presentasi anestesi lisna final

76
ANALGESIK Lisna 10.2011.118

Upload: wendy-purnama

Post on 10-Aug-2015

66 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

NYERI ???

• Menurut International Association for the Study of Pain

“Nyeri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan sehubungan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial.”

Berdasarkan waktu durasi nyeri :

1. Nyeri akut : <3 bulan, mendadak akibat trauma atau inflamasi, tanda respon simpatis, penderita anxietas sedangkan keluarga suportif.

2. Nyeri kronik : >3bulan, hilang timbul atau terus-menerus, tanda respon parasimpatis, penderita depresi sedangkan keluarga lelah.

KLASIFIKASI NYERI

Berdasarkan etiologi :

1. Nyeri nosiseptik : rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada paska trauma-operasi dan luka bakar.

2. Nyeri neuropatik : rangsang oleh kerusakan saraf atau disfungsi saraf seperti pada diabetes melitus, herpes zooster.

KLASIFIKASI NYERI

Berdasarkan intensitas nyeri :

1. Skala visual analog score : 1 – 10

2. Skala wajah Wong Baker : tanpa nyeri, nyeri ringan, sedang, berat, tak tertahan,

KLASIFIKASI NYERI

Berdasarkan lokasi :

1. Nyeri superfisial : nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokalisasi.

2. Nyeri somatik dalam : berasal dari otot, tendo, tumpul, korang terlokasi.

3. Nyeri viseral : berasal dari organ internal atau organ pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal dan kolik ureter.

Berdasarkan lokasi :

4. Nyeri alih/reffered : masukan dari organ dalam pada tingkat spinal disalahartikan oleh penderita sebagai masukan dari daerah kulit pada segmen spinal yang sama.

5. Nyeri proyeksi : misalnya pada herpes zooster, kerusakan saraf menyebabkan nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang diinerfasi oleh saraf yang rusak tersebut.

6. Nyeri phantom : persepsi nyeri dihubungkan dengan bagian tubuh yang hilang seperti pada amputasi ekstremitas.

KLASIFIKASI NYERI

NYERI MENURUT JENISNYA

nyeri nosiseptik

•akibat rangsangan aferen saraf perifer•akibat peningkatan PGE2

nyeri neurogenik• akibat kerusakan saraf perifer• infiltrasi sel kanker pd serabut saraf• terpotongnya saraf perifer

nyeri psikogenik•Karena gangguan kejiwaan : marah, cemas/takut, depresi.

NYERIMENURUT TIMBULNYANYERI AKUT

-Karena stimulus noksius, ada kerusakan jaringan, proses penyakit atau fungsi abnormal

dari otot atau organ dalam (viscera). -Akibat pasca trauma, paska operasi dan nyeri

obstetrik -Terbatas/akan sembuh dalam beberapa hari

atau minggu.NYERI KRONIS

-Nyeri gagal untuk sembuh akibat abnormal penyembuhannya / pengobatan yang tidak

adekuat,-Nyeri yang menetap lebih 3 bulan / 6 bulan dari

sejak mulai dari dirasakan nyeri. -Bersifat nosiseptiv atau neuropatik ataupun

gabungan keduanya.

NYERI MENURUT TIPENYA

NYERI SOMATIK

Sakit, menggerogoti, dan tajam.

Secara umum dapat dilokalisasi dan

diinisiasi oleh aktivasi nosiseptor di jaringan

kulit dan jaringan dalam.

Contoh :

Nyeri akut pasca operasi dan patah

tulang.

NYERI VISCERAL

Nyeri yang tumpul dan sukar dilokalisasi dan

bisa menyebar ke tempat lain.

Kerusakan jaringan, khususnya infiltrasi,

kompresi dan distensi dari organ dalam.

Contoh:

nyeri perut yang disebabkan oleh

konstipasi.

NYERI NEUROPATI

Bersamaan dengan latar belakang

timbulnya sensasi nyeri dan terbakar.

Kerusakan terhadap sistem saraf baik pusat

maupun perifer.

Contoh :Neuropati diabetik dan neuralgia post herpetic.

PERJALANAN NYERI

Transduksi

Transmisi Modulasi Persepsi

Transduksi

Proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.

Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas. Dapat terjadi di seluruh jalur nyeri. Dapat dihambat oleh obat nonsteroid anti inflamasi

Transmisi

• Proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang jalur nyeri

• Molekul molekul di celah sinaptik mentransmisi informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya

• Dapat dihambat oleh anestetik lokal di perifer / sentral

Modulasi

Proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini dapat terjadi pada sepanjang titik dari sejak transmisi

pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi

(penghambatan).

Persepsi

Proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks sehingga mencapai tingkat kesadaran

Selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa tanggapan terhadap nyeri tlersebut.

Verbal Rating Scale

Pasien ditanya bagaimana sifat dari nyeri yang dirasakannya. Skor tersebut terdiri dari empat poin yaitu :

0 = Tidak ada nyeri atau perasaan tidak enak ketika ditanya 1 = Nyeri yang ringan yang dilaporkan pasien ketika ditanya 2 = Nyeri sedang yang dilaporkan pasien ketika ditanya 3 = Nyeri dihubungkan dengan respon suara, tangan atau lengan

tangan, wajah merintih atau menangis

Untuk pasien yang memiliki gangguan kognitif, skala nyeri verbal ini sulit digunakan.

PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

Visual Analogue Scale (VAS)

Skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya biasaya 10 cm dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya.

Angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 (nyeri terberat).

Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan 4 - <7 = nyeri sedang 7 – 10 = nyeri berat.

PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

Wong Baker Faces Pain Scale

Banyak digunakan pada pasien pediatrik dengan kesulitan atau keterbatasan verbal.

Dijelaskan kepada pasien mengenai perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya.

PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

PEDOMAN PENATALAKSAAN / PENANGANAN NYERI :

1. Tentukan diagnosa nyeri dengan tepat

2. Bila belum perlu, jangan memberi obat analgetik.

3. Libatkan faktor psikologis (kesabaran & kekuatan individu) untuk mengatasi nyeri.

4. Tentukan jenis obat & dosisnya.

“Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anastetika umum)”

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu:

1. Analgetik perifer (non-narkotik) : obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

2. Analgetik narkotik : khusus digunakan untuk menghalau nyeri hebat seperti pada kanker.

DEFINISI & PEMBAGIAN

ANALGETIK PERIFER

KLASIFIKASI ANALGETIK

Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetika dibagi :

1. Analgetika perifer (non-narkotika) Tidak bekerja sentral (bekerja terutama pd

perifer) & tidak bersifat narkotika. Berkhasiat lemah (sampai sedang) Bersifat antipiretika & kebanyakan bersifat

antiinflamasi & antireumatik.

2. Analgetika narkotika- Bekerja sentral (hipnoanalgetika)- Berkhasiat kuat- Menghalau rasa nyeri hebat (kanker).

ANALGETIK PERIFER SECARA KIMIAWI :

1. Parasetamol

2. Salisilat : asetosal, salisilamid, benorilat

3. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drugs)

4. Derivat antranilat : mefenaminat, asam niflumat glafenin, floktafenin.

5. Derivat pirazolinon : aminofenazon, isopropilfenazon, isopropilaminofenazone, metamizol.

6. Lain-lain : benzidamin.

PARACETAMOL

ANALGESIK PERIFER

• Sinonim : P – asetamidofenol; P – asetamino – fenol; P – asetilaminofenol; P-hidroksi asetanilida; Asetaminofen.

• Asetaminofen adalah derivat P-aminofenol / asetanilida / anilin.

• Asetaminofen → metabolit fenasetin dg efek analgetik & antipiretik yg sama dg senyawa induknya.

• Sebagai analgetik-antipiretik paling aman untuk swamedikasi / pengobatan sendiri.

• Indikasi : nyeri ringan – sedang (sakit kepala, gigi, perut, dysmenorroe / nyeri haid), dan demam (influenza & setelah vaksinasi).

PARASETAMOL

Farmakodinamik / mekanisme kerja parasetamol :

• Mekanisme efek analgetik : menghambat biosintesis prostaglandin (PG) perifer secara lemah yg berperan sbg mediator nyeri.

• Mekanisme efek antipiretik : menghambat biosintesis PG ( yg dibentuk sbg reaksi terhadap zat pirogen dari infeksi bakteri) di dalam hipotalamus (sbg pusat pengatur suhu & termoregulasi), menyebabkan vasodilatasi perifer di kulit dg bertambahnya pengeluaran kalor & keluar keringat yg banyak.

• Absorpsi : cepat & sempurna melalui saluran cerna (p.o).

• Distribusi : secara luas, menembus plasenta, masuk ASI.

• Metabolisme : di hati oleh enzim mikrosomal hati.

Parasetamol (80%) berkonjugasi dg asam glukuronat, sebagian kecil dg asam sulfat. Metabolit parasetamol dapat bersifat toksik pd keadaan overdosis.

Fenasetin → hidroksilasi → metabolitnya menyebabkan “methemoglobinemia & hemolisis eritrosit”.

Antidot methemoglobin, injeksi i.v. reduktor biru toluidin (metilen blue) atau asam askorbat.

• Ekskresi : metabolit melalui ginjal.

• Plasma t ½ = 1 – 4 jam.

Farmakokinetik Parasetamol

• Reaksi hipersensitifitas & kelainan darah• Pd penggunaan kronis 3 – 4 g sehari → kerusakan hati• Dosis > 6 g → necrosis hati reversibel.

Hepatotoksis ini disebabkan oleh metabolitnya yg pd dosis normal dapat ditangkal oleh glutathion (tripeptida dg – SH).

• Dosis > 10 g : persediaan glutathion habis → metabolitnya mengikatkan diri pada protein dg –SH di sel-sel hati → nekrosis hepatik irreversibel.

• Dosis 20 g → fatal.• Gejala over dosis : mual, muntah, anoreksia• Penanggulangan : bilas lambung, beri zat penawar (asam amino

N-asetilsistein, sisteamin, atau metionin) CITO !(8 – 10 jam setelah intoksikasi)

• ♀ hamil & laktasi : aman menggunakan parasetamol

Efek Samping Parasetamol

• Pd dosis tinggi : memperkuat efek antikoagulansia,

pd dosis biasa tidak interaktif.

• Memperpanjang t ½ kloramfenikol

• Kombinasi dg obat AIDS (zidovudin) meningkatkan resiko neutropenia

• Parasetamol vs fenotiazin (antipsikotik) → hipothermia berat.

• Parasetamol vs alkohol (zat hepatotoksik lain) → efek hepatotoksik Efek samping parasetamol

• bertambah.

Interaksi Parasetamol

Kontraindikasi Paracetamol• Hipersensitif terhadap parasetamol & defisiensi Glukose-6-fosfat

dehidrogenase.

• Tidak boleh digunakan pada penderita dg gangguan fungsi hati

Peringatan & perhatian :• Pemberian harus hati-hati pada penderita dg gangguan ginjal,

gangguan fungsi hati, penggunaan jangka lama pada pasien anemia, penyalahgunaan alkohol kronis.

• Jangan melampaui dosis yg disarankan

Dosis & Cara Pemberian Parasetamol

1. Dewasa & anak > 12 th (PO) :

325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan (tidak boleh lebih dari 4 gram / hari, atau 2,6 gram/hari kronis).

2. Anak 11 – 12 tahun (PO / Rektal) :

480 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan.

3. Anak 9 – 11 tahun (PO / Rektal) :

400 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan.

4. Anak 6 – 9 tahun (PO / Rektal) :

320 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan.

5. Anak 4 – 6 tahun (PO / Rektal) :

240 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan.

6. Anak 2 – 4 tahun (PO / Rektal) :

160 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan.

ASAM ASETILSALISILAT(ASPIRIN )

• Sinonim : Asetosal, Aspirin, Aspilets, Ascardia, Naspro, Saridon, Inzana, dll

• Analgetik-antipiretik-antiinflamasi tertua di dunia (1899), digunakan ad kini di dunia. Penggunaan sangat luas & golongan obat bebas.

• Sebagai prototipe, juga standar dalam menilai efek obat sejenis.

• Asam salisilat → iritatif → hanya untuk obat luar.

• Untuk sistemik → substitusi pd gugus hidroksil (-OH) → ester salisilat

ASAM ASETILSALISILATANALGESIK PERIFER

• Indikasi :

– Sebagai analgetik & anti-inflamasi & obat rematik (artritis reumatoid, osteoartritis).

– Pengobatan nyeri ringan sampai sedang.

– Penurun demam.

– Profilaksis serangan iskemik transien (transient ischemic attack / TIA).

– Profilaksis infark miokard.

ASAM ASETILSALISILAT

A. Mekanisme kerja sbg analgetik-antipiretik-antiinflamasi

: aspirin menghambat biosintesis enzim siklooksigenase menjadi endoperoksida, shg menurunkan atau bahkan menghambat sintesis prostaglandin (PG), tromboxan A2 (TX-A2), tetapi tidak menurunkan leukotrien.

B. Mekanisme Efek Analgetik

: aspirin menghambat PG secara perifer dan juga menekan rangsang nyeri di level sub-korteks; efektif untuk meredakan nyeri ringan – sedang ( nyeri otot, pembuluh darah, gigi, post persalinan, artritis).

Farmakodinamik / Mekanisme kerja aspirin

C. Mekanisme Efek Antipiretik :

Demam yg menyertai infeksi peradangan akibat 2 hal yaitu:

1). Pembentukan PG di dalam SSP sbg respon terhadap bakteri pirogen.

2). Efek interleukin-1 (IL-1) di hipotalamus; IL-1 dihasilkan makrofag untuk aktivasi limfosit & dilepaskan selama peradangan.

Aspirin menghambat keduanya shg dapat mengatur kembali termoregulator di hipotalamus, shg terjadi pelepasan panas secara vasodilatasi & disertai pembentukan banyak keringat.

Farmakodinamik / Mekanisme kerja aspirin

D. Mekanisme Efek Antiinflamasi :

akibat gagalnya produksi PGE2 / PGF2 sebagai mediator radang.

Farmakodinamik / Mekanisme kerja aspirin

E. Mekanisme Efek Antitrombotis :

Aspirin memblokir iso-enzim syclooxygenase (COX-1) secara sementara (seumur hidupnya trombosit) shg sintesa tromboxan A-2 (TX A-2) tidak terjadi. TX A-2 bersifat trombotis dan vasokonstriktif. Dengan demikian aspirin menghambat agregasi trombosit shg banyak digunakan sebagai alternatif pd antikoagulansia untuk obat pencegah serangan infark miokard dan TIA.

Farmakodinamik / Mekanisme kerja aspirin

Farmakokinetika aspirin

1. Absorpsi : sempurna dari usus halus bagian atas; karena bersifat asam, absorpsi juga terjadi di lambung; mengalami FPE & hidrolisa selama absorpsi shg BA menurun.

2. Distribusi : cepat & luas, menembus plasenta & masuk ASI.

3. Metabolisme : oleh hati.

4. Ekskresi : metabolit inaktif melalui ginjal.

5. Waktu paruh : 2 – 3 jam (dosis 1 – 3 gram/hari).

Efek samping aspirin

1. Iritasi mukosa lambung bahkan perdarahan GI, karena asetosal bersifat asam → dikurangi melalui kombinasi dg antasidum (MgO, AlOH3, CaCO3)/garam kalsiumnya (carbasalat, ascal).

2. Pd dosis besar menghilangkan efek pelindung dari prostasiklin (PGI2) terhadap mukosa lambung (sintesa PGI2 dihambat oleh blokade siklo-oxigenase), shg terjadi dispepsia, heart burn, mual, muntah, anoreksia, nyeri perut.

3. Anemia hemolitis.

4. Tinitus, kehilangan pendengaran.

5. Pd pasien asma (meskipun dosis kecil) dapat terjadi efek serius, yaitu kejang bronchi hebat yg memicu serangan asma.

6. Reaksi alergi kulit bahkan anafilaksis.

Efek Samping Aspirin

7. Sindrom Rye pd anak-anak kecil penderita cacar air / flu / selesma → hindari pemberian aspirin, parasetamol > aman!

Ciri sindrom Rye : muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan, konvulsi, koma.

• ♀ hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal (dosis tinggi), terutama pd triwulan terakhir & sebelum persalinan → lama persalinan & kehamilan diperpanjang, peningkatan perdarahan.

• Laktasi → asetosal masuk ASI, dapat digunakan tapi insidentil.

Interaksi

1. Aspirin meningkatkan kerja antikoagulan oral, heparin, atau zat trombolitis.

2. Aspirin menaikkan efek penisilin, fenitoin, metotreksat, asam valproat, antidiabetik oral, & sulfonamid.

3. Aspirin menurunkan efek probenesid ,sulfinpirazon, diuretik, dan antihipertensi.

4. Kadar salisilat serum diturunkan oleh glukokortikoid.

5. Antasida (alkalinisasi urin) dosis besar, menaikkan ekskresi serta menurunkan konsentrasi salisilat serum.

6. Asidifikasi urin (mis. Mengkonsumsi makanan yg mengasamkan urin : keju, telur, ikan, biji-bijian, daging, unggas) dapat memperbesar absorpsi & konsentrasi salisilat dalam serum.

7. Aspirin vs NSAIDs / alkohol, meningkatkan risiko iritasi GI.

8. Aspirin vs vankomisin, menaikkan risiko ototoksisitas.

Kontraindikasi & Perhatian Aspirin

1. Hipersensitivitas terhadap aspirin dan derivatnya.

2. Dapat terjadi alergi silang dg gol.NSAIDs lainnya.

3. Penderita tukak lambung, hemofilia, trombositopenia, dan Penderita yg pernah/sering mengalami perdarahan di bawah kulit.

4. Penderita asma & alergi.

5. Penderita yg mendapat terapi antikoagulan.

6. Gunakan hati-hati pada pasien riwayat perdarahan GI atau penyakit ulkus, penyakit hati & ginjal berat.

7. Satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham bungsu) → penggunaan asetosal dihentikan karena efek antitrombotis → meningkatkan resiko perdarahan.

Dosis & Cara Pemberian Aspirin

Analgetik & antipiretik1. Dewasa (PO, Rektal) :

325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan (tidak lebih dari 4 gram/hari).

2. Anak 2 – 11 tahun (PO, rektal) : 60 – 80 mg/kg/hari dalam 4 – 6 dosis terbagi.

Antiinflamasi3. Dewasa (PO) : 2,6 – 6,2 gram/hari dalam dosis terbagi.4. Anak-anak (PO) : 60 – 110 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Pencegahan TIA Dewasa (PO) : 1,3 gram/hari dalam 2 – 4 dosis terbagi.

Pencegahan infark miokardDewasa (PO) : 300 – 325 mg/hari.

NSAID

• Obat analgetik-antipiretik & NSAID → kelompok obat heterogen (kimiawi).

• Memiliki banyak persamaan efek terapi & ES → mekanisme kerja sama → penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).

• Aspirin : prototipe → NSAID “obat mirip aspirin” (aspirin like drugs).

ANALGESIK PERIFER

Indikasi NSAID :

1. Sebagai analgetik, antipiretik, & antiinflamasi , untuk mengobati gejala penyakit rematik (arthritis rheumatica, artrosis, & spondylosis).

2. Meredakan peradangan akibat trauma (kecelakaan, benturan, pukulan), pasca pembedahan, memar setelah olahraga.

3. Efektif untuk mengatasi nyeri/kolik saluran empedu & kemih, keluhan tulang pinggang, dan nyeri haid (dysmenorroe).

4. Menghalau nyeri kanker (ibuprofen, naproksen, diklofenak adalah obat yg sering dipakai karena ES paling ringan).

Klasifikasi Kimiawi NSAID

I. ASAM KARBOKSILAT

A. Asam Asetat Derivat Asam Fenilasetat

•Diklofenak•Fenklofenak

Derivat Asam Asetat inden / indol•Indometasin = terkuat anti radangnya; lebih sering keluhan lambung-usus.

•Sulindak•Tolmetasin

Derivat Asam Salisilat = dosis antiradangnya 2 – 3x >> kuat daripada analgetisnya; ES >> shg jarang digunakan pd terapi rematik.•Aspirin•Benorilat•Diflunisal•Salsalat

Derivat Asam Propionat• Asam tiaprofenat• Fenbufen• Fenoprofen• Flurbiprofen• Ibuprofen• Ketoprofen• Naproksen

Derivat Asam FenamatAsam MefenamatMeklofenamat

II. ASAM ENOLAT

- Derivat Pirazolon - Derivat Oksikam- Azapropazon - Piroksikam- Fenilbutazon - Tenoksikam- Oksifenbutazon - Meloksikam

III. Lain-lain : nabumeton, benzidamin cr 3%, bufexamac cr 5%.

Mekanisme Kerja NSAID & Kortikosteroid(Gb. Diagram Perombakan Asam Arachidonat menjadi Prostaglandin & Leukotrien

dengan Titik Kerja Sejumlah Obat Rema)

dihambat kortikosteroid

Fosfolipid / membran sel

fosfolipase

asam arachidonat

gangguan pd membran sel

Cyclooxygenasedihambat NSAID / obat serupa

aspirin

lipooxigenase dihambat zileuton

montelukast

endoperoksid

- vaso <- bronchi <- agregasi >

prostaglandinPGE2/F2

prostacyclinPGI2

Tromboxan TXA2

COX-1 COX-2

- proteksi lambung

- vaso >- antiagregasi

peradangan

as. hidroperoksidradikal bebas

dihambat nebumeton

celecoxib

leukotrien LTA

LTC4 – LTD4 – LTE4LTB4

peradangan- vaso <

- permeab >

Ada 3 macam obat anti-inflamasi (kerja agak selektif) :

1. Menghambat COX-2 > kuat dp COX-1 (COX-2 inhibitors / penghambat COX-2 selektif), ex. Nabumeton, meloxicam.

2. Tidak menghambat COX-1 sama sekali pd dosis biasa, tapi efek klinis iritasi mukosa lambung masih perlu dibuktikan.

ex. Celecoxib, diklofenak, naproksen, ketoprofen.

3. Menghambat ke-2 enzim COX

ex. Sulfasalazin

Farmakodinamik / Mekanisme Efek Analgetik NSAID :

- PG hanya berperan pd nyeri yg berkaitan dg kerusakan jaringan / inflamasi.

- Hasil penelitian : PG mensensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik & kimiawi.

- PG menimbulkan keadaan hiperalgesia → mediator kimiawi (bradikinin & histamin) merangsangnya → nyeri nyata!

- NSAID tidak mempengaruhi hiperalgesia/nyeri yg ditimbulkan oleh efek langsung PG tetapi sintesis PG yg dihambat oleh NSAID, bukannya blokade langsung terhadap PG.

Efek Samping NSAID

1. Efek Ulcerogen• Mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, ulcer pepticus, perdarahan

lambung → disebabkan blokade sintesa PGI2 & kehilangan fungsi perlindungan terhadap lambung. Terjadi pd penggunaan sistemik & rektal.

• NSAID + kortikosteroid → efek ulcerogen >>>.• Pencegahan, dg pemberian obat sbb :

– misoprostol (sbg pengganti PGI2 dg efek protektif thd mukosa lambung).

– Antagonis – H2 (H2 – blockers) : ranitidin, simetidin.– Pompa proton inhibitor : omeprazol, lansoprazol, pantoprazol.

• Obat t½ panjang → resiko ulcerogen >> t½ pendek.• Con. NSAID : - indometasin, azapropazon,piroxicam (keluhan >>>).

- ketoprofen, naproksen, flurbiprofen, sulindak, diklofenak → keluhan sedang.

- Ibuprofen → keluhan <<

Efek Samping NSAID

2. Gangguan fungsi ginjal

• Fungsi PG di ginjal : memelihara aliran darah / perfusi & laju filtrasi glomeruler ginjal.

• Jika sintesa PG dihambat oleh NSAID → perfusi & laju filtrasi glomeruli << → efek-efek : Insufisiensi, nefritis interstisial, kelainan regulasi air & elektrolit (udem, hiperkalemia).

• Lansia sangat peka → nefritis irreversibel → terutama pemakaian indometasin.

• Efek diuretik dikurangi oleh NSAID.

Efek Samping NSAID

3. Agregasi trombosit

• Efeknya dikurangi, karena penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) → masa perdarahan diperpanjang.

• Bersifat reversibel (kecuali asetosal)• Efek ini untuk terapi profilaksis trombo-emboli.

Efek Samping NSAID

4. Reaksi kulitRuam & urtikaria (diklofenak & sulindak).

5. BronchokonstriksiPd pasien asma yg hipersensitif NSAID

6. Efek SentralNyeri kepala, pusing, tinitus, termangu-mangu, sukar tidur, depresi, gangguan penglihatan.

Efek Samping NSAID

7. Lain – lainGangguan fungsi hati (diklofenak), gangguan haid (diklofenak, indometasin), anemia aplastis (jarang).

• Wanita hamil → tidak boleh diberikan NSAID (triwulan terakhir) → menghambat kontraksi & memperlambat persalinan.

• Laktasi → NSAID menembus ASI → jangan diberikan, kecuali : ibuprofen, flurbiprofen, naproksen, diklofenak (pd dosis biasa sedikit dalam ASI).

1. Penggunaan NSAID bersama aspirin, menurunkan efektivitasnya.

2. Meningkatkan efek perdarahan jika NSAID digunakan bersama antikoagulan, heparin, obat trombolitik dan asam valproat. (karena NSAID bersifat asam organik yg terikat kuat pd protein darah shg dapat menggeser ikatan obat lain dg PP tinggi maka daya kerja obat yg tergeser tsb menjadi lebih kuat).

3. NSAID vs aspirin, kortikosteroid dapat meningkatkan efek ulcerogen (efek merugikan pd GI).

4. NSAID menurunkan efek diuretik & antihipertensi.

5. NSAID meningkatkan resiko hipoglikemia akibat insulin / obat hipoglikemik oral.

Interaksi NSAID

Kontraindikasi & Perhatian NSAID

• Tukak lambung & perdarahan G.I.• Hipersensitif NSAID• Penderita asma• Gunakan hati-hati pd penderita kardiovaskuler,

ginjal, atau penyakit hati yg parah.

ANALGETIK SENTRAL

ANALGETIK NARKOTIKA / OPIOID

Adalah obat yg daya kerjanya meniru opioid endogen /

endorfin dg memperpanjang aktivasi reseptor opioid (reseptor

µ) di SSP shg persepsi nyeri & respon emosional terhadap

nyeri berubah / dikurangi.

ANALGETIK NARKOTIKA / OPIOID

• Mekanisme kerja analgetik narkotik :

analgetik opioid berikatan dg (sisa) reseptor opioid pd SSP (yg

belum ditempati endorfin) shg mengubah persepsi & respon thd

stimulus nyeri sambil menghasilkan depresi SSP secara umum.

• Minimal ada 4 macam reseptor opioid, yaitu reseptor µ, k, δ, ε,

dan σ, sbg tempat pengikatan analgetik narkotik untuk

menghasilkan efek analgesia yg menyerupai endorfin.

• Analgetik opioid bisa digunakan sendiri / kombinasi dg analgetik non-opioid dalam penatalaksanaan nyeri sedang – hebat.

• Analgetik opioid juga telah digunakan sbg :- analgetik selama persalinan.- pra bedah (sedasi praoperatif).- intrabedah- pascabedah- adjuvan anestesia- dalam perawatan intensif untuk analgesia, sedasi &

antinsietas.- antitusif (penekan rangsang batuk kering, mis : codein)

INDIKASI ANALGETIK OPIOID (UMUM)

FARMAKOKINETIK ANALGETIK OPIOID (UMUM)

1. Absorpsi 50% obat diabsorpsi dari sal. GI & diabsorpsi sempurna dari tempat injeksi i.m.

2. Distribusiumumnya didistribusikan secara luas, menembus plasenta & masuk ASI.

3. Metabolisme umumnya di hati, reaksi metabolisme berbeda tergantung obat.

4. Ekskresi melalui ginjal.

5. Waktu paruh eliminasiberbeda tergantung @ obat.

EFEK SAMPING ANALGETIK OPIOID (UMUM)

1. Depresi SSP, mis : sedatif, depresi pernafasan & batuk, miosis,

hipothermia, mual & muntah (karena rangsangan pd CTZ / chemo

triggrer zone), penurunan aktivitas mental & motorik, euforia,

perasaan termangu, halusinasi .

2. Bronchokonstriksi saluran nafas, shg pernafasan menjadi

dangkal & frekuensinya menurun.

3. Sistem sirkulasi darah : vasodilatasi perifer (jika pd kulit, keluar

keringat berlebihan), hipotensi & bradikardi (dosis tinggi).

EFEK SAMPING ANALGETIK OPIOID (UMUM)

4. Saluran GI : obstipasi karena peristaltik berkurang, kolik batu

empedu karena kontraksi sfingter kandung empedu.

5. Saluran urogenital : retensi urin (karena tonus sfingter kandung

kemih naik), kontraksi uterus berkurang (memperpanjang waktu

persalinan).

6. Pelepasan histamin : pruritus, urticaria.

7. Kebiasaan & ketagihan

PERHATIAN PADA ANALGESIK OPIOID

1. Penyakit ginjal, hati, pulmoner parah (asma).

2. Hipotiroidisme

3. Pasien lansia / pasien lemah (penyakit saraf / otot)

4. Nyeri abdomen / hipertrofi prostat yg tidak terdiagnosa.

5. Insufisiensi adrenal

6. Alkoholisme

7. Anak-anak (meningkatkan resiko kejang akibat akumulasi normeperidin)

8. Pasien dg riwayat hipotensi sebelumnya (mis : pasca perdarahan).

9. Kurangi dosis opioid pd pasien lansia, malnutrisi, gangguan fungsi ginjal / hati (mis : pre-eklamsia).

Kontraindikasi Analgesik Opioid

1. Hipersensitifitas

2. Kehamilan / laktasi (penggunaan kronis)

3. Penggunaan dg MAOI (Monoamin oksidase inhibitor) yg

baru berjalan (14 – 21 hari).

4. Peningkatan tekanan intrakranial / konsentrasi CO2

(penyakit pernafasan yg berat).

Interaksi

1. Analgetik opioid vs obat gol. Depresan SSP lain (alkohol; antihistamin; sedatif-hipnotik = barbiturat & benzodiazepin; obat anestesi = nitrogen oksida; metoklopramida; fenotiazin / proklorperazin; antidepresan trisiklik) → depresi SSP >>>.

2. Analgetik opioid (meperidin, pentazosin,tramadol) vs MAO Inhibitor atau SSRI (selective serotonin re-uptake inhibitor) atau probakarbazin → menimbulkan hiperpireksia disertai hipotensi / hipertensi yg fatal, dihindari selama 14 – 21 hari sesudah terapi MAOI dihentikan.

Interaksi

3. Analgetik opioid vs metoklopramid, cisapride & domperidon → stasis lambung.

4. Analgetik opioid (meperidin, metadon, fentanil, morfin) vs simetidin / ranitidin (antagonis H2) → menghambat enzim mikrosomal shg metabolisme opioid dicegah, akibatnya konsentrasi opioid meningkat (apnea & gejala kebingungan).

KESIMPULAN

ThankYou