rendi proposal outline

33
PROPOSAL PENELITIAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) Terhadap Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus L) Hiperkolesterolemi Oleh RENDI MAMONTO Nim: 431 406 080 Pembimbing I Pembimbing II Dra.Margaretha Solang M.si Dra.Hj.Djuna Lamondo M.si Nip.19680315 199303 2001 Nip.19641018 199003 2001

Upload: rendimamonto

Post on 27-Jun-2015

501 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rendi Proposal Outline

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry)

Terhadap Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus L) Hiperkolesterolemi

OlehRENDI MAMONTONim: 431 406 080

Pembimbing I Pembimbing II

Dra.Margaretha Solang M.si Dra.Hj.Djuna Lamondo M.si Nip.19680315 199303 2001 Nip.19641018 199003 2001

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO2010

Page 2: Rendi Proposal Outline

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini gaya hidup modern semakin meggejolak di masyarakat. Hal ini dianggap

wajar karena merupakan wujud dari kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun disisi

lain hal ini justru membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia, yaitu dapat meningkatkan

terjadinya penyakit pembuluh darah. Penyakit pembuluh darah (aterosklerosis) biasanya

disebabkan oleh pengendapan lemak yang berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit

seperti strok, jantung koroner dan hipertensi. Hal ini terjadi karena maraknya konsumsi makanan

siap saji atau junk food. Makanan siap saji ini banyak mengandung lemak dan kolesterol. Lemak

jenuh dapat merangsang hati untuk memproduksi kolesterol dan pada akhirnya dapat

menyebabkan penyakit jantung begitu pula dengan kolesterol yang mengendap, akan

menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung

(Anonim, 2005).

Penyakit jantung koroner (PJK) berawal dari terjadinya penyakit aterosklerosis yang

disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol total LDL (low density lipoprotein) dalam darah.

Seseorang yang mempunyai kadar kolesterol melebihi ambang batas normal

(hiperkolesterolemik) berisiko terkena aterosklerosis dan dapat menyebabkan penyakit jantung

koroner (Sitepoe,1993 dalam Kotiah, 2007). Kandungan LDL normal kurang dari 130 mg

%. Kalau kandungan LDL 130-155 mg% berarti seseorang dianggap berisiko

sedang, sedangkan kadar lebih dari 160 mg% berarti berisiko tinggi. Keterkaitan

antara hiperkolesterolemi dan terjadinya aterosklerosis disebut faktor risiko atau

Page 3: Rendi Proposal Outline

atherogenifactor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung

koroner selalu menunjukkan hiperkolesterolemia (Baraas, 1993).

Penyebab utama penyakit jantung adalah radikal bebas (Anonim, 2009). Radikal bebas

dapat berasal dari metabolisme tubuh kita sendiri, pencemaran udara, bahan kimia dari makanan

dan air, alkohol, rokok, radiasi ultra violet dan obat-obatan. Radikal bebas adalah suatu aytom

atau molekul yang bermuatan positif atau negatif. Sifat dari atom atau molekul yang bermuatan

tadi sangat reaktif dan tidak stabil, karena akan berusaha menetralisir dirinya dengan cara

menarik electron dari molekul atau atom yang ada di dekatnya., sehingga terjadi reaksi

berantai.Sifat dari radikal bebas tadi akan merusak sel-sel bahkan sampai ke inti sel. Molekul

utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak dan protein. Radikal

bebas (oksigen reaktif) dapat menyebabkan kerusakan oksidasi LDL sehingga dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh (Sitompul,2003).

Pencegahan dan pengobatan penyakit diatas dapat dilakukan dengan pemberian zat anti

oksidan ke dalam tubuh. Antioksidan melalui mekanismenya dapat menghambat dan mencegah

kerusakan LDL karena oksidasi, yang akhirnya dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah

(Sitompul, 2003). Antioksidan dibagi menjadi 2 berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu:

antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk

yang stabil , dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju

awal reaksi berantai. Antioksidan dikenal sebagai zat yang dapat menetralisir atau meredam

dampak negative dari radikal bebas.

Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar kolesterol dalam

darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah lemak, selain itu juga dibantu dengan

pemberian obat antihiperlipidemik. Mahalnya harga obat dan efek samping yang tidak ringan

Page 4: Rendi Proposal Outline

membuat masyarakat enggan untuk menggunakannya. Maka dipilih cara yang lebih murah yaitu

pengobatan alternatif dengan obat herbal melalui pemanfaatan bahan alami. Winarto (2003)

Mengungkapkan bahwa “Dengan memanfaatkan bahan alam yaitu tanaman herbal yang tidak

hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang rusak”.

Salah satu tanaman herbal yang banyak mengandung zat anti oksidan yaitu Sarang Semut

(Myrmecodia pendens Merr. & Perry). Subroto dan Saputro (2008) mengungkapkan bahwa

“Senyawa aktif yang terkandung dalam sarang semut adalah Flavonoid, Tanin, dan tokoferol

yang berfungsi sebagai anti oksidan dalam tubuh”. Hasil analisis ekstrak kasar sarang semut

menunjukkan adanya alfa-tokoferol yang merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50

diperoleh angka 5,1 ppm, IC50 merupakan konsentrasi antioksidan yang dapat meredam atau

menghambat 50% radikal bebas (Subroto dan saputro, 2008).

Mengingat perlunya cara mengatasi penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar

kolesterol darah maka perlu dilakukan peneliti pemberian sarang semut (Myrmecodia pendens

Merr. & Perry) terhadap peningkatan HDL dan penurunan LDL lewat pengujian laboratorium

terhadap tikus putih( dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia

pendens Merr. & Perry) Terhadap Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus)

Hiperkolesterolemi”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diajukan permasalahan:

“Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry)

terhadap kadar LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus L)”

1.3. Tujuan

Page 5: Rendi Proposal Outline

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sarang semut terhadap kadar LDL dan HDL

tikus putih (Rattus novergicus L)

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Memberikan gambaran tentang bahaya konsumsi lemak secara berlebihan

2. Memberikan gambaran tentang manfaat sarang semut Myrmecodia pendens

3. Memperdalam ilmu biologi khususnya anatomi dan fisiologi manusia.

Page 6: Rendi Proposal Outline

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Sarang Semut

2.1.1. Klasifikasi Sarang Semut

Dalam klasifikasi tumbuhan, sarang semut termasuk dalam kelas Magnoliopsida. Adapun

taksonomi dari tumbuhan sarang semut adalah sebagai berikut:

Kingdom : PlantaeDivisi : TracheophytaKelas : MagnoliopsidaSub Kelas : LamidaeOrdo : RubialesFamili : RubiaceaeGenus : MyrmecodiaSpesis : Myrmecodia pendens Merr.& Perry (Subroto dan saputro, 2008)

Gambar 2.1: Myrmecodia pendens Gambar 2.2: Bagian Dalam Myrmecodia pendens

Sarang semut (Myrmecodia pendens) yang dimaksud bukanlah sarang yang dibuat oleh

semut yang membentuk lubang-lubang di tanah atau kumpulan daun kering, namun ini adalah

tumbuhan epifit (menempel pada tumbuhan lain yg lebih besar tetapi bukan parasit) yang

batangnya menggelembung besar dimana di dalamnya banyak terdapat ruang atau rongga kecil

yang dihuni semut (Gambar 2.2) (Anonim, 2008). Kandungan zat yang dimiliki memang

Page 7: Rendi Proposal Outline

didukung oleh aktifitas semut di dalamnya dimana banyak zat yang menguntungkan tertinggal

dalam bagian tanaman. Pada semut sendiri antioksidan berperan sebagai zat penting untuk proses

pembentukan koloni. Selain itu juga sebagai benteng bagi tempat penyimpanan telur dari

panyakit.

Khasiat herbal yang dimiliki tumbuhan ini ditandai dengan kandungan zat-zat aktif

seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida yang terkandung dalamnya. Ketiga zat ini sangat

membantu tubuh manusia untuk mengontrol beragam penyakit maut. Salah satunya sebagai

imuno stimulan untuk menambah kekebalan tubuh. Selain mencegah dan mengobati kanker

sarang semut juga efektif membantu penyembuhan berbagai macam penyakit gangguan jantung,

ambien (wasir), rematik, stroke, maag, gangguan fungsi ginjal dan prostat. Bahkan pegal linu,

melancarkan ASI, migren, melancarkan pembuluh darah, lever, bahkan memulihkan gairah

seksual juga bisa diambil dari khasiat tanaman ini.

2.1.2. Habitat Sarang Semut

Sarang Semut dengan nama ilmiah myrmecodia pendans merupakan tanaman yang

didalamnya digunakan sebagai sarang semut. Didalamnya terdiri dari labirin yang digunakan

semut sebagai liang untuk melakukan aktifitasnya.

Penyebaran tumbuhan sarang semut banyak ditemukan, mulai dari Semenanjung

Malaysia hingga Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, Papua Nugini, Cape

York hingga kepulauan Solomon. Di Propinsi Papua, tumbuhan sarang semut dapat dijumpai,

terutama di daerahPegunungan Tengah, yaitu hutan belantara kabupaten Jayawijaya, Kabupaten

Toliraka, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Paniai.

Page 8: Rendi Proposal Outline

Secara ekologi, tumbuhan sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-pohon di

pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m diatas permukaan laut (dpl). Tumbuhan sarang semut

banyak ditemukan di padang rumput. Tumbuhan sarang semut jarang ditemukan di hutan tropis

dataran rendah, tetapi banyak ditemukan di hutan dan daerah pertanian terbuka dengan

ketinggian sekitar 600 m dpl (Subroto, 2008). Sarang semut banyak ditemukan menempel di

beberapa pohon (Gambar 2.2), umumnya di pohon kayu putih (Casuarina), kaha (Castanopsis),

dan pohon beech (Nothofagus). Sarang semut jarang menempel pada pohon-pohon dengan

batang halus dan rapuh seperti Eucalyptus (Subroto, 2008).

2.1.3. Kandungan sarang semut

Uji penapisan kimia dari tumbuhan Sarang Semut menunjukkan bahwa tumbuhan ini

mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin (Subroto, 2008). Hal ini

sesuai dengan basil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti yang mempelajari

golongan senyawa ini dalam kaitannya dengan sistem pertahanan diri tumbuhan Sarang Semut.

Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak

merupakan pigmen tumbuhan. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia karena

banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah

sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara

lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C

(meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai

antibiotik.

Page 9: Rendi Proposal Outline

Flavonoid Antioksidan dan menangkap radikal bebas Melepas H

Berikatan dengan 1 RB

Radikal Peroksi distabilkan

Energi Aktivasi

Menghalangi Oksidasi LDL

Menurunkan Kolesterol

Gambar 3: Mekanisme aksi penurunan kadar kolesterol (Kandaswami & Middleton dalam Nurwahyunani ,2006 ).

Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikalbebas dengan

membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya (Kandaswami & Middleton dalam

Nurwahyunani ,2006), dikatakan juga bahwa flavonoid dapat bertindak menghalangi reaksi

oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah mengental yang dapat mengakibatkan

penyempitan pembuluh darah.

Banyak mekanisme kerja dari flavonoid yang sudah terungkap, misalnya inaktivasi

karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi

angiogenesis, serta pembalikan resistensi multi-obat atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme

tersebut. Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan berbagai jenis kanker atau

tumor, TBC, dan encok/rematik diduga kuat berkaitan dengan kandungan flavonoid Sarang

Semut.

Page 10: Rendi Proposal Outline

Tabel 2.1. Komposisi dan Kandungan Senyawa Aktif Tumbuhan Sarang Semut (Subroto 2008)

NO PARAMETER SATUAN NILAI1 Energi Kkal/ 100 g 350,52

2 Kadar air g/ 100 g 4,54

3 Kadar abu g/100 g 11,13

4 Kadar lemak g/100 g 2,64

5 Kadar protein g/100 g 2,75

6 Kadar karbohidrat g/100 g 78,94

7 Tokoferol mg/100 g 31,34

8 Total fenol g/100 g 0,25

9 Kalsium (Ca) g/100 g 0.37

10 Natrium (Na) mg/100 g 68,58

11 Kalium (K) g/100 g 3,61

12 Seng (Zn) mg/100 g 1,36

13 Besi (Fe) mg/100 g 29,24

14 Fosfor (P) g/100 g 0,99

15 Magnesium (Mg) g/100 g 1,50

Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat mengikat dan

mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi di bidang pengobatan,

misalnya untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir.

Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan ambeien (wasir) dan mimisan

diduga kuat berkaitan dengan kandungan taninnya.

Seperti dalam tabel di atas tumbuhan Sarang Semut kaya akan antioksidan tokoferol

(vitamin E) sekitar 313 ppm dan beberapa mineral penting untuk tubuh seperti kalsium, natrium,

kalium, seng, besi, fosfor, dan magnesium.

Page 11: Rendi Proposal Outline

Analisis antioksidan dari ekstrak kasar tumbuhan sarang semut dengan menggunakan

metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki

aktivitas antioksidan sedang, yaitu diperoleh nilai IC50 sebesar 48,6 ppm. Sementara alfa-

tokoferol yang merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50 diperoleh angka sebesar 5,1 ppm.

IC50 merupakan konsentrasi dari antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50%

radikal bebas. Semakin kecil nilai IC50 dari suatu antioksidan maka semakin kuat antioksidan

tersebut. Alfa-tokoferol pada konsentrasi 12 ppm telah mampu meredam radikal bebas sebanyak

96% dan persentase inhibisi ini tetap konstan untuk konsentrasikonsentrasi yang lebih tinggi dari

12 ppm. Hasil penelitian ini mempunyai makna bahwa alfa-tokoferol pada konsentrasi rendah

pun telah memiliki aktivitas peredam radikal bebas hingga mendekati 100%. Alfa-tokoferol 12

ppm telah mampu meredam radukal bebas sebanyak 96% (Subroto dan Saputro, 2008).

2.2. Tinjauan Tentang Kolesterol LDL dan HDL

Kolesterol diperoleh dari makanan atau disintesis melalui jalur yang terdapat pada

hamper semua sel tubuh. Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak dan merupakan

salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat,

protein, vitamin, dan mineral.

Kolesterol di bagi menjadi LDL, HDL, total kolesterol dan trigliserida. Hanya

seperempat dari kolesterol yang terkandung dalam darah berasal langsung dari saluran

pencernaan yang diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil produksi tubuh sendiri oleh sel-

sel hati (Yayasan Jantung Indonesia, 2003). Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang

bernama LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan,

termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density

Page 12: Rendi Proposal Outline

Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke

dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.

LDL mengandung lebih banyak lemak dari pada HDL sehingga ia akan mengambang di

dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B). LDL

dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di

dinding pembuluh darah yang lama kelamaan dapat menyumbat pembuluh radah. Penyumbatan

pembuluh darah ini disebut arteriosklerosis. Apabila penyumbatan tersebut terjadi di pembuluh

darah yang menuju ke jantung, maka akan memicu terjadinya penyakit jantung, sedangkan bila

penyumbatan terjadi di pembuluh darah yang menuju ke otak, akan memicu terjadinya stroke.

Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia

membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya

kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini

mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih

berat. Tingginya kadar HDL dalam darah akan mempercepat proses pengangkutan kolesterol ke

hati, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh

darah (Wirahadikusumah, 1985).

Jika tingkat HDL seseorang adalah 50 mg / dl dan kadar kolesterol LDL adalah 150 mg /

dl ini berarti bahwa perbandingan antara LDL dan HDL adalah 3.1 dapat menghitung LDL /

HDL rasio dengan membagi tingkat LDL oleh tingkat HDL. Tingkat LDL yang disebutkan

dalam contoh ini adalah 150 dan HDL adalah 50. Jadi, rasio itu 150 dibagi oleh 50 orang yang

sama dengan 3. Namun, rasio yang ideal antara LDL dan HDL adalah 4.

Page 13: Rendi Proposal Outline

Semakin baik rasio, semakin rendah kemungkinan orang menderita penyakit jantung

(Anonim, 2006). Tingkat ideal kolesterol LDL kurang dari 100mg/dl, tetapi dapat diterima

bahkan sampai 129mg/dl. Sesuatu yang lebih dari itu adalah buruk. Demikian pula, tingkat ideal

untuk HDL kolesterol adalah 40mg/dl. Hal ini karena tingkat tinggi kolesterol LDL dapat

menyumbat arteri dan menyebabkan serangan jantung.

Berdasarkan uraian di atas, maka LDL dan HDL dapat diklasifikasikan sesuai dengan

Tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 : Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida LDL ("Kolesterol jahat”)

Kurang dari 100 Optimal

100-129 Mendekati optimal

130-159 Batas normal tertinggi

160-189 Tinggi

Lebih dari 190 Sangat tinggi

HDL ("Kolesterol Baik”)

Kurang dari 40 Rendah

Lebih dari 60 Tinggi

Total cholesterol (TC)

Kurang dari 200 Yang diperlukan

200-239 Batas normal tertinggi

Lebih dari 240 Tinggi

Trigliserida (TGA)

Kurang dari 150 Normal

150-199 Batas normal tertinggi

200-499 Tinggi

Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi Sumber: Yayasan jantung Indonesia, 2003

2.3. Radikal Bebas

Pada proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar

disebut sebagai radikal bebas. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom

Page 14: Rendi Proposal Outline

maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan

juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih

elektron bebas Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk

menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus

dan bakteri. Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat

merusak jaringan normal.apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu

produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel dan mempengaruhi pembuluh darah.

2.4. Antioksidan

Antioksidan merupakan inhibitor penghambat oksidasi. Zat anti oksidan adalah substansi

yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas. Antioksidan menstabilkan radikal

bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat

terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Gordon, 1995). Berdasarkan

fungsinya antioksidan digolongkan sebagai berikut:

2.4.1 Antioksidan Primer

Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai pembemtuka

radikal bebas. Senya ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipid atau

mengubahnya kebentuk yang lebih stabil. Zat ini dapat berasal dari alam maupun buatan.

Antioksidan alam antara lain: Tokoferol, lesitin, sesamol, fosfasida, dan asam akrobat.

2.4.2. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja peroksida yaitu Faktor-

faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Antioksidan ini memperlambat autooksidasi

Page 15: Rendi Proposal Outline

dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan

pengubahan radikal lipida ke bentuk stabil (Gordon, 1990).

2.5. Tinjauan Tentang Tikus Putih

2.5.1. Klasifikasi

Taksonomi Tikus Putih

Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataCllas : Mamalia Ordo : rodentia Famili : Muridae Genus : RattusSpesies : Rattus novergikus L

Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang dibesarkan dan disimpan

untuk penelitian ilmiah. Tikus laboratorium telah digunakan sebagai model hewan yang penting

untuk penelitian di bidang psikologi, kedokteran, dan bidang lainnya.

Tikus putih dipilih sebagai hewan percobaan karena tikus mempunyai banyak

keunggulan. Pertama, banyak gena tikus relatif mirip dengan manusia, kedua, dalam binatang

menyusui (mamalia), kemampuan berkembangbiak tikus sangat tinggi, relatif cocok untuk

digunakan dalam eksperimen massal. Selain itu, tipe bentuk badan tikus kecil, mudah dipelihara

dan obat yang digunakan di badannya dapat relatif cepat termanifestasi.

2.6. Hipotesis

Page 16: Rendi Proposal Outline

Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat

tradisional, serta mengandung bahan-bahan anti oksidan. Berdasarkan hal tersebut, maka hiptesis

yang diajukan pada penelitian ini adalah:

“Terdapat pengaruh pemberian ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry)

terhadap peningkatan HDL dan Penurunan LDL tikus putih (Rattus novergicus L)”

BAB III

Page 17: Rendi Proposal Outline

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di dua laboratorium yaitu Laboratorium Kimia untuk pembuatan

ekstrak Myrmecodia pendens dan Laboratorium Biologi Untuk pengaklimatisasian hewan uji

serta pengambilan sampel darah. Analisis data dilakukan di Biolab Prodia.

3.2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus L)

sebanyak 20 ekor

3.3. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sarang semut Myrmecodia pendens.

3.4. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif adapun metode penelitian yang digunakan

adalah metode eksperimen dengan desain rancangan acak lengkap (RAL).

Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan sehingga jumlah

unit percobaan 4 x 5 = 20.

Keterangan :

Perlakuan A : (Kontrol) diberi pakan standar

Perlakuan B : diberi pakan standar, kuning telur

Page 18: Rendi Proposal Outline

Perlakuan C : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut dengan

dosis 252 mg/200 gr BB tikus.

Perlakuan D : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut dengan

dosis 504 mg/200 gr BB tikus.

Perhitungan dosis didasarkan pada perhitungan dosis manusia yaitu, 10 Gram (Subroto,

2008), sedangkan dosis untuk hewan uji harus dikonfersi terlebih dahulu. Angka konversi dari

manusia ke tikus adalah 0,018. Berat tikus adalah sekitar 200 gr, oleh karena itu, dosis ekstrak

sarang semut untuk tikus dikonversikan sebagai berikut:

70/50 x 10.000 mg x 0,018 = 252 mg/200 gr BB Tikus

= 1,26 mg/gr BB Tikus

3.5. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (X) yaitu sarang semut jenis Myrmecodia pendens

2. Variabel terikat (Y) yaitu LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus)

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1. Alat dan Bahan

3.6.1.1. Alat

1. Kandang tikus, digunakan sebagai pemeliharaan tikus pada saat perlakuan

2. Neraca Analitik untuk menimbang bahan uji

3. Sonde lambung untuk memasukkan bahan uji melalui oral tikus

percobaan

4. Tabung reaksi, digunakan untuk sebagai wadah untuk menyimpan sementara ekstrak sarang

semut

Page 19: Rendi Proposal Outline

5. Mikrohematokrit berfungsi untuk pengambilan darah

6. Blender, digunakan untuk menghaluskan bahan uji

7. Tabung haematokrit untuk menampung sampel darah

8. Pipet untuk mengambil bahan cair yang dibutuhkan selama penelitian

9. Kertas label digunakan untuk membedakan antar perlakuan

10. Sarung tangan untuk melindungi tangan pada saat memegang hewan uji atau membuat

ekstraksi sarang semut

11. Masker untuk melindungi pernafasan pada saat penelitian

12. Kamera untuk mendokumentasi penelitian

13. Alat tulis untuk mencatat data penelitian.

3.6.1.2. Bahan

1. Ekstrak sarang semut

2. Aquades untuk kelompok control

3. Pakan untuk tikus, yaitu pakan ternak untuk anak ayam

4. Darah tikus

5. Kit uji kolesterol merk diasys

6. Etanol 96% untuk materasi pada saat pembuatan ekstrak sarang semut.

3.6.2. Prosedur Penelitian

3.6.2.1. Untuk Persiapan Bahan Uji

1. Sarang semut dibersihkan dan di keringkan

2. Sebelum dikeringkan, sarang semut disayat tipis untuk mempercepat pengeringan

3. Pembuatan serbuk: bahan yang telah kering dijadikan serbuk dengan cara grainer sampai

halus dan diayak sehingga diperoleh serbuk yang homogen.

Page 20: Rendi Proposal Outline

4. Ekstraksi serbuk dengan etanol, dimaserasi selama 24 jam. Kemudian di filtrasi sehingga

menghasilkan filtrate, filtrate diuapkan sehingga diperoleh ekstrak yang dibutuhkan.

3.6.2.2. Untuk Hewan Uji

1. Mengaklimatisasi hewan uji selama 2 minggu

2. Menimbag hewan uji sebanyak 20 ekor

3.6.2.3. Perlakuan

Dua puluh ekor tikus jantan dikelompokkan menjadi empat kelompok secara acak dengan

masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor. Kelompok A diberi pakan standar (Kontrol),

Kelompok B diberi pakan standard dan kuning telur dosis 1,5 gr/BB Tikus, Kelompok C diberi

pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut 252 mg/200 gr BB Tikus dan kelompok D

diberi pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut 504 mg/200 gr BB Tikus. Ekstrak

sarang semut diberikan secara oral setiap hari dengan menggunakan sonde lambung untuk tikus.

Perlakuan diberikan selama 4 minggu. Pada akhir penelitian dilakukan pemeriksaan kadar

kolesterol HDL dan LDL.

3.6.2.4. Pengambilan Data

Pengukuran kadar HDL

Reagen siap pakai

Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm

Suhu : 20 – 250C, 370C

Presipitasi

Pipet ke dalam tabung SampelSampel 200 ul

Reagen HDL Cholesterol 500 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar

Page 21: Rendi Proposal Outline

Sentrifus 10 menit pada 400 g

Blangko SampelHDL Supernatan - 100 ul

Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C

Baca pada Spektofotometer

Pengukuran kadar LDL

Reagen siap pakai

Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm

Suhu : 20 – 250C, 370C

Presipitasi

Pipet ke dalam tabung SampelSampel 100 ul

Reagen LDL Cholesterol 1000 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar

Sentrifus 10 menit pada 400 g

Blangko SampelLDL Supernatan - 100 ul

Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Analisis data dilakukan dengan dua cara

yaitu analisis deskiptif dan analisis statistik. Data kuantitatif yang diperoleh melalui analisis

deskriptif yaitu kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL dianalisis secara statistic dengan uji

Kruskal-wallis (H Test.)

Page 22: Rendi Proposal Outline

Rumus Kruskal-wallis:

H=12N ( N+1 ) [∑j=1

k R j2

n j]−3( N+1)

Murti (1996 : 111)

Dengan :

k = banyaknya sampel (independen)

nj = Ukuran sampel ke-j dengan, j = 1,2,...,k.

N = Jumlah pengamatan seluruh kelompok sampel

Rj = Jumlah peringkat pada sampel ke-j, dengan j = 1,2,...,k.

dengan terlebih dahulu menentukan derajat keper cayaan α dan nilai χ2 yang ditentukan

oleh derajat kebebasan (dk) = k – 1 : χ2 α(k-1). Keputusan statistic diambil dengan cara

membandingkan H hitung dengan nilai chi-kuadrat. Statistic H langsung dapat dibandingkan

dengan nilai kritis χ2 tabel dengan derajat bebas = k-1 dan tingkat ksemaknaan α (0,05).

Selanjutnya jika terdapat pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji

Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan torrie, 1980; 1988)

Page 23: Rendi Proposal Outline

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Apakah Bagus Rasio Untuk LDL terhadap HDL. Online. Tersedia di : http://www.scumdoctor.com/Indonesian/nutrition/cholesterol/hdl/What-Is-Good-Ratio-For-Ldl-To-Hdl.html. Diakses tanggal 4 Oktober 2010.

Anonim, 2009. Penyakit jantung koroner. Tersedia di: http://www.wyethindonesia.com/$$Anti%20Oksidan.html?menu_id=233&menu_item_id=3. Diakses tanggal 8 Oktober 2010.

Baraas, F. 1993. Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gordon MH, 1990. The mechanism of antioxidants action invitro, In: Hudson BJF, editor. Food Antioksidants. Elsiver Aplieed Science, London

Kotiah, 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Kadar Kolesterol HDL Dan LDL Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi. Terseia di: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0172/9cec3420.dir/doc.pdf.

Kandaswami & Middleton. 1997. Kandungan flavonoid jadi kekuatan ampuh.www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi2.htm

Murti, Bisma . 1996. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu Kesehatan. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Nurwahyunani, 2006. efek ekstrak daun sambung nyawa terhadap kadar kolesterol ldl dan kolesterol hdl darah tikus diabetik akibat induksi streptozotocin.Tersedia di : http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHf05e.dir/doc.pdf

Subroto Ahkam & Hendro Saputro. 2008. Gempur Penyakit Dengan Sarang Semut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sitompul B, 2003. Antioksidan dan penyakit aterosklerosis, Medika XXIX(6) : 373-377.

Steel R.G.D. & J. H. Torrie., 1980. Principle of Statistics for University. Edition. Mc Graw Hill, California. pp. 168-214.

Wirahadikusumah. 1985. Biokimia Metabolisme Karbohidrat dan Lipid.Bandung : ITB.

Lavelle Peter, Cholesterol is essential in the body, but too much of the wrong kind of cholesterol increases your risk of heart disease. How do you keep your cholesterol levels healthy?. Tersedia di: http://www.abc.net.au/health/library/stories/2006/08/03/1829380.htm

Page 24: Rendi Proposal Outline

Sumber: Yayasan jantung Indonesia, 2003. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/13893/2/bab_1-3.pdf