utang pemerintah dan kesinambungan fiskal 2
TRANSCRIPT
Utang Pemerintah dan Kesinambungan Fiskal
PINJAMAN LUAR NEGERI
Kebijakan dan Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri
Pengertian pinjaman luar negeri menurut SKB menkeu dan
meneg/Ketua Bappenas No.185/KMK.03/1995 dan No.KEP-031/KET/5/1995
tentang tata cata perencanaan, pelaksanaan/ penatausahaan dan
pemantauan pinjaman/ hibah luar negeri dalam rangka pelaksanaan
anggaran pendapatan belanja Negara. Dijelaskan bahwa pinjaman luar
negeri adalah setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa dan atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam
bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Kebutuhan pinjaman luar negeri
Salah satu prasyarat utama untuk mencapai tujuan pembangunan
adalah cukup tersedianya dana investasi. Kebutuhan dana investasi tersebut
secara ideal dapat dibiayai dari dana tabungan dalam negeri. Namun dalam
kenyataannya Indonesia masih menghadapi masalah keterbatasan modal
dalam negeri yang dibutuhkan untuk pembiayaan pembangunan. Hal ini
terlihat dengan adanya saving investment gap yaitu kesenjangan antara
tabungan dalam negeri dengan investasi yang dibutuhkan. Untuk menutupi
hal tersebut, pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber
pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia. Sumber lainnya sebagai
alternative pembiayaan adalah penanaman modal asing (PMA).
Pinjaman luar negeri juga dibutuhkan dalam upaya menutup
kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah ditargetkan dengan
devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil kegiatan ekspor. Kesenjangan
ini disebut foreign exchange gap. Dana yang berasal dari pinjaman luar
negeri dimanfaatkan untuk menutup defisit pada transaksi berjalan.
Jenis-jenis pinjaman luar negeri
Menurut Loan-pull theory (hallberg, 1986), menyebutkan bahwa pola
permintaan pinjaman ada dua jenis. Pola pertama adalah permintaan
pinjaman luar negeri yang digunakan untuk pembiayaan betul-betul
dilandasi oleh perhitungan yang matang dan jelas mengenai proyek-proyek
yang akan dibiayai. Proyek-proyek tersebut secara jelas terkait dengan
proses peningkatan kapasitas ekonomi nasional yang dapat meningkatkan
kemampuan kemampuan membayar kembali (repayment capacity) pinjaman
luar negeri. Pola kedua adalah permintaan pinjaman luar negeri ditentukan
oleh faktor-faktor random yang terkait erat dengan perilaku elit kekuasaan
yang korup. Proyek-proyek yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri tidak
mempunyai kaitan dengan peningkatan kapasitas produksi riil nasional
sehingga tidak menimbulkan kapasitas pembayaran kembali.
Menurut jangka waktu :
1. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai
dengan 5 tahun;
2. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas
5 tahun sampai dengan 15 tahun;
3. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15
tahun.
Dari status penerima pinjaman :
1. Pinjaman pemerintah;
2. Pinjaman swasta.
Dari segi persyaratan pinjaman, terdiri atas:
1. Pinjaman lunak (Concessional Loan)
Merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga multirateral maupun
Negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk
multilateral) atau dari anggaran Negara yang bersangkutan (untuk
bilateral) dan ditujukan untuk meningkatkan pembangunan. Oleh karena
itu tingkat bunganya rendah (maksimum 3,5%), jangka waktu
pengembalian 25 tahun lebih, dan masa tenggang (grace period) cukup
panjang (sekurang-kurangnya 7 tahun). Selain itu, biasanya pinjaman
lunak mengandung hibah (grant element) sekurang-kurangnya 35% dari
total pinjaman.
2. Pinjaman setengah lunak (semi-concessional loan)
Merupakan pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian
lunak dan sebagian lagi komersial. Bentuk pinjaman yang masuk kategori
ini adalah fasilitas kredit ekspor dan purchasing and installment sales
agreement (PISA).
Proyek yang dibiayai oleh pinjaman semi lunak pada dasarnya adalah
proyek yang tidak bisa dibiayai dengan pinjaman lunak atau proyek yang
termasuk di dalam blue book tetapi tidak terserap oleh pledge Negara-
negara anggota CGI atau proyek yang bersifat tidak mungkin dibiayai
oleh pinjaman lunak, misalnya proyek satelit palapa, PLTG, PLTN. Proyek-
proyek yang dibiayai umumnya bersifat komersial atau high technology.
Dalam kaitan ini, Bappenas mempertimbangkan proyek-proyek yang
perlu mendapatkan pembiayaan dari pinjaman setengah lunak dengan
melihat antara lain:
a) Nilai kebutuhan proyek (proyek relative membutuhkan dana yang
sangat besar);
b) Tidak ada dana pinjaman lunak atau apabila ada, jumlahnya tidak
cukup;
c) Urgensi dan jangka waktu penyelesaian proyek.
3. Pinjaman komersial (Commercial Loan)
Merupakan pinjaman yang bersumber dari bank/ lembaga keuangan
dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya.
Tingkat bunga yang berlaku di pasar internasional antara lain LIBOR
ditambah margin sekitar 0,5% s.d. 1,5%. Bentuk pinjaman komersial ini
dapat berupa pinjaman siaga (standby loan); pinjaman sindikasi yang
diterima dari sindikat bank-bank internasional dalam bentuk uang tunai
(cash) untuk membiayai suatu proyek atau pembiayaan lainnya; dan
sewa beli (leasing) atau installment sale financing.
Beberapa pertimbangan yang melandasi penerimaan pinjaman komersial
adalah:
a) Pinjaman ini merupakan salah satu diversifikasi sumber pembiayaan
karena bersumber dari lembaga perbankan/ lembaga keuangan bukan
bank dan pasar modal internasional;
b) Jumlah pinjaman relative besar dengan cara penarikan yang relative
cepat dan luwes;
c) Penggunaan dana pinjaman tidak terikat tetapi multi purpose sehingga
dapat digunakan untuk cadangan devisa atau keperluan standby loan.
Bentuk-bentuk pinjaman komersial umumnya adalah:
a) Sindikasi, merupakan pinjaman yang diberikan oleh lenders berupa
sindikat yang terdiri dari kalangan perbankan dan atau lembaga-
lembaga keuangan internasional.
b) Surat utang (notes) dan obligasi (bonds), merupakan commercial
paper yang diterbitkan oleh peminjam dalam valuta tertentu dengan
nilai tertentu yang merupakan surat pengakuan utang dan janji untuk
membayarnya kembali pada suatu waktu tertentu yang telah
ditetapkan.
Dalam menerima pinjaman luar negeri, pemerintah mempertimbangkan
beberapa pedoman sebagai berikut:
1. Pinjaman luar negeri yang diterima harus berjangka panjang dengan
syarat-syarat selunak dan seringan mungkin;
2. Pinjaman luar negeri yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan
politik apapun, dan lebih dilandasi asas yang saling menguntungkan
secara wajar;
3. Jumlah dan syarat-syarat pinjaman harus disesuaikan dengan batas
kemampuan membayar kembali agar tidak memberatkan neraca
pembayaran;
4. Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan dapat
digunakan untuk berbagai keperluan;
5. Sumber dana pinjaman harus dari pihak kreditor yang mempunyai
reputasi baik dan tidak diragukan kemampuannya;
6. Untuk meningkatkan borrowing capacity Indonesia, ditempuh kebijakan
berupa penganekaragaman sumber dan bentuk pinjaman luar negeri;
7. Pinjaman luar negeri yang diterima wajib disalurkan melalui Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan
Pengelolaan pinjaman luar negeri di beberapa Negara
Malaysia
Beberapa hal yang dilakukan dalam sistem pengelolaan dan monitoring
pinjaman luar negeri Malaysia, antara lain:
1. Sebagai lembaga yang berfungsi sebagai foreign exchange controller,
Bank Negara Malaysia (BNM) mewajibkan kepada perusahaan swasta
yang akan melakukan pinjaman luar negeri dalam valas sebesar > eq. RM
5 juta mengajukan permohonan persetujuan memperoleh pinjaman
kepada BNM;
2. Kontrol mengenai penerimaan dan penggunaan pinjaman luar negeri
swasta dilakukan melalui koordinasi yang erat antara BNM, Kementerian
Keuangan dan pihak perbankan;
3. Pemerintah tidak menetapkan ceiling pinjaman yang akan dilakukan oleh
perusahaan swasta;
4. Melakukan monitoring penerimaan dan penggunaan pinjaman luar negeri
yaitu, setiap penerimaan dan pembayaran kepada non resident (> RM 10
ribu) melalui sistem perbankan harus dilaporkan kepada BNM dengan
sistem BOP cash basis system, serta perusahaan swasta yang disetujui
oleh exchange control department BNM untuk melakukan pinjaman luar
negeri valas sebesar > eq. RM 5 juta, harus melaporkan mutasi pinjaman
tersebut secara triwulanan kepada BNM;
5. Dalam law enforcement pelaksanaan kewajiban pelaporan, BNM tidak
menerapkan sanksi materiil berup denda, melainkan memberlakukan
black list kepada pihak bersangkutan.
Philipina
1. Dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, pemerintah Philipina
menerapkan kebijakan pinjaman luar negeri yang berhati-hati. Kebijakan
tersebut antara lain tercermin dari kebijakan umum untuk tetap menjaga
tingkat debt service ratio (DSR) nasional sebesar 20% dari total total
penerimaan valas tahun sebelumnya.
2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam melakukan pinjaman luar
negeri pemerintah:
a) Persyaratan pinjaman yang tidak memberatkan;
b) Proyek yang akan dibiayai harus sudah dievaluasi oleh National
conomics and Development Authority (Badan Pusat Perencanaan
Nasional);
c) Pengaruh pinjaman luar negeri tersebut terhadap kebijakan moneter;
3. Seluruh penerimaan pinjaman luar negeri, baik pinjaman pemerintah
maupun swasta harus melalui persetujuan Bank Sentral Philipina (BSP).
4. Penerimaan dan penggunaan pinjaman luar negeri wajib dilaporkan setiap
bulan.
Korea
1. Kebijakan pinjaman luar negeri di Korea Selatan dirumuskan melalui
koordinasi antara Departemen Keuangan dan Ekonomi, Financial
Supervisory Service, Center for International Finance dan Bank of Korea.
Setiap tahunnya ditetapkan ekspansi pinjaman luar negeri yang
diperbolehkan dan tidak melampaui batasan DSR yang dianggap aman
(kurang lebih 20%);
2. Dalam pelaksanaannya Menteri Keuangan melakukan pinjaman luar
negeri setelah ada rekomendasi dari Bank Sentral Korea;
3. Bagi perusahaan swasta non bank yang akan melakukan pinjaman luar
negeri secara tidak langsung diarahkan melalui bank dan bank bebas
melakukan pinjaman luar negeri;
4. Masalah monitoring pinjaman luar negeri di Korea relative lebih mudah
karena semua data dan informasi dapat diperoleh melalui bank dan
dilakukan secara on-line. Namun demikian, dalam rangka verifikasi, Bank
Sentral Korea setiap 3 bulan melakukan survey kepada perusahaan yang
memiliki pinjaman luar negeri.
Thailand
1. Kebijakan pinjaman luar negeri yang diterapkan pada pinjaman
pemerintah pada dasarnya sama dengan Indonesia. Sedangkan pada
pinjaman swasta , Bank of Thailand tidak membatasi sektor swasta dalam
melakukan pinjaman luar negeri;
2. Pihak peminjam dimungkinkan untuk memiliki devisa dalam bentuk
deposit selama 3 (bulan) sepanjang dapat menunjukkan bukti bahwa hal
ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan luar negeri yang segera jatuh
tempo;
3. Bank of Thailand melakukan monitoring atas lalu lintas devisa, termasuk
pinjaman luar negeri yang diterima non resident dalam mata uang baht.
4. Pengelolaan pinjaman luar negeri dan lalu lintas devisa di Bank of
Thailand dilakukan oleh International Department. Ruang lingkup
International Department sangat luas karena selain menangani pinjaman
luar negeri juga menangani Balance of Payment (BOP).
Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari pengalaman empat Negara
tersebut, yakni:
1. Proses pemulihan ekonomi di Thailand, Malaysia, Philipina dan Korea
Selatan relative lebih cepat terlihat hasilnya;
2. Kedalaman krisis ekonomi yang dialami oleh Negara-negara tersebut
lebih ringan dibandingkan dengan krisis yang terjadi di Indonesia;
3. Meskipun terdapat intervensi pemerintah dalam bentuk pengaturan
kebijakan pengaturan sistem pengelolaan dan monitoring pinjaman luar
negeri, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap capital flow di Negara
bersangkutan;
4. Tidak terdapat korelasi antara ketentuan devisa yang dianut oleh suatu
Negara dengan kebijakan utang luar negeri di negara tersebut, misalnya :
apabila suatu Negara menganut sistem devisa bebas, bukan berarti utang
luar negerinya tidak diatur dan diserahkan seluruhnya pada mekanisme
pasar;
5. Peranan Bank Sentral dalam kaitannya dengan utang luar negeri cukup
dominan. Hal tersebut tercermin dari pemberian persetujuan kepada
sektor pemerintah maupun swasta dalam melakukan utang luar negeri
dan penetapan kewajiban kepada pihak peminjam untuk menjual devisa
hasil utang luar negeri.
GUIDELINES FOR PUBLIC DEBT MANAGEMENT
Guidelines for Public Debt Management
Prepared by the Staffs of the International Monetary Fund and the
World Bank
Amended on December 9, 2003
Apakah pengelolaan utang publik dan mengapa hal tersebut penting ?
Manajemen utang adalah proses pembentukan dan melaksanakan
strategi untuk mengelola utang pemerintah dalam rangka meningkatkan
jumlah yang diperlukan untuk pendanaan, mengatasi risiko dan tujuan biaya
lainnya, dan untuk memenuhi tujuan pengelolaan utang lainnya bagi
pemerintah yang mungkin telah ditetapkan, seperti mengembangkan dan
mempertahankan pasar yang efisien untuk surat utang Negara.
Dalam konteks makroekonomi yang lebih luas untuk kebijakan publik,
pemerintah harus berusaha untuk memastikan bahwa baik tingkat dan laju
pertumbuhan utang publik mereka agar tetap berkelanjutan, dan dapat
dilayani di dalam berbagai keadaan. Utang pada sektor publik harus tetap
pada jalur yang berkelanjutan dan strategi yang terpercaya untuk
mengurangi tingkat utang yang berlebihan.
Sebuah portofolio utang pemerintah biasanya berisi struktur keuangan
yang kompleks dan berisiko, serta dapat menghasilkan risiko yang besar
untuk neraca pemerintah dan stabilitas keuangan negara. Sebagaimana
dicatat oleh Financial Stability Forum’s Working Group pada Arus Modal,
dikatakan bahwa pengalaman baru-baru ini telah menyoroti kebutuhan bagi
pemerintah untuk membatasi membangun eksposur likuiditas dan risiko lain
yang membuat ekonomi mereka sangat rentan terhadap guncangan
eksternal. manajemen risiko oleh sektor publik juga penting untuk
manajemen risiko pada sektor-sektor ekonomi lainnya.
Purpose Of The Guidelines
Pedoman dirancang untuk membantu para pembuat kebijakan dalam
mempertimbangkan pembaruan untuk memperkuat kualitas manajemen
utang publik mereka dan mengurangi kerentanan negara mereka terhadap
goncangan keuangan internasional. Kerentanan sering lebih besar untuk
yang lebih kecil dan negara-negara yang muncul pada pasar internasional
karena perekonomian mereka mungkin kurang terdiversifikasi, memiliki
dasar yang lebih kecil dari penghematan keuangan domestik dan sistem
keuangan kurang berkembang. Pemerintah sering mengelola cadangan
devisa yang besar, posisi fiskal mereka sering mengikuti terhadap
guncangan riil dan moneter.
Pedoman ini mencakup baik utang publik domestik dan eksternal dan
mencakup berbagai klaim keuangan pada pemerintah. Setiap pemerintah
menghadapi pilihan-pilihan kebijakan mengenai tujuan pengelolaan utang,
toleransi risiko yang diinginkan, bagian mana dari neraca pemerintah yang
mengelola utang harus bertanggung jawab, bagaimana mengelola kewajiban
kontinjensi, dan bagaimana membangun tata kelola yang baik untuk
manajemen utang publik. Manajemen utang harus dikaitkan dengan
kerangka ekonomi makro yang jelas, di mana pemerintah berusaha untuk
memastikan bahwa tingkat dan laju pertumbuhan utang publik yang
berkelanjutan.
SUMMARY OF THE DEBT MANAGEMENT GUIDELINES
Debt Management Objectives and Coordination
Objectives
Tujuan utama dari manajemen utang publik adalah untuk memastikan
bahwa kebutuhan pembiayaan pemerintah dan kewajiban pembayaran
terpenuhi dengan biaya serendah mungkin selama jangka menengah hingga
jangka panjang, konsisten dengan tingkat risiko yang dapat diterima.
Scope / Jangkauan
Pengelolaan utang harus mencakup kewajiban keuangan utama di
mana pemerintah pusat melakukan pengawasan.
Coordination with monetary and fiscal policies
Manajer utang, penasihat kebijakan fiskal, dan gubernur bank sentral
harus berbagi pemahaman tentang tujuan pengelolaan utang, fiskal, dan
kebijakan moneter mengingat saling ketergantungan antara instrumen
kebijakan yang berbeda.
Dimana tingkat perkembangan keuangan memungkinkan, harus ada
pemisahan tujuan pengelolaan utang serta kebijakan moneter dan
akuntabilitas
Manajemen utang, fiskal, dan otoritas moneter harus berbagi informasi
mengenai kebutuhan likuiditas pemerintah saat ini dan masa depan.
Manajer utang harus memberitahukan pemerintah secara tepat waktu
dari mengenai perkembangan hutang.
Transparency and Accountability
Kejelasan peran, tanggung jawab dan tujuan dari lembaga
keuangan yang bertanggung jawab untuk pengelolaan utang.
Alokasi tanggung jawab antara kementerian keuangan, bank sentral
untuk saran kebijakan manajemen utang, pengaturan pasar sekunder,
fasilitas penyimpanan, pengaturan kliring dan penyelesaian perdagangan
dalam pemerintahan sekuritas harus diungkapkan kepada publik. Tujuan
manajemen utang harus didefinisikan secara jelas dan terbuka, dan langkah-
langkah manajemen risiko yang diadopsi harus dijelaskan.
Proses yang terbuka untuk merumuskan dan melaporkan kebijakan
manajemen utang.
Aspek material penting dari operasi manajemen utang harus diungkapkan
kepada publik.
Ketersediaan informasi publik mengenai kebijakan manajemen
utang
Masyarakat harus diberikan informasi atas kegiatan penganggaran,
termasuk pembiayaannya, dan posisi keuangan konsolidasi pemerintah.
Pemerintah harus secara teratur menerbitkan informasi mengenai saham
dan komposisi utang dan aset keuangan, termasuk mata uang mereka,
maturity, dan struktur suku bunga.
Akuntabilitas dan jaminan integritas oleh instansi yang
bertanggung jawab untuk pengelolaan utang
Pengelolaan utang harus diaudit setiap tahun oleh auditor eksternal
Institutional Framework/ Kerangka kelembagaan
Governance
Kerangka hukum harus menjelaskan kewenangan untuk meminjam
dan menerbitkan utang baru, berinvestasi, dan melakukan transaksi atas
nama pemerintah. Kerangka organisasi untuk manajemen utang harus
ditentukan dengan baik, dan memastikan bahwa mandat dan peran yang
diartikulasikan dengan baik.
Manajemen operasi internal dan dokumentasi hukum
Risiko kerugian pemerintah dari pengendalian operasional harus
dikelola sesuai dengan praktik bisnis yang baik, termasuk tanggung jawab
yang diartikulasikan dengan baik untuk staf, dan pemantauan dan
pengendalian kebijakan yang jelas dan pelaporan atas hal tersebut.
Kegiatan pengelolaan utang harus didukung oleh sistem informasi
manajemen yang akurat dan komprehensif dengan pengamanan yang tepat.
Staf yang terlibat dalam manajemen utang harus tunduk pada kode
etik dan bebas dari konflik kepentingan dari pengelolaan urusan keuangan
pribadi mereka.
Prosedur pemulihan bisnis yang sehat harus dilaksanakan untuk
mengurangi risiko bahwa kegiatan pengelolaan utang mungkin sangat
terganggu oleh bencana alam, kerusuhan sosial, atau tindakan terorisme.
Manajer utang harus memastikan bahwa mereka telah menerima
nasihat hukum yang tepat dan bahwa transaksi mereka melakukan
menggabungkan fitur hukum yang kuat.
Debt Management Strategy/ Strategi Pengelolaan Utang
Risiko yang melekat dalam struktur utang pemerintah harus dipantau
secara seksama dan dievaluasi. Risiko ini harus dikurangi sejauh mungkin
dengan memodifikasi struktur utang, dengan mempertimbangkan biaya
untuk melakukannya.
Dalam rangka untuk membantu keputusan panduan pinjaman dan
mengurangi risiko pemerintah, pengelola utang harus mempertimbangkan
karakteristik risiko keuangan dan lainnya dari arus kas pemerintah.
Manajer utang harus hati-hati menilai dan mengelola risiko yang
terkait dengan mata uang asing dan jangka pendek atau utang floating-rate.
Harus ada kebijakan cash management hemat biaya yang
dilaksanakan untuk memungkinkan tingkat kepastian yang tinggi terhadap
kewajiban keuangan saat jatuh tempo.
Risk Management Framework
Suatu kerangka kerja harus dikembangkan agar para manajer
pinjaman dapat mengidentifikasi dan mengelola timbal balik antara biaya
yang diharapkan dan risiko pada portofolio utang pemerintah.
Untuk menilai risiko, manajer pinjaman harus secara teratur
melakukan tes stres dari portofolio utang berdasarkan gejolak ekonomi dan
keuangan dimana pada umumnya berdampak pada pemerintah dan negara
secara umum
Scope for active management
Manajer utang yang berusaha untuk mengelola secara aktif portofolio
utang untuk mendapatkan keuntungan dari ekspektasi pergerakan suku
bunga dan nilai tukar, yang berbeda dari yang tersirat dalam harga pasar
saat ini, harus menyadari risiko yang terlibat dan bertanggung jawab atas
tindakan mereka.
Contingent liabilities
Manajer utang harus mempertimbangkan dampak bahwa kewajiban
kontinjensi terhadap posisi keuangan pemerintah termasuk likuiditas secara
keseluruhan, ketika membuat keputusan pinjaman
Development and Maintenance of an Efficient Market for
Government Securities
Dalam rangka meminimalkan biaya dan risiko jangka menengah ke
jangka panjang, manajer pinjaman harus memastikan bahwa kebijakan dan
operasi mereka konsisten dengan perkembangan pasar surat berharga
pemerintah yang efisien
Portfolio diversification and instruments
Pemerintah harus berusaha untuk mencapai basis investor yang luas
bagi kewajiban domestik dan luar negeri, dengan memperhatikan biaya dan
risiko, dan harus memperlakukan investor secara adil.
Primary market
Kegiatan pengelolaan utang di pasar primer harus transparan dan
dapat diprediksi. Sedapat mungkin, penerbitan utang harus menggunakan
mekanisme berbasis pasar, termasuk lelang kompetitif dan sindikasi
Secondary market
Pemerintah dan bank sentral harus mendorong pengembangan pasar
sekunder yang tangguh yang dapat berfungsi secara efektif dalam berbagai
kondisi pasar. Sistem yang digunakan untuk menyelesaikan transaksi dan
pasar keuangan yang jelas melibatkan sekuritas pemerintah harus
mencerminkan kepraktisan