sem purna
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Radikal bebas merupakan sekolompok zat kimia yang sangat reaktif karena memiliki satu
atau lebih electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat menyebabkan
kerusakan pada biomolekul (Halliwel dan Gutteridge 1989) Hal tersebut menyebabkan radikal
bebas bersifat sangat reaktif dan mampu mengambil elekron dari molekul lain seperti protein
DNA dan peroksidasi lipid Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada
jaringan biologis kerusakan tersebut dapat menyebabkan penyakit kronis seperti iskemia
katarak kanker diabetes melitus penuaan dan jantung koroner Radikal bebas terbentuk melalui
dua cara yaitu secara endogen dan eksogen Secara endogen radikal bebas dihasilkan melalui
reaksi biokimia di dalam tubuh contohnya oksidasi enzimatis fagositosis transport elektron
dan oksidasi logam transisi melalui ischemic Secara eksogen radikal bebas dihasilkan dari
lingkungan sekitar seperti polusi udara bahan tambahan pangan dan radiasi ultraviolet (UV)
Radikal eksogen tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan
pencernaan dan absorbsi kulit Reaksi ini akan berhenti bila radikal bebas diredam Oleh karena
itu diperlukan zat antioksidan untuk mencegah dan melindungi sistem biologi tubuh dari
serangan radikal ndash radikal bebas
Antioksidan adalah senyawa yang memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas
dengan cara menyumbangkan elektronnya pada molekul radikal bebas Senyawa antioksidan
dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal protein
lemak dan DNA Antioksidan dikelompokkan ke dalam antioksidan endogen dan antioksidan
eksogen Antioksidan endogen merupakan antioksidan enzimatis yang dihasilkan oleh tubuh
melalui proses metabolisme sel Sedangkan antioksidan eksogen merupakan antioksidan yang
diperoleh dari luar tubuh Antioksidan eksogen kerap kali diperoleh dari makanan sehari-hari
terutama sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin (vitamin A C dan E)
serta mineral (seperti Zn dan Se) (Kumalaningsih 2007) Berdasarkan fungsinya antioksidan
dikelompokkan menjadi antioksidan primer antioksidan sekunder antioksidan tersier oxygen
scavenger dan chelator Antioksidan primer adalah antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru karena memiliki kemampuan untuk menonaktifkan radikal
bebas sebelumnya Contoh antioksidan primer adalah enzim SOD enzim tersebut dapat
melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas Kinerja enzim
SOD dipengaruhi oleh beberapa mineral seperti Zn Mn Cu dan Se Antioksidan sekunder
adalah senyawa antioksidan yang mampu memotong reaksi berantai (propagasi) yang
ditimbulkan oleh radikal bebas Sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar
Contoh antioksidan sekunder adalah betakaroten vitamin C dan vitamin E Sedangkan
antioksidan tersier merupakan antioksidan yang mampu memperbaiki kerusakan sel atau jaringan
akibat oksidasi radikal bebas Metionin sulfoksidan merupakan contoh antioksidan tersier yang
mampu memperbaiki kerusakan DNA akibat oksidasi radikal bebas Oxygen scavenger adalah
antioksidan yang mampu mengikat radikal oksigen sehingga tidak mendukung terjadinya reaksi
oksidasi Asam askorbat (vitamin C) merupakan contoh dari oxygen scavenger Sedangkan
chelator berfungsi mengikat kofaktor logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi
misalnya asam sitrat dan asam amino
Berdasarkan sumbernya antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan alami dan
antioksidan sintetik Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari satu atau beberapa
komponen makanan Senyawa antioksidan tersebut dapat berupa antioksidan yang diisolasi dari
sumber alami dan ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan maupun antioksidan yang
terbentuk selama proses pengolahan Antioksidan alami umumnya memiliki gugus hidroksil
dalam struktur molekulnya Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari
bagian tumbuhan seperti kayu kulit kayu akar daun buah bunga biji rimpang dan serbuk
sari Selain antioksidan alami terdapat juga antioksidan sintetik Jenis-jenis antioksidan sintetik
yang sering dijumpai diantaranya α tokoferol butylatedhydroxytoluene (BHT)
butylatedhydroxyanysole (BHA) propylgalate (PG) tert-butyl hydroxyquinone (TBHQ) dan
noredihidroquairetic acid (NDGA) Senyawa BHT dan BHA adalah antioksidan yang paling
banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan Namun antioksidan tersebut bersifat
karsinogen terhadap sistem reproduksi menyebabkan pembengkakan organ hati mempengaruhi
aktivitas enzim dalam hati bahkan dalam jangka waktu lama tidak terjamin keamanannya
Berdasarkan uji toksisitas akut dan kronik pada hewan coba pemakaian zat antioksidan
maksimal yang diperbolehkan dalam campuran makanan adalah sebesar 200 ppm
Senyawa antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh ndash tumbuhan seperti vitamin C
vitamin E karoten golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi
mengurangi risiko penyakit degenerative ( Prakash 2001)
Salah satu tumbuhan yang telah banyak di gunakan oleh masyarakat dalam pengolahan
tradisional yaitu tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) Bagian tumbuhan ini dikatakan
mampu menymbuhkan berbagai macam penyakit diantaranya diabetes kanker asam urat
radang tekanan darah tinggi dan lain ndash lain Namun belum diketahui secara pasti golongan
flavonoid dalam daun kersen karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut tentang isolasi dan
karakterisasi senyawa golongan flavinoid ekstrak methanol dari daun kersen (Muntingia
calabura L)
12 Perumusan Masalah
Potensi tumbuhan Kersen sebagai obat antidiabetes dan antikanker perlu dilakukan
analisis lebih mendalam mengenai kandungan senyawa bioaktif yang ada Untuk itu hal-hal yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
1 Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak metanol daun
kersen
2 Bagaimana mengisolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen
3 Bagaimana karakterisitik isolat senyawa flavonoid tersebut
13 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun
kersen
2 Melakukan isolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen
3 Mengkarakterisasi isolat senyawa flavonoid tersebut
14 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit
sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen
2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen
menjadi produk antioksidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Gambaran Umum Tentang Kersen
211 Klasifikasi Tumbuhan
DIVISIO MAGNOLIOPHYTA
CLASSIS MAGNOLIOPSIDA
ORDO MALVALES
FAMILY MUNTINGIACEAE
GENUS MUNTINGIA L
SPECIES M calabura
212 Deskripsi Tumbuhan
Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)
Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa
berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash
menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur
dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu
bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut
daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar
telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4
cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga
berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang
berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang
berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah
banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang
22 Radikal Bebas
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik
electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas
lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal
bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih
electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan
radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak
berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri
oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet
oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)
Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh
atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar
radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas
berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka
sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti
kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga
prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau
lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari
molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam
Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini
yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
terbentuknya radikal bebas baru karena memiliki kemampuan untuk menonaktifkan radikal
bebas sebelumnya Contoh antioksidan primer adalah enzim SOD enzim tersebut dapat
melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas Kinerja enzim
SOD dipengaruhi oleh beberapa mineral seperti Zn Mn Cu dan Se Antioksidan sekunder
adalah senyawa antioksidan yang mampu memotong reaksi berantai (propagasi) yang
ditimbulkan oleh radikal bebas Sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar
Contoh antioksidan sekunder adalah betakaroten vitamin C dan vitamin E Sedangkan
antioksidan tersier merupakan antioksidan yang mampu memperbaiki kerusakan sel atau jaringan
akibat oksidasi radikal bebas Metionin sulfoksidan merupakan contoh antioksidan tersier yang
mampu memperbaiki kerusakan DNA akibat oksidasi radikal bebas Oxygen scavenger adalah
antioksidan yang mampu mengikat radikal oksigen sehingga tidak mendukung terjadinya reaksi
oksidasi Asam askorbat (vitamin C) merupakan contoh dari oxygen scavenger Sedangkan
chelator berfungsi mengikat kofaktor logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi
misalnya asam sitrat dan asam amino
Berdasarkan sumbernya antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan alami dan
antioksidan sintetik Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari satu atau beberapa
komponen makanan Senyawa antioksidan tersebut dapat berupa antioksidan yang diisolasi dari
sumber alami dan ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan maupun antioksidan yang
terbentuk selama proses pengolahan Antioksidan alami umumnya memiliki gugus hidroksil
dalam struktur molekulnya Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari
bagian tumbuhan seperti kayu kulit kayu akar daun buah bunga biji rimpang dan serbuk
sari Selain antioksidan alami terdapat juga antioksidan sintetik Jenis-jenis antioksidan sintetik
yang sering dijumpai diantaranya α tokoferol butylatedhydroxytoluene (BHT)
butylatedhydroxyanysole (BHA) propylgalate (PG) tert-butyl hydroxyquinone (TBHQ) dan
noredihidroquairetic acid (NDGA) Senyawa BHT dan BHA adalah antioksidan yang paling
banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan Namun antioksidan tersebut bersifat
karsinogen terhadap sistem reproduksi menyebabkan pembengkakan organ hati mempengaruhi
aktivitas enzim dalam hati bahkan dalam jangka waktu lama tidak terjamin keamanannya
Berdasarkan uji toksisitas akut dan kronik pada hewan coba pemakaian zat antioksidan
maksimal yang diperbolehkan dalam campuran makanan adalah sebesar 200 ppm
Senyawa antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh ndash tumbuhan seperti vitamin C
vitamin E karoten golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi
mengurangi risiko penyakit degenerative ( Prakash 2001)
Salah satu tumbuhan yang telah banyak di gunakan oleh masyarakat dalam pengolahan
tradisional yaitu tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) Bagian tumbuhan ini dikatakan
mampu menymbuhkan berbagai macam penyakit diantaranya diabetes kanker asam urat
radang tekanan darah tinggi dan lain ndash lain Namun belum diketahui secara pasti golongan
flavonoid dalam daun kersen karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut tentang isolasi dan
karakterisasi senyawa golongan flavinoid ekstrak methanol dari daun kersen (Muntingia
calabura L)
12 Perumusan Masalah
Potensi tumbuhan Kersen sebagai obat antidiabetes dan antikanker perlu dilakukan
analisis lebih mendalam mengenai kandungan senyawa bioaktif yang ada Untuk itu hal-hal yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
1 Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak metanol daun
kersen
2 Bagaimana mengisolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen
3 Bagaimana karakterisitik isolat senyawa flavonoid tersebut
13 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun
kersen
2 Melakukan isolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen
3 Mengkarakterisasi isolat senyawa flavonoid tersebut
14 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit
sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen
2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen
menjadi produk antioksidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Gambaran Umum Tentang Kersen
211 Klasifikasi Tumbuhan
DIVISIO MAGNOLIOPHYTA
CLASSIS MAGNOLIOPSIDA
ORDO MALVALES
FAMILY MUNTINGIACEAE
GENUS MUNTINGIA L
SPECIES M calabura
212 Deskripsi Tumbuhan
Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)
Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa
berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash
menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur
dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu
bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut
daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar
telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4
cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga
berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang
berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang
berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah
banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang
22 Radikal Bebas
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik
electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas
lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal
bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih
electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan
radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak
berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri
oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet
oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)
Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh
atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar
radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas
berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka
sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti
kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga
prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau
lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari
molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam
Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini
yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Senyawa antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh ndash tumbuhan seperti vitamin C
vitamin E karoten golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi
mengurangi risiko penyakit degenerative ( Prakash 2001)
Salah satu tumbuhan yang telah banyak di gunakan oleh masyarakat dalam pengolahan
tradisional yaitu tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) Bagian tumbuhan ini dikatakan
mampu menymbuhkan berbagai macam penyakit diantaranya diabetes kanker asam urat
radang tekanan darah tinggi dan lain ndash lain Namun belum diketahui secara pasti golongan
flavonoid dalam daun kersen karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut tentang isolasi dan
karakterisasi senyawa golongan flavinoid ekstrak methanol dari daun kersen (Muntingia
calabura L)
12 Perumusan Masalah
Potensi tumbuhan Kersen sebagai obat antidiabetes dan antikanker perlu dilakukan
analisis lebih mendalam mengenai kandungan senyawa bioaktif yang ada Untuk itu hal-hal yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
1 Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak metanol daun
kersen
2 Bagaimana mengisolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen
3 Bagaimana karakterisitik isolat senyawa flavonoid tersebut
13 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun
kersen
2 Melakukan isolasi senyawa flavonoid ekstrak metanol daun kersen
3 Mengkarakterisasi isolat senyawa flavonoid tersebut
14 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit
sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen
2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen
menjadi produk antioksidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Gambaran Umum Tentang Kersen
211 Klasifikasi Tumbuhan
DIVISIO MAGNOLIOPHYTA
CLASSIS MAGNOLIOPSIDA
ORDO MALVALES
FAMILY MUNTINGIACEAE
GENUS MUNTINGIA L
SPECIES M calabura
212 Deskripsi Tumbuhan
Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)
Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa
berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash
menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur
dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu
bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut
daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar
telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4
cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga
berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang
berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang
berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah
banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang
22 Radikal Bebas
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik
electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas
lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal
bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih
electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan
radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak
berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri
oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet
oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)
Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh
atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar
radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas
berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka
sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti
kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga
prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau
lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari
molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam
Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini
yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
14 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1 Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan senyawa metabolit
sekunder khususnya flavonoid dalam ekstrak metanol daun kersen
2 Memberikan data pendukung bagi upaya pengembangan ekstrak metanol daun kersen
menjadi produk antioksidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Gambaran Umum Tentang Kersen
211 Klasifikasi Tumbuhan
DIVISIO MAGNOLIOPHYTA
CLASSIS MAGNOLIOPSIDA
ORDO MALVALES
FAMILY MUNTINGIACEAE
GENUS MUNTINGIA L
SPECIES M calabura
212 Deskripsi Tumbuhan
Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)
Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa
berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash
menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur
dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu
bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut
daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar
telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4
cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga
berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang
berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang
berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah
banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang
22 Radikal Bebas
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik
electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas
lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal
bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih
electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan
radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak
berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri
oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet
oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)
Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh
atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar
radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas
berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka
sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti
kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga
prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau
lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari
molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam
Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini
yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Gambaran Umum Tentang Kersen
211 Klasifikasi Tumbuhan
DIVISIO MAGNOLIOPHYTA
CLASSIS MAGNOLIOPSIDA
ORDO MALVALES
FAMILY MUNTINGIACEAE
GENUS MUNTINGIA L
SPECIES M calabura
212 Deskripsi Tumbuhan
Gambar 1 Tumbuhan Kersen (M calabura)
Tanaman kersen biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa
berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12 meter Selalu hijau terus ndash
menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun Ranting ndash ranting berambut halus bercampur
dengan rambut kelenjar Kayu kersen lunak dan mudah kering sangat berguna sebagai katu
bakar Kulit kayunya yang mudah di kupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut
daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip tidak simetris bentuk daun bundar
telur lanset tepinya bergerigi terletak mendatar berselin berujung runcing panjang daun 1 ndash 4
cm lebar daun 4 ndash 14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat dan bertangkai pendek Bunga
berisi 1 ndash 5 kuntum terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun bertangkai panjang
berkelamin dua dan berbilangan lima kelopak berbagi dalam taju meruncing bentuk benang
berambut halus mahkota bertepi rata bundar telur terbalik putih tipis benang sari berjumlah
banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang
22 Radikal Bebas
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik
electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas
lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal
bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih
electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan
radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak
berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri
oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet
oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)
Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh
atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar
radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas
berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka
sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti
kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga
prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau
lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari
molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam
Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini
yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
banyak 10 ndash lebih dari 100 helai Buah berbentuk bulat hampir sempurna diameter 1 ndash 15 cm
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak dan betangkai panjang
22 Radikal Bebas
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik
electron di sekelilingnya Berdasarkan sifat ini radikal bebas dianggap sama dengan oksidan
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidann merupakan radikal bebas Radikal bebas
lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal (Winarsi 2007) Radikal
bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif karena memeiliki satu atau lebih
electron yang tidak pasangan Oksidan merupakan senyawa yang dapat menerima electron dan
radikal bebas merupakan atom atau gugus yang orbital luarnya memiliki electron yang tidak
berpasangan (Fessenden dan Fessenden 1986)
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen speciesROS) termasuk didalamnya adalah nitri
oksida (NO) peroksinitrit (ONOO) ion superoksida (O2) radikal hidroksil (OH) singlet
oksigen (frac12O2) peroksil (ROO) hydrogen peroksida (H2O2) dan asam hipoklorit (HOCl)
Senyawa radikal bebas dapat timbul sebagai hasil samping dari proses metabolisme tubuh
atau disebabkan oleh polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor bahan pencemar
radiasi dan lain ndash lain radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk di dalam tubuh Sebagian dari radikal bebas
berguna untuk menghilangkan mikroorganisme tetapi dengan adanya sifat reaktif tersebut maka
sebagian besar diperkirakan terlibat di dalam berbagai proses penyakit degenerative seperti
kanker atherosclerosis rheumatoid arthritis diabetes menurunnya sistem tanggap kebal hingga
prosese penuaan dan menurunnya stamina tubuh Radikal bebas mempunyai satu electron atau
lebih yang tanpa pasangan sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung mengambil electron dari
molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak jaringan Reaksi rantai akan berhenti bila radikal bebass itu redam
Oleh karena itu diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negative dari radikal bebas ini
yang disebut antioksidan (Halliwel dan Gutteridge 1995)
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
23 Antioksidan
Dalam pengertian kimia antiooksidan adalah atom atau senyawa atau molekul pemberi
proton Namun dalam arti biologi pengertian antioksidan lebih luas yaitu semua senyawa yang
dapat meredam dampak negative radikal bebas (Sidik 1997) Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatmi 2004)
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu mengandung
cincin benzene disertai gugus hidroksi (-OH) dan amino (NH2) yang terikat pada cincin aromatis
dan substituen pada cincin benzene Potensi antioksidan tersebut diperbesar oleh adanya
substitusi gugus pemberi electron yang terikat pada cincin aromatis (Ketaren 1986)
231 Pengelompokan Antioksidan Berdasarkan Cara Kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya antioksidan dibadakan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer
Antioksidan primer (antiooksidan endogen atau antioksidan enzimatis) bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru dengan cara mengubahnya menjadi
produk stabil Antioksidan ini mengubah radikal bebas yang adsa menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempapt bereaksi Contoh
antioksidan ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) katalase dan glutatioon
peroksida (GPx) SOD merupakan antioksidan alami berupa enzim yang berasal dari
dalam tubuh Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel ndash sel dalam tubuh
serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas
2 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis) berfungsi
menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai Contoh antioksidan
sekunder yaitu vitamin E vitamin C betakaroten asam urat isoflavon bilirubin dan
albumin
3 Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini bekerja untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
dan enzim DNA-repair yang berperan memperbaiki DNA pada inti sel Adanya enzim ndash
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Wijaya 1996)
232 Pengelompokkan Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan atas 2 yaitu
1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang berasal dari tumbuh ndash
tumbuhan Secara umum tumbuhan mengandung senyawa antioksidan alami di senyawa
ini tersebar luas pada bagian tumbuhan seperti bijih batang kulit ranting bunga dan
akar
Senyawa antioksidan alami tubuhan terutama senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam
askorbat terpenoid dan karotenoid (Winarno 1992)
2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang ditambahkan ke dalam bahan
pangan untuk mencegah ketengikan Antoksidan Sintetik yang banyak diigunakan
sekarang ini adalah senyawa ndash senyawa fenol yang biasanya agak beracun Karena
sifatnya tersebut maka penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi Antioksidan
sintetik harus memenuhi persyaratan berikut yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan
ekonomi mudah didapat tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan efektif pada
konsentrasi rendah dan larut dalam lemak
Antioksidan sintetik terdiri dari empat macam yaitu Butylated hydroxianisole
(BHA) Butylated hydroxytoluen (BHT) Propygallate (PG) Nordihidroqualretic Acid
(NOGA) (Winarno 1992)
BHA BHT PG
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Gambar 2 Struktur BHA BHT PG
24 Senyawa Metabolit Sekunder
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu
Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder Menurut Lenny (2006)
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
atau lingkungannya Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik atau
bahkan strain (galur) yang spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick
1999) Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100000 senyawa metabolit sekunder
yang dapat digolongkan ke dalam
a) Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya seperti golongan terpen poliketid saponin
poliasetilen flavonoid dan sebagainya
b) Senyawa mengandung nitrogen seperti golongan alkaloid amina glikosidasianogenik asam
amino non protein proteinenzim tertentu dan sebagainya (Wink 1999)
Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak
dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder contohnya asam-asam lemak dan
gula-gula (Dewick 1999) Metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang
lalu seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan kosmetik (contoh kurkuminoid indigo)
penyedap makanan (vanillin kapsaisin minyak mustard) pengharum (minyak mawar lavender
jasmin) stimulan (kafein nikotin efedrin) halusinogen (skopolamin kokain morfin) insektisid
(nikotin piretrin piperin) racun (koniin strichnin akonitin) obat-obatan (atropin kuinin
kuinidin kodein) (Wink 1999) akan tetapi fungsinya didalam organisme penghasilnya tidak
jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith1992 Dewick 1999)
25 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Menurut perkiraan
kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109
tontahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith 1972)
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun akar kayu kulit tepung sari
nektar buah bunga dan biji
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dalam tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga Agar mudah cincin diberi tanda
A B dan C dan atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka
biasa untuk cincin A dan C serta nomor lsquoberaksenrsquo untuk cincin B Struktur umum flavonoid
dapat ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 3 Struktur flavonoid (Sumber Markham 1988)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida isoflavon C- dan O-glikosida flavanon Cdan O-
glikosida khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon proantosianidin dan
antosianin auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Golongan flavon flavonol
flavanon isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat
pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan Disamping itu sering terdapat campuran yang
terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Hasil penelitian akhir-akhir ini telah
membuktikan bahwa flavon merupakan ko-pigmen penting karena sangat diperlukan untuk
menyatakan warna antosianin secara penuh dalam jaringan bunga Biasanya antosianin terdapat
juga sebagai campuran terutama dalam bunga dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne 1987)Pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi meningkatkan pembelahan sel-sel kalus sebagai enzim penghambat
pembentukan protein menghasilkan zat warna pada bunga untuk merangsang serangga burung
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan
penyebaran biji Dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antibodi misalnya antivirus dan jamur peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan
sebagai racun ikan (Vickery dan Vickery 1981) Berikut ini beberapa contoh flavonid pilihan
yang sering dijumpai pada ekstrak tumbuhan seperti pada Tabel 21
Tabel 21 Aglikon
flavonoid pilihan yang
sering dijumpai
nama lazim struktur dan
sumber utama
Sumber Markham
(1988)
Pemeriksaan
pendahuluan golongan
flavonoid dilakukan
dengan pereaksi
spesifik Reaksi yang
terjadi antara pereaksi
spesifik dan suatu
golongan flavonoid akan
menghasilkan warna tertentu
seperti pada Tabel 22
Aglikon flavonoid Struktur Sumber
Flavon
Krisin 57-OH Populus
Baikalein 567-OH Scutellaria
Krisoeriol 3rsquo-Me luteolin Eriodictyon
Trisin 3rsquo5rsquo-Me trisetin Triticum
Flavonol
Galangin 357-OH Alpinia
Fisetin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Kemferol 3574rsquo-OH Delphinium
Antosianidin
Sianidin 3573rsquo4rsquo-OH Centaurea
Malvidin 3rsquo5rsquo-Me delfinidin Malva
Isoflavon
Daidzein 74rsquo-OH Pueraria
Formononetin 4rsquo-Me daidzein Ononis
Genistein 574rsquo-OH Genista
Flavonon
Pinosembrin 57-OH Pinus
Eriodiktiol 573rsquo4rsquo-OH Eriodictyon
Hesperetin 4rsquo-Me eriodiktiol Prunus
Dihidroflavonol
Pinobanksin 357-OH Pinus
Fustin 373rsquo4rsquo-OH Rhus
Taksifolin 3573rsquo4rsquo-OH Pseudotsuga
Biflavonoid
Agatisflavon 68rsquorsquo-biapigenin Agathis
Amentoflavon 88rsquorsquo-biapigenin Cupressus
Ginkgetin Amentoflavon 74rsquo-
dimetileter
Ginkgo
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Tabel 22 Uji kualitatif golongan flavonoid
Pereaksi Golongan
flavonoid
Warna hasil
reaksi
CH3COONa Antosianidin Merah
FeCl3 Antosianidin Biru
Na2CO3 Antosianidin Ungu biru atau
hijau
CH3COOPb Kalkon Jingga
Auron Merah
Jingga
Flavon Jingga hingga
krem
NaOH 01 N Kalkon dan
auron
Merah hingga
ungu
Flavonol dan
flavon
Kuning
H2SO4 pekat Flavonol dan
flavon
Kuning
Flavonol Jingga hingga
krem
Kalkon Merah
Sumber Harborne (1987)
26 Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid merupakan senyawa polar
maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH) metanol (MeOH)
butanol (BuOH) aseton dimetilsulfoksida (DMSO) air dan sebagainya (Markham 1988)
Penelitian yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dilakukan diantaranya dari daun katu (Harsodjo dan
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Wijono 2003) rimpang temu ireng (Nugrahaningtyas dkk 2005) kulit batang tumbuhan
Saccopetalium hirsfieldii BENN (Mahmiah 2006) daging buah mahkota dewa (Rohyami
2008) buah terung pirus (Ellizar dan Yustini 2009) dan daun dandang gendis (Akbar 2010)
Proses isolasi dan pemurnian senyawa golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
berbagai cara Harsodjo dan Wijono (2003) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel daun
katu dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana lalu etanol 95 yang
dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan kromatografi kertas 2 arah (KKt 2A) dan diperoleh
6 senyawa flavonoid dimana terdapat 1 golongan rutin dan 5 golongan flavon Nugrahaningtyas
dkk (2005) serta Rohyami (2008) telah melakukan isolasi flavonoid pada sampel rimpang temu
ireng dan buah mahkota dewa dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut yang berbeda yaitu
petroleum eter dan methanol sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan Kromatografi
Kolom (KK) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi
dari rimpang temu ireng berupa golongan isoflavon sedangkan dari sampel buah mahkota dewa
diperoleh kandungan flavonoid pada buah mentah sebanyak 0005 yang bermanfaat sebagai
antioksidan Sedangkan Mahmiah (2006) Ellizar dan Yustini (2009) serta Akbar (2010)
melakukan isolasi flavonoid pada kulit batang S hirsfieldii BENN buah terung pirus dan daun
dandang gendis dengan cara maserasi menggunakan pelarut methanol dan etanol 70 kemudian
proses pemurnian dilakukan juga dengan KLT dan KK dengan berbagai jenis eluen Isolat yang
diperoleh dari kulit batang S hirsfieldii BENN adalah 37-dimetoksi kuersetin pada buah terung
pirus berupa golongan flavon-O-glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri
sedangkan pada daun dandang gendis berupa golongan flavon dan flavonol yang berfungsi
sebagai antioksidan
Proses identifikasi dan karakterisasi isolat yang diperoleh dari hasil isolasi dan pemurnian
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu karakterisasi dengan UV-Vis (seperti
yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003 Nugrahaningtyas dkk 2005 Mahmiah Ellizar
dan Yustini 2009) untuk melihat pergeseran batokromik sehingga dapat diperkirakan posisi
ikatan rangkap maupun gugus fungsi lain yang memiliki serapan pada panjang gelombang
tertentu karakterisasi dengan FT-IR (seperti yang dilakukan oleh Harsodjo dan Wijono 2003
Nugrahaningtyas dkk 2005 dan Akbar 2010) untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
fungsi khas yang dimiliki oleh flavonoid pada serapan bilangan gelombang yang khas dan
dengan menggunakan GC-MS ( seperti yang dilakukan oleh Nugrahaningtyas dkk 2005) untuk
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
dapat mengetahui berat molekul serta perkiraan struktur dari senyawa hasil isolasi Adapun
beberapa hasil karakterisasi dengan FT-IR dan GC-MS dari senyawa flavonoid yang berhasil
diisolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4
Gambar 4 Spektrum inframerah senyawa rutin (Harsodjo dan Wijono 2003)
27 Ekstraksi dengan Solven Metanol
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang
tidak larut akan tertinggal di dalam bahan Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut kemudian
memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut (Lehniger dan Baverloo 1976) Hasil ekstraksi
yang diperoleh tergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis
pelarut yang digunakan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah
selektivitas kapasitas kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut Prinsip kelarutan
adalah ldquolike dissolve likerdquo yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik (Khopar 1990 dalam Yunita 2004)
Ekstraksi daun meliputi sejumlah besar senyawa berbeda yang dapat diekstraksi dari
daun dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter aseton benzene etanol diklorometana atau
campuran dari pelarut-pelarut tersebut Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi
jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi yang meliputi penghalusan atau
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
perajangan simplisia pemilihan pelarut dan kondisi ekstrak proses pengambilan pelarut
pengawasan mutu dan pengujian serta usulan proses ekstraksi yang akan digunakan (Sabel dan
Warren 1973) Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan
tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan
sederetan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (Harborne 1987)
Menurut Markham (1988) dalam bukunya yang berjudul ldquoCara Mengidentifikasi
Flavonoidrdquo pelarut yang disarankan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah
metanol (MeOH) Prosedur ekstraksi flavonoid ini dilakukan dengan cara maserasi dua tahap
dimana pada tahap pertama dengan menggunakan MeOHH2O (91) dan tahap kedua dengan
MeOHH2O (11) Pelarut ditambahkan pada sampel secukupnya sehingga terbentuk bubuk cair
lalu campuran dibiarkan selama 6-12 jam agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan baik
Cara yang serupa juga telah dilakukan oleh Mahmiah (2006) dan Ellizar dan Yustini (2009) pada
sampel kulit batang tumbuhan S horsfieldii BENN dan buah terung pirus Mahmiah melakukan
maserasi dengan metanol yang ditambah dengan air hangat pada suhu 500 C dan flavonoid yang
berhasil diisolasi berupa golongan O-glikosida flavon sedangkan Ellizar dan Yustini melakukan
maserasi dengan methanol pada suhu kamar selama 5 hari yang kemudian mendapatkan isolat
berupa kuarsetin 37-dimetil eter
28 Uji fitokimia
Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan serta berkaitan erat dengan keduanya Bidang
perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimia biosintesis perubahan serta metabolismenya
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologis (Rafi 2003)
Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid senyawa fenol (termasuk flavonoid) steroid
saponin dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis Uji ini sangat bermanfaat untuk
memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan Senyawa-senyawa ini
merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Analisis
ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan
bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut Tanaman yang diuji fitokimianya
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
dapat berupa tanaman segar kering yang berupa rajangan serbuk ekstrak atau dalam bentuk
sediaan (Rafi 2003)
281 Alkaloid
Menurut Harborne (1987) alkaloid sekitar 5500 jenis telah diketahui dan merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar Tidak ada satupun istilah lsquoalkaloidrsquo yang
memuaskan tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol yang secara luas banyak digunakan dalam bidang pengobatan Alkaloid biasanya tanpa
warna seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar Uji sederhana yang sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah Misalnya
alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1 x 10 -3
memberikan rasa pahit yang berarti Alkaloid dahulu sebagai sumber utamanya hanya berasal
dari tanaman yang berbunga (angiospermae) Tetapi pada waktu terakhir ini ternyata alkaloid
ditemukan juga dalam beberapa jenis hewan baik yang jidup di laut maupun di darat berupa
serangga makroorganisme dan tanaman rendah lainnya (Pandji 1989) Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji daun ranting dan kulit kayu Alkaloid
memang jarang ditemukan dalam jaringan mati Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan
yang tumbuh aktif seperti epidermis hypodermis dan kelenjar lateks Adapun fungsi alkaloid
dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti walaupun beberapa senyawa ditafsirkan
berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga Sampai saat ini penggolongan
senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum Hal ini disebabkan karena alkaloid
mempunyai struktur yang banyak jenisnya sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan
strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan
(Suradikusumah 1989)
Dalam pengobatan alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada umumnya di susunan
syaraf pusat misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat tidur dalam jumlah besar sangat
beracun bagi manusia (Vickery dan Vickery 1981)
Menurut Sumiwi (1992) fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun
untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan faktor pengatur tumbuh substansi
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi
tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan
282 Saponin
Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari triterpenoid
(diturunkan dari hidrokarbon C30) Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol
Senyawa ini merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dan dapat menghemolisis sel darah
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan ekstrak
tumbuhan merupakan bukti adanya saponin Untuk uji saponin yang sederhana adalah dengan
menggunakan ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan perhatikan
terbentuknya busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne 1987)
Pada tumbuhan saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena
mengandung turunan dari senyawa ini diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih
dan menghambat pertumbuhan akar menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan
dan satwa Saponin digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi dapat
digunakan untuk meningkatkan kolesterol serum sebagai zat antibiotik tahan jamur anti
influenza dan peradangan tenggorokan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan sapogenin yang
berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery dan Vickery 1981)
283 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit kebanyakan berupa alcohol aldehida atau asam karboksilat
Mereka berupa senyawa tanpa warna berbentuk kristal seringkali bertitik leleh tinggi dan optis
aktif yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat- H2SO4 pekat) yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Sterol dianggal senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin asam empedu dan lain-lain) tetapi pada tahun-tahun terakhir ini
makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Memang tiga
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
senyawa yang biasa disebut ldquofitosterolrdquo mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi
sitosterol stigmasterol dan kampesterol (Harborne 1987)
Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi
sebagai racun serangga bakteri dan jamur Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran
sel dan merangsang proses pembungaan Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat
antibiotik diantaranya anti jamur bakteri dan virus Steroid dapat merangsang aktivitas hormon
estrogen dan progesteron pada satwa dan manusia Steroid menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery dan Vickery 1981)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap pengerjaan yang meliputi
pengambilan sampel preparasi sampel ekstraksi metabolit sekunder dengan maserasi
mempartisi ekstrak dengan beberapa jenis pelarut yang berbeda kepolaran uji fitokimia
pemisahan setiap fraksi dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom dan
karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan spektrofotometri IR dan GC-MS
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ndash September 2013 di laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang
32 Bahan dan Alat
321 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen silica gel GF60
petroleum eter (pa) metanol (pa) kloroform n-butanol asam asetat akuades NH4OH H2SO4
pekat NaOH 01 N CH3COONa Na2CO3 CH3COOPb pereaksi Mayer pereaksi Wagner
pereaksi Dragendorf etanol eter anhidridaasetat FeCl3 1 serbuk Mg HCl pekat amilalkohol
322 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mortal neraca analitik gelas
beker corong erlenmeyer pipet tetes pipet volum rotary evaporator botol semprot tabung
reaksi gelas arloji seperangkat alat KLT seperangkat alat Kromatografi Kolom lampu UV 254
nm dan 366 nm spektrofotometer IR dan spektrometer GC-MS
33 Tahap-Tahap Pengerjaan
331 Preparasi Sampel
Daun Kersen segar dibersihkan dengan air Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar di ruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung sampai berat sampel konstan Dari
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
proses pengeringan diperoleh sampel kering daun Kersen Sampel tersebut selanjutnya digiling
halus dengan menggunakan mortal atau lumpang
332 Ekstraksi Metabolit Sekunder Daun Kersen
Serbuk kering daun Kersen sebanyak plusmn 2 kg diekstraksi secara maserasi melalui dua tahap yaitu
pertama kali dengan menggunakan pelarut metanolair (91) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam
kemudian tahap kedua dengan pelarut methanol air (11) sebanyak 1 L selama plusmn 24 jam Maserat
yang diperoleh lalu dievaporasi pada suhu 600C dengan menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang ada sehingga diperoleh ekstrak yang kental
Ekstrak kental kemudian dipartisi dengan Petroleum Eter (10x25 mL) Ekstrak PE yang
diperoleh lalu diuapkan sampai kental sedangkan ekstrak MeOHH2O diuapkan sampai semua
MeOH menguap Bagian ekstrak air yang tersisa lalu dipartisi dengan kloroform (8x25 mL)
sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya masing-masing ekstrak
pelarutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental kloroform
333 Uji Fitokimia
Setiap ekstrak PE kloroform dan air dilakukan uji kandungan fitokimianya Uji fitokimia
dilakukan dengan metode Harborne (1987)
a) Uji Saponin
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok
selama 10 detik dan dibiarkan selama 10 menit Adanya saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil
b) Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 01 g ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (500C) kemudian hasilnya
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering Residu ditambahkan eter
dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes
anhidridaasetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-Buchard) Warna merah atau
ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
c) Uji Tanin
Sebanyak 01 g ekstrak ditambahkan 10 mL air panas dididihkan selama 5 menit dan
disaring Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1 Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman
d) Uji Flavonoid
Uji flavonoid secara umum
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit Setelah itu disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 05 g
serbuk Mg 1 mL HCl pekat dan 1 mL amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat Uji
positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Ekstrak yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi paling tinggi (dilihat dari
intensitas warna) digunakan untuk proses isolasi dan identifikasi golongan flavonoid
Uji golongan flavonoid secara khusus
Sebanyak 01 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa pereaksi spesifik untuk mengidentifikasi golongan flavonoid Warna hasil
reaksi dari masing-masing pereaksi tertera pada tabel 2
334 Isolasi dan Karakterisasi Golongan Flavonoid
Ekstrak difraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom dengan elusi gradien Analisis eluen
terbaik dilakukan menggunakan KLT Plat KLT GF254 atau GF366 digunakan sebagai fase diam
Eluennya adalah berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-butanol asam
asetat dan air (BAA) Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV 254 nm atau 366 nm
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom dilakukan dengan menampung fraksi tiap 5 mL Laju
alir eluen yang dipakai ialah 02 mLmenit Fraksi kemudian diperiksa dengan menggunakan
KLT dengan larutan pengembang yang sama Fraksi yang memberikan nilai Rf dan noda yang
sama digabungkan dan dilakukan uji flavonoid untuk tiap fraksi Fraksi yang positif mengandung
flavonoid lalu dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR dan spektrometer GC-
MS Melalui spektrofotometer IR akan dianalisis apakah spekrum yang dihasilkan menunjukkan
serapan karakteristik OH dengan intensitas yang tinggi dan melebar pada daerah 3300-3500 cm-1
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
serapan tajam gugus karbonil pada daerah 1540-1870 cm-1 serapan C=C aromatik pada daerah
1500 cm-1 dan serapan C-H alifatik pada daerah 2800-2900 cm-1 Sedangkan melalui GC-MS
dapat diukur kemurnian isolatnya dari spektra kromatogram dan informasi fragmentasi dari
spektra massa dapat dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga dapat ditentukan senyawa
golongan flavonoid yang telah diisolasi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H R 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan [skripsi] Bogor Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Alisyahbana HM DA Limyati M Ervina amp R Halim 2002 Perbedaan Daya
Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr) Jurnal Obat Bahan
Alam 1(2) 19-23
Cavalier-Smith T 1992 Origins of Secondary Metabolism op cit Chadwick DJ and
Whelan J Secondary Metabolites Their Function and Evolution Ciba Foundation
Symposium 171 John Wiley amp Sons New York 64-87
Dalimartha S 1999 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V Jakarta Trubus Agriwidya
Dewick PM 1999 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach John Wiley amp
Sons Ltd England
Ellizar amp Yustini Maaruf 2009 Isolasi Flavonoid dan Uji Bioaktivitas Dari Terung Pirus
(Cyphomandra betacea (Cav) Sendtn) SAINSTEK VolXII 1 26-32
Fessenden RJ Fessenden JS 1986 Kimia Organik Edisi Ketiga terjemahan Aloysius H
Pujaatmaka Erlangga Jakarta
Halliwell B and Gutteridge JMC 1995 Free Radical in Biology and Medicine Oxford
University Press New York
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
Padmawinata K Soedira I penerjemah Bandung Penerbit Institut Teknelogi
Bandung Terjemahan dari Phytochemical Methods
Hariyatmi 2004 Kemampuan Vitamin Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada
lanjut Usia MIPA
Harsodjo S dan Wijono S 2003 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L) Merr) Makara Sains Vol 7- (2) 51-64
Ketaren S 1986 Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan universitas Indonesia Press
Jakarta
Lehniger HH and Baverloo WA 1976 Food Process Engineering Boston D Reidel Pulb
Co
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Lenny Sofia 2006 Senyawa Terpenoida dan Steroida [karya ilmiah] Medan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Mahmiah 2006 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Tumbuhan
Saccopetalum hirsfieldii BENN Indo J Chem 6 (3) 312-315
Markham KR 1988 Techniques of Flavonoids Identification diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata Bandung Penerbit ITB
Maryuni AE 2002 Pengaruh Pemberian Dekokta Daun Jati Pada Tikus Putih Hiperglikemik
[Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Nugrahaningtyas KD S Matsjeh T D Wahyuni 2005 Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Biofarmasi 3
(1) 32-38
Pandji C 1989 Bahan Pengajaran Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid Bogor
Pusat Antar Universitas Bioteknologi ITB Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prakash D R 1988 Cara Mengidentifikasi Flavonoid ITB Bandung
Rafi M 2003 Identifikasi Fisik dan Senyawa Kimia pada Tumbuhan Obat Fokus pada
Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus Di dalam Pelatihan Tanaman Obat
(Swamedikasi) Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus 3-4 Mei 2003 Bogor Pusat
Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB
Rohyami Yuli 2008 Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Vol5-No1-2005
Sabel W dan Warren JDF 1973 Theory and Practice of Oleoresin Extraction London
Tropical Products Institute
Smith H 1972 Dalam lsquoPhytochromersquo (K Mitrakos dan W Shropshire pny) hal 433 New
York and London Academic Press
Sumiwi 1992 Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Laporan Penelitian Bandung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Suradikusumah E 1989 Kimia Tumbuhan Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Institut Pertanian Bogor
Vickery ML and Vickery B 1981 Secondary Plant Metebolism London and Basiing Stoke
The Memillan Press Ltd
Wijaya A 1996 Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan Laboratorium Klinik
Prodia
Winarno FG 1992 Kimia Pangan Dan Gizi Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Winarsi W 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Penerbit Kanisius Laboratorium
Klinik Prodia
Wink M 1999 Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in
Biotechnology Annual Plant Review Vol3
Yunita FC 2004 Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edute) dan Uji Toksisitas Terhadap
Artemia salina L [skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor