referat anestesi power point

27
REFERAT PENANGANAN ANESTESI PADA PASIEN BPH Oleh: I Nyoman Trias S. Ageng Setiardi Pembimbing: dr. H. Nano Sukarno, Sp. AN dr. Teguh Santoso E, Sp. AN- KIC., M. Kes dr. Andika Chandra P, Sp. AN

Upload: risa-meisalia

Post on 02-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referat anestesi power point

TRANSCRIPT

REFERAT PENANGANAN ANESTESI PADA PASIEN BPH

REFERATPENANGANAN ANESTESI PADAPASIEN BPHOleh:I Nyoman Trias S.Ageng Setiardi

Pembimbing: dr. H. Nano Sukarno, Sp. ANdr. Teguh Santoso E, Sp. AN-KIC., M. Kes dr. Andika Chandra P, Sp. ANBAB ILatar Belakang

Anestesi berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan aesthetos, "persepsi, kemampuan untuk merasa", secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagaiprosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Hiperplasi prostat benigna merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan pada usia yang kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. BAB II ANESTESI UMUM Definisi

Anastesi umum adalah tindakan meniadakan/menghilangkan nyeri/smua sensibilitas secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Keuntungan Anestesi UmumMembuat pasien lebih tenangUntuk operasi yang lamaDilakukan pada kasus-kasus yang memiliki alergi terhadap agen anestesia lokalDapat dilakukan tanpa memindahkan pasien dari posisi supine (terlentang)Dapat dilakukan prosedur penanganan (pertolongan) dengan cepat dan mudah pada waktu-waktu yang tidak terprediksi

Kerugian Anestesi UmumDapat menimbulkan komplikasi yang berat, seperti : kematian, infark myokard, dan strokeDapat menimbulkan komplikasi ringan seperti : mual, muntah, sakit tenggorokkan, sakit kepala. Membutuhkan mesin-mesin yang lengkapMembutuhkan pemantauan ekstra selama anestesi berlangsung

Indikasi Anestesi Umum1. Anak-anak / anak usia muda2. Dewasa yang memilih anestesi umum3. Pembedahannya luas / eskstensif4. Penderita sakit mental5. Pembedahan lama6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan7. Riwayat penderita toksik / alergi obat anestesi local8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantiaKomplikasi Anestesi1.5.1. Kerusakan Fisik Kerusakan fisik yang dapat terjadi sebagai komplikasi anestesi antara lain: pembuluh darah, dan intubasi.a.Pembuluh Darah Benzodiazepin dan kanulasi vena yang lama lebih mungkin menyebabkan tromboflebitis dan infeksi. b. Intubasi Kerusakan pada bibir, gusi, dan gigi geligi dapat terjadi pada intubasi trachea. 1.5.2. Pernapasan Yang paling ditakuti adalah obstruksi saluran pernapasan akut selama atau segera setelah induksi anestesi. Spasme Laring dan penahanan napas dapat sulit dibedakan serta dapat timbul sebagai respon terhadap anestesi yang ringan, terutama jika saluran pernapasan dirangsang oleh uap anestesi iritan atau materi asing yang mencakup sekresi dan kandungan asam lambung. 1.5.3. Kardiovaskuler Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain hipotensi, hipertensi, aritmia jantung, dan payah jantung. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan, overdosis obat anestetika, penyakit kardiovaskuler seperti infark miokard, aritmia, hipertensi, dan reaksi hipersensivitas obat induksi, obat pelumpuh otot, dan reaksi transfusi. Hipertensi dapat meningkat pada periode induksi dan pemulihan anestesi. Komplikasi hipertensi disebabkan oleh analgesia dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak adekuat. Sementara faktor-faktor yang mencetuskan aritmia adalah hipoksia, hiperkapnia, tindakan intubasi, gangguan elektrolit, dan pengaruh beberapa obat tertentu. 1.5.4. Suhu tubuh Akibat venodilatasi perifer yang tetap ditimbulkan anestesi menyebabkan penurunan suhu inti tubuh. Selama pembedahan yang lama, bisa timbul hipotermi yang parah, yang menyebabkan pengembalian kesadaran tertunda, pernapasan dan perfusi perifer tidak adekuat. 1.6. Komponen AnestesiaKomponen anestesia yang ideal (trias anestesi) terdiri dari : 1,10Hipnotik, Hipnotik didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran, sevofluran).Analgesia, Analgesia didapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentuRelaksasi otot, Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan (rocuronium, atracurium).

7ANESTESI REGIONALDefinisi

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.Pembagian Anestesi RegionalBlok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, dan blok lapangan.

Keuntungan Anestesia Regional

Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar.Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.Perawatan post operasi lebih ringan.

Kerugian Anestesia Regional Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif. Sulit diterapkan pada anak-anak.Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional

Anastesi SpinalAnestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekalMedulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal, dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3. Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal dilakukan ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5

12Indikasi:1.Bedah ekstremitas bawah2.Bedah panggul3.Tindakan sekitar rektum perineum4.Bedah obstetrik-ginekologi5.Bedah urologi6.Bedah abdomen bawah7.Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan anesthesia umum ringan

Kontra indikasi 1.Pasien menolak 2.Infeksi pada tempat suntikan3.Hipovolemia berat, syok4.Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan5.Tekanan intrakranial meningkat6.Fasilitas resusitasi minim 7.Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesiPersiapan anestesi spinal

a. Informed consent Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinalb. Pemeriksaan fisik Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggungc. Pemeriksaan laboratorium anjuran Hb, Ht, dll.

Peralatan analgesia spinala. Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.b. Peralatan resusitasic. Jarum spinald. Obat-obatan

Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar arah jarum 90 biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukan kateter.

16Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)Lidokaine (xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)

Komplikasi tindakan anestesi spinal :Hipotensi beratAkibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml sebelum tindakan.BradikardiaDapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai T-2.HipoventilasiAkibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafasTrauma pembuluh sarafTrauma sarafMual-muntahGangguan pendengaranBlok spinal tinggi atau spinal totalKomplikasi pasca tindakana.Nyeri tempat suntikanb.Nyeri punggungc.Nyeri kepala karena kebocoran likuord.Retensio urinee.Meningitis

18Anestesia EpiduralAnestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

Anestesia KaudalAnestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis.

PROSTATKelenjar prostate adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli, sehingga dapat disimpulkan bahwa BPH (Benign Prostate Hypertrophy) EtiologiPenyebab BPH belum diketahui secara pasti, kemungkinan karena faktor umur dan hormone androgen. Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang BPH, diantaranya : Teori Dehidrotestosteron Teori Hormon, ketidakseimbangan antara estrogen -tetosteron Faktor interaksi stroma dan epitel Berkurangnya kematian sel prostat

Penanganan Anestesi Pada Pasien BPH Informed consentPemeriksaan fisikPemeriksaan laboratorium Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.Peralatan resusitasiJarum spinalObat-obatanJarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/quinckebacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.003-1.008. Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan css disebut isobarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari css disebut hiperbarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih kecil dari css disebut hipobarik. Anastetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi.Anestetik lokal yang paling sering digunakan:Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)Lidokaine (xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)

25KESIMPULANPemilihan anestesi regional pada kasus BPH berdasarkan atas indikasi dari anestesi regional (spinal anestesi), selain itu pada anestesi regional/spinal cukup mudah dilakukan dengan efek pre dan post oprasi yang lebih minimal dibanding dengan jenis anestesi yang lainnya. Pada penanganan anestesi pada pasien BPH dengan anestesi regional selain terdapat keuntungan juga terdapat kerugian.

TERIMAKASIH