variasi jenis tanah pada sistem lahan bukit...

21
VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN BUKIT BALANG HINGGA LEVEL SUB-GRUP DI KECAMATAN BANGKALA BARAT KABUPATEN JENEPONTO SKRIPSI DIDI SUDIRMAN G111 10 292 DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN

    BUKIT BALANG HINGGA LEVEL SUB-GRUP

    DI KECAMATAN BANGKALA BARAT

    KABUPATEN JENEPONTO

    SKRIPSI

    DIDI SUDIRMAN

    G111 10 292

    DEPARTEMEN ILMU TANAH

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • ii

    VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN BUKIT BALANG HINGGA

    LEVEL SUB-GRUP DI KECAMATAN BANGKALA BARAT KABUPATEN

    JENEPONTO

    Oleh:

    DIDI SUDIRMAN

    G111 10 292

    Laporan Praktek Lapang Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

    Pada

    Departemen Ilmu Tanah

    Fakultas Pertanian

    Universitas Hasanuddin

    Makassar

    2017

    Disetujui Oleh:

    Prof. Dr. Ir. Christianto Lopulisa, M.Sc. Dr. Rismaneswati, SP. MP

    Pembimbing I Pembimbing II

    Tanggal Pengesahan:

  • iii

    VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN BUKIT BALANG

    HINGGA LEVEL SUB-GRUP DI KECAMATAN BANGKALA BARAT

    KABUPATEN JENEPONTO

    Didi Sudirman, Christianto Lopulisa, Rismaneswati

    [email protected]

    ABSTRAK

    Informasi yang diperoleh dari Peta Sistem Lahan (Reppprot, 1998) tentang sistem

    lahan Bukit Balang (BBG) masih bersifat umum termasuk jenis tanah yang ditemui

    merupakan assosiasi atau kompleks memperoleh Dystrudepts, Humitropepts, dan

    Tropohumults. Penelitian ini bertujuan untuk mendetailkan informasi jenis tanah

    pada sistem lahan BBG hingga pada tingkat sub group di Kecamatan Bangkala Barat

    Kabupaten Jeneponto. Metode penelitian yaitu metode deskriptif, dan penentuan

    jenis tanah menggunakan klasifikasi Taksonomi tanah (1975). Unit lahan yang

    digunakan berjumlah 5 yang dihasilkan dari tumpang tindih (overlay) peta sistem

    lahan dan peta lereng. Hasil penelitian menunjukkan lokasi penelitian tergolong

    dalam tipe iklim D (6 bulan basah dan 5 bulan kering). Sistem lahan BBG memiliki

    topografi datar sampai sangat curam dengan kemiringan lereng 8% sampai >45%.

    Jenis tanah yang ditemukan pada sistem lahan BBG ada 3 jenis yaitu Typic

    Dystrudepts dengan luasan sekitar 2357.24 ha (47.03%), Aquic Humic Dystrudepts

    dengan luasan sekitar 43.59 ha (0.86%), dan Inceptic Haplustalfs dengan luasan

    sekitar 2611.22 ha (52.09%)

    Kata kunci: Klasifikasi tanah, sistem lahan Bukit Balang, Kecamatan Bangkala

    Barat, taksonomi tanah

  • iv

    VARIATION OF SOIL TYPES ON THE BALANG BALANG LAND SYSTEM

    UNTIL LEVEL SUB-GROUP IN BANGKALA BARAT DISTRICTS

    JENEPONTO REGENCY

    Didi Sudirman, Christianto Lopulisa, Rismaneswati

    [email protected]

    ABSTRAK

    Information obtained from the Land System Map (Reppprot, 1998) on the Bukit

    Balang (BBG) land system is still general including the soil type encountered is an

    association / complex of Dystrudepts, Humitropepts, and Tropohumults. This study

    aims to obtain soil type on Bukit Balang land system (BBG) up to sub-group level in

    West Bangkala District Jeneponto Regency. The research method is descriptive

    method, and the determination of soil type using land Taxonomy classification. The

    land units used amount to 5 resulting from overlapping of the land system map and

    the slope map. The results showed that the study sites were classified as climate type

    D (6 wet months and 5 dry months). The BBG land system has flat topography up to

    very steep with slope of 8% to> 45%. Soil type found in BBG land system have 3

    types of Typic Dystrudepts with an area of about 2357.24 ha (47.03%), Aquic Humic

    Dystrudepts with an area of about 43.59 ha (0.86%), and Inceptic Haplustalfs with an

    area of about 2611.22 ha (52.09%).

    Keyword: Soil classification, Bukit Balang land system, Bangkala Barat Districts,

    soil taxonomy

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Tiada kata yang dapat penulis ungkapkan atas

    Nikmat, Cinta, dan Kasih sayang_Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian hingga penulisan skripsi ini sesuai dengan waktu yang

    telah ditentukan.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan sesuai dengan yang di harapkan, oleh karenanya saran dan kritik yang

    sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan dari semua pihak.

    Skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan serta bimbingan yang sangat

    berharga dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Ucapan terima

    kasih terutama penulis haturkan pada Ayahanda (alm. SYAMSUDDIN) dan Ibunda

    tercinta (AMINA ABDUL) yang selalu mencurahkan kasih sayang dengan tulus

    serta pengorbanan dan dorongan moril yang tiada henti-hentinya dan semangat agar

    terus menuntut ilmu sehingga penulis dapat menjalani jenjang pendidikan dari awal

    hingga akhir terselainya skripsi ini.

    Juga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada,

    yang terhormat :

    1. Bapak Prof. Dr.Ir. Christianto Lopulisa dan ibu Dr. Rismaneswati, SP. MP selaku

    dosen pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan dan masukan kepada

    penulis mulai rencana penelitian hingga selesainya skripsi ini.

    2. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Ilmu Tanah yang telah banyak membantu

    penulis selama penulis menempuh pendidikan di jurusan ilmu tanah.

  • vi

    3. Terimakasih kepada Anggota HIMTI 2010 atas segala perhatian, kasih sayang,

    dukungan dan motivasi yang tiada hentinya selama penulis menyelesaikan studi.

    4. Terima kasih penulis kepada Zulfikar Ali Ahmad yang membantu dan

    mengarahkan dalam pembuatan peta.

    5. Teman-teman anggota AGROTEKNOLOGI 2010 tanpa terkecuali serta seluruh

    teman-teman yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu.

    Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

    Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita

    semua, Amin.

    Makassar, 28 Juli 2017

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

    ABSTRAK ........................................................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

    DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

    I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    1.1. Latar belakang .................................................................................... 1

    1.2 Tujuan dan kegunaan ........................................................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4

    2.1. Sistem lahan ....................................................................................... 4

    2.2. Sistem lahan Bukit Balang (BBG) ..................................................... 5

    2.3. Klasifikasi tanah ................................................................................. 5

    2.4. Sistem klasifikasi taksonomi tanah .................................................... 7

    2.5. Pembeda klasifikasi tanah ................................................................ 10

    III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 12

    3.1. Tempat dan waktu ............................................................................ 12

    3.2. Alat dan bahan .................................................................................. 12

    3.3. Metode dan tahap penelitian ............................................................. 13

    3.3.1. Pembuatan peta unit lahan ............................................................. 14

    3.3.2. Penentuan titik lokasi pengambilan contoh tanah ......................... 14

    3.3.3. Pengambilan sampel tanah ............................................................ 14

  • viii

    3.3.4. Karakterisasi tanah ........................................................................ 15

    IV. KEADAAN UMUM LOKASI ................................................................. 18

    4.1. Letak geografis dan batas administrasi ............................................ 18

    4.2. Litologi ............................................................................................. 18

    4.3. Topografi dan kelerengan ................................................................ 19

    4.4. Iklim ................................................................................................. 20

    4.4. Penggunaan lahan............................................................................. 20

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 25

    5.1 Karakterisasi umum lokasi penelitian ............................................... 25

    5.2. Klasifikasi tanah berdasarkan kunci taksonomi tanah USDA (2014)32

    5.3 Klasifikasi jenis tanah dari ordo hingga sub ordo pada sistem lahan BBG

    berdasarkan kunci taksonomi tanah USDA tahun 2014 ................. 32

    5.3.1. Inceptisols ..................................................................................... 32

    5.3.2. Inceptic Haplustalfs ....................................................................... 36

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40

    6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 40

    6.2 Saran .................................................................................................. 40

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41

    LAMPIRAN .................................................................................................... 42

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Alat yang digunakan dalam analisis contoh tanah di laboratorium .... 12

    Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam analisis contoh tanah .......................... 13

    Tabel 3. Formasi batuan dan litologi pada sistem lahan BBG .......................... 19

    Tabel 4. Kelas kemiringan lereng pada sistem lahan BBG .............................. 19

    Tabel 5. Jenis tanah pada sistem lahan BBG di Kecamatan Bangkala Barat ... 32

    Tabel 6. Karasteristik sifat fisik tanah .............................................................. 38

    Tabel 7. Karasteristik sifat kimia tanah ............................................................ 39

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Peta sistem lahan Kecamatan Bangkala Barat ................................ 16

    Gambar 2. Peta kerja sistem lahan Kecamatan Bangkala Barat ....................... 17

    Gambar 3. Curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Bangkala Barat tahun 2011-

    2015 .................................................................................................... 20

    Gambar 4. Peta administrasi Kecamatan Bangkal Barat .................................. 21

    Gambar 5 Peta lereng sistem lahan BBG Kecamatan Bangkala Barat. ........... 22

    Gambar 6. Peta geologi sistem lahan BBG Kecamatan Bangkala Barat.......... 23

    Gambar 7. Peta penggunaan lahan sistem lahan Bukit Balang (BBG) Kecamatan

    Bangkala Barat ................................................................................... 24

    Gambar 8. Penampang melintang dan vegetasi profil 1 ................................... 26

    Gambar 9. Penampang melintang dan vegetasi profil 2 ................................... 27

    Gambar 10. Penampang melintang dan vegetasi profil 3 ................................. 28

    Gambar 11. Penampang melintang dan vegetasi profil 4 ................................. 30

    Gambar 12. Penampang melintang dan vegetasi profil 5 ................................. 31

    Gambar 13. Penampang melintang Typic Dystrustepts (profi 1) ..................... 33

    Gambar 14. Penampang melintang Typic Dystrustepts (profil 2) .................... 34

    Gambar 15. Penampang melintang Typic Dystrustepts (profil 3) .................... 34

    Gambar 16. Penampang melintang Aquic Humic Dystrudepts (profil 5) ...... 35

    Gambar 17. Penampang melintang Inceptic Haplustalfs (profil 4) .................. 36

    Gambar 18. Peta jenis tanah sistem lahan BBG Kecamatan Bangkala Barat ..... 37

  • 11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar belakang

    Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian

    lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan bahkan keadaan

    vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

    Lahan mempunyai sifat keruangan, unsur estetis dan merupakan lokasi aktifitas

    ekonomi manusia. Keberadaannya sangat terbatas, oleh karena itu diperlukan

    pertimbangan dalam pemanfaatannya agar memberikan hasil yang optimal bagi

    kehidupan. Lahan yang berkualitas dapat dimanfaatkan untuk banyak kegiatan dan

    banyak jenis tanaman (Mather, 1986).

    Sistem lahan merupakan informasi gabungan yang didasari dari prinsip ekologi

    yang berhubungan antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan orgnisme dan

    dari kombinasi faktor-faktor ekologi yang sama akan menghasilkan system lahan

    yang sama.

    Istilah sistem lahan mula-mula digunakan oleh Christian dan Stewart dalam

    loporan survey dilaksanakan Catherine-Darwin Christian (1958) dalam Arsyad

    (1990), menjelaskan bahwa sistem lahan yang sama akan ditemukan pada tempat-

    tempat yang memiliki kombinasi faktor-faktor atau ekologi yang sama, sehingga

    dapat muncul berulang pada kawasan-kawasan yang memiliki sifat-sifat lingkungan

    yang sama. Oleh karena itu, potensinya pada skala tertentu akan sama.

  • 12

    Sistem taksonomi yang diterbitkan pertama kali oleh USDA, 1975 dengan judul

    “Soil Taxonomy”, (Soil Survey Staff,1975) merupakan sistem klasifikasi tanah yang

    banyak dikenal diseluruh dunia. Tujuan pembuatan taksonomi tanah adalah untuk

    membuat sistem dasar klasifikasi tanah yang yang dapat digunakan untuk melakukan

    berbagai kegiatan survei tanah. Adapun taksonomi tanah terdiri dari enam kategori

    dengan sifat-sifat faktor pembedanya seperti: Ordo, Subordo, Great Group, Subgroup,

    Famili, dan Seri.

    Sistem lahan yang dapat dijumpai di Kabupaten Jeneponto khususnya di

    Kecamatan Bangkala Barat terdapat tiga belas jenis sistem lahan yaitu BBG,BDG,

    BOM, BRA, BRI, BRU, KAS, LTG, MKS, PLU, SMA, TBO, dan TRO. Sistem

    lahan yang paling luas di Kecamatan Bangkala Barat yaitu sistem lahan BBG (Bukit

    Balang) dengan luas 5058 ha (31.25%).

    Peta sistem lahan merupakan suatu sistem yang terdiri atas satu kombinasi batuan

    induk, tanah, topografi, dan iklim, yang mencerminkan kesamaan potensi dan faktor-

    faktor pembatasnya. Data peta sistem lahan yang terdapat saat ini dan digunakan

    secara luas di Indonesia adalah peta sistem lahan yang memiliki skala1 : 250.000.

    Pada skala ini tingkat kerincian informasi yang terkandung dalam peta masih kurang,

    sehingga ada kemungkinan dalam informasi pada skala ini belum jelas atau tidak

    tercantumkan dalam peta.

    Berdasarkan skala peta yang digunakan saat ini maka dilakukan penelitian

    Variasi jenis tanah pada tingkat Sub-grup pada sistem lahan Bukit Balang

    (BBG) di Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto untuk memperoleh

  • 13

    informasi yang lebih detil tentang jenis tanah pada tingkat sub grup pada sistem lahan

    BBG.

    I.2 Tujuan dan kegunaan

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi jenis tanah pada sistem lahan

    Bukit Balang (BBG) sampai pada tingkat sub-grup di Kecamatan Bangkala Barat

    Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk

    pemerintah dan masyarakat untuk mengelola tanah dan lahan sesuai karasteristik

    tanah tersebut.

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sistem lahan

    Sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan menganggap ada hubungan

    yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Sistem

    lahan yang sama akan mempunyai kombinasi faktor-faktor ekologi atau lingkungan

    yang sama. Oleh karena itu, sistem lahan bukan merupakan sesuatu yang unik untuk

    satu tempat saja (spesifik lokasi), tetapi dapat dijumpai di mana pun dengan

    karakteristik lingkungan yang sama (Christian dan Stewart (1986).

    Peta sistem lahan merupakan suatu sistem yang terdiri atas satu kombinasi batuan

    induk, tanah, topografi, dan iklim, yang mencerminkan kesamaan potensi dan factor-

    faktor pembatasnya. Data peta sistem lahan yang terdapat saat ini dan digunakan

    secara luas di Indoneia adalah peta sistem lahan skala 1 : 250.000.

    Kegiatan pemetaan yang kemudian dikenal sebagai proyek RePPProT (Regoinal

    Physical Planning Progaramme For Transmigration) ini menerapkan sistem lahan

    yang bersumber pada konsep sistem lahan CSIRO (Christian dan Stewart, 1986) yang

    mengatakan bahwa konsep sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan

    menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform,

    tanah, dan organisme.

    Konsep sistem lahan yang diperkenalkan oleh Christian dan Stewart (1986)

    didasarkan oleh prinsip ekologi dengan menganggap adanya hubungan yang erat

    antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Sistem lahan yang

  • 15

    sama akan mempunyai faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang sama. Oleh karena

    itu, sistem lahan bukan merupakan sesuatu yang unik untuk satu tempat saja, tetapi

    dapat dijumpai dimana pun dengan karakteristik lingkungan yang sama. Konsep

    tersebut menjadi pendekatan dalam melakukan pemetaan system lahan diInonesia.

    2.2. Sistem Lahan Bukit Balang (BBG)

    Sistem lahan Bukit Balang memiliki luas 27715 km2 dengan topografi punggung

    gunung yang tak beraturan di atas batuan vulkanik basa. Sistem lahan ini memiliki

    jenis batuan brupa anesit dan basal. Sistem lahan BBG berada pada darah dataran

    tinggi dengan ketinggian sekitar 2000 mdpl dengan suhu rata-rata 250C dengan

    keemiringan 41-60% dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 800-4000 mm.

    Suhu minimal pada sistem lahan ini yaitu 170C dan suhu maksimalnya 330C,

    memiliki 3 jenis Great Group yaitu Dystrudepts dengan tekstur yang agak halus

    sampai halus, Humitropepts dengan tekstur halus dan Tropohumults dengan tekstur

    halus.

    2.3. Klasifikasi tanah

    Tanah merupakan salah satu dari sumber daya alam yang berpangaruh langsung bagi

    penggunaan pertanian, sebagai sumber daya alam tanah mempunyai 2 fungsi utama

    yaitu, sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks tempat akar

    tumbuh mengjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur hara dan air ditambahkan

    (Arsyad, 2010).

    Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara membedakan

    sifat-sifat tanah satu sama lain dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas

  • 16

    tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah-

    tanah yang sama akan dimaksukkan ke dalam kelas yang sama dan sebaliknya

    (Hardjowigeno,1993), dan ditambahkan pula oleh Pairunan dkk.,(1985) bahwa

    klasifikasi juga meliputi pengumpulan, penyusunan, dan penafsiran akan keterangan-

    keterangan tentang macam dam penyebaraan tanah pada permukaan lahan

    dipermukaan bumi.

    Klasifikasi tanah tanah secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi 2

    yaitu bagian klasifikasi secara alami (taksonomi) dan klasifikasi secara keteknikan

    atau kegunaan. Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat

    tanah atau yang dimiliki tanpa menghubungkan dengan tujuan keguanaan tanah

    tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran besar terhadap sifat fisik, kimia dan

    mineralogi tanah yang memiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat

    digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi berbagai pengelolaan berbagai

    penggunaan tanah. Sedangkan klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang

    didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk

    penggunaa-penggunaan tertentu. Misalnya, klasifikasi kesesuaian tanah untuk

    tanaman perkebunan maka tanah akan diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah

    yang mempengaruhi tanaman perkebunan tersebut seperti keadaan drinase tanah,

    lereng, tekstur tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno, 1985).

    Secara sistematik tujuan klasifikasi tanah adalah sebagai berikut: 1) mengorganisir

    pengaetahuan kita tentang tanah, 2) Untuk mengetahui hubungan masing-masing

    individu tanah satu sama lain, 3) untuk memudahkan mengingat sifat-sifat tanah, 4)

  • 17

    mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih peraktis dan 5) mempelajari

    hubungan dan sifat-sifat tanah baru (Hardjowigeno, 1985).

    Secara substansial menurut FAO-UNESCO (Soil Map of The World, 1970) bahwa

    salah satu tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menyediakan dasar-dasar ilmiah

    untuk pengalihan pengalaman antara wilayah–wilayah dengan lingkungan yang sama

    dengan sejumlah pengetahuan yang banyak dan penggalaman yang diperoleh dalam

    pengelolaan dan pengembangan tanah-tanah yang berbeda diseluruh dunia.

    2.4. Sistem klasifikasi taksonomi tanah

    Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy System) yang diterbitkan oleh USDA pada

    tahun 1975 dengan judul “soil taxonomy a system of soil clasification for making and

    interpretation (Soil Survey Staff, 1975) merupakan suatu sistem klasifikasi tanah

    yang bersifat multi kategori yang paling dikenal diseluruh dunia. Sistem ini

    memungkinkan oleh karena adanya penemuan baru tanpa merusak sistem itu sendiri

    dan mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu bentang lahan dimanapun

    ditemukan serta dapat digunakan dalam survey tanah untuk berbagai peruntukan

    (Hardjowigeno,1985). Selain itu sistem ini menjadi pembanding bagi Negara-negara

    didunia untuk mengkorelasikan jenis-jenis tanah yang dimilikinya, meskipun banyak

    negara menggunakan sistem klasifikasi tanah masing-masing, tetapi soil taxonomy

    tetap dipakai. Bahkan saat ini merupakan kebiasaan pemberian padanan dengan

    nama-nama menurut soil taxonomy bagi tanah-tanah yang diklasifikasikan menurut

    sistem klasifikasi tanah masing-masing seperti halnya memberikan nama latin bagi

    vegetasi-vegetasi yang disebut nama daerah (Darmawijaya, 1970).

  • 18

    Sistem klasifikasi bedasarkan Soil Taxonomi digunakan karena sistem tersebut

    merupakan sistem yang multi kategori dan mempunyai ciri yang lebih detail daripada

    sistem lain. Taksonomi tanah (USDA, 1975) mempunyai ciri-ciri yang disebut ciri

    taksonomi tanah yang terdiri atas delapan ciri yaitu 1) Setiap taksa harus mengandung

    pengertian yang sama kepada para pemakai, 2) Multi kategori yaitu jumlah taksa

    semakin ke bawah jumlah taksa lebih banyak pada ketegori tingkat rendah, 3) Taksa

    haruslah merupakan konsep dari tanah yang benar-benar ada, 4) Pembeda haruslah

    sifat-sifat tanah yang dapat diamati, 5) Memungkinkan adanya perubahan-perubahan

    penemuan-penemuan tanpa merusak sistem itu sendiri, 6) Pembeda sedapat mungkin

    mampu menempatkan tanah yang tidak terganggu dan tanah telah diolah kedalam

    taksa yang sama pada kategori tertentu, 7) Taksonomi harus dapat mengklasifikasikan

    tanah dalam suatu landscape, 8) Taksonomi dapat mengklasifikasikan semua tanah

    yang diketahui.

    Sistem taksonomi tanah terdiri enam kategori yaitu 1) ordo, 2) sub ordo, 3) geat

    group, 4) sub group, 5) family, dan 6) seri. Kategori satu sampai empat disebut

    sebagai kategori tinggi, sedangkan kategori dua yang terakhir disebut kategori rendah

    (Soil Taxnomy, USDA 1975).

    Pembeda yang digunakan pada masing-masing kategori secara berurutan diuraikan

    sebagai berikut:

    Ordo (golongan) : Terdiri dari 10 taksa. Faktor pembeda

    adalah ada tidaknya horizon penciri seta

    sifat-sifat dari horizon penciri tersebut.

  • 19

    Sub ordo (kumpulan) : Terdiri dari 40 taksa. Faktor pembeda

    adalah ada tidaknya genangan (regim)

    kelembaban tanah, pebedaan genetic dan

    tingkat pelapukan bahan orgnik (untuk

    tanah-tanah organik).

    Graet group : Pada waktu ini dikenal lebih dari 230

    taksa. Faktor pembedanya adalah

    kesamaan, tingkat perkembangan dan

    susunan horizon, kesamaan jenis,

    kejunuhan basah regim suhu

    kelembaban atau ada tidaknya lapisan

    lapisan penciri lainnya.

    Sub group : Jumlah taksa masih terus bertambah.

    Faktor pembedanya terdiri dari sifat-sifat

    inti dari great group (sub group typic),

    sifat-sifat tanah peralihan ke great group

    lain, sub goup atau ordo dan sifat-sifat

    tanah ke bukan tanah.

    Family (rupa) : Jumlah talsa dalam family masih terus

    bertambah. Sifat-sifat tanah serimg

    digunakan sebagai faktor pembeda utuk

    famili adalah besaran butir, susunan

  • 20

    mineral (liat), regim temperatur pada

    kedalaman 50 cm.

    Seri (series) : Jumlah taksa di Amerika kurang lebih

    12.000. Faktor pembeda adalah jenis dan

    susunan horizon, warna, tekstur,

    struktur, konsistensi, reaksi tanah, sifat

    kimia, dan mineral masing-masing

    horizon.

    Dalam sistem taksonomi tanah (1975) dikenal ada 10 ordo yaitu Alfisol, Aridisol,

    Entisol, Hostisol, Inceptisol, Mollisol, Oxisol, Spodosol, Ultisol dan Vertisol. Yang

    masing-masing mempunyai penciri utama.

    2.5. Pembeda klasifikasi tanah

    Menurut Hardjowigeno (1993), faktor-faktor pembeda dalam klasifikasi tanah adalah

    sebagai berikut:

    a. Faktor pembeda dibedakan antara sifat-sifat tanah utama dan sifat-sifat

    tamabahan. Sifat-sifat tanah utaman digunakan untuk pembeda kategori

    yang lebih tinggi.

    b. Faktor pembeda harus merupakan sifat-sifat tanah yang merupakan hasil

    dari proses pmebentukan tanah atau faktor-faktor lain yang besar

    pengaruhnya terhadat pembentukan tanah (genetic tread principle).

    Faktor pembeda bukan merupakan proses pembentukan tanah.

  • 21

    c. Fakor-faktor pembeda tersebut sedapat mungkin merupakan sifat-sifat

    tanah yang dapat diamati di lapangan atau setidaknya dapat didekati baik

    dari sifat-sifat tanah yang dapat dilihat di lapangan ataupun data

    gabungan antara ilmu tanah dan ilmu lain. Sifat-sifat tanah yang dapat

    dilihat di lapang tersebut secara pasti diperlikan pengukuran-pengukuran

    atau analisis tanah di laboratorium.

    d. Faktor-faktor pembeda sedapat mungkin mampu menempatkan tanah-

    tanah yang tidak terganggu dengan tanah yang telah olah ke dalam suatu

    takson dalam ketegori tententu.

    e. Jumlah faktor pembeda terus bertambah dari kategori tertinngi ke

    kategori terendah, karena faktor pembeda untuk kategori tertinggi

    merupakan pembeda pada ketegori terendah (principle of accumulation).