Download - Rendi Proposal Outline
PROPOSAL PENELITIAN
Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry)
Terhadap Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus L) Hiperkolesterolemi
OlehRENDI MAMONTONim: 431 406 080
Pembimbing I Pembimbing II
Dra.Margaretha Solang M.si Dra.Hj.Djuna Lamondo M.si Nip.19680315 199303 2001 Nip.19641018 199003 2001
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini gaya hidup modern semakin meggejolak di masyarakat. Hal ini dianggap
wajar karena merupakan wujud dari kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun disisi
lain hal ini justru membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia, yaitu dapat meningkatkan
terjadinya penyakit pembuluh darah. Penyakit pembuluh darah (aterosklerosis) biasanya
disebabkan oleh pengendapan lemak yang berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit
seperti strok, jantung koroner dan hipertensi. Hal ini terjadi karena maraknya konsumsi makanan
siap saji atau junk food. Makanan siap saji ini banyak mengandung lemak dan kolesterol. Lemak
jenuh dapat merangsang hati untuk memproduksi kolesterol dan pada akhirnya dapat
menyebabkan penyakit jantung begitu pula dengan kolesterol yang mengendap, akan
menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung
(Anonim, 2005).
Penyakit jantung koroner (PJK) berawal dari terjadinya penyakit aterosklerosis yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol total LDL (low density lipoprotein) dalam darah.
Seseorang yang mempunyai kadar kolesterol melebihi ambang batas normal
(hiperkolesterolemik) berisiko terkena aterosklerosis dan dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner (Sitepoe,1993 dalam Kotiah, 2007). Kandungan LDL normal kurang dari 130 mg
%. Kalau kandungan LDL 130-155 mg% berarti seseorang dianggap berisiko
sedang, sedangkan kadar lebih dari 160 mg% berarti berisiko tinggi. Keterkaitan
antara hiperkolesterolemi dan terjadinya aterosklerosis disebut faktor risiko atau
atherogenifactor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung
koroner selalu menunjukkan hiperkolesterolemia (Baraas, 1993).
Penyebab utama penyakit jantung adalah radikal bebas (Anonim, 2009). Radikal bebas
dapat berasal dari metabolisme tubuh kita sendiri, pencemaran udara, bahan kimia dari makanan
dan air, alkohol, rokok, radiasi ultra violet dan obat-obatan. Radikal bebas adalah suatu aytom
atau molekul yang bermuatan positif atau negatif. Sifat dari atom atau molekul yang bermuatan
tadi sangat reaktif dan tidak stabil, karena akan berusaha menetralisir dirinya dengan cara
menarik electron dari molekul atau atom yang ada di dekatnya., sehingga terjadi reaksi
berantai.Sifat dari radikal bebas tadi akan merusak sel-sel bahkan sampai ke inti sel. Molekul
utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak dan protein. Radikal
bebas (oksigen reaktif) dapat menyebabkan kerusakan oksidasi LDL sehingga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh (Sitompul,2003).
Pencegahan dan pengobatan penyakit diatas dapat dilakukan dengan pemberian zat anti
oksidan ke dalam tubuh. Antioksidan melalui mekanismenya dapat menghambat dan mencegah
kerusakan LDL karena oksidasi, yang akhirnya dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah
(Sitompul, 2003). Antioksidan dibagi menjadi 2 berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu:
antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk
yang stabil , dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju
awal reaksi berantai. Antioksidan dikenal sebagai zat yang dapat menetralisir atau meredam
dampak negative dari radikal bebas.
Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar kolesterol dalam
darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah lemak, selain itu juga dibantu dengan
pemberian obat antihiperlipidemik. Mahalnya harga obat dan efek samping yang tidak ringan
membuat masyarakat enggan untuk menggunakannya. Maka dipilih cara yang lebih murah yaitu
pengobatan alternatif dengan obat herbal melalui pemanfaatan bahan alami. Winarto (2003)
Mengungkapkan bahwa “Dengan memanfaatkan bahan alam yaitu tanaman herbal yang tidak
hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang rusak”.
Salah satu tanaman herbal yang banyak mengandung zat anti oksidan yaitu Sarang Semut
(Myrmecodia pendens Merr. & Perry). Subroto dan Saputro (2008) mengungkapkan bahwa
“Senyawa aktif yang terkandung dalam sarang semut adalah Flavonoid, Tanin, dan tokoferol
yang berfungsi sebagai anti oksidan dalam tubuh”. Hasil analisis ekstrak kasar sarang semut
menunjukkan adanya alfa-tokoferol yang merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50
diperoleh angka 5,1 ppm, IC50 merupakan konsentrasi antioksidan yang dapat meredam atau
menghambat 50% radikal bebas (Subroto dan saputro, 2008).
Mengingat perlunya cara mengatasi penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar
kolesterol darah maka perlu dilakukan peneliti pemberian sarang semut (Myrmecodia pendens
Merr. & Perry) terhadap peningkatan HDL dan penurunan LDL lewat pengujian laboratorium
terhadap tikus putih( dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia
pendens Merr. & Perry) Terhadap Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus)
Hiperkolesterolemi”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diajukan permasalahan:
“Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry)
terhadap kadar LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus L)”
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sarang semut terhadap kadar LDL dan HDL
tikus putih (Rattus novergicus L)
1.4. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Memberikan gambaran tentang bahaya konsumsi lemak secara berlebihan
2. Memberikan gambaran tentang manfaat sarang semut Myrmecodia pendens
3. Memperdalam ilmu biologi khususnya anatomi dan fisiologi manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Sarang Semut
2.1.1. Klasifikasi Sarang Semut
Dalam klasifikasi tumbuhan, sarang semut termasuk dalam kelas Magnoliopsida. Adapun
taksonomi dari tumbuhan sarang semut adalah sebagai berikut:
Kingdom : PlantaeDivisi : TracheophytaKelas : MagnoliopsidaSub Kelas : LamidaeOrdo : RubialesFamili : RubiaceaeGenus : MyrmecodiaSpesis : Myrmecodia pendens Merr.& Perry (Subroto dan saputro, 2008)
Gambar 2.1: Myrmecodia pendens Gambar 2.2: Bagian Dalam Myrmecodia pendens
Sarang semut (Myrmecodia pendens) yang dimaksud bukanlah sarang yang dibuat oleh
semut yang membentuk lubang-lubang di tanah atau kumpulan daun kering, namun ini adalah
tumbuhan epifit (menempel pada tumbuhan lain yg lebih besar tetapi bukan parasit) yang
batangnya menggelembung besar dimana di dalamnya banyak terdapat ruang atau rongga kecil
yang dihuni semut (Gambar 2.2) (Anonim, 2008). Kandungan zat yang dimiliki memang
didukung oleh aktifitas semut di dalamnya dimana banyak zat yang menguntungkan tertinggal
dalam bagian tanaman. Pada semut sendiri antioksidan berperan sebagai zat penting untuk proses
pembentukan koloni. Selain itu juga sebagai benteng bagi tempat penyimpanan telur dari
panyakit.
Khasiat herbal yang dimiliki tumbuhan ini ditandai dengan kandungan zat-zat aktif
seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida yang terkandung dalamnya. Ketiga zat ini sangat
membantu tubuh manusia untuk mengontrol beragam penyakit maut. Salah satunya sebagai
imuno stimulan untuk menambah kekebalan tubuh. Selain mencegah dan mengobati kanker
sarang semut juga efektif membantu penyembuhan berbagai macam penyakit gangguan jantung,
ambien (wasir), rematik, stroke, maag, gangguan fungsi ginjal dan prostat. Bahkan pegal linu,
melancarkan ASI, migren, melancarkan pembuluh darah, lever, bahkan memulihkan gairah
seksual juga bisa diambil dari khasiat tanaman ini.
2.1.2. Habitat Sarang Semut
Sarang Semut dengan nama ilmiah myrmecodia pendans merupakan tanaman yang
didalamnya digunakan sebagai sarang semut. Didalamnya terdiri dari labirin yang digunakan
semut sebagai liang untuk melakukan aktifitasnya.
Penyebaran tumbuhan sarang semut banyak ditemukan, mulai dari Semenanjung
Malaysia hingga Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, Papua Nugini, Cape
York hingga kepulauan Solomon. Di Propinsi Papua, tumbuhan sarang semut dapat dijumpai,
terutama di daerahPegunungan Tengah, yaitu hutan belantara kabupaten Jayawijaya, Kabupaten
Toliraka, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Paniai.
Secara ekologi, tumbuhan sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-pohon di
pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m diatas permukaan laut (dpl). Tumbuhan sarang semut
banyak ditemukan di padang rumput. Tumbuhan sarang semut jarang ditemukan di hutan tropis
dataran rendah, tetapi banyak ditemukan di hutan dan daerah pertanian terbuka dengan
ketinggian sekitar 600 m dpl (Subroto, 2008). Sarang semut banyak ditemukan menempel di
beberapa pohon (Gambar 2.2), umumnya di pohon kayu putih (Casuarina), kaha (Castanopsis),
dan pohon beech (Nothofagus). Sarang semut jarang menempel pada pohon-pohon dengan
batang halus dan rapuh seperti Eucalyptus (Subroto, 2008).
2.1.3. Kandungan sarang semut
Uji penapisan kimia dari tumbuhan Sarang Semut menunjukkan bahwa tumbuhan ini
mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin (Subroto, 2008). Hal ini
sesuai dengan basil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti yang mempelajari
golongan senyawa ini dalam kaitannya dengan sistem pertahanan diri tumbuhan Sarang Semut.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak
merupakan pigmen tumbuhan. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia karena
banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah
sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara
lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C
(meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai
antibiotik.
Flavonoid Antioksidan dan menangkap radikal bebas Melepas H
Berikatan dengan 1 RB
Radikal Peroksi distabilkan
Energi Aktivasi
Menghalangi Oksidasi LDL
Menurunkan Kolesterol
Gambar 3: Mekanisme aksi penurunan kadar kolesterol (Kandaswami & Middleton dalam Nurwahyunani ,2006 ).
Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikalbebas dengan
membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya (Kandaswami & Middleton dalam
Nurwahyunani ,2006), dikatakan juga bahwa flavonoid dapat bertindak menghalangi reaksi
oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah mengental yang dapat mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah.
Banyak mekanisme kerja dari flavonoid yang sudah terungkap, misalnya inaktivasi
karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi
angiogenesis, serta pembalikan resistensi multi-obat atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme
tersebut. Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan berbagai jenis kanker atau
tumor, TBC, dan encok/rematik diduga kuat berkaitan dengan kandungan flavonoid Sarang
Semut.
Tabel 2.1. Komposisi dan Kandungan Senyawa Aktif Tumbuhan Sarang Semut (Subroto 2008)
NO PARAMETER SATUAN NILAI1 Energi Kkal/ 100 g 350,52
2 Kadar air g/ 100 g 4,54
3 Kadar abu g/100 g 11,13
4 Kadar lemak g/100 g 2,64
5 Kadar protein g/100 g 2,75
6 Kadar karbohidrat g/100 g 78,94
7 Tokoferol mg/100 g 31,34
8 Total fenol g/100 g 0,25
9 Kalsium (Ca) g/100 g 0.37
10 Natrium (Na) mg/100 g 68,58
11 Kalium (K) g/100 g 3,61
12 Seng (Zn) mg/100 g 1,36
13 Besi (Fe) mg/100 g 29,24
14 Fosfor (P) g/100 g 0,99
15 Magnesium (Mg) g/100 g 1,50
Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat mengikat dan
mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi di bidang pengobatan,
misalnya untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir.
Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan ambeien (wasir) dan mimisan
diduga kuat berkaitan dengan kandungan taninnya.
Seperti dalam tabel di atas tumbuhan Sarang Semut kaya akan antioksidan tokoferol
(vitamin E) sekitar 313 ppm dan beberapa mineral penting untuk tubuh seperti kalsium, natrium,
kalium, seng, besi, fosfor, dan magnesium.
Analisis antioksidan dari ekstrak kasar tumbuhan sarang semut dengan menggunakan
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki
aktivitas antioksidan sedang, yaitu diperoleh nilai IC50 sebesar 48,6 ppm. Sementara alfa-
tokoferol yang merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50 diperoleh angka sebesar 5,1 ppm.
IC50 merupakan konsentrasi dari antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50%
radikal bebas. Semakin kecil nilai IC50 dari suatu antioksidan maka semakin kuat antioksidan
tersebut. Alfa-tokoferol pada konsentrasi 12 ppm telah mampu meredam radikal bebas sebanyak
96% dan persentase inhibisi ini tetap konstan untuk konsentrasikonsentrasi yang lebih tinggi dari
12 ppm. Hasil penelitian ini mempunyai makna bahwa alfa-tokoferol pada konsentrasi rendah
pun telah memiliki aktivitas peredam radikal bebas hingga mendekati 100%. Alfa-tokoferol 12
ppm telah mampu meredam radukal bebas sebanyak 96% (Subroto dan Saputro, 2008).
2.2. Tinjauan Tentang Kolesterol LDL dan HDL
Kolesterol diperoleh dari makanan atau disintesis melalui jalur yang terdapat pada
hamper semua sel tubuh. Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak dan merupakan
salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat,
protein, vitamin, dan mineral.
Kolesterol di bagi menjadi LDL, HDL, total kolesterol dan trigliserida. Hanya
seperempat dari kolesterol yang terkandung dalam darah berasal langsung dari saluran
pencernaan yang diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil produksi tubuh sendiri oleh sel-
sel hati (Yayasan Jantung Indonesia, 2003). Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang
bernama LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan,
termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density
Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke
dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.
LDL mengandung lebih banyak lemak dari pada HDL sehingga ia akan mengambang di
dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B). LDL
dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di
dinding pembuluh darah yang lama kelamaan dapat menyumbat pembuluh radah. Penyumbatan
pembuluh darah ini disebut arteriosklerosis. Apabila penyumbatan tersebut terjadi di pembuluh
darah yang menuju ke jantung, maka akan memicu terjadinya penyakit jantung, sedangkan bila
penyumbatan terjadi di pembuluh darah yang menuju ke otak, akan memicu terjadinya stroke.
Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia
membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya
kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini
mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih
berat. Tingginya kadar HDL dalam darah akan mempercepat proses pengangkutan kolesterol ke
hati, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh
darah (Wirahadikusumah, 1985).
Jika tingkat HDL seseorang adalah 50 mg / dl dan kadar kolesterol LDL adalah 150 mg /
dl ini berarti bahwa perbandingan antara LDL dan HDL adalah 3.1 dapat menghitung LDL /
HDL rasio dengan membagi tingkat LDL oleh tingkat HDL. Tingkat LDL yang disebutkan
dalam contoh ini adalah 150 dan HDL adalah 50. Jadi, rasio itu 150 dibagi oleh 50 orang yang
sama dengan 3. Namun, rasio yang ideal antara LDL dan HDL adalah 4.
Semakin baik rasio, semakin rendah kemungkinan orang menderita penyakit jantung
(Anonim, 2006). Tingkat ideal kolesterol LDL kurang dari 100mg/dl, tetapi dapat diterima
bahkan sampai 129mg/dl. Sesuatu yang lebih dari itu adalah buruk. Demikian pula, tingkat ideal
untuk HDL kolesterol adalah 40mg/dl. Hal ini karena tingkat tinggi kolesterol LDL dapat
menyumbat arteri dan menyebabkan serangan jantung.
Berdasarkan uraian di atas, maka LDL dan HDL dapat diklasifikasikan sesuai dengan
Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2 : Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida LDL ("Kolesterol jahat”)
Kurang dari 100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Batas normal tertinggi
160-189 Tinggi
Lebih dari 190 Sangat tinggi
HDL ("Kolesterol Baik”)
Kurang dari 40 Rendah
Lebih dari 60 Tinggi
Total cholesterol (TC)
Kurang dari 200 Yang diperlukan
200-239 Batas normal tertinggi
Lebih dari 240 Tinggi
Trigliserida (TGA)
Kurang dari 150 Normal
150-199 Batas normal tertinggi
200-499 Tinggi
Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi Sumber: Yayasan jantung Indonesia, 2003
2.3. Radikal Bebas
Pada proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar
disebut sebagai radikal bebas. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom
maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan
juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk
menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus
dan bakteri. Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat
merusak jaringan normal.apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu
produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel dan mempengaruhi pembuluh darah.
2.4. Antioksidan
Antioksidan merupakan inhibitor penghambat oksidasi. Zat anti oksidan adalah substansi
yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas. Antioksidan menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Gordon, 1995). Berdasarkan
fungsinya antioksidan digolongkan sebagai berikut:
2.4.1 Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai pembemtuka
radikal bebas. Senya ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipid atau
mengubahnya kebentuk yang lebih stabil. Zat ini dapat berasal dari alam maupun buatan.
Antioksidan alam antara lain: Tokoferol, lesitin, sesamol, fosfasida, dan asam akrobat.
2.4.2. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja peroksida yaitu Faktor-
faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Antioksidan ini memperlambat autooksidasi
dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan
pengubahan radikal lipida ke bentuk stabil (Gordon, 1990).
2.5. Tinjauan Tentang Tikus Putih
2.5.1. Klasifikasi
Taksonomi Tikus Putih
Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataCllas : Mamalia Ordo : rodentia Famili : Muridae Genus : RattusSpesies : Rattus novergikus L
Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang dibesarkan dan disimpan
untuk penelitian ilmiah. Tikus laboratorium telah digunakan sebagai model hewan yang penting
untuk penelitian di bidang psikologi, kedokteran, dan bidang lainnya.
Tikus putih dipilih sebagai hewan percobaan karena tikus mempunyai banyak
keunggulan. Pertama, banyak gena tikus relatif mirip dengan manusia, kedua, dalam binatang
menyusui (mamalia), kemampuan berkembangbiak tikus sangat tinggi, relatif cocok untuk
digunakan dalam eksperimen massal. Selain itu, tipe bentuk badan tikus kecil, mudah dipelihara
dan obat yang digunakan di badannya dapat relatif cepat termanifestasi.
2.6. Hipotesis
Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
tradisional, serta mengandung bahan-bahan anti oksidan. Berdasarkan hal tersebut, maka hiptesis
yang diajukan pada penelitian ini adalah:
“Terdapat pengaruh pemberian ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry)
terhadap peningkatan HDL dan Penurunan LDL tikus putih (Rattus novergicus L)”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di dua laboratorium yaitu Laboratorium Kimia untuk pembuatan
ekstrak Myrmecodia pendens dan Laboratorium Biologi Untuk pengaklimatisasian hewan uji
serta pengambilan sampel darah. Analisis data dilakukan di Biolab Prodia.
3.2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus L)
sebanyak 20 ekor
3.3. Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sarang semut Myrmecodia pendens.
3.4. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif adapun metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan desain rancangan acak lengkap (RAL).
Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan sehingga jumlah
unit percobaan 4 x 5 = 20.
Keterangan :
Perlakuan A : (Kontrol) diberi pakan standar
Perlakuan B : diberi pakan standar, kuning telur
Perlakuan C : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut dengan
dosis 252 mg/200 gr BB tikus.
Perlakuan D : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut dengan
dosis 504 mg/200 gr BB tikus.
Perhitungan dosis didasarkan pada perhitungan dosis manusia yaitu, 10 Gram (Subroto,
2008), sedangkan dosis untuk hewan uji harus dikonfersi terlebih dahulu. Angka konversi dari
manusia ke tikus adalah 0,018. Berat tikus adalah sekitar 200 gr, oleh karena itu, dosis ekstrak
sarang semut untuk tikus dikonversikan sebagai berikut:
70/50 x 10.000 mg x 0,018 = 252 mg/200 gr BB Tikus
= 1,26 mg/gr BB Tikus
3.5. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (X) yaitu sarang semut jenis Myrmecodia pendens
2. Variabel terikat (Y) yaitu LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus)
3.6. Teknik Pengumpulan Data
3.6.1. Alat dan Bahan
3.6.1.1. Alat
1. Kandang tikus, digunakan sebagai pemeliharaan tikus pada saat perlakuan
2. Neraca Analitik untuk menimbang bahan uji
3. Sonde lambung untuk memasukkan bahan uji melalui oral tikus
percobaan
4. Tabung reaksi, digunakan untuk sebagai wadah untuk menyimpan sementara ekstrak sarang
semut
5. Mikrohematokrit berfungsi untuk pengambilan darah
6. Blender, digunakan untuk menghaluskan bahan uji
7. Tabung haematokrit untuk menampung sampel darah
8. Pipet untuk mengambil bahan cair yang dibutuhkan selama penelitian
9. Kertas label digunakan untuk membedakan antar perlakuan
10. Sarung tangan untuk melindungi tangan pada saat memegang hewan uji atau membuat
ekstraksi sarang semut
11. Masker untuk melindungi pernafasan pada saat penelitian
12. Kamera untuk mendokumentasi penelitian
13. Alat tulis untuk mencatat data penelitian.
3.6.1.2. Bahan
1. Ekstrak sarang semut
2. Aquades untuk kelompok control
3. Pakan untuk tikus, yaitu pakan ternak untuk anak ayam
4. Darah tikus
5. Kit uji kolesterol merk diasys
6. Etanol 96% untuk materasi pada saat pembuatan ekstrak sarang semut.
3.6.2. Prosedur Penelitian
3.6.2.1. Untuk Persiapan Bahan Uji
1. Sarang semut dibersihkan dan di keringkan
2. Sebelum dikeringkan, sarang semut disayat tipis untuk mempercepat pengeringan
3. Pembuatan serbuk: bahan yang telah kering dijadikan serbuk dengan cara grainer sampai
halus dan diayak sehingga diperoleh serbuk yang homogen.
4. Ekstraksi serbuk dengan etanol, dimaserasi selama 24 jam. Kemudian di filtrasi sehingga
menghasilkan filtrate, filtrate diuapkan sehingga diperoleh ekstrak yang dibutuhkan.
3.6.2.2. Untuk Hewan Uji
1. Mengaklimatisasi hewan uji selama 2 minggu
2. Menimbag hewan uji sebanyak 20 ekor
3.6.2.3. Perlakuan
Dua puluh ekor tikus jantan dikelompokkan menjadi empat kelompok secara acak dengan
masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor. Kelompok A diberi pakan standar (Kontrol),
Kelompok B diberi pakan standard dan kuning telur dosis 1,5 gr/BB Tikus, Kelompok C diberi
pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut 252 mg/200 gr BB Tikus dan kelompok D
diberi pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut 504 mg/200 gr BB Tikus. Ekstrak
sarang semut diberikan secara oral setiap hari dengan menggunakan sonde lambung untuk tikus.
Perlakuan diberikan selama 4 minggu. Pada akhir penelitian dilakukan pemeriksaan kadar
kolesterol HDL dan LDL.
3.6.2.4. Pengambilan Data
Pengukuran kadar HDL
Reagen siap pakai
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
Suhu : 20 – 250C, 370C
Presipitasi
Pipet ke dalam tabung SampelSampel 200 ul
Reagen HDL Cholesterol 500 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar
Sentrifus 10 menit pada 400 g
Blangko SampelHDL Supernatan - 100 ul
Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C
Baca pada Spektofotometer
Pengukuran kadar LDL
Reagen siap pakai
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
Suhu : 20 – 250C, 370C
Presipitasi
Pipet ke dalam tabung SampelSampel 100 ul
Reagen LDL Cholesterol 1000 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar
Sentrifus 10 menit pada 400 g
Blangko SampelLDL Supernatan - 100 ul
Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C
3.7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Analisis data dilakukan dengan dua cara
yaitu analisis deskiptif dan analisis statistik. Data kuantitatif yang diperoleh melalui analisis
deskriptif yaitu kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL dianalisis secara statistic dengan uji
Kruskal-wallis (H Test.)
Rumus Kruskal-wallis:
H=12N ( N+1 ) [∑j=1
k R j2
n j]−3( N+1)
Murti (1996 : 111)
Dengan :
k = banyaknya sampel (independen)
nj = Ukuran sampel ke-j dengan, j = 1,2,...,k.
N = Jumlah pengamatan seluruh kelompok sampel
Rj = Jumlah peringkat pada sampel ke-j, dengan j = 1,2,...,k.
dengan terlebih dahulu menentukan derajat keper cayaan α dan nilai χ2 yang ditentukan
oleh derajat kebebasan (dk) = k – 1 : χ2 α(k-1). Keputusan statistic diambil dengan cara
membandingkan H hitung dengan nilai chi-kuadrat. Statistic H langsung dapat dibandingkan
dengan nilai kritis χ2 tabel dengan derajat bebas = k-1 dan tingkat ksemaknaan α (0,05).
Selanjutnya jika terdapat pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan torrie, 1980; 1988)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Apakah Bagus Rasio Untuk LDL terhadap HDL. Online. Tersedia di : http://www.scumdoctor.com/Indonesian/nutrition/cholesterol/hdl/What-Is-Good-Ratio-For-Ldl-To-Hdl.html. Diakses tanggal 4 Oktober 2010.
Anonim, 2009. Penyakit jantung koroner. Tersedia di: http://www.wyethindonesia.com/$$Anti%20Oksidan.html?menu_id=233&menu_item_id=3. Diakses tanggal 8 Oktober 2010.
Baraas, F. 1993. Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gordon MH, 1990. The mechanism of antioxidants action invitro, In: Hudson BJF, editor. Food Antioksidants. Elsiver Aplieed Science, London
Kotiah, 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Kadar Kolesterol HDL Dan LDL Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi. Terseia di: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0172/9cec3420.dir/doc.pdf.
Kandaswami & Middleton. 1997. Kandungan flavonoid jadi kekuatan ampuh.www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi2.htm
Murti, Bisma . 1996. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu Kesehatan. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Nurwahyunani, 2006. efek ekstrak daun sambung nyawa terhadap kadar kolesterol ldl dan kolesterol hdl darah tikus diabetik akibat induksi streptozotocin.Tersedia di : http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHf05e.dir/doc.pdf
Subroto Ahkam & Hendro Saputro. 2008. Gempur Penyakit Dengan Sarang Semut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sitompul B, 2003. Antioksidan dan penyakit aterosklerosis, Medika XXIX(6) : 373-377.
Steel R.G.D. & J. H. Torrie., 1980. Principle of Statistics for University. Edition. Mc Graw Hill, California. pp. 168-214.
Wirahadikusumah. 1985. Biokimia Metabolisme Karbohidrat dan Lipid.Bandung : ITB.
Lavelle Peter, Cholesterol is essential in the body, but too much of the wrong kind of cholesterol increases your risk of heart disease. How do you keep your cholesterol levels healthy?. Tersedia di: http://www.abc.net.au/health/library/stories/2006/08/03/1829380.htm
Sumber: Yayasan jantung Indonesia, 2003. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/13893/2/bab_1-3.pdf