komplikasi persalinan lintang
DESCRIPTION
KOMPLIKASI PERSALINAN LINTANGTRANSCRIPT
KOMPLIKASI PERSALINAN LINTANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan
kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang
berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan
baik pada ibu maupun janin.
Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian
letak lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto
Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut
angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %. Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan
akan dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan
infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus,
asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam
persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan
kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Angka
kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena
menegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan
ultrasonografi 3. Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo
Clinic maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd Hospital, dijumpai letak
lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun 2.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan
prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak
lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma
akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari persalinan letak lintang
2. Apa saja penyebab dari persalinan letak lintang
3. Apa tanda dan gejala dari persalinan letak lintang
4. Bagaimana mekanisme persalinan letak lintang
5. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk kehamilan dan persalinan letak lintang
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan letak lintang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari persalinan letak lintang
2. Untuk mengetahui penyebab dari persalinan letak lintang
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari persalinan letak lintang
4. Untuk mengetahui mekanisme persalinan letak lintang
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk kehamilan dan persalinan letak lintang
6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan letak
lintang
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai persalinan letak lintang
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang persalinan letak lintang lebih
dalam.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pada ibu
dengan persalinan letak lintang sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang
baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang masalah persalinan letak lintang pada ibu.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Letak lintang (Trasverse Lie ) adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada satu sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada PAP. Grenhi menyebutkan angka kejadiannya 0.3 % dan Holland 0,5-0,6 % dari
kehamilan (Hanifa,1992).
Pada letak lintang tubuh bayi memanjang tubuh kira-kira tegak lurus dengan sumbu
memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip adalah letak
lintang obliq (Cuningham,1995). Pada letak lintang sumbu anak tegak lurus atau hampir
tegak lurus dengan sumbu panjang ibu.
Terdapat 2 jenis letak lintang :
1. Presentasi bahu (Presentasi akromion ) yaitu pada letak lintang , bahu yang menjadi bagian
terendah .
2. Dorso anterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah depan, dan dorso posterior yaitu jika
punggung terdapat di sebelah belakang (DS Bratakoesoema,2005)
B. Insiden
Letak lintang terjadi pada satu dari 322 kelahiran tunggl (0.3 persen) baik di Mayo Clinic
maupun di University of Iowa (Cruikshank dan White, 1973; Johnson 1964). Angka kejadian
letak lintang berkisar antara 0,5 – 2 %. Dari beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia
dilaporkan : Medan 0,6 %, Jakarta 0,1 % (1948), Bandung 1,9 %. Grenhill melaporkan 0,3
%.5,8.
C. Klasifikasi
a. Letak kepala
1. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
2. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
b. Letak punggung
1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
3. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
4. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior
Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di
Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena
yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang
menyebabkan presentasi bokong . Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting ,
yaitu jika ruang rahim memberi kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini
mungkin, jika dinding uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada
wanita grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.
D. Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula
penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Penyebab utama Letak Lintang adalah :
1. Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Relaksasi dinding
abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan
defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya
posisi oblik atau melintang.
2. Janin prematur
3. Plasenta previa
4. Uterus abnormal
5. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati, Cairan
amnion berlebih
6. Panggul sempit
7. Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar dari nullipara.
Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga
menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan
terjadinya posisi oblik / melintang.
8. Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa.
E. Diagnosis
1. Inspeksi
Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
a. Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
b. Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul
c. Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3. Auskultasi
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a. Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan
tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri,
ketiak menutup ke kiri.
c. Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun
pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
F. Tanda dan Gejala
1. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri membentang
sedikit diatas umbilikus.
2. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
3. Pada palpasi :
a. Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
b. Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka
yang lain.
c. Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4. Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu dataran keras
terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior bagian kecil dapat
ditemukan pada tempat yang sama.
5. Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus
6. Pada pemeriksaan dalam :
a. Pada awal persalinan bagian presentasi akan sangat tinggi dan sangat sulit untukdijangkau.
b. Karena bagian presentasi yang buruk, selaput ketuban mungkin menggantung di vagina atau
dapat lebih cepat pecah.
c. Kelahiran stadium awal, bagian dada bayi dapat dikenali dengan adanya rasa bergigi tulang
rusuk diatas pintu atas panggul
d. Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat
dibedakan. Posisi aksila menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap. Punggung
dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan
teraba klavikula.
e. Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam rongga panggul dan salah satu
tangan atau lengan sering menumbung ke dalam vagina dan lewat vulva.
f. Pada beberapa kasus lengan dapat prolaps dan pemeriksa dapat membedakannya dengan kaki
:
1) Sikut lebih tajam daripada lutut
2) Jari tangan lebih panjang daripada jari kaki
3) Jari tangan tidak memiliki panjang yang sama
4) Tangan tidak memiliki batas sudut terhadap lengan
5) Ibu jari dapat disembunyikan ke dalam
6) Kepalan tangan dapat tertutup
7) Lutut mempunyai patela
g. Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang ( Hanifa,1992 & Cuningham,1995 &
Mochrar,1995)
G. Mekanisme Persalinan
Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas panggung tidak tertutup oleh
bagian bawah anak seperti pada letak memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah
lebih dulu pecah sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban pecah,
maka tidak ada lagi tekanan pada bagian bawah, sehingga persalinan berlangsung lebih lama.
His berperan dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan kontraksi yang semakin
kuat, maka anak makin terdorong ke bawah. Akibatnya tubuh anak menjadi membengkok
sedikit, terutama pada bagian yang mudah membengkok, yaitu di daerah tulang leher. Ini pun
disebabkan karena biasnaya ketuban sudah lekas pecah dan karena tak ada lagi air ketuban,
maka dinding uterus lebih menekan anak di dalam rahim. Dengan demikian bagian anak yang
lebih rendah akan masuk lebih dulu ke dalam pintu atas panggul, yaitu bahu anak.
Karena pada letak lintang pintu atas panggul tidak begitu tertutup, maka tali pusat seringkali
menumbung, dan ini akan memperburuk keadaan janin.
Bila pembukaan telah lengkap, ini pada awalnya tidak begitu jelas tampaknya. Karena
tidak ada tekanan dari atas oleh bagian anak pada lingkaran pembukaan, makan lingkaran ini
tidak dapat lenyap sama sekali, senantiasa masih berasa pinggirnya seperti suatu corong yang
lembut. Penting untuk diketahui, bahwa tidak ada pembukaan yang benar-benar lengkap pada
letak lintang seperti halnya pembukaan lengkap pada letak memanjang. Tandanya
pembukaan itu sudah lengkap adalah lingkaran pembukaan itu mudah dilalui oleh kepalan
tangan pemeriksa, sedangkan pada pembukaan yang belum lengkap, kepalan tangan
pemeriksa sukar untuk memasuki lingkaran tersebut.
Lain halnya dengan letak memanjang, pada letak lintang setelah pembukaan lengkap,
karena his dan tenaga mengejan, badan anak tidak dapat dikeluarkan dari rongga rahim, akan
tetapi sebagian besar masih di dalam uterus, meskipun tubuh anak menjadi semakin
membengkok..
Jika ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi suatu letak lintang kasep, dimana tubuh
anak tidak dapat lagi didorong ke atas. Letak lintang kasep terjadi bukanlah karena lamanya
persalinan, namun faktor yang penting ialah karena faktor kuatnya his. Pada letak lintang
kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan karena kompresi pada tali pusat,
perdarahan pada plasenta, ataupun cedera organ dalam karena tubuh anak terkompresi dan
membengkok.
Bila keadaan kasep ini dibiarkan saja, makan dapat terjadi ruptur uteri yang sangat
berbahaya pada bagi ibu.
1. Evolutio spontanea
a. Menurut denman
Pada cara denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian
disusul badan bagian atas dan kepala.
b. Menurut Douglas
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua
cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat
fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
2. Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang
oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi
letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang
dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai
rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang
SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie Adanya
letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan
ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap
sulit merubah letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri
dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.
Pada letak lintang biasanya :
1. Ketuban cepat pecah
2. Pembukaan lambat jalannya
3. Partus jadi lebih lama
4. Tangan menumbung (20-50%)
5. Tali pusat menumbung (10%)
H. Komplikasi
1. Pada maternal
a. Ruptur uteri dan traumatik uteri
b. Infeksi
c. Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse Lie),yang berpotensi meningkatkan
kematian pernatal, diketahui dengan :
1) Adanya ruptur uteri mengancam
2) Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul
3) Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995)
Meningkatnya kematian maternal karena :
a. Letak lintang selalu disertai plasenta previa
b. Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat
c. Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari
d. Sepsis setelah ketuban pecah atau lengan menumbung melalui vagina
2. Pada janin
Kematian janin akibat :
a. Prolaps funikuli
b. Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental
c. Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005 & Cuningham,1995)
I. Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada,
jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada
sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut
dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai
persalinan.
2. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm,
dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup
dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan
embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi
ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup
dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. Secara umum, dimulainya persalinan
aktif pada wanita dengan letak lintang sudah merupakan indikasi seksio sesarea. Sebelum
persalinan/pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh, upaya versi luar layak
dicoba. Karena baik kaki maupun kepala bayi tidak menempati Segmen Bawah Rahim
(SBR), insisi melintang rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi.
Umumnya insisi vertical lebih disukai.
Versi luar pada letak lintang hanya terdiri 2 tahap yaitu :
1. Tahap rotasi
2. Tahap fiksasi
Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin
menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan
ketetapan tersebut dikenal bentuk versi luar :
a. Versi Sefalik : melakukan perubahan kedudukan janin menjadi letak kepala
b. Versi podalik : perubahan kedudukan janin menjadi letak bokong (sungsang).
Untuk dapat melaksanakan versi luar perlu diperhatikan beberapa pertimbangan
berikut ini:
1. Kontraindikasi versi luar
2. Ketuban sudah pecah.
3. Penderita mempunyai riwayat hipertensi
4. Rahim pernah mengalami pembedahan : seksio sesaria, pengeluaran mioma uteri.
5. Penderita pernah mengalami perdarahan selama hamil.
6. Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam.
7. Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus infertilitas, sering mengalami keguguran,
persalinan prematuritas atau kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150cm, mempunyai
deformitas pada tulang panggul/ belakang.
8. Pada kehamilan kembar.
Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :
a. Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu
b. Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
c. Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP
d. Bayi dapat dilahirkan pervaginam
e. Ketuban masih positif utuh
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan,
dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk
beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancar atau tidak.
Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama
lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi
ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan
pervaginam dengan dekapitasi.
J. Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan penampilan
2. Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
3. Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
4. Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi
(disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata
adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).
6. Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi
bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada
multipara
7. Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.
8. Pemeriksaan Diagnosis
a. Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
b. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi
dan formasi.
c.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin
3. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4. ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan krisis situasi
5. Ansietas berhubungan dengan proses persalinan
L. Perencanaan
Dx 1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai dengan :
Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah
menunjukan nyeri.
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan
kanyamanan
Tampak rileks diantara kontraksi
Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI RASIONAL
Buat upaya yang memungkinkan
klien/pelatih untuk merasa nyaman
mengajukan pertanyaan
Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan
sederhana
Anjurkan klien menggunakan tehnik
relaksasi.Berikan instruksi bila perlu.
Berikan tindakan kenyamanan (mis.
Masage,gosokan punggung, sandaran bantal,
pemberian kompres sejuk, pemberian es
batu)
Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan
posisi dan penyelarasan EFM
Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat
dilatasi dan kontaksi terjadi
Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan
rasa takut dan peningkatan pemahaman
Mendorong relaksasi dan memberikan klien
cara mengatasi dan mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
Relaksasi dapat membantu menurunkan
tegangan dan rasa takut,yang memperberat
nyeri dan menghambat kemajuan persalinan
Meningkatkan relaksasi,menurunkan
tegangan dan ansietas dan meningkatkan
koping dan kontrol klien
Mencegah dan membatasi keletihan otot,
meningkatkan sirkulasi
Menghilangkan nyeri, meningkatkan
relaksasi dan koping dengan
kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus
Dx 2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada
penurunan janin
Kriteria hasil :
1. Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI RASIONAL
Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan,
dan durasi
Evaluasi tingkat keletihan yang
menyertai,serta aktifitas dan istirahat
sebelum awitan persalinan
Kaji pola kontraksi uterus secara manual
atau secara elektronik
Catat penonjolan , posisi janin dan
presentasi janin
Tempat klien pada posisi rekumben lateral
dan anjurkan tirah baring dan ambulasi
sesuai toleransi
Gunakan rangsang putting untuk
menghasilkan oksitosin endogen.
Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio
sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi
Membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang
tepat
Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan
disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari
persalinan lama
Disfungsi kontraksi memperlama
persalinan,meningkatkan risiko komplikasi
maternal / janin
Indikator kemajuan persalinan ini dapat
mengidentifikasi timbulnya penyebab
persalinan lama
Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus
dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi
dapat membantu kekuatan grafitasi dalam
merangsang pola persalinan normal dan
dilatasi serviks
Oksitosin perlu untukmenambah atau
memulai aktifitas miometrik untuk pola
uterus hipotonik.
Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi
yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina
Dx3 : Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
Kriteria hasil :
1. Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat
INTERVENSI RASIONAL
Kaji DDJ secara manual atau elektronik,
perhatikan variabilitas, perubahan periodik
dan frekuensi dasar.
Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat
dan fase kontraksi melalui kateter tekanan
intrauterus bila tersedia
Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi
uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit
atau kurang
Siapkan untuk metode melahirkanyang
paling layak, bilabayi dalam presentasi
bokong
Atur pemindahan pada lingkungan
perawatan akut bila malposisi dideteksi klien
dengan PKA
Mendeteksi respon abnormal ,seperti
variabilitas yang berlebih – lebihan,
bradikardi & takikardi, yang mungkin
disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis,
atau sepsis
Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg
menurunkan atau mengganggu oksigenasi
dalam ruang intravilos
Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau
kurang tidakmemungkinkan oksigenasi
adekuat dalam ruang intravilos
Presentasi ini meningkatkan risiko , karena
diameter lebih besar dari jalan masuk ke
pelvis dan sering memerlukan kelahiran
secara seksio sesaria
(Rasional : Risiko cedera atau kematian
janin meningkat dengan malahirkan
pervagina bila presentasi selain verteks
\
Dx4 : Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
1. Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2. Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan kemajuan persalinan , kaji
derajat nyeri dalam hubungannya dengan
Persalinan yang lama yang berakibat
keletihan dapat menurunkan kemampuan
dilatasi / penonjolan
Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri
/ketidaknyamanan
Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih
perhatikan adanya frustasi
Berikan informasi faktual tentang apa yang
terjadi
Berikan tindakan kenyamanan dan
pengubahan posisi klien.Anjurkan
penggunaan tehnik relaksasi dan
pernafasan yang dipelajari
klien untuk mengatasi atau mengatur
kontraksi
Ketidaknyamanan dan nyeri dapat
disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang
tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
Ansietas yang berlebihan meningkatkan
aktifitas adrenal /pelepasan
katekolamin,menyebabkan ketidak
seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin
menghambat aktifitas miometrik
Dapat membantu reduksi ansietas dan
meningkatkan koping
Menurunkan ansietas, meningkatkan
kenyamanan , dan membantu klien mengatasi
situasi secara positif
Dx 5 : Ansietas berhubungan dengan proses persalinan
Kriteria hasil : 1. Tidak ada tanda-tanda kegelisahan
2. Tidak ada ketegangan otot
3. Tangan tidak mengepal
4. Tidak ada distress
5. Tidak ada ketegangan otot wajah
6. Tidak ada sifat lekas marah
INTERVENSI
Anxiety reduction
1. Menggunakan pendekatan terapetik secara tenang.
2. Panggil pasien dengan panggilan yang disukai
3. Kaji penyebab kekhawatiran klien
4. Jelaskan semua prosedur untuk mengurangi kekhawatiran
5. Sediakan lingkungan yang nyaman bagi klien
6. Batasi pengunjung
7. Dengarkan keluhan klien
8. Bina hubungan saling percya dengan klien
9. Identifikasi perubahan ansietas
10. Observasi secara verbal dan non verbal tanda–tanda ansietas
11. Dorong agar bisa beraktifitas secara kompetitif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Letak lintang (Trasverse Lie ) adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada satu sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada letak lintang tubuh bayi memanjang tubuh kira-kira tegak lurus dengan sumbu
memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip adalah letak
lintang obliq (Cuningham,1995). Pada letak lintang sumbu anak tegak lurus atau hampir
tegak lurus dengan sumbu panjang ibu.
Terdapat 2 jenis letak lintang :
1. Presentasi bahu (Presentasi akromion ) yaitu pada letak lintang , bahu yang menjadi bagian
terendah .
2. Dorso anterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah depan, dan dorso posterior yaitu jika
punggung terdapat di sebelah belakang (DS Bratakoesoema,2005)
B. Saran
1. Dilakukan antenatal care yang teratur terutama pada ibu hamil multipara ataupun
yang memiliki kelainan pada jalan lahir
2. Diberikan pelatihan bagi tenaga medis untuk pertolongan persalinan letak lintang
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :
Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: EGC.