polisitemia vera (pbl blok 24)

Upload: alitharachma

Post on 02-Jun-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    1/19

    1

    Diagnosis dan Penatalaksanaan Polisitemia Vera

    Yunita Sofianti

    102009208

    Alamat korespondensi :

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

    Email: [email protected]

    Pendahuluan

    Polisitemia Vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel induk hematopoitik dengankarakteristik peningkatan jumlah eritrosit absolut dan volume darah total, biasanya disertai

    lekositosis, trombositosis dan splenomegali.Etiopatogenesis Polisitemia Vera belum sepenuhnya

    dimengerti, suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya kelainan molekular yaitu adanya

    kariotip abnormal di sel induk hematopoisis. Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena

    peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan

    menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan

    penurunan laju transport oksigen. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya

    oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ

    menyebabkan iskemia/infark seperti di otak, mata, telingga, jantung, paru, dan ekstremitas. 1

    Pembahasan

    Skenario : seorang laki-laki 25 tahun datang ke poliklinik RS UKRIDA dengan keluahan utama

    sakit kepala hebat sejak 1 bulan SMRS. Selain pusing, pasien juga merasa cepat lelah dan

    berdebar-debar. Pemeriksaan fisik : kulit wajah kemerahan, congjuntiva tidak anemis,

    pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Hasil lab : Hb : 19 g/dL, Ht : 65 %, Eritrosit :

    6.000.000, Leukosit : 28.000, Trombosit : 650.000, Retikulosit : 2,5 %

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    2/19

    2

    1.Anamnesis

    Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang

    dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan

    kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien atau

    keluarga pasien.Komponen anamnesis komprehensif akan menyusun informasi yang diperoleh

    dari pasien menjadi lebih sistematis. Akan tetapi ulasan dibawah ini sebaiknya tidak mendikte

    rangkaian anamnesis yang akan anda lakukan diklinik, karena biasanya wawancara akan lebih

    bervariasi dan anamnesis harus lebih dinamis mengikuti kebutuhan pasien. Komponen

    anamnesis komprehensif mencakup :

    1. Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesis

    Mencantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan pada saat

    mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien.

    2. Mengidentifikasi data pribadi pasien

    Komponen ini mencakup nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan pekerjaan.

    Sumber informasi dapat diperoleh dari pasien sendiri, anggota keluarga, teman atau data

    rekam medis sebelumnya.

    3. Keluhan Utama

    Keluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling dominansehingga mengakibatkan pasien melakukan kujungan klinik.Usahakan untuk

    mendokumentasikan kata-kata asli yang dipaparkan oleh pasien, misalnya sakit kepala

    hebat.Terkadang pasien yang datang tidak memiliki keluhan yang jelas seperti pada

    pemeriksaan rutin berkala.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu

    Penyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, diabetes, penyakit jantung

    perlu ditanyakan dalam anamnesis. Termasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa

    kecil.

    5. Riwayat Penyakit Pada Keluarga

    Dalam memperoleh informasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau

    penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti orang tua, kakek-nenek,

    saudara, anak, atau cucu. Tanyakan mengenai keberadaan penyakit atau keadaan yang

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    3/19

    3

    dicantumkan berikut: hipertensi, penyakit jantung koroner, dislipidemia, stroke, diabetes,

    gangguan thyroid atau ginjal, kanker, arthritis, tuberkulosis, asma atau penyakit paru

    lainnya, sakit kepala, kejang, gangguan mental, kecanduan obat-obatan, dan alergi, serta

    keluhan utama yang dilaporkan oleh pasien.

    2.Pemeriksaan

    2.1 Pemeriksaan Fisik

    1. Menilai keadaan umum pasien dan pemeriksaan tanda-tanda vital

    2. Pemeriksaan di daerah kepala, yaitu: konjungtiva, sklera, bibir, mata, telinga dan lidah.

    3. Pemeriksaan thoraks, jantung dan abdomen: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

    4. Pemeriksaan ektermitas: inspeksi, palpasi

    Dalam kasus ini di temukan hasil pemeriksaan fisik berupa wajah kemer ahan, konjungtiva tidak

    anemis dan pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada keadaan polisitemia vera dalam

    pemeriksaan fisik akan ditemukan: peningkatan tekanan darah, gangguan penglihatan,

    trombosis vena, pembesaran limpa dan liver, tofus.

    2.2 Pemeriksaan penunjang

    1. Eritrosit

    Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera, peninggian massa eritrosit haruslah

    didemonstrasikan pada saat perjalanan penyakit ini. Pada hitung sel jumlah eritrosit

    dijumpai > 6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom, normositik kecuali

    jika terdapat defisiensi besi. Poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya transisi

    ke arah metaplasia meiloid di akhir perjalanan penyakit ini. 2

    2. Granulosit

    Granulosit jumlahnya meningkat terjadi pada 2/3 kasus policitemia, berkisar antara 12-25

    ribu/mL tetap dapat sampai 60 ribu?mL. Pada dua pertiga kasus ini juga terdapat

    basofilia. 2

    3. Trombosit Jumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL.

    Sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal. 2

    4. B12 Serum

    B12 serum dapat meningkat, hal ini dijumpai pada 35 % kasus, tetapi dapat pula

    menurun, yaitu pada + 30% kasus, dan kadar UB12BC meningkat pada > 75% kasus

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    4/19

    4

    policitemia. 2

    5. Pemeriksaan sumsum tulang

    Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan terhadap

    penyakit mieloproliferatif lainnya seperti adanya sel blas dalam hitung jenisleukosit.Sitologi sumsum tulang menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik

    berupa hiperplasi trilinier seri eritrosit, megakariosit, dan mielosit. Sedangkan dari

    gambaran histopatologi sumsum tulang adanya bentuk morfologi megakariosit yang

    patologis/abnormal dan sedikit fibrosis merupakan petanda patognomonik policitemia. 2

    6. Pemeriksaan sitogenetik

    Pada pasien policitemia yang belum mendapat pengobatan P53 atau kemoterapi sitostatik

    dapat dijumpai kariotip 20q-,=8,+9,13q-,+1q. Variasi abnormalitas sitogenetik dapat

    dijumpai selain bentuk tersebut di atas terutama jika pasien telah mendapatkan

    pengobatan P53 atau kemoterapi sitostatik sebelumnya. 2

    7. Peningkatan Hemoglobin berkisar 18-24 gr/ dl

    8. Peningkatan Hematokrit dapat mencapai > 60 %

    9. Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal

    10. UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity ) meningkat 75 % penderita.

    11. Serum eritropoitin, pada PV serum eritropoetin menurun atau normal sedangkan pada

    polisitemia sekunder serum eritropoetin meningkat. 4

    12. Pemeriksaan JAK2V617F ditemukan 90% pasien Polisitemia Vera dan 50% pasien

    Trombositosis Esensial dan Mielofibrosis Idiopatik. 5,6

    3.Diagnosis

    3.1Working diagnosis

    Polisitemia vera, merupakan suatu penyakit atau kelainan pada sistem mieloproliferatif

    yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang. Mulainya diam-diam tetapi progresif, kronik dan belum diketahui penyebabnya.Seperti diketahui pada orang dewasa sehat,

    eritrosit, granulosit, dan trombosit yang beredar dalam darah tepi diproduksi dalam sumsum

    tulang.Polisitemia Vera dapat menyulitkan dalam menegakkan diagnosis karena gambaran klinis

    yang hampir sama, sehingga tahun 1970 Polycythenia Vera Study Group menetapkan kriteria

    diagnosis berdasarkan Kriteria mayor dan Kriteria minor. 1,2

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    5/19

    5

    Tabel 3. Kriteria Diagnosis menurut Polycythemia Vera Study Group 1970 1

    (Sumber : Internis wordpress files,2011)

    Beberapa kriteria ( alkali fosfatase lekosit, B12 serum, UBBC ) dianggap kurang sensitif, sehingga

    dilakukan revisi kriteria diagnostik Polisitemia Vera sebagai berikut 1,2:

    Kriteria kategori A :

    A1. Peningkatan massa eritrosit lebih dari 25 % diatas rata-rata angka normal.

    A2. Tidak ada penyebab polisitemia sekunder.

    A3. Splenomegali

    A4. Petanda klon abnormal (Kariotipe abnormal ).

    KRITERIA MAYOR KRITERIA MINOR

    1. Massa eritrosit : laki-laki >36

    ml / kg, perempuan > 32 ml / kg

    2. Saturasi Oksigen > 92 %

    3. Splenomegali

    1. Trombositosis > 400.000 / mm3

    2. Lekositosis > 12.000 / mm3

    3. Aktivasi Alkali fosfatase lekosit

    >100 ( tanpa ada demam / infeksi )

    4. B 12 serum > 900 pg / ml atau

    UBBC (Unsaturated B12 Binding

    Capasity ) > 2200 pg / ml

    DIAGNOSIS POLISITEMIA VERA

    1. 3 kriteria mayor, atau

    2. 2 kriteria mayor pertama + 2 kriteria minor

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    6/19

    6

    Kriteria kategori B :

    B1. Trombositosis : 400.000/mm 3

    B2. Leukositosis : 12.000/mm 3 (tidak ada infeksi).

    B3. Splenomegali pada pemeriksaan radio isotop atau ultrasonografi

    B4. Penurunan serum eritropoitin.

    Diagnosis Polisitemia Vera :Kategori A1 +A2 dan A3 atau A4 atau

    Kategori A1 + A2 dan 2 kriteria kategori B

    3.2 Different diagnosis

    1. Polisitemia sekunder

    Polisitemia sekunder terjadi saat volme plasma yang beredar di dalam pembuluh darah

    berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume total dari SDM di dalam sirkulasi

    normal. Oleh karena itu, hematokrit pad laki-laki meningkat sampai kira-kira 57% dan

    peremmpuan meningkat kira-kira 54%. Penyebab yang paling sering adalah dehidrasi,

    ketinggian. Bentuk lain disebut sebagai pseudo atau stres polisitemia. Walaupun penyebab

    pastinya tidak diketahui, insiden paling banyak pada laki-laki usia pertengahan, obese,

    sangan cemas dan hipertensi. Merokok sigaret tampaknya mengeksaserbasi keadaan ini

    karena pajanan karbon monoksida jangka lama meningkatakan eritrositosis. Kondisi medis

    mendasare yang merangsang produksi eritropoetin meliputi penyakit paru dan hipoventilasi

    alveoler, penyakit jantung kongenital dengan sianosis, penyakit ginjal (hidronefrosis, kista,

    karsinoma), tumor seperti fibroma uteri, hepatoma, hemangiobalstoma dan cerebellum. 1

    2. Leukemia granulositik kronis

    Leukemia,mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai darah putih,adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan difrensiasi dan proliferasi sel induk

    hematopoietik yang secara maligna melakukan trasformasi, yang menyebabkan penekanan

    dana penggantian sumsum tulang yang normal. Walaupun penyebab dasar leukemia tidak

    diketahui, predisposisi genetik maupun faktor lingungan kelihatannya memainkan peranan.

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    7/19

    7

    Leukemia granulositik kronik (LGK) atau leukemia mielositik kronik (LMK)

    menerangkan 15% leukemia, paling sering mengenai usia pertengahan, tetapi dapat juga

    timbul pada setiap kelompok umur. Tidak seperti LGA, LGK memiliki awitan yang lambat,

    sering ditemukan pada saat melakukan pemeriksaan darah rutin atau skrining darah.LGKdianggap sebagai suatu gangguan mieloproliferatif karena sumsum tulang hiperseluler

    dengan proliferasi pada garis difrensiasi sel. Jumlah granulosit umumnya lebih dari

    30.000/mm 3.Walaupun pematangannya terganggu sebagian besar sel tetap menjadi matang

    dan berfungsi.Penggeseran ke kiri terjadi dengan kurang dari 5% blas dalam darah

    tepi.Basofil dan eusinofil sering ditemukan. Tanda dan gejala berkaitan dengan keadaan

    hipermetabolik: kelelahan, penurunan berat badan, diaforesis meningkat, dan tidak tahan

    panas. Lien membesar pada 90% kasus yang mengakibatkan perasaan penuh di abdomen dan

    mudah merasa kenyang. Anemia biasanya tidak diobservasi pada presentasi, tetapi bila

    terdapat anemia, pasien akan mengalami takikardi, pucat dan napas pendek. Memar dapat

    terjadi akibat fungsi trombosit yang abnormal. Tujuan pengobatan adalah mengurangi

    kromosom philadelphia dan BCR-ABL onkogenik yang terbentuk akibat translokasi 9 ke 22

    t(9;22). Gen ini dianggap mencetuskan pertumbuhan sel leukemik yang tidak terkontrol. 1

    Pengobatan saat ini dengan kemoterapi interminten menggunakan hidroksi urea dan alfa-

    interferon. Uji klinis menggunakan homoherringtonine, suatu alkaloid tanaman dan sitosin

    arabinoid, suatu metabolit telah terbukti efektif pada lebih dari 65% pasien. Sebagian besar

    pengobatan menyebabkan supresi pada hematopoesis dan pengurangan ukuran lien.

    Interferon mengurangi jumlah sel positif kromosom philadelphia, yang meningkatakan

    harapan hidup baik, angka harapan hidup pasien rerata dengan atau tanpa pengobatan 5-6

    tahun. Kematian terjadi pada dalam beberapa minggu sampai bulan setelah transformasi

    .trasnpalntasi sel induk alogenik dilakuakan pada pasien dengan fase kronik stabil LGK

    menawarkan harapan hidup pada penyakit yang fatal. 1

    3. Myelofibrosis ( myeloproli ferative disolder )

    Merupakan suatu penyakit klonal akibat proliferasi sel yang berasal dari sel induk

    mieloid karena dapat mengenai seri granulositik, monositik, eritroid, megakariosit.penyakit

    proliferatif dibagi menjadi 2 golongan bear:

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    8/19

    8

    1. Penyakit mieloproloferatif yang jelas menunjukkan sifat maligna ( frank hematologic

    malignancies ) , yaitu:

    a. Leukemia mieloid akut

    b. Leukemia mielositik kronikc. Leukemia mielomonositik kronik

    2. Penyakit mieloproliferatif yang tingkat keganasan masih perlu dibuktikan ( nonleukemic

    myeloproliferative disolder ), yaitu:

    a. Polisitemia vera

    b. Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia

    c. Trombositemia esensial

    d. Metaplasia mieloid tanpa mielofibrosis

    Sifat-sifat penyakit mieloproliferatif nonmaligna adalah:

    1. Selalu menjadi megakariosit

    2. Proses mengenai lebih dari satu seri sel

    3. Selalu terjadi prolifersi jaringan hemopoetik ekstra medule sehingga menimbulkan

    splenomegali.

    Penyakit-penyakit ini berhubungan sangat erat, terdapat bentuk transisi dan dapat terjadi evolusi

    dari satu bentuk ke bentuk yang lain selama perjalanan penyakit.Penyakit mielofibrosis dengan

    metaplasia mieloid (MMM) ditandai dengan fibrosis progresif sumsum tulang disertai dengan

    pembentukan hemophoesis di dalam hati dan limpa ( dikenal dengan metaplasia mieloid), hal ini

    menyebabkan hepatosplenomegali dan anemia. Gamabrna klinik penyakit ini adalah:

    a. Umur penderita tua, lebih dari 50 tahun

    b. Gejala hipermertabolik: penurunan berat badan, anoreksia, demam, keringat malam

    c. Splenomegali masif

    d. Leukositosis > 50.0000/mm 3, tingginya jumlah leukosit tidak sebanding dengan

    besarnya splenomegalie. Anemia sering berat

    f. Tear drop cell dalam apusan darah tepi dan gambarna leukoeritroblastik

    g. Neutrophil alkaline phosphatase normal, lactic dehydrogenase dan asam urat

    meningkat

    h. Sumsum tulang: fibrosis dengan cluster sel megakariosit

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    9/19

    9

    MMM perlu dibedakan dengan leukemia mieloid kronik, dimana MMM peningkatan

    leukosit tidak sebanding dengan splenomegali, fosfatase alkali neutrofil normal dan tidak

    dijumpai kromosom philadelphia. Terapi MMM berupa terapi paliatif untuk mengatasi anemia

    dan splenomegali.Trasfusi dan asam folat diberikan secara teratur untuk mengatasianemia.Hidroksiurea dapat mengurangi splenomegali dan gejala hipermetabolik.Splenektomi

    hanya dipertimbangkan jika gejala splenomegali sangat mencolok diserai sindroma

    hipersplenisme berat. 1

    4. Epidemiologi

    Polisitemia vera biasanya mengenai pasien berumur 40-60 tahun, walaupun kadang-

    kadang ditemukan + 5% pada mereka yang berusia lebih muda. Angka kejadian polisitemia vera

    ialah 7 per satu juta penduduk dalam setahun. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras/bangsa,

    walaupun didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi di kalangan bangsa Yahudi. Pada pria

    didapatkan dua kali lebih banyak dibandingkan pada wanita. 2

    5. Etiologi

    Sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, policitemia terjadi karena

    sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon induk darah yang abnormal. Berbeda dengan

    keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan eritropoetin untuk proses pematangannya (eritropoetin serum , 4 mU/mL). Hal ini jelas membedakannya dari

    eritrositosis atau polisitemia sekunder dimana eritropoetin tersebut meningkat secara fisiologis

    (wajar sebagai kompensasi atas kebutuhan oksigen yang menigkat), biasanya pada keadaan

    dengan saturasi oksigen arteiral rendah, atau eritropoetin tersebut meningkta secara non

    fisiologis (tidak wajar) pada sindrom paraneoplastik manifestasi neoplasma lain yang mensekresi

    eritropoetin. Di dalam sirkulais darah tepi pasien polisitemia vera didapati peninggian nilai

    hematokrit yang menggambarkan terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma,

    dapat mencapai . 49% pada wanita (kadar Hb . 16 mg/dL) dan . 52% pada pria (kadar Hb . 17

    mg/dL), serta didapati pula peningkatan jumlah total eritrosit (hitung eritrosit >6 juta/mL).

    Kelainan ini terjadi pada populasi klonal sel induk darah (sterm cell) sehingga seringkali terjadi

    juga produksi leukosit dan trombosit yang berlebihan. 2

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    10/19

    10

    6. Patofisiologi

    Polisitemia Vera merupakan penyakit kronik progresif dan belum diketahui penyebabnya,

    suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya kelainan molekular yaitu adanya kariotip

    abnormal di sel induk hemopoisis yaitu kariotip 20q, 13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8, dan trisomi

    9. Penemuan mutasi JAK2V617F tahun 2005 merupakan hal yang penting pada etiopatogenesis

    Polisitemia vera, dan membuat diagnosis Polisitemia Vera lebih mudah. JAK 2 merupakan

    golongan tirosin kinase yang berfungsi sebagai perantara reseptor membran dengan molekul

    signal intraselulur. Dalam keadaan normal proses eritropoisis dimulai dengan ikatan eritropoitin

    (EPO) dengan reseptornya (EPO-R), kemudian terjadi fosforilasi pada protein JAK , yang

    selanjutnya mengaktivasi molekul STAT ( Signal Tranducers and Activator of Transcription) ,

    molekul STAT masuk kedalam inti sel dan terjadi proses transkripsi. Pada Polisitemia vera terjadi

    mutasi yang terletak pada posisi 617 (V617F) sehingga menyebabkan kesalahan pengkodean

    quanin-timin menjadi valin-fenilalanin sehingga proses eritropoisis tidak memerlukan

    eritropoitin. sehingga pada pasien Polisitemia Vera serum eritropoetinnya rendah yaitu < 4

    mU/mL, serum eritropoitin normal adalah 4-26 mU/mL. 5,6

    Hal ini jelas membedakan dari Polisitemia sekunder dimana eritropoetin meningkat

    secara fisiologis (sebagai kompensasi atas kebutuhan oksigen yang meningkat), atau eritopoetin

    meningkat secara non fisiologis pada sindrom paraneoplastik yang mensekresi eritropoetin.

    Peningkatan hemoglobin dan hematokrit dapat disebabkan karena penurunan volume plasma

    tanpa peningkatan sel darah merah disebut polisitemia relatif, misalnya pada dehidrasi berat,

    luka bakar dan reaksi alergi. 1,2,7

    Mekanisme yang diduga menyebabkan peningkatan proliferasi sel induk

    hematopoitik adalah 1 :

    Tidak terkontrolnya proliferasi sel induk hematopoitik yang bersifat Neoplastik. Adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang mempengaruhi proliferasi sel induk

    hematopoitik normal

    Peningkatan sensitivitas sel induk hematopoitik terhadap eritropoitin, Interleukin 1,3,

    GMCSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor), Stem cell factor.

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    11/19

    11

    Gambar 1. Etiopatogenesis Polisitemia Vera

    ( Sumber : Molecular basis of the diagnosis and treatment of Polycythemia Vera an Essensial

    Thrombocythemia)

    7. Gejala klinis

    Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat dari : 2

    1. Hiperviskositas

    Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akanmenyebabkan :

    penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebihjauh lagi akan menimbulkan

    eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.

    penurunan laju transpor oksigen

    Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala

    dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark) seperti di otak,

    mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas. 2

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    12/19

    12

    2. Penurunan shear rate

    Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu agregasi

    trombosit pada endotel. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya perdarahan, walaupun

    jumlah trombosit >450 ribu/mL. Perdarahan terjadi pada 10-30% kasus policitemia,

    manifestasinya dapat berupa epistaksis, ekimosis, dan perdarahan gastrointerstinal.

    3. Trombositosis (hitung trombosit >400.000/mL).

    Trombositosis dapat menimbulkan trombosis.Pada policitemia tidak ada korelasi

    trombositosis dengan trombosis.Trombosis vena atau tromboflebitis dengan emboli terjadi

    pada 30-50% kasus policitemia.

    4. Basofilia (hitung basofil >65/mL)

    Lima puluh persen kasus policitemia datang dengan gatal (pruritus) di seluruh tubuh

    terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang dengan urtikaria

    suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai

    akibat adanya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan lambung terjadi karena

    peningktana kadar histamin. 2

    5. Splenomegali

    Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini terjadisebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.

    6. Hepatomegali

    Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana halnyasplenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesisekstramedular.

    7. Laju siklus sel yang tinggi

    Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah sekuestasisel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat darah akanmeningkat. Di sisi lain laju filtrasi gromerular menurun karena penurunan shear rate.Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia vera.

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    13/19

    13

    8. Difisiensi vitamin B12 dan asam folat.

    Laju silkus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisinesi asam folat dan vitamin

    B12. Hal ini dijumpai pada + 30% kasus policitemia karena penggunaan/ metabolisme

    untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin

    B12 (UB12 protein binding capacity) dijumpai meningkat pada lebih dari 75% kasus.

    Seperti diketahui defisiensi kedua vitamin ini memegang peranan dalam timbulnya kelainan

    kulit dan mukosa, neuropati, atrofi N.optikus, serta psikosis. 2

    Tabel 2. Tanda dan gejala Polisitemia Vera 8

    Signs and Symptoms of Polycythema vera

    More common Less Common

    Hematocrit level > 52 % inwhite

    men, > 47 % in blacks and

    women Hemoglobin Level > 18 g / dL in

    white men, > 16 g / dL in blacks

    and women

    Plethora Pruritus after bathing Splenomegaly Weight loss Sweating

    Bruising/epistaxis Budd-chiari Syndrome

    Erythromelalgia Gout Hemorrhagic Events Hepatomegaly Ischemic digit Thrombotic events Transient Neuralgic

    Complaints(headache,tinnitus Dizziness, blurred)

    Atypical chest pain

    ( Sumber : Internis wordpress file,2011)

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    14/19

    14

    Tanda dan gejala yang predominan terbagi dalam 3 fase 1.2

    1. Gejala awal (early symptoms)

    Gejala awal dari Polisitemia Vera sangat minimal dan tidak selalu ada kelainan walaupun

    telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala awal biasanya sakit kepala (48 %), telinga

    berdenging (43 %), mudah lelah (47 %), gangguan daya ingat, susah bernafas (26 %),

    hipertensi (72 %), gangguan penglihatan (31 %), rasa panas pada tangan / kaki (29 %),

    pruritus (43 %), perdarahan hidung, lambung (24 %), sakit tulang (26 %).

    2. Gejala akhir (later symptom) dan komplikasi

    Sebagai penyakit progresif, pasien Polisitemia Vera mengalami perdarahan / trombosis,

    peningkatan asam urat (10 %) berkembang menjadi gout dan peningkatan resiko ulkus

    peptikum.

    3. Fase Splenomegali (Spent phase )

    Sekitar 30 % gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali. Pada fase ini terjadi

    kegagalan Sum-sum tulang dan pasien menjadi anemia berat, kebutuhan tranfusi meningkat,

    hati dan limpa membesar.

    8. Penatalaksanaan

    A. Prinsip pengobatan

    1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan

    mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.

    2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum terkendali.

    3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)

    4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia

    muda.

    5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik

    pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan :

    - Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala trombosis

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    15/19

    15

    - Leukositosis progresif

    - Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik

    - Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan,

    penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.

    B. Media Pengobatan 2

    1. Flebotomi

    Flebotomi dapat merupakan pengobatan yang adekuat bagi seorang apsien polisitemia

    selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan.

    Indikasi flebotomi : 2

    - polisitemia vera fase polisitemia

    - polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55 % (target Ht < 55%)

    - polisitemia sekunder nonfisiologis bergtantung pada derajat beratnya gejala yang

    ditimbulkan akibat hiperviskositas dan penurunan shear rate, sebagai penatalaksanaan

    terbatas gawat darurat sindrom paraneoplastik.

    Pada policitemia tujuan prosedur flebotomi tersebut adalah mempertahankan hematokrit 52%

    - Pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%

    3. Kemoterapi Biologi (Sitokin)

    Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama untuk mengontrol

    trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3), produk biologi yang digunakan adalah

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    17/19

    17

    Interferon (Intron-A 3&5 juta IU, Roveron-A 3 & 9 juta IU) digunakan terutama pada

    keadaan trombositema yang tidak dapat dikendalikan. Dosis yang dianjurkan 2 juta

    IU/m2/subkutan atau intramuskular 3 kali seminggu.

    Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan 25 mg

    & 50 mg/tablet) dengan dosis 100mg/m2/hari, selama 10-14 ahri atau target telah tercapai

    (hitung trombosit < 800.000/mm3) kemudian dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan

    100mg/m3 1-2 kali seminggu.

    4. Pengobatan Suportif

    a. Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien dengan

    penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal.

    b. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, ika diperlukan dapat diberikan

    Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA)

    c. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2

    d. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin disebutkan juga dapat

    menekan trombopoesis. 2

    Pembedahan Darurat

    Sedapat-dapatnya ditunda atau dihindari. Dalam keadaan darurat, dilakukan flebotomi agresif

    dengan pronsip isovolemik dengan mengganti plasma yang terbuang dengan plasmafusin 4%

    atau cairan plasma ekspander lainnya, bukan cairan isotonis/ garam fisiologis, suatu prosedur

    yang merupakan tindakan penyelamatan hidup (life-saving).Splenektomi sangat berbahaya

    untuk dilakukan pada semua fase polisitemia, dan harus dihindari karena dalam perjalanan

    penyakitnya jika terjadi fibrosis sumsum tulang organ inilah yang diharapkan sebagai pengganti hemopoesisnya. 2

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    18/19

    18

    9. Pencegahan

    Dalam usaha untuk mencegah berjanjutnya penyakit, suatu prosedur medis flebotomi

    dilakukan, guna mengeluarkan darah secara teratur untuk mengurangi kekentalan darah.

    Penderita polisitemia vera disarankan untuk mengkonsumsi aspirin dosis rendah untukmengurangi risiko terbentuknya bekuan darah. Pada beberapa kasus, kemoterapi dapat juga

    diberikan untuk mengurangi jumlah sel darah merah yang dihasilkan pada sumsum tulang.

    10.Prognosis

    Polisitemia adalah penyakit kronis dan bila tanpa pengobatan kelangsungan hidup penderita rata-

    rata 18 bulan. Dengan Plebotomi kelangsungan hidup 13,9 tahun, dengan terapi 32 P

    kelangsungan hidup 11,8 tahun dan 8,9 tahun pada penderita dengan terapi klorambusil. 2

    Penyebab utama morbiditi dan mortaliti adalah 2,9

    1. Trombosis, dilaporkan pada 15-60 % pasien, tergantung pada pengendalian penyakit tersebut

    dan 10-40 % penyebab utama kematian.

    2. Kompilkasi perdarahan timbul 15-35 % pada pasien polisitemia vera dan 6-30%

    menyebabkan kematian.

    3. Terdapat 3-10 % pasien Polisitemia vera berkembang menjadi mielofibrosis dan

    pansitopenia.

    4. Polisitemia Vera dapat berkembang menjadi leukemia akut dan sindrom mielodisplasia pada

    1,5 % pasien dengan pengobatan hanya plebotomi.

    Peningkatan resiko tranformasi 13,5 % dalam 5 tahun dengan pengobatan Klorambusil dan 10,2

    % dalam 6-10 tahun pada pasien dengan terapi 32 P. Terdapat juga 5,9 % dalam 15 tahun resiko

    terjadinya tranformasi pada pasien dengan pengobatan Hidroksiurea. Insiden leukemia akut

    meningkat pada pasien yang mendapat 32 P atau kemoterapi dengan Khlorambusil. 2

    Penutup

    Kesimpulan

    Polisitemia Vera merupakan penyakit yang termasuk Penyakit Mieloproliferativ.

    Etiopatogenesis Polisitemia Vera belum sepenuhnya dimengerti, tetapi penelitian sitogenetik

    menyatakan adanya kelainan molekular yaitu kariotip abnormal di sel induk hematopoisis.Dan

  • 8/10/2019 Polisitemia Vera (Pbl Blok 24)

    19/19

    19

    tahun 2005 ditemukan mutasi JAK2V617F , ini merupakan hal penting pada etiopatogenesi PV.

    Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total eritrosit akan

    meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran

    darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen.Penatalaksanaan Polisitemia Vera pada prinsipnya menurunkan hematokrin untuk mencegah

    terjadinya komplikasi trombosis. 2

    Daftar Pustaka

    1. Supandiman I,Sumahtri R.Polisitemia Vera.Pedoman diagnosis dan terapi Hematologi

    Onkologi Medik.2003: p.83-90.

    2. Prenggono D.Polisitemia vera. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.

    Penerbit IPD FKUI. 2009: p.1214-19.

    3. George TI. Polycythemia Vera.In Chconic Myeloproliferative Syndromes. Wintrobes

    Atlas of Clinical Hematology.2007: p.104-8.

    4. Wernig G. Expression of JAK2V617F cause a Polycythemia vera like disease with

    associated myelofibrosis. Blood.2006; p.4274-81.

    5. Levine RL, Gilliland DG.Myeloproliferative Disorders. Blood.2008; p. 112:2190-98.

    6. Mazza, Joseph J.Polycythemia Vera. Myeloproliferative Diseases. Manual of Clinical

    Hematology.2002: p. 137-42.

    7. Stuart B J,Viera AJ.Polycythemia Vera.Polycythemia :primary and Secundary.Practical

    diagnosis of hematologyc disordrers.2000: p. 221-227

    8. Hillman.Robert S.Kenneth A. Polycythemia. Hematology in Clinical Practice.2005; p.1-

    25.

    9. Shimoda K. Myeloproliferative Disorders. Education Book. The XXXII nd World

    Congress of The International Society of Hematology. Bangkok, Thailand. 2008; p. 283-5.