sem purna

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan sekolompok zat kimia yang sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat menyebabkan kerusakan pada biomolekul (Halliwel dan Gutteridge 1989). Hal tersebut menyebabkan radikal bebas bersifat sangat reaktif dan mampu mengambil elekron dari molekul lain, seperti protein, DNA, dan peroksidasi lipid. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan biologis, kerusakan tersebut dapat menyebabkan penyakit kronis, seperti iskemia, katarak, kanker, diabetes melitus, penuaan, dan jantung koroner. Radikal bebas terbentuk melalui dua cara, yaitu secara endogen dan eksogen. Secara endogen, radikal bebas dihasilkan melalui reaksi biokimia di dalam tubuh, contohnya oksidasi enzimatis, fagositosis, transport elektron, dan oksidasi logam transisi melalui ischemic. Secara eksogen, radikal bebas dihasilkan dari lingkungan sekitar, seperti polusi udara, bahan tambahan pangan, dan radiasi ultraviolet (UV). Radikal eksogen tersebut, selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan absorbsi kulit. Reaksi ini akan berhenti bila radikal bebas diredam. Oleh karena itu, diperlukan zat antioksidan untuk mencegah dan melindungi sistem biologi tubuh dari serangan radikal – radikal bebas.

Upload: siska-leonita

Post on 30-Dec-2015

195 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sem Purna

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Radikal bebas merupakan sekolompok zat kimia yang sangat reaktif karena memiliki satu

atau lebih electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat menyebabkan

kerusakan pada biomolekul (Halliwel dan Gutteridge 1989) Hal tersebut menyebabkan radikal

bebas bersifat sangat reaktif dan mampu mengambil elekron dari molekul lain seperti protein

DNA dan peroksidasi lipid Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada

jaringan biologis kerusakan tersebut dapat menyebabkan penyakit kronis seperti iskemia

katarak kanker diabetes melitus penuaan dan jantung koroner Radikal bebas terbentuk melalui

dua cara yaitu secara endogen dan eksogen Secara endogen radikal bebas dihasilkan melalui

reaksi biokimia di dalam tubuh contohnya oksidasi enzimatis fagositosis transport elektron

dan oksidasi logam transisi melalui ischemic Secara eksogen radikal bebas dihasilkan dari

lingkungan sekitar seperti polusi udara bahan tambahan pangan dan radiasi ultraviolet (UV)

Radikal eksogen tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan

pencernaan dan absorbsi kulit Reaksi ini akan berhenti bila radikal bebas diredam Oleh karena

itu diperlukan zat antioksidan untuk mencegah dan melindungi sistem biologi tubuh dari

serangan radikal ndash radikal bebas

Antioksidan adalah senyawa yang memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas

dengan cara menyumbangkan elektronnya pada molekul radikal bebas Senyawa antioksidan

dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal protein

lemak dan DNA Antioksidan dikelompokkan ke dalam antioksidan endogen dan antioksidan

eksogen Antioksidan endogen merupakan antioksidan enzimatis yang dihasilkan oleh tubuh

melalui proses metabolisme sel Sedangkan antioksidan eksogen merupakan antioksidan yang

diperoleh dari luar tubuh Antioksidan eksogen kerap kali diperoleh dari makanan sehari-hari

terutama sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin (vitamin A C dan E)

serta mineral (seperti Zn dan Se) (Kumalaningsih 2007) Berdasarkan fungsinya antioksidan

dikelompokkan menjadi antioksidan primer antioksidan sekunder antioksidan tersier oxygen

scavenger dan chelator Antioksidan primer adalah antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru karena memiliki kemampuan untuk menonaktifkan radikal

bebas sebelumnya Contoh antioksidan primer adalah enzim SOD enzim tersebut dapat

melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas Kinerja enzim

SOD dipengaruhi oleh beberapa mineral seperti Zn Mn Cu dan Se Antioksidan sekunder

adalah senyawa antioksidan yang mampu memotong reaksi berantai (propagasi) yang

ditimbulkan oleh radikal bebas Sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar

Contoh antioksidan sekunder adalah betakaroten vitamin C dan vitamin E Sedangkan

antioksidan tersier merupakan antioksidan yang mampu memperbaiki kerusakan sel atau jaringan

akibat oksidasi radikal bebas Metionin sulfoksidan merupakan contoh antioksidan tersier yang

mampu memperbaiki kerusakan DNA akibat oksidasi radikal bebas Oxygen scavenger adalah

antioksidan yang mampu mengikat radikal oksigen sehingga tidak mendukung terjadinya reaksi

oksidasi Asam askorbat (vitamin C) merupakan contoh dari oxygen scavenger Sedangkan

chelator berfungsi mengikat kofaktor logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi

misalnya asam sitrat dan asam amino

Berdasarkan sumbernya antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan alami dan

antioksidan sintetik Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari satu atau beberapa

komponen makanan Senyawa antioksidan tersebut dapat berupa antioksidan yang diisolasi dari

sumber alami dan ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan maupun antioksidan yang

terbentuk selama proses pengolahan Antioksidan alami umumnya memiliki gugus hidroksil

dalam struktur molekulnya Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari

bagian tumbuhan seperti kayu kulit kayu akar daun buah bunga biji rimpang dan serbuk

sari Selain antioksidan alami terdapat juga antioksidan sintetik Jenis-jenis antioksidan sintetik

yang sering dijumpai diantaranya α tokoferol butylatedhydroxytoluene (BHT)

butylatedhydroxyanysole (BHA) propylgalate (PG) tert-butyl hydroxyquinone (TBHQ) dan

noredihidroquairetic acid (NDGA) Senyawa BHT dan BHA adalah antioksidan yang paling

banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan Namun antioksidan tersebut bersifat

karsinogen terhadap sistem reproduksi menyebabkan pembengkakan organ hati mempengaruhi

aktivitas enzim dalam hati bahkan dalam jangka waktu lama tidak terjamin keamanannya

Berdasarkan uji toksisitas akut dan kronik pada hewan coba pemakaian zat antioksidan

maksimal yang diperbolehkan dalam campuran makanan adalah sebesar 200 ppm

Senyawa antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh ndash tumbuhan seperti vitamin C

vitamin E karoten golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi

mengurangi risiko penyakit degenerative ( Prakash 2001)

Salah satu tumbuhan yang telah banyak di gunakan oleh masyarakat dalam pengolahan

tradisional yaitu tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) Bagian tumbuhan ini dikatakan

mampu menymbuhkan berbagai macam penyakit diantaranya diabetes kanker asam urat

radang tekanan darah tinggi dan lain ndash lain Namun belum diketahui secara pasti golongan

flavonoid dalam daun kersen karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut tentang isolasi dan

karakterisasi senyawa golongan flavinoid ekstrak methanol dari daun kersen (Muntingia

calabura L)

12 Perumusan Masalah

Potensi tumbuhan Kersen sebagai obat antidiabetes dan antikanker perlu dilakukan

analisis lebih mendalam mengenai kandungan senyawa bioaktif yang ada Untuk itu hal-hal yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah

1 Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak metanol daun

kersen

2 Bagaimana mengisolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen

3 Bagaimana karakterisitik isolat senyawa flavonoid tersebut

13 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun

kersen

2 Melakukan isolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen

3 Mengkarakterisasi isolat senyawa flavonoid tersebut

14 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit

sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen

2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen

menjadi produk antioksidan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Gambaran Umum Tentang Kersen

211 Klasifikasi Tumbuhan

DIVISIO MAGNOLIOPHYTA

CLASSIS MAGNOLIOPSIDA

ORDO MALVALES

FAMILY MUNTINGIACEAE

GENUS MUNTINGIA L

SPECIES M calabura

212 Deskripsi Tumbuhan

Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)

Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa

berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash

menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur

dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu

bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut

daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar

telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4

cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga

berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang

berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang

berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah

banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang

22 Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik

electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas

lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal

bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih

electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan

radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak

berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut

kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri

oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet

oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)

Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh

atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar

radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas

berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka

sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti

kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga

prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau

lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari

molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi

berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam

Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini

yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 2: Sem Purna

terbentuknya radikal bebas baru karena memiliki kemampuan untuk menonaktifkan radikal

bebas sebelumnya Contoh antioksidan primer adalah enzim SOD enzim tersebut dapat

melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas Kinerja enzim

SOD dipengaruhi oleh beberapa mineral seperti Zn Mn Cu dan Se Antioksidan sekunder

adalah senyawa antioksidan yang mampu memotong reaksi berantai (propagasi) yang

ditimbulkan oleh radikal bebas Sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar

Contoh antioksidan sekunder adalah betakaroten vitamin C dan vitamin E Sedangkan

antioksidan tersier merupakan antioksidan yang mampu memperbaiki kerusakan sel atau jaringan

akibat oksidasi radikal bebas Metionin sulfoksidan merupakan contoh antioksidan tersier yang

mampu memperbaiki kerusakan DNA akibat oksidasi radikal bebas Oxygen scavenger adalah

antioksidan yang mampu mengikat radikal oksigen sehingga tidak mendukung terjadinya reaksi

oksidasi Asam askorbat (vitamin C) merupakan contoh dari oxygen scavenger Sedangkan

chelator berfungsi mengikat kofaktor logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi

misalnya asam sitrat dan asam amino

Berdasarkan sumbernya antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan alami dan

antioksidan sintetik Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari satu atau beberapa

komponen makanan Senyawa antioksidan tersebut dapat berupa antioksidan yang diisolasi dari

sumber alami dan ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan maupun antioksidan yang

terbentuk selama proses pengolahan Antioksidan alami umumnya memiliki gugus hidroksil

dalam struktur molekulnya Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari

bagian tumbuhan seperti kayu kulit kayu akar daun buah bunga biji rimpang dan serbuk

sari Selain antioksidan alami terdapat juga antioksidan sintetik Jenis-jenis antioksidan sintetik

yang sering dijumpai diantaranya α tokoferol butylatedhydroxytoluene (BHT)

butylatedhydroxyanysole (BHA) propylgalate (PG) tert-butyl hydroxyquinone (TBHQ) dan

noredihidroquairetic acid (NDGA) Senyawa BHT dan BHA adalah antioksidan yang paling

banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan Namun antioksidan tersebut bersifat

karsinogen terhadap sistem reproduksi menyebabkan pembengkakan organ hati mempengaruhi

aktivitas enzim dalam hati bahkan dalam jangka waktu lama tidak terjamin keamanannya

Berdasarkan uji toksisitas akut dan kronik pada hewan coba pemakaian zat antioksidan

maksimal yang diperbolehkan dalam campuran makanan adalah sebesar 200 ppm

Senyawa antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh ndash tumbuhan seperti vitamin C

vitamin E karoten golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi

mengurangi risiko penyakit degenerative ( Prakash 2001)

Salah satu tumbuhan yang telah banyak di gunakan oleh masyarakat dalam pengolahan

tradisional yaitu tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) Bagian tumbuhan ini dikatakan

mampu menymbuhkan berbagai macam penyakit diantaranya diabetes kanker asam urat

radang tekanan darah tinggi dan lain ndash lain Namun belum diketahui secara pasti golongan

flavonoid dalam daun kersen karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut tentang isolasi dan

karakterisasi senyawa golongan flavinoid ekstrak methanol dari daun kersen (Muntingia

calabura L)

12 Perumusan Masalah

Potensi tumbuhan Kersen sebagai obat antidiabetes dan antikanker perlu dilakukan

analisis lebih mendalam mengenai kandungan senyawa bioaktif yang ada Untuk itu hal-hal yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah

1 Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak metanol daun

kersen

2 Bagaimana mengisolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen

3 Bagaimana karakterisitik isolat senyawa flavonoid tersebut

13 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun

kersen

2 Melakukan isolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen

3 Mengkarakterisasi isolat senyawa flavonoid tersebut

14 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit

sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen

2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen

menjadi produk antioksidan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Gambaran Umum Tentang Kersen

211 Klasifikasi Tumbuhan

DIVISIO MAGNOLIOPHYTA

CLASSIS MAGNOLIOPSIDA

ORDO MALVALES

FAMILY MUNTINGIACEAE

GENUS MUNTINGIA L

SPECIES M calabura

212 Deskripsi Tumbuhan

Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)

Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa

berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash

menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur

dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu

bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut

daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar

telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4

cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga

berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang

berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang

berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah

banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang

22 Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik

electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas

lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal

bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih

electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan

radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak

berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut

kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri

oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet

oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)

Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh

atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar

radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas

berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka

sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti

kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga

prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau

lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari

molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi

berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam

Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini

yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 3: Sem Purna

Senyawa antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh ndash tumbuhan seperti vitamin C

vitamin E karoten golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi

mengurangi risiko penyakit degenerative ( Prakash 2001)

Salah satu tumbuhan yang telah banyak di gunakan oleh masyarakat dalam pengolahan

tradisional yaitu tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) Bagian tumbuhan ini dikatakan

mampu menymbuhkan berbagai macam penyakit diantaranya diabetes kanker asam urat

radang tekanan darah tinggi dan lain ndash lain Namun belum diketahui secara pasti golongan

flavonoid dalam daun kersen karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut tentang isolasi dan

karakterisasi senyawa golongan flavinoid ekstrak methanol dari daun kersen (Muntingia

calabura L)

12 Perumusan Masalah

Potensi tumbuhan Kersen sebagai obat antidiabetes dan antikanker perlu dilakukan

analisis lebih mendalam mengenai kandungan senyawa bioaktif yang ada Untuk itu hal-hal yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah

1 Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak metanol daun

kersen

2 Bagaimana mengisolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen

3 Bagaimana karakterisitik isolat senyawa flavonoid tersebut

13 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun

kersen

2 Melakukan isolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen

3 Mengkarakterisasi isolat senyawa flavonoid tersebut

14 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit

sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen

2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen

menjadi produk antioksidan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Gambaran Umum Tentang Kersen

211 Klasifikasi Tumbuhan

DIVISIO MAGNOLIOPHYTA

CLASSIS MAGNOLIOPSIDA

ORDO MALVALES

FAMILY MUNTINGIACEAE

GENUS MUNTINGIA L

SPECIES M calabura

212 Deskripsi Tumbuhan

Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)

Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa

berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash

menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur

dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu

bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut

daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar

telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4

cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga

berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang

berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang

berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah

banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang

22 Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik

electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas

lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal

bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih

electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan

radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak

berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut

kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri

oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet

oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)

Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh

atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar

radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas

berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka

sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti

kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga

prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau

lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari

molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi

berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam

Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini

yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 4: Sem Purna

14 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit

sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen

2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen

menjadi produk antioksidan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Gambaran Umum Tentang Kersen

211 Klasifikasi Tumbuhan

DIVISIO MAGNOLIOPHYTA

CLASSIS MAGNOLIOPSIDA

ORDO MALVALES

FAMILY MUNTINGIACEAE

GENUS MUNTINGIA L

SPECIES M calabura

212 Deskripsi Tumbuhan

Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)

Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa

berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash

menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur

dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu

bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut

daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar

telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4

cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga

berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang

berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang

berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah

banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang

22 Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik

electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas

lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal

bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih

electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan

radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak

berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut

kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri

oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet

oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)

Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh

atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar

radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas

berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka

sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti

kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga

prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau

lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari

molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi

berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam

Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini

yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 5: Sem Purna

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Gambaran Umum Tentang Kersen

211 Klasifikasi Tumbuhan

DIVISIO MAGNOLIOPHYTA

CLASSIS MAGNOLIOPSIDA

ORDO MALVALES

FAMILY MUNTINGIACEAE

GENUS MUNTINGIA L

SPECIES M calabura

212 Deskripsi Tumbuhan

Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)

Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa

berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash

menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur

dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu

bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut

daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar

telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4

cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga

berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang

berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang

berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah

banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang

22 Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik

electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas

lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal

bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih

electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan

radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak

berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut

kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri

oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet

oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)

Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh

atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar

radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas

berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka

sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti

kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga

prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau

lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari

molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi

berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam

Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini

yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 6: Sem Purna

banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang

22 Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik

electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas

lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal

bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih

electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan

radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak

berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut

kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri

oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet

oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)

Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh

atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar

radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas

berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka

sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti

kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga

prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau

lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari

molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi

berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam

Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini

yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 7: Sem Purna

23 Antioksidan

Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi

proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang

dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi

tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)

Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung

cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis

dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya

substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)

231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer

Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk

mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi

produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh

antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon

peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari

dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh

serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas

2 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi

menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan

sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan

albumin

3 Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 8: Sem Purna

dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash

enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)

232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu

1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash

tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa

ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan

akar

Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik

yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam

askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)

2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan

pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan

sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena

sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan

sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan

ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada

konsentrasi rendah dan larut dalam lemak

Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole

(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid

(NOGA) (Winarno 1992)

BHA BHT PG

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 9: Sem Purna

Gambar 2 Struktur BHA BHT PG

24 Senyawa Metabolit Sekunder

Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu

Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)

senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan

bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu

atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau

bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick

1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder

yang dapat digolongkan ke dalam

a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin

poliasetilen flavonoid dan sebagainya

b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam

amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)

Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak

dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan

gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang

lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)

penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender

jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid

(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin

kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak

jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)

25 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan

kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109

tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari

nektar buah bunga dan biji

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 10: Sem Purna

Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang

tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda

A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka

biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid

dapat ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)

Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah

flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-

glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan

antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol

flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang

terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga

selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah

membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk

menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat

juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat

pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 11: Sem Purna

dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan

penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan

sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan

yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21

Tabel 21 Aglikon

flavonoid pilihan yang

sering dijumpai

nama lazim struktur dan

sumber utama

Sumber Markham

(1988)

Pemeriksaan

pendahuluan golongan

flavonoid dilakukan

dengan pereaksi

spesifik Reaksi yang

terjadi antara pereaksi

spesifik dan suatu

golongan flavonoid akan

menghasilkan warna tertentu

seperti pada Tabel 22

Aglikon flavonoid Struktur Sumber

Flavon

Krisin 57-OH Populus

Baikalein 567-OH Scutellaria

Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon

Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum

Flavonol

Galangin 357-OH Alpinia

Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium

Antosianidin

Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea

Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva

Isoflavon

Daidzein 74rsquo-OH Pueraria

Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis

Genistein 574rsquo-OH Genista

Flavonon

Pinosembrin 57-OH Pinus

Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon

Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus

Dihidroflavonol

Pinobanksin 357-OH Pinus

Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus

Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga

Biflavonoid

Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis

Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus

Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-

dimetileter

Ginkgo

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 12: Sem Purna

Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid

Pereaksi Golongan

flavonoid

Warna hasil

reaksi

CH3COONa Antosianidin Merah

FeCl3 Antosianidin Biru

Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau

hijau

CH3COOPb Kalkon Jingga

Auron Merah

Jingga

Flavon Jingga hingga

krem

NaOH 01 N Kalkon dan

auron

Merah hingga

ungu

Flavonol dan

flavon

Kuning

H2SO4 pekat Flavonol dan

flavon

Kuning

Flavonol Jingga hingga

krem

Kalkon Merah

Sumber Harborne (1987)

26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar

maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)

butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)

Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 13: Sem Purna

Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan

Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami

2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)

Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan

berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun

katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang

dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh

6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas

dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu

ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu

petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi

Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi

dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa

diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai

antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)

melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun

dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian

proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang

diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung

pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri

sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi

sebagai antioksidan

Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti

yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar

dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi

ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang

tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003

Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus

fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan

dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 14: Sem Purna

dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun

beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil

diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4

Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)

27 Ekstraksi dengan Solven Metanol

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran

dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang

tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian

memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi

yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis

pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan

adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)

Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari

daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat

dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau

campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi

jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 15: Sem Purna

perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut

pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan

Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan

tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan

sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)

Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi

Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah

metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap

dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan

MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair

lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik

Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada

sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan

maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang

berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan

maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat

berupa kuarsetin 37-dimetil eter

28 Uji fitokimia

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia

organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang

perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan

oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya

penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)

Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui

keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid

saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk

memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini

merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis

ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan

bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 16: Sem Purna

dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk

sediaan (Rafi 2003)

281 Alkaloid

Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang

memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik

Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa

warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang

berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak

sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya

alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3

memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal

dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid

ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa

serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid

memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan

yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid

dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan

berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan

senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid

mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan

strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan

(Suradikusumah 1989)

Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan

syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat

beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)

Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun

untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 17: Sem Purna

cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi

tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan

282 Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid

(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol

Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan

menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan

terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)

Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena

mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih

dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan

dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat

digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti

influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang

berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai

racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)

283 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat

Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis

aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak

digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan

kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa

(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini

makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 18: Sem Purna

senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi

sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)

Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi

sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran

sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat

antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon

estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi

mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 19: Sem Purna

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi

pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi

mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia

pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan

karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

32 Bahan dan Alat

321 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60

petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4

pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner

pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol

322 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas

beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung

reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254

nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS

33 Tahap-Tahap Pengerjaan

331 Preparasi Sampel

Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan

terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 20: Sem Purna

proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling

halus dengan menggunakan mortal atau lumpang

332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen

Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu

pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam

kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat

yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk

menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental

Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang

diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua

MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)

sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak

pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform

333 Uji Fitokimia

Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia

dilakukan dengan metode Harborne (1987)

a) Uji Saponin

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok

selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan

terbentuknya buih yang stabil

b) Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya

disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter

dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes

anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau

ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru

menunjukkan kandungan steroid

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 21: Sem Purna

c) Uji Tanin

Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan

disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif

ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman

d) Uji Flavonoid

Uji flavonoid secara umum

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL

air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g

serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji

positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada

lapisan amilalkohol

Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari

intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid

Uji golongan flavonoid secara khusus

Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil

reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2

334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid

Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen

terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam

Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam

asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm

Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju

alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan

KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang

sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung

flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-

MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan

serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 22: Sem Purna

serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah

1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS

dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari

spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa

golongan flavonoid yang telah diisolasi

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 23: Sem Purna

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya

Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan

Alam 1(2) 19-23

Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and

Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation

Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87

Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya

Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp

Sons Ltd England

Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus

(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32

Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H

Pujaatmaka Erlangga Jakarta

Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford

University Press New York

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi

Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods

Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada

lanjut Usia MIPA

Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu

(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64

Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press

Jakarta

Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb

Co

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 24: Sem Purna

Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan

Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315

Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata Bandung Penerbit ITB

Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik

[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor

Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3

(1) 32-38

Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor

Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung

Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada

Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat

Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB

Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Vol5-No1-2005

Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London

Tropical Products Institute

Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New

York and London Academic Press

Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)

Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjajaran

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 25: Sem Purna

Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor

Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke

The Memillan Press Ltd

Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik

Prodia

Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium

Klinik Prodia

Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in

Biotechnology Annual Plant Review Vol3

Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap

Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Page 26: Sem Purna