pembahasan status anestesi

45
PEMBAHASAN UTERUS ANATOMI DAN FISIOLOGIS UTERUS Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah melahirkan (Hacker, 2001). 1

Upload: diah-dewi-anggraeni

Post on 12-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembahasan Status Anestesi

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN

UTERUSANATOMI DAN FISIOLOGISUTERUSUterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).

Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah melahirkan (Hacker, 2001).

Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3) serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar.Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang, Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina.

Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.

Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di bawah ismus. Di anterior, batas atas serviks yaitu osintema, terletak kurang lebih setinggi pantulan peritoneum pada kandung kemih. Berdasarkan perlekatannya pada vagina, serviks terbagi atas segmen vaginal dan supravaginal. Permukaan posterior segmen supravaginal tertutup peritoneum. Di bagian lateral, serviks menempel pada ligamentum kardinal; dan di bagian anterior, dipisahkan dan kandung kemih yang menutupinya oleh jaringan ikat longgar. Os ekstema terletak pada ujung bawah segmen vaginal serviks, yaitu porsio vaginalis (Rasjidi, 2008).

Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas (1) endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos; dan (3) lapisan serosa, yakni peritoneum viserale. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk, Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi.

Uterus diberi darah oleh arteria Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria Iliaka Interna (disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah arteria Ovarika kiri dan kanan. Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf simpatetik dan untuk sebagian terdiri atas sistem parasimpatetik dan serebrospinal.

VAGINA

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.

PEMBAHASAN

ATONIA UTERI

Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Atonia uteri merupakan kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemikPertimbangan anestesi

Preoperative

Untuk bedah sito ditunda langsung dilakukan operasi. Untuk kasus emergensi , dititrasi dengan esmolol infus.

Intraoperative

Kardiovascular dan suhu harus diawasi ketat. Head operasi table dinaikan 15-21 deegre untuk venus drainage meskipun beresiko emboli. Ketamin,pancuronium,indirec acting adrenergik agonis dan obat yng mnstimlasi simpatis harus dihindari. Thyiopental obat pilihan karena punya anitiroid. Adekuat anaestesi harus dicapai sebelum intubasi.

Halotan dan enfluran lebih cenderung hepatik dan ginjal toxisiti.NMB harus hati hati karena tyrotoxicosis meningkatkan myopati dan myastenia gravis.

Postoperative

Pengobatan serius pada thyroid storm yang ditandai hyperpyrexia, tachycardi, perubahan kesadaran dan hypotensi. Onset 6-24 jam posoperasi. Treatmen melalui hidrasi, esmolol infus or intravenus propranolol, propiltiourasil diikuti sodium iodin. Cortisol diberikan untuk mencegah komplkasi supresi kortek adrenal.

Komplikasi pada subtotal tyroidektomi Recurrent laringeal nerve palsy dan stridor, hematom formation dan hypoparatiroid yang tak sengaja kebuang. Pneumotorak mungkin juga komplikasi berikutnya.

Pertimbangan Anestesi

Preoperatif

Operasi EMG pada Pasien hipotiroid berat atau koma mixedema harus diterapi hormon tiroid terlebih dahulu. Pada Operasi Elektif : Dilakukan pada eutiroid atau hipotiroid ringan/sedang, kecuali pasien dengan penyakit jantung koroner, terapi dapat ditunda setelah operasi bypass arteri koroner. Pasien-pasien hipotiroid tidak memerlukan banyak sedasi Premedikasi yang disarankan: Histamin H2 antagonis dan metoklopramideIntraoperatif

Pasien hipotiroid rentan terhadap terjadinya hipotensi akibat obat-obat anestesi, karena itu Ketamine dianjurkan sebagai induksi anestesi

Postoperatif

Pemulihan anestesi umum berjalan lambat, terutama karena hipotermi, depresi nafas dan biotranformasi obat yang lambat sehingga memerlukan ventilasi mekanik yang agak lama

Obat anestesi yang disarankan adalah ketorolac (non opioid)ANESTESI PADA OPERASI THYROID

I. Fisiologi kelenjar thyroid.

II. Indikasi Thyroidectomy :

a. Toxicity : Keadaan ini harus dikon troll sebelum operasi.

b. Keganasan atau ptensial terjadi kega- nasan.

c. Alasan kosmetik.

d. Berhubungan dgn problem mekanis.

Obstruksi respirasi yang dapa

mempengaruhi plica atau peneka

nan trachea.

Ekstensi retrosternal.

III. Probblem yang berhubungan dengan operasi thyroid.

A. Problem yang berhubungan dengan operasi kepala leher :

1. Perdarahan harus se minimal mungkin. Ukuran-ukuran berikut harus dilakukan :

a. Cegah batuk dan straining.

b. Pertahankan airway tetap clear.

c. Gunakan ETT yang besar.

d. Hindari hipoksia dan hyper carbia.

e. Posisi : slight head up tilt.

2. Kesulitan menjaga airway, konektor ETT harus terjamin, posisi tube harus di cek dengan hati-hati dan amankan posisi tube dengan plester.

3. Obstruksi airway mungkin terjadi keadaan ini mungkin karena penyakit patologis penyerta dan oleh karena dekatnya lapangan operasi dengan ETT. Tube yang tidak mudah kink dianjurkan.

B. Problem mekanis yg. berhubungan dengan pembesaran thyroid :

Obstruksi respirasi : Keadaan ini dise

Babkan oleh karena pembesaran ke -

Lenjar dan menekan trachea termasuk nervus recurrent laringeal.

1. Bila terjadi obstruksi respirasi, diperlukan teknik khusus untuk induksi. Bila obstruksi diketahui saat preop, intubasi dengan spray LA dan setelah intubasi diikuti dengan GA. Kadang-

kadang tracheostomy diperlukan sebelum General Anestesi.

2. Bila saat preop obstruksi tidak ada, tetapi mungkin terjadi setelah induksi, induksi dan intubasi pasien dengan anestesi inhalasi ( jangan beri relaksan bila tidak yakin benar pasien bisa di ventilasi dengan masker ).

C. Problem yang berhubungan dengan Toxic-Gland.

1. Efek thyrotoxicosis atau hyper thyroid pada cardiovascular : Pasien dapat dengan tachycardia, AF atau gagal jantung. Pasien harus dibuat euthyroid sebelun operasi, artinya fungsi thyroid harus dikontrol dengan obat-obat sehingga fungsi thyroid harus normal sebelum operasi. Diperlu kan waktu 2 3 bulan untuk tx. Beberapa obat yang digunakan : PTU, Carbimazol, Propanolol. Preparat iodine dapat diberikan 10 hari sebelun operasi untuk mengurangi vascularisasi kelenjar. Bagaimanapun kadang-kadang px. thyrotoxicosis memer lukan operasi emergaency ( Mis : Apendectomy ). Pada kasus spt ini RA merupakan teknik anestesi terpilih, dan harus dikombinasi dengan sedasi shg pasien tenang.

2. Exopthalmus merupakan suatu problem pada pasien dengan hyperthyroidisme, diperlukan proteksi mata khusus selama op.

3. Seperti di sebutkan sebalumnya, px dengan thyrotoxicosis mempunyai emosi yang labil sehingga diperlukan sedasi dan premedikasi berat.

D. Problem yg. terjadi pada keganasan

1. Mempengaruhi nervus yang mem pengaruhi plica.2. Colaps trachea ok erosi dari tulang rawan trachea.

3. Dapat melibatkan organ sekunder lain.

IV. MANAGEMENT ANESTESI.

A. Local Anestesi.

Thyroidectomy dapat dilakukan

Dengan LA. Kerugiannya adalah:

1. Pasien tidak nyaman.

2. Dapat terjadi obstruksi respi rasi atau pneumothorax dan ini sangat berbahaya pada px. sadar dan tidak ada kontrol airway.

3. Operasi akan lebih sulit. Kesulitan mengidentifikasi secara tepat p.darah superior & anterior thyroid serta nerve recurrent laringeal.

B. General Anestesi.

I. Management Pre-Operatif.

Penting untuk mengetahui indikasi operasi.

1. Assesment : Ahli bedah harus dapat mengerti bahwa toxix gland harus diterapi dan lugol iodine diberikan saat pre operative untuk mengurangi vascularisasi kelenjar.

2. Selalu cek tanda-tanda obstruksi airway :

a. Riwayat sesak & suara parau.

b. Tanda-tanda klinis dari obstruksi airway, mis: stridor, tarikan otot intercostalis.

c. Foto leher & thorax ( untuk melihat deviasi trachea ).

d. Foto thorax extensi substernal.

e. Laringoscopy direct bila mungkin untuk melihat keter-libatan vocal cord.

Premedikasi : Pethidine/Atropin dalam dosis biasa. Px. tidak bisa diacarakan untuk operasi bila didapatkan Resting Tachycardia dan tidak memerlukan penurunan dosis atropin.

II. Management Intra-Operatif :

A. Induksi :

1. Bila didapatkan obstruksi saat preoperative, intubasi dengan spray LA, bila ini tidak mungkin diperlukan tracheostomy.

2. Bila tidak didapatkan obstruksi respirasi saat preop dan ada kemungkinan untuk obstruksi bila pasien tidak sadar, maka ada 2 alternatif :

a. Induksi inhalasi dan intubasi bila anestesi sudah cukup dalam.

b. Induksi inhalasi dengan ether atau halothane, kemudian assist respirasi untuk meyakinkan bahwa pasien dapat di ventilasi. Bila pasien dapat di ventilasi, berikan scholin dan intubasi.

3. Bila thyroid gland tidak mungkin menyebabkan obstruksi ( missal : kelenjar kecil ), preoksigenasi 4 menit, gunakan induksi standard dengan pentothal dan diikuti dgn. relaksan.

B. Intubasi : Keadaan khusus yang penting :

Gunakan dosis stsndart scholin.

Spray plica dengan lidocain 10%, keadaan ini dapat mencegah staining dan mengurangi kemacetan dan perdarahan.

Lebih baik menggunakan armaured ETT.

C. Maintanance :

N2O / O2 / Relaksan atau Ether / Udara / O2 / Relaksan.

Di anjurkan IPPR dan slight hyperventilasi untuk mengurangi CO2 dan mengurangi bleeding.

Gunakan canula besar untuk IV line.

Posisi : Slight head up tilt. Pastikan pasien tidak melorot dari meja operasi dengan menggu nakan Foot Rest.

Gunakan extention tube pada IV line.

Proteksi mata.

Hindari over extention dari kepala ok. dapat menyebabkan occipital headache post-op.

Monitor secara hati-hati.

D. Reversal :

Diberikan secara rutine.

Bila mungkin observasi pergerakan plica.

III. Management Post-Operarif :

Observasi rutine, dengan perhatian khusus pada tanda-tanda dini obstruksi jalan napas.

Komplikasi :

1. Perdarahan. Dapat disebabkan oleh perdarahan vena atau arteri dan akan mengakibatkan :

a. Penekanan trachea ( Obstruksi airway.

b. Blood Loss (((( Shock.

Terapi :

Segera evacuasi hematome.

Blood replacement.

2. Obstuksi Jalan napas.

Causa :

a. Hemorrage ( Perdarahan ).

b. Colaps trachea : Intubasi atau tracheostomy diperlukan.

c. Kerusakan nervus recurrent laringeal, bila berat dapat menyebabkan obstruksi napas dan memerlukan intubasi. Bruising(Temporary) : hilang dalam 2 4 minggu. Section (Permanent)

d. Laringeal-Edema : Keadaan ini dapat terjadi dalam 3 hari pertama post-op. Bila berat dan adanya stridor ( memerlukan intubasi.

C. Trasheitis.

D. Thyroid Storm.

E. Hypoparathyroidism ( 1 7 hari ).

F. Hypothyroidism.

Gejalanya khas yaitu :

a. CNS : Delirium, restlessness, mania, stupor, coma.

b. CVS : Tachicardia, AF, Heart Failure.

c. GIT : Naussea, Vomitin, Diare.

d. Dehidrasi, hyperpirexia.

Mortality rate : 25 %.

Terapi :

1. Dinginkan pasien dgn spoging, fan, dll.

2. IV-Fluid.

3. Obat anti thyroid : Misal : PTU 200 mg/6 jam.

4. B-Blocker : Misal : Propanolol untuk tachicardia. Dosis : 0,25 - 0,5 mg/IV ( ulang bila perlu ).

5. Digoxin untuk heart failure.

6. Steroid, Misal : Hidrocortison 100 mg/6 jam.

7. Sedasi.

VI. Hypothyroid dan Anestesia :

Hal-hal yang penting :

1. Obat-obat akan lebih sensitive. Misal : Obat-obat premed, obat-obat intra operatif.

2. Cardiac output ( dan myocard reserve (. Blood loss dan shock kurang bisa di tolerir. Cardiac failure dapat terjadi lebih cepat.

3. Depresi respirasi lebih mudah.

4. Hypotermia, Hypoglikemia, kelelahan otot ( berhubungan dengan hypothyroidism.

Hypothyroidism harus dikontrol se-

belum operasi elektif.

VI. Thyroid Crisis ( Thyroid Storm ) : Keadaan ini dapat terjadi bila dilakukan thyroidectomy pada pasien dengan thyrotoxicosis yang tidak terkontrol. Gejala dapat timbul dalam 24 72 jam post-op. Keadaan ini berhubungan dengan release thyroid hormon yang banyak ke sirkulasi.

ANESTESI PADA HIPERTIROIDI

Kemungkinan yang mungkin dihadapi :

1. Pembedahan kelenjar thyroid.

2. Pembedahan darurat lain dalam keadaan hyperthyroid.

Dapat terjadi penyulit yi Badai Thyroid dengan angka kematian ( ( 25 70 ) %.

Patofisiologi Hyperthyroid :

Kelenjar gondok menghasilkan hormon Triodothironine ( T3 ) dan Tetraiodothyro-nine ( T4 ). Proses pembuatan dan pelepasan T3 dan T4 ini dipengeruhi secara timbal balik oleh Thyroid Stimulating Hormon ( TSH ) yang dihasil-kan oleh kelenjar Hypofisis. Gejala hyperthyroid timbul bila kadar T3 dan T4 dalam darah meningkat.

Gejala Hyperthiroidi :

Umumnya menyerupai Hyperactivitas Adrenergic yaitu : Tremor, Anxietas, tachicardia, Cardiac Output (, Metabo lik rate (, Temperatur tubuh (.

Berat badan makin menurun.

Diagnosa :

Gejala Klinis.

Laboratorium : T3 dan T4 meningkat.

Therapi :

I. Derivat Tionamid.

( Misal : PTU=Propil tiourasil ).

MK : Menghambat sintesa hormon terutama pada penggabungan DIT dan MIT.

Kekurangan pada penggunaan obat ini:

- Perbaikan GK lambat.

- Terjadi leukopenia & agranulositosis.

- Meningkatkan Vascularisasi dan

hiperplasia kelenjar gondok yang da-

pat menyebabkan perdarahan waktu

operasi.

II. Yodium ( Lugol ).

MK : Menghanbat sekresi tironine dan menghambat sekresi TSH.

Mengurangi vascularisasi dan meng hilangkan hiperplasia.

Dosis Lugol : 10 tts/hari ( selama 10 14 hari ). Pemberian lebih dari 10 14 hari, dapat menyebabkan :

- Iodine scape ( Lolos Yodium ). Dimana vascularisasi dan hyperplasia Kelenjar terjadi kembali.

- Yodium Basedow : yang disebabkan karena pemberian Yodium.

III. (-Blocker ( Mis : Propanolol ).

MK : Menghilangkan gejala hiper tiroidi yang menyerupai hiperaktifitas adrenergik.

Kekurangan :

- Kontraktilitas otot jantung menurun.

- Tdk menghilangkan efek cholinergik

( kebutuhan O2 tetap tinggi ).

- Dapat menyebabkan masking efek ( efek penutupan ), yaitu : Nadi turun tetapi penderita masih dlm keadaanhepertiroid ( belum euthyroid ) ( pd waktu operasi berpotensi untuk terjadi Badai Tiroid . IV. Korticosteroid.

( Misal : Prednison, Dexamethason,Hidrocortison ).

MK : Menekan sekresi TSH.

PENDERITA EUTHIROID :

Gejala spt hyperaktifitas adrenergik(-) terutama tachicardia. Kadar total T3 dan Free index T4 : Normal, BB yang makin meningkat.

MANAGEMENT PERIOPERATIF :

1. Persiapan Prabedah :

a. Membuat pasien menjadi Euthyroid.

b. Mengurangi hiprplasia dan vascularisasi dengan pemberian Lugol.

2. Tahap Pembedahan :

Diperlukan premedikasi yang kuat, sehingga diperoleh efek sedasi, antianxietas, dan analgetika yang cukup.Obat premedikasi :

- Morfin ( sbg Analgetik, Sedatif ).

- Droperidol ( sbg Sedatif, Antiemetik, dan efek (-Blocker ringan ).

Tujuan Premedikasi :

- Menghilangkan anxietas.

- Mencegah activasi sistim simpatis.

Obat Anestesi :

- Pemilihan obat yang tidak meningkatkan sekresi T3 atau TSH.

- Pemilihan obat di Indonesia : Halothan3. Tahap Pasca Bedah :

Penyulit yang dapat terjadi :

A. Badai Thyroid (Thyroid Storm ) :

- Masih dapat terjadi dalam 6 18 jam pasca bedah.

- Gambaran Klinik :

- Hyperpirexia ( Naikknya suhu )

- Tachicardia ( Hipertensi berat.- Gelisah, berkeringat, dll.

- Temp. rectal > 38.5 C ( anggap

Badai Thyroid.

- Observasi : 24 72 jam post op.

Terapi Badai Thyroid :

1. PTU 400 mg / 8 jam / NG-Tube.2. Hydrocortisone 100 mg / 6 jam / IV.

3. Lugol 10 tts / jam ( 2 jam setelah pemberian PTU ).

4. Propanolol 1 2 mg / 4 jam / IV pelan( Perhatikan KI dari Propanolol ).

5. Infus : Dextrosa 5 %, jaga keseimbangan cairan.

6. Turunkan suhu.

7. Digitalis dan Diuretic ( Bila ada Indikasi ).

B. Obstruksi Jalan Napas :

Penyebab :

- Perdarahan.

- Edema Larinx.

- Retensi sputum, sekcret.- Nervus recurrent terpotong ( paralysis plica vocalis.

- Colaps trachea.

C. Hypoparathyroidisme :

Kelenjar Parathyroid terbuang ( tetani

Pembedahan Darurat :

Pemilihan obat dan teknik anestesi ditujukan untuk mencari seminimal mungkin pengaruhnya terhadap pelepasan Hormon Thyroid dan TSH.+ O2 atau Enflurane + N2O + O2.

- Obat yang menaikkan sekresi T4 :

- Ether : 139 %.

- Halothane : 122 %.

- Obat yang tidak menaikkan T4 :

- Enflurane : T4 tetap, T3 ( mjd 74%.

- Metoxyflurane : T3 dan T4 tetap.

- Penthotal + N2O : T4 (.

Pemantauan Durante Op :

- ECG.

- Suhu secara terus menerus.

- Cegah hipoxia dan hypercarbia karena dapat meningkatkan sekresi Cathecolamine.

Anestesi dan Sistim Endokrin

I. KELENJAR TIROIDA. Metabolisme dan Fungsi Tiroid1 Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) adalah regulator utama dari aktivitas metabolik seluler. Kelenjar tiroid hanya bertanggung jawab untuk sekresi harian T4 (80-100 g per hari, waktu paruh 6-7 hari). Sekitar 80% T3 diproduksi oleh deiodinasi ekstratiroid dari T4 (waktu paruh 24-30 jam). Sintesis hormon tiroid dihasilkan melalui empat tahap.

Efek berlebihan hormon tiroid (hiperadrenergik) kebanyakan dimediasi oleh T3.

TABEL. Efek Triiodotironin pada Konsentrasi Reseptor 1

Meningkatkan jumlah reseptor

Menurunkan jumlah reseptor kolinergik jantung

Hipertiroidisme1. Perioperatif1. Pemeriksaan Fisis

Menentukan pembesaran leher karena struma :

Tiroid berada di regio koli anterior yang mempunyai batas-batas m.sterno kleidomastoideus, m. digastrikus, dan manubrium sterni. Tiroid di luar regio tersebut disebut sebagai tiroid ektopik atau struma aberans.

Tiroid terdiri dari dua lobus kanan dan kiri, yang masing-masing dihubungkan oleh satu lobus piramidalis yang berada di garis media melekat pada kartilago tiroidea dan terdapat di fasia koli media. Karena kartilago tiroidea melekat pada trakea, maka pada pergerakan trakea misal sewaktu menelan, maka tiroid juga ikut bergerak

Bila terjadi pembesaran di leher yang berasal dari tiroid, akan tampak pembesaran ini bergerak naik turun sewaktu menelan.

Manisfestasi klinis : Berat badan menurun, Intoleransi panas, Kelemahan otot, Diare, Refleks hiperaktif, Kecemasan, Tremor, Eksoftalmus, Goiter, Kelainan jantung (sinus takikardi, atrial fibrilasi dan CHF)

2. Laboratorium : T4 total, T3 serum, FT4

3. BMR : 0,75 {(0,74 (sistole-diastole) + N) } - 72

Nilai normal : - 10 s/d 10

4. Wayne Indek

SubyektifObyektifAdatidak

Dispneu deffort+ 1Tiroid teraba+ 3- 3

Palpitasi+ 2Bruid tiroid+ 2- 2

Lelah+ 2Eksoftalmus+ 2

Suka panas- 5Lid retraksi+ 2

Suka dingin+ 5Lid lag+ 2

Keringat banyak+ 2Hiperkinesis+ 4-2

Nervous+2Tangan panas+ 2-2

Napsu makan meningkat+ 3Tangan basah+1-1

Napsu makan menurun- 3Nadi < 80 x / mnt- 3

Berat badan meningkat- 3Nadi 80 -90 x/mnt-

Berat badan menurun+ 3Nadi > 90 x / mnt+ 3

Fibrilasi atrium+ 4

< 11 : Eutiroid

11 18 : Tidak jelas ada hipertiroid

> 19 : Hipertiroid

2. Pengobatan dan pertimbangan anestesi1 Kombinasi propanolol (efektif dalam mengurangi manifestasi dari aktivitas saraf simpatis yang berlebihan, terbukti dengan denyut jantung