rangkuman buku agama

61
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI 1 BAB I PENDAHULUAN 2 A. Gambaran Keadaan Buku 2 B. Latar Belakang Masalah 2 C. Tujuan Laporan 4 BAB II Intisari Isi Buku 5 BAB III Penutup 39 A. Analisis/Komentar 39 B. Kesimpulan 40 1

Upload: yusni-oktaviani

Post on 13-Aug-2015

375 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

not desciption

TRANSCRIPT

Page 1: rangkuman buku agama

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 2

A. Gambaran Keadaan Buku 2

B. Latar Belakang Masalah 2

C. Tujuan Laporan 4

BAB II Intisari Isi Buku 5

BAB III Penutup 39

A. Analisis/Komentar 39

B. Kesimpulan 40

1

Page 2: rangkuman buku agama

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Keadaan Buku

Judul: Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup

Pengarang: Tim Dosen PAI UPI

Tahun Terbit: 2009

Penerbit: Value Press

Buku yang berjudul “Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup” ini merupakan sebuah

buku ajar dalam pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Bukan seperti buku

ajar lainnya yang penulis miliki selama Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas,

buku ini memiliki isi materi yang khas, terlihat dari uraian setiap bab, mulai dari bab satu

sampai bab lima belas merupakan serangkaian paparan materi Islam yang unik karena

sebagian besar hal yang disuguhkan kepada pembaca begitu aktual seperti isu-isu

kontemporer dalam Islam yang ada di bab lima belas, sehingga buku ini dapat

memotivasi mahasiswa untuk berpikir secara kritis dengan masing-masing keilmuan

yang dimilikinya agar kelak mahasiswa dapat menjadikan ilmu yang diperoleh dari

perguruan tinggi dapat diislamkan atau dalam istilah Al-faruqi dengan konsepnya

“Islamisasi Sain”. Dengan Islamisasi ini berarti penanaman nilai-nilai moral spiritual dan

akhlak mulia akan selalu hadir dalam nafas kehidupan pribadinya untuk selama-lamanya

dan dapat membawa serta memenuhi tujuan kebahagiaan saat masih hidup di dunia ini

dan masa yang akan datang di hari akhir nanti.

Keadaan buku yang berjumlah 190 halaman ini cukup baik dengan sistematika

penulisan yang baik pula mulai dari bab satu sampai bab lima belas. Konten isi pun

sangat bagus terlihat dari penulis buku ini sendiri yang terdiri dari dosen-dosen

Pendidikan Agama Islam UPI yang tentunya sudah tidak diragukan lagi kehebatan ilmu

agamanya.

B. Latar Belakang Masalah

Islam yang menjadi pedoman hidup bagi umat manusia selama ini telah digambarka

pemeluknya sebagai agama ritual yang diceraikan dengan kehidupan duniawi. Keadaan

seperti ini di dalam ilmu sosiologi merupakan suatu hal yang disebut “Sekularisme”,

dimana manusia di dalam aktifitas hidup kesehariannya selalu memisahkan antara agama

2

Page 3: rangkuman buku agama

dengan kepentingannya. Hal seperti ini sudah lazim terjadi di era modernisasi seperti ini,

sungguh suatu keadaan yang memprihatinkan dimana moral bangsa pun telah banyak

dinodai olah perilaku banyak manusia yang tidak memiliki pengetahuan agama.

Di ranah intelektual pun tidak luput dari pandangan ini, sehingga seolah Islam pun

jauh telah lama bercerai dengan dunia akademik keilmuan Barat yang dibidani

kelahirannya oleh Islam. Akhlak Islam dan moralitas nilai-nilai kemanusiaan yang

mendasariya dipaksa untuk jauh terpisah dari keilmuan itu. Ilmu disapih jauh untuk

bebas nilai dari Islam.

Merujukkan kembali Islam dengan Ilmu Pengetahuan Modern kini adalah kewajiban

kaum intelektual termasuk para mahasiswa muslim. Baik kaum muslim intelektual, umat

umumnya maupun dunia dewasa ini yang merindukan nilai-nilai moral kemanusiaan

yang luhur tidak terceraikan dengan nilai-nilai spiritual. Dalam hal ini Akhlak Islam

lengkap dalam keteladanan Rasulullah kembali berada di tengah-tengah manusia dan

alam tempat mereka hidup.

Problematika di atas perlu segera dipecahkan. Salah satu langkah yang dapat

ditempuh adalah ditemukannya sebuah buku yang mampu menyajikan serangkaian

materi ilmu agama Islam yang nantinya mampu mengisi ilmu dengan islamisasi sain

sebagaimana telah ditunjukan di masa kelahiran ilmu di dunia Islam masa lalu. Sekait

dengan kenyataan tersebut, buku berjudul Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup karya

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia bisa menjadi

solusi alternatif.

Buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup ini merupakan buku yang terbilang cukup

baru. Buku ini diterbitkan pada tahun 2009 oleh Penerbit Value Press Bandung. Buku

berukuran 14,4 x 21 cm ini termasuk buku yang banyak dicari dan dibaca orang. Hal ini

terbukti dalam satu tahun penerbitannya , buku ini telah mengalami dua kali cetak ulang.

Buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup terdiri atas 15 bab. Secara umum isi buku

ini dapat dikategorikan ke dalam bagian besar yakni bagian awal berupa konsep dasar

Islam yang meyajikan Makna, Tujuan dan Metode Memahami Islam dan bagian akhir

yang membahas tentang Islam dan Isu-isu Kontemporer. Walaupun belum ditujukan bagi

seorang yang sudah benar-benar ahli dalam ilmu agama, buku ini jelas sangat bermanfaat

guna membina mahasiswa untuk menjadi penerus bangsa yang beragama baik dan

memiliki moral yang baik pula. Keunggulan lain adalah bahwa buku yang berisi materi

seperti dalam buku ini sampai saat ini belum banyak ditemukan.

3

Page 4: rangkuman buku agama

Sejalan denan kenyataan di atas, buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup

merupakan salah satu buku yang penting untuk dikaji. Oleh sebab itu, penulis tertarik

melakukan pengkajian terhadap isi buku tersebut yang hasilnya penulis susun dalam

bentuk laporan buku.

C. Tujuan Laporan

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulis laporan buku ini adalah untuk

mengetahui dan mendeskripsikan buku Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Laporan

buku ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara

praktis. Secara teoritis diharapkan laporan buku ini menambah khazanah teoritis tentang

ilmu Islam. Secara praktis diharapkan laporan buku ini menambah pengetahuan,

wawasan, dan keilmuan bagi penulis maupun bagi pembaca.

4

Page 5: rangkuman buku agama

BAB II

Intisari Isi Buku

Berikut ini penulis akan menguraikan ringkasan isi dari buku Islam Tuntunan dan

Pedoman Hidup dari setiap bab.

BAB 1 Makna, Tujuan, dan Metodologi Memahami Islam

A. Makna islam

Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk indonesia. Islam

sendiri memiliki makna secara lughawi ( etimologis ) dan secara istilahi ( terminomogis ).

Secara lughawi kata “ Islam ” berasal dari 3 akar kata yaitu Aslama yang artinya

berserah diri atau tunduk patuh pada aturan hidup yang ditetapkan Allah swt, Salam

berarti rasa damai dalam jiwa atau ruh dan yang terakhir Salamah dalam arti menempuh

jalan yang selamat.

Adapun secara istilahi, “ Islam ” adalah agama yang diturunkan dari Allah swt kepada

umat manusia melalui penutup Nabi Muhammad saw.

Untuk memahami lebih dalam makna dari islam perlu dipahami pula makna taslim

( berserah diri ) yang memiliki tiga tingkatan dari mulai yang terendah yaitu taslim fisik,

lalu taslim akal dan yang tertinggi taslim hati.

A. Tujuan Syari’ah Islam

1. Menjaga dan memelihara agama

2. Menjaga dan memelihara jiwa

3. Menjaga dan memelihara akal

4. Menjaga dan memelihara harta

5. Menjaga dan memelihara kehormatan

B. Metode Memahami Islam

1. Metode Disiplin Ilmu dan Kajian Isi

Islam dapat dipelajari dengan menggunakan metode disiplin ilmu dan kajian isi,

yaitu dengan cara mempelajari cabang-cabang ilmu tersebut berdasarkan tahapan-

tahapan dan struktur kajian yang telah disusun oleh para ulama sesuai dengan tingkat

kemampuannya, seperti yang biasa dipelajari di pesantren-pesantren salfiah.

5

Page 6: rangkuman buku agama

Dalam mempelajari islam melalui metode disiplin ilmu dan kajian isi ini agar

tidak terjadi kekeliruan, diisyaratkan:

a. Mempelajarinya harus secara integral, tidak parsial agar tidak menimbulkan

ta’ashub

b. Harus dari sumber yang disusun oleh ulama muslim

c. Harus secara terstruktur dimulai dari tingkat dasar terlebih dahulu sesuai

dengan struktur yang telah disusun oleh para ulama.

2. Metode Kajian Al-Quran dan Sejarah Islam

Syari’ati menegaskan bahwa ada dua metode fundamental untuk memahami islam

secara benar. Pertama, pengkajian Al-Quran, yaitu pengkajian intisari gagasan-

gagasan dan output ilmu dari orang yang dikenal sebagai Islam; kedua, pengkajian

“Sejarah Islam”, yaitu pengkajian tentang perkembangan Islam sejak masa Rasul

menyampaikan misinya hingga masa sekarang.

3. Metode Tipologi

Metode “tipologi” dikembangkan oleh Ali Syari’ati untuk memahami tipe, profil,

watak, dan misi agama Islam. Metode ini memiliki dua ciri penting, yaitu: pertama.

mengidentifikasi lima aspek agama; dan kedua, membandingkan kelima aspek agama

tersebut dengan aspek yang sama dalam agama lain. Dengan cara ini kita bisa melihat

secara jernih betapa unggulnya agama Islam mengatasi agama-agama lainnya. Kelima

aspek atau ciri agama itu adalah:

1. Tuhan atau Tuhan-tuhan dari masing-masing agama

2. Rasul (Nabi) dari masing-masing agama

3. Kitab suci dari masing-masing agama

4. Situasi kemunculan Nabi dari tiap-tiap agama dan kelompok manusia yang

diserunya, karena pesan tiap Nabi berbeda-beda.

5. Individu-individu pilihan yang dilahirkan setiap agama

BAB 2 Manusia, Agama dan Islam

A. Manusia dan Agama

1. Beragama sebagai Kebutuhan Fitri

Manusia terdiri dari dimensi fisik dan non fisik yang bersifat potensial.

Dimensi non fisik terdiri dari berbagai domein rohaniyyah yang saling berkaitan,

yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa (sense). Yang dimaksud rasa di sini

6

Page 7: rangkuman buku agama

adalah kesadaran manusia akan kepatutan (sense of ethic), keindahan (sense of

aesthetic), dan kebertuhanan (sense of theistic).

Keyakinan akan adanya Tuhan dicapai oleh manusia melalui tiga pendekatan,

yaitu:

a. Material experience of humanity

b. Inner experience of humanity

c. Spiritual experience of humanity

2. Pengertian Agama dan Asal-Usul Agama

Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di mana penganut-

penganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral,atau sosial atas dasar

aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu, umumnya suatu agama mencakup aspek-

aspek sebagai berikut:

a. Aspek kredial

b. Aspek ritual

c. Aspek moral

d. Aspek sosial

Melihat asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama sebagai sebuah

lembaga kepercayaan dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu:

a. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu

masyarakat.

b. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat wahyu

dari Tuhan.

c. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar.

3. Agama-Agama Besar di Dunia

Beberapa agama yang dianggap besar yaitu: Agama Kristen, Katolik, Islam,

Hindu, Budha, Kong Hu Chu, Shinto, Yahudi, Zoroaster

A. Agama Islam

1. Islam, Agama Fitrah dari Allah swt.

Islam adalah suatu sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah swt. Islam

akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah merupakan pembawaan asal

manusia secara umum sejak kelahiran dengan segala karakteristiknya yang masih

bersifat potensial atau masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu

7

Page 8: rangkuman buku agama

dikembangkan dan diarahkan oleh ihtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan

dimensi fisik atau non fisik.

2. Nama, Pengertian dan Misi Agama ISLAM

a. ISLAM sebagai Nama Agama (Ad-Din)

ISLAM adalah nama yang ditetapkan Allah swt. secara eksplisit di

dalam Al-Qur’an untuk sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan melalui

Nabi Muhammad saw. kepada ummat manusia.

b. Pengertian ISLAM

Secara etimologis berasal dari tiga akar kata salam (damai), salamah

(keselamatan), aslama (tunduk patuh). Dan secara terminologis, ISLAM

adalah satu sistem ajaran ketuhanan (agama) yang berasal dari Allah swt. yang

disampaikan kepada ummat manusia melalui risalah yang diterima oleh Nabi

Muhammad saw.

c. Misi Agama Islam

Agama Islam melalui semua ajaran-ajaran yang disampaikannya

mengandung tiga misi, yaitu:

1) Mengajak dan menyuruh manusia untuk tunduk patuh pada aturan-aturan

Allah dalam menjalan hidupnya di dunia

2) Membimbing manusia untuk menemukan kedamaian

3) Memberikan jaminan kepada manusia dalam mendapatkan keselamatan

dan terbebas dari bencana hidup baik di dunia atau di akhirat

3. ISLAM sebagai Hidayah (Petunjuk) dalam kehidupan

a. Hidayah Allah untuk Manusia

Hidayah secara etimologis berarti “petunjuk” dan secara terminologis

Islam berarti “petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada makhluk hidup agar

mereka sanggup menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan solusi bagi

persoalan hidup yang dihadapinya”.

b. ISLAM, Satu-satunya Hidayah Diniyyah

Dalam kedudukannya sebagai hidayah bagi kehidupan manusia di

dunia, agama ISLAM, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yan dapat

dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut:

1) Pemeberi makna bagi perbuatan manusia

2) Alat kontrol bagi perasaan dan emosi

8

Page 9: rangkuman buku agama

3) Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang

4) Pemberi dorongan penguat terhadap kecenderungan berbuat baik pada

manusia

5) Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang

BAB 3 Keimanan dan Ketakwaan

A. Keimanan

Pengertian iman dan orang yang beriman adalah orang yang memiliki

keyakinan yang kokoh dan menjadi motivasi untuk melakukan perintah-perintah

Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan

Allah maupun yang berhubungan dengan sesama manusia.

Raha AK (2000:75), mengemukakan unsur-unsur pokok iman itu ada tiga,

yaitu yang berkaitan dengan keyakinan atau akidah, berkaitan dengan ucapan atau

lisan dan berkaitan dengan pelaksanaan anggota badan.

Menurut Sayyid Sabiq, bahwa pengertian keimanan atau akidah itu tersusun

dari enam perkara, yaitu:

Pertama, marifat kepada Allah swt, marifat dengan nama-nama-Nya yang

mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi juga marifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-

Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta atau di dunia ini.

Atas dasar uraian di atas, maka seorang mukmin akan selalu mentauhidkan

Allah maksudnya Allah sebagai satu-satunya sentral (rujukan dan sandaran) dalam

penciptaan, pertimbangan dan tindakan. Secara garis besarnya Tauhidullah terbagi

menjadi empat macam yaitu:

1. Tauhid al-Rububiyah. Secara teoritis tauhidur Rububiyah berarti bahwa Allah

adalah satu-satunya yang mencipta memiliki, mengatur dan mengurus semesta

alam.

2. Tauhid al-Asma wa al-Sifat. Secara teoritis tauhidul Asma was-sifat adalah

meyakinkan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan sifat-sifat sempurna.

3. Tauhid al-Ibadah. Tauhidul ibadah berarti menempatkan dan memperlakukan

Allah sebagai satu-satunya yang disembah.

4. Tauhid al-Isti’anah. Tauhidul Isti’anah berarti menempatkan dan

memperlakukan Allah sebagai satu-satunya tempat berharap dan bergantung.

9

Page 10: rangkuman buku agama

Kedua, marifat kepada Malaikat Allah swt, untuk mencontoh meniru perilaku

mereka yang serba baik dan terpuji.

Ketiga, marifat kepada Kitab-Kitab Allah swt. Hal ini dijadikan pedoman

untuk membedakan antara yang hak dan bathil, yang baik dan buruk, yang halal

dan haram, sehingga memberikan arahan untuk menempuh jalan yang lurus.

Keempat, marifat kepada Rasul-rasul Allah swt untuk menjadi pembimbing,

petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak.

Kelima, marifat kepada Hari Akhir. Hal ini akan menjadi pembangkit yang

terkuat untuk mengajak manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.

Keenam, marifat kepada Takdir (Qadla dan Qadar). Hal ini akan memberikan

bekal kekuatan dan kesanggupan kepada seseorang untuk menanggulangi segala

macam rintangan, siksaan, kesengsaraan dan kesukaran.

Orang yang beriman dalam kehidupannya akan menampilkan perilaku sebagai

berikut:

1. Jihad artinya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan segala

aturan Allah atau berperang untuk mempertahankan agama Allah atau

bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, syetan, orang-orang kafir dan

orang-orang munafik.

2. Menghukum atau menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dalam

kehidupannya dengan menggunakan hukum Allah dan Rasul-Nya.

3. Ridhlo atas segala musibah yang menimpanya

4. Sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

5. Mencintai sesama muslim

6. Rajin dan sungguh-sungguh dalam segala usahanya

7. Berbudi pekerti yang baik

8. Mencegah dan menghindarkan diri dari segala perbuatan yang buruk, baik

pada dirinya maupun pada keluarga dan masyarakat

9. Selalu membantu orang miskin dan anak yatim

Iman mengajarkan dan memberikan keyakinan kepada manusia tentang

berbagai hal. Dibawah ini dikemukakan tentang buah iman, atau dampak keimanan

seseorang dalam kehidupan sehari-harinya sebagai berikut:

Pertama, Iman mengajarkan dan memberikan keyakinan kepada manusia

bahwa Tuhan itu ada, Esa dan bersifat dengan segala sifat-Nya yang Maha

Sempurna.

10

Page 11: rangkuman buku agama

Kedua, Iman mengajarkan dan meyakinkan kepada manusia, bahwa:

a. Manusia adalah makhluk yang memiliki bentuk paling baik

b. Manusia adalah makhluk termulia

c. Manusia adalah makhluk terpercaya

d. Manusia adalah makhluk terpintar

e. Manusia adalah makhluk tersayang

B. Ketakwaan

Beberapa ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjelaskan tentang takwa, diantaranya

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 197, yang artinya:

“...... Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah

kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 197)

Sifat takwa dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori atau indikator

ketakwaan.

Pertama, iman kepada Allah, para malaikat Allah, Kitab-kitab Allah dan para Nabi

Allah. Artinya, seseorang yang bertakwa adalah yang memelihara fitrah iman.

Kedua, mengeluarkan harta yang disayanginya kepada kerabat, anak yatim, orang-

orang yang miskin, orang-orang yang terputus diperjalanan, orang-orang yang meminta-

minta, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban,

memerdekakan hamba sahaya.

Ketiga, mendirikan shalat dan menunaikan zakat

Keempat, menyempurnakan janjinya apabila ia berjanji, dan

Kelima, bersabar pada waktu mendapat musibah dan tantangan

Kategori-kategori takwa yang diungkapkan di atas pada dasarnya dapat disarikan

dalam dua kelompok perilaku, yaitu:

a. Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertikal dengan Allah swt yang

diwujudkan melalui itikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan

ibadah dan keputusan terhadap ketentuan dan aturan yang dibuat-Nya.

b. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang kepada sesama

umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan, yaitu:

1) Berbakti kepada Orang Tua

2) Menyayangi Keluarga

3) Tolong menolong sesama teman, karib kerabat dalam kebaikan, mencintai dan

membenci karna Allah, dan berteman pun karena Allah.

11

Page 12: rangkuman buku agama

Pelaksanaan rukun Islam secara keseluruhan atas dasar iman merupakan implementasi

seorang muttakin, dan ketakwaan seseorang akan menentukan tinggi dan rendahnya

seseorang di hadapan Allah swt.

BAB 4 Al-Qur’an: Sumber Ajaran Islam Pertama

A. Alquran Wahyu Dari Allah

1. Pengertian Alquran

Kata Alquran berasal dari kata qara’a artinya membaca. Alquran adalah kitab suci

ummat islam yang merupakan kumpulan firman Allah yang diterima oleh nabi

Muhammad saw. secara lafadz dan makna dengan perantaraan Malaikat Jibril dalam

bahasa arab.

Karena Alquran merupakan tulisan dari kalam Allah swt., membaca Alquran

merupakan ibadat dan mendapat pahala.

2. Nama-nama lain bagi Alquran

a. Alquran disebut juga Al-Kitab artinya kumpulan yang tertulis.

b. Alquran disebut juga Al-Furqon artinya yang membedakan.

c. Alquran disebut juga Al-Nur artinya cahaya.

d. Alquran disebut juga Al-Syifa artinya obat penyembuh.

e. Alquran disebut juga Adz-Dzikir artinya ingat.

3. Alquran Firman Allah yang Diwahyukan (Wahyun Matluwwun)

a. Pengertian Wahyu

Wahyu secara etimologis dapat berarti bisikan, isyarat cepat, atau informasi

diam-diam yang diterima secara cepat. Sedangkan wahyu dalam konteks kerasulan

adalah kabar pemberitahuan dari Allah swt. kepada nabi dan rasulnya baik secara

langsung atau melalui perantaraan malaikat jibril yang berisi ajaran-ajaran agama

untuk disampaikan kepada umatnya.

b. Cara-cara Wahyu Diterima oleh Para Rasul

Cara wahyu disampaikan kepada nabi dan rasul bermacam-macam, yaitu:

1) Secara inspiratif, dimana wahyu langsung masuk dalam hati para nabi dan rasul

2) Diajak bicara langsung oleh Allah swt. dari balik tabir

3) Melalui penglihatan di waktu tidur

4) Melalui utusan yang dikirim kepada nabi dan rasul, yaitu malaikat jibril yang

menjelma menjadi seorang laki-laki

12

Page 13: rangkuman buku agama

c. Cara Nabi Muhammad saw. menerima wahyu

1) Wahyu langsung masuk ke dalam hati Rasulullah saw.

2) Malaikat menyampaikan wahyu tersebut dan ia menampakkan dirinya berupa

seorang laki-laki

3) Malaikat menampakkan dirinya dalam bentuk aslinya

4) Dalam bentuk suara yang didengar langsung oleh Rasulullah saw.

d. Alquran sebagai wahyu yang dibacakan

Malaikat Jibril membacakan ayat-ayat Alquran dan Rasulullah saw.

mendengarkannya kemudian melafadzkan ayat-ayat yang ia dengar itu. Oleh karena

itu wahyu tentang ayat-ayat alquran ini disebut dengan ‘wahyun mathuww’ artinya

‘wahyu yang dibacakan’ atau ‘wahyun jaliyy’ artinya ‘wahyu yang jelas dan terang’.

4. Alquran diturunkan secara berangsur-angsur

Alquran diturunkan kepada nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur sedikit

demi sedikit dalam beberapa ayat. Ayat-ayat alquran diturunkan selama 23 tahun, 13

tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah.

Ada beberapa hikmah dari diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur,

diantaranya:

a. Lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan

b. Memudahkan penghafalan

c. Ayat Alquran yang diturunkan disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi

sehingga lebih mengesankan dan ber-pengaruh di dalam hati

d. Di antara ayat-ayat Alquran tersebut ada yang berlaku sementara dan perlu

dibatalkan hukumnya dan diganti dengan ayat pengganti yang sesuai dengan

kemaslahatan yang datang kemudian

5. Ayat Makkiyyah dan Ayat Madaniyyah

a. Pengertian Ayat Makkiyyah dan Ayat Madaniyyah

Ayat makkiyyah adalah ayat-ayat Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah dalam

periode kerasulan di Mekkah. Sedangkan Ayat Madaniyyah adalah ayat-ayat Alquran

yang diturunkan kepada Rasul dalam periode kerasulan di Madinah.

13

Page 14: rangkuman buku agama

b. Ciri-ciri Ayat Makkiyyah dan Ayat Madaniyyah

Ayat Makkiyyah Ayat Madaniyyah

1) Lebih banyak menjelaskan masalah

akidah

2) Umumnya pendek-pendek dan

surahnya ringkas

3) Dalam menggunakan panggilan sering

menggunakan kata “Ya ayyuhannas”

artinya wahai manusia

4) Banyak menggunakan “qasam”

(sumpah) dengan benda atau fenomena

alam

5) Lebih menekankan pada dakwah untuk

berpegang pada akhlak mulia

1) Mengatur cara bermasyarakat

2) Ayat dan surah nya panjang-

panjang

3) Sering menggunakan kata

panggilan “Yaa ayyuhalla-dzina

amanu” artinya wahai orang-

orang yang beriman

4) Tidak memakai sumpah, tapi

banyak menghimbau untuk

berfikir

5) Lebih menekankan dakwah untuk

berjihad

c. Contoh ayat Makkiyyah dan ayat Madaniyyah

1) Ayat-ayat makkiyyah dalam Surat At-Tiin ayat 1-6

2) Ayat-ayat madaniyyah dalam surat Al-Baqarah ayat 254

6. Ayat Alquran yang pertama dan terakhir diturunkan

a. Ayat yang pertama diturunkan

Adapun Ayat Alquran yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

adalah Al-Alaq ayat 1 sampai 5.

14

Page 15: rangkuman buku agama

Surat ini diterima oleh Nabi saw. pada malam 17 Ramadhan ketika beliau sedang

berkhalwat di gua Hira

b. Ayat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah

Adapun Ayat Alquran yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. adalah

ayat yang terdapat dalam surat Al-Ma’idah ayat 3.

Ayat ini diturunkan pada hari arafat bertepatan dengan hari Jumat.

B. Pokok-pokok Isi Alqur’An

1. Aqidah

Tentang akidah Alquran menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. Keesaan Allah, Tuhan semesta dan sifat-sifatnya

b. Adanya malaikat, rasul, dan kitab Allah

c. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir dan kepada seluruh umat manusia

d. Alquran sebagai sumber kebenaran yang tidak meragukan

e. Adanya hari akhir

2. Ibadah

Artinya menghamba atau mengabdi. Alquran memerintahkan beberapa bentuk ibadat

yang harus dilakukan oleh setiap mukminin dan mukminat seperti shalat, shaum, zakat,

dan hajji.

3. Mu’amalah

Adalah tata cara hubungan antara manusia dengan manusia.

4. Akhlak

Adalah pola perilaku manusia, baik yang lahir ataupun yang bathin. Alquran

mengajarkan agar manusia memiliki dan melaksanakan akhlak yang baik.

5. Hukum

Firman Allah swt. dalam surat Al-Israa, ayat 32, yang artinya:

“Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan

seburuk-buruknya jalan.” (Q.S. Al-Israa [17]: 32)

6. Kisah Ummat-ummat Terdahulu

Firman Allah swt. dalam surat Al-Firqan ayat 37-39, yang artinya:

“Dan (telah aku binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Aku

tenggelamkan mereka dan aku jadikan (kisah) mereka itu sebagai pelajaran bagi

manusia. Dan aku telah sediakan bagi orang-orang yang zalim itu azab yang pedih”

15

Page 16: rangkuman buku agama

7. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuantentang Alam Semesta

Alquran meliputi juga kterangan-keterangan tentang kejadian alam yang dapat

dijadikan dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, seperti dalam surat Al-Anbiya

ayat 33 dan surat Al-Hijr ayat 22

C. Fungsi Alquran

1. Alquran sebagai Petunjuk

Petunjuk berarti pedoman yang memberitahukan tentang apa yang perlu dan mesti

ditempuh dan dijalankan dan apa yang tidak boleh dilakukan dan harus dihindarkan.

Alquran bagi manusia merupakan petunjuk dalam menempuh dan menata kehidupan di

dunia, agar ia selamat dan mendapat kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

2. Alquran sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam

Alquran sebagai kumpulan firman-firman Allah yang berisi petunjuk dan ajaran

merupakan sumber pokok ajaran Islam. Seperti dalam firman Allah swt. dalam surat An-

Nisaa ayat 105.

Sumber ajaran Islam adalah tempat dari mana ajaran-ajaran Islam berasal dan

dikeluarkan. Alquran adalah asal dari mana ajaran Islam itu dijabarkan dan

dikembangkan

3. Alquran sebagai Peringatan dan Bahan Pelajaran

Manusia sebagai makhluk yang suka lupa perlu diperingatkan agar ia ingat kembali ke

jalan yang sebenarnya. Dengan Alquran, Allah swt. memperingatkan manusia tenang

Tuhannya yang esa, tentang fungsinya dalam kehidupan, tentang tugasnya hidup di

dunia, tentang tujuan hidupnya, tentang kehidupannya di dunia dan nasibnya setelah ia

meninggalkan dunia kelak.

Alquran memperingatkan kepada manusia tentang berbagai hal yang perlu ia sadari

selama menjalani kehidupannya di dunia, yaitu:

a. Tentang janjinya bahwa ia hanya bertuhankan Allah yang Maha Esa, seperti dalam

surat Al-A’raaf ayat 172

b. Tentang tugas hidupnya di dunia, yaitu menghamba dan beribadat kepada Allah Swt.

semata, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 21

c. Tentang fungsinya sebagai khalifah dalam kehidupan di muka bumi, seperti dalam

surat Al-Baqarah ayat 30

16

Page 17: rangkuman buku agama

d. Tentang tujuan hidupnya yang harus menjadi niat dari setiap perbuatan yang harus ia

lakukan selagi di dunia yaitu mendapatkan rhidla Allah swt., seperti dalam surat Al-

Qashash ayat 77

e. Tentang nasibnya di akhirat kelak setelah ia mati, seperti dalam surat Al-syu’ara ayat

88 dan 89

BAB 5 Hadist: Sumber Ajaran Islam Kedua

A. As-sunnah dan Ilmu Hadits

1. Pengertian As-sunnah dan Hadits

a. As-Sunnah

As-Sunnah secara lughawi artinya kebiasaan atau tradisi. Sedangkan menurut istilah

ilmu hadits adalah segala apa yang dilakukan oleh Nabi saw., baik berupa perkataan,

perbuatan, atau berupa pembiaran atas perbuatan sahabat. Adapun yang disebut taqriry

adalah apa yang dilakukan salah seorang sahabat di hadapan Nabi saw. kemudian Nabi

membiarkannya dan tidak melarang perbuatan tersebut.

b. Hadits

Hadits secara lughawi artinya baru atau kabar. Sedangkan menurut istilah atau ilmu

hadits adalah segala apa yang diberitakan dari Nabi saw. baik berupa perkataan,

perbuatan, pembiaran, atau sifat-sifat nabi

2. Macam-macam Sunnah dan Hadits

a. Sunnah Qauliyyah

Yaitu segala yang diucapkan oleh rasulullah saw. setelah beliau diangkat menjadi

Rasul, baik pernyataan, perintah atau larangan

b. Sunnah Fi’liyyah

Yaitu apa yang diberitakan oleh sahabat mengenai apa yang dilakukan oleh Rasul

saw., baik pekerjaan yang berkaitan dengan syari’ah atau kehidupan sehari-hari.

c. Sunnah Taqririyyah

Yaitu apa yang dikatakan atau dilakukan para sahabat di hadapan Nabi, atau tidak

dihadapan Nabi tapi Nabi mengetahuinya, dan Nabi saw. membenarkannya atau

membiarkannya dan tidak melarangnya.

3. Ilmu Hadits

Adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk yang berkaitan dengan cara pemindahan

hadits dari Nabi saw., dari para sahabat, atau dari para Tabi’in.

17

Page 18: rangkuman buku agama

a. Istilah-istilah dalam Ilmu Hadits

1) Sanad

Adalah rangkaian para periwayat yang menukilkan isi hadits secara

berkesinambungan dari yang satu kepada yang lain sehingga sampai pada periwayat

terakhir.

2) Matan

Adalah isi yang dimuat dalam hadits itu sendiri, baik berupa perkataan, perbuatan atau

sifat Nabi atau tindakan dan perbuatan para sahabat yang dibiarkan oleh Nabi saw.

3) Rawi

Adalah orang yang menerima suatu hadits dan menyampaikannya kepada yang lain

4) Rijalul-Hadits

Adalah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan suatu hadits, yaitu para perawi

hadits itu sendiri.

a. Pembagian Ilmu Hadits: Hadits Riwayah dan Hadits Dirayah

1) Ilmu Hadits Riwayah, yaitu ilmu hadits yang berkenaan dengan dengan:

a) Pemindahan hadits

b) Pemahaman metode penelaahan sanad

c) Pemeriksaan lafadz-lafadz dalam sanad dan matan

d) Memeriksa nama-nama yang meriwayatkan

e) Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan hadits secara sah, benar,

dan tepat, baik dalam sanad maupun dalam matan

2) Ilmu Hadits Dirayah, yaitu ilmu hadits yang melakukan penyaringan, memilah-

milah hadits, melakukan kritik terhadap hadits, dan mengkaji aspek-aspek yang

menentukan shahih tidaknya suatu hadits atas dasar sanadnya

B. Penulisan Hadits dan Tingkatan Hadits

1. Sejarah Penulisan dan Kondifikasi Hadits

Pada masa Rasulullah saw. masih hidup, hadits masih berupa ucapan dan tindakan

Nabi saw. yang disaksikan langsung oleh para sahabat. Setelah Rasulullah wafat pun

hadits masih berupa riwayat lisan, ide penulisan hadits pun belum muncul.

18

Page 19: rangkuman buku agama

Ide pengumpulan hadits dan penulisannya baru muncul ketika Umar bin Abdul Aziz

r.a. pada abad III H., penulisan dan pembukuan hadits mencapai puncaknya. Setelah itu

terbit kumpulan hadits-hadits yang disusun oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam

Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i. Keenam kitab kumpulan

hadits-hadits mereka disebut Al-Kutubus Sittah artinya Enam Kitab Kumpulan Hadis,

yang menjadi rujukan pokok dalam pengambilan hadits di kalangan Ahlus –Sunnah, atau

Muslim Sunni.

2. Tingkatan Hadits

a. Hadits Shahih

Yaitu hadits yang berkesinambungan rawi-rawinya; diterima dari rawi yang ‘adil

(memiliki sifat ‘adalah, yaitu kredibilitas pribadi), dan dlabith (memiliki kredibilitas

intelektual)

Berdasarkan jumlah para perawinya hadits shahih dapat dibagi ke dalam tiga jenis,

yaitu:

1) Hadits Muttawatir

Yaitu yang diriwayatkan dari Nabi saw. oleh banyak perawi dan kepada banyak

perawi sampai waktu dituliskannya

2) Hadits Masyhur

Yaitu hadits yang pada awalnya diriwayatkan dari Nabi secara seorang perorang,

tetapi pada tingkat akhirnya diriwayatkan oleh banyak perawi

3) Hadits Ahad

Yaitu hadits yang diriwayatkan dari Nabi oleh seorang ke seorang rawi lainnya,

dalam rangkaian satu persatu sampai dituliskan oleh perawi terakhirnya

b. Hadits Hasan

Hadist yang yang kurang kedhabitannya.

c. Hadits Dha’if

Hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadist shahih.

BAB 6 Ijtihad: Sumber Pengembangan Hukum Islam

A. Pengertian Ijtihad

19

Page 20: rangkuman buku agama

Secara etimologis artinya kesungguhan, sedangkan secara terminologis ijtihad

merupakan usaha mujtahid dengan segenap kesungguhan dan kesanggupan untuk

mendapatkan ketentuan hukum sesuatu masalah dengan menggunakan metodologi yang

benar dari kedua sumber hukum al Quran dan al Sunnah.

B. Bentuk & Metodologi Ijtihad

1. Ijma

Kesepakatan diantara para mujtahid pada masa tertentu atas hukum bagi suatu kasus

tertentu.

2. Qiyas

Secara bahasa artinya analogi, sedangkan menurut istilah Ushul Fikih adalah

menetapkan suatu hukum “baru” yang belum ada nashnya dengan hukum yang sudah ada

nashnya karena adanya persamaan illat hukum dari kedua peristiwa itu. Contoh : Zakat

Padi dan Hukum Melototi dan Menempeleng Orang Tua.

3. Istihsan

Meninggalkan qiyas jalli untuk menjalankan qiyas khafi, disebabkan ada dalil logika

yang membenarkannya. Contoh : Praktek salam atas dasar kebutuhan dan kepercayaan.

4. Mashalih al-Mursalah

Suatu Kemaslahatan yang tidak ditetapkan oleh syara’ dan tidak ada pula nash atau

dalil syara’ baik yang memerintahkan maupun melarang. Contoh : Mendirikan Penjara

karena fungsinya sangat baik bagi keamanan dan ketertiban masyarakat.

5. Urf atau Adat Kebiasaan

‘Urf merupakan kebiasaan masyarakat baik berupa perkataan atau perbuatan yang

baik, yang karenanya dapat dibenarkan oleh syara’. Contoh : Jual beli di supermarket

tanpa adanya Ijab-Qabul secara lisan dengan lafal yang jelas.

C. Perbedaan Hasil Istihad

1. Lafal nash yang mengandung makna ganda. Contoh quru’ (Q.S.al Baqarah [2]:228)

yang berarti haidh (Imam Hanafi) dan yang berarti thuhr ‘suci’ (Imam Syafi’i).

2. Lafal nash yang mempunyai makna hakiki dan majazi. Contoh yunfau (Q.S. al

Maidah [5]:33) yang berarti diusir dari kampung halamannya (hakiki-kebanyakan

ulama) dan penjara (majazi-Hanafiyah).

20

Page 21: rangkuman buku agama

3. Lafal nash yang qath’i (benar secara mutlak) dan yang zhanni (penafsiran yang masih

diperdebatkan)

4. Perbedaan dipengaruhi oleh kultur, kondisi, situasi, ruang, dan waktu.

5. Hasil Ijtihad di suatu waktu belum tentu cocok dengan waktu yang lain. Waktu antara

dahulu dengan sekarang, malah dengan yang akan datang, adalah berbeda.

D. Seruan Baru Untuk Ijtihad

Berbeda dengan kaum tradisional yang mengajak umat untuk ber-taqlid dengan

Imam-imam mahzab, kaum salafi dan terutama modernis di abad 19 dan awal abad 20

justru mengajak umat untuk ber-ijtihad dan meninggalkan taqlid.

E. Ijtihad dan Taqlid di Kalangan Nu-muhammadiyah

Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari pendiri NU – dalam risalah Ahlussunnah wal

Jama’ah bagian “Dasar-dasar Jam’iyah NU” yang disusun tahun 1941 membuat satu

fasal tentang keharusan taqlid bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan berijtihad.

Lebih lengkapnya beliau mengungkapkan:

Menurut pendapat Jumhur ulama mahaqqiq bagi setiap orang yang tidak memiliki

kualifikasi ijtihad mutlak – meskipun ia menguasai ilmu-ilmu yang dapat diakui untuk

berijtihad – wajib mengikuti pendapat para mujtahid dan mengikuti fatwa mereka agar ia

terbebas dari beban taklif, dengan mengikuti siapa saja di antara mereka yang ia

kehendaki. Hal ini berdasarkan firman Allah: yang artinya “Maka, bertanyalah kepada

orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Nahl [16]:43).

BAB 7 Syari’ah, Fikih dan Hukum Islam

A. Pengertian Syari’ah, Fikih dan Hukum Islam

1. Pengertian Syari’ah

Syariah adalah wahyu Allah berupa nash al-Quran dan Hadist Nabi shahih dan tidak

ada keraguan

2. Pengertian Fikih

Fikih merupakan pemahaman terhadap nash Alquran dan Hadis yang nilai

kebenarannya bersifat relatif, tidak mutlak.

3. Hubungan antara syari’ah dan fiqih

21

Page 22: rangkuman buku agama

Syari’ah berarti sumber fikih dan fikih adalah sumber memahami syari’ah sekaligus

hasil dari ahli fiqih dalam menentukan hukum yang mempunyai sumber suci berupa

syariah atau wahyu.

4. Hukum Islam

Hukum islam merupakan istilah yang muncul pada masa saat ini.satu waktu hukum

islam berarti syari’ah, diwaktu lain hukum islam berarti fikih.namun hukum islam sering

diistilahkan sebagai hukum fikih bukan hukum syari’ah.

5. Perbedaan antara Hukum Islam dan Hukum Umum

a. Hukum umum berdasarkan pertimbangan akal manusia

b. Hukum islam berdasarkan pertimbangan akal manusia didasarkan pada wahyu yaitu

al-quran dan Hadis. Hukum islam bertujuan mensucikan jiwa dan menjauhkan diri

dari perbuatan munkar, menyeimbangkan kepentingan individu, dan masyarakat serta

negara.

B. Sejarah Perkembangan Hukum Islam

Tiga periode sejarah perkembangan islam yaitu:

1.Periode Rasullulah dan Para sahabat

Masa Nabi saw.merupakan masa turunnya al-Quran dan tumbuhnya sunnah sebagai

hukum islam .pada masa ini setiap persoalan yangmuncul dapat ditanyakan langsung

kepada nabi.Namun setelah Nabi wafat maka para sahabat nabi melakukan ijtihad dalam

penyelesaian persoalan-persoalan yang ada dimasyarakat.

2.Periode Pertumbuhan dan Perkembangan madzhab

Madzhab adalah pemahaman nash atau pendapat seseorang tentang upaya penemuan

hukum terhadap suatu kejadian. Pendapat tersebut diikuti dan dianggap sebagai pendapat

yang baku.

Lima madzhab fikih yang mendominasi dunia hukum islam

1. Madzhab Hanafi yang didrikan oleh imam hanafi

2. Madzhab Maliki yang didirikan oleh Imam Malik bin Anas

3. Madzhab Syafii, yang didirikan oleh Imam Syafii

22

Page 23: rangkuman buku agama

4. Madzhab Hanbali yang didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal

5. Madzhab Ja’fari yang didirikan oleh Imam Ja’far al-Shadiq.

3.Periode taqlid dan kebangkitan

Periode ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu :

a. Periode Taqlil (artinya ikut-ikutan di belakang) Masa ini merupakan masa

berkembangnya paham tertutupnya pintu ijtihad.

b. Periode kebangkitan, yaitu sejak kejatuhan Daulah Abbasyah hingga sekarang

C. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat Para Ulama Fikih

1. Beragamnya arti dalam lafadz-lafadz bahasa arab

2. Pebedaan dalam masalah Hadis

3. Perbedaan dalam masalah penggunaan metode penggalian hukum

4. Perbedaan cara penyelesaian ketika terjadi pertentangan dalil

D. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Al-qawa’Id Al-fiqhiyah)

1. Al-umur bi Maqasidiha (segala urusan disertai dengan tujuannya)

2. La dlarara wa la dlirara (tidak membuat dan menimbulkan kemudaratan)

3. Al-yakin la yuzalu bi al-syakk (keyakinan tidak lenyap dengan keraguan)

4. Al masyaqqah tajlibu al-taisir (kesulitan membolehkan kemudahan)

5. Al-‘adah muhakkamah (kebiasaan dijadikan rujukan hukum)

BAB 8 Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam

A. Pengertian dan Hakikat Ibadah

1. Makna Ibadah

Ibadah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, yang secara etimologi,

artinya menyembah. Secara terminologi, yaitu penghambaan seorang manusia kepada

Allah untuk dapat mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas

hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.

Beberapa ulama mendefinisikan bahwa ibadah itu ialah mendekatkan diri kepada

Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan

mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.

Menurut Ja’far Subhani, ibadah ialah tunduk meyakini uluhiyah (ke-Tuhanan) yang

disembah, rububiyah, dan kemerdekaan-Nya dalam berbuat Nurcholis Madjid dalam

23

Page 24: rangkuman buku agama

mengemukakan pengertian ibadah menunjuk kepada amal perbuatan tertentu yang secara

khas bersifat keagamaan.

2. Kewajiban Ibadah bagi Manusia

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Q.S. al-

Dzariyat [56]:56).

“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya

mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang

lurus.” (Q.S. al-Bayyinah [98]:5)

Beribadah kepada Allah SWT berarti memusatkan penyembahan kepada Allah

semata-mata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri kecuali kepada-Nya saja.

Pengabdian berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin

bagi manusia kepada kehendak Ilahi.

3. Fungsi Ibadah

“Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam bentuk sebaik-baiknya.

Kemudian kami kembalikan dia ketempat serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang

beriman dan beramal saleh…” (Q.S. At-tin [95]: 4-5).

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang

kepada tali Allah dan tali menusia.” (Q.S. Ali Imran [3]: 112)

B. Bentuk-bentuk Peribadatan

1. Shalat: Sendi dan Induk Ibadah

a. Pengertian Shalat

Berdasarkan firman Allah: “Dan berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a itu

(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui” (Q.S. At-Taubah [9]:103) Shalat menurut bahasa berarti “do’a” atau

“rahmat”.

Menurut istilah syara’, shalat berarti perbuatan khusus seorang muslim yang berisi

bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam dengan memenuhi syarat-syarat tertentu.

b. Fungsi Shalat

Shalat merupakan media komunikasi antara hamba dengan Khaliknya, dengan cara

menghadapkan diri dan hati kepada-Nya.

24

Page 25: rangkuman buku agama

Shalat merupakan pendidikan positif yang dapat menjadikan manusia dan masyarakat

menjadi hidup teratur

“Dan tegakkanlah shalat, karena shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan

munkar” (Q.S. Al-Ankabut [29]:45)

“Orang-orang yang beriman, hari mereka jadi tenteram karena mengingat Allah.

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Rad [13]:28)

2. Shaum: Ibadah yang melibatkan Hawa Nafsu

a. Pengertian dan Ketentuan Shaum

Shaum menurut bahasa artinya menahan diri dari segala sesuatu. Dan secara istilah,

shaum adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, seperi makan, minum,

bersetubuh dan juga dari hawa nafsu yang dapat mengurangi nilai puasa tersebut.

a. Nilai Shaum (Puasa)

Dalam hadits dijelaskan: “Bukanlah puasa itu hanya sekedar menahan makan dan

minum saja, tetapi puasa itu ialah menahan diri dari perkataan yang sia-sia dan

perbuatan kotor.”

Apabila seseorang melakukan puasa dengan mentaati ketentuan sebagaimana di atas,

maka barulah akan tercapai apa yang menjadi tujuan dari puasa itu sendiri sebagaimana

yang kita pahami dari firman-Nya yang telah dijelaskan di atas yaitu untuk membentuk

manusia yang bertaqwa.

b. Zakat: Wujud Ibadah Sosial

a. Pengertian Zakat

Secara bahasa berasal dari kata “zaka” yang berarti mensucikan. Dan secara istilah

syara’ Sayid Sabiq mengartikan zakat sebagai nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah

yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.

Menurut Sulaiman Rasyid, zakat yaitu kadar harta tertentu yang diberikan kepada

yang berhak menerimanya.

b. Fungsi Zakat

Bagi muzakki, zakat berarti mendidik jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan

jiwa dari sifat kikir, sombong, dan angkuhyang biasanya menyertai pemilikan harta yang

berlebihan.

25

Page 26: rangkuman buku agama

Bagi mustahiq, zakat memberikan harapan adanya perubahan nasib dan sekaligus

menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzdzan terhadap ornag-orang kaya.

Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapat dan

pemilikan harta di kalangan umat Islam.

c. Haji: Puncak Ibadah dan Pengorbanan Lahir & Batin

1. Haji: Makna dan Tujuan

Secara bahasa artinya menyengaja sesuatu. Sedangkan secara istilah syara’, yang

dimaksud haji itu ialah menyengaja mengunjungi kabah untuk melakukan beberapa amal

ibadah dengan syarat-syarat tertentu.

Haji merupakan suatu ibadah yang sudah dikenal sejak zaman sebelum nabi

Muhammad saw. yang menuntut dari orang yang melaksanakannya supaya dikerjakan

dengan hati, badan dan hartanya yang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya.

a. Tata Cara Haji

a. Ihram (Berniat melakukan haji atau umrah)

b. Thawaf

c. Sa’I antara Shafa dan Marwah

d. Wuquf di Arafah

e. Mabit di Muzdalifah

f. Mabit di Mina

g. Melontar Jumroh

h. Tahallul (Melepaskan diri dari Ihram

BAB 9 Membangun Keluarga yang Islami

A. Keluarga

Kalau kita ingin membangun kehidupan yang kokoh di masyarakat, mesti

memulainya dari keluarga karena keluarga adalah merupakan unit kecil dari masyarakat.

1. Persiapan Nikah

Ketika akan menikah, seorang calon suami harus bisa memastikan bahwa calon

istrinya itu bukan muhrimnya. Yang termasuk muhrim (perempuan yang haram

dinikahi):

26

Page 27: rangkuman buku agama

a. Diharamkan karena turunan

b. Diharamkan karena susuan

c. Diharamkan karena pernikahan

2. Pelaksanaan Pernikahan

Pernikahan akan dipandang sah apabila:

a. Adanya pasangan yang akan dinikahkan.

b. Wali.

c. Dua orang saksi yang adil.

d. Ijab-qabul.

e. Mahar.

3. Pembinaan Keluarga

Agar keluarga harmonis, sejahtera lahir dan batin perlu dilakukan pembinaan. Dalam

hubungan ini, seorang suami harus tahu dan melaksanakan kewajiban pada istrinya,

begitupun sebaliknya, seorang istri harus tahu dan melaksankan kewajiban pada

suaminya.

Pada saat itulah keharmonisan keluarga akan dapat dirasakan. Keluarga tersebut akan

menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah.

a. Kewajiban Suami dalam Keluarga

a) Menggauli istri dengan sopan.

b) Memberikan nafkah batin.

c) Memberikan nafkah lahir.

b. Kewajiban Istri dalam Keluarga

a) Patuh kepada suami, selama perintah suami tidak bertentangan dengan ajaran

islam.

b) Melayani kebutuhan biologis suami.

c) Berterima kasih atas pemberian suami, sekecil apapun nafkah yang diberikan

suami pada keluarga harus diterima dengan rasa syukur.

c. Kewajiban Orang tua pada Anak

a) Mencukupi kebutuhan anak akan makan, pakaian dan tempat tidur yang layak

sesuai dengan kadar kemampuannya.

27

Page 28: rangkuman buku agama

b) Menjaga keselamatan anak, sejak dalam kandungan (rahim) ibunya sampai

beranjak dewasa.

c) Mendidik anak baik secara langsung maupun memasukannya kedalam salah satu

lembaga pendidikan.

d) Selalu berdoa untuk kebaikan anak-anak.

e) Mengawinkan jika sudah dewasa.

d. Kewajiban Anak kepada Orang tua

a) Mematuhi perintah orang tua, kecuali dalam hal maksiat.

b) Berbuat baik padanya.

c) Berkata dengan lemah lembut kepadanya.

d) Merendahkan diri dihadapan keduanya.

e) Berterima kasih kepadanya.

f) Memohonkan rahmat dan maghfiroh untuk keduanya.

g) Setelah mereka wafat, shalatkan jenazahnya, mohonkan rahmat dan ampunan

untuknya

B. Masalah Harta Peninggalan (Mawaris)

Mawaris menyangkut tata cara pembagian harta yang ditnggalkan oleh seseorang

karena meninggal dunia.

1. Pembagian Waris adalah Hak Allah

Harta yang ditinggalkan oleh seorang muslim karena meninggal dunia, menurut

ajaran islam mesti dibagikan berdasarkan aturan pembagian yang telah ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam Al-quran dan as sunah. Artinya, bahwa pembagian harta

yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal harus berdasarkan hukm Allah SWT.

2. Prinsip-prinsip Kewarisan dalam Islam

a. Harta warisan didistribusikan kembali (dibagikan) kepada orang-orang yang

memiliki hubungan batin terdekat dengan yang meninggal seperti istri, anak-anak,

orang tua, yang memerdekakan dirinya.

b. Laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan bagian dari harta yang

diwariskan.

c. Yang diwariskan kepada ahli waris adalah harta benda yang riil dan hak-hak material

28

Page 29: rangkuman buku agama

3. Ketetapan Allah dan Rasul-Nya dalam Pembagian Warisan

a. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang warisan.

b. Hadis-hadis tentang warisan.

c. Bagian warisan yang ditetapkan melalui ijtihad.

4. Pembagian Waris kepada Ahli Waris

Ahli waris adalah orang-orang yang diberi hak oleh Allah SWT. Jenis-jenis ahli waris

adalah sebagai berikut:

Ashhaabul furudl, yaitu ahli waris yang mendapat furudl, yaitu bagian tertentu yang

telah ditetapkan jumlahnya dari harta warisan, seperti 2/3 bagian, ½ bagian, ¼ bagian

dan 1/6 bagian atau 1/8 bagian.

Ashabah, yaitu ahli waris yang mendapatkan semua warisan apabila tidak ada

ashhaabul furudl.

5. Bagian-bagian Waris

1. Suami

2. Istri (seorang atau lebih)

3. Ibu

4. Ayah

5. Anak Perempuan

6. Anak Laki-laki

7. Saudara laki-laki seayah seibu

8. Saudara perempuan seayah seibu

9. Saudara seibu

10. Kake Shahih

11. Turunan Shahih, dan seterusnya kebawah

12. Nenek Shahih

13. Saudara laki-laki seayah

14. Saudara perempuan seayah.

6. Tidak Memiliki Ahli Waris (kalalllah)

Apabila semua ahli waris yang disebut diatas tidak ada maka harta peninggalan

diberikan kepada kelompok Dzawul-arham, yaitu orang-orang yang punya pertalian

nasab (turunan darah) yang tidak termasuk kedalam ahli waris (baik utama atau

pengganti). Apabila tidak ada kelompok Dzawul-arham, maka harta peninggalan

29

Page 30: rangkuman buku agama

diberikan kepada orang (atau orang-orang) atau lembaga yang diwasiati lebih dari 1/3

(termasuk wasiat wajibah kepada cucu dari anaknya yang telah meninggal lebih dahulu).

Bila tidak ada, maka diberikan kepada orang yang membuat perjanjian waris-mewarisi

dengannya (muwaalat), bila tidak ada, maka diserahkan kepada baitul-mal muslimin

(Lembaga Pemelihara Harta Bersama Kaum Muslimin)

BAB 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

A. Konsep Dasar Halal dan Haram dalam Islam

1. Halal dan Haram adalah Hak Absolut Allah dan Rasul-Nya

Allah tidak akan menghalangi manusia dengan mengharamkan sesuatu yang telah

ditundukan dan atau diciptakan untuk manusia dan dijadikanNya sebagai kenikmatan.

2. Kejelasan Halal dan Haram

Dalam islam sesuatu itu terbagi kedalam tiga macam hukum, yaitu halal, haram dan

syubhat

3. Halal dan Haram Bersifat Universal

Sesuatu yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah dan RassulNya berlaku bagi

semua umat manusia

B. Hidangan Islami: Halal Haram dalam Makanan dan Minuman

Perintah Allah mencari makanan yang halal lagi baik Al-Quran hanya mengharamkan

Al Khabaits yaitu;

a. Bangkai

b. Darah

c. Babi

d. Binatang yang disembelih atas nama selain Allah

e. Arak

Makanan Haram dalam Hadits

a. Binatang Buas yang bertaring

b. Burung yang memiliki cakar

c. Keledai jinak

d. Hewan-hewan baik (unta, kambing, sapi, ayam, itik )

30

Page 31: rangkuman buku agama

Menurut Syekh Fauzi Muhammad jika dikandangi selama 40tahun bagi unta, tiga

puluh hari bagi sapi, tuuh hari babi kambing, dan tiga hari bagi ayam hilang kemakruhan

dan keharamannya.

Sertifikasi Halal

Tujuan pelaksanaan Sertifikat Halal pada produk pangan, obat-obat dan kosmetika

adalah untuk memberikan kepastian kehalalan suatu produk, sehingga dapat

menentramkan batin yang mengkonsumsinya

Hal-hal Berkaitan dengan Sertifikat Halal:

1. Sertifikat Halal

2. produk halal

3. Pemegang Sertifikat Halal MUI

4. Sertifikat yang sudah berakhir masa berlakunya

BAB 11 Konsep Dasar Ekonomi dan Transaksi dalam Sistem Muamalah Islam

A. Pendahuluan

Mu’amalah adalah ajaran islam yang menyangkut aturan – aturan dalam menata

hubungan antar sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam

kebersamaan hidup manusia.

B. Landasan Pemikiran Perekonomian Islam

1. Falsafah ekonomi islam

2. Kegiatan dan pengembangan perekonomian

3. Prinsip-prinsip dalam penataan ekonomi islam

C. Masalah Pemilikan

1. Pemilikan pribadi menurut islam

2. Sumber-sumber pemilikan

3. Usaha yang dilarang

a. Riba

b. Pencurian perdagangan yang merusak kesehatan

c. Bisnis judi, hiburan maksiat, pelacuran (yang merusak moral)

d. Penyuapan

e. Perdagangan secara licik

- ihtikar

31

Page 32: rangkuman buku agama

- manipulasi

- bersumpah atas barang dagangan

D. Masalah Transaksi

Islam sangat menghormati perjanjian dan transaksi yang di buat antar manusia. Oleh

karena itu allah swt memerintahkan kepada orang-orang yang terkait dengan perjanjian

dan transaksi agar menghormati dan memeliharanya meskipun kepada non muslim.

Transaksi dalam kegiatan ekonomi dapat berupa :

a. Transaksi jual-beli

b. Transaksi utang piutang

c. Transaksi sewa menyewa

d. Transaksi upah mengupah dan sebagainya

BAB 12 Etos Kerja dan Entrepreneursip

A. Perintah dan Hukum Berusaha

Allah bersabda dalam kitab Al-Qur’an bahwa:

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kalian di bumi, dan kami adakan bagi kalian

di atasnya ( sumber-sumber)penghidupan”(Q.S. Al –A”raf(7):10)

Allah telah menciptakan bumi dan langit beserta isinya untuk manusia, agar

manusia dapat berusaha mencari rizki yang di sediakan-Nya dan Allah mewajibkan kita

Untuk berusaha.

B. Tujuan, Manfaat dan Hikmah Berusaha

Tujuan berusaha bagi orang muslim adalah untuk memperoleh ridla Allah

Ta’ala. Bagai seorang muslim materi bukanlah sebagai tujuan akhirmelainkan

keuntungan yang ia peroleh dijadikan sarana untuk taqarrub(mendekatkan diri) kepada

Allah SWT. Dengan begitu hasil yang ia peroleh menjadi berkah baginya.

C. JenisEmployee (karyawan)

a. Self employee (bekerja sendari sebagai profesional), seperti akuntan,pengacara,

notaris,artis,dll.

b. Bussines ( sistim yang bekerja untuk manusia),seperti pengusaha bisnis

c. Investor ( uang bekerja untuk anda) seperti saham, deposito di bank, dll.

D. Hakikat Nilai Kewirausahaan

32

Page 33: rangkuman buku agama

Wirausaha adalah sesseorang yang mengorganisasikan sumber-sumber,tenaga

kerja,material, dan aset sehingga dapat mengintroduksi perubahan, inovasi, dan tatanan

baru dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. Wirausahawan adalah orang yang

didorong untruk memenuhi kebutuhan tertentu dengan memperoleh suatu hasil,bahkan

untuk lari dari kekuasaan orang lain. Wirausahawan memiliki sifat-sifat kewirausahaan

yaitu mencerminkan ciri kepribadian wirausaha yang di dalamnya tercermin nilai-nilai

apa yang memberi kekuatan kepada pribadi wirausahawan. Kewirausahaan dapat juga

dipandang sebagai kepribadian, nilai-nilai atau sikap mental, sehingga sifat-sifat tersebut

dapat dimiliki oleh siapapun dan apapun profesinya.

E. Meniti Jalan Entrepreneurship

Dari hasil penelitian pada tahun 2005 diperkirakan 12.000.000 orang menganggur.

Sedangkan dari lulusan dari perkuliahan masih banyak yang menganggur. Dari

kebanyakkan orang bahwa untuk memulai suatu usaha adalah ketakutan akan rugi atau

bangkrut. Bahkan, sebagian orang yang sudah memiliki jiwa wirausaha merasa bingung

dari mana harus memulai usahanya.

F. Etika Wirausaha

Yang dimaksud etika wirausaha di sini adalah semangat,sikap,prilaku, dan

kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada

upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk barudengan

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau

memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Etika wirausaha antara lain; 1) sikap dan peri-laku, 2) penampilan, 3) cara

berpakaian,4) cara berbicara, 5) gerak-gerik, 6) dan hal-hal lainnya. Dari etika

tersebutdapat dipetik beberapa manfaat antara lain; persahabatan dan pergaulan,

menyenangkan orang lain, membujuk pelanggan, mempertahankan pelanggan, dan

membina dan menjaga hubungan, dan berusaha menarik pelanggan. Sikap dan perilaku

pengusaha dan seluruh karyawan sesuai dengan etika wirausaha adalah:

1. Jujur dalam bertindak dan bersikap;

2. Rajin,tepat waktu, dan tidak pemalas;

3. Selalu murah senyum;

4. Lemah lembut dan ramah-tamah

5. Sopan santun dan hormat;

33

Page 34: rangkuman buku agama

6. Selalu ceria dan pandai bergaul:

7. Fleksibel dan memiliki rasa tanggung jawab;

8. Serius dan suka menolong pelanggan;

9. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi.

BAB 13 Akhlak dan Tasawuf

A. Pengertian Tasawuf

Secara etimologis tashawwafa (akar katanya shuf = bulu domba) artinya memakai

pakaian bulu domba (simbol kesederhanaan saat itu). Sedangkan secara terminologis

suatu cabang dari ilmu keislaman yang lebih menekankan pada tujuan pembersihan diri

melalui penerapan ajaran-ajaran akhlak secara sistematis dan peresapan niai-nilai agama

secara bathiniyah.

B. Konsep Akhlak

Dalam arti terbatas : sejumlah tindakan yang “baik”, “etis”, bersifat “ikhtiyari”, dan

pelakunya patut dipuji.

Dalam arti luas : segala tindakan yang “baik”, yang mendatangkan “pahala” bagi

orang yang mengerjakannya; atau segala tindakan yang didasarkan pada perintah syara’,

yang wajib ataupun sunnat, yang haram ataupun makruh. Implikasinya orang yang

berakhlak adalah orang yang taat beragama.

C. Ciri-ciri Perbuatan Akhlaki

a. Akhlak merupakan suatu tindakan yang baik berdasar syara’.

b. Akhlak merupakan suatu tindakan ikhtiyari yang patut dipuji.

c. Akhlak merupakan buah dari keimanan.

d. Akhlak bersifat fithri.

e. Akhlak bersifat ta’abudi.

f. Akhlak merupakan moral dan etika universal.

g. Pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk masyarakat.

h. Pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk hati nurani.

D. Amal Shaleh

34

Page 35: rangkuman buku agama

Amal shaleh ada yang bersifat ritual dan ada pula yang bersifat sosial. Setiap

kehidupan mukmin adalah ibadah. Amal shaleh bukan sekedar perbuatan baik. Bismillah

merupakan perbedaan mendasar antara amal shaleh dengan perbuatan baik semata.

BAB 14 Dakwah dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

A. Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

1. Urgensi Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Nabi Daud dan Isa

putra Maryam. Hal demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalui melampaui

batas. Mereka satu sama lain tidak suka melarang kemungkaran yang mereka lakukan.

Sungguh amat buruk apa yang mereka perbuat. Kamu melihat kebanyakan dari mereka

mengangkat orang-orang kafir sebagai pimpinan. Sungguh amat buruk apa yang mereka

canangkan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka dan mereka akan

kekal di dalam adzab. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, nabi dan apa-apa yang

diturunkan kepada mereka, tentu mereka tidak akan menjadikan orang kafir sebagai

pemimpin. Akan tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik” (Q.S. Al Maidah

[5]:78-81).

2. Definisi Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar

Secara etimologis Ma’ruf berarti sesuatu yang diketahui, kebaikan, kepatutan, dan

kelayakan. Munkar berati tidak diketahui atau asing. Dan secara terminologis Ma’ruf

berarti segala sesuatu yang kebaikan, kepatutan dan kelayakannya dapat diterima oleh

budaya atau adat istiadat dan tidak ditolak oleh syara. Munkar berarti segala sesuatu yang

bertentangan dengan nilai dan kebenaran agama.

3. Hukum Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar

a. Q.S. Ali Imran [3]:104 :”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar”.

b. Q.S. Ali Imran [3]:110 :”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah.

35

Page 36: rangkuman buku agama

4. Pengaruh Kemunkaran

Bencana yang paling bebahaya mengancam kehidupan masyarakat muslim adalah

bencana kemunkaran.

Q.S. Al Ankabut [29]:40 ”Dan masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan

dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil

dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara

mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami

tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi

merekalah yang menganiaya diri sendiri.

5. Pencegah Kemunkaran

Rasul bersabda : Barang siapa melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan

tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika tidak mampu juga, maka

dengan hatinya, dan tindakan itu merupakan selemah-lemahnya iman.

B. Jihad

1. Konsep Jihad

Kedzaliman merupakan realitas historis. Kedzaliman seringkali jauh lebih kuat dan

terorganisir secara rapi, sehingga membuat gentar para pecinta keadilan. Karena itu

Allah SWT membekalkan sikap optimis bagi mereka yang beriman dan pejuang

keadilan.

2. Macam-macam Jihad

a. Jihad dengan harta.

b. Jihad dengan fisik.

c. Jihad dengan nyawa/jiwa.

d. Jihad dengan totalitas manusia.

e. Jihad dengan apapun sesuai bentuk serangan lawan.

BAB 15 Islam dan Isu-isu Kontemporer

A. Demokrasi dan Kepemimpinan Islam

1. Musyawarah Islam Versus Demokrasi

Dalam sejarah Islam pengalaman empirik demokrasi yang sering dinisbatkan kepada

contoh dari Rasul Allah dan al-Khulafa al-Rasyidin sangat terbatas. Musyawarah dalam

pemikiran fiqih dikategorikan wajib. Hukum ini diambil secara ekpisit dari firman Allah:

36

Page 37: rangkuman buku agama

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan

diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan bermusyawarahlah dengan

mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 159)

2. Teokrasi dan Demokrasi

Model kekuasaan ada di tangan Tuhan dapat dikategorikan dalam tipe Teokrasi.

Teokrasi dalam arti yang sebenar-benarnya sebenarnya sudah tidak lagi ada di dunia ini.

Perubahan pemikiran dan pengalaman empirik manusia telah membawa manusia kepada

suatu era demokrasi di zaman sekarang. Alasan yang mempertahankan demokrasi

sebagai konsep dasar yang meyakini akan keabsolutan dan mengajarkan kesetiaan total

manusia terhadap Tuhan secara vertikal akan sefaham dengan pendapat ini.

3. Titik Temu Demokrasi

Namun bila dianalisa lebih jauh, ada yang menemukan titik temu yang

diaktualisasikan dalam wilayah yang sama, yakni dunia manusia dengan segala

kompleksitasnya. Titik temu itu terletak pada perilaku sesungguhnya bahwa keduanya

merupakan realitas budaya, dengan subyek yang sama yaitu manusia.

4. Demokrasi dan Muslim Indonesia

Musyawarah itu merupakan bagian dari demokrasi (Kuntowijoyo, 1997: 91).

Selanjutnya musyawarah itu menurutnya adalah kewajiban dalam Islam, ia mempertegas

argumennya bahwa:

“ada suatu surah khusus dalam al-Quran yang diberi judul Al(Asy)-Syura dan

setidaknya ada dua ayat yang menyangkut permusyawaratan dalam masyarakat. Selain

itu orang bisa belajar mengenai praktik musyawarah dari sunnah, musyawarah disebut

bersamaan dengan shalat dan zakat, dengan demikian musyawarah termasuk tanda-

tanda orang beriman” (Kuntowijoyo, 1997:95)

B. Gender dalam Wacana Islam

1. Konsep Gender

37

Page 38: rangkuman buku agama

Rebeka Harsono di Indonesia meminjam konsep Ann Oakley berpendapat bahwa

hubungan yang berdasarkan gender merupakan:

a. Hubungan antara manusia yang berjenis kelamin berbeda dan itu merupakan

hubungan hirarkis yang bisa menimbulkan masalah sosial

b. Gender merupakan eksplanatoris tentang tingkah laku, kedudukan sosial dan

pengalaman konsep yang cenderung diskriminatif daripada antara pria-wanita, dan

c. Gender memformulasikan bahwa hubungan asimetris pria-wanita sebagai natural

order atau normal (Harsono, 1997:284)

2. Keadilan Gender

Konsep keadilan dalam gender menurut Islam, bahwa Islam mengakui kesamaan

martabat laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin. Keduanya

mempunyai hak dan kewajiban yang sejajar dalam berbagai bidang. Konsep kesejajaran

yang mencerminkan keadilan tampak secara normatif ditegaskan dalam Q.S.33:35,

3:195, 2:187, 33:73 dan lain-lain

3. Keadilan Gender dalam Keluarga

Laki-laki yang dianggap dirinya superioritas lebih unggul karena kekuasaan dan

kemampuan mencari nafkah serta membelanjai kaum perempuan seperti tersebut

penyebabnya menggunakan kata “bima fadlalallahu”, ba ayat ini lisababiyah

(karna/disebabkan).

Karena itu, keunggulan para lelaki sebagai suami di bidang ekonomi bersifat

kontekstual sehingga tidak dapat dijadikan alasan normatif untuk dominasi lelaki dalam

keluarga secara mutlak, apalagi dalam kehidupan sosial di masyarakatnya.

38

Page 39: rangkuman buku agama

BAB III

PENUTUP

A. Analisis/komentar

Buku yang membahas tentang ilmu agama Islam ini, memberitahu kita tentang

bagaimana kita memelihara eksistensi kita sebagai khalifah di muka bumi ini dalam

artian menjadi makhluk yang di harapkan oleh Allah dengan menjauhi larangan dan

mentaati perintah-Nya. Buku ini menjelaskan berbagai hal tentang Islam mulai dari

makna, tujuan Islam sampai isu-isu kontemporer.

Penulis buku ini menggunakan kalimat yang sedikit berpanjang lebar dalam

menerangkan permasalahan tetapi mudah dimengerti dengan didukung banyak dalil-

dalil yang memperkuat pembahasan yang ada, dan bahasa yang digunakan tentu adalah

bahasa yang santun, bahasa yang biasa digunakan di dalam buku pendidikan.

Gaya penulis menuangkan idenya adalah dengan gaya bercerita, itu dilihat dari tulisan

penulis buku ini yang menjelaskan sesuatu dengan berbagai contoh nyata, hal ini

mempermudah pembaca memahami suatu pembahasan. Seperti dapat dilihat di bab 6

misalnya, ketika buku ini menjelaskan tentang arti Qiyas, tetapi tidak hanya sebuah arti

saja melainkan penulis buku memunculkan contoh implementasi Qiyas yaitu hukum

memelototi dan menempeleng orang tua.

Dengan melakukan pendekatan-pandekatan  yang terdapat di dalam buku ini telah

menjadi kelebihan tersendiri, namun buku ini masih terdapat kekurangan yaitu pada

dalil-dalil al-Qur’an yang dimuat disini semuanya tidak ada lafal arabnya melainkan

hanya artinya langsung dan juga penulisan huruf-huruf yang ada terkadang ada yang

sedikit melenceng dari Ejaan Yang Disempurnakan, seperti pada halaman 114 tepatnya

pada judul subbab ditulis Hidangan Islami: Halal Haram Dalam Makanan Dan Minuman

39

Page 40: rangkuman buku agama

yang menurut EYD seharusnya Hidangan Islami: Halal Haram dalam Makanan dan

Minuman.

Dibandingkan dengan buku lainnya buku ini lebih mudah dimengerti dan bagi penulis

sebagai pembaca buku ini sangat mudah untuk mengaplikasinya.

Dan analisis yang terakhir menurut penulis, buku ini berguna bagi siapa saja terutama

bagi para mahasiswa perguruan tinggi yang menjadi calon pendidik agar menjadi

pendidik yang bermoral menurut agama kelak, buku ini juga cocok bagi para calon

wirausaha dan entrepreneur yang baik karena terdapat pembahasan tentang hal tersebut.

B. Kesimpulan

Berdasarkan uraian singkat isi buku dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Islam merupakan agama yang membawa kedamaian dan keselamatan dan bagi

umatnya harus tunduk pada ketetapan Allah dan ada berbagai metode dalam

memahami Islam.

2. Untuk membimbing manusia dalam meniti kehidupan, Allah menurunkan agamanya

sebagai pedoman hidup.

3. Seseorang yang memiliki keimanan dan ketakwaan dalam hidupnya akan selalu taat

kepada Rasul dan tentu juga taat kepada Allah swt.

4. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang harus dijadikan sumber ajaran

Islam pertama karna di dalamnya merupakan sekumpulan firman Allah yang diterima

oleh nabi Muhammad saw.

5. Setelah al-Qur’an, selanjutnya adalah Hadist yang harus dijadikan sumber ajaran

Islam kedua karna merupakan segala apa yang diberitakan dari Nabi saw. baik

berupa perkataan, perbuatan, pembiaran, atau sifat-sifat nabi.

6. Ijtihad artinya berusaha bersungguh-sungguh atau mengerahkan segala kemampuan.

Ijtihad merupakan sumber pengembangan hukum Islam.

7. Syariah merupakan jalan menuju sesuatu yang benar-benar merupakan sumber

kehidupan. Fikih diartikan sebagai pemahaman terhadap nash al-Qur’an dan hadis

yang tentu sudah tidak identik lagi dengan nash itu sendiri.

8. Ibadah artinya menyembah atau menghamba. Dalam Islam bentuk-bentuk

peribadatannya adalah antara lain shalat,shaum, zakat, haji.

40

Page 41: rangkuman buku agama

9. Untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah tentu harus

berdasarkan ketentuan-ketentuan Islam agar dapat memperoleh kebahagiaan di dunia

maupun di akhirat nanti.

10. Makanan dan Minuman dalam Islam ada yang telah dikatan dalam al-Qur’an halal

dan haram. Halal berarti boleh sedangkan haram berarti tidak diperbolehkan.

11. Transaksi jual beli dalam Islam haruslah berdasarkan ketentuan mu’amalah yang

merupakan ajaran Islam yang menyangkut aturan dalam menata hubungan antar

sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan hidup

manusia

12. Dalam hal etos kerja dan enterprenership Islam telah menentukan bagaimana cara

menjadi enterpreneur yang baik menurut Islam

13. Akhlak merupakan misi dan tujuan utama agama Islam dan tasawuf ekspresi bathin

moral islami

14. Dakwah berarti memanggil, menanamkan, mendoakan yang terkandung di dalamnya

artinya menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dan

tujuannya antara lain mengajak manusia ke jalan Tuhan

15. Model kekuasaan ada di tangan Tuhan merupakan sebuah Teokrasi namun kenyataan

yang ada sekarang adalah sistem demokrasi dimana itu merupakan ideologi konsep

produk manusia yang merelatifkan pandangan dogmatis serta absolut.

41