rangkuman belajar ujian mata bismillah
DESCRIPTION
rangkumanTRANSCRIPT
PERKEMBANGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN
Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk
membedakan berbagai bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang optimal
hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata
yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat (Riordan-Eva, 2007).
Perkembangan penglihatan berkembang cepat sampai usia dua tahun dan
secara kuantitatif pada usia lima tahun (Ilyas, 2009).
Tajam penglihatan bayi berkembang sebagai berikut:
Secara klinis, derajat ketajaman anak-anak mencapai nilai yang mendekati
6/6 saat mencapai usia 5 tahun. Hal ini dikarenakan pemeriksaan visus pada
anak-anak secara subjektif maupun objektif tidak dapat menghasilkan data yang
valid. Ketajaman penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan
resolution acuity. Recognition acuity adalah ketajaman penglihatan yang
berhubungan dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang
dapat dikenali. Resolution acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua
titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah (Leat,
2009).
Pada bayi adalah tidak mungkin melakukan pemeriksaan tersebut. Pada bayi yang
belum mempunyai penglihatan seperti orang dewasa secara fungsional dapat
dinilai apakah penglihatannya akan berkembang normal adalah dengan melihat
refleks fiksasi. Bayi normal akan dapat berfiksasi pada usia 6 minggu,
sedang mempunyai kemampuan untuk dapat mengikuti sinar pada usia 2
bulan. Refleks pupil sudah mulai terbentuk sehingga dengan cara ini dapat
diketahui keadaan fungsi penglihatan bayi pada masa perkembangannya.
Pada anak yang lebih besar dapat dipakai benda-benda yang lebih besar dan
berwarna untuk digunakan dalam pengujian penglihatannya (Ilyas, 2009).
Untuk mengetahui sama tidaknya ketajaman penglihatan kedua mata dapat
dilakukan dengan uji menutup salah satu mata. Bila satu mata ditutup akan
menimbulkan reaksi yang berbeda pada sikap anak, yang berarti ia sedang
1
memakai mata yang tidak disenangi atau kurang baik dibanding dengan mata
lainnya (Ilyas, 2009).
Secara sistematis, perkembangan visus pada anak dapat dibagi berdasarkan umur.
Bayi Baru Lahir
Baru lahir : Menggerakkan kepala ke sumber cahaya besar
BBL sudah dapat melihat, tapi untuk penglihatan jarak kurang dari 8 inci (20 cm)
atau lebih jauhdari 18 inci (45 cm) penglihatan akan kabur dan tidak
fokus. Pada tahap ini bayi lebih mudah melihat wajah manusia dan objek
yang terang seperti pola hitam putih dan warna – warna yangcerah.
BBL tidak dapat melihat secara detail. Diperkirakan bahwa visus pada 75% BBL mencapai
20/300. Koordinasi mata pada BBL masih lemah dan belum bisa memfiksasi
sebuah objek pada kedua mata. BBL kurang dapat melihat
pada malam hari, ini disebabkan karena lensa lebih
cembung d iband ing l ensa dewasa , s e l a i n i t u BBL be lum
memi l i k i cukup p igmen da l am fotoreseptor.
6 minggu : Mulai melakukan fiksasi; Gerakan mata tidak teratur ke arah
sinar
8 m i n g g u .
Pada tahap ini penglihatan mulai memperhatikan objek yang bergerak terutama
yang berwarna cerah. Penglihatan binokuler mulai berkembang dan juga koordinasi kedua
mata mulai meningkat.
2-3 bulan : Dapat menggerakkan mata ke arah benda bergerak, Mulai
mengenal detail seperti pengenalan wajah
3 – 4 B u l a n
Pada tahap ini mata mulai dapat melakukan akomodasi karena lensa
mulai mendatar dan ototsiliaris mulai menguat. Penglihatan binokuler menjadi lebih
baik, dan telah dapat memfiksasi objek dengan kedua mata secara bersamaan. Selain itu
bayi juga telah dapat menggabungkan informasivisual dengan indera lainnya
seperti suara dan sentuhan. Mereka mulai menggengam benda yang mereka lihat
dan melihat ke arah suara yang mereka dengar. Pada tahap ini makula telah mulai
matur.
2
4-6 bulan : Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata; Dapat melihat dan
mengambil objek
Di usia ini koordinasi mata dan tangan mulai berkembang. Biasanya
bayi telah mampu untuk mempertahankan fiksasi mata pada benda yang diam untuk
beberapa detik. Visus pada usia 6 bulantelah mencapai 50/200 dan terus berkembang seiring
dengan perkembangan makula di retina. Padatahap ini penglihatan malam mulai sensitif sudah
seperti penglihatan pada orang dewasa.
- 9 bulan : Tajam penglihatan 20/200
Usia 8 bulan makula telah matang dan penglihatan mulai jernih. Bayi juga mulai menggunakan
jari untuk menunjuk benda yang ada di lapangan penglihatan mereka.
1 tahun : Tajam penglihatan 20/100
Fusi pada kedua mata juga telah berkembang baik,tapi reflek tersebut masih mudah
diganggu. Pada usia ini bayi sudah dapat membedakan bentuk seperti kotak, bulat, dll.
2 tahun : Tajam penglihatan 20/40
Balita usia ini sangat tetarik dengan benda – benda kecil.
3 tahun : Tajam penglihatan 20/30
Kedua mata telah mampu mengkonvergensikan lensa ketika melihat dekat.
4-5 tahun : Tajam penglihatan 20/20
Pada usia ini, balita telah siap untuk membaca.
5 tahun
Pada usia 5 tahun telah memiliki penglihatan yang berkembang sempurna.
3
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Arteri – arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring –
jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah konjungtiva. Darah terdapat di antara konjungtiva dan
sklera. Sehingga mata akan mendadak terlihat merah dan biasanya
mengkhawatirkan bagi pasien.
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih
dari bola mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva
merupakan lapisan pelindung terluar dari bola mata. Konjungtiva mengandung
serabut saraf dan sejumlah besar pembuluh darah yang halus. Pembuluh-
pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata
mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva cukup
rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga mengakibatkan terjadinya
perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva tampak berupa bercak
berwarna merah terang di sclera.
Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar
secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang
biasanya memiliki intensitas yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah.
Konjungtiva yang lebih rendah lebih sering terkena daripada bagian atas.
Pendarahan berkembang secara akut, dan biasanya menyebabkan kekhawatiran,
meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata
terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni secara
ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa sakit.
Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan
Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara
tiba – tiba (spontan). Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya
fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh dan mudah pecah.
4
Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh
adalah umur, hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik,
anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan.
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini biasanya terjadi unilateral.
Namun pada keadaan tertentu dapat menjadi bilateral atau kambuh
kembali; untuk kasus seperti ini kemungkinan diskrasia darah
(gangguan hemolitik) harus disingkirkan terlebih dahulu.
2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami
trauma di mata langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala
daerah orbita. Perdarahan yang terjadi kadang – kadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi.
Etiologi
1. Idiopatik, suatu penelitian oleh Parmeggiani F dkk di Universitas Ferara
Itali mengenai kaitan genetik polimorfisme faktor XIII Val34Leu dengan
terjadinya perrdarahan subkonjungtiva didapatkan kesimpulan baik
homozigot maupun heterozigot faktor XIII Val34Leu merupakan faktor
predisposisi dari perdarahan subkonjungtiva spontan, alel Leu34
diturunkan secara genetik sebagai faktor resiko perdarahan subkonjungtiva
terutama pada kasus yang sering mengalami kekambuhan. Mutasi pada
faktor XIII Val34Leu mungkin sangat berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya episode perdarahan subkonjungtiva.
2. Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah – muntah, bersin)
3. Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan retrobulbar atau
ruptur bola mata)
4. Hipertensi
5. Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia muda tanpa
adanya riwayat trauma atau infeksi), termasuk penyakit hati atau
hematologik, diabetes, SLE, parasit dan defisisensi vitamin C.
5
6. Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan vitamin A dan
D yang telah mempunyai hubungan dengan terjadinya perdarahan
subkonjungtiva, penggunaan warfarin.
7. Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada
konjungtiva.
8. Beberapa infeksi sistemik febril dapat menyebabkan perdarahan
subkonjungtiva, termasuk septikemia meningokok, demam scarlet, demam
tifoid, kolera, riketsia, malaria, dan virus (influenza, smallpox, measles,
yellow fever, sandfly fever).
9. Perdarahan subkonjungtiva telah dilaporkan merupakan akibat emboli dari
patahan tulang panjang, kompresi dada, angiografi jantung, operasi bedah
jantung.
10. Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan subkonjungtiva
yang diinduksi oleh penggunaan lensa kontak adalah konjungtivakhalasis
dan pinguecula.
11. Konjungtivokhalasis merupakan salah satu faktor resiko yang memainkan
peranan penting pada patomekanisme terjadinya perdarahan
subkonjungtiva.
6
DD
Konjungtivitis hemoragik epidemik akut
Konjungtivitis hemoragik akut merupakan konjungtivitis diesertai
timbulnya perdarahan konjungtiva. Penyakit ini pertama kaliditemukan di afrika.
Masa inkubasi 24-48 jam dengan tanda – tanda kedua mata iritatif, seperti
kelilipan dan sakit periorbita. edema kelopak kemosis konjungtiva, sekret
seromokus, fotofobia disertai lakrimasi. terdapat gejala akut dimana ditemukan
adanya konjungtiva folikular ringan, sakit periorbita, keratitis, adenopati
preaurikurel, dan yang terpenting adanya perdarahan subkonjungtiva yang dimulai
dengan ptekia. Pada tarsus konjungtiva terdapat hipertropi folikular dan keratitis
epitelial yang berkurang spontan dalam 3-4 hari. Penyakit ini dapat sebuh sendri
dengan pengobatan hanya simptomatik. Pengobatan antibiotik spektrum luas,
sulfasetamid dapat dipergunakan untuk mencegah infeksi sekunder.
Pencegahannya adalah dengan menjaga higenitas.
Episkleritis
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sclera.
Radang pada episklera dan sclera mungkin disebabkan reaksi
hipersensivitas terhada penyakit sistemik seperti tuberculosis, reumathoid
arthritis, lues, SLE, dan lainnya.merupakan suatu reaksi toksik, alergik atau
merupakan bagian daripada infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan
dan idiopatik.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia
pertengahan dengan bawaan penyakit rerumatik.
Keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering, dengan rasa
sakit yang ringan, mengganjal dengan konjungtiva yang kemotik.
Bentuk radang yang terjadi pada episklerisis mempunyai gambaran khusus
, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu
dibawah konjungtiva. Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada
7
kelopak di atas benjolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke
sekitar mata. Pada episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di
atasnya, maka akan mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang
meradang. Perjalanan penyakit mulai dengan episode akur dan terdapat riwayat
berulang dan dapat berminggu-minggu atau beberapa bulan.
Terlihat mata merah satu sector yang disebabkan melebarnya pembuluh
darah dibawah konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin
2.5 % topical
Pengobatan yang diberikat pada episkleritis adalah vasokonstriktor. pada
keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat.
Kadang-kadang merupakan kelainan berulang yang ringan, pada
episkleritis jarang terlihat kornea dan uvea, penglihatan tetap normal.
Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat
menyerang tempat yang sama ataupun tempat yang berbeda-beda dengan lama
sakit umumnya berlangsung 4-5 minggu. Penyulit yang dapat timbul adalah
terjadinya peradangan lebih dalam pada sclera yang disebut sebagai skleritis.
8
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Slit Lamp
Slitlamp adalah sebuah mikrokop binocular yang terpasang pada meja
dengan sumber cahaya khusus yang dapat di atur. seberkas acahaya celah
pijar yang lurus dijatuhkan pada bola mata dan menyinari potongan sagital
dijatuhkan pada bola mata dan menyinari potongan sagital optic mata.
Sudut penyinarannya dapat diubah demikian juga lebarnya, panjang, dan
intensitas berkas cahaya. Pembesaran juga dapat disesuaikan (biasanya
pembesaran 10x samapai 16x) merupakan tiga dimensi. Dengan
menggunakan slitlamp belahan anterior dapat diamati, detil – detil
palpebra dan bulbaris, lapisan air mata kornea iris aquos dapat diteliti.
Dengan melebarkan pupil, lensa dan bagian vitreus dapat diamati. karena
berkas cahaya menampakkan potongan sagital optic mata, dapat
ditentukan lokasi anteroposterior yang tepat dari suatu kelainan setiap
struktur. Pembesaran yang kuat mampu melihat sel” abnormal dalam
aquos.
Jika pasien memiliki riwayat perdarahan subkonjungtiva berulang,
pertimbangkan untuk memeriksa waktu pendarahan, waktu prothrombin,
parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap dengan jumlah trombosit.
9
PENATALAKSANAAN
Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan.
Pengobatan dini pada perdarahan subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa
diobati.
Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat
dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air
mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan
sesuai dengan penyebabnya. Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin
meluas beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin.
Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk
mencegah risiko perdarahan berulang.
Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika
ditemukan kondisi berikut ini :
1. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.
2. Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau
kesulitan untuk melihat)
3. Terdapat riwayat gangguan perdarahan
4. Riwayat hipertensi
5. Riwayat trauma pada mata.
10
KOMPLIKASI
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam
waktu 1 – 2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun
adanya perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata
jika ditemui berbagai hal seperti yang telah disebutkan diatas.
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang
(kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang dilakukan oleh Hicks
D dan Mick A mengenai perdarahan subkonjungtiva yang menetap atau
mengalami kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan
subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal dari limfoma adneksa
okuler.
PROGNOSIS
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik.
Karena sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan
tertentu seperti sering mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan
pandangan maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi.
11