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan
anulus fibrosus.
2. Protrusi adalah nukleus berpindah tetapi masih dalam lingkaran anulus
fibrosus.
3. Ekstrusi adalah nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah
ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrasi adalah nukleus menembus ligamentum longitudinal posterior.
2.1.5. Manifestasi Klinis HNP Lumbal
Gejala yang sering ditimbulkan akibat iskalgia (Badrul, 2015) adalah :
1. Nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku/tertarik pada
punggung bawah.
2. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai
Gambar 2.5 Derajat HNP
(Dikutip dari Munir B, 2015)
13
kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit, rasa nyeri sering
ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan.
3. Kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya reflex tendon patella
(KPR) dan achilles (APR), bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat
terjadi gangguan defekasi, miksi, dan fungsi seksual.
Bila stres vertikal yang kuat mengenai kolumna vertebra maka nukleus
pulposus dapat menonjol ke luar melalui anulus fibrosus. Peregangan anulus
fibrosus, yang berbentuk cincin dan kaya inervasi nosiseptor, menyebabkan
nyeri yang sangat hebat sebagai nyeri punggung bawah yang terlokalisir.
Sementara itu, karena peregangan yang sangat kuat, anulus fibrosus bisa
ruptur atau pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan
radiks saraf menimbulkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri radikuler, yaitu
skiatika. Skiatika disebut juga sebagai iskialgia, adalah nyeri pinggang, yang
menjalar ke bawah pada aspek posterior tungkai bawah. Skiatika juga dapat
diartikan sebagai nyeri pada distribusi saraf iskiadikus. Skiatika sering disertai
dengan rasa tebal (numbness) dan rasa kesemutan (tingling) (Jenie MN,
2006).
2.2. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan mekanismenya, NPB kronik merupakan nyeri campuran
antara nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Penelitian akhir-akhir ini
mendapatkan bahwa sekitar 4% dari populasi dewasa menderita NPB neuropatik.
14
Studi epidemiologi yang besar menunjukkan bahwa 20-35% pasien NPB
menderita nyeri neuropatik dan nyeri radikuler lumbalis merupakan penyebab
terbanyak. Nyeri neuropatik pada NPB dapat disebabkan oleh lesi nociceptive
sprout pada diskus yang mengalami degenerasi, kompresi mekanik pada akar
saraf atau aksi dari mediator inflamasi yang berasal dari diskus yang mengalami
degenerasi (Freynhagen R dan Baron R, 2009).
Kerusakan pada diskus dan endplate vertebra dapat menekan akar
saraf dan menyebabkan disfungsi atau lesi pada serabut saraf dengan segala
manifestasinya. Jaringan pembungkus saraf tepi yang diinervasi oleh nervi
nervorum juga mengalami lesi, kompresi, dan inflamasi yang menyebabkan nyeri
(Diduro J, 2009). Mekanisme nyeri pada HNP sangat kompleks dan belum
sepenuhnya diketahui. Hipotesis yang banyak dianut oleh para ahli adalah
interaksi antara faktor kompresi mekanik, inflamasi, dan respon imun (Eko T,
2013).
1. Kompresi Mekanis
Nyeri neuropatik pada HNP dahulu dianggap hanya disebabkan oleh
faktor kompresi mekanis diskus intervertebralis yang menekan saraf
iskiadikus (Diduro J, 2006). Namun, akhir-akhir ini banyak penelitian yang
membuktikan bahwa kompresi mekanis lebih berperan pada terjadinya defisit
neurologis daripada nyeri. Faktor inflamasi dan respon imun lebih berperan
pada proses terjadinya nyeri pada NPB (Eko T, 2013). Penekanan radiks
saraf iskhiadikus diasumsikan menyebabkan nyeri neuropatik sehingga
diharapkan nyeri akan menghilang bila penekanan tersebut dihilangkan.
15
Namun, pasien HNP simptomatis ternyata dapat mengalami perbaikan klinik
yang nyata tanpa perubahan pada kelainan kelainan patologi diskusnya,
sedangkan tindakan yang menghilangkan diskus dan penyebab lain yang
menekan akar saraf tidak selalu menghilangkan nyeri (Garfin SR dan
Rydevik BL BR, 1991).
2. Faktor Inflamasi
Pada proses inflamasi banyak mediator inflamasi yang berperan antara
lain: Tumor Necrosis Factor-alpa (TNF-α), Interleukin-1β (IL-1β),
Interleukin-6, Phospholipase A2, Prostaglandin, Nitric Oxide, Matrix
metalloproteinases dan lain – lainnya, dimana TNF-α mempunyai peran yang
sangat penting dalam terjadinya nyeri neuropatik NPB (Leung L dan Cahill
CM, 2010).
a) Phospholipase A2 (PLA2)
Pada pasien HNP dengan nyeri radikuler, kadar PLA2 meningkat. PLA2
adalah enzim yang penting dalam proses inflamasi, PLA2 akan
membebaskan Arachidonic Acid (AA) dari fosfolipid membrane sel
sebagai respon terhadap sitokin. AA sendiri merupakan prekursor dari
mediator inflamasi leukotrin, prostaglandin dan tromboksan. Aktivasi
PLA2 pada kasus HNP dengan sequester lebih tinggi daripada bulging
disc dan terdapat korelasi yang kuat antara kadar PLA2 plasma dan
diskus (Piperno M et al, 1997).
16
b) Sitokin pro-inflamasi
Sitokin berperan penting dalam respon inflamasi. Sitokin pro-inflamasi
antara lain IL-1, IL-6, dan TNF-α disekresikan pada berbagai kelainan
neurologi. Kadar sitokin pro-inflamasi meningkat setelah terjadinya
penekanan saraf (Mulleman D et al, 2005). Pada pasien HNP yang
dioperasi karena skiatika didapatkan kadar yang tinggi dari IL-1β, IL-6,
IL-8 dan TNF-α serta prostaglandin. TNF-α dapat menginduksi iNOS
(inducible Nitric Oxide Synthase) untuk menghasilkan NO (Nitric
Oxide) dimana NO adalah neurotransmitter nyeri yang potent (Brisby H
et al, 2000). TNF-α merupakan sitokin yang paling berperan pada proses
inflamasi pada HNP, hal ini dibuktikan dengan percobaan pada babi,
dimana efek negatif HNP pada konduksi saraf dapat dihambat secara
total oleh Doxycycline suatu obat penghambat TNF-α (Olmarker K dan
Larsson K, 1998).
3. Faktor Sistem Imun
Terdapat bukti-bukti kuat bahwa sistem imun juga berperan dalam
reaksi antara nukleus pulposus dan akar saraf. Glycosphingolipid (GSL)
terdapat pada berbagai sel dalam sistem saraf tepi dan saraf pusat. Dalam
keadaan normal, titer antibodi terhadap GSL rendah tetapi titernya
meningkat bila terjadi reaksi autoimun seperti pada sindrom Guillan-Barre.
Antibodi terhadap GSL meningkat 71% pada pasien dengan skiatika akut,
61,9% pada follow up 4 tahun, dan 54% pasien yang mengalami operasi
disektomi (Brisby H et al, 1999). Marker dari sel glia dan neuron yang
17
mengalami kerusakan adalah: NFL (neurofilament), glia fibriallary acidic
protein, S-100 protein dan neuron specific enolase. Pada HNP terjadi
peningkatan kadar NFL dan Protein S-100 dalam liquor serebrospinal.
Protein tersebut adalah spesifik untuk sistem saraf, adanya protein tersebut
mengindikasikan adanya kerusakan sistem saraf (Skouen JS et al, 1999).
Nukleus pulposus juga mensekresi substansi yang dapat menginduksi reaksi
autoimun pada herniasi diskus, terutama diskus yang mengalami ekstrusi.
Reaksi inflamasi dalam keadaan normal merangsang terjadinya respon
imun, tetapi pada HNP terjadi respon imun abnormal dimana terbentuk
antibodi terhadap jaringan saraf normal, hal tersebut berhubungan dengan
skiatika kronik (Olmarker K et al, 1995).
2.3. Numeric Pain Rating Scale (NPRS)
NPRS biasanya digunakan untuk menilai nyeri. NPRS dianggap sederhana
dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis.
Lebih baik daripada Visual Analog Scale (VAS) terutama untuk menilai nyeri
akut. NPRS digambarkan sebagai skala 11 titik dengan skor 0 sampai 10
(Yudiyanta, 2015).
Gambar 2.6 Numeric Pain Rating Scale (NPRS)
(Dikutip dari Yudiyanta, 2015)
18
NPRS lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.
Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Dalam hal ini, pemeriksa menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Klasifikasi nyeri berdasarkan NPRS yaitu skala 10
berarti nyeri sangat hebat, skala nyeri 7-9 termasuk nyeri hebat, skala 4-6
termasuk nyeri sedang, skala nyeri 1-3 termasuk nyeri ringan, skala nyeri 0
berarti tidak ada terasa nyeri (Hjermstad, 2011).
2.4. Hubungan antara Derajat HNP dengan Derajat Nyeri Punggung Bawah
Belum ada penelitian sebelumnya yang spesifik meneliti tentang
hubungan antara derajat HNP dengan derajat nyeri punggung bawah, tetapi
terdapat penelitian yang membahas mengenai hubungan antara derajat penekanan
radiks saraf berdasarkan Pfirmann dengan nyeri skiatika berdasarkan VAS yang
dilakukan oleh Rempe dkk. (2010) pada bulan Februari – Juli 2010, didapatkan
bahwa diperoleh nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa korelasi antara derajat
penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann dengan nyeri skiatika berdasarkan
VAS adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 63,0 % menunjukkan
korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup kuat. Pada penelitian ini
terdapat korelasi linear positif antara derajat penekanan radiks saraf pada MRI
Lumbosakral berdasarkan Pfirmann dengan derajat nyeri skiatika berdasarkan
VAS pada penderita iskialgia akibat HNP dimana semakin tinggi derajat
penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann, semakin tinggi pula derajat nyeri
skiatika berdasarkan VAS. Penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann derajat 1
19
dan 2 sesuai dengan VAS sedang sedangkan penekanan radiks saraf berdasarkan
Pfirmann derajat 3 sesuai dengan VAS berat (Rempe Y, 2010).
20
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori
Keterangan :
= terdiri atas
= menyebabkan
= dinilai dengan
= hubungan antara
HNP
Kandungan air diskus
intervertebralis
berkurang oleh
pertambahan usia
Terjadinya proses
traumatik
1. HNP Derajat 1
2. HNP Derajat 2
3. HNP Derajat 3
4. HNP Derajat 4
MRI
Foto polos
Mielografi
Elektromyografi
1. Skala 0 = tidak nyeri
2. Skala 1-3 = nyeri ringan
3. Skala 4-6 = nyeri sedang
4. Skala 7-9 = nyeri hebat
5. Skala 10 = nyeri sangat hebat
NPRS
1. Peregangan anulus fibrosus, yang
berbentuk cincin dan kaya inervasi
nosiseptor.
2. Faktor kompresi mekanis diskus
intervertebralis yang menekan
saraf iskiadikus.
3. Faktor Inflamasi, pelepasan dari
mediator inflamasi setelah
terjadinya penekanan saraf.
4. Faktor Sistem Imun
GAMBARAN
KLINIS
Rasa baal
Asimptomatik
Nyeri
21
3.2. Kerangka Konsep
Keterangan :
= variabel yang dinilai
= terdiri atas
= hubungan antara
3.3. Definisi Operasional dan kriteria objektif
3.3.1. Definisi Operasional
1. Nyeri punggung bawah adalah keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien
pada daerah bokong dan atau menjalar ke paha, betis atau kaki dengan rasa
nyeri yang bersifat nyeri tajam, terbakar, berdenyut, dan seperti rasa
kesetrum disertai rasa baal.
2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu kelainan pada tulang
belakang bagian bawah yang digambarkan dengan pemeriksaan MRI
1. Skala 0 = tidak nyeri
2. Skala 1-3 = nyeri ringan
3. Skala 4-6 = nyeri sedang
4. Skala 7-9 = nyeri hebat
5. Skala 10 = nyeri sangat hebat
NPRS
1. HNP Derajat 1
2. HNP Derajat 2
3. HNP Derajat 3
4. HNP Derajat 4
MRI
Derajat HNP
Derajat Nyeri
Punggung Bawah
22
lumbo-sakral dapat berupa bulging, protrusi, ekstrusi, dan sequestrasi dari
diskus intervertebralis.
3. Numeric Pain Rating Scale (NPRS) adalah suatu skala yang digunakan
untuk pemeriksaan derajat nyeri yang digambarkan sebagai skala 11 titik
dengan skor 0 – 10 dimana 0 adalah tidak nyeri dan 10 adalah nyeri yang
sangat hebat.
3.3.2. Kriteria Objektif
1. Derajat HNP terdiri atas :
1. Derajat 1 HNP adalah bulging diskus intervertebralis : nukleus terlihat
menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
2. Derajat 2 HNP adalah protrusi diskus intervertebral : nukleus berpindah
tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
3. Derajat 3 HNP adalah ekstrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dari
anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinal posterior.
4. Derajat 4 HNP adalah sequestrasi diskus intervertebral : nukleus
menembus ligamentum longitudinal posterior.
2. Derajat nyeri berdasarkan NPRS
1. Tidak nyeri bila skala 0 dengan menggunakan NPRS.
2. Nyeri ringan bila skala 1-3 dengan menggunakan NPRS.
3. Nyeri sedang bila skala 4-6 dengan menggunakan NPRS.
4. Nyeri hebat bila skala 7-9 dengan menggunakan NPRS.
5. Nyeri sangat hebat bila skala 10 dengan menggunakan NPRS.
23
3.4. Hipotesis Penelitian
3.4.1. Hipotesis alternative (Ha)
Terdapat hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI lumbo-
sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada penilaian NPRS di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November
2016 - September 2017.
3.4.2. Hipotesis null (H0)
Tidak terdapat hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI
lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada penilaian NPRS di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
November 2016 - September 2017.
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan metode cross sectional.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan pada bulan 30 September
2017 – 30 Oktober 2017.
4.3.Variabel Penelitian
4.3.1. Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah derajat nyeri punggung
bawah pasien HNP di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode November 2016 - September 2017.
4.3.2. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah derajat HNP pasien
nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode November 2016 - September 2017.
25
4.4. Populasi dan Sampel
4.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien yang menderita HNP
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
November 2016 - September 2017.
4.4.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah mengambil keseluruhan sampel pada
populasi atau total sampling.
4.5. Kriteria Sampel
4.5.1. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang didiagnosis menderita HNP di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November
2016 - September 2017.
2. Pasien yang memiliki hasil pemeriksaan penunjang foto radiologi
MRI lumbo-sakral terkait dengan variabel yang akan diteliti.
4.5.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang tidak memiliki hasil pemeriksaan penunjang foto
radiologi MRI.
2. Pasien dengan foto radiologi MRI lumbo-sakral tidak terbaca.
26
3. Pasien yang dengan foto radiologi MRI lumbo-sakral tanpa
identitas yang lengkap.
4.6. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan
dalam penelitian ini terdiri dari hasil pemeriksaan penunjang foto radiologi MRI
lumbo-sakral pasien HNP dan penilaian derajat nyeri pasien HNP menggunakan
NPRS yang terdapat pada rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
4.7. Prosedur Penelitian
4.7.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Peneliti menyusun proposal penelitian.
2. Peneliti mengajukan proposal kepada pembimbing.
3. Peneliti mengusulkan perizinan berupa izin etik penelitian dan
perizinan pengambilan sampel penelitian di lokasi pengambilan
sampel.
4. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian untuk pengambilan
sampel penelitian.
5. Peneliti mendata jumlah pasien HNP di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November
2016 - September 2017.
27
6. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam analisis sampel penelitian.
4.7.2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Peneliti mengunjungi rumah sakit negeri yang telah ditetapkan
sebagai lokasi pengambilan sampel.
2. Pengambilan sampel diperoleh dari rekam medis pasien
3. Peneliti selanjutnya akan memilih sampel yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan tidak mempunyai kriteria eksklusi.
4. Sampel yang telah memenuhi kriteria selanjutnya akan dicatat
datanya.
5. Setelah pencatatan akan dilanjutkan dengan analisis data.
4.7.3. Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Peneliti mengumpulkan data hasil pemeriksaan.
2. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.
3. Peneliti melakukan evaluasi dan pembahasan hasil data penelitian
bersama pembimbing.
4. Penulis melakukan penarikan kesimpulan dan saran dari penelitian.
28
5. Peneliti menyusun laporan penelitian dan mencetak hasil
penelitian.
4.8. Cara Pengumpulan Data
Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data yang dikumpulkan pada
penelitian ini adalah dua jenis data sekunder berupa hasil foto radiologi MRI
lumbo-sakral pasien HNP dan hasil penilaian derajat nyeri menggunakan NPRS
periode November 2016 - September 2017 yang terdapat pada rekam medik di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
4.9. Pengolahan dan Penyajian Data
4.9.1. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan computer memakai program software IBM SPSS Statistik 18.
4.9.2. Penyajian Data
Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai
penjelasan yang disusun dalam bentuk narasi.
4.10. Etik Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada
rumah sakit negeri yang telah ditetapkan sebagai tempat pengambilan
sampel
29
2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiannya atas data yang diperoleh dari
hasil tes dengan tidak menuliskan nama pasien, tetapi hanya berupa
inisal.
30
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan pengambilan sampel
dilakukan pada tanggal 30 September 2017 – 30 Oktober 2017. Proses
pengambilan data dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medik pasien
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) pada periode November 2016 – September 2017
dengan teknik total sampling.
Data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tercatat sebanyak 92 pasien HNP
selama periode November 2016 – September 2017. Setelah disesuaikan dengan
kriteria inklusi dan eksklusi maka didapatkan sebanyak 44 rekam medik pasien
HNP yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan sampel pada penelitian ini.
Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan program software IBM
SPSS Statistik 18 sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk
tabel lengkap dengan narasi sebagai berikut:
31
5.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Kelompok Umur di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017
Kelompok Umur N (n=44) %
21 – 30 tahun 6 13,6
31 – 40 tahun 5 11,4
41 – 50 tahun 8 18,2
51 – 60 tahun 13 29,5
61 – 70 tahun 8 18,2
71 – 80 tahun 4 9,1
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pada Tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar pasien HNP di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
November 2016 – September 2017 berada pada kelompok umur 51 – 60
tahun yaitu sebanyak 13 sampel atau 29,5 % dari total sampel, kelompok
umur 61 – 70 tahun dan 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 8 sampel atau 18,2
% dari total sampel, kelompok umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 6
sampel atau 13,6 % dari total sampel, kelompok umur 31 – 40 tahun yaitu
sebanyak 5 sampel atau 11,4 % dari total sampel, dan pada kelompok
umur 71 – 80 tahun yaitu sebanyak 4 sampel atau 9,1 % dari total sampel.
32
Tabel 5.2 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017
Jenis Kelamin N (n=44) %
Laki – laki 26 59,1
Perempuan 18 40,9
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien HNP di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
November 2016 – September 2017 berjenis kelamin laki – laki yaitu
sebanyak 26 sampel atau 59,1 % dari jumlah total sampel sedangkan
jumlah pasien perempuan yaitu sebanyak 18 sampel atau sebesar 40,9 %
dari jumlah total sampel.
Table 5.3 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat HNP pada
Pemeriksaan MRI di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 – September 2017
Derajat HNP (MRI) N (n=44) %
Bulging 4 9,1
Protrusi 27 61,4
Ekstrusi 13 29,5
Sequestrasi 0 0
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
33
Pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar derajat HNP
yang melakukan pemeriksaan MRI di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 – September
2017 yaitu derajat protrusi sebanyak 27 sampel atau sebesar 61,4 % dari
total jumlah sampel, derajat ekstrusi sebanyak 13 sampel atau sebesar 29,5
% dari total jumlah sampel, dan derajat bulging sebanyak 4 sampel atau
sebesar 9,1 % dari total jumlah sampel. Sedangkan tidak ada satupun
sampel yang berada pada derajat sequestrasi saat melakukan pemeriksaan
MRI.
Table 5.4 Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat Nyeri pada
Penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar Periode November 2016 – September 2017
Derajat Nyeri (NPRS) N (n=44) %
Tidak Nyeri 1 2,3
Nyeri Ringan 16 36,4
Nyeri Sedang 19 43,2
Nyeri Hebat 8 18,2
Nyeri Sangat Hebat 0 0
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar derajat nyeri
dengan penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode November 2016 – September 2017 yaitu
derajat nyeri sedang sebanyak 19 sampel atau sebesar 43,2 % dari total
34
jumlah sampel, derajat nyeri ringan sebanyak 16 sampel atau sebesar 36,4
% dari total jumlah sampel, derajat nyeri hebat sebanyak 8 sampel atau
sebesar 18,2 % dari total jumlah sampel, derajat tidak nyeri sebanyak 1
sampel atau sebesar 2,3 % dari total jumlah sampel, dan tidak ada satupun
sampel yang berada pada derajat nyeri sangat hebat saat melakukan
penilaian NPRS.
Tabel 5.5 Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah pada Penilaian NPRS di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017
Derajat HNP (MRI)
Total Nilai
p dan r Bulging Protrusi Ekstrusi Sequestrasi
Derajat
Nyeri
(NPRS)
Tidak
Nyeri
Jumlah
%
0
0%
1
3,7%
0
0%
0
0%
1
2,3%
p =
0,332
dan
r =
0,150
Nyeri
Ringan
Jumlah
%
0
0%
14
51,9%
2
15,4%
0
0%
16
36,4%
Nyeri
Sedang
Jumlah
%
2
50,0%
10
37,0%
7
53,8%
0
0%
19
43,2%
Nyeri
Hebat
Jumlah
%
2
50,0%
2
7,4%
4
30,8%
0
0%
8
18,2%
Nyeri
Sangat
Hebat
Jumlah
%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
Total Jumlah
%
4
100%
27
100%
13
100%
0
0%
44
100%
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar distribusi
hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri
35
punggung bawah pada pemeriksaan NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode November 2016 – September
2017 yaitu untuk derajat HNP dengan derajat protrusi terdapat 14 (51,9%)
sampel yang mengalami nyeri ringan, nyeri sedang sebanyak 10 (37,0%)
sampel, nyeri hebat sebanyak 2 (7,4%) sampel, dan tidak nyeri sebanyak 1
(3,7%) sampel. Untuk derajat HNP dengan derajat ekstrusi terdapat 7
(53,8%) sampel yang mengalami nyeri sedang, nyeri hebat sebanyak 4
(30,8%) sampel, dan nyeri ringan sebanyak 2 (15,4%) sampel. Untuk
derajat bulging terdapat 2 (50,0%) sampel yang mengalami nyeri sedang
dan nyeri hebat. Sedangkan tidak ada satupun sampel yang berada pada
derajat HNP dengan derajat bulging yang mengalami tidak nyeri, nyeri
ringan, dan nyeri sangat hebat, derajat protrusi yang mengalami nyeri
sangat hebat, derajat ekstrusi yang mengalami tidak nyeri dan nyeri sangat
hebat, serta derajat sequestrasi saat dilakukan pengambilan data.
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji spearman
untuk menilai hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI
dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS didapatkan
nilai p = 0.332 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri
punggung bawah pada pemeriksaan NPRS. Pada penelitian ini juga
terdapat kekuatan korelasi yang sangat lemah antara derajat HNP pada
pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan
NPRS, dengan r = 0.150 (r = 0.00 – 0.199 merupakan korelasi sangat
36
lemah). Namun, apabila dilihat nilai koefisien korelasi, kedua variabel ini
berkorelasi positif dimana semakin tinggi derajat HNP pada pemeriksaan
MRI, maka semakin tinggi pula derajat nyeri pada penilaian NPRS.
37
BAB 6
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara derajat HNP
pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada
penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode November 2016 - September 2017 dari sumber data sekunder
berupa rekam medik pasien, maka diperoleh sebanyak 44 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi untuk dijadikan sampel penelitian.
6.1. Distribusi Pasien HNP berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien HNP
terbanyak berada pada kelompok umur 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 13 sampel
atau 29,5 % dari total sampel dan kurang pada kelompok umur 71 – 80 tahun
yaitu sebanyak 4 sampel atau 9,1 % dari total sampel.
Penuaan menjadi faktor yang penting, menjelang usia 30 tahun,
mulailah terjadi perubahan-perubahan pada anulus fibrosus dan nukleus pulposus.
Pada beberapa tempat, serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti
oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus menerus sehingga dalam
anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan
infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa
penyusutan kadar air. Jadi terbentuklah suatu keadaan dimana disatu pihak
38
volume materi nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga
vertebra bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal (Widhiana,
2002).
Ketika volume nukleus pulposus yang terus mengisi rongga dalam
anulus fibrosus makin mendekati lapisan luar, sehingga bila suatu ketika tekanan
intradiskal ini mengalami peningkatan secara tiba-tiba akan mampu mendorong
nukleus pulposus keluar. Hal ini merupakan awal terjadinya HNP lumbal. Seiring
dengan bertambahnya usia, kemampuan diskus untuk menjalankan fungsinya juga
menurun dan diskus menjadi kering. Dinding bagian diskus akan tidak berserat
dan mengalami kelemahan dan memungkinkan tidak lagi dapat berisi inti gel
seperti di pusat. Hal ini menyebabkan tonjolan atau pecah melalui robekan di
dinding diskus, menyebabkan rasa sakit ketika menekan saraf. Kejadian nyeri
pada tulang belakang meningkat seiring bertambahnya usia sekitar 50-60 tahun.
Penelitian lain menyebutkan HNP terjadi pada usia 30-50 tahun, saat nukleus
pulposus masih bersifat gelitinous. Kandungan air di dalam diskus akan
berkurang secara alamiah akibat bertambahnya usia (Kemuningtyas, 2009).
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan
degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai
berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi
kurang elastis (Leksana, 2013).
39
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ikhsanawati dkk.
(2015) bahwa pada penderita HNP sebanyak 79 pasien dengan sebaran umur
termuda dibawah 20 tahun dan tertua 71 – 80 tahun dan insidens tertinggi
penderita HNP terjadi pada kelompok umur 51 – 60 tahun yaitu sebanyak
31,60%. Penelitian serupa oleh Naufal dkk. (2013) menunjukkan bahwa dari 52
sampel penderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP) berusia produktif. Berdasarkan
dekade kedua (20-29 tahun) ada 6 orang (15,5%), dekade ketiga (30-39 tahun)
ada 15 orang (28,8%), dekade keempat (40-49) juga didapatkan 15 orang (28,8%)
serta dekade kelima (50-60 tahun) paling banyak ada 16 orang (30,8%).
6.2. Distribusi Pasien HNP berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien HNP berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 26 sampel atau 59,1 %
dari jumlah total sampel. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah
pasien perempuan yaitu sebanyak 18 sampel atau sebesar 40,9 % dari jumlah total
sampel.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pinzon (2012)
menunjukkan bahwa diperoleh dari 40 pasien, yang terdiri atas 24 (60%) laki-laki
dan 16 (40%) perempuan. Penelitian serupa oleh Harkani dkk. (2012)
menunjukkan bahwa jumlah penderita HNP laki – laki (58,5%) lebih predominan
dari perempuan (41,5%).
40
Hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa kejadian HNP
pada kehidupan manusia lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Lumbal et
al, 2014). Kejadian HNP dua kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada
wanita (Bruce et al, 2015). Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi dari
cidera tulang belakang lebih tinggi pada pria daripada wanita, dimana cidera
muskuloskeletal pada ekstremitas atas lebih sering pada wanita. Hal ini
didasarkan pada jenis pekerjaan dan aktivitas fisik yang berbeda antara laki - laki
dan perempuan (Kemuningtyas, 2009). HNP pada umumnya lebih banyak terjadi
pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat.
Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada
bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral,
dengan kompresi radiks saraf (Pakadang, 2014).
6.3. Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat HNP pada Pemeriksaan
MRI di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar Periode November 2016 – September 2017
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
derajat HNP yang melakukan pemeriksaan MRI yaitu terbanyak pada derajat
protrusi sebanyak 27 sampel atau sebesar 61,4 % dari total jumlah sampel dan
kurang pada derajat sequestrasi sebanyak 0 sampel atau sebesar 0 % dari total
jumlah sampel.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Cukke dkk. (2010)
yang mengklasifikasikan derajat HNP atas bulging, protrusi, ekstrusi, dan
41
sequestrasi, dimana derajat bulging terdiri atas 32 orang (80%), derajat protrusi
terdiri atas 26 orang (65%), dan derajat ekstrusi terdiri dari 6 orang (15%). Hal ini
menyatakan bahwa derajat bulging lebih banyak daripada derajat protrusi dan
derajat ekstrusi.
Perbedaan hasil penelitian mungkin disebabkan karena persebaran data
sampel yang tidak merata diantara semua derajat HNP pada pemeriksaan MRI
oleh karena keterbatasan sampel yang digunakan dalam penelitian dikarenakan
data rekam medik yang tidak lengkap. Selain itu, kemungkinan karena sampel
pada penelitian ini merupakan derajat yang terbesar apabila terdapat dua macam
derajat HNP pada pemeriksaan MRI sehingga menyebabkan persebaran sampel
yang tidak merata.
6.4. Distribusi Pasien HNP berdasarkan Derajat Nyeri pada Penilaian
NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar Periode November 2016 – September 2017
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
derajat nyeri dengan penilaian NPRS terbanyak pada derajat nyeri sedang
sebanyak 19 sampel atau sebesar 43,2 % dari total jumlah sampel dan kurang
pada derajat nyeri sangat hebat sebanyak 0 sampel atau sebesar 0 % dari total
jumlah sampel.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Santosa dkk. (2016)
menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang mengalami nyeri punggung dan diukur
intensitas nyerinya dinilai dengan menggunakan Numerical Pain Rating Scale
42
(NPRS) dimana pasien diminta untuk memberi tanda keluhan nyeri yang dialami
yang mana nilai 0 merepresentasikan tidak adanya nyeri, 1-3 adalah nyeri ringan,
4-6 merepresentasikan nyeri sedang dan 7-10 merepresentasikan nyeri hebat
sehingga didapatkan paling banyak dengan nyeri derajat sedang sebanyak 20
sampel (26,7%), kemudian diikuti dengan nyeri hebat sebanyak 8 sampel
(10,7%), dan nyeri ringan sebanyak 2 sampel (2,7%).
Berdasarkan teori yang menunjukkan bahwa berat nyeri yang
dirasakan penderita merupakan suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita
nyeri punggung bawah, walaupun hal ini merupakan salah satu aspek nyeri yang
sulit karena tidak dapat diukur secara pasti. Evaluasi intensitas nyeri tergantung
pada pernyataan pasien dan kemampuan pemeriksa dalam menilai kepribadian
pasien dan status fisiknya, sebab seringkali dijumpai keluhan subjektif tidak
sebanding dengan kelainannya (Loeser, 2001).
Mekanisme nyeri pada HNP sangat kompleks dan belum sepenuhnya
diketahui. Hipotesis yang banyak dianut oleh para ahli adalah interaksi antara
faktor kompresi mekanik diskus intervertebralis yang menekan saraf iskiadikus,
faktor inflamasi yaitu berupa pelepasan dari mediator inflamasi setelah terjadinya
penekanan saraf, dan respon imun dimana nukleus pulposus juga mensekresi
substansi yang dapat menginduksi respon imun (Eko T, 2013).
43
6.5. Hubungan antara Derajat HNP pada Pemeriksaan MRI dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah pada Penilaian NPRS di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November
2016 – September 2017
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis statistik
dengan menggunakan uji spearman untuk menilai hubungan antara derajat HNP
pada pemeriksaan MRI dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan
NPRS didapatkan nilai p = 0.332 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat
nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS. Pada penelitian ini juga terdapat
kekuatan korelasi yang sangat lemah antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI
dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS, dengan r = 0.150
(r = 0.00 – 0.199 merupakan korelasi sangat lemah). Namun, apabila dilihat nilai
koefisien korelasi, kedua variabel ini berkorelasi positif dimana semakin tinggi
derajat HNP pada pemeriksaan MRI, maka semakin tinggi pula derajat nyeri pada
penilaian NPRS.
Belum ada penelitian sebelumnya yang spesifik meneliti tentang
hubungan antara derajat HNP dengan derajat nyeri punggung bawah, tetapi
terdapat penelitian yang membahas mengenai hubungan antara derajat penekanan
radiks saraf berdasarkan Pfirmann dengan nyeri skiatika berdasarkan VAS yang
dilakukan oleh Rempe dkk (2010) diperoleh nilai p = 0,001 yang menunjukkan
bahwa korelasi antara derajat penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann
44
dengan nyeri skiatika berdasarkan VAS adalah bermakna. Nilai korelasi
Spearman sebesar 63,0 % menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang cukup kuat. Pada penelitian ini terdapat korelasi linear positif antara derajat
penekanan radiks saraf pada MRI Lumbosakral berdasarkan Pfirmann dengan
derajat nyeri skiatika berdasarkan VAS pada penderita iskialgia akibat HNP
dimana semakin tinggi derajat penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann,
semakin tinggi pula derajat nyeri skiatika berdasarkan VAS. Penelitian serupa
oleh Karprinen et al (2001) dengan hasil penelitian bahwa derajat penekanan
radiks saraf berkorelasi dengan derajat nyeri subjektif yang dirasakan oleh pasien
dan atau level dari kelainan fungsional baik dengan menggunakan VAS.
Selain itu, didukung oleh teori yang menyebutkan bahwa nyeri
neuropatik pada HNP disebabkan oleh faktor kompresi mekanis diskus
intervertebralis yang menyebabkan adanya penonjolan dari diskus intervertebralis
yang menekan saraf iskiadikus, dimana penonjolan dari diskus intervertebralis
dapat berupa bulging, protrusi, ekstrusi, dan sequestrasi (Diduro J, 2006). Jadi
dapat disimpulkan bahwa penonjolan dari diskus intervertebralis dalam hal ini
derajat HNP dapat menekan radiks saraf sehingga akan menimbulkan keluhan
nyeri. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dimana
tidak terdapat hubungan antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan
derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS. Selain itu, pada
penelitian ini juga terdapat kekuatan korelasi yang sangat lemah (r = 0.00 – 0.199
merupakan korelasi sangat lemah). Namun, apabila dilihat nilai koefisien korelasi,
45
kedua variabel ini berkorelasi positif dimana semakin tinggi derajat HNP pada
pemeriksaan MRI, maka semakin tinggi pula derajat nyeri pada penilaian NPRS.
Perbedaan hasil penelitian mungkin disebabkan karena persebaran data
sampel yang tidak merata diantara semua derajat HNP pada pemeriksaan MRI
dan derajat nyeri pada penilaian NPRS oleh karena keterbatasan sampel yang
digunakan dalam penelitian dikarenakan data rekam medik yang tidak lengkap.
Sehingga resiko terjadinya bias cukup tinggi. Hal lain yang dapat menjadi
penyebab terjadinya bias pada penelitian ini adalah berdasarkan teori yang
menunjukkan bahwa berat nyeri yang dirasakan penderita merupakan suatu hal
yang penting dalam evaluasi penderita nyeri punggung bawah, walaupun hal ini
merupakan salah satu aspek nyeri yang sulit karena tidak dapat diukur secara
pasti. Evaluasi intensitas nyeri tergantung pada pernyataan pasien dan
kemampuan pemeriksa dalam menilai kepribadian pasien dan status fisiknya,
sebab seringkali dijumpai keluhan subjektif tidak sebanding dengan kelainannya.
Pada seseorang dengan kelainan struktur yang minimal mungkin keluhannya
sangat hebat, tetapi sebaliknya pada yang lain dengan kelainan struktur yang
hebat keluhannya sedikit sekali (Loeser, 2001).
46
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai hubungan antara derajat HNP
pada pemeriksaan MRI lumbo-sakral dengan derajat nyeri punggung bawah pada
penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode November 2016 - September 2017, maka diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan kelompok umur, pasien HNP sebagian besar berada pada
kelompok umur 51 – 60 tahun yaitu sebesar 29,5 %.
2. Berdasarkan jenis kelamin, pasien HNP sebagian besar berjenis kelamin laki
– laki yaitu sebesar 59,1 %.
3. Berdasarkan derajat HNP, derajat HNP pada pemeriksaan MRI sebagian
besar pada derajat protrusi yaitu sebesar 61,4 %.
4. Berdasarkan derajat nyeri punggung bawah, derajat nyeri punggung bawah
pada penilaian NPRS sebagian besar pada derajat nyeri sedang yaitu sebesar
43,2 %.
5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat HNP pada pemeriksaan
MRI dengan derajat nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
November 2016 – September 2017, dimana terdapat kekuatan korelasi yang
sangat lemah antara derajat HNP pada pemeriksaan MRI dengan derajat
nyeri punggung bawah pada pemeriksaan NPRS. Namun, apabila dilihat
47
nilai koefisien korelasi, kedua variabel ini berkorelasi positif dimana
semakin tinggi derajat HNP pada pemeriksaan MRI, maka semakin tinggi
pula derajat nyeri pada penilaian NPRS di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode November 2016 – September
2017.
7.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
sebaiknya dilakukan penyimpanan dan pendataan rekam medis yang lebih
teliti sehingga tidak ada pendataan pasien yang tidak lengkap dan
memudahkan apabila dilakukan penelitian selanjutnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar sehingga dapat memenuhi seluruh variabel yang dinilai dan hubungan
bermakna yang lebih representatif.
48
DAFTAR PUSTAKA
Awad, J., & Moskovich, R. (2006). Lumbar Disc Herniation. Clinical Ortopedic and
Related Reasearch, 183-197.
Brisby, H., Byrod, G., Olmarker, K., & al., e. (2000). Nitric Oxide as a mediator of
nucleus pulposus-induced effects on spinal nerve roots. J Ortjop Red(18),
815-820.
Brisby, H., Olmarker, K., Rosengren, L., & al, e. (1999). Markers of nerve tissue
injury in the cerebrospinal fluid in patients with lumbar disc herniation and
sciatica. J Orthop Red(24), 742-746.
Cukke, M., Ilyas, M., Murtala, B., & al., e. (n.d.). Kesesuaian antara Tanda-Tanda
Degenerasi Diskus Pada Foto Polos Dengan Magnetic Resonace Imaging
Lumbosakral Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah.
Diduro, J. (2009). Neuropathic Low Back Pain: Where Does It Hurt? Dynamic
Chiropractic(27), 26.
Eko, T. (2013). Patofisiologi Nyeri Neuropatik pada Nyeri Punggung Bawah. In
Nyeri Punggung Bawah (pp. 1-15). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Freynhagen, R. d. (2009). The evaluation of neuropathic component in low back pain.
Curr Pain Headache Rep, III(13), 185-190.
Garfin, S., & Rydevik, B. B. (1991). Compressive neuropathy of spinal nerve roots.
Spine (Phila Pa 1976)(16), 162-166.
Hjermstad, M., Fayers, P., Haugen, D., & al, e. (2011). Studies Comparing Numerical
Rating Scales, and Visual Analogue Scales for Assessment of Pain Intensity
in Adult: A Systematic Literature Review. Journal of Pain Symptom
Management., XVI(41).
49
Ikhsanawati, A., Tiksnadi, B., Soenggono, A., & al, e. (2012). Herniated Nucleus
Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung Indonesia. Althea
Medical Journal, II(2).
JD, L. (2001). Medical Evaluation of The Patient with Pain. Bonica's Management of
Pain Part II, Lippincot Williams & Winkins, 1-3.
Jennie, M. (2006). Hernia Nukleus Pulposus lumbalis. In Nyeri Punggung bawah (pp.
48-53). Semarang: Badan Penerbit universitas Diponegoro.
Karppinen, J., & Sciatica. (2001). Studies of Symptoms, Genetic Factots and
Treatment with Periradicular Infiltration. Oulu University Press.
Kemuningtyas. (2009). Gambaran Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
subjektif Hernia Nukleus Pulposus pada perawat unit IGD, operasi,
kebidanan dan syaraf di RS Dr. H. Abdul Moeleoek Propinsi lampung.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Leksana. (2013). Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan pada Janda lanjut usia
yang tinggal dengan keponakan dengan usia yang sama. Medula, II(2).
Leung, L., & Cahill, C. (2010). TNF-α and neuropatic pain- a review. J of
Neuroinflammation, VII(27).
Loeser, J. (2001). Medical Evaluation of the Patient with Pain. In Bonica's
Management of Pain Part II (pp. 1-3). Lippincott Williams & Wilkins.
Lumbal, H., & al, e. (2014). Surgical Of Lumbar Disc Herniation At Zainoel Abidin
General Hospital Banda Aceh : Experience With 28 Patient. 146-151.
Mayhew, M. S. (2010). Medication to Treat Low Back Pain. The Journal for Nurse
Practitioners, 640-641.
50
Michener, L. S. (2011). Responsiveness of the Numeric Pain Rating Scale in Patients
With Shoulder Pain and the Effect of Surgical Status. Journal of
Rehabilitations, 115-128.
Moore, K. L., & Agur, A. (2013). Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Mulleman, D., S, M., I, G., & al, e. (2005). Pathophysiology of disk-related low back
pain and sciatica. II. Evidence supporting treatment with TNF-alpha
antagonists. In Joint, Bone, Spine.
Munir, B. (2015). Neurologi Dasar: Neuroanatomi Dasar, Pemeriksaan Neurologi
Dasar, Diagnosis dan Terapi Penyakit Neurologi (Vol. I). Jakarta: SagunG
seto.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
N, N., RV, O., & HP, J. (2016). Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Dengan Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) Lumbal. Jurnal Kedokteran Diponegoro, IV(5), 1364-1367.
N, N., RV, O., & HP, J. (2016). Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Dengan Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) Lumbal. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 1364-1377.
Naufal, R., Fibriani, A., & Widhiyastuti, E. (2013). Hubungan antara Intensitas
Iskhialgia dengan Disabilitas Aktivitas sehari-hari pada Pasien Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Olmarker, K. L. (1998). Tumor necrosis factor alpha and nucleus-pulposus-induced
nerve root injury. 2538-2544.
Olmarker, K., Blomquist, J., Stroumberg, J., & al., e. (1995). Inflammatogenic
properties of nucleus pulposus. 665-669.
51
Pakadang, & Radius. (2014). The Relationship between degree of Facet Tropism with
degree of nerve radix compression in patient with Hernia Nucleus Pulposus
by MRI Lumbosacral examination. Makassar: Konsentrasi Pendidikan Dokter
Spesialis Terpadu PRogram Studi Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Patrianingrum, M., Oktaliansah, E., & dan Surahman, E. (2015). Prevalensi dan
Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi
Perioperatif, IV(1), 47-56.
Pinzon, R. (2012). Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta, XXXIX, 749-751.
Piperno, M., Graverand, H., P, R., & al, e. (1997). Phospholipase A2 activity in
herniated lumbar discs. 2061-2065.
Portenoy, R. (1998). Pain syndromes in patients with cancer and HIV/AIDS. In
Contemporary diagnosis and management of pain in oncologic and AIDS
patients (pp. 44-70). Newtown, PA: Handbooks in Healthcare.
Purwanto, E. (2003). Hernia nukleus pulposus lumbalis. In M. L, S. A, P. JS, & S.
HA, Nyeri punggung bawah (pp. 133-148). Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
R, N., A.R, F., & E, W. (2013). Hubungan antara Intensitas Iskhialgia dengan
Disabilitas Aktivitas sehari-hari pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Reijo, A. (2006). MRI lumbo-sakral Of Herniated Nukleus Pulposus. Acta
Universitatis Ouluensis D Medica.
Rempe, Y., M, I., B, M., & al, e. (2010). Kesesuaian Derajat Penekanan Radiks
Saraf pada MRI lumbo-sakral Lumbosakral berdasarkan Pfirmann dengan
52
Derajat Nyeri Skiatika berdasarkan VAS pada Penderita Hernia Nukleus
Pulposus.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sjair, Z. (1998). Neuroradiologi. In Radiologi diagnostik (pp. 24-29). Jakarta: Gaya
Baru.
Skouen, J., Brisby, H., Otani, K., & al, e. (1999). Protein markers in cerebrospinal
fluid in experimental nerve root injury. 2195-2200.
Sylvia, A., Price, Lorraine, & Wilson, M. (1999). Patofisiologi Konsep-konsep proses
penyakit. Jakarta: EGC.
T, E. (2013). Patofisiologi Nyeri Neuropatik pada Nyeri Punggung Bawah. In Nyeri
Punggung Bawah (pp. 1-15). Semarang: Badan penerbit universitas
Diponegoro.
Vos, T., Flaxman, A. D., Naghavi, M., & al, e. (2010). Years Lived with Disability
(YLDs) for 1160 Sequelae of 289 Diseases and Injuries 1990-2010: A
Systematic Analysis for The Global Burden of Disease Study 2010. Lancet,
2168.
Widhiana. (2002). Sensitivitas dan spesifisitas tes provokasi batuk, bersin, dan
mengejan dalam mendiagnosis Hernia Nukleus Pulposus Lumbal. Semarang:
Program Pendidikan Dokter spesialis I Ilmu penyakit syaraf FK UNDIP.
Yudiyanta, Khoirunnisa, N., & Novitasari, R. (2015). Assessment Nyeri. Yogyakarta:
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
53
Lampiran 1
DATA DIRI PENULIS
Nama Lengkap : Andi Wahyuliana Yusuf
Nama Panggilan : Ana
NIM : C111 14 017
Tempat, Tanggal Lahir : Pare - Pare, 11 Juli 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran
Nama Orangtua : Ayah : Drs. Muhammad Yusuf D, M.Pd
Ibu : Andi Besse, BA
Anak Ke : 3
Alamat : Jl. Borong Bulo, Gowa
Telepon : 085340010062
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Anggrek (2001-2002)
2. SD Inpres Lambengi (2002-2008)
3. SMP Negeri 1 Sunggunminasa (2008-2011)
4. SMA Negeri 1 Makassar (2011-2014)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014-sekarang)
54
Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Divisi Public Relation Medical Youth Research Club (MYRC) FK
Unhas Periode 2015 - 2016
2. Anggota Divisi Pelayanan Operasional Medis (POM) Medical Muslim
Family (M2F) FK Unhas Periode 2015 – 2016
55
Lampiran 2
56
Lampiran 3
Kelompok Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 21 - 30 Tahun 6 13.6 13.6 13.6
31 - 40 Tahun 5 11.4 11.4 25.0
41 - 50 Tahun 8 18.2 18.2 43.2
51 - 60 Tahun 13 29.5 29.5 72.7
61 - 70 Tahun 8 18.2 18.2 90.9
71 - 80 Tahun 4 9.1 9.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki - Laki 26 59.1 59.1 59.1
Perempuan 18 40.9 40.9 100.0
Total 44 100.0 100.0
Derajat HNP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bulging 4 9.1 9.1 9.1
Protrusi 27 61.4 61.4 70.5
Ekstrusi 13 29.5 29.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
57
Derajat Nyeri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Nyeri 1 2.3 2.3 2.3
Nyeri Ringan 16 36.4 36.4 38.6
Nyeri Sedang 19 43.2 43.2 81.8
Nyeri Hebat 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0
Derajat Nyeri * Derajat HNP Crosstabulation
Derajat HNP
Total Bulging Protrusi Ekstrusi
Derajat
Nyeri
Tidak
Nyeri
Count 0 1 0 1
% within Derajat HNP .0% 3.7% .0% 2.3%
Nyeri
Ringan
Count 0 14 2 16
% within Derajat HNP .0% 51.9% 15.4% 36.4%
Nyeri
Sedang
Count 2 10 7 19
% within Derajat HNP 50.0% 37.0% 53.8% 43.2%
Nyeri
Hebat
Count 2 2 4 8
% within Derajat HNP 50.0% 7.4% 30.8% 18.2%
Total Count 4 27 13 44
% within Derajat HNP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Correlations
Derajat HNP Derajat Nyeri
Spearman's rho Derajat HNP Correlation Coefficient 1.000 .150
Sig. (2-tailed) . .332
N 44 44
Derajat Nyeri Correlation Coefficient .150 1.000
Sig. (2-tailed) .332 .
N 44 44
58
Lampiran 4
59
Lampiran 5
60
Lampiran 6