hidrosepalus lisna

Upload: dharma-partana

Post on 07-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini adalah asuhan keperawatan anak dengan hidrosepalus sehingga nanti bisabermanfaat buat para orang tua ataupara ibu yang akan melakuakan

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGHydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Hidrosefalus adalah kesatuan klinik yang dibedakan oleh tiga faktor: peninggian tekanan intraventrikuler, penambahan volume CSS, dan dilatasi rongga CS.

Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, volume CSS, dan ukuran ventrikel menimbulkan kelainan berikut: pembesaran kepala, penonjolan fontanel, separasi sutura, tanda MacEwen positif, fenomena setting sun, scalp yang mengkilap, dilatasi vena scalp, strabismus konvergen atau divergen, tangis yang high pitched, postur opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang.

Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau ringan, hanya perubahan ringan pada sutura, fontanel, scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrosefalus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tampil hingga pasien mulai berjalan, dimana keadaan ini dibuktikan dengan langkah berdasar, lebar para paresis, hemianopia bitemporal, dan retardasi mental.

Insiden hidrosefalus antara 0,2- 4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus konginetal adalah 0,5- 1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11 % - 43 % disebabkan oleh stenosis aquaductus serebri.

Oleh karena itu , penulis tertarik untuk mengangkat judul yang berkaitan dengan hidrosefalus ini.1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan hidrosefalus ?

1.2.2 Bagaimanakah patofisiologi pada pnyakit hidrosefalus?

1.2.3 Bagaimanakah manifestasi klinik dan etiologi pada penyakit hidrosefalus?

1.2.4 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak hidrosefalus1.2.5 Bagaimanakah pengkajian anamnesa pada bayi dengan hidrosefalus?

1.2.6 Bagaimanakah cara menentukan diagnosa masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan terhadap bayi dengan hidrosefalus?

1.2.7 Bagaimanakah cara menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan pada bayi dengan hidrosefalus?

1.2.8 Bagaimanakah cara melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah dikumpulkan atau intervensi terhadap bayi dengan hidrosefalus?

1.2.9 Bagaimanakah cara merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada bayi berdasarkan interpretasi data yang yang ditentukan?

1.2.10 Bagaimanakah cara melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada bayi dengan hidrosefalus?

1.2.11 Bagaimanakah cara melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada bayi dengan hidrosefalus ?1.3 TUJUANAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosefalus.

1.3.1 Mengetahui pengertian hidrosefalus

1.3.2 Mengetahui patofisiologi pada pnyakit hidrosefalus

1.3.3 Mengetahui manifestasi klinik dan etiologi pada penyakit hidrosefalus1.3.4 Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak hidrosefalus1.3.5 Melakukan pengkajian anamnesa pada bayi dengan hidrosefalus1.3.6 Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan terhadap bayi dengan hidrosefalus1.3.7 Menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan pada bayi dengan hidrosefalus1.3.8 Melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah dikumpulkan atau intervensi terhadap bayi dengan hidrosefalus1.3.9 Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada bayi berdasarkan interpretasi data yang yang ditentukan1.3.10 Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada bayi dengan hidrosefalus1.3.11 Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada bayi dengan hidrosefalus 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan menambah pengetahua tentang anak dengan penyakit autisme. Dan diharapkan agar mahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan anak dengan penyakit hidrosefalus. Disamping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah keperawatan anak.

BAB 2PEMBAHASAN2.1 Definisi Hidrosefalus

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.(Poppy Wijaya,2006).

Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis ( CSS ) dengan atau pernah dengan tekanan intra kronial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan mengalirkan CSS. ( Ilmu Kesehatan Anak 2 , hal 238 ).

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventikrel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural. ( Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1 hal 496 ).

Hidrocefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirkan CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan local tanpa tekanan intrakranial yang meniggi seperti pada pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan, sesudah terjadinya atrofi otak. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatn Anak Fak.Kedokteran UI.Ilmu Kesehatan Anak jilid:2,hal.874).

Hidrocefalus merupakan pembesaran abnormal dari ventrikel otak yang disebabkan oleh peningkatan gradien tekanan antara cairan intraventrikel dan otak. (Rosa M.Sacharin. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi:2, Hal.285).

Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya CSS dengan atau pernah dengan tekanan intracranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Hal 196).

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak(cairan serebro spinal).Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. (Divisi Neuropediatri Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya).Jadi hidrosefalus adalah suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinal.2.2 PatofisiologiCSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).(Poppy Wijaya,2006).Hidrocefalus terjadi karena obstruksi aliran cairan serebrospinal, gangguan absorpsi CSS, dan produksi CSS yang berlebihan. Bayak factor penyebab terjadinya hidrosefalus, termasuk tumor, malformasi vaskuler, dan trauma serebri. ( Keperawatan Pediatri edisi 3, hal: 223).

Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc,sedangkan jumblah total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari.Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS. Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi,hidrosefalus juga dapat timbul akibat Disgenesis serebri dan atrofi serebri. ( Poppy Wijaya,2006).skema Patofisiologi HIDROCEPALUS

2.3 Klasifikasi dan Manifestasi klinikKlasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).

2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor.

Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)

Manifestasi KlinisTanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003)

2. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:

1. Fontanel anterior yang sangat tegang.

2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.

3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.

4. Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon).

5. Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)

Gejala Klinis

1. BayiPada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :a. Kepala makin membesarb. Veba-vena kepala prominenc. Ubun-ubun melebar dan tegangd. Sutura melebare. Cracked-pot sign, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah semangka pada perkusi kepalaf. Perkembangan motorik terlambatg. Perkembangan mental terlambath. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)i. Cerebral cry, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetarj. Nistagmus horisontalk. Sunset phenomena, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.2. Anak:Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial:a. Muntah proyektilb. Nyeri kepalac. Kejangd. Kesadaran menurune. PapiledemaEtiologi

Penyebab terjadinya hidrosefalus pada bayi dan anak dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Penyebab bawaan (kongenital):1) Stenosis akuaduktus silvii (10%)2) Malformasi Dandy-Walker (2-4%)3) Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan 24) Agenesis Foramen Monro5) Toksoplasmosis kongenital6) Sindroma Bickers-Adamsb. Penyebab dapatan:1) Tumor (20%), misalnya meduloblastoma, astrositoma, kista, abses atau hematoma2) Perdarahan intraventrikular3) Meningitis bakterial4) Peningkatan tekanan sinus venosus (akondroplasia, kraniostenosis atau trombosis venous)5) Iatrogenik: Hipervitaminosis A dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan serebrospinal atau meningkatkan permeabilitas sawar darah otak, sehingga menimbulkan hidrosefalus.PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS1. Pemeriksaan fisik: a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normalb. Transiluminasi2. Pemeriksaan darah:a. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa4. Pemeriksaan radiologi:a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnyaDiagnosa Banding1. Bayi sehat2. Ciri keluarga (familial feature)3. Megaensefali4. Hidranensefali5. Tumor otak6. Cairan subdural (subdural effusion)KOMPLIKASI 1. Peningkatan TIK2. Infeksi malfungsi pirau3. Keterlambatan perkembangan kognitif, psikososial, dan fisik4. IQ menurun5. Hernia serebri6. Kejang7. RenjatanPENATALAKSANAAN1. FarmakologiMengurangi volume cairan serebrospinalis:a. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)b. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosisCatatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah terjadinya efek samping. Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.2. Terapi a. Terapi medikamentosa

Obat-obatan yang sering dipakai untuk terapi ini adalah:

- Asetasolamid

Cara pemberian dan dosis: Per oral, 2-3 x 125 mg/hari. Dosis ini dapat ditingkatkan maksimal 1.200 mg/hari.- Furosemid

Cara pemberian dan dosis: Per oral 1,2 mg/kg BB 1x/hari atau injeksi IV 0,6 mg/kg BB/hati. Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.

1. Terapi pintas / Shunting

Ada 2 macam:

- Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

- Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh laina) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superiorc) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.d) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinume) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.b. Lumbo Peritoneal Shunt

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.Teknik Shunting

1) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.2) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.3) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.4) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax ujung distal setinggi 6/7).(x-ray 5) Ventriculo-Peritneal Shunta. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutanb. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

PROGNOSIS

Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)

Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata).2.4 pengkajian1. Wawancara

DS: a. Pengertian penyakit oleh keluarga/pasienb. Kemampuan pasien untuk mengertic. Pernyataan sakit kepala, mual-muntah, kejangd. Pernyataan kepalanya membesar

DO: a. Lingkar kepala melebihi normalb. Terjadi peningkatan TIK (mual, muntah, kejang)c. Fortanella/Sutura belum menutupd. Tingkat kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargie. Status tanda-tanda vital bervariasi terhadap nadi dan tekanan darahRiwayat Kesehatan

Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya:a. Riwayat trauma sewaktu lahirb. Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah lahir, infeksi, neoplasmac. Riwayat keluarga2. Pemerikasaan fisik

a. Sakit kepala, mual, muntah, kejang

b. Penurunan kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargi

c. Sunset sign pada mata

d. TTV yang bervariasi untuk tiap individu

e. Pembesaran lingkar kepala

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Neurologi

Untuk mengetahui status neurologis pasien, misalnya gangguan kesadaran, motoris/kejang, edema pupil saraf otak II

b. Pengukuran lingkar kepala

Untuk mengetahui Progrestivitas atau perkembangan lingkar kepala

c. CT Scan

Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan radio isotop, radioaktif dan scanner

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh2.5 diagnosa keperawatan1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan serebrospinal

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt

4. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasiTUJUAN (NOC)Diagnosa I : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan cerebrospinal.

NOC: Status sirkulasi

Kriteria hasil NOC :

a. Menunjukkan status sirkulasi ditandai dengan indikator berikut:1) TD sistolik dan diatolik dalam rentang yang diharapkan2) Tidak ada hipotensi otastik3) Tidak ada bising pembuluh darah besarb. Menunjukkan kemampuan kognitif, ditandai dengan indikator:1) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kemampuan2) Menunjukkan perhatian, konsentrasi serta orientasi

3) Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini

4) Memproses informasi

5) Membuat keputusan dengan benar

2.6 Diagnosa II : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

NOC :

a. Level nyeri

Laporan nyeri

Frekwensi nyeri

Lamanya nyeri

Ekspresi wajah terhadap nyeri

Kegelisahan

Perubahan TTV

Perubahan ukuran pupil

b. Kontrol Nyeri

Menyebutkan faktor penyebab

Menyebutkan waktu terjadinya nyeri

Menggunakan analgesik sesuai indikasi

Menyebutkan gejala nyeri3. Diagnosa III: Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt

Kriteria Hasil NOC :

a. Kontrol Resiko

Kriteria hasil NOC : Dapat memonitor faktor resiko Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko

Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan faktor resiko

Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko

b. Deteksi Resiko

Kriteria hasil NOC : Mengtahui atau mengungkapkan tanda dan gejala tentang indikasi resiko. Menggunakan sumber untuk menyediakan informasi tentang resiko potensial.

Berpartisipasi dalam pemeriksaan.4.Diagnosa IV: Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diriKriteria Hasil NOC:

a) Anxiety control

Monitor intensitas dari cemas

Mencari informasi untuk menurunkan cemas

Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

Melakukan hubungan sosial untuk memusatkan konsentrasi

Kontrol respon cemas

b) Coping

Identifikasi pola koping yang efektif

Identifikasi pola koping yang tidak efektif

Kontrol cara pasien dalam mengungkapkan perasaannya dengan kata kata

Laporkan penurunan stress

Pakai perilaku untuk peenurunan stress5.Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasiNOC :

a.Knowledge : Disease Process (1803) Kenalkan dengan nama penyakit Gambarkan dari proses penyakit

Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Jelaskan faktor resiko Jelaskan efek dari penyakit Jelaskan tanda dan gejalab.Knowledga Illness care (1824 Proses penyakit Pengendalian infeksi Pengobatan Prosedur pengobatan Perawatan terhadap penyakit3. INTERVENSI (NIC)Diagnosa I : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan cerebrospinal.Intervensi NIC

1. Pantau hal-hal berikut ini

a. Tanda tanda vital

b. Sakit kepala

c. Tingkat kesadaran dan orientasi

d. Diplopia inistagmus, penglihatan kabur, ketajaman penglihatan

e. Pemantauan TIK

Pemantauan TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan

Pantau tekanan perfusi jaringan

Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus

f. Penatalaksanaan sensasi perifer

Pantau adanya parestes: mati rasa atau adanya rasa kesemutan

Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran

2. Aktivitas kolaboratif

a. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang dianjurkan

b. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler, sesuai permintaan

c. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral sesuai dengan permintaan

d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat, bergantung pada kondisi pasien dan permintaan medis

e. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan.

Diagnosa II : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK Intervensi NIC :

a. Manajemen Nyeri Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi nyeri. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat. Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur, aktivitas, dll). Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari kontrol nyeri pada masa lalu yang biasa digunakan. Kaji pasien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan pendukung. Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon pasien untuk ketidaknyamanan (misal : temperatur rungan cahaya dan kebisingan). Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery, therapi musik, distraksi, dll).Diagnosa III: Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrlIntervensi NIC :

a.Kontrol Infeksi

Aktivitas : Gunakan sarung tangn steril Pelihara lingkungan yang tetap aseptik. Batasi pengunjung Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi infeksi laporkan kepada petugas kesehatan. Anjurkan intake nutrisi yang baik.b.Identifikasi Resiko. Aktivitas :

Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan secara berkelanjutan

Menentukan sumber yang finansial.

Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko.

Tentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan.

Diagnosa IV: Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

Intervensi NIC:a.Penurunan cemas

Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi cemas

Menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan program perawatan yang diberikan

Kaji penyebab kecemasan pasien

Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien guna mengurangi kecemasan

Identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien

b.Teknik ketenangan

Pertahankan kontak mata dengan pasien

Duduk dan berbincang bincang dengan pasien

Ciptakan suasana yang tenang

Gunakan teknik distraksi

Berikan obat anti cemas

Instruksikan pasien dengan metoda penurunan cemas (mengurangi cemas).Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi.

Intervensi NIC :

a. Teaching Disease Process

Aktifitas :

Jelaskan patofisiologi penyakit

Jelaskan tanda dan gejala dari penyait

Jelaskan proses penyakit

Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit

Diskusikan pilihan perawatan

b. Teaching : Prosedur / Treatment

Aktifitas :

Informasikan kepada pasien kapan dan dimana prosedur perawatan dilakukan

Informasikan kepada pasien tentang berapa lama prosedur dilakukan

Jelaskan tujuan dari prosedur / perawatan

Gambarkan aktifitas sebelum prosedur dilakukan

Jelaskan prosedur tindakan

BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanHidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.

Insiden hidrosefalus antara 0,2- 4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus konginetal adalah 0,5- 1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11 % - 43 % disebabkan oleh stenosis aquaductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insiden untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a) mengurangi produksi CSS

b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi

c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Hal yang sangat penting dalam penanganan kasus hidrosefalus ini adalaqh kejadian infeksi akibat penatalaksanaan dan asuhan yang diberikan tidak tepat. 3.2 SaranDiharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus hidrosefalus untuk tidak berkecil hati karena ada masih ada cara pengobatan yang dapat dilakukan. Pengobatan tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembangnya dikemudian hari.

Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan dan asuhan yang adekuat dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat menurunkan angka kematian pada bayi.DAFTAR PUSTAKADarsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.Tucker,Susan Martin dkk.2008.Standar perawatan pasien edisi 5.Jakarta:EGC.

Wilkinson,Judith M.2007.Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC.Jakarta EGC.

Carpenito/Moyeth,Lynda Juall.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC.

Resiko terjadi dekubitus

Kerusakan mobilisasi

Kulit meregang hingga tipis / pasien tidak dapat bergerak atau menggerakkan kepala

Kurang info

Kurang pengetahuan

Proses perubahan keluarga cemas

Krisis pada keluarga

Penurunan fungsi neurologis

Perfusi jaringan serebral tak efektif

Gangguan aliran darah ke otak

Lemas, Nyeri, lelah,letih

Mual / muntah

Peningkatan TIK

Kepala membesar

CSS Berlebih

Hidrocefalus

13