refarat nervus ix
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Refarat Nervus IX
1/5
PERJALANAN NERVUS IX SERTA MANIFESTASI KLINISNYA
I. PENDAHULUANNervus glossopharingeus terdiri dari serabut sensorik dan motorik.
Ganglion untuk bagian sensoriknya ialah ganglion petrosum. Serabut-
serabut ganglion tersebut melintasi bagian dorsolateral medulla oblongata
dan berakhir di sepanjang nucleus traktus solitarius. Berkas serabut itu
yang terkumpul di sekitar nucleus traktus solitarius ikut menyusun traktus
solitarius. Sebagian dari serabut-serabut tersebut menuju ke nucleusdorsalis vagi. Serabut-serabut motorik nervus glossopharingeus berasal
dari nucleus salivatorius inferior dan sebagian dari nucleus ambigus.
Kedua jenis serabut muncul pada permukaan medulla oblongata di sulcus
lateralis posterior. Besama-sama dengan nervus vagus dan assesorius ia
meninggalkan ruang tengkorak melalui foramen jugulare.
Di leher nervus glossopharingeus membelok ke depan. Dalam
perjalanannya ke bawah dan kedepan itu, ia melewati arteria karotis
interna dan vena jugularis interna. Kemudian ia berjalan diapit oleh arteria
karotis interna dan eksterna di samping larings. Di situ ia bercabang-
cabang dan menyarafi muskulus stilofaringeus dan selaput lender farings.
Cabang-cabang lainnya menyarafi tonsil, selaput lender bagian belakang
palatum mole dan 1/3 bagian belakang lidah.
II. ANATOMINervus glossopharingeus terdiri dari serabut-seraut motorik dan sensorik. Serabut
motoriknya sebagian bersifat somatomotorik dan sebagian lainnya bersifat
sekretomotorik. Yang tersebut pertama merupakan juluran perifer sel-sel yang
menyusun inti ambigus. Inti ini terletak di formatioretikularis medulla oblongata,
dorsal daripada oliva inferior dan merupakan serabut preganglionar bagi ganglion
-
7/28/2019 Refarat Nervus IX
2/5
otikum. Serabut-serabut eferen nervus glosofaringeus adalah sebagian
somatosensorik dan sebagian viserosensorik khusus yang mengantarkan implus cita
rasa. Ganglion kedua serabut eferen ini ialah ganglion petrosum dan ganglion
jugulare. Implus sensorik eksteroseptif dari kawasan nervus disampaikan oleh juluran
sentral sel di ganglion petrosum ke nucleus ramus descendens nervus V dan
selanjutnya mengikuti penghantaran implus susunan nervus trigeminus. Adapun
kawasan sensorik eksteroseptif nervus glossofaringeus itu ialah bagian posterior
membrana timpani dan lian telinga.
Implus viserosensorik dari mukosa palatum molle, arkus faringeus, tuba eustachii,
lidah sepertiga bagian belakang, tonsil, kavum timpani, dan dinding farings
dihantarkan oleh juluran sel ganglion petrosum ke nucleus traktus solitarius (jadi
tidak ke susunan sentral nervus V). implus cita rasa dari sepertiga bagian lidah
dihantarkan ke nucleus traktus soliter juga.
Serabut aferen dan eferen yang menyusun nervus glosofaringeus meninggalkan
medulla oblongata dari permukaan lateralnya. Bersama-sama dengan nervus vagus
dan nervus accesorius, nervus sembilan ini meninggalkan tengkorak melalui foramen
jugulare. Dalalm perjalanannya ke tepi melewati arteria karotis interna dan vena
jugularis interna. Kemudian ia diapit oleh arteria karotis interna dan eksterna. Disini
ia bercabang-cabang. Cabang somatomotoriknya mensarafi muskulus stilofaringeus,
cabang viseromotoriknya yang dinamakan nervus Jacobsoni menuju ke kavum
timpani dan tuba Eustachii. Cabang-cabang viseromotorik lainnya dinamakan rami
atau pleksus faringeus, tonsilaris, linguaris dan karotikus, masing-masing merujuk
kepada kawasan yang ditujunya.
III FISIOLOGI
Nervus glossofaringeus merupakan saraf motorik utama bagi farings
-
7/28/2019 Refarat Nervus IX
3/5
IV GANGGUAN NERVUS GLOSOFARINGEUS
1. DisfagiaGangguan menelan bisa disebabkan oleh paresis nervus fasialis atau nervus
atau nervus hipoglosus. Makanan sukar di pindah-pindahkan untuk dapat dim
amah gigi geligi kedua sisi. Lagi pula tekanan di dalam mulut tidak bisa di
tingkatkan sehingga bantuan untuk mus dan vagus. Mendorong makanan ke
orofaring tidak ada.
Kesukaran untuk menelan yang berat di sebabkan oleh gangguan nervus
glossofaringeus dan vagus. Makanan sukar ditelan, karena palatum mole tidak
bekerja, sehingga makanan tiba di larings dan menimbulkan reflex batuk.
Yang sering di hadapkan sebagai keluhan gangguan menelan ialah keselek
atau salah telan.
Sukar menelan bukan karena sakit pada pasasi makanan di orofarings, dapat
disebabkan oleh gangguan mekanisme menelan akibat berbagai proses
patologik. Pada infark serebri yang menimbulkan hemiparesia, sukar menelan
menjadi gejala dini. Lambat laun penderita hemiparesia bisa belajar untuk
menelan makanan tanpa kesulitan. Dalam hal tersebut, kelumpuhan UMN
pada otot-otot yang disertai nervus glossofaringeus dan vagus mendasari
gangguan menelan.
Jika terdapat kerusakan UMN bilateral, sepertipada paralisis pseudobulbar,
menelan makanan merrupakan gangguan yang sangat, sehingga makanan
harus diberikan melalui pipa hidung.
Kelumpuhan LMN pada otot-otot yang disarafi nervus glossofaringeus dan
vagus dapat disebabkan oleh penekanan di foramen jugularis (sindromavarent) akibat thrombosis vena jugularis sebagai komplikasi mastoiditis.
Infiltrasi dari karsinoma nasofaring. Atau miastenia gravis merupakan sebab
yang sering dijumpai. Pada anak-anak keadaan pasca difteri bisa diperburuk
karena adanya kelumpuhan pada otot-otot penelan. Sering disebut juga
-
7/28/2019 Refarat Nervus IX
4/5
intoksikasi botulismus, yang menimbulkan kelumpuhan LMN pada otot-otot
menelan.
Segala macam gangguan menelan, baik mngenai sukar menelan karena
kelumpuhan otot-otot menelan, maupun karena adanya nyeri atau perasaan
tidak enak waktu menelan dikenal sebagai disfagia. Pada dermatomiositis,
scleroderma, amilodosis dan sindroma plumer-Vinson, disfagia merupakan
gejala bagian dari gambaran penyakit lengkapnya. Disfagia yang jelas karena
adanya sakit lebih sering disebabkan faringitis, tonsillitis, esofagitis,
mediastinitis dan diverticulitis di esophagus.
2. Hipogeusia dan ageusiaDaya pengecapan yang berkurang (hipogeusia) sering terjadi pada orang-
orang yang sudah tua. Lebih-lebih kalau mereka menggunakan banyak obat-
obat. Ageusia mengakibatkan nafsu makan hilang. Pada anak-anak
penyebabnya kebanyakan otitis media, pada mana korda timpani mengalami
gangguan. Jika nervus fasialis juga ikut terganggu, maka ageusia paa otitis
media akan lebih mudah teringat.
Pada sindrom guillain-Barre, nervus glossofaringeus dan vagus adakalanya
ikut terkena karena itu hipogeusia dirasakan sehingga memperburuk keadaan
umum penderita.
Leukemia bisa melakukan infiltrasi ke dalam kanalis fasialis dan dengan
demikian menimbulkan ageusia. Tumor di fossa kranii media dan posterior
bisa mengganggu saraf-saraf otak fasialis, glossofaringeus dan vagus. Ageusia
diperberat oleh adanya anosmia, kombinasi tersebut sering di jumpai pada
keadaan post trauma kapitis dengan fraktur basis kranii. Halusinasi
pengecapan dapat timbul jika ada lesi iritatif di unkus, yang sering mengalami
gejala bagian dari sindrom epilepsy lobus temporalis. Lesi destruktif di unkus
mengakibatkan pargeusia atau pengecapan yang tidak sesuai dengan sifat
stimulusnya. Pengecapan pada pargeusia selalu bersifat tidak enak.
-
7/28/2019 Refarat Nervus IX
5/5