laporan pendahuluan anestesi

25
LAPORAN PENDAHULUAN MANAGEMENT AIRWAY PEMBIMBING : Dr. Indah Waty Muchlis, Sp.An Dr. Hendry Suta, Sp.An PENYUSUN : Mana Metiyahuha Ganie 09310026 KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH PERIODE 20 JANUARI 2014 – 22 FEBRUARI 2014

Upload: benz-zodiazepin

Post on 20-Jan-2016

243 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan anestesi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan anestesi

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAGEMENT AIRWAY

PEMBIMBING :

Dr. Indah Waty Muchlis, Sp.An

Dr. Hendry Suta, Sp.An

PENYUSUN :

Mana Metiyahuha Ganie

09310026

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH

PERIODE 20 JANUARI 2014 – 22 FEBRUARI 2014

2014

Page 2: Laporan Pendahuluan anestesi

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu kedokteran dewasa ini khususnya bidang pembedahan tidak terlepas

dari peran dan dukungan kemajuan bidang anestesiologi .Kata anestesia di perkenalkan oleh

Oliver Wendell Holmes yang menggmbarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara,

karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.

Dalam suatu tindakan operasi, seorang dokter bedah tidak dapat bekerja sendirian

dalam membedah pasien sekaligus menciptakan keadaan anestesi. Dibutuhkan keberadaan

seorang dokter anestesi untuk mengusahakan, menangani dan memelihara keadaan anestesi

pasien. Tugas seorang dokter anestesi dalam suatu acara operasi antara lain :1.

Menghilangkan rasa nyeri dan stress emosi selama dilakukannya proses pembedahan atau

prosedur medik lain, 2. Melakukan pengelolaan tindakan medik umum kepada pasien yang

dioperasi, menjaga fungsi organ-organ tubuh berjalan dalam batas normal sehingga

keselamatan pasien tetap terjaga, 3. Menciptakan kondisi operasi dengan sebaik mungkin

agar dokter bedah dapat melakukan tugasnya dengan mudah dan efektif. Salah satu usaha

yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi adalah menjaga berjalannya

fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh yang berarti akibat proses

pembedahan tersebut.

Pengelolaan jalan napas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu

tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi

dapat mempengaruhi keadaan jalan napas berjalan dengan baik . Bila terjadi henti nafas

primer, jantung dapat terus memompa darah selama beberapa menit dan sisa O2 yang ada

dalam paru dan darah akan terus beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada

korban dengan henti napas atau sumbatan jalan napas dapat mencegah henti jantung. Bila

terjadi henti jantung primer, O2 tidak beredar dan O2 yang tersisa dalam organ vital akan

habis dalam beberapa detik.

Page 3: Laporan Pendahuluan anestesi

BAB II

PEMBAHASAN

A.DEFINISI

Airway Management ialah tindakan membebaskan jalan napas untuk menjamin

pertukaran udara secara adekuat. Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi

adalah segera melapangkan saluran pernapasan, yaitu dengancara Tripel airway maneuver.

Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:

Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher, sedangkan tangan

yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala ditengadahkan ke

belakang oleh tangan yang lain

Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah obtruksi hipofarings

oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan jaringan antara larings dan rahang

bawah.

Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx posterior.

B. ANATOMI

Pengetahuan tentang anatomi hipofaring penting untuk manajemen airway. Batas

hipofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah laring, batas

inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra cervical. Bila hipofaring diperiksa

dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada

pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah

valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum

glossoepiglotika medial dan ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi.

Valekula disebut juga “kantong pil”, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila

menelan pil akan tersangkut disitu. Dibawah valekula terdapat epiglottis yang berfungsi

untuk melindungi glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan.

Page 4: Laporan Pendahuluan anestesi

Berikut gambaran anatominya

Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan napas adalah hipofaring, terjadi pada

pasien koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari

dinding belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh

karena itu ekstensi kepala merupakan langkah pertama yang terpenting dalam resusitasi,

karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan

terangkat dari dinding belakang faring. Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan

pendorongan mandibula kedepan untuk meregangkan leher anterior, lebih-lebih jika

sumbatan hidung memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan mengurangi regangan struktur

leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan

mulut merupakan ”gerak jalan napas tripel”.

Pada kira-kira 1/3 pasien yang tidak sadar, rongga hidung tersumbat selama ekspirasi

karena palatum molle bertindak sebagai katup. Selain itu rongga hidung dapat tersumbat oleh

kongesti, darah atau lendir Jika dagu terjatuh, maka usaha inspirasi dapat ”menghisap” dasar

lidah ke posisi yang menyumbat jalan napas.

Sumbatan jalan napas oleh dasar lidah bergantung kepada posisi kepala dan

mandibula serta dapat saja terjadi dalam posisi miring, terlentang atau telungkup. Walaupun

gravitasi dapat menolong drainase benda asing cair, gravitasi ini tidak akan meringankan

sumbatan jaringan lunak hipofaring, sehingga gerak mengangkat dasar lidah seperti

diterangkan diatas tetap diperlukan. Penyebab lain sumbatan jalan napas adalah benda asing,

seperti muntahan atau lendir dijalan napas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan

Page 5: Laporan Pendahuluan anestesi

keluar oleh pasien yang tidak sadar. Laringo spame biasanya disebabkan oleh rangsangan

jalan nafas atas pada pasien stupor atau koma dangkal. Sumbatan jalan nafas bawah dapat

disebabkan oleh bronkospasme, sekresi bronkus, edema mukosa, inhalasi isi lambung atau

benda asing.

C. MENILAI OBSTRUKSI JALAN NAPAS

Untuk menilai hambatan jalan nafas harus menggunakan indra yang kita miliki. Kita

lihat( look ) , kita dengar ( listen ) dan kita raba ( feel ).

Look :

Lihat gerak dada dan perut , ada tertinggal , paradoksal ?

Lihat tanda tanda distress pernafasan

Lihat warna kulit /mukosa : pucat , sianosis , kemerahan ?

Lihat tingkat kesadaran penderita dengan skala GCS

Listen :

Dengarkan gerak udara nafas dengan telinga

Feel:

Rasakan adanya hembusan napas sari hisung atau mulut

D. OBSTRUKSI JALAN NAPAS

Secara klinis dapat dikenali tanda - tanda adanya hambatan jalan nafas. Suara

mendengkur ( snoring ) disebabkan obstruksi lidah , suara berkumur ( gargling )

menunjukkan adanya sumbatan berupa cairan di faring , stridor karena odem di pita suara

atau laring.

Page 6: Laporan Pendahuluan anestesi

E. MEMBEBASKAN JALAN NAFAS TANPA ALAT

1. Cross Finger

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross

Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan

gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga

mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka nafas dengan

cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau

adanya henti nafas (apnea).Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan

udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada

jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik

cross finger.

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :

a. Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah.

Cara mengatasi : chin lift, jawthrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan

pipa endotrakeal.

b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.

Cara mengatasi : finger sweep,pengisapan/suction.

a. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis.

Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.

Page 7: Laporan Pendahuluan anestesi

2. Membersihkan jalan nafas Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut

belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga

hembusan nafas hilang. Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka

mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver

emaresi)

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan

sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan

menyapu.

Gambar 3. Tehnik finger sweep

3. Chin Lift

Terlentangkan penderita di atas alas keras. Posisi penolong di samping penderita. Dengan ibu

jari atau dua jari telunjuk dan jari tengah angkat dagu pasien.

Gambar 4. Chin lift dan head tild

Page 8: Laporan Pendahuluan anestesi

4. Head tild

1.Terlentangkan penderita di atas alas keras

2.Posisi penolong di samping pasien

3.Letakkan telapak tangan di dahi pasien

4.Tekan dahi pasien ke bawah sehingga kepala sedikit ekstensi

5.Teknik ini tidak boleh dilakukan pada pasien trauma.

5.Jaw thrust

1.Terlentangkan penderita di atas alas keras

2.Posisi penolong di atas kepala pasien

3.Letakkan ibu jari kanan kiri di rahang bawah bagian depan dan ke empat jari lainnya

diangulus mandibula

4.Dorong rahang bawah ke depan.

Gambar 5. Jaw thrust

Page 9: Laporan Pendahuluan anestesi

6. Mengatasi sumbatan nafas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust

a.Abdominal thrust

b.Chest thrust

c.Back blow

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah jalan napas bebas

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas

Beri oksigen bila ada 6 liter/menit

Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher

netral

Nilai apakah ada suara nafas tambahan

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia

Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)

Gerak dada dan perut paradoksal

Sianosis

Kelelahan dan meninggal

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan

mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma– abdomen). Abdominal Thrust (Manuver

Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk Caranya : penolong harus berdiri di belakang

korban, lingkari pinggang korban dengan kedualengan penolong, kemudian kepalkan satu

tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perutkorban, sedikit di atas pusar dan di

bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan

kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah

dan gerakan yang jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Page 10: Laporan Pendahuluan anestesi

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.

Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis

tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan

di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah

atas. Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak

dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas. Caranya :

kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung

tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kearah diafragma

dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan

perut pada tepi meja atau belakang kursi.

Gambar 6. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari

telunjuk atau jaritengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu

pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada

benda asing, beri nafas buatan.

Page 11: Laporan Pendahuluan anestesi

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau

berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis

antar belikat dengan tulangpunggung/vertebrae).

F. MEMBEBASKAN JALAN NAPAS DENGAN ALAT

Jika triple maneuver kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut – faring

lewat mulut ( OPA- Oropharyngeal airway) atau jalan napas hidung – faring lewat hidung

(NPA-Nasopharyngeal airway).

NPA : berbentuk pipa bulat berlubang ditengahnya dibuat dari bahan karet lateks

lembut. Pemasangan harus hati – hati dan untuk menghindari trauma mukosa hidung,

pipa diolesi dengan jelly

OPA : berbentuk pipa gepeng, lengkung seperti huruf C berlubang ditengahnya

dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras, untuk mencegah

bila pasien menggigit lubang tetap paten, sehingga aliran udara tetap terjamin.

Gambar 7 :Nasopharyngeal airway

Gambar 8 : Oropharyngeal airway

Sungkup Muka

Page 12: Laporan Pendahuluan anestesi

Sungkup muka menghantar udara atau gas anestesi dari alat resusitasi atau sistem

anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan

untuk bernapas spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke

trakea lewat mulut atau hidung. Bentuk sungkup muka sangat beragam bergantung usia dan

pembuatnya. Ukuran 03 untuk bayi baru lahir, 02,01,1 untuk anak kecil, 2,3 untuk anak besar

dan 4,5 untuk dewasa. Sebagian sungkup muka transparan supaya udara ekspirasi kelihatan

(berembun) atau muntahan dapat terlihat.

Gambar 9 : Sungkup Muka

1. Sungkup muka sederhana

Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan konsentrasi 40-60%.6

Cara pemasangan :

Terangkan prosedur pada klien

Atur posisi yang nyaman pada klien

Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidifier.

Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien

Lingkarkan karet sungkup kepada kepala klien agar tidak lepas

Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.

Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula

Page 13: Laporan Pendahuluan anestesi

sistem humidifikasi dapat di tingkatkan

Kerugian

Umumnya tidak nyaman bagi klien

Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi

Aktivitas makan dan berbicara terganggu

Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi

Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida

2. Sungkup muka dengan kantung rebreathing

Konsentrrasi ooksigen yang di berikan lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana

yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi penggunaan adalah pada klien

dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah, udara inspirasi sebagian tercampur

dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada sungkup

sederhana.

Cara pemakaian :

Terangkan prosedur pada klien

Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah

Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan

sungkup

Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa

pada daerah yang tertekan.

Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir

kuncup waktu inspirasi

Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana

Tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian

Kantung oksigen bisa terlipat

Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah

Page 14: Laporan Pendahuluan anestesi

3. Sungkup muka non rebreathing

Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong

rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi

penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi.

Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.

Keuntungan

Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara

kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi

dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.

Tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian

Kantung oksigen bisa terlipat

Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen

Tidak nyaman bagi klien

Sungkup Laring

Gambar 10 : sungkup Laring

Sungkup Laring ( Laryngeal Mask Airway) ialah alat jalan napas berbentuk sendok

terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat

dikembangkempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa keras

dari polivinil atau lembek dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.

Dikenal 2 macam sungkup laring :

Page 15: Laporan Pendahuluan anestesi

1. Sungkup laring standar dengan satu pipa napas

2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standard lainnya pipa tambahan

yang ujung distalnya berhubungan dengan esophagus

Cara pemasangan LMA dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan laringoskop.

Sebenarnya alat ini dibuat dengan tujuan diantaranya supaya dapat dipasang langsung tanpa

bantuan alat dan dapat digunakan jika intubasi trakea diramalkan mendapat kesulitan. LMA

memang tidak dapat mengganti kedudukan intubasi trakea, tapi ia terletak diantara sungkup

muka dan intubasi trakea. Pemasangan hendaknya menunggu anestesi cukup dalam atau

menggunakan pelumpuh otot untuk menghindari trauma rongga mulut, faring – laring,

setelah alat terpasang, untuk menghindari pipa napasnya tergigit maka dapat dipasang

gulungan kain kassa atau pipa napas mulut laring (OPA).

Tujuan Intubasi Endotrakeal

Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal adalah untuk membersihkan saluran

trakeobronkial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi serta

mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan

intubasi endotrakeal adalah :

b. Mempermudah pemberian anestesi.

c. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran

pernapasan.

d. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung ( pada keadaan tidak sadar,

lambung penuh dan tidak ada reflex batuk ).

e. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.

f. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

g. Mengatasi obstruksi laring akut

Indikasi

Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun

Kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan secret jalan napas

dan lain – lainnya

Mempermudah ventilasi posistif dan oksigenasi

Page 16: Laporan Pendahuluan anestesi

Mencegah aspirasi dan regurgitasi

Posisi Pasien untuk Tindakan Intubasi

Gambaran klasik yang benar adalah leher dalam keadaan fleksi ringan, sedangkan kepala

dalam keadaan ekstensi. Ini disebut sebagai Sniffing in the air position. Kesalahan yang

umum adalah mengekstensikan kepala dan leher.

Gambar 11 : Posisi Pasien

Persiapan intubasi endotrakeal

Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alat‐alat dan memposisikan pasien.

ETT sebaiknya dipilih yang sesuai. Pengisian cuff ETT sebaiknya di tes terlebih dahulu

dengan spuit 10 milliliter. Jika menggunakan stylet sebaiknya dimasukkan ke ETT.

Berhasilnya intubasi sangat tergantung dari posisi pasien, kepala pasien harus setentang

dengan pinggang anestesiologis atau lebih tinggi untuk mencegah ketegangan pinggang

selama laringoskopi. Persiapan untuk induksi dan intubasi juga melibatkan preoksigenasi

rutin. Preoksigenasi dengan nafas yang dalam dengan oksigen 100 %.

Persiapan untuk intubasi antara lain :

1. Jalur intravena yang adekuat

2. Obat‐obatan yang tepat untuk induksi dan relaksasi otot

3. Pastikan alat suction tersedia dan berfungsi

4. Peralatan yang tepat untuk laringoskopi termasuk laryngoskop dengan blade yang

tepat, ETT dengan ukuran yang diinginkan, jelly, dan stylet

Page 17: Laporan Pendahuluan anestesi

5. Pastikan lampu laringoskop hidup dan berfungsi serta cuff ETT berfungsi

6. Sumber oksigen, sungkup dengan ukuran yang tepat, ambu bag dan sirkuit anestesi

yang berfungsi

7. Monitor pasien termasuk elektrokardiografi, pulse oksimeter dan tekanan darah

noninvasive

8. Tempatkan pasien pada posisi Sniffing Position selama tidak ada kontraindikasi

9. Alat‐alat untuk ventilasi

Kesulitan Intubasi :

Leher pendek berotot

Mandibula menonjol

Maksila / gigi depan menonjol

Uvula tidak terlihat

Gerak sendi temporo mandibula terbatas

Gerak vertebra servikal terbatas

Komplikasi intubasi:

1. Selama intubasi :

Trauma gigi geligi

Laserasi bibir, gusi, laring

Merangsang saraf simpatis

Intubasi bronkus

Page 18: Laporan Pendahuluan anestesi

Intubasi esophagus

Aspirasi

Spasme bronkus

2. Setelah ekstubasi:5

Spasme laring

Aspirasi

Gangguan fonasi

Edema glottis-subglotis

Infeksi laring, faring, trakea

KESIMPULAN

Ada dua jalan untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju

nasofaring, dan mulut yang menuju orofaring. Obstruksi pada jalan napas tersebut dapat

dibedakan menjadi obstruksi total dan obstruksi parsial.

Page 19: Laporan Pendahuluan anestesi

Obstruksi tersebut dapat disebabkan berbagai hal seperti sumbatan benda asing,

tersedak muntahan atau tersedak makanan. Selain itu dapat disebabkan lidah yang jatuh ke

belakang pada pasien yang tak sadarkan diri. Dengan demikian tindakan pengelolaan jalan

napas yang benar sangat diperlukan.

Pengelolaan jalan napas dapat dilakukan dengan alat atau tanpa alat. Pengelolaan

jalan napas tanpa alat dapat dilakukan dengan berbagai maneuver diantaranya adalah triple

airway maneuver, cross finger, finger sweep, headtild-chin lift jaw thrust ( bila ada cedera

spinal ), abdominal thrust, back blow dan chest thrust. Apabila pembebasan jalan napas

dengan cara – cara tersebut tidak berhasil mengoksigenasi dengan baik, kita dapat

menggunakan alat – alat bantu pembebasan jalan napas, antara lain oropharyngeal airway,

nasopharyngeal airway, sungkup muka serta intubasi endotrakeal