rangkuman buku agama
DESCRIPTION
not desciptionTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
A. Gambaran Keadaan Buku 2
B. Latar Belakang Masalah 2
C. Tujuan Laporan 4
BAB II Intisari Isi Buku 5
BAB III Penutup 39
A. Analisis/Komentar 39
B. Kesimpulan 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Keadaan Buku
Judul: Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup
Pengarang: Tim Dosen PAI UPI
Tahun Terbit: 2009
Penerbit: Value Press
Buku yang berjudul “Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup” ini merupakan sebuah
buku ajar dalam pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Bukan seperti buku
ajar lainnya yang penulis miliki selama Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas,
buku ini memiliki isi materi yang khas, terlihat dari uraian setiap bab, mulai dari bab satu
sampai bab lima belas merupakan serangkaian paparan materi Islam yang unik karena
sebagian besar hal yang disuguhkan kepada pembaca begitu aktual seperti isu-isu
kontemporer dalam Islam yang ada di bab lima belas, sehingga buku ini dapat
memotivasi mahasiswa untuk berpikir secara kritis dengan masing-masing keilmuan
yang dimilikinya agar kelak mahasiswa dapat menjadikan ilmu yang diperoleh dari
perguruan tinggi dapat diislamkan atau dalam istilah Al-faruqi dengan konsepnya
“Islamisasi Sain”. Dengan Islamisasi ini berarti penanaman nilai-nilai moral spiritual dan
akhlak mulia akan selalu hadir dalam nafas kehidupan pribadinya untuk selama-lamanya
dan dapat membawa serta memenuhi tujuan kebahagiaan saat masih hidup di dunia ini
dan masa yang akan datang di hari akhir nanti.
Keadaan buku yang berjumlah 190 halaman ini cukup baik dengan sistematika
penulisan yang baik pula mulai dari bab satu sampai bab lima belas. Konten isi pun
sangat bagus terlihat dari penulis buku ini sendiri yang terdiri dari dosen-dosen
Pendidikan Agama Islam UPI yang tentunya sudah tidak diragukan lagi kehebatan ilmu
agamanya.
B. Latar Belakang Masalah
Islam yang menjadi pedoman hidup bagi umat manusia selama ini telah digambarka
pemeluknya sebagai agama ritual yang diceraikan dengan kehidupan duniawi. Keadaan
seperti ini di dalam ilmu sosiologi merupakan suatu hal yang disebut “Sekularisme”,
dimana manusia di dalam aktifitas hidup kesehariannya selalu memisahkan antara agama
2
dengan kepentingannya. Hal seperti ini sudah lazim terjadi di era modernisasi seperti ini,
sungguh suatu keadaan yang memprihatinkan dimana moral bangsa pun telah banyak
dinodai olah perilaku banyak manusia yang tidak memiliki pengetahuan agama.
Di ranah intelektual pun tidak luput dari pandangan ini, sehingga seolah Islam pun
jauh telah lama bercerai dengan dunia akademik keilmuan Barat yang dibidani
kelahirannya oleh Islam. Akhlak Islam dan moralitas nilai-nilai kemanusiaan yang
mendasariya dipaksa untuk jauh terpisah dari keilmuan itu. Ilmu disapih jauh untuk
bebas nilai dari Islam.
Merujukkan kembali Islam dengan Ilmu Pengetahuan Modern kini adalah kewajiban
kaum intelektual termasuk para mahasiswa muslim. Baik kaum muslim intelektual, umat
umumnya maupun dunia dewasa ini yang merindukan nilai-nilai moral kemanusiaan
yang luhur tidak terceraikan dengan nilai-nilai spiritual. Dalam hal ini Akhlak Islam
lengkap dalam keteladanan Rasulullah kembali berada di tengah-tengah manusia dan
alam tempat mereka hidup.
Problematika di atas perlu segera dipecahkan. Salah satu langkah yang dapat
ditempuh adalah ditemukannya sebuah buku yang mampu menyajikan serangkaian
materi ilmu agama Islam yang nantinya mampu mengisi ilmu dengan islamisasi sain
sebagaimana telah ditunjukan di masa kelahiran ilmu di dunia Islam masa lalu. Sekait
dengan kenyataan tersebut, buku berjudul Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup karya
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia bisa menjadi
solusi alternatif.
Buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup ini merupakan buku yang terbilang cukup
baru. Buku ini diterbitkan pada tahun 2009 oleh Penerbit Value Press Bandung. Buku
berukuran 14,4 x 21 cm ini termasuk buku yang banyak dicari dan dibaca orang. Hal ini
terbukti dalam satu tahun penerbitannya , buku ini telah mengalami dua kali cetak ulang.
Buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup terdiri atas 15 bab. Secara umum isi buku
ini dapat dikategorikan ke dalam bagian besar yakni bagian awal berupa konsep dasar
Islam yang meyajikan Makna, Tujuan dan Metode Memahami Islam dan bagian akhir
yang membahas tentang Islam dan Isu-isu Kontemporer. Walaupun belum ditujukan bagi
seorang yang sudah benar-benar ahli dalam ilmu agama, buku ini jelas sangat bermanfaat
guna membina mahasiswa untuk menjadi penerus bangsa yang beragama baik dan
memiliki moral yang baik pula. Keunggulan lain adalah bahwa buku yang berisi materi
seperti dalam buku ini sampai saat ini belum banyak ditemukan.
3
Sejalan denan kenyataan di atas, buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup
merupakan salah satu buku yang penting untuk dikaji. Oleh sebab itu, penulis tertarik
melakukan pengkajian terhadap isi buku tersebut yang hasilnya penulis susun dalam
bentuk laporan buku.
C. Tujuan Laporan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulis laporan buku ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Laporan
buku ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis diharapkan laporan buku ini menambah khazanah teoritis tentang
ilmu Islam. Secara praktis diharapkan laporan buku ini menambah pengetahuan,
wawasan, dan keilmuan bagi penulis maupun bagi pembaca.
4
BAB II
Intisari Isi Buku
Berikut ini penulis akan menguraikan ringkasan isi dari buku Islam Tuntunan dan
Pedoman Hidup dari setiap bab.
BAB 1 Makna, Tujuan, dan Metodologi Memahami Islam
A. Makna islam
Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk indonesia. Islam
sendiri memiliki makna secara lughawi ( etimologis ) dan secara istilahi ( terminomogis ).
Secara lughawi kata “ Islam ” berasal dari 3 akar kata yaitu Aslama yang artinya
berserah diri atau tunduk patuh pada aturan hidup yang ditetapkan Allah swt, Salam
berarti rasa damai dalam jiwa atau ruh dan yang terakhir Salamah dalam arti menempuh
jalan yang selamat.
Adapun secara istilahi, “ Islam ” adalah agama yang diturunkan dari Allah swt kepada
umat manusia melalui penutup Nabi Muhammad saw.
Untuk memahami lebih dalam makna dari islam perlu dipahami pula makna taslim
( berserah diri ) yang memiliki tiga tingkatan dari mulai yang terendah yaitu taslim fisik,
lalu taslim akal dan yang tertinggi taslim hati.
A. Tujuan Syari’ah Islam
1. Menjaga dan memelihara agama
2. Menjaga dan memelihara jiwa
3. Menjaga dan memelihara akal
4. Menjaga dan memelihara harta
5. Menjaga dan memelihara kehormatan
B. Metode Memahami Islam
1. Metode Disiplin Ilmu dan Kajian Isi
Islam dapat dipelajari dengan menggunakan metode disiplin ilmu dan kajian isi,
yaitu dengan cara mempelajari cabang-cabang ilmu tersebut berdasarkan tahapan-
tahapan dan struktur kajian yang telah disusun oleh para ulama sesuai dengan tingkat
kemampuannya, seperti yang biasa dipelajari di pesantren-pesantren salfiah.
5
Dalam mempelajari islam melalui metode disiplin ilmu dan kajian isi ini agar
tidak terjadi kekeliruan, diisyaratkan:
a. Mempelajarinya harus secara integral, tidak parsial agar tidak menimbulkan
ta’ashub
b. Harus dari sumber yang disusun oleh ulama muslim
c. Harus secara terstruktur dimulai dari tingkat dasar terlebih dahulu sesuai
dengan struktur yang telah disusun oleh para ulama.
2. Metode Kajian Al-Quran dan Sejarah Islam
Syari’ati menegaskan bahwa ada dua metode fundamental untuk memahami islam
secara benar. Pertama, pengkajian Al-Quran, yaitu pengkajian intisari gagasan-
gagasan dan output ilmu dari orang yang dikenal sebagai Islam; kedua, pengkajian
“Sejarah Islam”, yaitu pengkajian tentang perkembangan Islam sejak masa Rasul
menyampaikan misinya hingga masa sekarang.
3. Metode Tipologi
Metode “tipologi” dikembangkan oleh Ali Syari’ati untuk memahami tipe, profil,
watak, dan misi agama Islam. Metode ini memiliki dua ciri penting, yaitu: pertama.
mengidentifikasi lima aspek agama; dan kedua, membandingkan kelima aspek agama
tersebut dengan aspek yang sama dalam agama lain. Dengan cara ini kita bisa melihat
secara jernih betapa unggulnya agama Islam mengatasi agama-agama lainnya. Kelima
aspek atau ciri agama itu adalah:
1. Tuhan atau Tuhan-tuhan dari masing-masing agama
2. Rasul (Nabi) dari masing-masing agama
3. Kitab suci dari masing-masing agama
4. Situasi kemunculan Nabi dari tiap-tiap agama dan kelompok manusia yang
diserunya, karena pesan tiap Nabi berbeda-beda.
5. Individu-individu pilihan yang dilahirkan setiap agama
BAB 2 Manusia, Agama dan Islam
A. Manusia dan Agama
1. Beragama sebagai Kebutuhan Fitri
Manusia terdiri dari dimensi fisik dan non fisik yang bersifat potensial.
Dimensi non fisik terdiri dari berbagai domein rohaniyyah yang saling berkaitan,
yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa (sense). Yang dimaksud rasa di sini
6
adalah kesadaran manusia akan kepatutan (sense of ethic), keindahan (sense of
aesthetic), dan kebertuhanan (sense of theistic).
Keyakinan akan adanya Tuhan dicapai oleh manusia melalui tiga pendekatan,
yaitu:
a. Material experience of humanity
b. Inner experience of humanity
c. Spiritual experience of humanity
2. Pengertian Agama dan Asal-Usul Agama
Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di mana penganut-
penganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral,atau sosial atas dasar
aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu, umumnya suatu agama mencakup aspek-
aspek sebagai berikut:
a. Aspek kredial
b. Aspek ritual
c. Aspek moral
d. Aspek sosial
Melihat asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama sebagai sebuah
lembaga kepercayaan dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu
masyarakat.
b. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat wahyu
dari Tuhan.
c. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar.
3. Agama-Agama Besar di Dunia
Beberapa agama yang dianggap besar yaitu: Agama Kristen, Katolik, Islam,
Hindu, Budha, Kong Hu Chu, Shinto, Yahudi, Zoroaster
A. Agama Islam
1. Islam, Agama Fitrah dari Allah swt.
Islam adalah suatu sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah swt. Islam
akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah merupakan pembawaan asal
manusia secara umum sejak kelahiran dengan segala karakteristiknya yang masih
bersifat potensial atau masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu
7
dikembangkan dan diarahkan oleh ihtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan
dimensi fisik atau non fisik.
2. Nama, Pengertian dan Misi Agama ISLAM
a. ISLAM sebagai Nama Agama (Ad-Din)
ISLAM adalah nama yang ditetapkan Allah swt. secara eksplisit di
dalam Al-Qur’an untuk sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan melalui
Nabi Muhammad saw. kepada ummat manusia.
b. Pengertian ISLAM
Secara etimologis berasal dari tiga akar kata salam (damai), salamah
(keselamatan), aslama (tunduk patuh). Dan secara terminologis, ISLAM
adalah satu sistem ajaran ketuhanan (agama) yang berasal dari Allah swt. yang
disampaikan kepada ummat manusia melalui risalah yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw.
c. Misi Agama Islam
Agama Islam melalui semua ajaran-ajaran yang disampaikannya
mengandung tiga misi, yaitu:
1) Mengajak dan menyuruh manusia untuk tunduk patuh pada aturan-aturan
Allah dalam menjalan hidupnya di dunia
2) Membimbing manusia untuk menemukan kedamaian
3) Memberikan jaminan kepada manusia dalam mendapatkan keselamatan
dan terbebas dari bencana hidup baik di dunia atau di akhirat
3. ISLAM sebagai Hidayah (Petunjuk) dalam kehidupan
a. Hidayah Allah untuk Manusia
Hidayah secara etimologis berarti “petunjuk” dan secara terminologis
Islam berarti “petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada makhluk hidup agar
mereka sanggup menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan solusi bagi
persoalan hidup yang dihadapinya”.
b. ISLAM, Satu-satunya Hidayah Diniyyah
Dalam kedudukannya sebagai hidayah bagi kehidupan manusia di
dunia, agama ISLAM, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yan dapat
dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut:
1) Pemeberi makna bagi perbuatan manusia
2) Alat kontrol bagi perasaan dan emosi
8
3) Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang
4) Pemberi dorongan penguat terhadap kecenderungan berbuat baik pada
manusia
5) Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang
BAB 3 Keimanan dan Ketakwaan
A. Keimanan
Pengertian iman dan orang yang beriman adalah orang yang memiliki
keyakinan yang kokoh dan menjadi motivasi untuk melakukan perintah-perintah
Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan
Allah maupun yang berhubungan dengan sesama manusia.
Raha AK (2000:75), mengemukakan unsur-unsur pokok iman itu ada tiga,
yaitu yang berkaitan dengan keyakinan atau akidah, berkaitan dengan ucapan atau
lisan dan berkaitan dengan pelaksanaan anggota badan.
Menurut Sayyid Sabiq, bahwa pengertian keimanan atau akidah itu tersusun
dari enam perkara, yaitu:
Pertama, marifat kepada Allah swt, marifat dengan nama-nama-Nya yang
mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi juga marifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-
Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta atau di dunia ini.
Atas dasar uraian di atas, maka seorang mukmin akan selalu mentauhidkan
Allah maksudnya Allah sebagai satu-satunya sentral (rujukan dan sandaran) dalam
penciptaan, pertimbangan dan tindakan. Secara garis besarnya Tauhidullah terbagi
menjadi empat macam yaitu:
1. Tauhid al-Rububiyah. Secara teoritis tauhidur Rububiyah berarti bahwa Allah
adalah satu-satunya yang mencipta memiliki, mengatur dan mengurus semesta
alam.
2. Tauhid al-Asma wa al-Sifat. Secara teoritis tauhidul Asma was-sifat adalah
meyakinkan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan sifat-sifat sempurna.
3. Tauhid al-Ibadah. Tauhidul ibadah berarti menempatkan dan memperlakukan
Allah sebagai satu-satunya yang disembah.
4. Tauhid al-Isti’anah. Tauhidul Isti’anah berarti menempatkan dan
memperlakukan Allah sebagai satu-satunya tempat berharap dan bergantung.
9
Kedua, marifat kepada Malaikat Allah swt, untuk mencontoh meniru perilaku
mereka yang serba baik dan terpuji.
Ketiga, marifat kepada Kitab-Kitab Allah swt. Hal ini dijadikan pedoman
untuk membedakan antara yang hak dan bathil, yang baik dan buruk, yang halal
dan haram, sehingga memberikan arahan untuk menempuh jalan yang lurus.
Keempat, marifat kepada Rasul-rasul Allah swt untuk menjadi pembimbing,
petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak.
Kelima, marifat kepada Hari Akhir. Hal ini akan menjadi pembangkit yang
terkuat untuk mengajak manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Keenam, marifat kepada Takdir (Qadla dan Qadar). Hal ini akan memberikan
bekal kekuatan dan kesanggupan kepada seseorang untuk menanggulangi segala
macam rintangan, siksaan, kesengsaraan dan kesukaran.
Orang yang beriman dalam kehidupannya akan menampilkan perilaku sebagai
berikut:
1. Jihad artinya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan segala
aturan Allah atau berperang untuk mempertahankan agama Allah atau
bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, syetan, orang-orang kafir dan
orang-orang munafik.
2. Menghukum atau menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dalam
kehidupannya dengan menggunakan hukum Allah dan Rasul-Nya.
3. Ridhlo atas segala musibah yang menimpanya
4. Sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
5. Mencintai sesama muslim
6. Rajin dan sungguh-sungguh dalam segala usahanya
7. Berbudi pekerti yang baik
8. Mencegah dan menghindarkan diri dari segala perbuatan yang buruk, baik
pada dirinya maupun pada keluarga dan masyarakat
9. Selalu membantu orang miskin dan anak yatim
Iman mengajarkan dan memberikan keyakinan kepada manusia tentang
berbagai hal. Dibawah ini dikemukakan tentang buah iman, atau dampak keimanan
seseorang dalam kehidupan sehari-harinya sebagai berikut:
Pertama, Iman mengajarkan dan memberikan keyakinan kepada manusia
bahwa Tuhan itu ada, Esa dan bersifat dengan segala sifat-Nya yang Maha
Sempurna.
10
Kedua, Iman mengajarkan dan meyakinkan kepada manusia, bahwa:
a. Manusia adalah makhluk yang memiliki bentuk paling baik
b. Manusia adalah makhluk termulia
c. Manusia adalah makhluk terpercaya
d. Manusia adalah makhluk terpintar
e. Manusia adalah makhluk tersayang
B. Ketakwaan
Beberapa ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjelaskan tentang takwa, diantaranya
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 197, yang artinya:
“...... Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 197)
Sifat takwa dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori atau indikator
ketakwaan.
Pertama, iman kepada Allah, para malaikat Allah, Kitab-kitab Allah dan para Nabi
Allah. Artinya, seseorang yang bertakwa adalah yang memelihara fitrah iman.
Kedua, mengeluarkan harta yang disayanginya kepada kerabat, anak yatim, orang-
orang yang miskin, orang-orang yang terputus diperjalanan, orang-orang yang meminta-
minta, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban,
memerdekakan hamba sahaya.
Ketiga, mendirikan shalat dan menunaikan zakat
Keempat, menyempurnakan janjinya apabila ia berjanji, dan
Kelima, bersabar pada waktu mendapat musibah dan tantangan
Kategori-kategori takwa yang diungkapkan di atas pada dasarnya dapat disarikan
dalam dua kelompok perilaku, yaitu:
a. Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertikal dengan Allah swt yang
diwujudkan melalui itikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan
ibadah dan keputusan terhadap ketentuan dan aturan yang dibuat-Nya.
b. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang kepada sesama
umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan, yaitu:
1) Berbakti kepada Orang Tua
2) Menyayangi Keluarga
3) Tolong menolong sesama teman, karib kerabat dalam kebaikan, mencintai dan
membenci karna Allah, dan berteman pun karena Allah.
11
Pelaksanaan rukun Islam secara keseluruhan atas dasar iman merupakan implementasi
seorang muttakin, dan ketakwaan seseorang akan menentukan tinggi dan rendahnya
seseorang di hadapan Allah swt.
BAB 4 Al-Qur’an: Sumber Ajaran Islam Pertama
A. Alquran Wahyu Dari Allah
1. Pengertian Alquran
Kata Alquran berasal dari kata qara’a artinya membaca. Alquran adalah kitab suci
ummat islam yang merupakan kumpulan firman Allah yang diterima oleh nabi
Muhammad saw. secara lafadz dan makna dengan perantaraan Malaikat Jibril dalam
bahasa arab.
Karena Alquran merupakan tulisan dari kalam Allah swt., membaca Alquran
merupakan ibadat dan mendapat pahala.
2. Nama-nama lain bagi Alquran
a. Alquran disebut juga Al-Kitab artinya kumpulan yang tertulis.
b. Alquran disebut juga Al-Furqon artinya yang membedakan.
c. Alquran disebut juga Al-Nur artinya cahaya.
d. Alquran disebut juga Al-Syifa artinya obat penyembuh.
e. Alquran disebut juga Adz-Dzikir artinya ingat.
3. Alquran Firman Allah yang Diwahyukan (Wahyun Matluwwun)
a. Pengertian Wahyu
Wahyu secara etimologis dapat berarti bisikan, isyarat cepat, atau informasi
diam-diam yang diterima secara cepat. Sedangkan wahyu dalam konteks kerasulan
adalah kabar pemberitahuan dari Allah swt. kepada nabi dan rasulnya baik secara
langsung atau melalui perantaraan malaikat jibril yang berisi ajaran-ajaran agama
untuk disampaikan kepada umatnya.
b. Cara-cara Wahyu Diterima oleh Para Rasul
Cara wahyu disampaikan kepada nabi dan rasul bermacam-macam, yaitu:
1) Secara inspiratif, dimana wahyu langsung masuk dalam hati para nabi dan rasul
2) Diajak bicara langsung oleh Allah swt. dari balik tabir
3) Melalui penglihatan di waktu tidur
4) Melalui utusan yang dikirim kepada nabi dan rasul, yaitu malaikat jibril yang
menjelma menjadi seorang laki-laki
12
c. Cara Nabi Muhammad saw. menerima wahyu
1) Wahyu langsung masuk ke dalam hati Rasulullah saw.
2) Malaikat menyampaikan wahyu tersebut dan ia menampakkan dirinya berupa
seorang laki-laki
3) Malaikat menampakkan dirinya dalam bentuk aslinya
4) Dalam bentuk suara yang didengar langsung oleh Rasulullah saw.
d. Alquran sebagai wahyu yang dibacakan
Malaikat Jibril membacakan ayat-ayat Alquran dan Rasulullah saw.
mendengarkannya kemudian melafadzkan ayat-ayat yang ia dengar itu. Oleh karena
itu wahyu tentang ayat-ayat alquran ini disebut dengan ‘wahyun mathuww’ artinya
‘wahyu yang dibacakan’ atau ‘wahyun jaliyy’ artinya ‘wahyu yang jelas dan terang’.
4. Alquran diturunkan secara berangsur-angsur
Alquran diturunkan kepada nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur sedikit
demi sedikit dalam beberapa ayat. Ayat-ayat alquran diturunkan selama 23 tahun, 13
tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah.
Ada beberapa hikmah dari diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur,
diantaranya:
a. Lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan
b. Memudahkan penghafalan
c. Ayat Alquran yang diturunkan disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
sehingga lebih mengesankan dan ber-pengaruh di dalam hati
d. Di antara ayat-ayat Alquran tersebut ada yang berlaku sementara dan perlu
dibatalkan hukumnya dan diganti dengan ayat pengganti yang sesuai dengan
kemaslahatan yang datang kemudian
5. Ayat Makkiyyah dan Ayat Madaniyyah
a. Pengertian Ayat Makkiyyah dan Ayat Madaniyyah
Ayat makkiyyah adalah ayat-ayat Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah dalam
periode kerasulan di Mekkah. Sedangkan Ayat Madaniyyah adalah ayat-ayat Alquran
yang diturunkan kepada Rasul dalam periode kerasulan di Madinah.
13
b. Ciri-ciri Ayat Makkiyyah dan Ayat Madaniyyah
Ayat Makkiyyah Ayat Madaniyyah
1) Lebih banyak menjelaskan masalah
akidah
2) Umumnya pendek-pendek dan
surahnya ringkas
3) Dalam menggunakan panggilan sering
menggunakan kata “Ya ayyuhannas”
artinya wahai manusia
4) Banyak menggunakan “qasam”
(sumpah) dengan benda atau fenomena
alam
5) Lebih menekankan pada dakwah untuk
berpegang pada akhlak mulia
1) Mengatur cara bermasyarakat
2) Ayat dan surah nya panjang-
panjang
3) Sering menggunakan kata
panggilan “Yaa ayyuhalla-dzina
amanu” artinya wahai orang-
orang yang beriman
4) Tidak memakai sumpah, tapi
banyak menghimbau untuk
berfikir
5) Lebih menekankan dakwah untuk
berjihad
c. Contoh ayat Makkiyyah dan ayat Madaniyyah
1) Ayat-ayat makkiyyah dalam Surat At-Tiin ayat 1-6
2) Ayat-ayat madaniyyah dalam surat Al-Baqarah ayat 254
6. Ayat Alquran yang pertama dan terakhir diturunkan
a. Ayat yang pertama diturunkan
Adapun Ayat Alquran yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
adalah Al-Alaq ayat 1 sampai 5.
14
Surat ini diterima oleh Nabi saw. pada malam 17 Ramadhan ketika beliau sedang
berkhalwat di gua Hira
b. Ayat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah
Adapun Ayat Alquran yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. adalah
ayat yang terdapat dalam surat Al-Ma’idah ayat 3.
Ayat ini diturunkan pada hari arafat bertepatan dengan hari Jumat.
B. Pokok-pokok Isi Alqur’An
1. Aqidah
Tentang akidah Alquran menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Keesaan Allah, Tuhan semesta dan sifat-sifatnya
b. Adanya malaikat, rasul, dan kitab Allah
c. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir dan kepada seluruh umat manusia
d. Alquran sebagai sumber kebenaran yang tidak meragukan
e. Adanya hari akhir
2. Ibadah
Artinya menghamba atau mengabdi. Alquran memerintahkan beberapa bentuk ibadat
yang harus dilakukan oleh setiap mukminin dan mukminat seperti shalat, shaum, zakat,
dan hajji.
3. Mu’amalah
Adalah tata cara hubungan antara manusia dengan manusia.
4. Akhlak
Adalah pola perilaku manusia, baik yang lahir ataupun yang bathin. Alquran
mengajarkan agar manusia memiliki dan melaksanakan akhlak yang baik.
5. Hukum
Firman Allah swt. dalam surat Al-Israa, ayat 32, yang artinya:
“Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan
seburuk-buruknya jalan.” (Q.S. Al-Israa [17]: 32)
6. Kisah Ummat-ummat Terdahulu
Firman Allah swt. dalam surat Al-Firqan ayat 37-39, yang artinya:
“Dan (telah aku binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Aku
tenggelamkan mereka dan aku jadikan (kisah) mereka itu sebagai pelajaran bagi
manusia. Dan aku telah sediakan bagi orang-orang yang zalim itu azab yang pedih”
15
7. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuantentang Alam Semesta
Alquran meliputi juga kterangan-keterangan tentang kejadian alam yang dapat
dijadikan dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, seperti dalam surat Al-Anbiya
ayat 33 dan surat Al-Hijr ayat 22
C. Fungsi Alquran
1. Alquran sebagai Petunjuk
Petunjuk berarti pedoman yang memberitahukan tentang apa yang perlu dan mesti
ditempuh dan dijalankan dan apa yang tidak boleh dilakukan dan harus dihindarkan.
Alquran bagi manusia merupakan petunjuk dalam menempuh dan menata kehidupan di
dunia, agar ia selamat dan mendapat kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.
2. Alquran sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam
Alquran sebagai kumpulan firman-firman Allah yang berisi petunjuk dan ajaran
merupakan sumber pokok ajaran Islam. Seperti dalam firman Allah swt. dalam surat An-
Nisaa ayat 105.
Sumber ajaran Islam adalah tempat dari mana ajaran-ajaran Islam berasal dan
dikeluarkan. Alquran adalah asal dari mana ajaran Islam itu dijabarkan dan
dikembangkan
3. Alquran sebagai Peringatan dan Bahan Pelajaran
Manusia sebagai makhluk yang suka lupa perlu diperingatkan agar ia ingat kembali ke
jalan yang sebenarnya. Dengan Alquran, Allah swt. memperingatkan manusia tenang
Tuhannya yang esa, tentang fungsinya dalam kehidupan, tentang tugasnya hidup di
dunia, tentang tujuan hidupnya, tentang kehidupannya di dunia dan nasibnya setelah ia
meninggalkan dunia kelak.
Alquran memperingatkan kepada manusia tentang berbagai hal yang perlu ia sadari
selama menjalani kehidupannya di dunia, yaitu:
a. Tentang janjinya bahwa ia hanya bertuhankan Allah yang Maha Esa, seperti dalam
surat Al-A’raaf ayat 172
b. Tentang tugas hidupnya di dunia, yaitu menghamba dan beribadat kepada Allah Swt.
semata, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 21
c. Tentang fungsinya sebagai khalifah dalam kehidupan di muka bumi, seperti dalam
surat Al-Baqarah ayat 30
16
d. Tentang tujuan hidupnya yang harus menjadi niat dari setiap perbuatan yang harus ia
lakukan selagi di dunia yaitu mendapatkan rhidla Allah swt., seperti dalam surat Al-
Qashash ayat 77
e. Tentang nasibnya di akhirat kelak setelah ia mati, seperti dalam surat Al-syu’ara ayat
88 dan 89
BAB 5 Hadist: Sumber Ajaran Islam Kedua
A. As-sunnah dan Ilmu Hadits
1. Pengertian As-sunnah dan Hadits
a. As-Sunnah
As-Sunnah secara lughawi artinya kebiasaan atau tradisi. Sedangkan menurut istilah
ilmu hadits adalah segala apa yang dilakukan oleh Nabi saw., baik berupa perkataan,
perbuatan, atau berupa pembiaran atas perbuatan sahabat. Adapun yang disebut taqriry
adalah apa yang dilakukan salah seorang sahabat di hadapan Nabi saw. kemudian Nabi
membiarkannya dan tidak melarang perbuatan tersebut.
b. Hadits
Hadits secara lughawi artinya baru atau kabar. Sedangkan menurut istilah atau ilmu
hadits adalah segala apa yang diberitakan dari Nabi saw. baik berupa perkataan,
perbuatan, pembiaran, atau sifat-sifat nabi
2. Macam-macam Sunnah dan Hadits
a. Sunnah Qauliyyah
Yaitu segala yang diucapkan oleh rasulullah saw. setelah beliau diangkat menjadi
Rasul, baik pernyataan, perintah atau larangan
b. Sunnah Fi’liyyah
Yaitu apa yang diberitakan oleh sahabat mengenai apa yang dilakukan oleh Rasul
saw., baik pekerjaan yang berkaitan dengan syari’ah atau kehidupan sehari-hari.
c. Sunnah Taqririyyah
Yaitu apa yang dikatakan atau dilakukan para sahabat di hadapan Nabi, atau tidak
dihadapan Nabi tapi Nabi mengetahuinya, dan Nabi saw. membenarkannya atau
membiarkannya dan tidak melarangnya.
3. Ilmu Hadits
Adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk yang berkaitan dengan cara pemindahan
hadits dari Nabi saw., dari para sahabat, atau dari para Tabi’in.
17
a. Istilah-istilah dalam Ilmu Hadits
1) Sanad
Adalah rangkaian para periwayat yang menukilkan isi hadits secara
berkesinambungan dari yang satu kepada yang lain sehingga sampai pada periwayat
terakhir.
2) Matan
Adalah isi yang dimuat dalam hadits itu sendiri, baik berupa perkataan, perbuatan atau
sifat Nabi atau tindakan dan perbuatan para sahabat yang dibiarkan oleh Nabi saw.
3) Rawi
Adalah orang yang menerima suatu hadits dan menyampaikannya kepada yang lain
4) Rijalul-Hadits
Adalah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan suatu hadits, yaitu para perawi
hadits itu sendiri.
a. Pembagian Ilmu Hadits: Hadits Riwayah dan Hadits Dirayah
1) Ilmu Hadits Riwayah, yaitu ilmu hadits yang berkenaan dengan dengan:
a) Pemindahan hadits
b) Pemahaman metode penelaahan sanad
c) Pemeriksaan lafadz-lafadz dalam sanad dan matan
d) Memeriksa nama-nama yang meriwayatkan
e) Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan hadits secara sah, benar,
dan tepat, baik dalam sanad maupun dalam matan
2) Ilmu Hadits Dirayah, yaitu ilmu hadits yang melakukan penyaringan, memilah-
milah hadits, melakukan kritik terhadap hadits, dan mengkaji aspek-aspek yang
menentukan shahih tidaknya suatu hadits atas dasar sanadnya
B. Penulisan Hadits dan Tingkatan Hadits
1. Sejarah Penulisan dan Kondifikasi Hadits
Pada masa Rasulullah saw. masih hidup, hadits masih berupa ucapan dan tindakan
Nabi saw. yang disaksikan langsung oleh para sahabat. Setelah Rasulullah wafat pun
hadits masih berupa riwayat lisan, ide penulisan hadits pun belum muncul.
18
Ide pengumpulan hadits dan penulisannya baru muncul ketika Umar bin Abdul Aziz
r.a. pada abad III H., penulisan dan pembukuan hadits mencapai puncaknya. Setelah itu
terbit kumpulan hadits-hadits yang disusun oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam
Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i. Keenam kitab kumpulan
hadits-hadits mereka disebut Al-Kutubus Sittah artinya Enam Kitab Kumpulan Hadis,
yang menjadi rujukan pokok dalam pengambilan hadits di kalangan Ahlus –Sunnah, atau
Muslim Sunni.
2. Tingkatan Hadits
a. Hadits Shahih
Yaitu hadits yang berkesinambungan rawi-rawinya; diterima dari rawi yang ‘adil
(memiliki sifat ‘adalah, yaitu kredibilitas pribadi), dan dlabith (memiliki kredibilitas
intelektual)
Berdasarkan jumlah para perawinya hadits shahih dapat dibagi ke dalam tiga jenis,
yaitu:
1) Hadits Muttawatir
Yaitu yang diriwayatkan dari Nabi saw. oleh banyak perawi dan kepada banyak
perawi sampai waktu dituliskannya
2) Hadits Masyhur
Yaitu hadits yang pada awalnya diriwayatkan dari Nabi secara seorang perorang,
tetapi pada tingkat akhirnya diriwayatkan oleh banyak perawi
3) Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan dari Nabi oleh seorang ke seorang rawi lainnya,
dalam rangkaian satu persatu sampai dituliskan oleh perawi terakhirnya
b. Hadits Hasan
Hadist yang yang kurang kedhabitannya.
c. Hadits Dha’if
Hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadist shahih.
BAB 6 Ijtihad: Sumber Pengembangan Hukum Islam
A. Pengertian Ijtihad
19
Secara etimologis artinya kesungguhan, sedangkan secara terminologis ijtihad
merupakan usaha mujtahid dengan segenap kesungguhan dan kesanggupan untuk
mendapatkan ketentuan hukum sesuatu masalah dengan menggunakan metodologi yang
benar dari kedua sumber hukum al Quran dan al Sunnah.
B. Bentuk & Metodologi Ijtihad
1. Ijma
Kesepakatan diantara para mujtahid pada masa tertentu atas hukum bagi suatu kasus
tertentu.
2. Qiyas
Secara bahasa artinya analogi, sedangkan menurut istilah Ushul Fikih adalah
menetapkan suatu hukum “baru” yang belum ada nashnya dengan hukum yang sudah ada
nashnya karena adanya persamaan illat hukum dari kedua peristiwa itu. Contoh : Zakat
Padi dan Hukum Melototi dan Menempeleng Orang Tua.
3. Istihsan
Meninggalkan qiyas jalli untuk menjalankan qiyas khafi, disebabkan ada dalil logika
yang membenarkannya. Contoh : Praktek salam atas dasar kebutuhan dan kepercayaan.
4. Mashalih al-Mursalah
Suatu Kemaslahatan yang tidak ditetapkan oleh syara’ dan tidak ada pula nash atau
dalil syara’ baik yang memerintahkan maupun melarang. Contoh : Mendirikan Penjara
karena fungsinya sangat baik bagi keamanan dan ketertiban masyarakat.
5. Urf atau Adat Kebiasaan
‘Urf merupakan kebiasaan masyarakat baik berupa perkataan atau perbuatan yang
baik, yang karenanya dapat dibenarkan oleh syara’. Contoh : Jual beli di supermarket
tanpa adanya Ijab-Qabul secara lisan dengan lafal yang jelas.
C. Perbedaan Hasil Istihad
1. Lafal nash yang mengandung makna ganda. Contoh quru’ (Q.S.al Baqarah [2]:228)
yang berarti haidh (Imam Hanafi) dan yang berarti thuhr ‘suci’ (Imam Syafi’i).
2. Lafal nash yang mempunyai makna hakiki dan majazi. Contoh yunfau (Q.S. al
Maidah [5]:33) yang berarti diusir dari kampung halamannya (hakiki-kebanyakan
ulama) dan penjara (majazi-Hanafiyah).
20
3. Lafal nash yang qath’i (benar secara mutlak) dan yang zhanni (penafsiran yang masih
diperdebatkan)
4. Perbedaan dipengaruhi oleh kultur, kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
5. Hasil Ijtihad di suatu waktu belum tentu cocok dengan waktu yang lain. Waktu antara
dahulu dengan sekarang, malah dengan yang akan datang, adalah berbeda.
D. Seruan Baru Untuk Ijtihad
Berbeda dengan kaum tradisional yang mengajak umat untuk ber-taqlid dengan
Imam-imam mahzab, kaum salafi dan terutama modernis di abad 19 dan awal abad 20
justru mengajak umat untuk ber-ijtihad dan meninggalkan taqlid.
E. Ijtihad dan Taqlid di Kalangan Nu-muhammadiyah
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari pendiri NU – dalam risalah Ahlussunnah wal
Jama’ah bagian “Dasar-dasar Jam’iyah NU” yang disusun tahun 1941 membuat satu
fasal tentang keharusan taqlid bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan berijtihad.
Lebih lengkapnya beliau mengungkapkan:
Menurut pendapat Jumhur ulama mahaqqiq bagi setiap orang yang tidak memiliki
kualifikasi ijtihad mutlak – meskipun ia menguasai ilmu-ilmu yang dapat diakui untuk
berijtihad – wajib mengikuti pendapat para mujtahid dan mengikuti fatwa mereka agar ia
terbebas dari beban taklif, dengan mengikuti siapa saja di antara mereka yang ia
kehendaki. Hal ini berdasarkan firman Allah: yang artinya “Maka, bertanyalah kepada
orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Nahl [16]:43).
BAB 7 Syari’ah, Fikih dan Hukum Islam
A. Pengertian Syari’ah, Fikih dan Hukum Islam
1. Pengertian Syari’ah
Syariah adalah wahyu Allah berupa nash al-Quran dan Hadist Nabi shahih dan tidak
ada keraguan
2. Pengertian Fikih
Fikih merupakan pemahaman terhadap nash Alquran dan Hadis yang nilai
kebenarannya bersifat relatif, tidak mutlak.
3. Hubungan antara syari’ah dan fiqih
21
Syari’ah berarti sumber fikih dan fikih adalah sumber memahami syari’ah sekaligus
hasil dari ahli fiqih dalam menentukan hukum yang mempunyai sumber suci berupa
syariah atau wahyu.
4. Hukum Islam
Hukum islam merupakan istilah yang muncul pada masa saat ini.satu waktu hukum
islam berarti syari’ah, diwaktu lain hukum islam berarti fikih.namun hukum islam sering
diistilahkan sebagai hukum fikih bukan hukum syari’ah.
5. Perbedaan antara Hukum Islam dan Hukum Umum
a. Hukum umum berdasarkan pertimbangan akal manusia
b. Hukum islam berdasarkan pertimbangan akal manusia didasarkan pada wahyu yaitu
al-quran dan Hadis. Hukum islam bertujuan mensucikan jiwa dan menjauhkan diri
dari perbuatan munkar, menyeimbangkan kepentingan individu, dan masyarakat serta
negara.
B. Sejarah Perkembangan Hukum Islam
Tiga periode sejarah perkembangan islam yaitu:
1.Periode Rasullulah dan Para sahabat
Masa Nabi saw.merupakan masa turunnya al-Quran dan tumbuhnya sunnah sebagai
hukum islam .pada masa ini setiap persoalan yangmuncul dapat ditanyakan langsung
kepada nabi.Namun setelah Nabi wafat maka para sahabat nabi melakukan ijtihad dalam
penyelesaian persoalan-persoalan yang ada dimasyarakat.
2.Periode Pertumbuhan dan Perkembangan madzhab
Madzhab adalah pemahaman nash atau pendapat seseorang tentang upaya penemuan
hukum terhadap suatu kejadian. Pendapat tersebut diikuti dan dianggap sebagai pendapat
yang baku.
Lima madzhab fikih yang mendominasi dunia hukum islam
1. Madzhab Hanafi yang didrikan oleh imam hanafi
2. Madzhab Maliki yang didirikan oleh Imam Malik bin Anas
3. Madzhab Syafii, yang didirikan oleh Imam Syafii
22
4. Madzhab Hanbali yang didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
5. Madzhab Ja’fari yang didirikan oleh Imam Ja’far al-Shadiq.
3.Periode taqlid dan kebangkitan
Periode ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu :
a. Periode Taqlil (artinya ikut-ikutan di belakang) Masa ini merupakan masa
berkembangnya paham tertutupnya pintu ijtihad.
b. Periode kebangkitan, yaitu sejak kejatuhan Daulah Abbasyah hingga sekarang
C. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat Para Ulama Fikih
1. Beragamnya arti dalam lafadz-lafadz bahasa arab
2. Pebedaan dalam masalah Hadis
3. Perbedaan dalam masalah penggunaan metode penggalian hukum
4. Perbedaan cara penyelesaian ketika terjadi pertentangan dalil
D. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Al-qawa’Id Al-fiqhiyah)
1. Al-umur bi Maqasidiha (segala urusan disertai dengan tujuannya)
2. La dlarara wa la dlirara (tidak membuat dan menimbulkan kemudaratan)
3. Al-yakin la yuzalu bi al-syakk (keyakinan tidak lenyap dengan keraguan)
4. Al masyaqqah tajlibu al-taisir (kesulitan membolehkan kemudahan)
5. Al-‘adah muhakkamah (kebiasaan dijadikan rujukan hukum)
BAB 8 Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam
A. Pengertian dan Hakikat Ibadah
1. Makna Ibadah
Ibadah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, yang secara etimologi,
artinya menyembah. Secara terminologi, yaitu penghambaan seorang manusia kepada
Allah untuk dapat mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas
hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.
Beberapa ulama mendefinisikan bahwa ibadah itu ialah mendekatkan diri kepada
Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan
mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.
Menurut Ja’far Subhani, ibadah ialah tunduk meyakini uluhiyah (ke-Tuhanan) yang
disembah, rububiyah, dan kemerdekaan-Nya dalam berbuat Nurcholis Madjid dalam
23
mengemukakan pengertian ibadah menunjuk kepada amal perbuatan tertentu yang secara
khas bersifat keagamaan.
2. Kewajiban Ibadah bagi Manusia
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Q.S. al-
Dzariyat [56]:56).
“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” (Q.S. al-Bayyinah [98]:5)
Beribadah kepada Allah SWT berarti memusatkan penyembahan kepada Allah
semata-mata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri kecuali kepada-Nya saja.
Pengabdian berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin
bagi manusia kepada kehendak Ilahi.
3. Fungsi Ibadah
“Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam bentuk sebaik-baiknya.
Kemudian kami kembalikan dia ketempat serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh…” (Q.S. At-tin [95]: 4-5).
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali Allah dan tali menusia.” (Q.S. Ali Imran [3]: 112)
B. Bentuk-bentuk Peribadatan
1. Shalat: Sendi dan Induk Ibadah
a. Pengertian Shalat
Berdasarkan firman Allah: “Dan berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui” (Q.S. At-Taubah [9]:103) Shalat menurut bahasa berarti “do’a” atau
“rahmat”.
Menurut istilah syara’, shalat berarti perbuatan khusus seorang muslim yang berisi
bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dengan memenuhi syarat-syarat tertentu.
b. Fungsi Shalat
Shalat merupakan media komunikasi antara hamba dengan Khaliknya, dengan cara
menghadapkan diri dan hati kepada-Nya.
24
Shalat merupakan pendidikan positif yang dapat menjadikan manusia dan masyarakat
menjadi hidup teratur
“Dan tegakkanlah shalat, karena shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan
munkar” (Q.S. Al-Ankabut [29]:45)
“Orang-orang yang beriman, hari mereka jadi tenteram karena mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Rad [13]:28)
2. Shaum: Ibadah yang melibatkan Hawa Nafsu
a. Pengertian dan Ketentuan Shaum
Shaum menurut bahasa artinya menahan diri dari segala sesuatu. Dan secara istilah,
shaum adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, seperi makan, minum,
bersetubuh dan juga dari hawa nafsu yang dapat mengurangi nilai puasa tersebut.
a. Nilai Shaum (Puasa)
Dalam hadits dijelaskan: “Bukanlah puasa itu hanya sekedar menahan makan dan
minum saja, tetapi puasa itu ialah menahan diri dari perkataan yang sia-sia dan
perbuatan kotor.”
Apabila seseorang melakukan puasa dengan mentaati ketentuan sebagaimana di atas,
maka barulah akan tercapai apa yang menjadi tujuan dari puasa itu sendiri sebagaimana
yang kita pahami dari firman-Nya yang telah dijelaskan di atas yaitu untuk membentuk
manusia yang bertaqwa.
b. Zakat: Wujud Ibadah Sosial
a. Pengertian Zakat
Secara bahasa berasal dari kata “zaka” yang berarti mensucikan. Dan secara istilah
syara’ Sayid Sabiq mengartikan zakat sebagai nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah
yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.
Menurut Sulaiman Rasyid, zakat yaitu kadar harta tertentu yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya.
b. Fungsi Zakat
Bagi muzakki, zakat berarti mendidik jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan
jiwa dari sifat kikir, sombong, dan angkuhyang biasanya menyertai pemilikan harta yang
berlebihan.
25
Bagi mustahiq, zakat memberikan harapan adanya perubahan nasib dan sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzdzan terhadap ornag-orang kaya.
Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapat dan
pemilikan harta di kalangan umat Islam.
c. Haji: Puncak Ibadah dan Pengorbanan Lahir & Batin
1. Haji: Makna dan Tujuan
Secara bahasa artinya menyengaja sesuatu. Sedangkan secara istilah syara’, yang
dimaksud haji itu ialah menyengaja mengunjungi kabah untuk melakukan beberapa amal
ibadah dengan syarat-syarat tertentu.
Haji merupakan suatu ibadah yang sudah dikenal sejak zaman sebelum nabi
Muhammad saw. yang menuntut dari orang yang melaksanakannya supaya dikerjakan
dengan hati, badan dan hartanya yang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya.
a. Tata Cara Haji
a. Ihram (Berniat melakukan haji atau umrah)
b. Thawaf
c. Sa’I antara Shafa dan Marwah
d. Wuquf di Arafah
e. Mabit di Muzdalifah
f. Mabit di Mina
g. Melontar Jumroh
h. Tahallul (Melepaskan diri dari Ihram
BAB 9 Membangun Keluarga yang Islami
A. Keluarga
Kalau kita ingin membangun kehidupan yang kokoh di masyarakat, mesti
memulainya dari keluarga karena keluarga adalah merupakan unit kecil dari masyarakat.
1. Persiapan Nikah
Ketika akan menikah, seorang calon suami harus bisa memastikan bahwa calon
istrinya itu bukan muhrimnya. Yang termasuk muhrim (perempuan yang haram
dinikahi):
26
a. Diharamkan karena turunan
b. Diharamkan karena susuan
c. Diharamkan karena pernikahan
2. Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan akan dipandang sah apabila:
a. Adanya pasangan yang akan dinikahkan.
b. Wali.
c. Dua orang saksi yang adil.
d. Ijab-qabul.
e. Mahar.
3. Pembinaan Keluarga
Agar keluarga harmonis, sejahtera lahir dan batin perlu dilakukan pembinaan. Dalam
hubungan ini, seorang suami harus tahu dan melaksanakan kewajiban pada istrinya,
begitupun sebaliknya, seorang istri harus tahu dan melaksankan kewajiban pada
suaminya.
Pada saat itulah keharmonisan keluarga akan dapat dirasakan. Keluarga tersebut akan
menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah.
a. Kewajiban Suami dalam Keluarga
a) Menggauli istri dengan sopan.
b) Memberikan nafkah batin.
c) Memberikan nafkah lahir.
b. Kewajiban Istri dalam Keluarga
a) Patuh kepada suami, selama perintah suami tidak bertentangan dengan ajaran
islam.
b) Melayani kebutuhan biologis suami.
c) Berterima kasih atas pemberian suami, sekecil apapun nafkah yang diberikan
suami pada keluarga harus diterima dengan rasa syukur.
c. Kewajiban Orang tua pada Anak
a) Mencukupi kebutuhan anak akan makan, pakaian dan tempat tidur yang layak
sesuai dengan kadar kemampuannya.
27
b) Menjaga keselamatan anak, sejak dalam kandungan (rahim) ibunya sampai
beranjak dewasa.
c) Mendidik anak baik secara langsung maupun memasukannya kedalam salah satu
lembaga pendidikan.
d) Selalu berdoa untuk kebaikan anak-anak.
e) Mengawinkan jika sudah dewasa.
d. Kewajiban Anak kepada Orang tua
a) Mematuhi perintah orang tua, kecuali dalam hal maksiat.
b) Berbuat baik padanya.
c) Berkata dengan lemah lembut kepadanya.
d) Merendahkan diri dihadapan keduanya.
e) Berterima kasih kepadanya.
f) Memohonkan rahmat dan maghfiroh untuk keduanya.
g) Setelah mereka wafat, shalatkan jenazahnya, mohonkan rahmat dan ampunan
untuknya
B. Masalah Harta Peninggalan (Mawaris)
Mawaris menyangkut tata cara pembagian harta yang ditnggalkan oleh seseorang
karena meninggal dunia.
1. Pembagian Waris adalah Hak Allah
Harta yang ditinggalkan oleh seorang muslim karena meninggal dunia, menurut
ajaran islam mesti dibagikan berdasarkan aturan pembagian yang telah ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Al-quran dan as sunah. Artinya, bahwa pembagian harta
yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal harus berdasarkan hukm Allah SWT.
2. Prinsip-prinsip Kewarisan dalam Islam
a. Harta warisan didistribusikan kembali (dibagikan) kepada orang-orang yang
memiliki hubungan batin terdekat dengan yang meninggal seperti istri, anak-anak,
orang tua, yang memerdekakan dirinya.
b. Laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan bagian dari harta yang
diwariskan.
c. Yang diwariskan kepada ahli waris adalah harta benda yang riil dan hak-hak material
28
3. Ketetapan Allah dan Rasul-Nya dalam Pembagian Warisan
a. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang warisan.
b. Hadis-hadis tentang warisan.
c. Bagian warisan yang ditetapkan melalui ijtihad.
4. Pembagian Waris kepada Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang diberi hak oleh Allah SWT. Jenis-jenis ahli waris
adalah sebagai berikut:
Ashhaabul furudl, yaitu ahli waris yang mendapat furudl, yaitu bagian tertentu yang
telah ditetapkan jumlahnya dari harta warisan, seperti 2/3 bagian, ½ bagian, ¼ bagian
dan 1/6 bagian atau 1/8 bagian.
Ashabah, yaitu ahli waris yang mendapatkan semua warisan apabila tidak ada
ashhaabul furudl.
5. Bagian-bagian Waris
1. Suami
2. Istri (seorang atau lebih)
3. Ibu
4. Ayah
5. Anak Perempuan
6. Anak Laki-laki
7. Saudara laki-laki seayah seibu
8. Saudara perempuan seayah seibu
9. Saudara seibu
10. Kake Shahih
11. Turunan Shahih, dan seterusnya kebawah
12. Nenek Shahih
13. Saudara laki-laki seayah
14. Saudara perempuan seayah.
6. Tidak Memiliki Ahli Waris (kalalllah)
Apabila semua ahli waris yang disebut diatas tidak ada maka harta peninggalan
diberikan kepada kelompok Dzawul-arham, yaitu orang-orang yang punya pertalian
nasab (turunan darah) yang tidak termasuk kedalam ahli waris (baik utama atau
pengganti). Apabila tidak ada kelompok Dzawul-arham, maka harta peninggalan
29
diberikan kepada orang (atau orang-orang) atau lembaga yang diwasiati lebih dari 1/3
(termasuk wasiat wajibah kepada cucu dari anaknya yang telah meninggal lebih dahulu).
Bila tidak ada, maka diberikan kepada orang yang membuat perjanjian waris-mewarisi
dengannya (muwaalat), bila tidak ada, maka diserahkan kepada baitul-mal muslimin
(Lembaga Pemelihara Harta Bersama Kaum Muslimin)
BAB 10 Makanan dan Minuman dalam Islam
A. Konsep Dasar Halal dan Haram dalam Islam
1. Halal dan Haram adalah Hak Absolut Allah dan Rasul-Nya
Allah tidak akan menghalangi manusia dengan mengharamkan sesuatu yang telah
ditundukan dan atau diciptakan untuk manusia dan dijadikanNya sebagai kenikmatan.
2. Kejelasan Halal dan Haram
Dalam islam sesuatu itu terbagi kedalam tiga macam hukum, yaitu halal, haram dan
syubhat
3. Halal dan Haram Bersifat Universal
Sesuatu yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah dan RassulNya berlaku bagi
semua umat manusia
B. Hidangan Islami: Halal Haram dalam Makanan dan Minuman
Perintah Allah mencari makanan yang halal lagi baik Al-Quran hanya mengharamkan
Al Khabaits yaitu;
a. Bangkai
b. Darah
c. Babi
d. Binatang yang disembelih atas nama selain Allah
e. Arak
Makanan Haram dalam Hadits
a. Binatang Buas yang bertaring
b. Burung yang memiliki cakar
c. Keledai jinak
d. Hewan-hewan baik (unta, kambing, sapi, ayam, itik )
30
Menurut Syekh Fauzi Muhammad jika dikandangi selama 40tahun bagi unta, tiga
puluh hari bagi sapi, tuuh hari babi kambing, dan tiga hari bagi ayam hilang kemakruhan
dan keharamannya.
Sertifikasi Halal
Tujuan pelaksanaan Sertifikat Halal pada produk pangan, obat-obat dan kosmetika
adalah untuk memberikan kepastian kehalalan suatu produk, sehingga dapat
menentramkan batin yang mengkonsumsinya
Hal-hal Berkaitan dengan Sertifikat Halal:
1. Sertifikat Halal
2. produk halal
3. Pemegang Sertifikat Halal MUI
4. Sertifikat yang sudah berakhir masa berlakunya
BAB 11 Konsep Dasar Ekonomi dan Transaksi dalam Sistem Muamalah Islam
A. Pendahuluan
Mu’amalah adalah ajaran islam yang menyangkut aturan – aturan dalam menata
hubungan antar sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam
kebersamaan hidup manusia.
B. Landasan Pemikiran Perekonomian Islam
1. Falsafah ekonomi islam
2. Kegiatan dan pengembangan perekonomian
3. Prinsip-prinsip dalam penataan ekonomi islam
C. Masalah Pemilikan
1. Pemilikan pribadi menurut islam
2. Sumber-sumber pemilikan
3. Usaha yang dilarang
a. Riba
b. Pencurian perdagangan yang merusak kesehatan
c. Bisnis judi, hiburan maksiat, pelacuran (yang merusak moral)
d. Penyuapan
e. Perdagangan secara licik
- ihtikar
31
- manipulasi
- bersumpah atas barang dagangan
D. Masalah Transaksi
Islam sangat menghormati perjanjian dan transaksi yang di buat antar manusia. Oleh
karena itu allah swt memerintahkan kepada orang-orang yang terkait dengan perjanjian
dan transaksi agar menghormati dan memeliharanya meskipun kepada non muslim.
Transaksi dalam kegiatan ekonomi dapat berupa :
a. Transaksi jual-beli
b. Transaksi utang piutang
c. Transaksi sewa menyewa
d. Transaksi upah mengupah dan sebagainya
BAB 12 Etos Kerja dan Entrepreneursip
A. Perintah dan Hukum Berusaha
Allah bersabda dalam kitab Al-Qur’an bahwa:
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kalian di bumi, dan kami adakan bagi kalian
di atasnya ( sumber-sumber)penghidupan”(Q.S. Al –A”raf(7):10)
Allah telah menciptakan bumi dan langit beserta isinya untuk manusia, agar
manusia dapat berusaha mencari rizki yang di sediakan-Nya dan Allah mewajibkan kita
Untuk berusaha.
B. Tujuan, Manfaat dan Hikmah Berusaha
Tujuan berusaha bagi orang muslim adalah untuk memperoleh ridla Allah
Ta’ala. Bagai seorang muslim materi bukanlah sebagai tujuan akhirmelainkan
keuntungan yang ia peroleh dijadikan sarana untuk taqarrub(mendekatkan diri) kepada
Allah SWT. Dengan begitu hasil yang ia peroleh menjadi berkah baginya.
C. JenisEmployee (karyawan)
a. Self employee (bekerja sendari sebagai profesional), seperti akuntan,pengacara,
notaris,artis,dll.
b. Bussines ( sistim yang bekerja untuk manusia),seperti pengusaha bisnis
c. Investor ( uang bekerja untuk anda) seperti saham, deposito di bank, dll.
D. Hakikat Nilai Kewirausahaan
32
Wirausaha adalah sesseorang yang mengorganisasikan sumber-sumber,tenaga
kerja,material, dan aset sehingga dapat mengintroduksi perubahan, inovasi, dan tatanan
baru dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. Wirausahawan adalah orang yang
didorong untruk memenuhi kebutuhan tertentu dengan memperoleh suatu hasil,bahkan
untuk lari dari kekuasaan orang lain. Wirausahawan memiliki sifat-sifat kewirausahaan
yaitu mencerminkan ciri kepribadian wirausaha yang di dalamnya tercermin nilai-nilai
apa yang memberi kekuatan kepada pribadi wirausahawan. Kewirausahaan dapat juga
dipandang sebagai kepribadian, nilai-nilai atau sikap mental, sehingga sifat-sifat tersebut
dapat dimiliki oleh siapapun dan apapun profesinya.
E. Meniti Jalan Entrepreneurship
Dari hasil penelitian pada tahun 2005 diperkirakan 12.000.000 orang menganggur.
Sedangkan dari lulusan dari perkuliahan masih banyak yang menganggur. Dari
kebanyakkan orang bahwa untuk memulai suatu usaha adalah ketakutan akan rugi atau
bangkrut. Bahkan, sebagian orang yang sudah memiliki jiwa wirausaha merasa bingung
dari mana harus memulai usahanya.
F. Etika Wirausaha
Yang dimaksud etika wirausaha di sini adalah semangat,sikap,prilaku, dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk barudengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Etika wirausaha antara lain; 1) sikap dan peri-laku, 2) penampilan, 3) cara
berpakaian,4) cara berbicara, 5) gerak-gerik, 6) dan hal-hal lainnya. Dari etika
tersebutdapat dipetik beberapa manfaat antara lain; persahabatan dan pergaulan,
menyenangkan orang lain, membujuk pelanggan, mempertahankan pelanggan, dan
membina dan menjaga hubungan, dan berusaha menarik pelanggan. Sikap dan perilaku
pengusaha dan seluruh karyawan sesuai dengan etika wirausaha adalah:
1. Jujur dalam bertindak dan bersikap;
2. Rajin,tepat waktu, dan tidak pemalas;
3. Selalu murah senyum;
4. Lemah lembut dan ramah-tamah
5. Sopan santun dan hormat;
33
6. Selalu ceria dan pandai bergaul:
7. Fleksibel dan memiliki rasa tanggung jawab;
8. Serius dan suka menolong pelanggan;
9. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi.
BAB 13 Akhlak dan Tasawuf
A. Pengertian Tasawuf
Secara etimologis tashawwafa (akar katanya shuf = bulu domba) artinya memakai
pakaian bulu domba (simbol kesederhanaan saat itu). Sedangkan secara terminologis
suatu cabang dari ilmu keislaman yang lebih menekankan pada tujuan pembersihan diri
melalui penerapan ajaran-ajaran akhlak secara sistematis dan peresapan niai-nilai agama
secara bathiniyah.
B. Konsep Akhlak
Dalam arti terbatas : sejumlah tindakan yang “baik”, “etis”, bersifat “ikhtiyari”, dan
pelakunya patut dipuji.
Dalam arti luas : segala tindakan yang “baik”, yang mendatangkan “pahala” bagi
orang yang mengerjakannya; atau segala tindakan yang didasarkan pada perintah syara’,
yang wajib ataupun sunnat, yang haram ataupun makruh. Implikasinya orang yang
berakhlak adalah orang yang taat beragama.
C. Ciri-ciri Perbuatan Akhlaki
a. Akhlak merupakan suatu tindakan yang baik berdasar syara’.
b. Akhlak merupakan suatu tindakan ikhtiyari yang patut dipuji.
c. Akhlak merupakan buah dari keimanan.
d. Akhlak bersifat fithri.
e. Akhlak bersifat ta’abudi.
f. Akhlak merupakan moral dan etika universal.
g. Pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk masyarakat.
h. Pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk hati nurani.
D. Amal Shaleh
34
Amal shaleh ada yang bersifat ritual dan ada pula yang bersifat sosial. Setiap
kehidupan mukmin adalah ibadah. Amal shaleh bukan sekedar perbuatan baik. Bismillah
merupakan perbedaan mendasar antara amal shaleh dengan perbuatan baik semata.
BAB 14 Dakwah dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
A. Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
1. Urgensi Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Nabi Daud dan Isa
putra Maryam. Hal demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalui melampaui
batas. Mereka satu sama lain tidak suka melarang kemungkaran yang mereka lakukan.
Sungguh amat buruk apa yang mereka perbuat. Kamu melihat kebanyakan dari mereka
mengangkat orang-orang kafir sebagai pimpinan. Sungguh amat buruk apa yang mereka
canangkan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka dan mereka akan
kekal di dalam adzab. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, nabi dan apa-apa yang
diturunkan kepada mereka, tentu mereka tidak akan menjadikan orang kafir sebagai
pemimpin. Akan tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik” (Q.S. Al Maidah
[5]:78-81).
2. Definisi Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar
Secara etimologis Ma’ruf berarti sesuatu yang diketahui, kebaikan, kepatutan, dan
kelayakan. Munkar berati tidak diketahui atau asing. Dan secara terminologis Ma’ruf
berarti segala sesuatu yang kebaikan, kepatutan dan kelayakannya dapat diterima oleh
budaya atau adat istiadat dan tidak ditolak oleh syara. Munkar berarti segala sesuatu yang
bertentangan dengan nilai dan kebenaran agama.
3. Hukum Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar
a. Q.S. Ali Imran [3]:104 :”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar”.
b. Q.S. Ali Imran [3]:110 :”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah.
35
4. Pengaruh Kemunkaran
Bencana yang paling bebahaya mengancam kehidupan masyarakat muslim adalah
bencana kemunkaran.
Q.S. Al Ankabut [29]:40 ”Dan masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan
dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil
dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara
mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri sendiri.
5. Pencegah Kemunkaran
Rasul bersabda : Barang siapa melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan
tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika tidak mampu juga, maka
dengan hatinya, dan tindakan itu merupakan selemah-lemahnya iman.
B. Jihad
1. Konsep Jihad
Kedzaliman merupakan realitas historis. Kedzaliman seringkali jauh lebih kuat dan
terorganisir secara rapi, sehingga membuat gentar para pecinta keadilan. Karena itu
Allah SWT membekalkan sikap optimis bagi mereka yang beriman dan pejuang
keadilan.
2. Macam-macam Jihad
a. Jihad dengan harta.
b. Jihad dengan fisik.
c. Jihad dengan nyawa/jiwa.
d. Jihad dengan totalitas manusia.
e. Jihad dengan apapun sesuai bentuk serangan lawan.
BAB 15 Islam dan Isu-isu Kontemporer
A. Demokrasi dan Kepemimpinan Islam
1. Musyawarah Islam Versus Demokrasi
Dalam sejarah Islam pengalaman empirik demokrasi yang sering dinisbatkan kepada
contoh dari Rasul Allah dan al-Khulafa al-Rasyidin sangat terbatas. Musyawarah dalam
pemikiran fiqih dikategorikan wajib. Hukum ini diambil secara ekpisit dari firman Allah:
36
“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 159)
2. Teokrasi dan Demokrasi
Model kekuasaan ada di tangan Tuhan dapat dikategorikan dalam tipe Teokrasi.
Teokrasi dalam arti yang sebenar-benarnya sebenarnya sudah tidak lagi ada di dunia ini.
Perubahan pemikiran dan pengalaman empirik manusia telah membawa manusia kepada
suatu era demokrasi di zaman sekarang. Alasan yang mempertahankan demokrasi
sebagai konsep dasar yang meyakini akan keabsolutan dan mengajarkan kesetiaan total
manusia terhadap Tuhan secara vertikal akan sefaham dengan pendapat ini.
3. Titik Temu Demokrasi
Namun bila dianalisa lebih jauh, ada yang menemukan titik temu yang
diaktualisasikan dalam wilayah yang sama, yakni dunia manusia dengan segala
kompleksitasnya. Titik temu itu terletak pada perilaku sesungguhnya bahwa keduanya
merupakan realitas budaya, dengan subyek yang sama yaitu manusia.
4. Demokrasi dan Muslim Indonesia
Musyawarah itu merupakan bagian dari demokrasi (Kuntowijoyo, 1997: 91).
Selanjutnya musyawarah itu menurutnya adalah kewajiban dalam Islam, ia mempertegas
argumennya bahwa:
“ada suatu surah khusus dalam al-Quran yang diberi judul Al(Asy)-Syura dan
setidaknya ada dua ayat yang menyangkut permusyawaratan dalam masyarakat. Selain
itu orang bisa belajar mengenai praktik musyawarah dari sunnah, musyawarah disebut
bersamaan dengan shalat dan zakat, dengan demikian musyawarah termasuk tanda-
tanda orang beriman” (Kuntowijoyo, 1997:95)
B. Gender dalam Wacana Islam
1. Konsep Gender
37
Rebeka Harsono di Indonesia meminjam konsep Ann Oakley berpendapat bahwa
hubungan yang berdasarkan gender merupakan:
a. Hubungan antara manusia yang berjenis kelamin berbeda dan itu merupakan
hubungan hirarkis yang bisa menimbulkan masalah sosial
b. Gender merupakan eksplanatoris tentang tingkah laku, kedudukan sosial dan
pengalaman konsep yang cenderung diskriminatif daripada antara pria-wanita, dan
c. Gender memformulasikan bahwa hubungan asimetris pria-wanita sebagai natural
order atau normal (Harsono, 1997:284)
2. Keadilan Gender
Konsep keadilan dalam gender menurut Islam, bahwa Islam mengakui kesamaan
martabat laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin. Keduanya
mempunyai hak dan kewajiban yang sejajar dalam berbagai bidang. Konsep kesejajaran
yang mencerminkan keadilan tampak secara normatif ditegaskan dalam Q.S.33:35,
3:195, 2:187, 33:73 dan lain-lain
3. Keadilan Gender dalam Keluarga
Laki-laki yang dianggap dirinya superioritas lebih unggul karena kekuasaan dan
kemampuan mencari nafkah serta membelanjai kaum perempuan seperti tersebut
penyebabnya menggunakan kata “bima fadlalallahu”, ba ayat ini lisababiyah
(karna/disebabkan).
Karena itu, keunggulan para lelaki sebagai suami di bidang ekonomi bersifat
kontekstual sehingga tidak dapat dijadikan alasan normatif untuk dominasi lelaki dalam
keluarga secara mutlak, apalagi dalam kehidupan sosial di masyarakatnya.
38
BAB III
PENUTUP
A. Analisis/komentar
Buku yang membahas tentang ilmu agama Islam ini, memberitahu kita tentang
bagaimana kita memelihara eksistensi kita sebagai khalifah di muka bumi ini dalam
artian menjadi makhluk yang di harapkan oleh Allah dengan menjauhi larangan dan
mentaati perintah-Nya. Buku ini menjelaskan berbagai hal tentang Islam mulai dari
makna, tujuan Islam sampai isu-isu kontemporer.
Penulis buku ini menggunakan kalimat yang sedikit berpanjang lebar dalam
menerangkan permasalahan tetapi mudah dimengerti dengan didukung banyak dalil-
dalil yang memperkuat pembahasan yang ada, dan bahasa yang digunakan tentu adalah
bahasa yang santun, bahasa yang biasa digunakan di dalam buku pendidikan.
Gaya penulis menuangkan idenya adalah dengan gaya bercerita, itu dilihat dari tulisan
penulis buku ini yang menjelaskan sesuatu dengan berbagai contoh nyata, hal ini
mempermudah pembaca memahami suatu pembahasan. Seperti dapat dilihat di bab 6
misalnya, ketika buku ini menjelaskan tentang arti Qiyas, tetapi tidak hanya sebuah arti
saja melainkan penulis buku memunculkan contoh implementasi Qiyas yaitu hukum
memelototi dan menempeleng orang tua.
Dengan melakukan pendekatan-pandekatan yang terdapat di dalam buku ini telah
menjadi kelebihan tersendiri, namun buku ini masih terdapat kekurangan yaitu pada
dalil-dalil al-Qur’an yang dimuat disini semuanya tidak ada lafal arabnya melainkan
hanya artinya langsung dan juga penulisan huruf-huruf yang ada terkadang ada yang
sedikit melenceng dari Ejaan Yang Disempurnakan, seperti pada halaman 114 tepatnya
pada judul subbab ditulis Hidangan Islami: Halal Haram Dalam Makanan Dan Minuman
39
yang menurut EYD seharusnya Hidangan Islami: Halal Haram dalam Makanan dan
Minuman.
Dibandingkan dengan buku lainnya buku ini lebih mudah dimengerti dan bagi penulis
sebagai pembaca buku ini sangat mudah untuk mengaplikasinya.
Dan analisis yang terakhir menurut penulis, buku ini berguna bagi siapa saja terutama
bagi para mahasiswa perguruan tinggi yang menjadi calon pendidik agar menjadi
pendidik yang bermoral menurut agama kelak, buku ini juga cocok bagi para calon
wirausaha dan entrepreneur yang baik karena terdapat pembahasan tentang hal tersebut.
B. Kesimpulan
Berdasarkan uraian singkat isi buku dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Islam merupakan agama yang membawa kedamaian dan keselamatan dan bagi
umatnya harus tunduk pada ketetapan Allah dan ada berbagai metode dalam
memahami Islam.
2. Untuk membimbing manusia dalam meniti kehidupan, Allah menurunkan agamanya
sebagai pedoman hidup.
3. Seseorang yang memiliki keimanan dan ketakwaan dalam hidupnya akan selalu taat
kepada Rasul dan tentu juga taat kepada Allah swt.
4. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang harus dijadikan sumber ajaran
Islam pertama karna di dalamnya merupakan sekumpulan firman Allah yang diterima
oleh nabi Muhammad saw.
5. Setelah al-Qur’an, selanjutnya adalah Hadist yang harus dijadikan sumber ajaran
Islam kedua karna merupakan segala apa yang diberitakan dari Nabi saw. baik
berupa perkataan, perbuatan, pembiaran, atau sifat-sifat nabi.
6. Ijtihad artinya berusaha bersungguh-sungguh atau mengerahkan segala kemampuan.
Ijtihad merupakan sumber pengembangan hukum Islam.
7. Syariah merupakan jalan menuju sesuatu yang benar-benar merupakan sumber
kehidupan. Fikih diartikan sebagai pemahaman terhadap nash al-Qur’an dan hadis
yang tentu sudah tidak identik lagi dengan nash itu sendiri.
8. Ibadah artinya menyembah atau menghamba. Dalam Islam bentuk-bentuk
peribadatannya adalah antara lain shalat,shaum, zakat, haji.
40
9. Untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah tentu harus
berdasarkan ketentuan-ketentuan Islam agar dapat memperoleh kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat nanti.
10. Makanan dan Minuman dalam Islam ada yang telah dikatan dalam al-Qur’an halal
dan haram. Halal berarti boleh sedangkan haram berarti tidak diperbolehkan.
11. Transaksi jual beli dalam Islam haruslah berdasarkan ketentuan mu’amalah yang
merupakan ajaran Islam yang menyangkut aturan dalam menata hubungan antar
sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan hidup
manusia
12. Dalam hal etos kerja dan enterprenership Islam telah menentukan bagaimana cara
menjadi enterpreneur yang baik menurut Islam
13. Akhlak merupakan misi dan tujuan utama agama Islam dan tasawuf ekspresi bathin
moral islami
14. Dakwah berarti memanggil, menanamkan, mendoakan yang terkandung di dalamnya
artinya menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dan
tujuannya antara lain mengajak manusia ke jalan Tuhan
15. Model kekuasaan ada di tangan Tuhan merupakan sebuah Teokrasi namun kenyataan
yang ada sekarang adalah sistem demokrasi dimana itu merupakan ideologi konsep
produk manusia yang merelatifkan pandangan dogmatis serta absolut.
41