anestesi regional
DESCRIPTION
anestesi regionalTRANSCRIPT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Anestesi Spinal
A.1 Tulang Belakang.
Tulang belakang terdiri dari 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbal dan 5 tulang sakrum
yang bersatu. Vertebra terdiri dari kolumna dan arkus vertebra. Arkus vertebra terdiri
dari dua pedikel dianterior dan dua lamina diposterior. Pada pertemuan lamina dan
pedikel terdapat prosesus transversus, dan dari pertemuan kedua lamina pada garis
tengah tubuh diposterior terdapat prosesus spinosus. Lekukan pada permukaan
pedikel akan membentuk foramen intervertebralis dengan lekukan pada permukaan
pedikel vertebra di atas atau di bawahnya sebagai tempat keluar nervus spinalis.5
Gambar 1. Vertebra
A.2 Medula
Spinalis5,6
Kanalis
spinalis terletak di dalam kolumna vertebralis antara foramen magnum dan hiatus
sakralis. Di anterior dibentuk oleh kolumna vertebra, di lateral oleh pedikel dan di
posterior oleh lamina. Medula spinalis terbentang dari batang otak sampai permukaan
3
L1-2 pada orang dewasa. Akhir lumbal bawah dan akar-akar saraf sakral berlanjut di
dalam kanalis spinalis sebagai kauda equina. Medula spinalis dibungkus oleh tiga
membran yaitu : piamater, arakhnoidmater, dan duramater. Ketiganya membentuk
tiga ruang, ruang antara piamater yang menutup medula spinalis dan arakhnoidmater.
Ruang subarakhnoid berlanjut dari dasar kranium sampai S2 dan terdiri dari akar
saraf dan cairan serebrospinal. Ruang subarakhnoid terletak antara duramater dan
arakhnoidmater, ini merupakan ruang potensial khususnya obat-obatan yang
diinjeksikan ke ruang epidural atau subarakhnoid. Akibat subdural blok adalah
kelemahan dan penyebaran utama secara langsung ke arah kepala.
A.3 Cerebrospinal Fluid (CSF)5,6
Serabut saraf maupun medulla spinalis terendam dalam LCS yang merupakan
hasil ultrafiltrasi dari darah dan diekskresi oleh pleksus koroideus pada ventrikel
lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Produksinya konstan rata-rata 500 ml/hari tetapi
sebanding dengan absorpsinya. Volume total LCS sekitar 130-150 ml, terdiri dari 60-
75 ml di ventrikel, 35-40 ml sebagai cadangan otak dan 25-30 ml di ruang
subarakhnoid.
A.4 Nervus Spinalis5,6
Nervus spinalis meninggalkan kanalis spinalis menembus kedua foramen
intervertebtralis, dan mempersarafi kulit yang dikenal sebagai dermatom. Perjalanan
nervus viseral lebih kompleks, tergantung dan sesuai dengan perekembangan akhir
embrionik organ dari pada posisi akhir dalam tubuh. Sering terjadi, tingkat anestesia
untuk operasi yang dikehendaki lebih tinggi dari perkiraan dasar yang menutupi
dermatom sensoris. Contoh : anestesia viseral abdomen bagian atas dibutuhkan
paling kurang tingkat spinal T4 walaupun insisi kulit pada T6 atau lebih. Afferen
simpatik kembali dari end organ melalui pleksus prevertebra dan ganglion para
vertebra sehingga mencapai medula spinalis pada setiap tingkat.
Tabel 1. Tingkat Minimum Dermatom Untuk anestesi spinal5
4
No Letak Operasi Yang diperlukan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ekstremitas bawah.
Panggul.
Prostat atau Buli-buli.
Testis.
Herniorapi.
Intraabdomen.
T12
T10
T10.
T6.
T4.
T4.
Saraf spinalis ada 31 pasang yaitu 8 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 1
koksigeal. Pada spinal anestesi, paralysis motorik mempengaruhi gerakan bermacam
sendi dan otot. Persarafan segmental ini digambarkan sebagai berikut :
a Bahu C6-8
b Siku C5-8
c Pergelangan tangan C6-7
d Tangan dan jari C7-8, T1
e Interkostal T1-11
f Diafragma C3-5
g Abdominal T7-12
h Pinggul, pangkal paha fleksi L1-3
i Pinggul, pangkal paha ekstensi L5, S1
j Lutut fleksi L5, S1
k Lutut ekstensi L3-4
l Pergelangan kaki
fleksi L4-5
5
Gambar 2. Dermatom
m Pergelangan kaki ekstensi S1-2
B. Fisiologi Anestesi Spinal dan Proses Penghantaran Impuls Nyeri
Larutan anestesi lokal disuntikkan ke dalam ruang subarakhnoid untuk memblok
pengiriman impuls saraf-saraf yang berhubungan dengannya walaupun beberapa saraf
lebih mudah diblok daripada yang lain. Saraf tersebut digolongkan menjadi 3 yaitu
motorik,sensorik dan otonom. Saraf motorik mengantarkan pesan ke otot untuk
berkontraksi dan ketika saraf ini diblok maka otot akan mengalami paralisis. Saraf
sensorik mengirimkan sensasi seperti sentuhan rasa sakit dari medulla spinalis
menuju otak, sedangkan saraf otonom mengendalikan lebar pembuluh darah, denyut
jantung, kontraksi usus dan fungsi di bawah sadar yang lain. Secara umum saraf
otonom dan sensorik akan lebih dahulu diblok daripada saraf motorik. Hal tersebut
akan menimbulkan suatu dampak yang penting. Contohnya vasodilatasi dan turunnya
tekanan darah ketika saraf otonom diblok dan pasien tidak merasakan sentuhan dan
rasa sakit ketika operasi dimulai.6
6
Gambar 3. Anestesi Spinal
Terdapat empat proses penghantaran impuls nyeri, yaitu : 7
1. Transduksi
Noxious stimulation dari reseptor perifer melepaskan mediator-mediator lokal
yang menyebabkan perubahan aktivitas dan sensitivitas neuron sensorik. Infiltrasi pre
insisi anastesi lokal efektif untuk mengeblok proses transduksi.
2. Transmisi
Ketika noxious stimulation telah ditranduksikan, impuls akan diteruskan oleh serat
A-delta dan C ke kornu dorsalis dari medulla spinalis. Sel-sel yang terdapat pada
kornu dorsalis akan menguatkan eksitasi dan sensitisasi.
3. Persepsi
Saraf aferen dari kornu dorsalis menuju central nervous system melalui jaras
spinothalamicus. Aktivasi dari formasi reticularis. Central-acting agent seperti opioid
akan menghambat persepsi.
4. Modulasi
Jalur eferen termasuk neurotransmitter inhibitor memodulasi informasi nosiseptif
aferen.
7
Gambar 4. Proses Penghantaran Nyeri
C. Anestesi Regional
C.1 Definisi
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara
pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir
untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau
seluruhnya. Penderita tetap sadar. 8
Anastesi lokal atau regional adalah obat yang dapat memblokade konduksi saraf
secara reversible. Anastesi lokal atau regional dapat digunakan untuk prosedur
pembedahan, persalinan, penanganan nyeri akut maupun nyeri kronik. 9
Anastesi regional bertujuan untuk membuat suatu bagian tubuh sangat tidak
sensitif terhadap nyeri. Zat anastetik lokal (LA) mencegah rasa nyeri dengan
menyebabkan blok konduksi sepanjang akson saraf yang reversibel. Penambahan
8
vasokonstriktor (misalnya adrenalin) mengurangi absorpsi sistemik sehingga
memungkinkan anastetik lokal lebih banyak diberikan dan memperpanjang durasi
kerjanya.10
C.2 Teknik Anestesi Regional
Teknik Anastesi Regional, yakni: 10
1) Pemakaian anastetik lokal secara topikal (LA dioleskan pada kulit – misalnya
krim EMLA® (Eutetic Mixture of Local Anaesthetic) sebelum pungsi vena.
2) Infiltrasi lokal LA (infiltrasi subkutan mengelilingi daerah sekitarnya, misalnya
digunakan untuk eksisi lesi kulit)`
3) Blok daerah (infiltrasi LA subkutan mengelilingi daerah operasi untuk membuat
seluruh lapangan operasi menjadi anastetik, misalnya digunakan untuk perbaikan
hernia inguinalis).
4) Blok lokal saraf perifer (misalnya blok saraf skiatika, blok cincin pada jari
tangan/kaki, blok saraf intekosta)
5) Blok lokal pleksus spesifik (misalnya blok pleksus brakialis untuk pembedahan
ekstremitas atas, blok pleksus seliaka untuk nyeri kanker)
6) Blok intravena (misalnya blok Bier ekstremitas atas – LA kerja singkat
disuntikkan melalui kanul ke ekstremitas yang sudah dipasang tourniket)
7) Blok neuroaksial
a. Anastesi epidural, anastetik lokal disuntikkan sebagai bolus atau melalui
kateter kecil ke dalam rongga epidural. Anastesi ini dapat digunakan sebagai
anastetik tunggal untuk pembedahan di bawah garis pinggang terutama
berguna pada kasus kebidanan, atau sebagai tambahan dalam anastesi umum.
b. Anastesi spinal, anastetik lokal disuntikkan ke dalam LCS dalam rongga
subarachnoid. Luas dan lamanya anastesi tergantung dari posisi pasien, berat
jenis LA dan level penyuntikan (biasanya pada level tulang belakang lumbal).
Adapun pembagian anestesi regional, yakni: 5
1) Blok sentral, meliputi blok spinal, epidural dan kaudal.
9
2) Blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia
regional intravena dan lain-lain.
C.3 Manfaat Anestesi Regional
Manfaat anastesi regional antara lain: 9
1) Pasien tetap sadar sehingga jalan napas serta sistem respirasinya tetap paten dan
aspirasi isi lambung tidak mungkin terjadi.
2) Beberapa pasien ingin tetap sadar selama pembedahan dan berkomunikasi
dengan spesialis bedah agar kepentingan pembedahan tetap terjalin.
3) Pemulihan pasca operasi biasanya berjalan lancar dan tanpa komplikasi karena
pasien tetap sadar atau dengan sedasi minimal.
4) Dapat digunakan untuk mengelola nyeri pasca bedah karena blokade saraf yang
dihasilkan dapat diperpanjang hingga beberapa jam atau beberapa hari pasca
bedah.
5) Blokade saraf yang dihasilkan efektif mencegah perubahan metabolik dan
endokrin akibat pembedahan atau stress akibat pembedahan minimal
6) Mengurangi jumlah perdarahan pada beberapa jenis operasi misalnya
prostatektomi, histerektomi, atau operasi panggul lainnya) jika dibandingkan
dengan anastesi umum
7) Komplikasi tromboemboli pasca bedah menurun secara signifikan
8) Anastesia pasien rawat jalan dapat pulang lebih awal
C.4 Kerugian Anestesi Regional
Kerugian anastesi regional:9
1) Membutuhkan latihan dan keterampilan pemberiannya untuk memperoleh hasil
yang optimal
2) Waktunya untuk memperoleh analgesia yang optimal lebih lama ( minimal 30
menit) sehingga persiapannya harus dilakukan jauh lebih awal
10
3) Adanya preferensi beberapa pasien untuk lebih memilih tidak sadar saat
pembedahan.
Penilaian prabedah anastesi regional meliputi keadaan fisik umum, identifikasi
kelainan terkait teknik anastesia regional dan penilaian sikap pasien terhadap teknik
anastesi yang dilakukan. Pertimbangan melakukan analgesia regional sangat
bervariasi, bergantung pada jenis pembedahan, keadaan pasien dan kemampuan
dokter itu sendiri. Anastesi regional yang luas seperti anastesi spinal dan epidural
tidak boleh diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum terkoreksi karena dapat
mengakibatkan hipotensi berat.9
Pemberian pramedikasi sangat bergantung pada kondisi pasien. Jika pasien
sangat cemas, dapat diberikan pramedikasi ansiolitik (misalnya diazepam 5-10 mg
IM) 30 menit sebelum masuk kamar operasi.9
D. Anestesi Spinal
D.1 Definisi
Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke dalam ruang intratekal yang
menghasilkan analgesia. Pemberian obat lokal anestesi ke dalam ruang intratekal atau
ruang subaraknoid di regio lumbal antara vertebra L2-3, L3-4, L4-5, untuk
menghasilkan onset anestesi yang cepat dengan derajat kesuksesan yang tinggi.10
D.2 Indikasi Anestesi Spinal
Adapun indikasi dalam dipilihnya anestesi spinal dalam suatu tindakan
pembedahan adalah sebagai berikut :11
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah abdomen bawah
3. Bedah panggul
4. Tindakan sekitar rektum dan perineum
5. Bedah obstetri dan ginekologi
11
6. Bedah urologi
7. Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya dikombinasi dengan
anestesi umum ringan.
D.3 Kontraindikasi Anestesi Spinal11
No Kontraindikasi absolut Kontraindikasi relatif
1. Pasien menolak Infeksi sistemik (sepsis, bakterimia)
2. Infeksi pada tempat suntikan Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Hipovolemia berat atau syok Hipovolemia ringan
4.Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
Kelainan neurologis dan kelainan psikis
5. Tekanan intrakranial meninggi Bedah lama
6. Fasilitas resusitasi minim Penyakit jantung
7. Kurang pengalaman Nyeri punggung kronis
D.4 Komplikasi Tindakan11,12
Adapun komplikasi yang bisa terjadi akibat tindakan anestesi spinal meliputi :
1. Hipotensi berat akibat blok simpatik terjadi venous pooling dan dapat
menurunkan curah balik ke jantung sehingga menyebabka penurunan curah
jantung dan tekanan darah.
2. Bradikardia terjadi akibat blok sampai T2-3 dan dapat terjadi tanpa disertai
hippotensi atau hipoksia.
3. Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas.
4. Trauma pembuluh darah
5. Trauma saraf
6. Mual dan muntah
12
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi, atau spinal total
D.5 Komplikasi Pasca Tindakan11,12
Adapun komplikasi yang bisa terjadi pasca tindakan anestesi spinal meliputi :
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
4. Retensio urin
5. Meningitis
D.3 Pelaksanaan Tindakan Anestesi Spinal12
1. Peralatan yang digunakan pada anestesi spinal antara lain:
Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.
Peralatan resusitasi
Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/quinckebacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare).
Gambar 5. Jenis Jarum Spinal, (A) Jarum pinsil (whitecare), (B) Jarum tajam (Quincke-Babcock)
Jarum spinal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya
dan ukuran 16G sampai dengan 30G. Ujung pensil banyak digunakan karena
13
jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal. Pilihan terbaik untuk
sekarang ini adalah 26 E ujung pensil.
2. Teknik anestesi spinal
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah
ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi
tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan
posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
1) Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus. Beri
bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat
pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain
adalah duduk.
2) Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka, misal
L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau di atasnya berisiko trauma
terhadap medula spinalis.
3) Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
4) Beri anestesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% sebanyak
2-3 ml.
Gambar 6. Posisi Pasien pada Anestesi Spinal, (A) Posisi Duduk dan (B) Posisi Lateral Dekubitus
14
5) Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G
dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan
menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10 cc. Tusukkan
introduser sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan
jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan
jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat
duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah ke atas atau ke bawah,
untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala
pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan
keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap
baik. Kalau yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak
keluar, putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal secara
kontinyu dapat dimasukan kateter.
6) Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid
(wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit – ligamentum flavum dewasa ±
6cm.13
Gambar 7. Tusukan Jarum pada Anestesi Spinal
15
E. Anestesi Epidural
E.1 Definisi
Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat
di ruang epidural. Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan duramater.
Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada
daerah lumbal. Obat anestetik di lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar
saraf spinal yang terletak di lateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat
dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih
lemah.12
E.2 Indikasi 12
Indikasi dilakukannya tindakan anestesi epidural diantaranya :
1. Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
2. Tatalaksana nyeri saat persalinan
3. Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan
Indikasi spesifik untuk anestesi epidural adalah:
1. Pembedahan panggul dan lutut
2. Revaskularisasi ekstremitas bawah
3. Proses persalinan
4. Manajemen postoperasi
E.3 Prosedur Anestetik Epidural
Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan ruang subarakhnoid.
1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.
2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.
3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
a. Jarum ujung tajam (Crawford)
b. Jarum ujung khusus (Touhy)
16
Gambar 8. Jarum
Anestesi Epidural
4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang paling
populer adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung
a. Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)
Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi
yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal
pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara
atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum
epidural sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang
disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang
epidural, lakukan uji dosis (test dose).12
b. Teknik tetes tergantung (hanging drop)
Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini
menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes Nacl yang
menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan secara lembut sampai
terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnya tetes
NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis (test dose).14
17
c. Uji Dosis (test dose).
Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung
jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinu)
melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin
1:200.000.
(a)Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah
benar.
(b)Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang
subarakhnoid karena terlalu dalam.
(c)Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk
vena epidural..
5. Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan anesteti
lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu
cepat menyebabkan tekanan dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga
menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri kepala dan gangguan
sirkulasi pembuluh darah epidural.12
6. Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya bergantung
pada konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50% dan
pada wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan
mengecilnya ruang epidural akibat ramainya vaskularisasi darah dalam ruang
epidural.12
7. Uji keberhasilan epidural
Keberhasilan analgesia epidural:
(a)Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu.
(b)Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum.
(c)Tentang blok motorik dari skala bromage
18
Tabel 2. Skala bromage untuk Blok Motorik
Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung
jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu)
melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1:
200.000. kemudian diperhatikan beberapa hal berikut ini :
1) Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah
benar.
2) Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang subarakhnoid
karena terlalu dalam.
3) Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena
epidural.
Cara penyuntikan: Setelah diyakini posisi jarum atau kateter benar, suntikan
anestesi lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5 ml sampai tercapai
dosis total. Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan dalam ruang epidural
mendadak tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri
kepala, dan gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural.
Melipat Lutut Melipat Jari
Blok tak ada ++ ++
Blok parsial + ++
Blok hampir lengkap - +
Blok lengkap - -
19
Gambar 9. Anestesi Epidural
F. Anestesi Kaudal
F.1 Definisi
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis
kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang
kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum
sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum
supraspinosum, ligamentum interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal
berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.12,14
F.2 Indikasi
Anestesi kaudal diindikasikan untuk bedah di daerah sekitar perineum anorektal
misalnya hemoroid, fistula perianal.12
F.3 Kontraindikasi
Kontra indikasi anestesi kaudal seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.12
20
F.4 Teknik Anestesi Kaudal
Teknik anestesi kaudal yaitu sebagai berikut:12,14
1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah
dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.
2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran 20-
22 pada pasien dewasa.
3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen)
4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan
spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut
diperoleh hiatus sakralis.
5. Setelah dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis,
tusukkan jarum mula-mula 90o terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis
sakralis, ubah jarum jadi 450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian
suntikan NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada
pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di
kanalis kaudalis.
Gambar 10. Teknik dan Lokasi Penusukan pada Anestesi Kaudal
G. Blok Perifer15
G.1 Anestesi Topikal
21
Anestesi topikal atau analgesia permukaan ialah obat analgetika dioleskan atau
disemprot diatas selaput mukosa seperti hidung, mata, faring, dan lain-lain
G.2 Infiltrasi Lokal
Infiltrasi lokal adalah penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan
sekitar tempat lesi, luka atau insisi
G.3 Blok Lapangan
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (untuk exterpasi tumor kecil, dan sebagainya)
G.4 Anestesi Regional Intravena
Penyuntikan larutan analgetik lokal intra vena. Ekstremitas di eksinguasi dan
diisosiasi bagian proksimalnya dengan torniket pneumatik dari sirkulasi sistemik.
Anestesi jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit pada
lengan atau tungkai. Biasanya dikerjakan untuk orang dewasa dan pada lengan.
Teknik analgesia regional intravena:
1. Pasang kateter vena (venocath) pada kedua punggung tangan. Pada sisi tangan atau
lengan yang akan dibedah digunakan untuk memasukkan obat anestetik lokal,
sedangkan sisi lain untuk memasukkan obat-obat yang diperlukan seandainya
terjadi kegawatan atau diperlukan cairan infus.
2. Eksanguinasi (mengurangi darah) pada sisi lengan yang akan dibedah dengan
menaikkan lengan dan peraslah lengan secara manual atau dengan bantuan perban
elastik (eshmark bandage) dari distal ke proksimal. Tindakan ini untuk
mengurangi sirkulasi darah dan tentunya dosis obat.
3. Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas seperti akan mengukur tekanan
darah biasa dengan torniket atau manset ganda dan bagian proksimal
dikembangkan dahulu sampai 100 mmHg di atas tekanan sistolik supaya darah
22
arteri tidak masuk ke lengan dan tentunya juga darah vena tidak akan masuk ke
sistemik. Perban elastik dilepaskan.
4. Suntikkan lidokain atau prilokain 0,5% 0,6 ml/kg (bupivakain tidak dianjurkan
karena toksisitasnya besar) melalui kateter di punggung tangan dan kalau untuk
tungkai lewat vena punggung kaki dosis 1-1,2 ml/kg. Analgesia tercapai dalam
waktu 5-15 menit dan pembedahan dapat dimulai.
5. Setelah 20-30 menit atau kalau pasien merasa tak enak atau nyeri pada torniket,
kembangkan manset distal dan kempiskan manset proksimal.
6. Setelah pembedahan selesai, deflasi manset dilakukan secara bertahap, buka tutup
selang beberapa menit untuk menghindari keracunan obat. Pada bedah sangat
singkat, untuk mencegah keracunan sistemik, torniket harus tetap dipertahankan
selama 30 menit untuk memberi kesempatan obat keluar vena menyebar dan
melekat ke seluruh jaringan sekitar. Untuk tungkai jarang dikerjakan karena
banyak pilihan lain yang lebih mudah dan aman seperti blok spinal, epidural, atau
kaudal.
H. Blok Syaraf15
Anestesi blok regional mencakup semua anestesi yang menggunakan blok saraf
untuk mendapatkan penghilang nyeri menyeluruh. Dengan sedikit gangguan impuls
saraf aferen (deafrensiasi) anestesi regional sangat mendekati konsep anestesi ‘ideal’
atau bebas stress; tetapi digunakan lebih jarang dari yang diperkirakan karena
beberapa keterbatasan.
1. Blok saraf membutuhkan waktu lebih lama untuk indusi dan waktu pemulihan
antara kasus – kasus operasi tidak perlu diperpanjang.
2. Ada risiko bahawa blok saraf tidak benar-benar efektif, pada keadaan ini,
pasien mungkin membutuhkan suntikan ulang (bila masih dalam batas dosis
keamanan untuk anestesi local tertentu) atau anestesi umum. Kedua tindakan
23
tersebut akan lebih memperpanjang waktu sebelum operasi, juga menambah
rasa tidak enak bagi pasien.
3. Selalu ada kemungkinan bahwa blok saraf dapat menimbulkan komplikasi
neurologi atau bila mengenai bagian lapangan vascular tertentu, dapat
menimbulkan efek ketidak stabilan hemodinamik yang berbahaya pada pasien
tua, atersklerosis, penderita trauma atau hipovolemik.
4. Penerimaan pasien yang bulurk selalu menimbulkan kesulitan karena banyak
pasien yang takut tetap ‘terjaga’ dan tidak ingin mendengar berbagai bunyi
dalam ruan operasi.
Meninjau fisiologi konduksi saraf adalah penting sebelum mendiskusikan anestesi
lokal. Saraf mengirimkan sensasi akibat dari propagasi impuls listrik; propagasi ini
dicapai akibat perpindahan gradien ion melintasi dinding sel saraf, atau axolemma. g
Dalam keadaan istirahat, saraf memiliki potensial membran negatif -70 mV.
Potensial istirahat ini ditentukan oleh gradien konsentrasi 2 ion utama, Na+ dan K+,
dan permeabilitas membran relatif terhadap ion ini. Gradien konsentrasi dipelihara
oleh pompa ATP natrium/kalium (dalam proses yang bergantung pada energi) yang
mengangkut ion natrium keluar dari sel dan ion kalium ke dalam sel. Transpor aktif
ini menciptakan gradien konsentrasi yang memungkinkan difusi ion kalium
ekstraseluler. Selain itu, karena membran saraf permeabel terhadap ion kalium dan
tidak permeable terhadap ion natrium, 95% dari pengeluaran ion dalam sel
disebabkan oleh K + ion dalam bentuk fluks luar, yang menyebabkan potensial
istirahat negatif.
Ketika saraf dirangsang, depolarisasi saraf terjadi, dan propagasi impuls
berlangsung. Awalnya, ion natrium secara bertahap masuk ke dalam sel melalui
membran sel saraf. Masuknya ion natrium menyebabkan potensial listrik
transmembran meningkat dari potensial beristirahat. Setelah potensial mencapai
ambang batas sekitar -55 mV, influks cepat ion natrium akan terjadi. Saluran natrium
24
dalam membran menjadi aktif, dan permeabilitas ion natrium meningkat; membran
saraf tederpolarisasi ke level +35 mV.
Setelah depolarisasi membran selesai, membran menjadi tidak permeabel kepada
ion natrium lagi, dan kemasukan ion kalium ke dalam sel meningkat. Proses ini
mengembalikan kelebihan kalium intraselulerdan natrium ekstraseluler dan
mengembalikan potensial istirahat yang negative. Perubahan dalam potensial
membran sel saraf yang disebut potensial aksi.
H.1 Blok Pleksus Brachialis
Blok pleksus brakialis adalah teknik anestesi regional perifer yang kadang-kadang
digunakan sebagai alternatif anestesi umum untuk operasi bahu, lengan, lengan
bawah, pergelangan tangan dan tangan. Teknik ini melibatkan penyuntikan obat
anestesi lokal di dekat pleksus brakialis, memblokir sementara sensasi dan
kemampuan untuk menggerakkan ekstremitas atas. Pasien dapat tetap terjaga selama
prosedur bedah berikutnya, atau bisa disedasi jika perlu.
Ada beberapa teknik untuk memblokir saraf pleksus brakialis. Teknik-teknik ini
diklasifikasikan berdasarkan lokasi di mana jarum atau kateter dimasukkan untuk
menyuntikkan anestesi lokal - blok interscalene di leher, blok supraclavicular tepat di
atas klavikula, blok infraklavikula bawah klavikula dan blok aksila di aksila.
H.1.1 Anatomi
Pleksus brakialis dibentuk oleh rami ventral C5-C6-C7-C8-T1, dengan kontribusi
kecil oleh C4 dan T2. Ada beberapa pendekatan untuk blokade pleksus brakialis,
dimulai proksimal dengan blok interscalene dan dilanjutkan ke distal dengan blok
supraklavikula, infraklavikula, dan aksila. Konsep di balik semua pendekatan ini
terhadap pleksus brakialis adalah adanya selubung meliputi jaringan neurovaskular
yang terbentang dari fasia servikal yang dalam ke perbatasan luar axilla.
25
Gambar 11. menunjukkan lokasi blok pleksus brakialis.
H.I.2 Indikasi
Anestesi umum dapat menyebabkan tekanan darah menjadi rendah, penurunan
curah jantung yang tidak diinginkan, depresi sistem saraf pusat, depresi pernafasan,
hilangnya refleks jalan napas(seperti batuk), membutuhkan intubasi trakea dan
ventilasi mekanik, dan efek anestesi residual. Keuntungan paling penting dari block
plexus brachial adalah ianya memungkinkan anestesi umum untuk dihindari dan
komplikasi dan efek samping yang menyertainya. Meskipun block plexus brachial
bukan tanpa resiko, ianya kurang invasif dan mempengaruhi sedikit sistem organ
berbanding dari anestesi umum. Blokade pleksus brakialis mungkin menjadi pilihan
yang wajar ketika semua kriteria berikut dipenuhi:
1. Operasi diperkirakan akan terbatas pada wilayah antara titik tengah bahu dan jari-
jari
2. Tidak ada kontraindikasi untuk blok seperti infeksi di tempat suntikan yang dituju,
gangguan perdarahan yang signifikan, kecemasan, alergi atau hipersensitivitas
terhadap anestesi lokal
3. Tidak akan ada kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan fungsi saraf yang
diblokir segera setelah prosedur bedah selesai
4. Pasien lebih suka teknik ini atas pendekatan lain yang tersedia
26
H.1.3 Teknik blok pleksus brakialis
Blok pleksus brakialis biasanya dilakukan oleh ahli anestesi. Untuk mencapai blok
yang optimal, ujung jarum harus mendekati saraf pleksus selama injeksi anestesi
lokal. Teknik yang umum digunakan untuk memperoleh posisi jarum tersebut
termasuk transarterial, memulai dengan paresthesia, dan penggunaan stimulator saraf
perifer atau alat sanning ultrasound yang portabel. Jika jarum dekat atau berkontak
saraf, pasien dapat mengalami paresthesia (kesemutan tiba-tiba, sering digambarkan
sebagai perasaan seperti "kesemutan" atau seperti sengatan listrik) di lengan, tangan,
atau jari. Injeksi dekat dengan titik elisitasi dari paresthesia tersebut dapat
mengakibatkan blok yang baik. Sebuah stimulator saraf perifer yang dihubungkan ke
jarum yang tepat dapat memungkinkan emisi arus listrik dari ujung jarum. Ketika
ujung jarum dekat atau berkontak dengan saraf motorik, kontraksi otot yang
karakteristik dapat ditimbulkan. Alat ultrasound portabel yang modern
memungkinkan ahli anestesi untuk memvisualisasikan anatomi internal, termasuk
saraf yang akan diblokir, struktur anatomi sekitar dan jarum saat ianya mendekati
saraf. Observasi anestesi lokal di sekitar saraf selama injeksi dipandu USG adalah
prediktif dari blok yang berhasil.
H.1.4 Blok interscalene
Blok interscalene dilakukan dengan menyuntikkan anestesi lokal pada saraf pleksus
brakialis yang melewati alur antara anterior dan titik tengah otot scalenus, pada
tingkat kartilago krikoid. Blok ini sangat berguna dalam memberikan anestesi dan
analgesia pasca operasi untuk operasi yang melibatkan klavikula, bahu, dan lengan.
Keuntungan dari blok ini meliputi blokade yang cepat dari daerah bahu, dan anatomi
yang relatif mudah teraba. Kekurangan dari blok ini termasuklah anestesi yang
mungkin tidak memadai dalam distribusi saraf ulnaris, yang membuat blok ini tidak
dapat digunakan untuk operasi yang melibatkan lengan bawah dan tangan.
27
H.1.5 Efek samping blok interscelene
Paresis sementara (gangguan fungsi) dari diafragma thoraks dapat terjadi pada hampir
semua orang yang telah menjalani blok plekuss brakialis interscalene atau
supraklavikula. Gangguan pernapasan yang signifikan dapat terjadi pada orang-orang
ini dengan fungsi paru yang tidak baik. Pada pasien tertentu - seperti pada pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronik yang parah - hal ini dapat mengakibatkan
kegagalan pernapasan yang membutuhkan intubasi trakea dan ventilasi mekanik
sampai menghilang blok. Sindrom Horner dapat diterjadi jika solusi anestesi local
bergerak ke cephal dan memblokir ganglion stellata. Hal ini dapat disertai dengan
kesulitan menelan dan paresis pita suara. Tanda-tanda dan gejala ini bersifat
sementara namun, dan sering tidak mengakibatkan masalah jangka panjang.
H.1.6 Kontraindikasi blok interscalene
Kontraindikasi meliputi penyakit berat seperti penyakit paru obstruktif kronik, dan
paresis saraf frenikus di sisi berlawanan sebagai blok.
H.1.7 Blok supraklavikula
Blok supraclavicular sangat ideal untuk operasi yang melibatkan lengan atas dan
bawah, dari humerus rendah turun menjadi tangan karena ianya menyediakan onset
yang cepat anestesi pada lengan dengan injeksi tunggal. Pleksus brakialis paling
padat di tingkat trunkus brakialis yang dibentuk oleh akar saraf C5-T1, sehingga blok
saraf pada tingkat ini memiliki kemungkinan terbesar untuk memblokir semua cabang
pleksus brakialis. Halini menyebabkan onset yang cepat dan tingkat keberhasilan
yang tinggi untuk operasi dan analgesia dari ekstremitas atas, termasuk bahu.
Tanda pada permukaan kulit dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi yang
sesuai untuk injeksi anestesi lokal, biasanya diluar atau batas lateral dari otot
sternokleidomastoid dan di atas tulang klavikula, dengan rusuk pertama umumnya
dianggap mewakili batas bawah yang jarum tidak harus diarahkan (rongga pleura dan
28
teratas bagian dari paru-paru berada pada tingkat ini). Palpasi atau visualisasi USG
dari arteri subklavia tepat di atas klavikula memberikan tanda anatomis yang berguna
untuk mencari pleksus brakialis, yang lateral arteri pada tingkat ini. Jarak ke pleksus
brakialis dapat ditentukan dengan menggunakan munculnya paresthesia dengan
penggunaan stimulator saraf perifer, atau bimbingan USG.
Dibandingkan dengan blok interscalene, blok supraclavicular - meskipun
memunculkan blok yang lebih lengkap dari saraf medianus, ulnaris dan radialis -
tidak menyebabkan analgesia pascaoperasi. Namun, blok supraclavicular sering lebih
cepat untuk dilakukan dan dapat mengakibatkan efek samping yang lebih sedikit
daripada blok interscalene. Dibandingkan dengan blok infraklavikula dan blok aksila,
keberhasilan pencapaian anestesi yang memadai untuk operasi dari ekstremitas atas
adalah sama dengan blok supraklavikula.
Berbeda dengan blok interscalene yang menghasilkan hemiparesis diafragma pada
semua pasien - hanya setengah dari pasien yang menjalani blok supraklavikula
mengalami efek samping ini. Kekurangan dari blok supraklavikula termasuklah risiko
pneumotoraks, yang diperkirakan antara 1% -4% bila menggunakan paresthesia atau
stimulator saraf perifer. Bimbingan USG memungkinkan operator untuk
memvisualisasikan rusuk pertama dan pleura, sehingga membantu untuk memastikan
bahwa jarum tidak menusuk pleura; ini mungkin mengurangi risiko pneumotoraks.
H.1.8 Blok aksila
Blok aksila sangat berguna dalam memberikan anestesi dan analgesia pasca operasi
untuk operasi ke siku, lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan. Blok aksila
juga merupakan pendekatan paling aman dari empat pendekatan utama untuk pleksus
brakialis, karena tidak mempunyai risiko paresis saraf frenikus, disamping tidak
memiliki potensi untuk menyebabkan pneumotoraks. Di aksila, saraf plexus brakialis
dan arteri aksilaris tertutup bersama dalam selubung fibrosa yang merupakan
kelanjutan dari fasia serviks yang mendalam. Arteri aksilaris mudah teraba sehingga
29
berfungsi sebagai tanda anatomi yang dapat digunakan untuk blok ini, dan suntikan
anestesi lokal dekat dengan arteri ini sering menghasilkan blok baik dari pleksus
brakialis. Blok aksila blok umumnya dilakukan karena kemudahan kinerja dan tingkat
keberhasilan yang relatif tinggi.
Kekurangan dari blok aksila termasuklah anestesi yang tidak memadai dalam
distribusi saraf. Saraf musculocutaneous ini berfungsi sebagai saraf motorik ke otot
bisep, otot brakialis, dan otot coracobrachialis dan salah satu cabang dari saraf ini
memberikan sensasi kepada kulit lengan bawah. Jika saraf muskulokutan tidak ikut
dianestesi, mungkin perlu untuk memblokir saraf ini secara terpisah. Hal ini dapat
dicapai dengan menggunakan stimulator saraf perifer untuk mengidentifikasi lokasi
saraf yang melewati otot coracobrachialis. Saraf intercostobrachial (yang merupakan
cabang dari saraf interkostal kedua dan ketiga) juga sering tidak tercapai dengan blok
aksila. Karena saraf ini memberikan sensasi pada kulit medial dan posterior dari
lengan, penggunaan tourniquet pada lengan mungkin tidak dapat ditoleransi dalam
kasus tersebut.
Teknik injeksi tunggal memberikan blockade yang kurang berguna pada daerah yang
disuplai oleh saraf muskulokutan dan radial. Bukti saat ini menunjukkan bahwa
teknik suntikan tiga kali (triple shot technique) - dengan suntikan pada saraf
muskulokutan, median dan radial - adalah teknik terbaik untuk blok aksila.
H.1.9 Komplikasi blok pleksus brakialis
Seperti prosedur lain yang melibatkan gangguan integritas kulit, blok pleksus
brakialis dapat dikaitkan dengan infeksi atau perdarahan. Pada orang yang
menggunakan agen antikoagulan, ada risiko yang lebih besar dari komplikasi yang
berhubungan dengan perdarahan.
Komplikasi yang terkait dengan brakialis blok pleksus meliputi injeksi intraarteri atau
intravena, yang dapat menyebabkan toksisitas dari anestesi lokal. Hal ini dapat
30
dicirikan oleh masalah sistem saraf pusat yang serius seperti kejang epilepsi, depresi
sistem saraf pusat, dan koma. Efek kardiovaskular dari toksisitas anestesi lokal
termasuk denyut jantung yang melambat dan penurunan kemampuan jantung untuk
memompa darah melalui sistem peredaran darah, yang dapat menyebabkan kolaps
sirkulasi. Dalam kasus yang lebih parah, detak jantung tidak beraturan, serangan
jantung dan kematian dapat terjadi komplikasi yang jarang namun serius lain dari
brakialis blok pleksus termasuk pneumotoraks dan paresis terus-menerus dari saraf
frenikus.
Komplikasi yang terkait dengan interscalene dan blok supraklavikula termasuk
injeksi kedalam ruang subarachnoid atau epidural anestesi lokal, yang dapat
mengakibatkan kegagalan pernafasan.
Karena dekatnya jarak dari paru-paru ke pleksus brakialis di tingkat klavikula,
komplikasi yang paling sering dikaitkan dengan blok ini adalah pneumotoraks -
dengan risiko setinggi 6,1%. Komplikasi lebih lanjut dari blok supraklavikula
termasuk arteri subklavia yang tertusuk, dan penyebaran anestesi lokal menyebabkan
paresis dari ganglion stellata, saraf frenikus dan saraf laringeus rekurens.
H.2 Anestesi Regional Blok Digital
Blok saraf digital adalah alat penting bagi dokter pada pengobatan darurat. Cedera
atau infeksi dari bagian jari sangat sering terjadi. Analgesia yang memadai sangat
penting mengatasi nyeri dan meminimalkan ketidaknyamanan pasien. Blok digital
berguna dalam banyak skenario di mana anestesi infiltrasi lokal akan memerlukan
beberapa suntikan ke dalam bagian jari sudah sedia sakit akibat cedera. Selain itu,
infiltrasi lokal di sekitar luka dapat menciptakan peningkatan pembengkakan pada
tempat cedera membuat perbaikan lebih sulit. Beberapa teknik tersedia untuk
melakukan blok digital.
31
Setiap jari dipersarafi oleh 4 saraf digital. Pada ekstremitas atas, saraf digital muncul
dari saraf medianus, ulnaris dan radial. 2 saraf digital palmar menginervasi palmar
dari jari dan kuku, sedangkan saraf dorsal menginervasi dorsum digit. Saraf tibialis
dan peroneal bercabang ke saraf digital dari ekstremitas bawah, yang mengikuti pola
distribusi analog dengan saraf dari ekstremitas atas.
Gambar 12 menunjukkan persarafan palmar dan dorsum dari digiti.
H.2.1 Indikasi
Blok digital diindikasikan untuk setiap operasi kecil digiti. Ini termasuk, namun tidak
terbatas pada, sebagai berikut:
1. Laserasi digital
2. Laserasi melibatkan kuku atau kuku
3. Kuku yang tumbuh ke dalam
4. Paronychia
5. Dislokasi atau fraktur digiti
H.2.2 Kontraindikasi
1. Hambatan sirkulasi pada jari
2. Tempat suntikan yang terinfeksi
3. Alergi terhadap anestesi
32
Anestesi lokal dapat digunakan tanpa epinefrin pada jari untuk menghindari
vasokonstriksi arteri yang berdekatan, yang dapat menyebabkan iskemia atau infark
jaringan lokal. Meskipun studi menunjukkan epinephrine aman pada situasi seperti ini
epinefrin secara tradisional dihindari pada jari. Sebuah studi oleh Sonohata et al
menunjukkan bahwa suntikan tunggal (seperti di blok transthecal) dari 3 mL anestesi
dengan epinefrin efektif dalam mencapai analgesia yang memadai. Selain itu, waktu
untuk mencapai analgesia lebih pendek dan efek yang lebih lama. Cedera iskemik
tidak dilaporkan pada studi ini.
Blok harus dilakukan dengan hati-hati di daerah di mana fungsi saraf mungkin
terganggu. Volume kecil anestesi harus digunakan untuk meminimalkan
pembengkakan lokal, terutama dalam kasus di mana sindrom kompartemen mungkin
terjadi.
H.2.3 Teknik anestesi blok digital
1. Web space block
Sangat efektif untuk memperoleh anestesi yang adekuat dan paling sedikit
rasa sakitnya ketika injeksi. Volume obat anestesi yang dibutuhkan lebih
banyak dan durasi pengaruh anestesinya bisa lebih panjang.
Teknik: Posisikan tangan pasien dalam keadaan pronasi Arahkan jarum
suntik tegak lurus jari dan suntikkan jarum ke celah antar jari, yaitu di bagian
distal sendi metacarpal-phalangeal (MP). Masukkan obat anestesi perlahan ke
bagian dorsal dari celah antar jari/web-space tersebut. Perlahan arahkan
jarum lurus ke arah volar celah antar jari, menuju jaringan di dalamnya.
Apabila obat anestesi sudah masuk, keluarkan jarum suntik dan ulangi
prosedur tersebut di celah antar jari lain yang juga memerlukan anestesi
33
Gambar 13 teknik web-space blok
2. Transtechal block
Teknik ini juga dikenal dengan teknik digital block pada selubung tendon
flexor. Rasa sakit pada injeksi dengan teknik ini akan lebih terasa karena
tempat
Teknik: Insersi jarumnya merupakan bagian sensitif dari palmar. Posisikan
tangan pasien di medan operasi steril dalam keadaan supinasi. Tentukan
tendon flexor digitorum dengan palpasi daerah lipatan palmar distal.
Insersikan jarum di tempat tersebut dengan kemiringan jarum 45 derajat.
Injeksikan obat anestesi.
Gambar 14 transthecal blok