referat omsk dengan komplikasi

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian. Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu ditegakkan diagnosis yang tepat dan dini pada penderita OMSK sehingga penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera dilakukan. 1.2 Batasan Masalah Refrat ini membahas mengenai “Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)”, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan dan prognosis OMSK. 1

Upload: masykura

Post on 26-Jun-2015

1.811 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat OMSK Dengan Komplikasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal

dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK

menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh

sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah

terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna

seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian. Perburukan

penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu

ditegakkan diagnosis yang tepat dan dini pada penderita OMSK sehingga

penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera dilakukan.

1.2 Batasan Masalah

Refrat ini membahas mengenai “Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)”,

meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis,

komplikasi, penatalaksanaan dan prognosis OMSK.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk memahami mengenai definisi, epidemiologi,

etiologi, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan

dan prognosis “OMSK”.

1.4 Metode Penulisan

Refrat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai

literatur.

1

Page 2: Referat OMSK Dengan Komplikasi

1.5 Manfaat Penulisan

Penulisan refrat ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman

mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis,

diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis “OMSK”.

2

Page 3: Referat OMSK Dengan Komplikasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau

hilang timbul.1

2.2 EPIDEMIOLOGI

Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK

dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai

pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit

hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK

ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan

beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan

kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar

untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.1

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal

definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia

akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya

(39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi

OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien

yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.1

2.3 ETIOLOGI

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri

dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius

saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal

termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus.

Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans (Streptococcus A

hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus).2

3

Page 4: Referat OMSK Dengan Komplikasi

2.4 PATOGENESIS

Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal

menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang

menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum

timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media,

OM).1

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan

akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan

tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi

tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan

posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak

akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM

daripada dewasa.1

Gambar 1. Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa3

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring

melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari

telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan

pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit,

4

Page 5: Referat OMSK Dengan Komplikasi

dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi

tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran

sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin

kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan

terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.1

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu

lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium

dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai

sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah.

Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke

bentuk lapisan epitel sederhana.1

2.5 KLASIFIKASI OMSK4

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala

klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang

mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas

atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan

tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan

derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret

mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa

telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

Fase aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang

dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid

5

Page 6: Referat OMSK Dengan Komplikasi

sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai

perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang

telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang

luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif

gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan

atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang

berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

Fase tidak aktif / fase tenang

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.

Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam

telinga.

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

– Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis

– Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis

– Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang

terkontaminasi

– Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia

– Otitis media supuratif akut yang berulang

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih

sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang

mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,

terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2

tipe yaitu :

1. Kongenital

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis

(1965) adalah :

6

Page 7: Referat OMSK Dengan Komplikasi

– Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

– Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel

undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang

temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli

saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

2. Didapat.

Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong

retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi

dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami

perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal : mereka menjadi

area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membrane timpani.

Epitel skuamosa pada membrane timpani normalnya membuang lapisan

sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi

dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada

akhirnya membentuk kolesteatoma.

Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat sulit

dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami ‘perforasi’ dalam

arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat kecil, merupakan suatu

lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti

botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin.

Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia

skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi

kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di sekitar

pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal.

Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat,

yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel. Granuloma

kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya

hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan pada telinga

tengah atau mastoid.

7

Page 8: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari

eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi benda

asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

Gambar 2. Perjalanan Penyakit OMSK3

2.6 DIAGNOSIS5

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)

tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar

sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar

mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga

tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang

8

Page 9: Referat OMSK Dengan Komplikasi

timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau

kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang

sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk

degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada

OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena

rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom

yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan

tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran

mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun

kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak

dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang

pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran

menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari

besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem

pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli

konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga

kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang

didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya

infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel

labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan

terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

9

Page 10: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu

tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses

otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.

Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal

abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan

vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding

labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara

yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya

karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah

terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan

meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari

telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana

mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada

membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

TANDA KLINIS

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

PEMERIKSAAN KLINIK

10

Page 11: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.

Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar

dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran

suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita

OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke

dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan

penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal

terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan

pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,

tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian

ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada

frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969.

Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.

Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta

penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan

bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan

pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

11

Page 12: Referat OMSK Dengan Komplikasi

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih

utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan

hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran

dengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking

adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai

diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.

Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih

kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang

normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom

Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral

dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral

dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat

membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.

2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan

tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah

kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang

lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga

dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.

4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan

dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-

12

Page 13: Referat OMSK Dengan Komplikasi

tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis

horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil

X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih

anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

– Cholesteatoma.

Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori

yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer,

tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang

sebenarnya.

– Secondary acquired cholesteatoma.

Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis

biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal

pada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna

yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau

kantong retraksi membran timpani pars tensa.

2.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-

faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang

menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat

ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat

-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.5

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

pengobatan dapat dibagi atas5 :

1. Konservatif

2. Operasi

OMSK BENIGNA TENANG

13

Page 14: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek

telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat

bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya

dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi

berulang serta gangguan pendengaran.5

OMSK BENIGNA AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah5 :

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

2. Pemberian antibiotika :

antibiotika/antimikroba topikal

antibiotika sistemik

ad 1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)

Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan

mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan

mikroorganisme.

Bagan 1. Pengerjaan aural toilet6

Cara pembersihan liang telinga (aural toilet)5 :

1. Aural toilet secara kering ( dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik

berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh

anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga

kering.

14

Page 15: Referat OMSK Dengan Komplikasi

2. Aural toilet secara basah ( syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan

kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk

membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian

lain dan ke mastod. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat

menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk

antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.

3. Aural toilet dengan pengisapan ( suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah

metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang

berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi

drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini

dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga

dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan “ displacement

methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

Ad 2. Pemberian antibiotik topikal

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika topikal untuk

OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan secret yang banyak

tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi

diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi

dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk

untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit

dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal

sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan

jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat

pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak

dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1

15

Page 16: Referat OMSK Dengan Komplikasi

minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan kultur

kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes

telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.5

Bubuk telinga yang digunakan seperti5 :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif,

dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin

dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram

negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena

meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan

beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif. Seperti

aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram

negative. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.5

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison,

bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata.

Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila

diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali

Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya.

Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida

akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.5

Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media Supuratif

Kronik (OMSK) adalah6 :

16

Page 17: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Catatan:

Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk

mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang memiliki

aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram positifterutama

Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini dapat disebabkan

adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi sistemik diberikan pada pasien

yang gagal dengan terapi topikal. Jika fokus infeksi di mastoid, tentunya tidak dapat

hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik sistemik (seringkali IV) dapat

membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya pasien di rawat di RS untuk

mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. Terapi dilanjutkan hingga 3-4 minggu

setelah otore hilang.

Ad. 3. Pemberian antibiotika sistemik

Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur

kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor

penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.5

Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh antimikroba

terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-

masing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing-masing jaringan tubuh

17

Page 18: Referat OMSK Dengan Komplikasi

dan toksisitas obat terhadap kondisi tubuh. Berdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh

terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama

antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat,

makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon.

Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya

paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini,

misalnya golongan beta laktam.5

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah5.

Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin dan ofloksasin) mempunyai

aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan diberikan

untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III

(sefotaksim, seftazidim dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus

diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK

belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek

bakterisid untuk kuman anaerob. Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif, dosis

400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.5

OMSK MALIGNA

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya

dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.5

18

Page 19: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain5 :

1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

Bagan 2. Pembedahan pada tatalaksana OMSK6

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran

yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.5

Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut5 :

19

Page 20: Referat OMSK Dengan Komplikasi

BAB III

KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Otitis media supuratif kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena

komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.

20

Page 21: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang

menyebabkan otore. Pemberian antibiotika telah menurunkan insiden komplikasi.

Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan

menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe

maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang

virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra

kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK yang

berhubungan dengan kolesteatom.7

3.1 Penyebaran Penyakit7

Komplikasi OMSK terjadi apabila sawar ( barrier ) pertahanan telinga tengah

yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.

Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran

nafas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawr ini runtuh, masih ada sawr kedua, yaitu

dinding tulang kacum timpani dan sel mastoid. Bila sawr ini runtuh, maka struktur lunak

disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan terjadinya abses

subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah

ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis.

Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis,

meningitis dan abses otak.

Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan

granulasi akan terbentuk. Pada OMSK penyebaran terjadi mellui erosi tulang. Cara

penyebaran lainnya adalah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui

fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik, dan duktus

endolimfatik.

Dari gejala dan tanda yng ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu

infeksi telinga ke intrakranial.

3.1.1 Penyebaran Hematogen

Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya (1)

komplikasi terjadi paa awal suatu nfeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada hari

pertama atau kedua sampai hari ke sepuluh. (2) gejala prodormal tidak jelas seperti

21

Page 22: Referat OMSK Dengan Komplikasi

didapatkan pada gejala meningitis lokal. (3) Pada operasi, didapatkan dinding tulang

telinga tegah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradan dan mudah berdarah,

sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika.

3.1.2 Penyebaran melalui erosi tulang

Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila (1) komplikasi etrjadi

beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit. (2) gejala prodormal infeksi lokal

biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya paresis n.fasiaringan yang

hilang timbul mendahului paresis n.fasialisyang total, atau gejala meningtis lokal

mendahului meningitis purulen. (3) pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang

rusak diantara fokus supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang

terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi

3.1.3 Penyebaran melalui jalan yang sudah ada

Penyebaran melalui jalan ini dapat diketahui bila (1) komplikasi terjadi pada

beberapa mingggu setelah awal penyakit, (2) ada serangan labirinitis atau meningitis

berulang, mugkin dapat ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat

otitis media yang sudah sembuh. Kompliksi intrakranial mengikuti komplikasi labirinitis

supuratif. (3) pada operasi ditemukan jalan penjalaran melalui sawr tulang yang bukan

oleh karena erosi

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial melewati 3 macam lintasan :

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk kejaringan otak.

Ad. 1 . Penyebaran ke selaput otak dapat terjadi akibat dari beberapa faktor.

Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang

lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi. Labirin

22

Page 23: Referat OMSK Dengan Komplikasi

juga dapat dianggap sebagai jalan penyebaran yang sudah ada, menyebabkan mudahnya

infeksi ke fosa kranii media. Jalan lain penyebaran ialah melalui tromboflebitis vena

emisaria menembus dinding mastoid ke duramater dan sinus duramater. Tromboflebitis

pada susunan kanal haversian yang (osteitis atau osteomielitis) merupakan faktor utama

penyebaran menembus sawar tulang daerah mastoid dan telinga tengah.

Ad 2. Penyebaran menembus selaput otak.

Dimulai begitu penyakit mencapai duramater, menyebabkan pakimeningitis. Duramater

akan menebal, hiperemi, dan menjadi lebih melekat ke tulang. Jaringan granulasi

terbentuk pada bagian duramater yang tidak melekat, dan ruang subduramater akan

terobliterasi.

Ad 3. Penyebaran ke jaringan otak.

Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah di antara ventrikel dan permukaan

korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat

terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang

berakhir didaerah vaskular subkortek.

3.2 Diagnosis Kompliksi yang Mengancam

Pengenalan yang baik terhadap perkembngan suatu penyakit telinga merupakan

prasyarat untuk mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dalam medikamentosa tidak

berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak berhentinya otorea, dan pada pemeriksaan

otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan

maka harus diwaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya

suhu tubuh, nyeri kepala atau adayna tanda toksisitas seperti malaise, perasaan

mengantuk (browsines), somnolen atau gelisah yang menetap dapat merupakan tanda

bahaya. Timblnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan adanya keluhan mual,

muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selam terapi diberikan

merupakan tanda komplikasi intrakranial.

Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran penyakit dapat erjadi setelah sekret berhenti

keluar, hal ini menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.

23

Page 24: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Pemeriksaan radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan kerusakan

dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan pemeriksan CT-Scan. Erosi

tulang merupakan tanda nyata komplikasi dan memerlukan tindakan operasi segera. CT

scan bermanfaat menegakkan diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih ceoat dan

efektif.

Untuk melihan lesi otak, misalnya abses otak, hidrosefalusndan lain-lain dapat

dilakukan pemeriksaan CT scan otak tanpa dan dengan kontras.

3.3 Klasifikasi kompliksi OMSK

Peberapa penulis mengemukakan klasifikasi kompliksai otitis media yng

berlainan, tetpi dasarnya tetap sama.

Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut7 :

A. Komplikasi di telinga tengah :

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf ( sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

24

Page 25: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam :

A. Komplikasi otologik

1. Mastoiditis koalesen

2. Petrositis

3. Paresis fasialis

4. Labirinitis

B. Komplikasi Intrakranial

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Abses subdural

4. Meningitis

5. Abses otak

6. Hidrosefalus otitis

Shambough (1980) membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal :

A. Komplikasi meningeal

1. Abses ekstradural dan abses perisinus

2. Meningitis.

3. Tromboflebitis sinus lateral

4. Hidrosefalus otitis

5. Otore likuor serebrospinal

B. Komplikasi non meningeal.

1. Abses otak.

2. Labirinitis.

3. Petrositis.

4. Paresis fasial.

3.4 Komplikasi di telinga tengah

Akibat infeksi di telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif.pada membrn timpani

yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang penengran terputus, akan menyebabkan tuli

konduktif yang berat. Biasanya derjat tui konduktif tidak selalu berhubungan dengan

25

Page 26: Referat OMSK Dengan Komplikasi

penyakitnya, sebab jaringan patologis yang tedapat di kavum timpani pun , misalnya

koleseatoma dapat menghantar suara ke telinga dalam.

3.4.1 Perforasi membaran Timpani Persisten

3.4.2 Erosi Tulang Pendengaran

3.4. 3Preseis Nervus Facialis.

Nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis pada

otitis media akut. Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh

kolesteatomatau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis

tersebut.

Pada OMSK tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa harus menunggu

pemeriksaan elektrodiagnostik.

3. 5 Komplikasi di Telinga Dalam

Apabila tedapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi, ada

kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat

( fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya

tidak menimbulkan keluhan pada pasien, akan tetapi apabila kerusakan telah menyebar ke

koklea akan menjadi maslah. Hal ini sering dipakai sebagai indikasi untuk melakukan

meringotomi segera pada pasien OMA yang tidak membaik dalam 48 jam dengan

pengobatan medikamentosa saja.

Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatom atau infeksi langsung ke

labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran, misalnya vertigo,

mual dan muntah serta tuli saraf.

3.5.1 Fistula Labirin

OMSK terutama yang dengan kolesteatom dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada

bagian vestibuler labirin sehingga terbentuk fistula. Pada keadan ini, infeksi dapat masuk

sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya terjadi kompliksai tuli total atau meningitis

26

Page 27: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula yaitu dengan memberikan tekanan

udara positif ataupun negatif ke liang telinga melalui otoskop Siegel dengan corong

telinga yang ked atau balon kare dengan bentuk elips. Pada ujungnya yang dimasukkan

ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan

perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten, maka

akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membran. Tes fistula positif akan

menimbulkan nistagmus atau vertigo. Tes vistula bisa negatif, bila fistulanya sudah

tertutup ileh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati/paresis kanal.

Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT scan yang baik kadang-kadang dapat

memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis

horisontal.

Pada fistula labirin atau labirinitis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan

infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan

bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan

jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus

segera ditutup dengan jaringan ikat atau sekeping tulang/ tulang rawan.

3.5. 2 Labirinitis Supuratif

Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinits umum (general),

dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas

(labirinitis sirkumskripta) menyebabkan vertigo saja atau tuli saraf saja.

Labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruangan perilimfa. Terdapat dua bentuk

labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berupa

labirinitis serosa difus dan labirinitis sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam

bentuk labirinitis akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

27

Page 28: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa infasi sel radang,

sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginfasi labirin, sehingga terjadi

kerusakan yang irreversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghialangkan

infeksi dari telinga tengah. Kadang-kaang diperlukan juga drainase nanah dari labirin

untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutam

ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan/ tanpa kolesteatoma.

3.5.3 Tuli Saraf ( Sensorineural )

3.6 Komplikasi Ekstradural

3.6.1 Abses Ekstra Dural

Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah diantara duramater dan tulang. Pada otitis media

supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan kolesteatoma yang

menyebabkan erosi tegmen atau mastoid.

Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto rontgen

mastoid yang baik, terutama posisi schuller, dapat dilihat kerusakan di lempen tegmen (tegmen

plate) yang ,menandakan tembusnya tegemen. Pada umumnya abses ini baru diketahui pada

waktu operasi mastoidektomi.

3.6.2 Trombosis Sinus Lateralis

Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan menyebabkan terjadinya

trombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering ditemukan pada zaman pra-antibiotik, tetapi kini

sudah jarang terjadi.

Demam yang tidak dpat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi

pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik, tetapi setelah penyakit menjadi berat

didapatkan kurve suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan menggigil. Kurve

suhu demikian menandakan adanya sepsis.

Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses perisinus. Kultur darah

biasanya positif, terutama bila darah diambil ketika demam.

28

Page 29: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Pengobatan haruslah dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel-sel mastoid,

membuang tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik, atau membuang

dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk trombus harus juga dilakukan

drenase sinus dan mengeluarkan trombus. Sebelum itu dilakukan dulu ligasi vena jugulare interna

untuk mencegah trombus terlepas ke paru dan ke dalam tubuh lain.

3.6.3 Petrositis

Kira-kira sepertiga dari populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel-sel udara

sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa cara penyebaran infeksi dari telinga tengah ke

os petrosum. Yang sering ialah penyebaran langsung ke sel-sel udara tersebut.

Adanya pertositis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien otitis media terdapat keluhan

diplopia, karena kelemahan n.VI. sering kali disertai dengan rasa nyeri di daerah parietal,

temporal atau oksipital, oleh karena terkenanya n.V, ditambah dengan terdapatnya otore yang

persisten, terbentuklah suatu sindrom yang disebut sindrom Gradenigo.

Kecurigaan terhadap petrositis terutama bila terdapat nanah yang keluar terus menerus

dan rasa nyeri yan menetap pasca mastoidektomi. Pengobatan petrositis ialah operasi serta

pemberian antbiotika protokol komplikasi intrakranial. Pada waktu melakukan operasi telinga

tengah dilakukan juga eksplorasi sel-sel udara tulang petrosum serta mengeluarkan jaringan

patogen.

3.6.4 Abses Subdural

Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses eksradural biasanya sebagai

perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena.

Gejalanya dapat berupa demam , nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai koma

pada pasien OMSK. Gejala kelainan susunan saraf pusat bisa berupa kejang, hemiplegia dan pada

pemeriksaan terdapat tanda kernig positif.

Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis. Paa abses

subdural pada pemeriksaan likuor serebrospinal kadar protein biasanya normal dan tidak

ditemukan bakteri. Kalau pada abses ekstradural nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi,

pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah saraf (neuro-srgical), sebelum

dilakukan operasi mastoidektomi.

3.6.5 Mastoiditis8

29

Page 30: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam pneumatic

system selulae mastoid melalui antrum mastoid. Walau dalam praktek kejadian

komplikasi ini rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk

menghindari komplikasi.

Gejala klinis OMSK yang dicurigai MA antara lain otore purulen kental dalam jumlah

banyak dan bau, tak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan antibiotika selama dua

minggu, nyeri belakang telinga. Pada pemeriksaan fisik mungkin akan ditemukan

granulasi di dinding superoposterior kanalis auditorius eksterna, perforasi membran

timpani, abses/fistel retroaurikula. Pada beberapa kasus dapat dijumpai perluasan abses

ke ruang/rongga dalam leher sekitar mastoid seperti m.digastrikus,

m.sternokleidomastoideus (Bezold’s mastoiditis) dan paralisis nervus fasialis.

Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos mastoid

Schuller maupun CT scan mastoid.

Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi; meliputi dua hal

penting : pertama pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan

sekret) kedua antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman

empirik dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya berdasarkan

efektifitas kemampuan mengeliminasi kuman (mujarab), resistensi, keamanan, risiko

toksisitas dan harga.

3.7 Komplikasi ke Susunan Saraf Pusat

3.7.1 Meningitis

Meningitis

Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering ialah meningitis.

Keadaan ini dapat terjadi oleh otitis media akut, maupun kronis , serta dapat terlokalisasi, atau

umum (general). Walau secara klinik kedua bentuk ini mirip, pada pemeriksaan likuor

serebrospinal terdapat bakteri pada bentuk yang umum (general), sedangkan pada bentuk yang

terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.

Gambaran klinik meningitis biasanya berupa kaku kuduk,kenaikan suhu tubuh, mual,

muntah yang kadang-kadang muntahnya muncrat (proyektil), serta nyeri kepal hebat. Pada kasus

30

Page 31: Referat OMSK Dengan Komplikasi

yang berat biasanya kesadaran menurun (delir smpai koma). Pada pemeriksaan klinik terdapat

kaku kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif. Biasnaya kadar gula menurun

dan kadar protein meninggi di likuor serebrospinal.

Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan mengobati meningitisnya dulu dengan

antibiotik yang sesuai, kemudian infeksi di telinganya ditanggulangi dengan operasi

mastoidektomi.

3.7.2 Abses Otak

Abses otak otogenik merupakan salah satu komplikasi intrakranial yang sering terjadi

pada otitis media supuratif kronik tipe maligna1. Mortalitasnya masih sangat tinggi yaitu

sekitar 40%. Penyebaran infeksi melalui beberapa cara yaitu 1) melalui tegmen timpani

yang membentuk temporal abses, 2) melalui sinus sigmoid ke fossa kranii posterior yang

membentuk abses serebellum, 3) dari labirin ke sakkus endolimfatikus yang membentuk

abses serebellum. Dapat juga melalui vena-vena dan 4) melalui meatus akustikus

internus. Pada kasus abses otak dimana Otitis Media Suppurativa Kronik (OMSK)

sebagai faktor predisposisi, abses sering berlokasi pada lobus temporalis kemudian

diikuti oleh abses pada serebellum. Dilaporkan dari 96% abses otak,62% abses berlokasi

pada lobus temporal dan 34% pada serebellum. Proctor menyimpulkan bahwa pada era

preantibiotika angka kematian karena abses otak 50-100%.Pada saat ini dengan

penggunaan antibiotik angka kematian 12-40%.9

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang

normal dilewati sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya.

Pertahanan pertama ialah mukosa kavum timpani yang menyerupai mukosa saluran

pernapasan yang mampu melokalisasi dan mengatasi infeksi. Bila sawar ini runtuh masih

ada sawar kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini

masih runtuh maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Bila infeksi supuratif meluas

ke daerah sekitarnya, reaksi pertahanan lokal berusaha untuk bereaksi, biasanya berupa

pembentukan abses yang terlokalisasi. Perluasan menembus tegmen akan menyebabkan

abses ekstradura fossa media sedangkan perluasan menembus dinding posterior tulang

temporal dapat menghasilkan abses ekstra dura atau abses perisinus. Penyebaran melalui

selaput otak dimulai begitu penyakit mencapai dura menyebabkan pekimeningitis. Dura

31

Page 32: Referat OMSK Dengan Komplikasi

sangat resisten terhadap penyebaran infeksi sehingga akan menebal,hiperemikdan lebih

melekat ke tulang. Bila suatu abses subdura terbentuk akibat penyebaran melalui tegmen,

dapat menjadi besar karena longgarnya perlekatan dura dengan skuama os temporal.

Apabila pertahanan pertama untuk mencegah penyebaran infeksi gagal karena telah

terjadi nekrosis dura, terjadilah invasi ke ruang subdura. Walaupun biasanya ruangan ini

telah terobliterasi oleh reaksi inflamasi sebelumnya,kadang-kadang terjadi juga empiema

yang dapat meluas bahkan bisa sampai ke hemisfer kontra lateral.9

Untuk diagnosis sampai sekarang masih merupakan problem untuk para dokter karena

baik secara anamnesis, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang sangat tidak spesifik.

Kecurigaan terdapatnya abses otak pada pasien OMSK adalah bila timbul sakit kepala

yang bersifat hemikranial atau yang paling sering pada seluruh kepala, menetap dan tidak

berespon dengan pengobatan penurunan kesadaran, papil edema, defisit neurologis fokal

tidak selalu dijumpai. Akan tetapi bila terdapat hal tersebut maka kecurigaan terhadap

abses otak menjadi lebih kuat.9

Gejala dan tanda klinis abses otak mengikuti patogenesis terjadinya abses seperti yang

digambarkan oleh Neely dan Mawson yaitu :9

1. Stadium inisial: gejalanya biasanya ringan dan sering terabaikan. Penderita

mengeluh sefalgia, malaise, menggigil, rasa mengantuk, mual dan muntah. Gejala

biasanya ringan, sering terabaikan dan kadang-kadang tampak sebagai eksaserbasi

otitis media supuratif kronik. Gejala ini dapat menghilang dalam beberapa hari.

2. Stadium laten: secara klinis tidak jelas karena gejala berkurang, kadang-kadang

masih terdapat malaise, kurang nafsu makan dan sakit kepala yang hilang timbul.

Pada stadium ini abses terlokalisir dan terjadi pembentukan kapsul. Gejala ini

dapat timbul beberapa minggu dan kadang-kadang sampai beberapa bulan.

3. Stadium manifest : pada stadium ini abses mulai membesar dan menyebabkan

gejala bertambah. Pada stadium ini dapat terjadi kejang fokal atau afasia pada

abses lobus temporalis sedangkan pada abses serebellum dapat terjadi ataksia atau

tremor yang hebat. Gejala klinik pada stadium ini terjadi karena peningkatan

tekanan intrakranial dan gangguan fungsi serebrum atau serebellum yang

menyebabkan tanda dan gejala fokal. Gejala dan tanda peningkatan tekanan

32

Page 33: Referat OMSK Dengan Komplikasi

intrakranial berupa; i) sakit kepala yang hebat, memburuk pada pagi hari, ii) mual

dan muntah biasanya bersifat proyektil terutama bila lesi pada serebellum, iii)

perubahan tingkat kesadaran berupa lethargi, kelemahan yang progresif, stupor

edema biasanya tidak tampak pada kasus dini. Gejala ini tampak bila peningkatan

tekanan intrakranial bertahan selama 2-3 minggu dan v) denyut nadi lambat dan

temperature subnormal.

4. Stadium akhir: pada stadium ini kesadaran makin menurun dari stupor sampai

koma dan akhirnya meninggal yang disebabkan karena ruptur abses ke dalam

sistem ventrikel dan rongga subarakhnoid1. Pemeriksaan penunjang untuk

menegakkan diagnosis dapat berupa:

1.Laboratorium: umumnya jumlah lekosit normal atau meningkat

(<15.000/m3);

Lumbal punksi: analisis liquor cerebro spinalis (LCS) pada abses otak

tidak spesifik dan tindakan ini merupakan kontraindikasi untuk

membuktikan kecurigaan abses otak.Penurunan kesadaran dapat terjadi

pada 20% pasien yang dilakukan LP.

Foto polos kepala, kurang bermakna, mungkin dapat memperlihatkan

pergeseran kelenjar pineal yang mengalami kalsifikasi.

Computed tomography (CT) Scan kepala: pemeriksaan ini sangatlah

penting untuk menegakkan diagnosis abses otak merupakan pemeriksaan

non invasif. Sebaiknya dilakukan dengan kontras. Pada pemeriksaan

dengan kontras, abses otak tampak sebagai daerah hipodens yang

dikelilingi oleh lingkaran yang disebut tanda cincin (ring sign), penting

untuk mengetahui ukuran dan lokasi abses serta membantu memantau

perkembangan abses selama pengobatan.

Magnetic resonance imaging (MRI): membantu mengidentifikasi abses

otak pada stadium lebih awal dan lebih sensitif dalam mendeteksi

penyebaran ekstra parenkimal ke ruang subarakhnoid.

Prinsip terapi abses otak adalah menghilangkan fokus infeksi dan efek massa. Terapi

medikamentosa dengan antibiotik dapat diberikan pada abses otak bila:9

33

Page 34: Referat OMSK Dengan Komplikasi

1. Keadaan pasien akan menjadi buruk bila tindakan bedah dilakukan

2. Terdapatnya abses multipel terutama bila lokasinya saling berjauhan

3. Letak abses di sebelah dalam atau daerah yang membahayakan

4. Bersamaan dengan meningitis

5. Bersamaan dengan hidrosefalus yang memerlukan shunt yang dapat menyebabkan

infeksi pada tindakan bedah

6. Bila setelah pemberian antibiotik pada 2 minggu pertama ukuran abses menjadi

kecil. Pada penanganan medikamentosa diberikan antibiotik dosis tinggi secara

parenteral. Pemberian antibiotik dapat dikombinasikan karena biasanya terjadi

infeksi campuran dan diindikasikan pada infeksi yang berat.Pemilihan antibiotik

biasanya sulit karena adanya variasi bakteri penyebab abses otak. Biasanya

diberikan golongan penisilin untuk bakteri gram positif dan aminoglikosida untuk

bakteri gram negatif dan yang lebih penting bakteri anaerob. Kombinasi

penisilinase-resisten penisilin dan aminoglikosida dapat digunakan untuk bakteri

aerob gram positif dan gram negatif. Kombinasi sefalosforin generasi ketiga dan

metronidazol yang dapat melalui sawar darah otak dan merupakan efektif untuk

bakteri anaerob. Harus diusahakan agar dapat diperoleh bahan baku untuk kultur

dan tes kepekaan. Tes kepekaan dapat membantu pemilihan antibiotik dan

diberikan sampai suhu badan menjadi normal. Kortikosteroid diberikan sebagai

terapi tambahan untuk mengurangi pembengkakan otak dan efek desak ruang

yang disebabkan oleh abses. Dapat diberikan 4 mg tiap 6 jam secara intravena.

Mengenai kapan dilakukan tindakan bedah pada abses otogenik ada beberapa pendapat

dari para ahli. Saat kondisi pasien sudah stabil maka tindakan mastoidektomi dapat

dilakukan dan biasanya sesudah 3-4 hari sesudah kraniotomi atau dapat lebih cepat

tergantung keadaan umum pasien. Akan tetapi sebelum tindakan bedah dilakukan maka

diberikan dulu antibiotik spektrum luas selama 2 minggu 1.9

Pendapat yang lain mengatakan bahwa operasi mastoid dan bedah saraf dilakukan pada

waktu yang berdekatan. Kontaminasi infeksi yang terus menerus dari mastoid ke jaringan

otak akan menyebabkan respon pengobatan menjadi buruk. Selanjutnya ada yang

berpendapat bahwa idealnya kedua operasi tersebut dilakukan bersamasama.

34

Page 35: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Pada kasus-kasus berat tentu saja hal tersebut tidak mungkin dilakukan tetapi bila

pengobatan infeksi telah berhasil mengurangi edema jaringan otak maka operasi mastoid

harus dilaksanakan. Untuk penanganan abses dilakukan oleh ahli bedah saraf dengan

pendekatan a) aspirasi melalui sawar b) eksisi abses c) insisi terbuka abses dan evakuasi

pus.9

3.7.3 Hidrosepalus Otitis

Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal yang hebat tanpa

adanya kelainan kimiawi dari likuor itu. Pada pemeriksaan terdapat edema papil, keadaan ini

dapat menyertai otitis media akut atau kronis.

Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang kabur, mual dan

muntah. Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang

mengakibatkan kegagalan absorpsi likuor serebrospinal oleh lapisan araknoid.

BAB IV

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

35

Page 36: Referat OMSK Dengan Komplikasi

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2

bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga

tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening

atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali

apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita

OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat

menyebabkan kematian.

1.2. Saran

Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari dengan

menegakkan diagnosis secara tepat dan dini, diikuti dengan penatalaksanaan yang

tepat pada penderita OMSK.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru

Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah

Kepala Leher pada Fakultas Kedokteran USU. Medan; 2007.

36

Page 37: Referat OMSK Dengan Komplikasi

2. Paparella et al. Otolaryngology. Volume II-Otology and Neuro-otology Third

Edition. WB Saunders Company; 1991. p:1363.

3. Soetjipto, damayanti et.al. Komite Nasional Penaggulangan Gangguan

Pendengaran dan Ketulian.

4. Burton, Martin et al. Hall & Collman’s Diseases of The Ear, Nose and Throat

Fifteenth Edition. Hartcourt Brace and Company Limited; 2000.p: 41-42

5. Nursiah, Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap

beberapa Antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Medan; 2003.

6. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Cermin Dunia

Kedokteran 163/vol.35 no.4/ Juli–Agustus 2008.

7. Soepardi, Efiaty Arsyad et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke enam. FKUI. Jakarta; 2007: p 79-80.

8. Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence. London;

January 2007.

37