semua bab referat b - dr. s - rifqi

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis. 1,2,3 Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau proses yang bersifat difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi, sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau penyakit sinopulmoner dan asma. 1 Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas dan lama, termasuk kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William Campbell Syndrome), penyakit akibat Referat Bronkiektasis | 1

Upload: rifqi-ardi-firmansyah

Post on 08-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut

menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan

ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang

bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu

menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan

pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang

hemoptisis. 1,2,3

Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai proses fokal yang

melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau proses yang bersifat

difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi,

sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau

penyakit sinopulmoner dan asma. 1

Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung

luas dan lama, termasuk kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada

William Campbell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosis

kistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang berat pada anak,

defisiensi imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif). Pada

kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi,

kerusakan dan remodelling jalan nafas. 2

Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan

yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran

pernapasan. Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa)

mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari

zatzat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:

Referat Bronkiektasis | 1

Page 2: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

1. Sel penghasil lendir

2. Sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu

partikelpartikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran

pernafasan.

3. Sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan

tubuh melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.

Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan

kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran

pernafasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi

sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus. 3

Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi

yang bersifat kronik, seperti batuk setap hari, produksi sputum yang kental

dan penemuan radiografi seperti penebalan dinding bronkus dan dilatasi

lumen yang terlihat pada CT Scan. 1

B. Tujuan

Penulisan refrat tentang bronkiektasis ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi dari Bronkiektasis.

2. Mengetahui epidemiologi Bronkiektasis.

3. Memahami faktor risiko yang berpengaruh, etiologi, dan patogenesis dari

Bronkiektasis.

4. Mengetahui penatalaksanaan dari Bronkiektasis.

5. Mengetahui komplikasi dan prognosis Bronkiektasis.

BAB II

Referat Bronkiektasis | 2

Page 3: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Bronkiektasis merupakan pelebaran menetap dari bronkus dan bronkiolus

akibat kerusakan otot dan jaringan elastik penunjang, disebabkan atau

berkaitan dengan infeksi nekrotikans kronis.4

Bronkiektasis merupakan penyakit akibat obstruksi atau infeksi persisten

yang ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Jika sudah terbentuk,

bronkiektasis akan menimbulkan kompleks gejala yang didominasi oleh

batuk dan pengeluaran sputum purulent dalam jumlah yang besar. 4

Bronkiektasis adalah pelebaran bronkus yang disebabkan oleh kelemahan

dinding bronkus yang sifatnya permanen. Diagnosis bronkiektasis dibantu

dengan pemeriksaan bronkografi, tapi akhir-akhir ini bronkografi jarang

dilakukan dan digantikan dengan pemeriksaan High Resoluted Computed

Tomography (HRCT). Bronkiektasis sering dikategorikan penyakit infeksi

saluran pernapasan dengan diagnosis bronkiektasis terinfeksi.19

B. EPIDEMIOLOGI

Bronkiektasis adalah penyebab kematian yang sangat penting pada

Negara-negara berkembang. Di Negara maju seperti AS, bronkiektasis

mengalami penurunan sesuai dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi

bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi

yang rendah.1

Di Amerika Serikat, bronkiektasis bukan merupakan penyakit yang

umum. Tetapi jumlah penyakit bronkiektasis di Amerika Serikat biasanya

berkaitan dengan infeksi mycobacteria atau faktor lingkungan yang lain yang

dilaporkan meningkat. 1

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti

mengenai penyakit ini. Penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik

Referat Bronkiektasis | 3

Page 4: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

dan diderita oleh laki-laki maupun wanita mulai sejak anak-anak bahkan

dapat berupa kelainan kongenital. Data terakhir yang diperoleh dari RSUD

Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7

terbanyak, dengan 221 penderita dari 11.018 (1,01%) pasien rawat inap. 1

C. ETIOLOGI

Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun diduga

bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. 6

1. Kelainan kongenital

Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam

kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan

perkembangan memegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul

kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada

satu atau kedua bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya

menyertai penyakit-penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik,

Sindroma Kertagener, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn

syndrome, serta kelainan sistemik berupa gangguan rheumatologik,

inflammatory bowel disease, AIDS.1,2,3,5,6,7

2. Kelainan didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan

merupakan proses berikut:

a. Infeksi Paru Berulang

Infeksi saluran nafas akut, misalnya bronkopneumonia,

menyebabkan destruksi jaringan peribronkial sehingga terjadi

penarikan dinding bronkus dan menyebabkan dilatasi bronkus.

Bronkiektasis pada umumnya dijumpai pada individu yang

mempunyai rekuren dan infeksi saluran pernapasan bawah dalam

jangka waktu lama.

Referat Bronkiektasis | 4

Page 5: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Infeksi dapat berupa campak, pertusis, infeksi adenovirus,

infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau

Pseudomonas, influenza, tuberkulosa, serta infeksi mikoplasma 1,2,3,4,5,6,8,9

b. Penyumbatan bronkus

Sebagian besar cabang bronkus yang kecil, akibat adanya

aspirasi mukus masuk ke dalam lumen bronkus yang menyebabkan

kolaps bagian distal, keadaan ini menyebabkan peningkatan

tekanan intraluminer proksimal dan terjadi dilatasi bronkus. Bila

terjadi infeksi pada bronkus yang mengalami dilatasi ini serta

terjadi destruksi dinding bronkus, maka akan terjadi dilatasi

bronkus yang permanen.

Obstruksi dapat disebabkan oleh :

Benda asing yang terisap.

Pembesaran kelenjar getah bening di hilus yang menyebabkan

bronkiektasis pada distal bronkus.

Tumor paru.

Sumbatan oleh lendir 1,2,3,4,5,6,8,9

Kondisi tersebut menyebabkan gangguan mekanisme mucocilliary

clearance dan gangguan ini akan menyebabkan berkembangnya

infeksi bakteri.

c. Cedera penghirupan

Cedera karena asap, gas atau partikel beracun

Menghirup getah lambung dan partikel makanan 1,2,3,4

d. Kelainan imunologik

Sindroma kekurangan imunoglobulin

Disfungsi sel darah putih

Defisiensi komplemen

Referat Bronkiektasis | 5

Page 6: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Infeksi HIV

Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis

rematoid,

kolitis ulcerativa 1,2,3,4,5

e. Keadaan lain

Penyalahgunaan obat (misalnya heroin) 4

D. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko dari bronkiektasis antara lain masalah kongenital atau

penyakit yang didapat, yang mempengaruhi paru atau saluran napas,

misalnya infeksi yang disebabkan oleh bakteri.1

E. ANATOMI

Gambar 1. Percabangan Bronkus

Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri

akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya

semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu

Referat Bronkiektasis | 6

Page 7: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis

mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh

kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.

Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran penghantar

udara karena fungsinya menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas

terjadi. 9

Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari

paruparu. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan

sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer

memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai

dari trakea sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari

alveolus di dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-

pori Kohn yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya

selapis sel saja, namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta

itu dibentangkan akan seluas satu lapangan tennis.9

Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh

kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu

tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi

dan cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan

sebagai lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi

resistensi saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.9

Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh

kematangan sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin,

kecepatan regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding

alveolus. Defisiensi surfaktan, enzim biosintesis serta mekanisme inflamasi

yang berjung pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas paru

menjadi dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya.9

Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra

dan bronchus sinistra :

Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan

letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh

Referat Bronkiektasis | 7

Page 8: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga

benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-

kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis

VI. Vena Azygos melengkung di sebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada

mulanya berada di sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya.

Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus

superior, lobus medius, dan lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke

ke lobus superior letaknya di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut

bronkus eparterialis. Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan

lobus inferior berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut bronkus

hyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut mempercabangkan

bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.10

Bronkus Sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya

lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah caudal arcus aortae,

menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta

thoracalis. Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di

sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum

bronkus bercabang menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak

bronkus hyparterialis. Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat

lymphonodus tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio trachea (di

sebelah caudal) terdapat lymphonodus tracheobronchialis inferior.10

Bronkus memperoleh vaskularisasi dari a.thyroidea inferior. Innervasinya

berasal dari n.vagus, n. recurrens, dan truncus sympathicus.10

F. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan definisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan

dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter)

yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada

Referat Bronkiektasis | 8

Page 9: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari

suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside

dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai

respon terhadap antigen. 5

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding

bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal

jalan nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada

jalan nafas. Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan cairan

berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan

bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan

naik ke tenggorokan dan kemudian batukkan keluar atau tertelan. 3

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atau

tidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi

inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan

keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta

membentuk kantung atau saccus yang menyerupai balon yang kecil.

Inflamasi juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia

mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan

memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang

pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus,

sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas. 3

Referat Bronkiektasis | 9

Page 10: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Gambar 2. Patofisiologi Bronkiektasis 16

G. PATOGENESIS

Kelemahan dinding bronkus pada bronkiektasis dapat kongenital ataupun

didapat (acquired) yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan.

Bronkiektasis kongenital sering berkaitan dengan adanya dekstrokardia dan

sinusitis, jika ketika keadaan ini (bronkiektasis, dekstrokardia dan sinusitis)

hadir bersamaan, keadaan ini disebut sebagai sindrom Kartagener. Jika disertai

pula dengan dilatasi trakea dan bronkus utama maka kelainan ini disebut

trakeobronkomegali.19

Bronkiektasis yang didapat sering berkaitan dengan obstruksi bronkus.

Dilatasi bronkus mungkin disebabkan karena kerusakan dinding bronkus

Referat Bronkiektasis | 10

Page 11: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

akibat peradangan seperti pada penyakit endobronkial tuberkulosis.

Bronkiektasis non-tuberkulosis cenderung terjadi pada bagian paru yang

bergantung (dependent part) yang menyebabkan aliran drainase discharge

terhambat. Gaya berat menyebabkan akumulasi sputum sehingga infeksi dan

supurasi lebih mudah terjadi. 19

H. PATOLOGI ANATOMI

Terdapat beberapa perubahan morfologi yang dapat terjadi pada

bronkiektasis, antara lain : 17

a. Dinding bronkus

Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa

proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan ireversibel. Pada

pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan berbagai tingkatan

keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan

bronkus yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga

elemen-elemen elastis.

b. Mukosa bronkus

Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel

epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi

sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi

akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan

pernanahan.

Gambar 3. Perubahan mukosa pada bronkiektasis 17

Referat Bronkiektasis | 11

Page 12: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

c. Jaringan paru peribronkial

Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara

lain berupa pneumonia, fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya

dekat pleura. Pada keadaan yang berat, jaringan paru distal

bronkiektasis akan diganti jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi

nanah.

I. KLASIFIKASI

Berdasarkan anatomi dari pelebaran lokal yang permanen dari dinding

bronkus, bisa berbentuk20 :

1. Sakuler / Kistik

Dilatasi bronkus sangat progresif ke perifer bronkus. Pelebaran

bronkus ini terlihat sebagai balon, kelainan ini biasanya terjadi pada

bronkus yang besar.

Gambar 4. Bronkiektasis Kistik secara Bronkografi

Referat Bronkiektasis | 12

Page 13: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Gambar 5. Bronkiektasis Kistik secara CT Scan (penampang melintang)

2. Tubuler / Silindrik

Seringkali dihubungkan dengan kerusakan parenkim paru, terdapat

penambahan diameter bronkus bersifat reguler, lumen distal bronkus

tidak begitu melebar.

Gambar 6. Bronkiektasis Silindrik secara Bronkografi

Referat Bronkiektasis | 13

Page 14: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Gambar 7. Bronkiektasis Silindrik secara CT Scan (penampang

melintang)

3. Varikose

Pelebaran bronkus lebih lebar dari bentuk silindrik dan bersifat

irregular. Gambaran garis irregular dan distal bronkus yang mengembang

adalah gambaran khas pada bentuk varikosa.

Gambar 8. Bronkiektasis Varikose secara Bronkografi

Referat Bronkiektasis | 14

Page 15: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Gambar 9. Bronkiektasis Varikose secara CT Scan (penampang

melintang)

J. DIAGNOSIS

1. Gambaran Klinis

Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi

sputum yang banyak sepanjang hari, terutama pagi hari, yang

mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan. Sputum yang

bercampur darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan

jalan nafas dengan infeksi akut. 1

Variasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis

episodik dengan sedikit atau tanpa produksi sputum. Bronkiektasis kering

biasanya merupakan sekuele (gejala sisa) dari tuberculosis dan biasanya

ditemukan pada lobus atas. 1

Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada

pleuritik, wheezing, demam, mudah lelah dan berat badan menurun. Pasien

relatif mengalami episode berulang dari bronkitis atau infeksi paru, yang

merupakan eksaserbasi dari bronkiektasis dan sering membutuhkan

antibiotik. Infeksi bakteri yang akut ini sering diperberat dengan onsetnya

Referat Bronkiektasis | 15

Page 16: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

oleh peningkatan produksi sputum yang berlebihan, peningkatan

kekentalan sputum, dan kadang-kadang disertai dengan sputum yang

berbau. 1

Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Terjadi

hampir 90% pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan

infeksi saluran pernafasan atas yang akut. Tetapi sebaliknya, pasien-pasien

itu mengalami infeksi yang diam. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai

macam, tergantung berat ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi

sekunder. Sputum dapat berupa mukoid, mukopurulen, kental dan purulen.

Jika terjadi infeksi berulang, sputum menjadi purulen dengan bau yang

tidak sedap. Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk

membagi karakteristik berat ringannya bronkiektasis. Sputum yang kurang

dari 10 ml digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan

jumlah 10-150 ml perhari digolongkan sebagai bronkiektasis moderat dan

sputum lebih dari 150 ml digolongkan sebagai bronkiektasis berat. Namun

sekarang, berat ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan

temuan radiologis. Pada pasien fibrosis kistik, volume sputum pada

umumnya lebih banyak dibanding penyakit penyebab bronkiektasis

lainnya. 1,2,5,8

Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis.

Hemoptisis mungkin terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan

pada arteri bronkial. hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering,

walaupun angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan. 1,2

Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi

bukan merupakan temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien

dengan bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya. 1,2

Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas

yang diikuti oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga

mungkin merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma. 1,2

Referat Bronkiektasis | 16

Page 17: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46%

pasien pada sekali observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder

pada batuk kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut. 1,2

Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasis

yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori

berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret

pada jalan nafas. Namun, pada umumnya semua penyakit kronik disertai

dengan penurunan berat badan. 1

Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.1

2. Pemeriksaan Laboratorium

Sputum ditampung dalam gelas transparan dan didiamkan akan tampak

3 lapisan, yaitu lapisan atas buih, lapisan tengah cairan jernih / saliva, dan

lapisan bawah endapan pus. Sebaiknya sputum diambil dari aspirasi

transtrakeal, kemudian dilakukan pulasan gram, biakan, serta uji resistensi.

Umumnya dijumpai H.influenza dan P.aeroginosa.

3. Gambaran Radiologis

a. Foto thorax

Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat

ditemukan gambaran seperti dibawah ini:

i. Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat

mencapai diameter 1 cm). dengan jumlah satu atau lebih bayangan

cincin sehingga membentuk gambaran ‘honeycomb appearance’

atau ‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut menunjukkan

kelainan yang terjadi pada bronkus. 11,12,13,14

Referat Bronkiektasis | 17

Page 18: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Gambar 10. Tampakan foto thorax penderita bronkiektasis12

ii. Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru.

Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan

tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam. Gambaran

seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus.

Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan

pada daerah parahilus. 11,12,13,14

iii.Tubular shadow

Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat

mencapai 8 mm. gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus

yang penuh dengan sekret. Gambaran ini jarang ditemukan, namun

gambaran ini khas untuk bronkiektasis. 11,13

iv.Glove finger shadow

Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang

terlihat seperti jari-jari pada sarung tangan. 11,13

b. Bronkografi

Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media

kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP,

Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya

Referat Bronkiektasis | 18

Page 19: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis

yang dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler

(kistik) dan varikosis. 12,13

Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada penderita

bronkiektasis yang akan di lakukan pembedahan pengangkatan untuk

menentukan luasnya paru yang mengalami bronkiektasis yang akan

diangkat. 12

Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh

karena prosedurnya yang kurang menyenangkan terutama bagi pasien

dengan gangguan ventilasi, alergi dan reaksi tubuh terhadap kontras

media. 5

c. CT Scan Thorax

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang

terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari

foto thorax dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat

terlihat pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai

sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.2,8,14

CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan

penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui

lobus mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah

diperlukan pembedahan.14

Referat Bronkiektasis | 19

Page 20: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Gambar 11. CT scan thorax14

K. DIAGNOSIS BANDING

Fibrosis Kistik

Kelainan yang ditemukan dapat bervariasi dari pasien yang satu ke pasien

yang lain, namun banyak individu yang memiliki gambaran radiografi yang

memperlihatkan bronkiektasis kronis disertai fibrosis kistik yang meliputi :

hiperinflasi, penebalan dan dilatasi bronkus, peribronkial cuffing, mucoid

impaction, kistik radiolusen, peningkatan tanda interstisial dan penyebaran

nodul-nodul. 4,6

L. TERAPI

Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu :

1. Pengobatan konservatif 6

- Pengelolaan umum, meliputi :

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien

Memperbaiki drainase sekret bronkus

Referat Bronkiektasis | 20

Page 21: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian

antibiotik, dimana antibiotik diberikan bila terjadi perubahan

sifat sputum dari mukoid menjadi purulen, dan pemberian

disesuaikan dengan hasil uji resistensi.

- Pengelolaan khusus

Kemoterapi pada bronkiektasis

Drainase sekret dengan bronkoskopi

- Pengobatan simtomatik

Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat

bronkodilator seperti golongan methylxantine, beta agonis

maupun antikolinergik. Selain itu, bronkodilator juga dapat

diberikan pada pasien dengan bronkitis kronis.

Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.

Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik.

Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan

antipiretik.

Mukolitik dan Ekspektoran, diberikan guna mengencerkan

sekret serta merangsang sekresi dahak dari saluran napas.

Steroid secara inhalasi, terbukti dalam mengurangi produksi

sputum serta menurunkan angka eksaserbasi.

2. Pengobatan Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen

atau lobus yang terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang

terbatas dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakan-

tindakan konservatif yang adekuat, selain itu juga pada pasien

bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau

hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan

hemoptisis masif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi. Tindakan

Referat Bronkiektasis | 21

Page 22: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

operasi bisa berupa segmentektomi, lobektomi, atau pneumonektomi,

serta bisa berupa transplantasi paru.6

3. Pencegahan

Imunisasi

Menghindari paparan rokok

Pengobatan adekuat pada pneumonia, pertusis, morbili

M. KOMPLIKASI

Beberapa penyakit yang bisa enjadi komplikasi dari bronkiektasis antara

lain:18

a. Pneumonia

b. Empiema

c. Septicemia

d. Meningitis

e. Metastasis abses misalnya di otak

f. Pembentukan amiloid

Infeksi yang berulang dan radang menyebabkan berlanjutkan nekrosis

saluran nafas dan destruksi jaringan paru. Tergantung pada perluasan

pertumbuhan penyakit, dapat terjadi kor-pulmonale. Amiloidosis sekunder

dapat terjadi sistemik.

N. PROGNOSIS

1. Kelangsungan Hidup

Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta

luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan

pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat

memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak

diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun.

Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah

jantung kanan, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa

Referat Bronkiektasis | 22

Page 23: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya disabilitasnya ringan. 4,6

2. Kelangsungan Organ

Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan

ukuran sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan

muscular dan elastic dari bronkus serta dapat pula menyebabkan kerusakan

daerah peri bronchial. Kerusakan ini biasanya akan menyebabkan

timbulnya daerah fibrosis terutama pada daerah peribronkial. 6

Referat Bronkiektasis | 23

Page 24: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

BAB III

RINGKASAN

1. Bronkiektasis merupakan pelebaran menetap dari bronkus dan bronkiolus

akibat kerusakan otot dan jaringan elastik penunjang, disebabkan atau

berkaitan dengan infeksi nekrotikans kronis.

2. Bronkiektasis adalah penyebab kematian yang sangat penting pada Negara-

negara berkembang. Di Negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami

penurunan sesuai dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis

lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi yang rendah.

3. Faktor risiko dan etiologi dari bronkiektasis antara lain masalah kongenital

atau penyakit yang didapat, yang mempengaruhi paru atau saluran napas,

misalnya infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

4. Penatalaksanaan bronkiektasis dibagi menjadi dua antara lain terapi lama

yang terdiri dari terapi konservatif dan simptomatik dan terapi baru yaitu

pembedahan.

5. Infeksi yang berulang dan radang menyebabkan berlanjutkan nekrosis saluran

nafas dan destruksi jaringan paru. Prognosis bronkiektasis berdasarkan berat

ringannya penyakit.

Referat Bronkiektasis | 24

Page 25: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

DAFTAR PUSTAKA

1. Emmons EE. 2007. Bronchiectasis. available at www.emedicine.com

2. O’Regan AW, Berman JS. 2004. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7 th

Edition . Editor James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins.

Philadelphia. 255-274.

3. Benditt, JO. 2008. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. available at

www.merck.com

4. Maitra A, Kumar V. 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V,

Cotran RS, Robbins SL (eds). Buku Ajar Patologi Robbins. Diterjemahkan

oleh: Pendit BU. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

5. Hassan I. 2006. Bronchiectasis. available at www.emedicine.com.

6. Rahmatullah P. 2001. Bronkiektasis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II Edisi Ketiga. Editor Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI. Jakarta .

861-871.

7. Alsagaff H, Mukty A. 2006. Bronkiektasis. Dalam : Dasar-dasar Ilmu

Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. 256-261

8. Barker AF. 2002. Bronkiektasis . The New English Journal of Medicine.

346:1383-1393.

9. Wilson LM. 2006. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi 6. Editor

Hartanto Huriawati, dkk. EGC. Jakarta. 737-740

10. Luhulima JW. 2004. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema

Respiratorius. Bagian Anatomi FKUH. Makassar.13-14.

11. Meschan I. 1975. Obstrictive Pulmonary Disease. Synopsis of Analysis of

Roentgen Signs in General Radiology. Philadelphia. 55-56

Referat Bronkiektasis | 25

Page 26: Semua Bab Referat B - Dr. S - Rifqi

12. Kusumawidjaja K. 2006. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Editor Iwan

Ekayuda. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 108-115.

13. Sutton D. 2003. Textbook of Radiology and Imaging volume 1. Churchill

livingstone. Tottenham. 45, 163, 164 & 168.

14. Patel PR. 2005. Lecture Notes Radiologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 40-

41

15. Sachdev P. 2013. Risk Factors of Bronchiectasis.

16. Barker, AF. 2005. Bronchiectasis. NEJM. 346 : 18.

17. Damjanov, Ivan. 2010. Buku Teks dan Atlas Berwarna Histopatologi. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

18. Underwood, JCE. 2000. Patologi Umum dan Sistematika . Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

19. Djojodibroto D. 2009. Respirologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

20. Alsagaff, H., Amin, M., Saleh, T. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru.

Surabaya : Airlangga University Press.

Referat Bronkiektasis | 26