supervisi scientivic dan artistik
DESCRIPTION
supervisi scientivic berkembang seiring dengan perkembangan manajemen. sedang supervisi artistict merupakan tanggapan atas supervisi scientivict. karena adanya ketidak puasan atas supervisi scientificTRANSCRIPT
PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN
Oleh: Retnaning Tyas, dan Hermanto
RingkasanDalam tulisan ini penyaji akan lebih banyak memaparkan pendekatan
supervisi saintifik dari John D. McNeil, dan supervisi artistik dari Elliot W. Eisner. Sesuai dengan latar belakang keilmuan keduanya, tampak mewarnai pemikiranya tentang pendekatan supervisi. McNeil, sebagai seorang profesor pendidikan dari Universitas California lebih mengedepankan pendekatan saintifik dalam melakukan supervisi, sedangkan Eisner, sebagai seorang profesor pendidikan dan seni dari Universitas Stanford, cenderung pada pendekatan artistiknya. Pendekatan saintifik menekankan pada upaya efektivitas pengajaran dan memandang pengajaran sebagai ilmu, oleh karenanya dalam upaya perbaikan pengajaran perlu dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dalam pendekatan saintifik, seorang supervisor perlu melakukan 1) pengimplementasian hasil temuan para peneliti, 2) bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian dibidang pengajaran yang berkaitan dengan pengajaran yang disupervisi, dan 3) menerapkan metode ilmiah dan bersikap ilmiah dalam menentukan efektif tidaknya pengajaran.
Dalam pendekatan artistik, lebih menekankan pada ketidakpuasan terhadap supervisi pengajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Kegagalan supervisi saintifik lebih disebabkan oleh kelemahan pendekatan saintifik secara internal. Supervisi dengan pendekatan artistik berupaya untuk menerobos keterbatasan-keterbatasan yang ada pada pendekatan saintifik. Dalam pendekatan artistik, keberhasilan pengajaran tidak dapat diukur dengan keberhasilan pengajaran yang lain, yang berbeda pelakunya. Pendekatan supervisi artistik, lebih menekankan pada pengamatan keseluruhan yang dilakukan secara cermat, merasakan dan mencoba menangkap maknanya. Eisner, menggambarkan pendekatan supervisi artistik seperti melihat tampilan-tampilan karya seni untuk tidak melihat bagian-bagian dari fagmen-fragmennya, tetapi supervisor harus mengapresiasi keseluruhan proses pengajaran dari guru. Dengan demikian kedua pendekatan supervisi ini memiliki kelebihan masing-masing, sekaligus memiliki ketidak sempurnaan diantara keduanya.
A. PENDAHULUAN
Pendekatan supervisi merupakan aspek penting yang harus dikaji dan
dipahami. Dengan memahami makna pendekatan supervisi, maka menjadikan
seorang supervisi akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai seorang supervisor. Mengapa pemahaman tentang pendekatan perlu
disinggung terlebih dahulu sebelum membicarakan pemahaman pendekatan
supervisi saintifik dan artistik. Hal ini menurut hemat kami karena orang sering
terkaburkan atau kacau dengan istilah-istilah seperti strategi, metode, teknik, cara, 1
dan model. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003:246),
pendekatan berasal dari kata dekat yaitu proses, cara, perbuatan mendekati ...
yang dilakukannya, ancangan. Strategi (KBBI, 2003:1092), adalah ilmu atau seni
menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan sesuatu. Ilmu dan seni
menguasai perang (menguasai betul), rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran. Teknik (KBBI, 2003:1158) adalah pengetahuan dan
kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil ...., cara adalah
kepandaian membuat, atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan “seni”,
sedangkan metode (KBBI, 2003:740) adalah cara yang teratur digunakan untuk
melaksanakan sesuatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikendaki,
atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu target guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Pendekatan adalah bagian penting yang dapat menyebabkan berhasil
tidaknya suatu kegiatan. Pendekatan supervisi sebagai titik tolak atau sudut
pandang terhadap proses supervisi, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode supervisi dengan cakupan teoritis
tertentu. Pendekatan dalam proses pelaksanaan supervisi pengajaran tentu akan
memperlancar ketercapaian tujuan supervisi yang akan dilaksanakan. Pada saat
ini, secara umum pendekatan yang berkembang dan digunakan dalam
pelaksanaan supervisi pengajaran ada tiga, yaitu: 1) pendekatan saintifik atau
pendekatan ilmiah, 2) pendekatan artistik, dan 3) pendekatan klinik. Tentu saja
diantara ketiga pendekatan ini selain mempunyai keunggulan masing-masing,
namun juga memiliki kelemahan atau kritikan terhadap ketiganya.
Sebagaimana tugas untuk kelompok ini, pendekatan supervisi yang
dibahas dibatasi pada dua pendekatan yaitu: 1) pendekatan artistik atau ilmiah, dan
2) pendekatan artistik atau seni. Untuk membahas kedua pendekatan ini,
pembahas lebih mendasarkan dari karya John D. McNeil dan Elliot W. Eisner.
Pemikiran McNeil lebih memfokuskan pada pendekatan supervisi saintifik,
sedangkan Eisner lebih menekankan pada pendekatan supervisi artistik. McNeil,
sebagai seorang profesor pendidikan dari Universitas California lebih
mendepankan pendekatan saintifik dalam supervisi pengajaran, sedangkan Eisner,
sebagai seorang profesor pendidikan dan seni dari Universitas Stanford, lebih fokus
2
pada pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran. Pendekatan saintifik
menekankan pada upaya efektivitas pengajaran dan memandang pengajaran
sebagai ilmu, untuk itu perbaikan pengajaran perlu dilakukan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Eisner, berpijak dari ketidak puasannya dan
mengkritisi kekurangan dari pendekatan saintifik.
B. PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN
Uraian tentang pendekatan saintifik dalam paparan ini didasarkan atas
pemikiran John D. McNeil. Adapun intisari dari pemikiran McNail sebagai berikut.
Supervisi saintifik dimulai dengan janji optimistis untuk mengantarkan lebih dari
wewenang untuk meningkatkan guru dan hasil belajar. Empat puluh tahun yang
lalu pada tahun 1960, supervisi saintifik sangat diremehkan bukan untuk
peningkatan pengajaran atau metode terbaik belajar siswa. Konsekuensi dan
perlawanan optimis dan peneliti profesional –perilaku ilmuan. Pengambilan
tanggung jawab untuk penelitian pengetahuan yang mana akan lebih efektif dan
supervisor akan lebih relevan dengan implementasi yang mereka temukan .sebuah
dukungan besar dari R and D dimaksudkan sebagai kekuatan dasar penelitian
untuk peningkatan efektivitas guru.
Bagaimanapun diawal tahun 1980, gejolak ini masih terlihat meragukan.
Perilaku peneliti diberi kritik dimana yang hanya memiliki pengaruh kecil pada apa
atau bagaimana siswa belajar atau, bisa saja hal yang buruk, bahwa pada
penelitian yang menguatkan hal ini tidak memadai sebagai tujuan dari pendidikan.
Meskipun demikian, penelitian sebagai fondasi untuk supervisi akan dilanjutkan
sekalipun pada arah yang berbeda: pengantar penelitian sebagai pembayaran dari
sebuah supervisi akan terus dilanjutkan dijalur yang berbeda: (a) penelitian teoritis
untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalam kelas dan menemukan ide yang lebih
baik tentang efek dalam pengajaran, (b) Melakukan penelitian tindakan yang
dilakukan oleh praktisi dan peneliti bersama-sama mencoba untuk mengatasi
permasalahan disituasi partikel sekolah dan mencari prosedur pengajaran guru.
1. Supervisi Saintifik sebagai Bagian Pergerakan Manajemen Ilmiah
Supervisi saintifik dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi
oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan
ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan
pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena
3
itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar
dapat dilakukan perbaikan secara tepat. Dalam pendekatan ini supervisor dan guru
bersama-sama untuk mengadopsi sikap eksperimental, mencoba prosedur baru
dan mempelajari efek dari masing-masing alat yang baru diperkenalkan untuk
perbaikan sampai hasil yang memuaskan yang dicapai. Sebuah asumsi yang
mendasari adalah bahwa efisiensi guru akan ditingkatkan melalui bimbingan
seorang supervisor yang akan menerjemahkan tujuan sekolah ke dalam istilah
yang guru beradaptasikan dengan kurikulum dalam terang masyarakat dan faktor
individu, menganalisis pengajaran, dan menilai kualitas pengajaran dan efisiensi
hasil.
2. Supervisi Saintifik sebagai Gambaran Hasil Penelitian dan Aplikasi
Metode Pemecahan Masalah
Pada tahun 1930, kesulitan memisahkan antara supervisi saintifik dengan
studi ilmiah secara jelas. Data yang dihasilkan dari penyelidikan awal -
eksperimental dan statistik- bertujuan menghasilkan pengetahuan tentang metode
optimal untuk digunakan oleh para guru dianggap tidak memadai. Dengan
pendekatan saintifik ini supervisor menjadi akrab dengan berbagai penelitian
pendidikan dan menggunakan pengetahuan ini dalam, pelatihan peningkatan
penilaian, dan guru. Disaat saat awal kemunculan pendekatan ilmiah dalam
supervisi pengajaran, apa yang dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan
supervisi pengajaran adalah: 1) Memanfaatkan hasil-hasil penelitian, 2.
Menggunakan prosedur sebagaimana prosedur pada pendekatan ilmiah. Dengan
demikian, apa yang harus dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi
pengajaran, sulit memisahkan antara supervisi pengajaran dengan penelitian
pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pada saat ini konsep supervisi pengajaran
dengan menggunakan pendekatan ilmiah berubah. John Dewey mengemukakan
bahwa tujuan supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah
sebagai berikut. 1. Membantu mengembangkan kemampuan guru untuk
memecahkan permasalahan kelas secara ilmiah, 2. Dalam membantu
mengembangkan kemampuan guru untuk memecahkan problema kelas secara
ilmiah tersebut, tidak boleh terpengaruh faktor tradisi dan diaktifkan oleh semangat
inquiri/penyelidikan.
4
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh supervisor bersama-sama dengan guru
adalah melaksanakan eksperimentasi mengenai cara, prosedur-prosedur dan
metode-metode baru dalam mengajar dan melihat pengaruh cara-cara, prosedur-
prosedur dan metode-metode baru terhadap keefektifan pengajaran. Kegiatan
demikian dilakukan karena pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran ini
dilandasi oleh suatu asumsi, bahwa suatu pengajaran akan meningkat efisiensinya
jika: 1) Supervisor mau membimbing guru menerjemahkan tujuan sekolah dengan
rumusan yang dapat dipahami oleh guru, 2) Supervisor mau membantu guru
menyesuaikan kurikulum dengan individual siswa dan lingkungan masyarakat
siswa, 3) Supervisor mau membantu guru menganalisis pengajaran, 4) Supervisor
mau menilai kualitas pengajaran guru, dan 5) Supervisor mau mengukur efisiensi
pengajaran yang dilakukan oleh guru.
3. Supervisi Saintifik Sebagai Ideologi Demokrasi
Supervisi saintifik dipandang sebagai ideologi demokrasi. Maksudnya setiap
penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar,
harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam
penelitian tindakan terhadap problem pengajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya
supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik
kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data
yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi,
dimana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai
tidak atas dasar opini semata.
4. Akhir Penelitian Ilmiah oleh Supervisor Sekolah
Pada 1960-an supervisor tidak lagi terlibat dengan guru dalam penelitian
tindakan. Peneliti tindakan telah dikritik karena kurangnya metode kuantitatif dan
kegagalan mereka dalam memahami konsep masalah yang mereka ambil. The
Handbook of Research And Taching, yang diterbitkan pada tahun 1963
mengisyaratkan upaya untuk menempatkan penelitian tentang perilaku kelas ke
dalam kontak dengan ilmu perilaku. Kurangnya pengetahuan tentang variabel
pengajaran dan pencapaian prestasi siswa pada era sebelumnya telah nampak.
Sedikit yang diketahui tentang produktivitas praktis dan efek tak terduga dari
metode yang diberikan. Sebuah penelitian dasar untuk membimbing supervisor
masih kurang.
5
Kesimpulan berikut oleh para ahli yang mengkaji beberapa hal yang perlu
diketahui supervisor:
1. Prosedur penilaian Guru.
2. Pengaruh Praktek Kelas,
3. Program Peningkatan Guru.
4. Karakteristik Guru.
5. Pengajar di Taman Kanak-Kanak.
6. Mengajar di Perguruan Tinggi.
7. Mengajar Membaca.
8. Mengajar Sains.
9. Mengajar Matematika.
10.Komposisi mengajar.
11.Mengajarkan Ilmu Sosial
12.Mengajar Seni Visual
13.Pengajaran Bahasa Asing.
Demikian ringkasan S. Barr dalam studi yang berkaitan dengan
pengukuran dan prediksi efektivitas guru menunjukkan hasil yang sengat
sedikit. Selama kurun waktu hampir 40 tahun diawali dengan pengalamannya
sebagai direktur supervisor di sekolah umum, Barr menerapkan pendekatan
ilmiah untuk sasaran mengajar. Di bawah arahannya, guru, supervisor, dan 75
calon doktor melakukan studi mengajar efektifitas. Hampir setiap aspek
dibayangkan kemampuan mengajar dan bukti efisiensi yang dieksplorasi: minat,
sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Barr bertanya,
"Apa kemajuan yang telah dibuat?" Jawabannya bahwa beberapa kemajuan
telah dibuat dalam menjelaskan masalah. Dia benar melihat bahwa masalah
yang perlu diklarifikasi sebelum semua orang lain adalah kriteria efektivitas
mengajar. Orang yang berbeda menggunakan kriteria yang berbeda dan
pendekatan untuk evaluasi guru.
4. Kemutakhiran Efektivitas Penelitian Guru
a. Teknologi Pengajaran Didasarkan Pada Pengajaran dan Teori Perilaku
Perilaku ilmuwan berpikir bahwa masalah instruksi yang efektif terbaik
dapat dipenuhi dengan menerapkan teori-teori psikologi pengajaran dan hasil
eksperimen yang melibatkan manipulasi terkontrol dari faktor-faktor tertentu.
6
Lumsdaine menekankan perlunya eksperimen terkontrol yang menunjukkan
pengaruh faktor-faktor tertentu yang secara konsisten mempengaruhi hasil
dari instruksi.
Gagne menekankan gagasan bahwa pencapaian tujuan program
distruksional tergantung pada apakah atau tidak pelajar telah mencapai
prasyarat belajar untuk menjawab bahwa program ini dirancang untuk
mengajar. Oleh karena itu, guru harus memutuskan tujuan akhir dan
menentukan keterampilan yang diperlukan untuk kemajuan yang lancar ke
sub tujuan, mengingat metode dan material yang akan digunakan. Mengetahui
komponen urutan logis dan hierarki dan penggunaan urutan ini dalam
mempersiapkan tes diagnostik untuk menilai peserta didik 'persiapan
menawarkan kemungkinan yang cukup besar untuk meningkatkan instruksi.
JB Carroll menyajikan model konseptual dari proses pengajaran yang
mengusulkan bahwa keberhasilan belajar adalah fungsi dari lima elemen atau
faktor:
1. Bakat - karakteristik dasar yang mempengaruhi waktu secara berurutan
untuk satu untuk mencapai penguasaan tugas
2. Kecerdasan - kemampuan untuk memahami tugas yang akan dipelajari
dan prosedur yang harus diikuti dalam belajar tugas
3. Ketekunan - jumlah waktu selama pengukur dalam pengajaran aktif tugas
4. Kualitas pengajaran - sejauh mana unsur-unsur dari tugas disajikan
dengan baik, menjelaskan, dan memerintahkan
5. Kesempatan belajar - jumlah waktu yang diberikan untuk belajar tercermin
dalam perilaku pengajaran yang berkaitan terhadap kesempatan dan
fasilitas yang tersedia untuk siswa.
b. Paradigma Proses – Produk
Gage NL adalah orang yang mendukung pendekatan dimana peneliti
mencari proses mengajar (perilaku dan karakteristik guru) yang memungkinkan
dan menyebabkan sikap dan prestasi siswa. Pendekatan ini mirip dengan yang
diikuti oleh AS Barr dan lainnya di era sebelum kriteria studi efektivitas. Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, pendekatan ini dilakukan di masa lalu gagal
menghasilkan simpulan pengetahuan. Gage melihat beberapa cara untuk
mengatasi kegagalan ini dan berpendapat bahwa pendekatan akan memimpin
7
logika dasar ilmiah untuk pengajaran. Dia tidak mencari ilmu mengajar
sehingga berkelanjutan dengan mengikuti hukum yang prediktabilitas dari hasil
dan kontrol. Sebaliknya, ia bertujuan untuk menemukan secara ilmiah yang
memungkinkan guru mengetahui bahwa perilaku guru tertentu cenderung
memiliki dampak pada apa yang pelajari siswa.
Dengan menguji signifikansi hasil gabungan melalui metode Estima dari
"nonchanceness atau ketidakberkesempatan" dari sejumlah temuan
independen terkait dengan variabel proses. Gage telah mampu menemukan
efek yang bertopeng dalam isolasi. Teknik situasional bertujuan untuk
mengatasi kegagalan untuk menemukan korelasi signifikan karena ukuran
sampel yang kecil. Setelah memilah beberapa ratus variabel dalam perilaku
guru, Gage mengembangkan seperangkat kesimpulan sebagai logika
bagaimana ketiga guru kelas harus bekerja jika mereka ingin memaksimalkan
prestasi dalam keterampilan dasar. Sebagian besar panggilan untuk waktu
belajar akademik :
Menetapkan peraturan kelas yang memungkinkan siswa untuk hadir untuk
kebutuhan pribadi dan prosedural tanpa harus memeriksa dengan guru
Bergerak di sekitar ruang, memantau tempat belajar siswa dan hadir
dalam proses belajar mengajar.
Ketika siswa bekerja secara mandiri, memastikan bahwa tugas yang
menarik dan berharga, serta siswa dapat menyelesaikan tugas tersebut
tanpa arahan guru.
Luangkan sedikit waktu dalam memberikan arahan dan mengatur kelas.
Menyerukan kepada anak dengan nama sebelum mengajukan
pertanyaan untuk memastikan bahwa semua memiliki kesempatan untuk
menanggapi.
Medley DM mengklaim telah mengatasi keterbatasan lain dari proses
penelitian produk dengan meringkas hasil penelitian perilaku guru siswa yang
digunakan setelah beberapa bulan diinstruksi sebagai kriteria keefektifan.
Medley menyimpulkan bahwa tiga jenis perilaku guru berikut memiliki
efektivitas hubungan yang cukup kuat agar mereka dapat di andalkan:
Lingkungan belajar - guru yang efektif memiliki kelas yang tertib dan
psikologis mendukung.
8
Penggunaan waktu siswa - guru yang efektif mencurahkan lebih banyak
waktu untuk kegiatan akademik dengan kelas yang diselenggarakan
minimal satu kelompok besar.
Metode instruksi - bertentangan dengan pendapat umum, guru yang
menggunakan tingkat pertanyaan dan siswa yang memulai pertanyaan
lebih sedikit dan mendapatkan umpan balik kurang akan memunculkan
rasa ingin tahu yang lebih besar dalam proses belajar
c. Dampak Penelitian Proses Produk Pada Supervisi
Dampak dari penelitian ini proses-produk telah besar. Supervisors
sekarang menekankan program pengembangan staf bertujuan untuk
mendapatkan guru untuk menerapkan metode yang disebut "instruksi
langsung," metode dari temuan penelitian tentang pentingnya jumlah kelas
yang diarahkan guru akademis menjadi terfokus. Penelitian tindakan telah
diperkenalkan kembali sebagai cara untuk menyadarkan guru untuk pentingnya
waktu bicara. Dalam lokakaryanya untuk supervisor, Madeline Hunter,
misalnya, telah mempengaruhi perkembangan staf dalam arah indikasi yang
jelas dari tujuan pengajaran, pola kerja yang diharapkan, tugas mengkritik -
yang semuanya mewakili proaktif ketimbang reaktif perilaku guru ."resepnya
untuk guru sebagai berikut
1. Diagnosis - Mengidentifikasi tujuan utama dan status belajar dalam
kaitannya dengan tujuan ini.
2. Tujuan khusus - Berdasarkan diagnosis, pilih tujuan secara spesifik untuk
instruksi harian kelompok tertentu.
3. Mengantisipasi set - Fokus perhatian peserta didik', berikan praktek singkat
pada pengajaran terkait sebelumnya dicapai, dan mengembangkan
kesiapan untuk instruksi yang akan mengikuti.
4. Dirasakan tujuan - Menginformasikan peserta didik dari tujuan,
mengindikasikan mengapa prestasi penting dan relevan untuk hadir
5. Kesempatan belajar - Pilih kesempatan belajar yang menjanjikan untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan.
6. Pemodelan - Menyediakan baik contoh visual kemudian memberikan
deskripsi.
9
7. Periksa JOT pemahaman - Periksa kepemilikan peserta didik 'dari
informasi penting dan keterampilan.
8. Dipandu praktek - Edarkan di antara para siswa untuk melihat bahwa
mereka dapat melakukan dengan sukses sebelum diminta untuk berlatih
secara mandiri.
9. Praktek mandiri - Setelah peserta didik dapat melakukan tanpa kesalahan
besar, mereka harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilan baru atau proses dengan sedikit atau tanpa pengarahan
guru.
5. Masa Depan Supervisi Saintifik
Pandangan dalam supervisor Ilmiah sampai batas tertentu saat ini masih
relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman
yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula
pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk
memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi.
Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap supervisor, di
mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina
guru.
a. Keterbatasan Pendekatan Saintifik Untuk Efektivitas Pengajaran
Penelitian ilmiah masa depan menjadi supervisi mungkin akan mengikuti
arah penelitian sosial pada umumnya. "Ini berarti bahwa supervisor ilmiah akan
dipandang sebagai satu di antara beberapa metode analisis untuk
meningkatkan instruksi Bentuk lain dari informasi dan analisis, didaerah,
termasuk pengetahuan biasa. supervisor dan guru, mungkin lebih efektif
daripada hasil penyelidikan ilmiah pengetahuan yang biasa tidak dimenangkan
oleh metode ilmu pengetahuan tetapi dengan akal sehat, empirisme, dan
spekulasi bijaksana.. pengetahuan tersebut sangat keliru, tetapi,
bagaimanapun, pengetahuan untuk siapa saja yang mengambil itu adalah
dasar untuk bertindak.
b. Keterbatasan Kontribusi Penelitian Untuk Meningkatkan Pengajaran
Penelitian telah dibatasi dalam kontribusinya terhadap praktik mengajar
untuk sejumlah alasan:
10
1. Jumlah proposisi yang dihasilkan oleh pendekatan ilmiah kecil dibandingkan
dengan penilaian dan pedoman yang digunakan dalam mengajar.
2. Peneliti pengajaran memperbaiki pengetahuan biasa lebih dari yang mereka
menciptakan pengetahuan baru. 'Variabel baru ditemukan dapat berubah
dari waktu-tugas pada-, prasyarat untuk belajar, kesempatan siswa untuk
berpartisipasi, lingkungan rumah, guru para peneliti sikap terhadap anak-
anak, dan umpan balik korektif prosedur telah beredar sebagai bagian guru
dan supervisor' pengetahuan biasa untuk generasi.
3. Peneliti memperbaiki pengetahuan dalam mode yang sangat selektif. Hanya
beberapa proposisi dari pengetahuan biasa diuji oleh para peneliti, dan dari
jumlah ini hanya sedikit yang diberikan tingkat tinggi verifikasi.
4. Ada sedikit harapan bahwa penelitian akan membawa keotoritatifan untuk
supervisor. Penelitian ini tidak mencakup daerah seluruh masalah kelas.
Juga, banyak temuan ilmiah akan ditolak dengan alasan lain - ekonomi
politik. Selanjutnya, guru dan supervisor tidak akan setuju bahwa temuan
apapun cukup mapan untuk melayani sebagai kata akhir dari otoritas.
Pengetahuan yang paling otoritatif adalah yang telah dikonfirmasi oleh
penelitian dan sesuai dengan pengetahuan biasa guru.
5. Temuan ilmiah mengenai efektivitas pengajaran yang berbeda. Bila ada
pandangan berbeda - pujian dan kritik guru, ukuran kelas, struktur terbuka,
nilai bor, pilihan siswa, metode bersamaan dibandingkan transferensi dalam
pendidikan bilingual - maka supervisor dan guru mengambil hanya
pandangan yang konsisten dengan pengetahuan biasa mereka sebagai
otoritatif dan bertindak di atasnya. Pandangan lain ditolak dan dianggap
sebagai salah didefinisikan atau desain penelitian dan sampel dikatakan
rusak.
c. Pilihan Arah Dalam Pendekatan Saintifik
Mengingat kurangnya keotoritatifan metode penelitian tentang
pendidikan, dan pengajaran yang efektif, bagaimana seharusnya itu
diarahkan? Salah satu pilihan adalah bagi para peneliti untuk meninggalkan
mencari solusi praktis untuk didefinisikan dengan baik masalah dan bukannya
memperhatikan fungsi yang menyenangkan pencerahan fundamental dari
11
pikiran yang dicapai oleh orang-orang seperti Dewey, Piaget, Chomsky, dan
Freud.
Sebuah arah opsional kedua adalah bagi para peneliti untuk kembali ke
praktek awal penelitian tindakan dan membatasi diri untuk pertanyaan yang
sangat selektif, tetapi terbatas yang penting bagi komunitas lokal. Argumen
untuk arah ini adalah bahwa masalah pengajaran memerlukan berbagai
pandangan dan peserta, bukan hanya pemecahan masalah. Masalah interaktif
pemecahan dari penelitian tindakan adalah sebuah alternatif untuk
memecahkan masalah, pemahaman, pemikiran, atau analisis dari sudut
pandang sumber pengetahuan tertentu. Para peneliti menggunakan bentuk
interaksi manusia untuk tujuan mengurangi masalah memiliki keuntungan
menerapkan pengetahuan serta menemukannya.
Cara ketiga adalah untuk mengejar cita-cita eksperimen obyektif pada
anak-anak, mencoba untuk mengubah mereka dengan proses tersebut.
Upaya tersebut untuk meningkatkan ilmu pedagogi akan sulit karena
melibatkan keterbelitan dengan pertanyaan dari kedua ujungnya dan sarana.
Ilmu-ilmu dari pedagogi yang mana menarik, terutama psikologi, seringkali
membatasi pertanyaan yang dilakukan.
Cara keempat adalah untuk meningkatkan pengajaran melalui pencari
fakta penelitian, menambah pengetahuan tentang masalah mengajar: yang
merupakan berprestasi, non-berprestasi, di mana mereka, dan apa yang
mereka miliki. Meskipun pelaporan tampak tidak signifikan dibandingkan
dengan dimensi lain aksesi dari usaha ilmiah, peneliti memiliki tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi dalam kegiatan ini daripada dalam mencapai
generalisasi ilmiah. Selanjutnya, ditemukan fakta-fakta yang dapat
berkontribusi untuk memecahkan masalah pengajaran.
C. PENDEKATAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN
Salah satu ironi dalam pendidikan kontemporer adalah bahwa meskipun
mengajar seringkali dianggap sebagai sebuah seni atau sebuah kerajinan, tetapi
mengajar seringkali dipelajari seolah-seolah mengajar itu adalah sains. Hampir
semua guru akan mengatakan bahwa mengajar itu jauh dari ilmiah. Tetapi
penelitian pengajaran dan pelaksanaan supervisi, pada umumnya, telah dilakukan
dengan menggunakan metode dan asumsi ilmiah. Apabila seseorang mengatakan
12
“Dia Punya Ilmu Pengetahuan,” hal tersebut berarti bahwa seseorang tersebut telah
menguasai prosedur yang bisa dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan dari waktu ke waktu. Untuk melakukannya secara ilmiah berarti
melakukannya dengan rutinitas yang bisa diprediksi, bisa mencapai target setiap
waktu. Apabila seseorang mengatakan “canggih”, hal itu berarti bahwa praktek atau
implikasi lapangan belum lagi bersifat ilmiah, melainkan hanya sebuah seni, dan
seiring berjalannya waktu keilmiahannya akan muncul.
Seni pada kontek ini bersifat kurang dapat diandalkan dan tidak dipahami
secara penuh. Arti dari istilah sain dan seni itu tidak cukup memadai untuk
mengkarakteristikan sain maupun seni. Istilah tersebut hanya merupakan indikasi
cara orang berpikir mengenai sain dan seni dalam konteks pendidikan dan
penelitian pendidikan. Implikasi dari makna konotasi tersebut penting untuk
mengungkapkan aspirasi tersirat dan hal tersebut juga penting bagi asosiasi
supervisi pengajaran dari praktik yang dilandasi seni ke praktik yang dilandaskan
sain. Hubungan antara supervisor dengan guru bersifat hirarki dan hirarki adalah
hal yang tak pernah absen dari kehidupan manusia. Dalam konteks hubungan
supervisor dan yang disupervisi terlihat bahwa supervisor mempunyai hak untuk
mengatakan kepada yang disupervisi bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan.
Percakapan atau pertukaran pikiran antara keduanya untuk meningkatkan
pengalaman dibidang pendidikan cenderung hilang.
1. Kesalahan-Kesalahan Dalam Supervisi Saintifik
Beberapa masalah telah tercipta karena memperlakukakn pengajaran
secara ilmiah dan karena mengimplikasikan supervisi sebagai manajemen ilmiah
pengajaran. Beberapa dari masalah tersebut adalah:
a. Kesalahan Perhitungan
Kesalahan perhitungan yang dilakukan dengan cara berusaha mempelajari
pengajaran menggunakan prosedur yang menyiratkan atau mengasumsikan bahwa
kejadian dalam tingkah laku pengajaran tertentu – struktur, pemberian contoh,
penguatan negative dan positif dan yang lainnya – semua mempunyai bobot
pedagogis yang sama dan bisa ditambahkan untuk mengamankan indek dari
kualitas mengajar.
Contohnya, lebih banyak siswa yang berinisiatif untuk bertanya lebih bagus
daripada guru yang berinisiatif bertanya; percakapan tak langsung lebih baik
13
daripada percakapan langsung. Apa yang diabaikan disini adalah kualitas interaksi
itu sendiri. Diskusi tidak selalu lebih baik daripada ceramah. Diskusi yang diikuti
oleh terlalu banyak siswa adalah sesuatu yang konyol sehingga metode ceramah
adalah brilian. Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi. Hanya mencatat kejadian-
kajadian dan kemudian menambahkan skor tidaklah cukup, yang lebih buruk lagi
cara pengapresian yang salah terjadi dalam kelas tersebut.
b. Kesalahan Komposisi
Masih berkaitan dengan kesalahan perhitungan adalah kesalahan komposisi
yang berarti keseluruhan itu sama dengan jumlah total dari bagian-bagian. Hal ini
dilakukan ketika kualitas pengajaran ditentukan dengan cara menghitung frekuensi
tingkah laku guru pada sebuah variable dan kemudian menambahkan jumlah skor
yang diperoleh dari variable yang lain. Metode ini menilai kualitas mengajar
berdasarkan ada dan tidak adanya karakteristik yang berbeda. Karenanya, satu
observasi guru berisi 14 variabel karakteristik. Masing-masing variable berisi 4
sampai 7 sub variable. Tiga orang observer menilai guru tersebut berdasarkan sub
variable dengan menggunakan skala nilai 7. nilai dari masing-masing sub variable
kemudian ditambahkan ke masing-masing variable dan nilai total muncul untuk
masing-masing dari ke 7 variabel utama tersebut. Pengajaran yang sangat bagus
seharusnya ditunjukan oleh nilai yang tinggi pada ke 7 variable utama.
Tetapi bagaimana jika seorang guru sangat bagus pada 3 variabel tetapi
lemah di 4 variabel lainnya? Tidak mungkinkah kesempurnaan dari ketiga variable
tersebut mengalahkan ke 4 variabel yang lain? Tuhan tidak pernah menciptakan
sesuatu tanpa ada kelemahannya. Seseorang tidak bisa begitu saja menambahkan
nilai semua bagian untuk mendapatkan jumlah total. Keseluruhan itu kadang-
kadang bernilai lebih dan kadang-kadang bernilai kurang dari jumlah total bagian-
bagiannya.
c. Kesalahan Konkretisasi
Kesalahan konkretisasi ini merupakan hasil dari tingkah laku yang
berpendapat bahwa hal utama dalam observasi adalah manifestasi tingkah laku
siswa. Di sini jelas bahwa bebrapa orang yang mempelajari pengajaran atau yang
men supervisi merupakan pembaca yang bonafide. Tingkah lakku adalah hal utama
dalam observasi, tetapi tingkah laku bukanlah satu-satunya hal utama atau yang
paling penting. Ketika kita mengobseravsi siswa atau guru kita tidak ahanya melihat
14
tingkah laku yang mereka tunjukkan tetapi juga arti dari tingkahlaku tersebut dan
kualitas pengalaman mereka. Bahkan istilah tingkah laku di sini menjadi salah
kaprah, karena istilah tersebut menyatakan bahwa tindakan seseorang hanyalah
merupakan gerakan badan, padahal seharusnya padahal tingkahlaku merupakan
kegiatan karena adanya motivasi, tujuan dan aspirasi dan merupakan cerminan
dari banyak hal. Manifestasi tingkahlaku adalah, pada umumnya, sebuah petunjuk
yang mana dari petunjuk tersebut kita dapat membangun arti secara imajinatif.
Memahami apa yang kita temui memberikan lebih banyak arti daripada hanya
mencatat kejadiannya. Karenanya, kesalahan kekongkritan menyebabkan
mengabaikan apa yang tidak bisa kita lihat.
d. Kesalahan Urus
Kesalahan urus adalah masalah yang muncul pada penggunaan pendekatan
ilmiah untuk mengajari pengajaran dan melakukan supervisi. Hal ini dikarenakan
kecenderungan untuk mengabaikan proses kehidupan pendidikan pada saat
proses tersebut diperlihatkan di kelas dan di sekolah. Selama bertahun-tahun
paradigma penelitian ilmu pengetahuan sosial dalam praktek pendidikan adalah
eksperimen klasik. Yang dicari adalah pengisolasian variabel yang membuat
perbedaan signifikan pada hasil siswa. Untuk dapat menemukan variabel ini dan
menentukan kontribusi variabel tersebut terhadap belajar mengajar dianggap
sebagai metode yang paling berat.
2. Pendekatan Supervisi Artistik dalam Pengajaran
Pada bagian sebelumnya dari tulisan ini telah digambarkan tentang konteks
dimana pendekatan superivisi dapat diterapkan. Saya telah melakukan ini karena
kontras diperlukan untuk melihat perbedaan Supervisi artistik adalah sebuah
pendekatan supervisi yang terletak pada sensitivitas, persepsi, dan pengetahuan
supervisor sebagai sebuah cara mengapresiasikan kejadian-kejadian yang terjadi
di ruang kelas dan yang mengeksploitasi potensi bahasa yang puitis, ekpresif dan
metaforis untuk menyampaikan pada guru juga pada orang lain yang keputusannya
mempengaruhi apa yang terjadi di sekolah mengenai apa yang telah diobservasi.
pendekatan supervisi seperti ini, manusia merupakan instrumen untuk mengetahui
apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah.
15
Definisi kedua dari kata artistik diselaraskan dengan music. Seorang
pendengar musik yang baik bukan hanya mendengar tetapi menyimak music
tersebut. Demikian juga dengan kerja seorang supervisor, ketika melihat seorang
guru mengajar, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah yang
berkaitan dengan karakter dan kualitas pengajaran sebagai suatu keseluruhan dan
juga berbagai macam bagian yang ada didalamnya. Hal kedua adalah bahwa
setiap guru mempunyai gaya dan kekuatan mereka sendiri. Seorang supervisor
yang berorientasi artistik mampu mengenali gaya tersebut dan akan membantu
guru tersebut mengembangkan gaya tersebut ke arah yang positif.
Sayangnya kunjungan supervisor yang hanya 40 menit hanyalah cukup
untuk mengindentifikasi masalah pengajaran. Terlebih lagi, aspek pengajaran yang
harus dimodifikasi bisa saja merupakan kebiasaan dan kebutuhan sehingga
feedback sederhana tidaklah cukup untuk mengubah hal tersebut. Kebiasaan guru
tidak akan berubah hanya dengan sebuah paragrap atau dua rekomendasi yang
diberikan oleh supervisor. Untuk melakukan perubahan kebiasaan tersebut
diperlukan perhatian dan dukungan yang besar. Di sisi apresiatif, pendekatan
artisitik pada supervisi mempunyai dua tujuan dalam menilai kinerja, yaitu
pendekatan ini mengapresiasi kualitas kinerja secara keseluruhan dan pendekatan
ini juga akan mengapresiasi karakter pengajaran yang berbeda.
3. Kandungan atau Isi Dalam Persepsi
Dalam supervisi ada hal-hal yang mudah untuk dilihat seperti prosentase
kalimat yang diucapkan oleh guru yang kemudian dibandingkan dengan kalimat
yang diucapkan oleh siswa. Kalimat-kalimat yang diucapkan secara tidak lengkap
juga bisa dihitung. Tetapi dalam pendekatan artistik yang akan lebih dilihat adalah
hal-hal seperti karakter ekspresif yang sedang dilakukan oleh guru dan siswa,
pesan yang terkandung dalam aksi-aksi yang mereka lakukan di kelas. Pendekatan
artistik akan berusaha memahami pengalaman apa yang diperoleh guru dan siswa,
bukan hanya menghitung jumlah atau menggambarkan tingkah laku yang mereka
lakukan. Bagaimana sebuah situasi memberi arti pada orang-orang di dalamnya
dan bagaimana aksi-aksi yang ada pada situasi tersebut menciptakan arti bagi
orang-orang di dalamnya adalah hal-hal yang dipelajari pada pendekatan artistik
pada supervisi.
16
Pada sisi apresiatif supervisi, apresiasi bisa diberikan secara pribadi, tidak
harus dilakukan di depan publik. Tetapi karena hal tersebut akan berguna bagi
yang lainnya jika dapat dibagi kepada publik. Sisi yang lain adalah sisi kritik
membangun. Kritik yang dimaksud disini adalah kritik seperti kritik film, kritik seni,
kritik musik dan juga kritik drama. Kritik tersebut akan berguna bagi guru dan yang
lainnya. Mengenai kritik Dewey mengatakan “ the end result criticism is the
reeducation of the perception of the work of art.” Adapun fungsi dari kritikan
menurut penulis adalah membantu mengapresiasi apa yang sudah terjadi.
Supervisor dapat melakukan hal ini dengan cara mengembangkan kemampuan
memberikan apresiasi karena dalam proses tersebut juga terkandung proses
pemberian kritik. Cara kedua adalah kemampuan menyampaikan kepada yang lain
dengan menggunakan bahasa yang ekspresif dan artistik mengenai apa yang
sudah terjadi.
Lalu bagaimana dengan krtitik pendidikan? Nilai pendidikan bisa disimpulkan
dari suasana yang tercermin dari kelas tersebut, hubungan antara guru dan siswa
dan juga karakter tugas yang diberikan. Kemampuan melihat situasi sangat penting
bagi seorang supervisor. Salah satu peran supervisor adalah membuat orang-
orang bisa menangkap aspek situasi yang seringkali tidak diapresiasi. Sifat
kekeluargaan dan kebiasaan yang biasanya memberikan respon secara otomatis
dan yang memberikan kontribusi terhadap tindakan yang efisien biasanya akan
membuat seseorang tidak melihat satu karakter yang sangat penting. Berapa dari
kita yang telah mengajar selama sepuluh atau duapuluh tahun yang mengetahui
apa yang tidak lihat pada kelas kita sendiri? Sama pentingnya adalah dengan
kemampuan untuk menggambarkan kemampuan untuk menterjemahkan akan
yang telah dilihat dan menilai nilai pendidikannya.
Apa yang dapat dikatakan demikian tentang karakteristik dari pendekatan
supervisi artistik? Apa yang dikatakan mengenai karakteristik dari pendekatan
supervisi artistik? Apa saja yang merupakan fitur penting dari supervise artistik?
Sebuah proses mengadaptasi teori ke dalam apa yang sudah dilihat dan
gambarkan. Delapan fitur penting dari pendekatran supervise artistik tersebut
adalah:
17
1. Pendekatan artistik supervisi memerlukan perhatian baik untuk kejadian yang
berekspresi maupun yang tak berekspresi, bukan hanya menilai kehadirannya
atau arti harafiahnya.
2. Pendekatan artistik supervisi memerlukan pendidikan tingkat tinggi,
kemampuan untuk melihat apa yang penting walaupun hanya sedikit.
3. Pendekatan artistik supervisi mengapresiasi kontribusi guru untuk
perkembangan pendidikan anak yang sifatnya unik, maupun kontribusi seorang
guru yang sama dengan kontribusi guru yang lain.
4. Pendekatan artisitk supervisi membutUhkan perhatian yang diberikan kepada
proses suasana kelas dan proses ini diobservasi dalam jangka waktu yang
lama sehingga hal-hal yang penting bisa diletakkan secara berurutan.
5. Pendekatan artistik supervisi memerlukan hubungan baik yang dibangun
antara supervisor dan yang disupervisi sehingga percakapan dan juga rasa
percaya bisa dibangun diantara keduanya.
6. Pendekatan artistik memerlukan kemampuan untuk menggunakan bahasa
sedemikian rupa sehingga bahasa tersebut dapat digunakan untuk
mengekspresikan karakter yang telah dilihat.
7. Pendekatan artistik supervisi memerlukan kemampuan untuk memahami arti
kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka yang mengalami kejadian tersebut
dan bisa mengapresiasi sisi kependidikannya.
8. Pendekatan artistik supervisi dapat menerima fakta bahwa supervisor individu
dengan segala kelebihannya, kesensitifannya dan pengalamannya merupakan
instrumen utama, yang dengan instrumen tersebut situasi pendidikan dapat
diterima dan arti pendidikan dapat dipahami.
D. APLIKASI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI
PENGAJARAN
Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain, bekerja dengan orang
lain, bekerja melalui orang lain, dalam hubungan bekerja dengan orang lain
dengan harapan agar perilaku belajar siswa menjadi semakin meningkat. Kedua
pendekatan ini tentu saja sama-sama dapat diaplikasikan dalam proses
pelaksanaan supervise pengajaran. Tentu saja ada hal-hal mendasar yang berbeda
bila akan menerapkan diantara salah satu pendekatan supervise. Perbedaan itu
tentu seperti yang telah dibahas di atas dalam makalah ini, mulai dari perencanaan,
18
dan pelaksanaannya. Dengan demikian seorang supervisor harus mengetahui
kaidah-kaidah bila akan menggunakan suatu pendekatan dalam melakukan
supervisi pengajaran.
Tugas utama supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah
adalah membantu guru dalam menyeleksi metode-metode mengajar dan
memperbaharui kemampuan guru-guru dalam mengajarnya. Dalam membantu
guru menyeleksi metode mengajar, supervisor terlebih dahulu harus dapat
menemukan prosedur mengajar yang paling baik, penampilan mengajar yang
paling baik. Baru setelah menemukan sendiri, ia akan dapat membantu guru
menemukan metode-metode yang dapat menjamin keberhasilan siswa yang diajar
secara maksimal. Dalam membina guru-guru, supervisor terlebih dahulu
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan mengajar guru, melalui pengukuran
pengetahuan guru tentang materi pelajaran, pengukuran pengetahuan guru tentang
metodologi pengajaran dan pengukuran pengetahuan guru tentang proses
pengajaran.
Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampak dirinya
dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para
guru merasa diterima. Adanya sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan
orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan,
menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga menjadi dirinya sendiri.
Sebagaimana dikemukakan, Sergiovanni beberapa ciri yang khas model supervisi
artistik, antara lain: 1) Supervisi artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak
mendengarkan daripada banyak berbicara. 2) Supervisi artistik memerlukan tingkat
pengetahuan yang cukup/keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan
seseorang yang sesuai dengan harapannya. 3) Supervisi artistik mengutamakan
sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan
bagi generasi muda. 4) Model artistik, menuntut untuk memberi perhatian lebih
banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses yang diobservasi sepanjang
waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat
ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
19
DAFTAR PUSTAKA
Eisner, Elliot W. 1982. An Artistic Approach to Supervision, Dalam Thomas J.
Sergiovanni, 1982. Supervision of Teaching. Washington: ASCD.
Mantja. 2000. Bahan Ajar Model Pembinaan/Supervisi Pengajaran. Malang:
Program Pasca Sarjana.
McNeil, John D. 1982. A Scientific Approach to Supervision. Dalam Thomas J.
Sergiovanni, 1982. Supervision of Teaching. Washington: ASCD.
20
TUGAS KELOMPOK
PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Model Pembinaan dan Supervisi Pengajaran
OlehRetnaning Tyas NIM. 120132639642Hermanto NIM. 120132639643
UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN Oktober 2012
21