referat meningitis

30
BAB I PENDAHULUAN Berbagai penyakit dapat menyerang susunan saraf pusat. Salah satunya adalah peradangan pada selaput otak, yang sering disebut sebagai meningitis. Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa 3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak. Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan. Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya meningitis, diantaranya infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sebab lain adalah akibat trauma, kanker, dan obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan kematian. 1

Upload: indra-permana

Post on 27-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Referat Meningitis

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

Berbagai penyakit dapat menyerang susunan saraf pusat. Salah satunya

adalah peradangan pada selaput otak, yang sering disebut sebagai meningitis.

Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua

orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang

mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa

3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.

Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan

meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya meningitis, diantaranya

infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sebab lain adalah akibat trauma, kanker, dan

obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak

dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,

pikiran bahkan kematian.

1

Page 2: Referat Meningitis

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1 Anatomi

Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningens yang melindungi

struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis

cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningens terdiri dari tiga lapis, yaitu:

Piamater : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum

tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan

menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.

Arachnoid mater: Merupakan selaput halus yang memisahkan piamater dan

dura meter.

Duramater : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari

jaringan ikat tebal dan kuat.

Mater artinya “ibu”, menunjukkan peran protektif dan supportif membran ini.

2

Page 3: Referat Meningitis

2.2 Fisiologi

Meninges terdiri dari pada tiga jaringan ikat membran yang terletak di bagian

luar organ sistem saraf pusat. Fungsi dari lapisan selaput otak ini adalah:

1. Melapisi dan memberikan proteksi kepada struktur organ sistem saraf pusat

(otak dan medula spinalis).

2. Memberikan proteksi pembuluh darah yang terdapat di otak dan menutupi

sinus venosus.

3. Mengandung likour serebrospinalis

4. Membentuk partisi/ bagian bagian dari otak..

3

Page 4: Referat Meningitis

Duramater

Duramater adalah pembungkus inelastik kuat yang terdiri dari dua lapisan

(dura artinya “kuat”). Lapisan-lapisan ini biasanya melekat tetapi dibeberapa

tempat keduanya terpisah untuk membentuk rongga berisis darah, sinus dural

atau rongga yang lebih besar , sinus venosus. Darah vena yang berasal dari

otak mengalir ke sinus ini untuk dikembalikan ke jantung. Cairan

serebrospinal juga masuk kembali ke darah di salah satu sinus ini.

Arahnoid mater

Merupakan lapisan halus yang kaya akan pembuluh darah. Ruang antara

arahnoid dan piamater “ruang subarahnoid” terisi oleh CSS. Penonjolan

jaringan arahnoid, vili arahnoid menembus celah-celah di dura atasnya dan

menonjol ke dalam sinus dura. CSS direabsobsi menembus permukaan vilus-

vilus ini untuk masuk ke sirkulasi darah di dalam sinus

Piamater

Merupakan daerah yang rapuh. Lapisan ini memiliki banyak pembuluh

darah dan melekat erat ke permukaan otak dan medulla spinalis,mengikuti

setiap lekukan dan tonjolan.

4

Page 5: Referat Meningitis

BAB III

MENINGITIS TUBERKULOSA

3.1 Definisi

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

3.2 Etiologi

Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing

dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang

disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab

lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh

bakteri maupun produk bakteri lebih berat.

Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada

golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus paling banyak disebabkan oleh

E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria monositogenes. Golongan umur dibawah 5

tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus.

Golongan umur 5-20 tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria

meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20

tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus, Stafilocccus,

Streptococcus dan Listeria.

Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman

Tuberculosis dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai

prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab

meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan

Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan enterovirus

jarang menjadi penyebab meningitis aseptik(viral).

5

Page 6: Referat Meningitis

3.3 Epidemiologi

Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis.

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan

distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi

pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk

sempurna.

Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di

negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di

Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau

sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat,

kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.

Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. Setelah 10 tahun

penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-

ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan

jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara

yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju.

3.4 Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :

1. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

2. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

6

Page 7: Referat Meningitis

3.5 Patofisiologi

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di

organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen

sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,

Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara

perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput

otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus

dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan

fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang

subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan

Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami

hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit

polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.

Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu

kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar

mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam

terdapat makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan

dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-

neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen

menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus,

cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh

bakteri.

Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat

meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai

dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran

ventrikel serebral.

Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial,

yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak

(barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien

meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.

7

Page 8: Referat Meningitis

Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps

sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom

Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan

nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

Meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan

meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak,

penyumbatan vena dan memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir

dengan hidrosefalus, peningkatan intrakranial, dan herniasi.

3.6 Manifestasi Klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,

dan koma.

3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

a. kaku leherUpaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena

adanya spasme otot-otot eksentor leher.

b. Tanda kernik positip

c. Tanda brudzinki

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

8

Page 9: Referat Meningitis

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat

eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan

karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),

pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat

kesadaran.

6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia: demam tinggi tiba-tiba

muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati

intravaskuler diseminata

8. meningitis yang disebabkan oleh Mumps virus ditandai dengan gejala

anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid

sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat.

9. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan

sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai

dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah,

leher, dada, badan, dan ekstremitas.

10. Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi

vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut

timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri

punggung.

11. Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel

muncul bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam

ringan, badan terasa kaku, dan terjadinya gangguan kesadaran seperti

tangan membuat gerakan tidak beraturan

9

Page 10: Referat Meningitis

Hidrosefalus dapat terjadi pada kira-kira 2/3 pasien, terutama yang

penyakitnya telah berlangsung lebih dari 3 minggu. Hal ini terjadi apabila

pengobatan terlambat atau tidak adekuat.

Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a. Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan

rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan

pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak

dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan

rotasi kepala.

b. Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi

panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa

rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut

135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha

biasanya diikuti rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah

kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala

dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

10

Page 11: Referat Meningitis

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi

panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila

pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut

kontralateral.

Pemeriksaan Penunjang Meningitis

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,

jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat,

kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.

b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel

darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur

biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

Tabel interpretasi

Tes MeningitisBakterial

MeningitisVirus

Meningitis TBC

TekananLPWarnaJumlah SelJenis selProteinGlukosa

MeningkatKeruh≥1000 mlPredominan PMNSedikit meningkatNormal/menurun

BiasanyaNormalJernih< 100/mlPredominanMNNormal/meningkatBiasanya normal

BervariasaiXanthochromi

BervariasiPredominan MNMeningkatRendah

11

Page 12: Referat Meningitis

Gambar : Lumbal pungsi

2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )

3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi

bakteri)

5. Elektrolit darah : Abnormal.

6. ESR/LED : meningkat pada meningitis

7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah

pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat

ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi

10. Tes Tuberkulin

Uji tuberkulin positif. Pada 40% kasus, uji tuberkulin dapat negatif.

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan screening tuberkulosis

yang paling bermanfaat. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas uji

tuberkulin pada anak dapat mencapai 90%.

3.7 Penatalaksanaan

Antibiotik empiris

Pengobatan antibiotik sesuai dengan bakteri terisalasi. Vancomycin adalah

antibiotik empiris yang terpilih karena banyaknya bakteri S.pneumoniae yang

resisten terhadap antibiotik β-lactam. S. pneumoniae, N. meningitidis, and H.

12

Page 13: Referat Meningitis

influenzae type b sensitif terhadap Ceftriaxone dan Cefotaxime

(Cephalosporin golongan 3).

Chloramphenicol (100 mg/kg/hari, q6h) diberikan kepada pasien yang

berumur lebih dari satu bulan dan alergi terhadap antibiotik β-lactam.

Terapi definitif meningitis bakterial

Antibiotik diberikan sesuai hasil kultur cairan serebrospinal, yaitu:

1. Meningitis S. pneumoniae tanpa komplikasi yang sensitif terhadap

penicillin dapat diberikan Cephalosporin generasi ketiga atau Penicillin

IV (400,000 U/kg/hari, dapat diberikan 4-6 kali/ hari, selama 10-14

hari.

2. Meningitis S. pneumoniae yang resisten terhadap Penicillin dan

Cephalosporin generasi ketiga dapat diberikan vancomycin selama 10-

14 hari.

3. Meningitis N. Meningitidis tanpa komplikasi dapat diberikan Penicillin

IV (400,000 U/kg/hari, diberikan 4-6 kali/ hari, selama 5-7 hari.

4. Meningitis H. influenzae type b tanpa komplikasi dapat diberikan

Cephalosporin generasi ketiga selama 7-10 hari.

5. Meningitis E.coli atau P. aeruginosa (Gram negatif) dapat diberikan

Cephalosporin generasi ketiga selama 2-10 hari lalu dilanjutkan selama

2-3 minggu setelah kultur cairan serebrospinal tidak ditemukan

pertumbuhan (steril).

Pengobatan meningitis tuberkulosis

Terapi harus segera diberikan tanpa ditunda bila ada kecurigaan klinis ke

arah meningitis tuberkulosis. Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku

tuberkulosis yakni:

Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti tuberkulosis,

yakni isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Terapi

dilanjutkan dengan 2 obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid dan rifampisin hingga

12 bulan.

Berikut ini adalah keterangan mengenai obat-obat anti tuberkulosis yang

digunakan pada terapi meningitis tuberkulosis:

13

Page 14: Referat Meningitis

Isoniazid

Bersifat bakterisid dan bakteriostatik. Obat ini efektif pada kuman intrasel

dan ekstrasel, dapat berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh,

termasuk liquor cerebrospinalis, cairan pleura, cairan asites, jaringan kaseosa, dan

memiliki adverse reaction yang rendah. Isoniazid diberikan secara oral. Dosis

harian yang biasa diberikan adalah 5-15 mg / kgBB / hari, dosis maksimal 300 mg

/ hari dan diberikan dalam satu kali pemberian. Isoniazid yang tersedia umumnya

dalam bentuk tablet 100 mg dan 300 mg, dan dalam bentuk sirup 100 mg / 5 ml.

Konsentrasi puncak di darah, sputum, dan liquor cerebrospinalis dapat dicapai

dalam waktu 1-2 jam dan menetap paling sedikit selama 6-8 jam.

Isoniazid terdapat dalam air susu ibu yang mendapat isoniazid dan dapat

menembus sawar darah plasenta. Isoniazid mempunyai dua efek toksik utama,

yakni hepatotoksik dan neuritis perifer. Keduanya jarang terjadi pada anak,

biasanya lebih banyak terjadi pada pasien dewasa dengan frekuensi yang

meningkat dengan bertambahnya usia. Untuk mencegah timbulnya neuritis

perifer, dapat diberikan piridoksin dengan dosis 25-50 mg satu kali sehari, atau 10

mg piridoksin setiap 100 mg isoniazid.

Rifampisin

Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki

semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat

dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem

gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan) dan kadar serum

puncak dicapai dalam 2 jam. Rifampisin diberikan dalam bentuk oral, dengan

dosis 10-20 mg / kgBB / hari, dosis maksimalmya 600 mg per hari dengan dosis

satu kali pemberian per hari. Jika diberikan bersamaan dengan isoniazid, dosis

rifampisin tidak boleh melebihi 15 mg / kgBB / hari dan dosis isoniazid 10 mg/

kgBB / hari. Rifampisin didistribusikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh,

termasuk liquor cerebrospinalis. Distribusi rifampisin ke dalam liquor

14

Page 15: Referat Meningitis

cerebrospinalis lebih baik pada keadaan selaput otak yang sedang mengalami

peradangan daripada keadaan normal.

Efek samping rifampisin adalah perubahan warna urin, ludah, keringat,

sputum, dan air mata menjadi warma oranye kemerahan. Efek samping lainnya

adalah mual dan muntah, hepatotoksik, dan trombositopenia. Rifampisin umumya

tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg, 300 mg, dan 450 mg .

Pirazinamid

Pirazinamid merupakan derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada

jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor cerebrospinalis. Obat ini bersifat

bakterisid hanya pada intrasel dan suasana asam dan diresorbsi baik pada saluran

cerna. Dosis pirazinamid 15-30 mg / kgBB / hari dengan dosis maksimal 2 gram /

hari. Kadar serum puncak 45 μg / ml tercapai dalam waktu 2 jam. Pirazinamid

diberikan pada fase intensif karena pirazinamid sangat baik diberikan pada saat

suasana asam yang timbul akibat jumlah kuman yang masih sangat banyak. Efek

samping pirazinamid adalah hepatotoksis, anoreksia, iritasi saluran cerna, dan

hiperurisemia (jarang pada anak-anak). Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet

500 mg.

Streptomisin

Streptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman

ekstraselular pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk

membunuh kuman intraselular. Saat ini streptomisin jarang digunakan dalam

pengobatan tuberkulosis, tetapi penggunaannya penting pada pengobatan fase

intensif meningitis tuberkulosis dan MDR-TB (multi drug resistent-tuberculosis).

Streptomisin diberikan secara intramuskular dengan dosis 15-40 mg / kgBB / hari,

maksimal 1 gram / hari, dan kadar puncak 45-50 μg / ml dalam waktu 1-2 jam.

Streptomisin sangat baik melewati selaput otak yang meradang, tetapi

tidak dapat melewati selaput otak yang tidak meradang. Streptomisin berdifusi

dengan baik pada jaringan dan cairan pleura dan diekskresi melalui ginjal.

Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat kecurigaan resistensi awal

terhadap isoniazid atau jika anak menderita tuberkulosis berat. Toksisitas utama

15

Page 16: Referat Meningitis

streptomisin terjadi pada nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan

dan pendengaran, dengan gejala berupa telinga berdengung (tinismus) dan pusing.

Streptomisin dapat menembus plasenta, sehingga perlu berhati-hati dalam

menentukan dosis pada wanita hamil karena dapat merudak saraf pendengaran

janin, yaitu 30% bayi akan menderita tuli berat .

Etambutol

Etambutol memiliki aktivitas bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterid

jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. Selain itu,

berdasarkan pengalaman, obat ini dapat mencegah timbulnya resistensi terhadap

obat-obat lain. Dosis etambutol adalah 15-20 mg / kgBB / hari, maksimal 1,25

gram / hari dengan dosis tunggal. Kadar serum puncak 5 μg dalam waktu 24 jam.

Etambutol tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg.

Etambutol ditoleransi dengan baik oleh dewasa dan anak-anak pada

pemberian oral dengan dosis satu atau dua kali sehari, tetapi tidak berpenetrasi

baik pada SSP, demikian juga pada keadaan meningitis. Kemungkinan toksisitas

utama etambutol adalah neuritis optik dan buta warna merah-hijau, sehingga

seringkali penggunaannya dihindari pada anak yang belum dapat diperiksa tajam

penglihatannya. Penelitian di FKUI menunjukkan bahwa pemberian etambutol

dengan dosis 15-25 mg / kgBB / hari tidak menimbulkan kejadian neuritis optika

pada pasien yang dipantau hingga 10 tahun pasca pengobatan. Rekomendasi

WHO yang terakhir mengenai pelaksanaan tuberkulosis pada anak, etambutol

dianjurkan penggunaannya pada anak dengan dosis 15-25 mg / kgBB / hari.

Etambutol dapat diberikan pada anak dengan TB berat dan kecurigaan TB

resisten-obat jika obat-obat lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan.

Pada bulan pertama pengobatan, pasien harus tirah baring total

Regimen : RHZE / RHZS

Nama Obat DOSIS

INH Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari

+ piridoksin 50 mg/hari

Anak : 20 mg/kgBB/hari

16

Page 17: Referat Meningitis

Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam pertama

Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak 10-20

mh/kgBB/hari

Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan

deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-

perlekatan antara araknoid dan otak. Bukti klinis mendukung penggunaan steroid

pada meningitis tuberkulosis dan bakteri sebagai terapi ajuvan. Penggunaan

steroid selain sebagai anti inflamasi, juga dapat menurunkan tekanan intrakranial

dan mengobati edema otak

Steroid diberikan untuk:

Menghambat reaksi inflamasi

Mencegah komplikasi infeksi

Menurunkan edema serebri

Mencegah perlekatan

Mencegah arteritis/infark otak

Indikasi Steroid :

Kesadaran menurun

Defisit neurologist fokal

Dosis steroid :

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena

selama 2 minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan. Prednison dengan

dosis 1-2 mg / kgBB / hari selama 4-6 minggu, setelah itu dilakukan penurunan

dosis secara bertahap (tappering off) selama 4-6 minggu sesuai dengan lamanya

pemberian regimen.

3.8 KOMPLIKASI

17

Page 18: Referat Meningitis

Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis adalah gejala sisa

neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang, paraplegia,

dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf

otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan spastisitas.

Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan.Gangguan

intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien yang hidup. Pada pasien ini biasanya

mempunyai kelainan EEG yang berhubungan dengan kelainan neurologis

menetap seperti kejang dan mental subnormal.

Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh.

Seperlima pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan

hipotalamus, dan akan terjadi prekoks seksual, hiperprolaktinemia, dan defisiensi

ADH, hormon pertumbuhan, kortikotropin dan gonadotropin.

3.8 PROGNOSIS

Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang

menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis

dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-

anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat

menimbulkan cacat berat dan kematian.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas

meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami

sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan

kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan

mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada

umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian

meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita

mencari pengobatan.

Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu. Penderita meningitis

karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih ringan,penurunan

kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih

18

Page 19: Referat Meningitis

baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan

yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.

BAB IVKESIMPULAN

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter

(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan

mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Manifestasi klinis Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering),

Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan

koma, Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda kaku leher upaya untuk

fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot eksentor

leher, tanda kernik positip, tanda brudzinki, Mengalami foto fobia, atau sensitif

yang berlebihan pada cahaya, Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan

peningkatan TIK. akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda

perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan

bradikardi), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat

kesadaran. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis

meningokokal.

meningitis yang disebabkan oleh Mumps virus ditandai dengan gejala

anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid

sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat.

Hidrosefalus dapat terjadi pada kira-kira 2/3 pasien, terutama yang

penyakitnya telah berlangsung lebih dari 3 minggu. Hal ini terjadi apabila

pengobatan terlambat atau tidak adekuat.

Penentuan terapi pengobatan meningitis harus tepat dan adekuat, koreksi

gangguan cairan dan elektrolit, dan penurunan tekanan intrakranial. Terapi harus

segera diberikan tanpa ditunda bila ada kecurigaan klinis ke arah meningitis

tuberkulosis.

19

Page 20: Referat Meningitis

REFRENSI

Prof. Dr. S.M. Lumbantobing, Neurologi Klinik ; Pemeriksaan Fisik dan Mental.

Prof.Dr Marjano. Mahar.dkk, Neurologi Klinis Dasar. Edisi 6.

Dewanto, George, dr.Sp.S Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Saraf, EGC

Meningitis Meningococcus.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-

20