sistem pencernaan

3
Konsep dasar asuhan keperawatan meliputi; Pengkajian data, rumusan diagnosa keperawatan, rencana/intervensi keperawatan, pelaksanaan/ implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Implementasi -.eperawatan tidak dibahas pada buku ini karena merupakan aplikasi dari rencana ^.eperawatan yang telah dibuat. Data Subjektif : I. Riwayat kesehatan pasien Perawat mulai dengan mengumpulkan data riwayat kesehatan lengkap, memfokuskan pada gejala umum disfungsi gastrointestinal dimana klien mengeluh nyeri abdomen (kaji lokasi, durasi, pola, frekuensi, distribusi penye-baran dan waktu nyeri), muntah (muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas makanan yang masuk. Muntah C. 2. Riwayat medis a. Riwayat penyakit sebelumnya: colitis ulseratif, ulkus peptikum, hepatitis, sirosis, pancreatitis atau apendiksitis, diabetes melitus. b. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan: alergi terhadap ikan atau zat makanan lainnya dan alergi terhadap antibiotik. c. Riwayat konsumsi obat sebelum masuk rumah sakit: misal penggunaan asetaminofen, penggunaan obat terlarang, pencahar atau antasida, steroid, anti diare, anti emetik, anti hipertensi, barbiturate dan lain-lain. d. Riwayat penyakit dalam keluarga: penyakit kanker kolon, kanker lambung, hepatitis, sirosis hepatis, kolesistitis, kolelithiasis, obesitas, diabetes melitus dan sindrom malabsorpsi. e. Riwayat sosial: interaksi sosial, kebiasaan merokok, minum kopi, dan pola konsumsi makanan, rumah tangga tidak harmonis, gaya hidup. f. Riwayat pekerjaan.- lingkungan pekerjaan yang stressful, pekerjaan travelling. Data Obyektif Pengkajian fisik dilakukan untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien. Urutan pengkajian fisik pada abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Untuk pemeriksaan abdomen, pasien diposisikan supine. Kemudian diobservasi kontur, simetrisitas, penonjolan lokal, distensi atau ge-lombang peristaltik dari abdomen. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan motilitas usus. Pada saat perkusi perlu diperhatikan lokasi, timpani atau pekak. Palpasi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abdomen atau area nyeri tekan. Penemuan abnormal harus dicatat berdasarkan area atau kwadran abdomen (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kuadran kiri bawah). Berikut ini uraian singkat pemeriksaan fisik pada abdomen : Pemeriksaan Fisik Inspeksi Perhatikan dengan teliti warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus, kemampuan Tiembuka dan menutup mulut, lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa, keadaan gigi geligi dan gusi, adakah caries, inflamasi atau tanda-tanda perdarahan, inspeksi pula kuadran atas abdomen sewaktu inspirasi :an ekspirasi. Inspeksi dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan >=ksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah ; 1. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior dan kolateral pada hipertensiportal). 2. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung). J Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan lokal (hernia, hepatomegali, sple- nomegali, kista ovarii, hidronefrosis). - Gerakan dinding abdomen pada peritonitk terbatas. 5 Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkira-kan organ apa atau tumor apa.

Upload: eka

Post on 23-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Pencernaan

Konsep dasar asuhan keperawatan meliputi; Pengkajian data, rumusan diagnosa keperawatan, rencana/intervensi

keperawatan, pelaksanaan/ implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Implementasi -.eperawatan tidak dibahas pada buku ini karena merupakan aplikasi dari rencana ^.eperawatan yang telah dibuat.

Data Subjektif :I. Riwayat kesehatan pasienPerawat mulai dengan mengumpulkan data riwayat kesehatan lengkap, memfokuskan pada gejala umum disfungsi gastrointestinal dimana klien mengeluh nyeri abdomen (kaji lokasi, durasi, pola, frekuensi, distribusi penye-baran dan waktu nyeri), muntah (muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas makanan yang masuk. Muntah

C.2. Riwayat medisa. Riwayat penyakit sebelumnya: colitis ulseratif, ulkus peptikum, hepatitis, sirosis, pancreatitis atau apendiksitis, diabetes melitus.b. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan: alergi terhadap ikan atau zat makanan lainnya dan alergi terhadap antibiotik.c. Riwayat konsumsi obat sebelum masuk rumah sakit: misal penggunaan asetaminofen, penggunaan obat terlarang, pencahar atau antasida, steroid, anti diare, anti emetik, anti hipertensi, barbiturate dan lain-lain.d. Riwayat penyakit dalam keluarga: penyakit kanker kolon, kanker lambung, hepatitis, sirosis hepatis, kolesistitis, kolelithiasis, obesitas, diabetes melitus dan sindrom malabsorpsi.e. Riwayat sosial: interaksi sosial, kebiasaan merokok, minum kopi, dan pola konsumsi makanan, rumah tangga tidak harmonis, gaya hidup.f. Riwayat pekerjaan.- lingkungan pekerjaan yang stressful, pekerjaan travelling.

Data ObyektifPengkajian fisik dilakukan untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien. Urutan pengkajian fisik pada abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Untuk pemeriksaan abdomen, pasien diposisikan supine. Kemudian diobservasi kontur, simetrisitas, penonjolan lokal, distensi atau ge-lombang peristaltik dari abdomen. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan motilitas usus. Pada saat perkusi perlu diperhatikan lokasi, timpani atau pekak. Palpasi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abdomen atau area nyeri tekan. Penemuan abnormal harus dicatat berdasarkan area atau kwadran abdomen (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kuadran kiri bawah). Berikut ini uraian singkat pemeriksaan fisik pada abdomen :

Pemeriksaan FisikInspeksiPerhatikan dengan teliti warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus, kemampuan Tiembuka dan menutup mulut, lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa, keadaan gigi geligi dan gusi, adakah caries, inflamasi atau tanda-tanda perdarahan, inspeksi pula kuadran atas abdomen sewaktu inspirasi :an ekspirasi.Inspeksi dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan >=ksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah ;1. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior dan kolateral pada hipertensiportal).2. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).J Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan lokal (hernia, hepatomegali, sple-nomegali, kista ovarii, hidronefrosis). - Gerakan dinding abdomen pada peritonitk terbatas.5 Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkira-kan organ apa atau tumor apa.6 Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour). Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.5 Perhatikan juga gerakan pasien: bila pasien sering merubah posisi mengin-dikasikan adanya obstruksi usus. Bila pasien sering menghindari gerakan menunjukkan adanya iritasi peritoneum generalisata. Bila pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/relaksasi menunjukkan adanya peritonitis.

PalpasiPalpasi abdomen harus dilakukan secara "gentle". Palpasi dilakukan untuk mengetahui karakter dinding abdomen seperti ukuran, kondisi dan konsistensi organ dan lokasi nyeri. Palpasi ringan dilakukan dengan menekan ujung-ujung jari sedalam 1 - 2 cm sedangkan palpasi dalam dilakukan menekan jari-jari sedalam 4 cm. Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kuadran yakni seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

GAMBAR

Page 2: Sistem Pencernaan

3i!a hendak mengetahui bagian bawah hepar palpasi sebaiknya dilaku-kan mulai dari bawah umbilicus dan sebelah lateral muskulus rectus. Pada saat palpasi :entukan juga konsistensi, permukaan, pergerakan dan perabaan dari hepar. 3ila hepar hanya teraba sedikit saja dibawah tepi costa menunjukkan adanya beberapa kelainan yang dapat di-akibatkan oleh menurunnya berat badan, mengendurnya ligamentum yang menyokong hepar. Pulsasi dari hepar bila ada dapat ditemukan dengan menempatkan tangan kiri pada bagian belakang abdomen kanan atas dan tr.ngan kanan diletakkan di atas daerah anterior hepar. Lihat pada gambar 2.2

GAMBAR

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan palpasi yaitu :1. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang.2. Pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.3. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.4. Lakukan palpasi dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk menekuk lututnya (fleksi).

5. Pastikan dan bedakan spasme volunter dan spasme sejati. Spasme volunter akan terdetcksi jika muskulus rectus relaksasi pada penekanan daerah muskulus rectus dan minta pasien menarik napas dalam. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, hal itu adalah spasme sejati.5 Palpasi bimanual dilakukan dengan kedua telapak tangan. Tangan kiri be-rada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan dinding abdomen.7. Pemeriksaan ballottement dengan cara mempalpasi organ abdomen yang terdapat asites. Caranya dengan memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan tangan cepat ditarik kembali. Cairan asites berpindah untuk sementara, organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul. Teknik ballottement juga dapat dipakai untuk memeriksa ginjal.5 Bila teraba massa tentukan ukuran/besar, bentuk, lokasi, kon-sistensi, tepi, permukaan, fiksasi/mobilitas, nyeri spontan/tekan, dan warna kulit diatas-nya.? Palpasi hati dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan (bimanual) pada kuadran kanan atas. Palpasi dilakukan dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line dan spina iliaka anterior superior (SIAS) dan minta pasien untuk napas dalam sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dalam sentimeter (di bawah lengkung costa dan di bawah prosesus xiphoideus).— B sil abnormal pada hepar antara lain asimetri pada sebelah kanan yang --rupakan indikasi adanya pembesaran lobus kanan. Asimetri dari kwadran iebelah kiri merupakan indikasi pembesaran limpa atau dugaan adanya hepa-• :<plenomegali, relaksasi dari liga-mentum, suspensorium hepar.

Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltik usus dan bising pembuluh darah. Peristaltik usus dapat didengar dengan meletakkan diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen selama 2-3 menit, lalu dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltik usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik lebih tinggi seperti dentingan keping uang logam (metallic sound). Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang. Pada saat mendengarkan suara pembuluh darah, bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

GAMBAR PALAPASI

PerkusiPerkusi berguna untuk mendapatkan data keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).Dilakukan perkusi pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk me-ngetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus, pekak hati akan menghilang. Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen