bab 1 2 3 4 apendisitis bismillah

Upload: vicky-ilda-viantini

Post on 09-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB 1 2 3 4 Apendisitis Bismillah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

0. Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih, 2010)Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang jelas (syamsyuhidayat, 2005). Insiden apendisitis di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara berkembang. Namun, dalm tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini di duga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit harian (Santacroce,2009).Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya (Depkes 2008). Dinkes jateng menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus apendisitis di jawa tengah sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian. Pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2011 angka kejadian appendisitis di RSUD salatiga, dari seluruh jumlah pasien rawat inap tercatat sebanyak 102 penderita appendisitis dengan rincian 49 pasien wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki peringkat ke 2 dari keseluruhan jumlah kasus di instalsi RSUD Salatiga. Hal ini membuktikan tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis di RSUD Salatiga.Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang barat (www.ilmubedah.info.com, 2011).

0. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari apendisitis ?1. Apa etiologi dari apendisitis ?1. Apa manifestasi klinis apendisitis ?1. Bagaimana patofisiologi apendisitis ?1. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari apendisitis ?1. Apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis ?1. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Apendisitis ?

0. Tujuan 1. Memahami pengertian dari apendisitis.1. Mengetahui etiologi dari apendisitis.1. Mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis.1. Memahami patofisiologi apendisitis.1. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari apendisitis.1. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis.1. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Apendisitis.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 DefinisiApendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing dan berlokasi dekat katup ileosekal, peradangan mungkin disebabkan oleh obstruksi oleh fekalit (Barbara C. Long, 1996: 228).Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltxer, 2001).Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010).Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses, akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya (Corwin, 2009).

2.2 EtiologiPenyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen apendikial oleh apendikolit, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit, atau parasit (Katz, 2009)Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh dari konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman floura kolon biasa.

2.3 Manifestasi KlinisApendisitis muncul dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing dan disertai rangsangan peritonium lokal. Gejala apendisitis adalah nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan mual dan muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah. Nyeri kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebut nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi, peritonitis, abses apendiks (unimus.ac.id).

2.4 PatofisiologiKondisi obstruksi akan meningkatakan tekanan intraluminal dan peningkatan perkembangan bakteri. Hal lainnya, akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks (Atassi, 2002).Pasien akan mengalami nyeri pada area periumbilikal. Dengan berlanjutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal peritonium, maka intervensi nyeri yang khas akan rterjadi (Santa Crose, 2009).Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri berproliferasi dan meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding apendiks yang disebut apendisitis mukosa, dengan manifestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan perfusi pada dinding akan mengakibatkan iskemia dan nekrosis disertai peningkatan tekanan intraluminal yang disebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan risiko perfusi dari apendiks. Proses fagositosis terhadapa respon perlawanan pada bakteri memberikan manifestasi pembentukan nanah atau push yang terakumulasi pada lumen apendiks yang disebut apendisitis supuratif.Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini dengan menutup apendiks menggunakan omentum dan usus halus sehingga terbentuk masa periapendikular yang dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Pola bagian dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan menyebabkan menigkatnya risiko terjadi perforasi dan pembentukan masa apendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respon inflamasi permukaan peritonium atau terjadi peritonitis. Manifestasi yang khas adalah nyeri hebat dan tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

2.4.1 Pathway

Material apendikolitParasitKebiasaan diet rendah seratKonstipasiPra bedahIntervensi BedahPerforasi masa periapendikular peritonitisIskemia dan nekrosis dinding disertai peningkatan tekanan intraluminalFekalitPeningkatan konsentrasi dan penurunan perfusi pada dinding apendiksPeningkatan tekanan intraluminal dan peningkatan perkembangan bakteriObstruksi pada lumen apendikealRespon psikologis misiterpretasikan perawatan dan penatalaksanaan pengobatanPemenuhan InformasiApendisitis nekrosisApendisitis supuratif Apendisitis KronisRespon lokal saat terjadi inflamasiNyeriKerusakan jaringan pascabedahApendisitis AkutGangguan GIMual, muntah, kembung, anoreksia pada bayi dan anakRespon sistemikPeningkatan suhu tubuhHipertermiPasca bedahPort de entree pasca bedahRisiko InfeksiAsupan nutriri tidak adekuatKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhanPengeluaran HSBP

2.5 Pemeriksaan Diagnostika. Hitung sel darah komplitPada pemerksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000 20.000/mL dan netrofil di atas 75%.b. C. Reactive Protein (CRP)Adalah sintesis dari sekresi fase akut hati sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada apendisitis didapatkan peningkatan kadar C. Reactive Protein (CRP).c. Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi dan apendisitis.d. Pemeriksaan CT Scan pada abdomen untuk mendeteksi apendisitis dan adanya kemungkinan perforasi.

2.6 Penatalaksanaan MedisApendisitis adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi (Brunner dan Sudarth, 2002).

2.7 PengkajianPengkajian keperawatan pasien apendisitis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pengkajian diagnostik. Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah nyeri pada abdomen kanan bawah atau luka post operasi. Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai. Perbedaan kualitas dan skala nyeri yang bertambah berat menandakan adanya proses inflamasi lokal yang berat atau kemungkinan adanya kondisi perforasi apendiks.

2.8 Diagnosa Keperawatan Pre Operatif1. Pemenuhan informasi b.d rencana pembedahan apendiktomi2. Kecemasan b.d rencana pembedahan Post Operatif1. Nyeri b.d respon inflamasi apendiks, kerusakan jaringan lunak pascabedah2. Risiko infeksi b.d adanya port de entree luka pasca bedah

2.9 Intervensi Keperawatan Pre OperatifDx.KeperawatanTujuan danKriteria HasilIntervensiRasional

Dx. 1Dalam waktu 1X7 jam informasi kesehatan terpenuhi, dengan kriteria hasil:Pasien mengerti dan mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang apendiktomi dan rencana perawatan rumah2. Beritahu persiapan pembedahan: Pencukuran area operasi

Persiapan pasien (dipuasakan) Persiapan istirahat dan tidur3. Beri informasi manajemen nyeri keperawatan1. Perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan kesehatan sesuai dnegan pengetahuan pasien.2.

Diberitahu prosedur mencukur Puasa operatif idealnya 6-8 jam sebelum operasi Membantu penyembuhan

3. Peningkatan kontrol nyeri pada pasien.

Dx. 2Secara subjektif melaporkan cemas berkurang, dengan kriteria hasil: Pasien mampu mengungkapkan perasaannya Pasien dapat rileks dan beristirahat1. Kaji respon fisik seperti kelemahan, TTV, respon verbal atau nonverbal selama komunikasi2. Anjurkan pasien mengekspresikan rasa takutnya3. Anjurkan aktivitas pengalih sesuai kemampuan individu misal menulis, merajut, menonton1. Mengevaluasi tingkat kesadaran, khususnya ketika melakukan komunikasi verbal2. Memberi kesempatan untuk konsentrasi dan mengurangi cemas3. Sejumlah aktivitas atau keterampilan dapat menurunkan tingkat kebosanan penstimulus cemas

Post OperatifDx.KeperawatanTujuan danKriteria HasilIntervensiRasional

Dx. 1Dalam waktu 1X7 jam nyeri berkurang/hilang teradapatasi, dengan kriteria hasil: Klien mengatakan nyeri berkurang Skala nyeri 0-1 (dari 0-5)

1. Kaji tanda-tanda vital2. Kaji respon nyeri dengan PQRST

3. Lakukan manajemen nyeri4. Istirahatkan pada saat nyeri terasa5. Atur posisi semifowler

6. Beri oksigen nasal sesuai indikasi

7. Ajarkan teknik distraksi

8. Ciptakan lingkungan yang tenang9. Tingkatkan pengetahuan pasien tentang sebab nyeri1. Mengetahui keadaan umum2. Pendekatan komprehensif untuk menentukan rencana intervensi3. Mengurangi rasa nyeri4. Istirahat mnurunkan kebutuhan O25. Mengurangi tegangan dan insisi pada organ abdomen6. Meningkatkan intake O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder7. Menurunkan stimulus internal8. Menurunkan stimus eksternal9. Dapat membantu kepatuhan pasien terhadap intervensi

Dx. 2Dalam waktu 7 X 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak1. Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan2. Kaji kondisi luka3. Buat kondisi luka balutan dalam keadaan bersih dan kering4. Lakukan perawatan luka dengan tepat, bersih, benar5. Kolaborasi pemberian antibiotik1. Mengidentifikasi kemajuan tujuan yang diharapkan2. Mengidentifikasi luka3. Kondisi ini akan menghindari kontaminasi yang menyebabkan infeksi4. Menceagah kondisi luka menjadi lebih buruk5. Mencegah berkembangnya mikroorganisme

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANPADA NY. P DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE - 1DI RUANG PERAWATAN BEDAH PEREMPUAN DAN ANAK (DAHLIA)RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG JATICIREBON

3.1 PengkajianA. Biodata1. Identitas klienNama: Ny P.Umur: 46 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Kriyan RT/RW. 17/01, Pegambiran CirebonAgama: IslamSuku: JawaNo. Registrasi: 824018Diagnosa Medis: ApendistisTanggal Masuk: 28 Mei 2014Tanggal Pengkajian: 29 Mei 2014, Pukul 05.30 WIBTanggal Operasi: 28 Mei 2014, Pukul 20.00 WIB2. Identitas Penanggung JawabNama: Tn. JUmur: 50 TahunAgama: IslamPendidikan: SDPekerjaan: BuruhAlamat: Kriyan RT/RW. 17/01, Pegambiran CirebonHubungan dengan klien: Suami klienB. Keluhan UtamaKlien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasiC. Riwayat Kesehatan1. Riwayat Kesehatan SekarangPada tanggal 27 Mei 2014 klien merasa nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin bertambah apabila klien beraktifitas, nyeri dirasakan berkurang apabila klien istirahat. Kemudian klien berobat ke puskesmas, setelah dilakukan penerusan oleh dokter puskesmas. Klien dinyatakan menderita apendisitis. Dokter puskesmas merujuk klien ke rumah sakit gunung jati. Klien tiba di IGD RSUD Gunung Jati pada tanggal 27 Mei 2014 Pukul 11.30 WIB. kemudian klien ditempatkan di ruang perawatan dahlia. Kemudian klien dilakukan pemeriksaan Rontgen dan USG pada daerah perut, dan hasilnya menunjukan adanya peradangan pada Apendiks, klien di rencanakan operasi pada pukul 20.00 WIB.Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 29 Mei 2014 Pukul 05.30 klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien miring kanan dan miring kiri, nyeri dirasakan berkurang apabila klien tidur terlentang. Nyeri dirasakan seperti disayat, nyeri terlokasi di daerah operasi. Skala nyeri 4 dari (0-5). Akibat nyeri klien sulut beraktifitas.2. Riwayat Kesehatan DahuluKlien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah merasakan sakit seperti ini, klien mengatakan hanya sakit kepala, flu, dan batuk.3. Riwayat Penyakit KeluargaKlien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit keturunan, dan penyakit menular.D. Riwayat Psikologi1. Citra TubuhKlien merasa sedikit malu saat dikaji luka post operasi, karena lukanya berada di daerah Obdomen bawah dekat dengan daerah intimnya.2. Identitas DiriKlien adalah seorang ibu rumah tangga, klien merasa sedih, karena klien sakit, suami dan anaknya tidak ada yang mengurusi di rumah.3. Fungsi PeranKlien adalah seorang ibu dari 3 orang anaknya, klien sangat menyayangi keluarganya, klien adalah ibu yang baik bagi anak dan suaminya, selama klien sakit anak dan suaminya selalu mendampingi klien.4. Ideal DiriKlien berharap setelah dilakukan di RS, klien bisa sembuh dan dapat melakukan aktifitas seperti sebelum klien sakit, klien dapat mengurusi suami dan anak-anaknya di rumah, bisa berkumpul bersama keluarga kembali di rumah5. Harga DiriKlien termasuk orang yang peduli kepada orang lain, klien pun ibu dan istri yang baik bagi anak dan suaminya.

E. Riwayat SosialKlien termasuk orang yang terbuka tehadap orang lain, klien juga termasuk orang yang mudah bergaul, klien ramah kepada orang lain, klien selalu merespon baik pada saat ditanya perawat dan pada saat dilakukan tindakan oleh perawat.

F. Riwayat SpiritualKlien termasuk orang yang toat beribadah, klien meyakini kalau sakitnya adalah cobaan yang diberikan Allah SWT untuk menguji kesabaran diri Klien dan untuk intorpeksi diri klien, klien selalu berdoa agar klien segera diberikan kesembuhan.

G. Data Biologis1. Daily Activity Living (ADL)NoADLDi RumahDi Rumah Sakit

1Nutrisia. Makan Jenis Menu

Frekuensi Porsi Pantangan Keluhanb. Minum Jenis Minuman Jumlah Pantangan Keluhan

Nasi, Mie Ayam, Lauk, Buah 3x Sehari 1 Piring Tidak ada Tidak ada

Air Mineral 8 gelas / 2 L per hari Tidak ada Tidak ada

Di puasakan sampai dengan bising usus terdengar 8x/ menit

Di puasakan sampai dengan bising usus terdengar 8x/ menit

2Istirahat dan Tidura. Malam Berapa Jam Dan Jam ..sd. Jam.. Kesukaran

b. Siang Berapa Jam Dan Jam ..sd. Jam .. Kesukaran

7 Jam 22.00-05.00 WIB Tidak ada

1 Jam 13.00-14.00

4 Jam 01.00-05.00 WIB Merasa nyeri dan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru

Tidak tidur

3Eliminsaia. BAK Frekuensi Jumlah Warna Bau Kesulitanb. BAB Frekuensi Konsistensi Warna Bau Kesulitan

5x/ hari 1.200 cc/hari Kuning Normal (Bau khas urine) Tidak ada

1x/ hari Lunak Kuning Khas Feces Tidak ada

Terpasang kateker 1200 cc/ hari Kuning Normal (Bau khas urine) Tidak ada

Belum BAB

4Personal Hygienea. Mandi Frekuensi Sabun Gosok Gigib. Berpakaian Ganti Pakaian

2x/ hari Menggunakan sabun cair 2x/ hari

2x/ hari

2x/ hari Tidak menggunakan (diseka)

1x/ hari

5Mobilitas dan Aktifitas Aktifitas Kesulitan Mengurus suami dan anak Tidak ada Tidur di tempat tidur Ada

6Ketergatungan Alkohol Obat-obatan Rokok Kopi Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak mengkonsumsi Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak mengkonsumsi

2. Pemeriksaan Fisika. Data UmumKeadaan Umum: SedangKesadaran: Compos MentisGCS: E4 V4 M6TTV/TD: 100/80 mmHgR : 18x/ menitN: 80x/ MenitS : 36,6 Cb. Sistem PernafasanKeadaan hidup bersih tidak terdapat nyeri, penggunaan cuping hidung negatif, bentuk dada flat, gerakan dada simetris antara kana dan kiri. Bunyi paru resonan, bunyi nafas bronkiol, bronkhovesikuler, tidak terdapat ronchi dan wheezing.c. Sistem CardiovascularKonjungtiva merah muda, tidak terdapat sianosis pada mukosa bibir, terdapat JVp. Teraba getaran pada setiap katup jantung, tidak terdapat pembesaran jantung, suara jantung S1 S2 normal tidak terdapat suara tambahan (murmur), CRT < 2 detikd. Sistem PencernaanBibir lembab, warna lidah putih, gigi geraham bawah kiri berlubang, tidak terdapat karies, tidak terdapat pembesaran tonsil, terdapat luka post operasi pada daerah abdomen, keadaan luka masih basah, panjang luka 5 cm, tidak terdapat jaringan parut. Bising usus 8x/menit. Suara pekak daerah hati, suara timpani daerah lambung, tidak terdapat pembesaran hati, nyeri pada daerah luka post operasi.e. Sistem Perkemihan dan GenataliaGinjal tidak teraba, tidak ada rasa nyeri pada ginjal. Tidak terdapat kelainan pada daerah genital.f. Sistem Persyarafan1) Nervus 1 (olfaktorius)Fungsi penemuan baik, dapat membedakan bau-bauan2) Nervus 2 (optikus)Fungsi penglihatan baik, reflek pupil baik3) Nervus 3 (okulumotorius)Dapat mengangkat kelopak mata atas, konstraksi pupil baik, pergerakan bola mata baik. Rekasi pupil terhadap cahaya baik, ditandai dengan pupil mengecil4) Nervus 4 (troklearis)Dapat melakukan pergerakan bola mata ke kiri dan ke kanan5) Nervus 5 (trigeminus)Reflek menguyah baik6) Nervus 6 (abdusen)Dapat melakukan pergerakan bola mata ke atas dan ke bawah7) Nervus 7 (fasialis)Otot ekspresi wajah baik, otot di sekitar mulut dan dahi dapat digerakan8) Nervus 8 (arkustikus)Fungsi pendengaran baik tidak terdapat gangguan pendengaran9) Nervus 9 (glusoparingeal)Langit-langit lunak, tidak terdapat pembesaran tonsil10) Nervus 10 (vagus)Langit lunak, tidak terdapat pembesaran tonsil11) Nervus 11 (accesorius)Kontraksi otot trapezius baik12) Nervus 12 (Hipoglasus)Lidah terlihat putih dan kotor, geraan lidah baik.g. Sistem PenglihatanLetak mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, reaksi pupil terhadap cahaya baik, fungsi penglihatan baik, tidak terdapat gangguan penglihatan.h. Sistem PendengaranKeadan telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada nyeri pada tragus, tidak ada nyeri pada tulang mastoid, fungsi pendengaran baik.i. Sistem MuskuloskeletalTidak terdapat kelainan pada otot da tulang dada dan punggung, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah kanan dan kiri simetris, tidak ada rasa nyeri pada ekstremitas, ROM baik kekuatan baik 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 5 5Reflek bisep trisep dan achiles normal.j. Sistem IntegumenWarna kulit putih, turgor kulit baik, kelembaban kulit baik, tekstur baik. Tidak terdapat edema.k. Sistem EndokrinTidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.H. Pemeriksaan Penunjang1. LaboratoriumJenisHasilNormalInterpretasi

HGB13,7 g/dL12.0-18.0Normal

WBC7,10x10^3/Ul4.00-10.00Normal

HCT42,2 %37.0-54.0Normal

PLT198x10^3/Ul150-400Normal

KEP68

Ureum20,515-45mg/dLNormal

Kreatinin0,550.6-1.1 mg/dLNormal

SGOT5137o 30o 25o