psikososial da moral

35
Bab IV Muhammad Syaeful Fajar 5302411252 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, 2011 Perkembangan Psikososial dan Moral

Upload: syaeful-fajar

Post on 08-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Psikologi Pendidikan

TRANSCRIPT

Bab IVMuhammad Syaeful Fajar5302411252

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, 2011

Perkembangan Psikososial dan MoralTujuan PembelajaranSetelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dalam :Menjelaskan tahap-tahap perkembangan personal dan sosialMenjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosialMenjelaskan perkembangan perasaan dan emosiMenjelaskan perkembangan moralKonsep Psikologi Sosial Dan Hubungannya Dengan Moral Dunia LuarDiri SendiriSensasiTindakanAntisipasiAdaptasiInteraksiProses sosial sebenarnya timbul bila terjadi pertemuan antara dua orang atau kelompok serta membentuk sistem-sistem hubungan atau terjadi perubahan-perubahan bila cara hidup yang telah ada diganggu. Masyarakat dan aspek dinamikanya terdiri atas individu dan kelompok dalam interaksi. Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja, misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 93) dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni. Psikologi sosial sangat mempengaruhi keberadaannya ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Perkembangan Personal dan Sosial

Teori EriksonTeori Erikson : Integrasi, Perkembangan Personal, Emosional dan Sosial, Konsep Diri, Implikasinya dalam Proses Pembelajaran. Teori Erikson (1994) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-tahap psikososial. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Dalam teori Erikson, 8 tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan & peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Termasuk integrasi perkembangan personal,emosional dan sosial, serta implikasinya dalam proses pembelajaran

1. Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)Periode Perkembangan : masa bayi (tahun pertama)Karakteristik : Ialah tahap Psikososial pertama menurut Erikson yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk tanggap dan peka karena pada tahap ini, individu yang memiliki rasa percaya cenderung untuk memiliki rasa aman dan memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru.Anak-anak yang memasuki sekolah dengan rasa tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang meluangkan banyak waktu untuk membuat dirinya sebagai orang yang dapat dipercayai.2. Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu)Periode Perkembangan : masa bayi (tahun kedua)Karakteristik :Setelah memperoleh kepercayaan diri pengasuh / orangtua mereka, individu mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri, menyadari kemauan mereka. Otonomi dibangun atas perkembangan kemampuan mental & motorik (otonomi = kemandirian). Penting bagi orangtua untuk mengenal motivasi anak untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan sesuai dengan kemampuan mereka.Selanjutnya mereka dapat belajar mengendalikan kemampuan psikomotorik dan dorongan keinginan mereka sendiri. Bila tahap ini terlalu banyak dibatasi / dihukum terlalu keras, maka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.3. Initiative vs Guilt (Prakarsa vs Rasa Bersalah)Periode Perkembangan : masa awal anak-anak (tahun pertama pra-sekolah 3-5 tahun)Karakteristik :Ketika anak-anak sekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat / intelegensi dasar dimiliki anak tersebut kelak. Pada tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan keterampilan-keterampilan perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu.4. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)Periode Perkembangan : masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun-tahun sekolah, 6 tahun sampai pubertas)Karakteristik :Masa awal anak-anak yang penuh imajinasi, ketika anak-anak / individu memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan & keterampilan intelektual. Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan & bagaimana sesuatu itu bekerja. Orang tua / guru memberikan antusiasme pada daya tarik anak / siswa pada kegiatan-kegiatannya, untuk mendorong bangkitnya rasa tekun anak / siswa. Sekolah menjadi sangat penting karena guru yang peka & bertanggung-jawab dapat merevitalisasi rasa tekun siswa didik.Periode ini individu / anak berpikir intuisif / berpikir mengandalkan ilham, anak-anak berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.5. Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)Periode Perkembangan : masa remaja 12 - 18/20 tahun.Karakteristik : Pada tahap ini remaja / individu dihadapkan pada temuan siapa mereka? Bagaimana mereka nantinya? Kemana tujuan mereka?Menuju dalam kehidupannya => Penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran karir merupakan hal penting. Pada tahap ini remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak / berurutan 2 ragam kemampuan kognitif.1. Kapasitas menggunakan hipotesis.Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, logis dan idealisitk Anggapan dasar seorang remaja akan berpikir hipotesis => berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon, memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal, dsb.

5. Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)6. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan) Periode Perkembangan : masa awal dewasa (18/19 - 30 tahun)Karakteristik:Individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain, Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tanpa kehilangan diri sendiri pada orang lain.Pada usia ini, kita sudah bukan lagi anak-anak atau remaja, tetapi pemuda atau pemudi. Kita sudah dianggap dewasa dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan kita. Tugas kita pada periode ini adalah mengenal dan mengijinkan diri kita untuk mengenal orang lain secara sangat dekat, atau masuk ke hubungan yang intim sedang kegagalan kita akan membuat kita terisolasi atau mengisolasi diri dari sekeliling kita. Keintiman dapat terjadi karena kita telah mengenal diri kita dan merasa cukup aman dengan identitas diri yang kita miliki. Akibat dari rasa aman ini adalah mengijinkan orang lain untuk sharing dengan kita melalui hari-hari dan malam-malam kita, mengenal kelebihan dan kekurangan kita. Jadi, pada pokoknya Intimacy adalah hubungan dua orang yang sudah matang dan mengenal diri masing-masing dan menciptakan suatu kesatuan yang menghasilkan karya-karya yang lebih besar.

6. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan) 7. Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi)Periode Perkembangan : masa pertengahan dewasa (antara pertengahan 20-an tahun sampai 50-an)Karakteristik :Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas / bangkit.Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda. Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Bila dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk menderita atau meninggal demi keturunannya, walau perkecualian pasti ada. Begitu pula dengan orang-orang yang melakukan pekerjaan sukarela di Salvation Army, Word Vision, Palang Merah, Green Peace dan NGO (Non-Governmental Organization) bisa dikatakan termasuk mereka yang memiliki Generativity ini.7. Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi)8. Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)Karakteristik :Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif.Kehidupan baik -> merasa puas / integritas.Masa lalu negatif -> keputusasaan.Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki 3 makna biologis, emosional dan terpencil.Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini mungkin masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Tugas kita saat ini adalah mengembangkan "ego integrity", Integritas Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup dengan baik. Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri, terhadap kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup. Orang-orang ini seringkali penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu hasil kebodohan Orang-orang itu sendiri. Namun juga marah dan iri pada yang berhasil. Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan negatif. 8. Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial1. KeluargaCikal bakal perkembangan Teori Perkembangan Keluarga adalah pada saat era depressi tahun 30-an di USA dengan kebijakan Presiden Franklin D Roosevelt untuk memberikan kesempatan pada para ahli untuk meneliti dampak dari depresi pada populasi dengan studi longitudinal Family Life Cycle and Family Development. Teori Perkembangan keluarga menjelaskan proses perubahan dalam keluarga dengan unsur waktu sebagai sumberdaya yang sangat signifikan dalam perspektif perkembangan keluarga (Family Life Cycle).2. SekolahLingkungan sekolah merupakan sebuah sarana yang diselenggarakan pendidikan formal bagi anak didik guna memperoleh bekal kelak di kemudian hari setelah dirinya tidak lagi tergantung pada orangtuanya, Disekolah, anak akan terikat di dalam sebuah lingkungan yang serba formal dan sarat dengan segala aturan-aturan mutlak yang formal dan baku yang sudah dilengkapi dengan tuntutan sanksi tertentu. Dilingkungan sekolah inilah seseorang anak mulai dikenalkan dan dibimbing untuk menjalankan norma dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat.

2. SekolahInteraksi dengan teman di sekolah dan di lingkungan sekitar, cenderung membawa seorang remaja untuk lebih banyak berinteraksi dengan remaja lain yang berusia sama. Teman yang seperti ini dalam konteks sehari-hari sering disebut sebagai teman sebaya atau dalam istilah asingnya adalah peer . Peers sendiri diartikan sebagai individu yang memiliki usia yang sama atau berada pada tingkat kematangan yang sama (Santrock, 2008).

3. MasyarakatManusia senantiasa hidup dalam suatu lingkungan , baik lingkungan fisik, psikis, atau spiritual yang didalam nya ia adakan hubungan timbal balik sejak dilahirkan. Dalam hubungan timbal balik itu, tentulah jadi saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungannya pada umumnya. Dalam menguraikan pengaruh masyarakat terhadapperkembangansosial,akanditekankankepadapengaruhkelompoksosialyangpertama dihadapi manusia sejak ia dilahirkan, yaitu kelompok keluarganya, berdasarkan hasil eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan mengenai hal ini.Perkembangan Perasaan dan Emosi

1. EmosiMenurut King (2010), emosi (emotion) adalah perasaan atau afeksi yang dapat melibatkan ketergugahan fisiologis, pengalaman disadari dan ekspresi perilaku. Caplin (2009) mengatakan emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-peribahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku.2. PerasaanChaplin memberikan definisi perasaan sebagai pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmani. 3. Teori Central >< Teori Perifer (Canon)Canon menentang teori James Lange. Ia membuktikan dengan melakukan penyelidikan fisiologis terhadap seekor kucing. Di dalam penyelidikan tersebut, syaraf simpatis dari kucing dipotong, maka apabila teori J L benar, kucing yang syaraf simpatisnya telah dipotong tidak dapat marah lagi. Kemudian anjing dimasukkan, ternyata kucing yang melihat anjing masih dapat marah. Kesimpulan: keadaan organis bukan merupakan faktor yang menentukan munculnya emosi Jadi orang merasa sedih, sehingga ia menangis, dan menyebabkan terjadinya perubahan organis4. Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosiKondisi yang ikut memengaruhi emosi dominanKondisi KesehatanSuasana rumahCara mendidik anakHubungan dengan anggota keluargaHubungan dengan teman sebayaPerlindungan yang berlebihanAspirasi orang tuabimbingan4. Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosiKondisi yang menunjang timbulnya emosionalitas yang menguatKondisi fisikKondisi psikologisKondisin lingkungan5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan EmosiSunarto (2008), menjelaskan bahwa semua emosi di ekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama dari pada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan EmosiPerbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembnagnya semangat dan rasa kasih sayang. Anak anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.Perkembangan Moral

Teori Jean PiagetJean Piaget (1896-1980) menyusun teori perkembangan moralnya yang dikenal sebagai teori struktural-kognitif. Teori ini melihat perkembangan moral sebagai suatu hasil interaksi antara pelaksana aturan, pengikut atau pembuatnya secara individual dengan kerangka jalinan aturan yang bersangkutan yang menunjukkan esensi moralitas itu. Fokus teori ini ada pada sikap, perasaan (afeksi), serta kognisi dari individu terhadap perangkat aturan yang bersangkutan (Kurtines, 1992: 513). Teori KolhbergTeori perkembangan moral Lawrence Kohlberg merupakan pengembangan teori struktural-kognitif yang telah dilakukan Piaget sebelumnya. Di atas bangunan teori Piaget itu, Lawrence Kohlberg mengusulkan suatu teori perkembangan pemikiran moral (teori development-kognitif). Teori ini menyatakan bahwa setiap individu melalui sebuah "urutan berbagai tahapan" (invariant sequence of stages) moral. Tiap-tiap tahap ditandai oleh struktur mental khusus (distinctive) yang diekspresikan dalam bentuk khusus penalaran moral (Kneller, 1984: 110).Berdasarkan penelitiannya yang cukup lama, Kohlberg mengidentifikasikan enam tahap yang terbagi ke dalam tiga level perkembangan pemikiran moral. Kemudian, Kohlberg menyempurnakannya menjadi tujuh tahap. Keseluruhan tahap itu secara ringkas dibagankan sebagai berikut (Soenarjati dan Cholisin, 1989: 37; Kneller, 1984:110)