perkembangan peserta didik

23
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK “PERKEMBANGAN MORAL REMAJA” DISUSUN OLEH : 1. Nola Patmisa NPM : 13.04.0.040 2. Mas Agung parto NPM : 13.04.0.013 3. Yanti Susanti NPM : 13.04.0.027 4. Zahara Utari NPM : 13.04.0.026 5. Zakri NPM : 13.04.0.032

Upload: tarry-arthara

Post on 16-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perkembangan moral remaja

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK“PERKEMBANGAN MORAL REMAJA”

DISUSUN OLEH :

1. Nola Patmisa NPM : 13.04.0.0402. Mas Agung parto NPM : 13.04.0.0133. Yanti Susanti NPM : 13.04.0.0274. Zahara Utari NPM : 13.04.0.0265. Zakri NPM : 13.04.0.032

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Page 2: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Perkembangan Moral Remaja”.

Shalawat beriring salam senantiasa penulis berikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliaulah, sehingga kita bisa keluar dari zaman Jahilliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi seperti yang kita rasakan saat ini.

Tiada karya manusia yang sempurna, begitu pun dalam makalah ini yang mungkin masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis berharap kepada saudara sekalian agar dapat memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah ini yang masa mendatang.

Batam, 08 November 2014

Kelompok 6

i

Page 3: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………...….....……………. i

DAFTAR ISI …………………………………………...…………..…………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………..……………………………………….... iii

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………. iii

1.3 Tujuan Masalah ………………...………………………………………………….. iii

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moral ………………..………………………………………………..… 1

2.2 Teori Perkembangan Moral …………………..………………………………….… 2

2.3 Tahap-tahap Perkembangan Moral ………………………………………………… 2

2.4 Dampak Perkembangan Moral yang Dialami Remaja ………………………….… 5

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja ……………… 6

2.6 Upaya Orang Tua Dan Guru Dalam Perkembangan Moral Remaja ……………… 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………..……………………………………….….. 8

3.2 Saran …………………………………………………………………………….…... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

          Salah satu tugas perkembangan yang harusdicapai pada priode remaja adalah memiliki

seperangkat nilai atau sistem etis untuk menjadi pedoman dalam bertingkah laku dalam

menjalani kehidupan dimasyarakat. Selama usia remaja, pengusaha moral anak mulai

ditinggalkan akan secara berangsur-angsur  mereka mulai menguasai dan menyakini nilai-nilai

yang bersifat universal. Nilai-nilai yang dimiliki sebagi seorang remaja membimbing cara

berinteraksi dengan orang lain, dan dalam menghadapi berbagai problematik kehidupan,

sehingga memungkinkan remaja menjalani kehidupan secara seimbang dan tentram. Tercapainya

perkembangan moral memberi arti bagi peningkatan sosialisai sehingga remaja benar-benar siap

memasuki kehidupan dewasa.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mencapai sasaran belajar di atas,maka mahasiswa diharapkan dapat :

1. memahami pengertian moral

2. menjelaskan proses prkembangan moral

3. mengemukakan tingkah laku moral remaja sesuai dengan tugas perkembangan

4. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja

5. mengemukakan usaha-usaha orangtua dan guru dalam perkembangan moral remaja

1.3  Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud perkembangan moral remaja?

2.      Apakah faktor-faktor perkembangan moral remaja ?

3.      Bagaimanakah proses perkembangan remaja ?

4.      Bagaimanakah usaha orangtua dalam perkembangan remaja?

iii

Page 5: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moral

Kata moral berasal dari bahasa latin yaitu kata mos atau mores yang berarti kebiasaan. Santrock  dan yusan (1977) menggunakan bahwa moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus di patuhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam arti, moral merupakan seperangkat aturan yang menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak dilaksanakan atau harus dilaksanakan atau harus di hindari dalam menjalani kehidupan. Kohlberg dan piaget (dalam bezonsky (1981) mengemukakan bahwa moral itu  meliputi tiga pengertian yang berbeda satu sama lain yaitu : pandangan moral, perasaan moral dan tingkah laku moral.

Pandangan moral adalah pendapat atau pertimbangan seseoarang tentang persoalan moral. Pandangan moral remaja bagus apabila pertimbangannya dalam memilih masalah atau persoalan moral sesuai aturan-aturan dan etika moral yang berlaku (salavin dalam elinda,1992). Contoh, pandangan moral remaja tentang perilaku mencuri. Apakah mencuri menurut seorang remaja benar atau salah? apa alasan remaja untuk mempertimbangkan bahwa tingkah laku mencuri benar atau salah. Bila remaja memandang bahwa tingkah laku mencuri tidak sesuai dengan aturan etika moral, karena merugikan orang lain,menyusahkan orang lain. Ini berarti remaja memiliki pandangan moral yang baik.jika pertimbangan remaja tentang mencuri sesuai dengan aturan-aturan etika moral,maka berarti remaja memiliki pandangan moral yang sama.

Perasaan moral adalah perasaan yang terjadi dalam diri remaja setelah ia mengambil keputusan  untuk bertingkah laku bermoral atau tidak. Apakah ramaja merasa senang atau puas, jika ia melakukan tindakan bermoral dan merasa bersalah setelah melakukan pelanggaran moral. Bila remaja merasa bersalah, tidak puas dan merasa berdosa setelah melakukan pelanggaran moral berarti remaja tersebut memiliki perasaan moral yang benar dan sebaliknya.

Tingkah laku moral adalah tindakan yang sesuai dengan aturan-aturan etika moral.pandangan atau pertimbangan,dan perasaan moral yang benar akan mendorong remaja untuk beertinkah laku moral.namun dapat terjadi seorang remaja yang memiliki pertimbangan moral yang benar,bertingkah laku melanggar moral.oleh karena itu,dalam mengembangkan moral remaja perlu dilakukan secara serasa dan seimbang antara pengembangan pandangan moral.perasaan atau kesan moral dan cara-cara bertingkah laku sesuai dengan aturan atau moral moral yang berlaku

Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

1

Page 6: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

2.2 Teori Perkembangan Moral

Ada beberapa teori Perkembangan moral menurut beberapa ahli, yang meliputi :

1. Jean Piaget (1896-1980) menyusun teori perkembangan moralnya yang dikenal sebagai teori struktural-kognitif. Teori ini melihat perkembangan moral sebagai suatu hasil interaksi antara pelaksana  aturan,  pengikut  atau  pembuatnya  secara  individual denga kerangka jalinan aturan yang bersangkutan yang menunjukkan esensi moralitas itu. Fokus teori ini ada pada sikap, perasaan (afeksi), serta kognisi dari individu terhadap perangkat aturan yang bersangkutan (Kurtines, 1992: 513). Piaget melakukan penelitiannya yang menunjukkan adanya kontradiksi yang jelas antara perubahan persepsi yang  berkaitan  dengan  usia  dan ketaatan  terhadap  aturan. Kontradiksi  yang  dimaksud diselesaikan dengan jalan mengklasifikasikan penalaran moral dan anak-anak  yang agak kecil dan yang  agak  besar (Burton,  1992: 323-324). Berdasarkan  penelitian  itu  dirumuskan  dua buah urutan  perkembangan  yang  parallel : satu  rumusan  urutan perkembangan  berkenaan dengan pelaksanaan aturan, sedang rumusan lainnya berkenaan dengan kesadaran akan peraturan.

2. Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg merupakan pengembangan teori struktural-kognitif yang telah dilakukan Piaget sebelumnya. Di atas bangunan teori Piaget itu, Lawrence Kohlberg mengusulkan suatu teori perkembangan pemikiran moral (teori development-kognitif). Teori ini menyatakan bahwa setiap individu melalui sebuah "urutan berbagai tahapan" (invariant sequence of stages) moral. Tiap-tiap tahap ditandai oleh struktur mental khusus (distinctive) yang diekspresikan dalam bentuk khusus penalaran moral (Kneller,1984: 110).

2.3 Tahap-Tahapan Perkembangan Moral

Beberapa tahap-tahapan Perkembangan moral menurut beberapa ahli, diantaranya :1. Menurut Jean Piaget ada 4 tahapan, yaitu:

a. Pada Tahap IPada  anak  sekitar  usia  1  sampai  2  tahun,  pelaksanaan  peraturan masih  bersifat  motor acitivity, belum  ada  kesadaran  akan  adanya peraturan. Semua  geraknya  masih  belum dibimbing oleh pikiran tentang adanya peraturan yang harus ditaatinya.

2

Page 7: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

b. Pada Tahap IIPada  usia  sekitar  2  sampai  6  tahun,  sudah  mulai  ada  kesadaran akan  adanya  peraturan, namun menganggap peraturan itu bersifat suci, tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun, merubah peraturan  merupakan kesalahan besar. Dalam pelaksanaan  peraturan  mereka  ini masih bersifat egosentrik, berpusat pada dirinya.

c. Pada Tahap  IIIPada usia sekitar 7 sampai 10 tahun pelaksanaan peraturan sudah  mulai bersifat  sebagai aktivitas sosial, sifat egosentrik sudah mulai ditinggalkan. Dalam tahap ini sudah ada keinginan yang kuat untuk memahami peraturan, dan setia mengikuti peraturan tersebut.   Sifat heteronomi mulai bergeser pada sifat otonomi.

d. Pada Tahap IVPada usia sekitar 11 sampai 12 tahun kemampuan berpikir anak sudah mulai berkembang. Pada tahap ini sudah ada kemampuan untuk berpikir abstrak, sudah ada kesadaran bahwa peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama. Tahap ini merupakan tahap kodifikasi atau tahap pemantapan peraturan (Soenarjati dan Cholisin, 1989: 34-35).

2. Menurut Lawrence Kohlberg tahapan itu meliputi :

Ada tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu tingkat :

I. Tingkat Prakonvensional

i. Pada stadium 1, Anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman.

Anak merasa ia harus menurut, kalau tidak akan mendapatkan

hukuman. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang

ditimbulkanya. Anak hAnya mengetahui bahwa aturan-aturan

ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa di ganggu gugat. Ia

harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.

ii. Pada stadium 2, Pada tahap ini berlaku prinsip Relativistik-

Hedonism.Anak tidak lagi secara mutlak bergantung kepada aturan

yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka

sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi

ada Relativisme, yang artinya bergantung pada kebutuhan dan

kesanggupan seseorang (hedonistik).

3

Page 8: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

II. Tingkat Konvensionaliii. Stadium 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada

stadium ini, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber yang sangat menentukan, apakah perbuatan seorang baik atau tidak. Menjadi ”anak yang manis” masih sangat penting dalam stadium ini.

iv. Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik ang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan atura-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.

III. Tingkat Pasca-Konvensionalv. Stadium 5, Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan

lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial atau masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial karena sebaliknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan membeikan perlindungan kepadanya.

vi. Stadium 6, Tahap ini disebut Prinsip universal. Pada tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang dengan masyarakaatnya ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik. Subjektivisme ini berarti ada perbedaan penilaian antara seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah laku-tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri. Tingkat perkembangan moral pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja.

Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai (Monk’s, 1984: 257). Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai-nilai ini akan tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.

4

Page 9: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

2.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral remaja, dimana

faktor – faktor tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangannya bahkan

dapat menurunkan moral dikalangan remaja. Faktor yang bisa mempengaruhi moral remaja juga

mempengaruhi ketika dia menginjak dewasa.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja yaitu sebagai berikut :

1. Kurangnya Perhatian Dan Pendidikan Agama Oleh Keluarga

Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek

kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan.

Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan

bersikap materialistik.

2. Pengaruh Lingkungan Yang Tidak Baik

Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang

individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan

tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan

dengan agama atau tidak, baik atau buruk.

3. Tekanan Psikologi Yang Dialami Remaja

Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya

perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di

rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.

4. Gagal Dalam Studi/Pendidikan

Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai

waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa

menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk

mengisi kekosongan waktunya.

5. Peranan Media Massa

Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja

sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau

mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan,

dan sebagainya.

5

Page 10: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

6. Perkembangan Teknologi Modern

Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan

cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan

yang tidak sesuai dengan mereka.

2.5 Dampak Perkembangan Moral yang Dialami Remaja

Dalam perkembangan moralnya, remaja yang mencapai kematangan moral akan

mengalami perubahan pada dirinya sendiri, dan orang lain pun akan menyadari perubahan

tersebut. Dampak dalam perkembangan moral terutama terjadi karena pengaruh dari

lingkungannya sendiri.

Berikut ini adalah dampak dari perkembangan moral yang dialami oleh remaja :

1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan kelompoknya.

Apabila seorang remaja telah mencapai kematangan moral pada perkembangannya

maka Ia akan memiliki moral yang sudah dapat kita katakan sejalan dengan

pemikiran orang dewasa, dimana  remaja tersebut sudah memiliki standar moral yang

diakui dan diyakini oleh dirinya sendiri, misalnya apabila ada suatu perbuatan atau

perilaku yang tidak baik dilakukan oleh orang lain ia sudah dapat memutuskannya

sendiri bahwa apa yang terjadi tersebut sudah tidak sesuai dengan apa yang

seharusnya dan tidak baik dilakukan.

2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai dengan standar moral

yang diyakininya. Jika seorang remaja berpendapat bahwa yang Ia lakukan salah dan

tidak baik untuk dilakukan dan Ia merasa bersalah atas perbuatannya, itu merupakan

suatu bukti bahwa remaja tersebut telah mencapai kematangan moral, karena Ia sudah

dapat dan mampu untuk berpikir lebih atas segala tindakan dan perbuatan yang

dilakukannya sendiri.

3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya. Seorang remaja

akan memiliki rasa malu apabila Ia sadar terhadap penilain buruk yang diberikan oleh

orang yang disekitarnya, ini juga merupakan dampak dari perkembangan moral

remaja yang terjadi, jika orang – orang yang berada disekitarnya menyadarkan dirinya

akan perbuatan atau tindakan yang seharusnya tidak Ia lakukan karena perbuatan

tersebut tidak baik maka Ia akan merasa malu dan bersalah atas tindakan yang

dilakukannya.

6

Page 11: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

2.6 Upaya Orang Tua Dan Guru Dalam Perkembangan Moral Remaja

Upaya yang dapat dilakukan guru dalam perkembangan remaja antara lain:

1. Memberikan contoh tingkah laku yang tidak menyimpang norma-norma, baik norma

hukum maupun norma sosial kepada peserta didik.

2. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik (siswa).

3. Guru memberikan informasi tentang bahayanya melakukan tindakan kriminal.

4. Guru selalu mengawasi perkembangan tingkah laku siswa.

5. Guru memberikan bimbingan kepribadian di sekolah.

6. Guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk selalu melakukan hal yang

positif, dll.

Selain upaya yang dilakukan guru, juga harus ada upaya yang dilakukan oleh orang tua

ataupun oleh remaja itu sendiri. Upaya yang dapat dilakukan  antara lain:

1. Orang tua harus mengawasi secara intensif terhadap perkembangan sikap dan

perilaku anaknya.

2. Orang tua harus lebih perhatian dan mampu menjadi orang tua yang baik bagi

anaknya.

3. Orang tua harus mengarahkan anaknya untuk selalu bersikap dan bertindak positif.

4. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarganya sehingga tercipta keluarga

yang harmonis, komunikatif, dan nyaman.

5. Sebagai remaja, mereka harus mampu menghindar dari pengaruh-pengaruh negatif

untuk bertindak menyimpang dari norma hukum maupun norma sosial.

6. Remaja harus mampu memilih teman dan lingkungan yang baik.

7. Remaja harus mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang positif bukan dengan hal-

hal yang negatif.

7

Page 12: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan moral merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai pada remaja. Dicapainya perkembangan moral yang memuaskan pada priode remajaberarti remaja memiliki moral otonom yang ditandai oleh pengusaan moral yang menjadi miliknya sendiri yang mengatur kehidupan pribadinya. Moral adalah seperangkat aturan yang menyangkut baik dan buruk pantas dan tidak pantasnya,benar atau salah yang harus dipahami seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran

Pada masa perkembangannya, remaja dihadapkan dengan berbagai masalah. Untuk itu seorang pendidik harus mengerti dan memahami setiap perkembangan moral remaja dan membimbingnya dengan cara yang strategis efektif. Seorang guru juga harus menguasai setiap materi yang akan disampaikan kepada muridnya, dengan de-mikian akan terjalin komunikasi yang baik antara guru dan murid, sehingga seorang murid akan merasa enjoy dalam setiap proses belajar.

8

Page 13: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DAFTAR PUSTAKA

Bezonsky,M.D.(1981) Adolescent development.New york:macmillan publishing,Co,Inc

Bronfenbrenner. (1960).freudian heroies of  Edentification and their darivatitives. Child Development,31,15-40

Cakra,nyoman.2007. Perkembangan Peserta Didik.Singaraja:Bali Warna.

Dusek,J.B. (1977). Adolescent development and behavior. Chocago:science Research Associantion.

Furman,Barbara scheider .(1990). Adolescen. England: scott foreman ad.company

Hartina, sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Reflika Aditama.

Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm: 28

http://yudhoshare.blogspot.com/2012/11/teori-perkembangan-kognitif-dan-teori_1.html

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm: 77-78Piaget, J.(1975). The moral judgment of the Child,III:the pree press.

Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Taswuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm: 92

Sunarto dan Agung Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Wawan Juniadi. 2009. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja (online). (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/cara-mengatasi-kenakalan-remaja.html, diakses tanggal  27 Desember 2011)