pengaruh penundaan pemeriksaan bilirubin total 1, 2...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN
BILIRUBIN TOTAL 1, 2 DAN 3 JAM
ZUNAIDI
N121 08 510
PROGRAM KONSENTRASI
TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL 1, 2 DAN 3 JAM
SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
ZUNAIDI
N121 08 510
PROGRAM KONSENTRASI
TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN
BILIRUBIN TOTAL 1, 2 DAN 3 JAM
ZUNAIDI N121 08 510
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt. NIP.19670319 19903 2 002
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
dr. H. Moh. Arief Setyabudi, M.Kes. Wa Ode Nurfina, Bsc Pharm., M.Kes. NIP. 19520601 197805 1 001 NIP.
Pada tanggal
PENGESAHAN
PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL 1, 2 DAN 3 JAM
Oleh :
ZUNAIDI
N121 08 510
Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal 12 Mei 2011
Panitia Penguji Skripsi :
1. Ketua : Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CES., Apt …………..
2. Sekertaris : Dra. Aliyah MS.,Apt. ……………
3. Anggota : dr. Tenri Esa, M.Si, Sp.Pk ……………
4. Anggota (Ex. Off) : Prof. Dr. Rer.nat. Marianti A. Manggau, Apt………….
5. Anggota (Ex. Off) : dr. Arief Setyabudi, M.Kes …………..
6. Anggota (Ex. Off) : Wa Ode Nurfina Bsc. Pharm., M.Kes …………...
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Rrof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. NIP. 1960114 198601 2 001
v
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya
saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti bawa pernyataan saya ini tidak
benar, maka skripsi dan gelar yang di peroleh batal demi hukum.
Makassar, 12 Mei 2011
Zunaidi
vi
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh penundaan pemeriksaan bilirubin total 1, 2 dan 3 jam dengan menggunakan 36 sampel serum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar bilirubin total Segera dan setelah penundaan 1, 2 dan 3 jam. Berdasarkan hasil penelitian uji statistik anova menunjukan tidak terdapat perbedaan yang
bermakna setelah dilakukan penundaan 1, 2 dan 3 jam. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan bilirubin total masih
dapat dilakukan setelah penundaan 1, 2 dan 3 jam dengan menyimpan sampel pada suhu 2-8°C danterlindung dari cahaya matahari.
vii
ABSTRACT
The effect delay of total bilirubin measurement 1, 2 and 3 hours by
using 36 serum sampels have been coducted. This research aims to know
comparison of concentration of total bilirubin 1, 2 and 3 hours. Based on
the result and anova statistics test, there are no difference between delay
of measurement after 1, 2 and 3 hours. From result of this research it can
be concluded that the measurement of total bilirubin can be measured
after delay of 1, 2 and 3 hours under the condition of away from sun
radiation and temperature of 2-8°C.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, salam dan
salawat kepada Rasul-Nya yang mulia Muhammad saw, keluarga, para
sahabatnya dan seluruh kaum muslimin hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) Teknologi
Laboratorium Kesehatan di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi UNHAS atas kesediaanya menerima penulis
Sebagai peserta pendidikan di Program Konsentrasi Teknologi
Laboratorium Kesehatan.
2. Ketua Program Konsentrasi Laboratorium Kesehatan beserta seluruh
staf atas bimbingan serta asuhanya selama penulis menjalani
pendidikan.
3. Prof. Dr. rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt sebagai pembimbing
utama, dr. Arief Setiabudi, M.Kes sebagai pembimbing pertama dan
Wa Ode Nurfina, Bsc Pharm., M.Kes Sebagai pembimbing kedua
yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan
berbagai ide selama proses penulisan skripsi.
ix
4. Kepala Dinas Kesehatan Tolitoli dan Kepala Unit Transfusi Darah
Cabang Tolitoli Yang telah memberikan izin untuk melanjutkan
pendidikan di Program Konsentrasi Laboratorium Kesehatan.
5. DPP, DPW, DPC Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
Indonesia (PATELKI), atas bimbingan dan rekomendasinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
6. Dosen-dosen yang amat penulis hormati di Bagian Teknologi
Laboratorium Kesehatan dan Farmasi UNHAS yang telah banyak
membimbing penulis selama kami menyelesaikan karya akhir ini.
7. Direktur Rumah Sakit Stella Maris Makassar beserta staf atas segala
fasilitas dan bantuan yang telah disediakan selama kami
menyelesaikan karya akhir ini.
8. Seluruh rekan seperjuangan peserta Program Konsentrasi
Laboratorium Kesehatan angkatan V atas bantuan, support,
persahabatan dan kerjasama yang baik selama masa pendidikan
penulis.
9. Terkhusus lagi kepada isteri tercinta dan anak-anak yang dengan
setia memberi semangat dan doanya selama mengikuti Program
Konsentrasi Laboratorium Kesehatan.
Akhirnya semua ini tanpa arti tanpa dukungan moril dari kedua
orang tua tercinta Ibunda Nurijah dan Ayahanda Kasim Abdullah beserta
saudara-saudara yang selalu memberikan dukunganya.
x
Semoga karya ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan diberkati oleh Allah swt Tuhan semesta alam yang maha pengasih
lagi maha penyayang.
Makassar, 12 Mei 2011
Zunaidi
xi
DAFTAR ISI
halaman
PERNYATAAN........................................................................... . v
ABSTRAK.................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................. vii
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................... . xi
DAFTAR TABEL......................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................... .. xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 3
II.1 Hati........................................................................................ 3
II.1.1Fungsi Hati.......................................................................... 3
II.1.2 Gangguan Faal Hati........................................................... 4
II.2 Bilirubin................................................................................ .. 5
II.3 Metabolisme....................................................................... ... 6
II.4 Eksresi bilirubin..................................................................... 8
II.5 Jenis Bilirubin..................................................................... ... 9
II.6 Sifat Bilirubin......................................................................... 9
II.7 Patologi................................................................................. 10
II.8 Ikterus................................................................................... 11
II.9 Diagnosa Ikterus................................................................... 12
xii
II.10 serum................................................................................. 13
II.11 Pemeriksaan Laboratorium................................................ 14
II.12 Fotometer......................................................................... .. 15
II.13 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi hasil Pemeriksaan…. 17
II.14 Jenis Kesalahan Hasil Laboratorium................................... 18
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN....................................... 19
III.1 Jenis Penelitian................................................................... 19
III.2 Tempat dan waktu Penelitian ............................................. 19
III.3 Pupulasi Dan Sampel penlitian............................................ 19
III.4 Kreteria Sampel .................................................................. 20
III.5 Alat Dan Bahan Yang Digunakan...................................... .. 21
III.6 Prosedur Kerja..................................................................... 21
III.6.1 Pengambilan Sampel Darah Vena.................................. 21
III.6.2 Pembuatan Serum.................................................. .......... 22
III.6.3 Periksaan Bilirubin Total............................................... ..... 22
III.7 Difinisi Operasional........................................................... ... 23
III.8 Analisis Data........................................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................... 25
IV.1 Hasil Penelitian................................................................... 25
IV.2 Pembahasan................................................................. ...... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................... ....... 31
V.1 Kesimpulan......................................................................... 31
V. 2 Saran.................................................................................. 31
xiii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 32
LAMPIRAN................................................................................ 35
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Perbedaan Bilirubin Indirek dan Direk....................................
2. Data Hasil Pemeriksaan ..................................................
3. Nilai Rata-rata Pemeriksaan Bilirubin Total..............................
4. Hasil Analisa Uji Anova.............................................................
10
25
26
28
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Letak dan Bentuk Hati.................................................. 3
2. Proses Pembentukan Bilirubin.................................... 6
3. Skema Jalan Sinar Pada Fotometer.......................... 16
4. Grafik Distribusi Perbandingan Hasil Pemeriksaan
Bilirubin Total Segera 1, 2 Dan 3 Jam...................... 27
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Skema Kerja……………………………………………. 35
2. Data Hasil Penelitian.................................................... 36
3. Data SPSS Uji Anova................................................... 37
4. Data Uji Anova………………………………………….. 38
5. Komposisi Reagen Bilirubin Total.............................. .. 42
6. Contoh Print Out Hasil Pemeriksaan Laboratori um... 43
7. Photometer TRX 7010................................................... 44
8. Formulir Persetujuan.................................................... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan laboratorium sehari-hari di laboratorium meliputi kegiatan
pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kegiatan tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga satu sama lain saling
mempengaruhi hasil/jasa pelayanan laboratorium. Laboratorium harus
mempertimbangkan bagaimana cara menangani contoh uji/sampel melalui
berbagai tahapan proses, mulai dari pengiriman ke laboratorium,
penerimaannya di laboratorium, penanganan pada saat pengujian,
perlindungan pada saat penyimpanan, retensi dan pembuangannya.
Penanganan spesimen sangat penting agar hasil pemeriksaan
memperoleh ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Pengolahan spesimen
darah meliputi persiapan darah untuk pemeriksaan rutin, persiapan serum
dan plasma untuk pemeriksaan kimia klinik dan hematologi. Pemeriksaan
spesimen yang mudah berubah kesetabilannya dalam darah harus segera
dilaksanakan seperti pada parameter bilirubin.(1)
Pemeriksaan bilirubin berguna untuk melihat fungsi hati dan
saluran empedu, kadar bilirubin yang tinggi (hiperbilirubinemia) diatas
normal mencerminkan fungsi hati dan saluran empedu terganggu. Ikterus
adalah kondisi hiperbilirubinemia, yang terlihat kuning pada kulit dan
selaput lendir. Kadar bilirubin yang normal mencerminkan metabolisme
hati dalam kondisi baik. (2,3)
2
Di laboratorium RS. Stella Maris Makassar pemeriksaan bilirubin
dilakukan dengan metode diazotasi bilirubin. Pemeriksaan serum
dilakukan segera apabila petugas laboratorium sedang dinas sore dan
malam. Tetapi apabila dinas pagi pemeriksaan bilirubin dapat tertunda 1
jam bahkan hingga 3 jam setelah dilakukan pengambilan sampel darah
dari pasien. Hal ini disebabkan jam 08.00 – 10.00 Wita khusus dilakukan
pengambilan darah. Pengerjaan spesimen dilakukan serentak setelah
seluruh spesimen terkumpul pada jam 10.00 wita. (4)
Bilirubin dalam serum akan mengalami penurunan kadar apabila
terlalu lama biarkan, ini disebabkan beberapa faktor : seperti faktor suhu,
pH, substrat dan kadar enzim. Hal ini disebabkan oleh protein mengalami
denaturasi.(5)
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
perbedaan kadar Bilirubin Total sebelum dan sesudah dilakukan
penundaan pemeriksaan 1, 2 dan 3 jam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbandingan Kadar
Bilirubin Total sebelum dan sesudah dilakukan penundaan 1, 2 dan 3 jam.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan referensi hasil perbandingan sebelum dan sesudah di lakukan
penundaan pemeriksaan sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan pemeriksaan bilirubin di laboratorium sehari-hari.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Hati
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan bobot sekitar
1,2-1,8 kilogram. Hati adalah organ sentral dan merupakan pusat
metabolisme dalam tubuh, hati berwarna merah coklat dan sangat lunak
terletak dibagian kanan atas rongga abdomen dan tepat dibawah
diafragma. (6,7)
Gambar 1. Letak dan bentuk hati
II.1.1 Fungsi Hati
Hati mempunyai fungsi sangat banyak dan kompleks untuk
mempertahankan hidup serta berperan pada hampir setiap fungsi
metabolisme tubuh. Sacara garis besar fungsi hati dibagi dalam 3 macam:
1. Berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, protein, lemak
dan vitamin serta pembentukan dan ekskresi empedu.
2. Sebagai tempat sintesis albumin, fibrinogen dan tempat penyimpanan
berbagai jenis zat.
Hati
4
3. Detoksifikasi dan ekskresi
Fungsi yang berhubungan dengan detoksifikasi dan ekskresi
merupakan fungsi hati yang sangat penting dan dilakukan oleh enzim-
enzim hati, melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi
terhadap zat-zat yang kemungkinan membahayakan dengan cara
mengubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Hasil
detoksifikasi kemudian diekskresikan kedalam empedu dan urin. (6,8)
II.1.2 Gangguan Faal Hati
Hati mempunyai multifungsi yang berkaitan dengan metabolisme
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Maka gangguan faal hati dapat
disebabkan oleh kelainan:
1. Prehepatik misalnya pada anemia hemolitik, pada keadaan ini faal hati
pada umumnya normal kecuali bilirubin.
2. Intra hepatik atau hepatoseluler misalnya pada hepatitis, sirosis dan
karsinoma hepatis. Tes faal hati pada keadaan ini umumnya ditandai
dengan peninggian enzim SGOT, SGPT, ALP, GGT, protein abnormal,
bilirubin dapat bervariasi.
3. Post hapatik atau obstrusi karena batu empedu dan tumor. Dalam
keadaan ini bilirubin dan alkali fosfatase meninggi, SGOT dan SGPT
dapat meninggi. (2,6)
5
II.2 Bilirubin
Bilirubin adalah produk utama daripenguraian sel darah merah
yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada
cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total
akan meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian
ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bila bagian ini meningkat, penyebab
biasanya di luar hati. Bila bilirubin langsung adalah rendah sementara
bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada
saluran cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna,
yang memberi warna pada kotoran. Bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan
mata dapat menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala ikterus.(9)
Bilirubin merupakan produk pemecahan sel darah merah.
Pemecahan pertama dari sistem RES (reticuleondothehelial system) yang
diawali dengan pelepasan besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin
berawal dari turunan cicin porfirin yang terbuka dan menjadi rantai lurus.
Dalam sitem RES, turunan tersebut dikenal sebagai biliverdin yang
kemudian dikeluarkan ke sirkulasi. Di dalam plasma, bilirubin diikat oleh
albumin yang dikenal sebagai bilirubin indirek atau bilirubin I.(9,10)
Sampai di hepar, sebagian bilirubin I masuk kedalam sel,
sedangkan yang lain tetap berada di sirkulasi tubuh melewati jantung,
bilirubin yang masuk ke sel hepar dalam keadaan bebas, berikatan
dengan asam glokuronida dan disebut dengan bilirubin II atau bilirubin
terkonjugasi atau yang lebih dikenal dengan bilirubin direk.(9)
6
Setelah itu, bilirubin direk sebagian besar masuk kedalam sirkulasi
empedu dan sebagian lagi masuk kedalam sirkulasi darah. Oleh karena
itu, dalam sirkulasi umum terdapat bilirubin I dan bilirubin II. Dalam
keadaan normal, bilirubin I <0,75 mg% dan bilirubin II <0,25mg%, dan
total bilirubin tidak lebih dari 1 mg%. Bilirubin II yang memasuki jalur
empedu akan terkumpul dalam kantong empedu dan akhirnya akan
masuk kedalam usus. Sampai dalam lumen usus, akibat flora usus,
bilirubin direk teroksidasi menjadi urobilinogen.(9,11)
II.3 Metabolisme
Eritrosit pada akhir masa hidupnya dirusak didalam sistim retikulo
endotelial, ini berjumlah 1 persen dari hemoglobin total perhari. Globulin
dipisahkan dari cicin porfirin yang dibuka. Besi dilepaskan dan menjadi
terikat ketransferin, besi tidak dieksresikan tetapi memasuki tempat
penyim panan besi sintesa hemoglobin selanjutnya. Bagian besar
hemoglobin menjadi bilirubin.(13)
Gambar 2. Proses pembentukan bilirubin
7
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg
bilirubin. Perhari bilirubin dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang
dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin, proses erytropoetik yang
tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan
retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air.
Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar.
Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat
kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar
hingga mudah lepas dan berdiffusi kejaringan. (13)
Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil
pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu
ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat
besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran
proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. (14)
Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah
menjadi bentuk larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk
larut yang dapat diekskresikan dengan mudah kedalam kandung empedu.
Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang
dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin
glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym
glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum
endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan
UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan
8
membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang
kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap
kedua.(15)
Bilirubin, sebagian besar berasal dari pemecahan hemoglobin
(sekitar 230 mg/hari), diambil oleh sel hati dan dirangkaikan oleh
glukorunil transferase untuk membentuk bilirubin monugglukoronid dan
bilirubin diglukoronid. Bilirubin terkonjugasi yang larut dalam air ini akan
diekresikan kedalam kanalikuli bilaris dan 85% diekresikan kedalam feses.
Sisanya (15%) akan diglukuronase dan diabsorsi di usus untuk
rekurkusilasi enterohepatik. Konsentrasi bilirubin plasma yang normal
adalah maksimal 17 µmol /L (1 mg/dL). Jika meningkat lebih dari 30
µmol/L, sklera menjadi kuning dan jika konsentrasinya semakin
meningkat, kulit akan juga berubah menjadi kuning (ikterus).(13)
II.4 Eksresi Bilirubin
Bilubirin direk diekskresikan ke usus dan sebagian dikeluarkan
dalam bentuk blirubin usus, misalnya pada pemberian makanan yang
agak terlambat atau hal-hal lain maka oleh penngaruh enzim
glukoronidasi, bilirubin sebagian diubah menjadi bilirubin indirek yang
kemudian diserap ke sirkulasi darah.(13)
Bilirubin ini kemudian diangkut ke hepar untuk diproses lagi. Sirkulasi
ini disebut sirkulasi enterohepatik. Pada janin sebagian bilirubin yang
diserap kembali diekskresikan melalui plasenta. Pada bayi baru lahir
ekskresi melalui plasenta terputus. Pada janin ekskresi melalui jalan oleh
9
yang utama. Karena itu bila fungsi hepar belum matang atau terdapat
gangguan dalam fungsi akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat
kekurangan enzim glukoronil tranverase atau kekurangan glukosa, maka
kadar bilirubun indirek dalam darah dapat meninggi. Bilirubin indirek yang
terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dan serum.
Pada bayi kurang bulan dimana kadar albumin biasanya rendah dapat
dimengerti bila kadar bilirubin indirek yang bebas ini dapat berbahaya
karena bilirubin bebas inilah yang dapat melekat pada sel. Sel otak inilah
yang menjadi dasar pencegahan kern-ikterus dengan pemberian albumin
atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada
umumnya kapasitas maksimal pengikat bilirubin oleh bayi baru lahir yang
mempunyai kadar albumin normal telah tercapai.(15)
II.5 Jenis Bilrubin
Bilirubin terbagi menjadi 2 jenis yaitu Bilirubin Indirek yang
merupakan bilirubin yang belum mengalami konjugasi oleh hati dengan
asam glukoronat dan Bilirubin Direk yang telah mengalami konjugasi
dengan asam glukoronat di dalam hati. Pengukuran bilirubin di
laboratorium untuk membedakan bilirubin direk dan indirek maka
dilakukan juga pemeriksaan bilirubin total yang merupakan pengukuran
total bilirubin direk dan indirek.(16)
II.6 Sifat Bilirubin
Terdapat perbedaan yang nyata antara Bilirubin direct dan bilirubin
indirect, perbedaannya adalah :
10
Tabel 1. Perbedaan Bilirubin Indirek dan Direk
Bilirubin Indirek Bilirubin Direk
Tidak larut dalam air
Larut dalam alkohol
Terikat oleh protein albumin
Tidak mewarnai jaringan
Dengan reagent Azo tidak bereaksi langsung perlu accelerator
Tidak terdapat dalam urine
Bilirubin yang belum dikonjugasi
Tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus
Larut dalam air
Tidak larut dalam alkohol
Tidak terikat oleh protein
Mewarnai jaringan
Dengan reagent Azo langsung bereaksi, tidak
accelerator
Dapat ditemukan dalam urine
Bilirubin yang dikonjugasi
Dapat difiltasi oleh
glomerulus Sumber : Sacher. Klinis Tinjauan Hasil Laboratorium. Jakarta 2004
II.7 Patologi
Kadar bilirubin dalam serum dipengaruhi oleh metabolisme
hemoglobin, fungsi hati dan kejadian-kejadian pada saluran empedu.
Apabila destruksi eritrosit bertambah, maka terbentuk lebih banyak
bilirubin. Itu mungkin menyebabkan bilirubin prehepatik naik sedikit, tetapi
hati normal mempunyai daya ekskresi yang cukup besar, sehingga
peningkatan bilirubin dalam serum tidak terlalu tinggi. Bilirubinemia tidak
pernah lebih tinggi dari 4 atau 5 mg/dl kalau sebabnya hanya hemolisis
saja.(15)
Melemahnya fungsi hati mendatangkan kenaikan kadar bilirubin
dalam serum yang mengesankan (cukup tinggi). Berkurangnya daya
uptake atau konjugasi pada sel-sel hati mungkin menyebabkan kadar
bilirubin indirek meningkat ; melemahnya ekskresi bilirubin konjugat
mendatangkan kadar bilirubin post hepatik meningkat. Konjugat bilirubin
bersifat larut air dan mudah menembus filter glomeruli ; bilirubin berbalik
11
arah kembali kealiran darah jika ada obstruksi saluran empedu dimana
saja : dalam jaringan hati, pada saluran hepatik, pada kantong empedu
dan pada ductus choledochus. Disfungsi hepatoseluler yang sedang
derajatnya, menghambat penyaluran bilirubin konjugat ke dalam ductus
colligentis ; kadar bilirubin direk dalam darah dapat meningkat pada
penyakit hepatoseluler, biarpun saluran-saluran empedu dapat dilalui
dengan bebas. Bila kadar bilirubin direk atau indirek sampai 2-4 mg/dl,
maka pasien menderita ikterus, yakni menguningnya kulit, selaput lendir
dan sklera. (13,14)
II.8 Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan
lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh
bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Ikterus terjadi
apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit
(terutama) dan atau sklera tampak kekuningan. Pada orang dewasa,
ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 µmol/L),
sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL
(>86 µmol/L). Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus
setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar
serum bilirubin.(12,13)
Ikterus dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk :
1. Ikterus Hepatik terjadi akibat peningkatan pembentukan bilirubin, misal,
pada hemolisis ( anemia hemolitik, toksin) eritropoisis yang tidak
12
adekuat (misalnya anemia megalosblastik), tranfusi masif (eritrosit
yang ditransfusikan mempunyai masa hidup singkat), atau penyerapan
hematoma yang besar. Pada semua kondisi ini, bilirubin tidak
terkonjugasi didalam plasma akan meningkat.
2. Ikterus Intrahepatik disebabkan oleh defekspesifik pada ambilan
bilirubin disel hati (sindrom Gilbert Meulengracht), Konjugasi (ikterus
neonatorum, sindrom Crigler-Najar), atau sekresi bilirubin dikanalikuli
bilaris. Pada kedua jenis kelainan yang pertama, terutama terjadi
peningkatan pada bilirubin plasma yang tidak terkonjugasi , sedangkan
pada tipe sekresi, bilirubin terkonjugasi yang akan meningkat. Ketiga
langkah tersebut dapat dipengaruhi pada penyakit dan gangguan hati,
misal, hepatitis virus, penyalahgunaan alkohol efek samping obat,
kongesti hati, sepsis, atau keracunan jamur Amanita.
3. Ikterus Paska Hepatik, duktus bilaris eksrahepatik tersumbat, terutama
oleh batu empedu, tumor, atau kolangitis dan pangkreatitis. Pada
kondisi ini bilirubin terkonjugasi terutama meningkat.(15)
II.9 Diagnosis Ikterus
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala. Secara klinis
hiperbilirubinemia terlihat sebagai gejala ikterus, yaitu pigmentasi kuning
pada kulit dan sklera. Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar
bilirubin serum melebihi 34 hingga 43 µmol/L (2,0 hingga 2,5 mg/dL), atau
sekitar dua kali batas atas kisaran normal. Gejala ini dapat terdeteksi
dengan kadar bilirubin yang lebih rendah pada pasien yang kulitnya putih
13
dan yang menderita anemia berat. Gejala ikterus sering tidak terlihat jelas
pada orang-orang yang kulitnya gelap atau yang menderita edema.
Jaringan sklera kaya dengan elastin yang memiliki afinitas yang tinggi
terhadap bilirubin, sehingga ikterus pada sklera biasanya merupakan
tanda yang lebih sensitif untuk menunjukkan hiperbilirubinemia daripada
ikterus yang menyeluruh. Tanda dini yang serupa untuk hiperbilirubinemia
adalah warna urin yang gelap, yang terjadi akibat ekskresi bilirubin lewat
ginjal dalam bentuk bilirubin glukuronid.(17,18)
II.10 Serum
Fase cair darah yang telah membeku dikenal sebagai serum.
Serum ekivalen dengan plasma tanpa protrombin, faktor VIII, faktor V dan
fibrinogen. Serum diperoleh dengan cara darah dibekukan dan bekuannya
dipisahkan dengan pemusingan. Pemakaian serum sebagai pengganti
plasma dalam pemeriksaan kimia klinik mencegah pencemaran spesimen
oleh antikoagulans yang mungkin mempengaruhi satu atau lebih tes.
Serum telah menjadi sampel yang hampir secara universal
digunakan untuk pemeriksaan kimiawi. Untuk mempermudah
pengambilan dan penyiapannya, sebagian besar tabung untuk
penampungan darah berada dalam keadaan vakum dengan penutup karet
merah. Serum pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
1. Air : 91,0 %
2. Protein : 8,0 % ( albumin, glubulin, protrombin dan
fibrinogen)
14
3. Mineral : 0,9 % ( Natrium klorida, Natrium bikarbonat, garam
dan kalium, fosfor, magnesium dan besi )
4. Gas oksigen dan karbondioksida
5. Hormon
6. Enzim
7. Antigen
8. Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik, yaitu : glukosa, lemak, urea,
asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino. (19)
II.11 Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium membedakan dua macam bilirubin dalam serum,
yakni bentuk bebas yang tak larut dan bentuk konjugat. Bilirubin yang
larut dalam air disebut bilirubin direk karena dapat langsung diukur
tanpa mengubah bentuknya sedangkan yang belum mengalami
konjugasi atau bilirubin indirek harus terlebih dahulu dijadikan larut
dalam air sebelum ditentuka jumlahnya. (20)
2. Metode Pengukuran Bilirubin Total
Pemeriksaan bilirubin dilabotratorium mengunakan metode Jendrasik
dan Grof. Bahan pewarna yang digunakan adalah reagent diazo.
Reagen Diazo akan membentuk senyawa komplek yang berwarna
merah jika direaksikan dengan bilirubin. Untuk pemeriksaan bilirubin
total ditambahkan zat aselerator yang berfungsi untuk membebaskan
bilirubin satu dari albumin yang mengikatnya.(2)
15
3. Prinsip Pengukuran
Bilirubin total bereaksi dengan dichloaniline diazotized membentuk
warna merah coloren azocompound didalam suasana asam. Detergent
merupakan salah satu campuran yang menstabilkan penentuan kadar
bilirubin total.(4)
II.12 Fotometer
Fotometer berasal dari kata, yaitu foto yang berarti cahaya dan
meter yang berarti ukuran. Jadi, fotometer adalah alat untuk mengukur
intensitas cahaya. Cahaya Terbagi menjadi 3 golongan, Yaitu :
1. Cahaya tampak ( visible light ). Cahaya ini dapat dilihat langsung oleh
mata dengan panjang gelombang 400-700 nm.
2. Ultra Violet ( UV). Cahaya ini tidak dapat dilihat langsung oleh mata
dengan panjang gelombang 280-400 nm. UV A memiliki panjang
gelombang 300-400 nm, sedangkan UV B memiliki panjang gelombang
280-315 nm.
3. Inframerah ( Infrared/IR ). Cahaya ini juga tidak dapat dilihat oleh mata.
Inframerah memiliki panjang gelombang > 700 nm. Inframerah dekat
memiliki panjang gelombang 700-3000 nm sedangkan Inframerah jauh
memiliki panjang gelombang >3000 nm.(2,21)
Selain dari cahaya, Fotometer juga terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Fotometer Filter (filter photometer). Pengamatan hanya dilakukan pada
range panjang gelombang tertentu dengan menggunakan fi lter
16
spektrum. Filter menyerap Spektrum warna, kecuali spektrum yang
akan digunakan berupa kaca berwarna.
2. Spektrofotometer. Menggunakan prisma untuk mengurai sinar
polikromatis dan spektrum yang (monokromatis) dilewatkan melalui
suatu celah (split) yang bisa diatur.
3. Fotometer nyala (Flame photometer). Pengukuran yang dilakukan pada
pada cahaya nyala dari suatu zat melalui dispersi atom melalui proses
pembakaran.
Prinsip Pengukuran adalah energi cahaya yang akan dirubah
menjadi energi listrik oleh fotosel. Energi listrik yang dihasilkan akan
dicatat oleh recorder yang besarnya akan sebanding dengan kuat
lemahnya sinar atau cahaya yang masuk.
Gambar 3. Skema jalan sinar pada fotometer ( Sumber : Panil Z, 2008 Memahami Teori Dan Praktik Biokimia Dasar, cet.1, Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, hal 163 ).
Sinar putih (polikromatis) Sinar monokromatis
Foto sel
Prisma
split
Larutan
I1 I2
recorder
17
II.13 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
1. Cahaya
Cahaya matahari dan sinar ultra violet dapat menyebabkan hemolisis
pada sampel. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan
kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu Jam. Karena itu, serum
hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan pengukuran hendaknya
dikerjakan dalam waktu 2 hingga 3 jam setelah pengumpulan darah.(3)
2. Pipetasi
Ketelitian dalam memipet sangat menentukan hasil laboratorium,
terutama pipet mikro atau semi mikro. Volume sampel atau standar
sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pipet harus
dibilas terlebih dahulu dengan sampel atau standar yang akan diambil.
3. Standar
Medium larutan sampel sebaiknya sama dengan medium standar.
Untuk analisis serum, dianjurkan memakai serum kontrol yang nilainya
sudah tersedia dalam kemasan. Cara pemekaian dan penyimpanan
harus sesuai dengan petunjuk yang ada.
4. Reagen
Reagen yang telah usang atau penyimpanan yang kurang baik akan
mengurangi kepekaan reaksi kimia, terutama reagen pewarna atau
enzim yang ikut mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi.(2)
18
II.14 Jenis Kesalahan Hasil Laboratorium
1. Kesalahan Kasar
Kesalahan ini menyebabkan hasil tidak rasional dan tidak masuk akal.
Contohnya pada sampel yang tertukar dengan sampel yang lain. Hasil
pemeriksaan yang menyimpang ini cepat terdeteksi, biasanya
diakibatkan oleh kekeliruan pemeriksaan.
2. Kesalahan acak
Kesalahan ini menyebabkan hasil sampel yang sama jika diperiksa
berulang-ulang dan tidak akan memberikan hasil yang sama, pasti ada
perbedaan. Kesalahan ini di sebut imprecision. Kesalahan acak susah
untuk dihilangkan, hanya dapat ditekan sekecil mungkin. Kesalahan
hanya dapat diterima jika dalam batas toleransi yang nilainya
ditetapkan berdasarkan kepentinganya.
3. Kesalahan Sistemik
Penyimpangan Hasil dari nilai target atau nilai rata-rata bersifat searah,
seperti nilai keseluruhan yang meninggi atau nilai seluruhnya
merendah. Hal ini terjadi pada kesalahan ukuran yang telah
menyimpang pada prosedur kerja. Penyimpangan tersebut antara lain
ukuran pipet, suhu medium pemeriksaan, pH lingkungan atau nilai
standar yang berubah.(2,22)
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu membandingkan kadar bilirubin total dengan
penundaan 1, 2, dan 3 jam.
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 26 Oktober sampai 26 November 2010.
III.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasien yang berkunjung kelaboratorium
klinik dan pasien yang dikirim dari ruang rawat inap RS Stella Maris Kota
Makassar dengan pemeriksaan bilirubin.
Sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan estimasi sampel
yaitu :
N n =
1 + N (d)2
Keterangan :
1 : Konstanta pada pengambilan sample terbatas atau terkecil.
n : Perkiraan besar sampel
N : Perkiraan besar populasi
20
d : Tingkat signifikan kesalahan dalam pengambilan dan penentuan sampel
ρ = 0,05
Jadi :
N = 40
d = 0,05
Ditanya
n = …???
N
n = 1 + N (d)2
40
n = 1 + 40 (0.05)2
40 n =
1,1025
n = 36,3
Apabila dibulatkan 36,3 maka didapatkan 36 sampel.(23,24)
III.4 Kriteria Sampel
Kriteria inklusi : Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 36
orang pasien yang memeriksakan bilirubin di Laboratorium RS. Stella Maris
Makassar, usia 20-40 tahun, pria dan wanita rawat inap. Teknik
pengambilan sampel secara total sampling dimana sampel diambil dari
seluruh responden atau seluruh populasi yang ada.
Kriteria eksklusi : Sampel yang mengalami hemolisis dan hiperlipidemia
tidak dapat dimasukkan dalam sampel.
21
III.5 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah Disposable Syringe Terumo 3 ml,
Torniquette, Tabung Penampung Darah dan Rak Tabung Mika, mikropipet
1000 µl, mikropipet 200 µl, mikropipet 100 µl, Tabung reaksi kecil, Yellow
Tip, Blue Tip, Vortex Mixer Sentrifuge, Photometer TRX 7010 dan Timer.
Bahan yang digunakan adalah darah serum dan reagent Dialine
Bilirubin R1 dan Bilirubin R2 .
III.6 Prosedur Kerja
III.6.1 Pengambilan sampel darah Vena
Diambil darah vena pada vena Diffosa Cubiti menggunakan disposable
syringe 3 ml, posisi lengan pasien harus lurus dan dipilih lengan yang
banyak melakukan aktivitas, pasien diminta untuk mengepalkan tangannya,
dan dipasang torniquet ± 10 cm di atas lipat siku. Pilih bagian vena median
cubital atau chepalic, dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil
darahnya dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering untuk mencegah
terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan
dipegang lagi, ditusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke
atas dengan kemiringan 150, bila menggunakan tabung vakum ditekan
tabung vakum hingga vakumnya bekerja dan darah terhisap ke dalam
tabung. Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam
semprit, bila darah tidak ke luar diganti posisi penusukan, diusahakan darah
dapat ke luar dalam satu kali tusukan. Setelah volume darah dianggap
cukup, torniquet dilepas dan pasien diminta membuka kepalan tangannya,
22
volume darah yang diambil sebanyak 3 ml. Jarum dilepaskan dan segera
diletakkan kapas alkohol 70% di atas bekas suntikan untuk menekan bagian
tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, diplester bagian ini
selama ± 15 menit. Darah yang didapat segera ditampung dalam tabung
untuk pembuatan serum.(25)
III.6.2 Pembuatan Serum
Darah dimasukkan dalam tabung 1-2 ml untuk pemeriksaan kimia klinik
dan serologi tanpa antikoagulan, darah dibiarkan membeku terlebih dahulu
pada suhu kamar selama 30 menit, lalu di sentrifuge 3000 rpm selama 15
menit. Serum yang telah siap digunakan dibagi menjadi 4 bagian, satu
bagian dilakukan untuk pemeriksaan segera dan 3 bagian lain disimpan di
kulkas dengan suhu 2-8°C.(1)
III.6.3 Pemeriksaan Bilirubin Total
Pemeriksaan kadar bilirubin total di lakukan di Ruang Kimia Klinik
Instalasi Laboratorium RS Stella Maris Makassar. Pemeriksaan bilirubin
terbagi atas : Pemeriksaan segera dilakukan setelah mendapatkan serum
dan setelah dilakukan penundaan 1, 2 dan 3 jam. Pengukuran kadar
bilirubin total dalam serum dilakukan dengan metode Photometric endopoint
procedure menggunakan reagent Bilirubin Dialine.
Prosedur kerja manual :
Blangko sampel Sampel
Sampel
Reagent R1
100µl
1000µ
100µl
1000µl
Dicampur hingga homogen selama 10 menit 20°C.
23
Reagent R2
Aquabidest
-
200µ
200µl
-
Dicampur di atas vortex, selama 5 menit, diukur serapan larutan pada
Photometer dengan panjang gelombang 546 nm terhadap blanko sampel.
Hasil pengukuran berupa serapan sampel yang dikalikan dengan faktor 16.0
dan hasil pengukuran akan terbaca langsung pada layar Photometer.
Berikut ini nilai Rujukan (Reference Values) Bilirubin Dialine : Bilirubin
Total pada dewasa tidak lebih dari 1,1 mg/dl.
III.7 Definisi Operasional
1. Pemeriksaan bilirubin segera adalah pemeriksaan kadar bilirubin di dalam
serum yang segera diperiksa dengan menggunakan alat Photometer TRX
7010
2. Penundaan pemeriksaan bilirubin 1, 2 dan 3 jam adalalah pemeriksaan
kadar bilirubin terhadap serum yang sama dengan perlakuan
memisahkanya pada tabung yang berbeda dan menyimpanya di dalam
lemari pendingin pada suhu 2-8°C, diperiksa kadar bilirubinnya setelah
disimpan selama 1, 2 dan 3 jam menggunakan alat Photometer TRX
7010.
24
III.8 Analisis Data
Data jenis rasio dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kadar
rata-rata untuk setiap perlakukan, disajikan dalam bentuk tabel dan untuk
melihat pengaruh penundaan dilakukan uji Anova.(26)
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di RS. Stella Maris Makassar dengan subjek
penelitian pasien yang berkunjung di laboratorium klinik dan pasien yang
dikirim dari rawat inap dengan pemeriksaan bilirubin, jumlah sampel pada
penelitian ini sebanyak 36 berusia 20 sampai 40 tahun, dengan empat kali
perlakuan yaitu pemeriksaan segera, penundaan 1, 2 dan 3 jam. Sampel
penelitian untuk pemeriksaan tunda disimpan dalam kulkas pada suhu 2-8°C.
Data perbandingan hasil pemeriksaan Bilirubin Total pada penundaan
1, 2 dan 3 jam dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 : Data Hasil Pemeriksaan Bilirubin Total
No NAMA PASIEN
SEX UMUR
HASIL PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL ( mg/dl)
SEGERA 1 JAM 2 JAM 3 JAM
1 MB L 40 3,12 3,13 3,11 2,97
2 A P 39 1,13 1,14 1,13 1,21
3 AB P 40 7,29 7,26 7,27 7,00
4 F P 40 16,94 16,93 16,95 15,10
5 YM L 20 2,57 2,56 2,50 2,25
6 H P 27 12,41 12,40 12,31 11,10
7 F P 40 5,95 5,93 5,94 6,01
8 SST P 40 6,68 6,66 6,59 6,00
9 F P 39 17,08 17,05 17,00 16,51
10 W L 21 4,94 4,95 4,75 4,53
11 F L 25 3,27 3,27 3,15 3,10
12 S L 37 25,91 25,90 22,78 22,65
13 O P 40 5,27 5,27 5,20 4,95
14 MM L 39 4,92 4,91 4,90 4,10
15 H P 31 0,66 0,56 0,64 0,58
16 MB P 35 0,80 0,82 0,80 0,84
26
17 H P 36 2,24 2,40 2,38 2,08
18 ES P 31 0,33 0,55 0,34 0,42
19 S P 20 0,95 1,00 0,97 1,12
20 SST L 34 0,61 0,63 0,59 0,43
21 DBR P 25 0,48 0,43 0,45 0,26
22 M P 40 0,43 0,44 0,42 0,40
23 P L 35 0,50 0,53 0,51 0,41
24 SST L 35 0,86 0,86 0,85 0,79
25 O L 20 0,61 0,63 0,60 0,52
26 F L 40 0,47 0,47 0,45 0,41
27 S L 37 0,56 0,60 0,56 0,51
28 W P 31 0,49 0,50 0,48 0,41
29 U L 36 0,50 0,51 0,50 0,41
30 BS L 34 0,45 0,44 0,45 0,38
31 AY P 40 5,91 5,90 5,87 4,88
32 AN P 25 0,46 0,45 0,43 0,39
33 EN P 30 0,51 0,52 0,50 0,44
34 AA L 37 1,16 1,15 1,17 0,96
35 H L 23 0,93 0,93 0,91 0,81
36 L P 32 0,77 0,73 0,77 0,65
Untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan ketiga penundaan ini,
maka dilakukan perhitungan nilai rata-rata (mean) yang dapat dilihat pada
tabel 3 :
Tabel 3. Nilai rata – rata pada pemeriksaan Bilirubin Total Penundaan 1,2 dan 3 Jam
No Perlakuan
Pemeriksaan Jumlah Sampel
Nilai Rata-rata Bilirubin Total (mg/dl)
1 Segera 36 3,84
2 Penundaan 1 jam 36 3,83
3 Penundaan 2 jam 36 3,72
4 Penundaan 3 jam 36 3,49
Pada tabel 3 terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil
pemeriksaan segera, penundaan 1, 2 dan 3 jam pada 36 sampel darah.
27
Terlihat pada pemeriksaan segera lebih tinggi dibandingkan penundaan 1, 2
dan 3 jam untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 :
Gambar 4. Grafik distribusi perbandingan hasil pemeriksaan bilirubin total segera, 1,2 dan
3 jam
Untuk melihat seberapa jauh pengaruh penundaan tersebut, maka
dilakukan uji statistika one way anova dengan tingkat kepercayaan 95%
Yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Hasil Analisa Statistika Uji Anova
Sumber Variasi Jumlah
Kuadrat
Rata-rata
kuadrat F hit F tabel Keputusan
Total 4289,816 143
Fhit<Ftabel
Antar kelompok 2,953 3 0,032 2,65 0,032< 2,65
Dalam Kelompok
4286,862 140
Jadi Ho
diterima
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
Segera Penundaan 1 jam
Penundaan 2 jam
Penundaan 3 jam
Kadar Bilirubinmg/dl
Segera Penundaan 1 Jam Penundaan 2 Jam
Penundaan 3 Jam
28
Tabel di atas menunjukan pada derajat kemaknaan 0,05 didapat F
hitung 0,032 < F tabel 2,65 yang berarti Ho diterima yaitu dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan
segera maupun dilakukan penundaan 1, 2 dan 3 jam.
IV.2 Pembahasan
Telah dilakukan penelitian dalam jangka waktu 26 Oktober – 26
November 2010 terhadap pengaruh penundaan pemeriksaan bilirubin total
sebelum dan sesudah 1, 2 dan 3 jam yang dirawat inap di Ruang Penyakit
Dalam RS.Stella Maris Makassar dengan menggunakan Kit Total Bilirubin
Dialine dari Dialine Diagnostic Sistem.
Pemeriksaan bilirubin menggunakan metode Jendrasik dan Grof.
Bilirubin bereaksi dengan 4-Dichkloroaniline membentuk senyawa warna
merah (azobilirubin) dalam suasana asam. Intensitas warna yang terjadi
sesuai dengan konsentrasi bilirubin yang di ukur dengan fotometer.(2,3)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh F hitung 0,032 ˂ F tabel 2,65
dengan derajat kemaknaan 0,05. Hal ini berarti secara Statistik One Way
Anova tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan
bilirubin total segera maupun yang dilakukan penundaan 1, 2 dan 3 jam.
Bilirubin terbentuk dari hemoglobin yang juga merupakan bagian dari
protein. Protein sangat peka terhadap pengaruh fisik dan kimia sehingga
dapat mempengaruhi perubahan sifat-sifat aslinya, yang disebut
denaturasi.(2)
Proses denaturasi yang terjadi bisa menyebakan peningkatan atau
penurunan komplek warna yeng tebentuk setalah kadar bilirubin dalam
29
serum direaksikan oleh reagen yang digunakan sehingga mempengarui nilai
saat dilakukan pembacaan dengan mengunakan fotometer. Tidak terjadi
perbedaan yang bermakna pada penelitian ini disebabkan oleh penyimpanan
serum dilemari pendingin dengan suhu 2-8°C. Perlakuan ini menghambat
terjadinya proses denaturasi protein dalam serum sehingga kadar bilirubin
total tetap stabil. Kestabilan bilirubin total dalam serum sangat dipengaruhi
oleh cahaya. Dengan penyimpanan dalam kulkas, serum yang mengandung
bilirubin akan terlindungi oleh cahaya. Cahaya dapat menurunkan kadar
bilirubin total sampai dengan 50 % dalam satu jam.(3)
Walaupun tidak terdapat perbedaan secara statistik pada keempat
pemeriksaan ini, namun terdapat perbedaan nilai rata -rata pada pemeiksaan
segera maupun penundaan 1, 2 dan 3 jam dengan selisih dari segera ke
penundaan 1jam ( 0,01mg/dl), penundaan 1 jam ke 2 jam (0,12mgdl) dan
dari 2 jam ke 3 jam (0,23mg/dl).
Hal ini bisa disebabkan pada sampel yang dipemeriksaan secara
berulang-ulang dan tidak akan memberikan hasil yang sama, pasti ada
perbedaan yang menyebabkan kesalahan yang disebut Imprecision atau
ketidak tepatan. Kesalahan ini susah untuk dihilangkan, hanya dapat ditekan
sekecil mungkin.
Faktor lainya yang dapat mempengaruhi hasil adalah reagen, metode,
dan keakuratan pemipetan. Penyimpanan reagen dan masa kedaluarsa
reagen merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Bila penyimpanan
reagen tidak stabil akan menyebabkan terjadi kerusakan pada reagen
30
bilirubin dimana reagen diazo tidak mampu mereaksikan bilirubin total
sehinga tidak terbentuk dengan sempurna komplek berwarna merah. Untuk
menjaga kestabilan dari reagen harus dilakukan penyimpanan pada suhu 2-
8°C. Hal ini disebabkan pada suhu 2-8 °C dapat menghambat proses
denaturasi protein sehingga dapat menstabilkan reagen Bilirubin Total dalam
serum .
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan secara statistik dapat
ditarik kesimpulan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari hasil
pemeriksaan kadar bilirubin total baik yang diperiksa secara langsung
atau segera, maupun yang dilakukan penundaan pemeriksaan selama 1,
2, dan 3 jam. Penundaan pemeriksaan 1, 2 dan 3 jam dapat saja
dilakukan dengan menyimpan sampel pada tempat yang terlindung oleh
sinar matahari dan pada suhu kulkas 2-8°C.
V.2 Saran
Disarankan untuk meneliti pengaruh penundaan bilirubin total
terhadap lama penyimpanan pada suhu kamar dan terhindar dari cahaya
dengan penundaan 4, 5 dan 6 jam.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusdiknakes. Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Praktice). Pusat Laboratorium Kesehatan. 2000. Hal17-19
2. Panil Z. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Ed.1.
Penerbit EGC. 2008
3. Hardjoeno H, Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Makssar. 2003.
4. Dialine. Diagnostic System Total Bilirubin (DCA). Assay Of Total
Bilirubin. Februari. 2004.
5. Sardi, dr Frans, Satyawirawan dan Marzuki, dr. Suryaatmadja, Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Pemeriksaan faal Hati, Cermin Dunia Kedokteran, Kalbe Farma,
Jakarta. 2004.
6. Akbar N. Kelainan Enzim Pada Penyakit Hati. Di dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus Alwi, Simadibrata M & Setiati, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. FKUI. Jakarta. hal 424
7. Gibson & Jhon. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Ed.2.
Terjemahan oleh Sugiarto B dan EsterM . Jakarta: EGC: 2003. hal
207-15.
8. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed 4. EGC. Jakarta.1994. hal 188
9. Sppiritia. Lembar Informasi. 135. Yayasan Spiritia. Test Fungsi Hati, http://spiritia.or.id/LI/pdf/LI 135. Diakses tanggal 15 Juni 2010.
10. Sutedjo AY, Mengenal Penyakit Melaui Hasil Pemariksaan
Laboratorium, Amara Books, Yogyakarta. 2009.
11. Goel BK: Routine Biochemikal Test In A Procedure Manual For
Routine Diagnostic Test, Vol III, Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited 1998: 1016-23
12. Risa, Etika, dr. SpA, Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo – Surabaya, Hiperbilirubinemia pada
Neonatus, 2005 http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-js9khg-pkb.pdf, Diakses tanggal 15 Juni 2010
33
13. Baron, D.N, Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Textbook of Chemical Pathology) Alih bahasa : dr. Petrus A dan dr. Johannes G, Edisi ke-4, EGC, Penerbit buku Kedokteran, Jakarta, 1995
14. Mansjoer Arif, dkk., Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid
kedua, Penerbit Media Aesculapius, FKUI, 2000.
15. Sacher, Ronald A., Richard A. Mc. Pharson, Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004
16. Mardiani, Helvi, T, Metabolisme Heme, Bagian Biokimia Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatra Utara, 2004,
http://library.usu.id/modules.php?op=modloadad&name=Download&file =index®=getit&lid=829, digitized by USU digital library.Diakses
tanggal 15 Juni 2010
17. Alamsyahputra, Adwin, Jaundice Disease, Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia, 2007
18. Widmann, Frances K, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan laboratorium (Clinical Interpretation of Laboratory Test), alih bahasa : Siti Boedina Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu, EGC, Penerbit buku
Kedokteran, Jakarta, 1995
19. Silberhagl S, Florian L. Teks Atlas Bewarna Patofisiologi. Alih bahasa. Iwan S, Iqbal M. Ed. Bahasa Indonesia. Titik Resmi Sari. EGC. Jakarta 2006.hal 168.
20. Poedjiadi. A. Dasar – dasar biokimia. Penerbit Universitas Indonesia.
1994.
21. Bagian Biokimia FKUI. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya
Medika. Jakarta. 2001
22. Kosasih E.N & Kosasih A.S, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Ed.2. Karisma Publising Group. Tangerang. 2008
23. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Cetakan ketiga. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta; 2005.
24. Nursalam. Panduan Metode Penelitian Dan Sampel, Jakarta. 2003
25. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik, Ed.9. Dian Rakyat, Jakarta 2008. Hal. 7-10
34
26. Santoso S. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Penerbit Buku
Gramedi. Jakarta. 2008. hal. 238
36
Lampiran II
Data Hasil Penelitian
No Sampel
Segera
Hasil pemeriksan biliribin (mg/dl)
Penundaan pemeriksaan
1 Jam 2 Jam 3 Jam
1 3,12 3,13 3,11 2,97
2 1,13 1,14 1,13 1,21
3 7,29 7,26 7,27 7,00
4 16,94 16,93 16,95 15,10
5 2,57 2,56 2,50 2,25
6 12,41 12,40 12,31 11,10
7 5,95 5,93 5,94 6,01
8 6,68 6,66 6,59 6,00
9 17,08 17,05 17,00 16,51
10 4,94 4,95 4,75 4,53
11 3,27 3,27 3,15 3,10
12 25,91 25,90 22,78 22,65
13 5,27 5,27 5,20 4,95
14 4,92 4,91 4,90 4,10
15 0,66 0,56 0,64 0,58
16 0,80 0,82 0,80 0,84
17 2,24 2,40 2,38 2,08
18 0,33 0,55 0,34 0,42
19 0,95 1,00 0,97 1,12
20 0,61 0,63 0,59 0,43
21 0,48 0,43 0,45 0,26
22 0,43 0,44 0,42 0,40
23 0,50 0,53 0,51 0,41
24 0,86 0,86 0,85 0,79
25 0,61 0,63 0,60 0,52
26 0,47 0,47 0,45 0,41
27 0,56 0,60 0,56 0,51
28 0,49 0,50 0,48 0,41
29 0,50 0,51 0,50 0,41
30 0,45 0,44 0,45 0,38
31 5,91 5,90 5,87 4,88
32 0,46 0,45 0,43 0,39
33 0,51 0,52 0,50 0,44
34 1,16 1,15 1,17 0,96
35 0,93 0,93 0,91 0,81
36 0,77 0,73 0,77 0,65
37
Lampiran III
Data SPSS Uji Anova
Descriptives
KADAR
BILIRUBIN
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound Upper Bound
SEGERA 36 3.8428 5.75649 .95941 1.8951 5.7905 .33 25.91
1 JAM 36 3.8353 5.75319 .95887 1.8887 5.7819 .30 25.90
2 JAM 36 3.7275 5.41579 .90263 1.8951 5.5599 .34 22.78
3 JAM 36 3.4883 5.18793 .86466 1.7330 5.2437 .26 22.65
Total 144 3.7235 5.47711 .45643 2.8213 4.6257 .26 25.91
Test of Homogeneity of Variances
KADAR BILIRUBIN
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.068 3 140 .977
ANOVA
KADAR BILIRUBIN
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.953 3 .984 .032 .992
Within Groups 4286.862 140 30.620
Total 4289.816 143
38
Lampiran V
Komposisi Reagen Bilirubin Total
Reagent Dialine
Komposisi R1 : Phosphatebuffer 40mmol/l
NaCl 9g/l
Detergent, Stabilizer
Komposisi R2 : 2,4-Diclorophenyldiazoniumsalt 1mmol/l
HCL 30mmol/l
: Detergent
39
Lampiran VI
Contoh Print out Hasil Pemeriksaan Bilirubin
Parameter Hasil Rujukan Satuan Ket
SGOT 16.4 ˂ 32 U/l
SGPT 9.7 ˂ 31 U/l
GGT 31.4 9-39 U/l
TOTAL PROTEIN 7.83 6.6-8.7 g/dl
ALBUMIN 4.81 3.5-5 g/dl
ALKALI PHOSPATASE 53 ˂ 240 U/l
BILIRUBIN TOTAL 0.51 ˂ 1.1 mg/dl
BILIRUBIN DIREK 0.11 < 0.3 mg/dl
UREUM 8.9 10-50 mg/dl L
CRETININE 0.55 < 1.1 mg/dl
ASAM URAT 4.33 2.4-5.7 mg/dl
KOLESTEROL TOTAL 235.8 < 220 mg/dl H
TRIGESERIDA 121 < 150 mg/dl
HDL KOLESTEROL 59 > 60 mg/dl
LDL-KOLESTEROL 139.4 < 150 mg/dl L
GLUKOSA-SWAKTU 97 < 160 mg/dl
GLOBULIN 3.02 2-3 mg/dl H
BILIRUBIN DIREK 0.4 < 0.7 mg/dl
BILIRUBIN TOTAL 0.52 ˂ 1.1 mg/dl
BILIRUBIN TOTAL 0.50 ˂ 1.1 mg/dl
BILIRUBIN TOTAL 0.44 ˂ 1.1 mg/dl Catatan :
40
Lampiran VII
Photometer TRX 7010
41
Lampiran VII
Formulir Persetujuan
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Yang bertanda Tangan dibawah ini :
Nama :....................................................
Umur :...................................................
Jenis Kelamin :...................................................
Menyatakan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian “ PENGARUH
PENUNDAAN PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL SEBELUM DAN
SESUDAH 1, 2 DAN 3 JAM “ , setelah mendapat penjelasan dan
manfaatnya bagi ilmu kesehatan ( Khususnya Teknologi Laboratorium
Kesehatan).
Makassar, 26 Oktober 2010
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
Zunaidi (.......................................)