makalah pendidikan peserta didik
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
Yang dibina oleh Bapak Drs.Puger Hoggowiyono, M.T.
OLEH :
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
NOVEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Perkembangan Peserta Didik”.
Untuk itu, kami ucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Puger, selaku pembina mata kuliahPerkembangan Peserta Didik,
2. Teman-teman kelompok 5, yang telah bekerjasama dengan baik dalam
pembuatan makalah,
3. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami harapkan. Semoga
makalah kami dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan kelak dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Amin.
Malang, 1 Desember 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...................................................................................................5
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................8
PEMBAHASAN................................................................................................................8
2.1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN......................................................8
A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan..............................................................8
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan....................8
C. Fase-fase Perkembangan........................................................................................9
2.1 HAKIKAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN PESERTA DIDIK. . .11
A. POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA......................11
a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar.....................................................................11
b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)..........................................12
c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0).................................................................12
d. Industry vs litferioriry/Produktifitas (6;0 – 11 ;00)..............................................12
e. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)...............................................12
f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0).....................................................13
g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)............................13
h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0 …)...............................................................13
B. POLA PERKEMBANGAN KOGNITIF...............................................................14
a. Tahap sensorik motor (0;0 – 2;0) ........................................................................14
b. Tahap praoperasional (2;0 – 7;0)..........................................................................14
c. Tahap operasional konkrit (7;0 – 11;0).................................................................14
d. Tahap operasional formal (11; -15;0)...................................................................15
2.2 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN................................................................16
A. Masa Anak-Anak.................................................................................................16
B. Masa Remaja........................................................................................................17
C. Masa Dewasa.......................................................................................................17
3. Masa Orang Tua...................................................................................................19
2.3 KARAKTER PESERTA DIDIK..........................................................................20
A. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik.......................................................20
B. Petumbuhan dan Perkembangan Pesrta Didik......................................................20
C. Perbedaan Perkembangan Peserta Didik..............................................................21
2.4 IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP
PENYELENGGARA PENDIDIKAN..............................................................................22
A. Pertumbuhan Fisik Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)................22
B. Perkembangan Intelek (Kognitif) Perserta Didik Usia Sekolah Menengah
(Remaja).......................................................................................................................24
2.6 Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
30
2.7 KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH
MENENGAH...................................................................................................................42
2.8 Permasalahan mremaja dan upaya – upaya menangaminya.................................47
BAB III............................................................................................................................52
PENUTUP.......................................................................................................................52
3.3 Kesimpulan.......................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pendidikan di Indonesia semakin kurang mendapatkan
perhatian. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya pendidik yang kurang
memperhatikan peserta didiknya. Kita tahu bahwa setiap peserta didik
mempunyai pola / cara berkembang yang berbeda – beda. Namun banyak dari
pendidik yang tidak / kurang mempelajari pola – pola perkembangan peserta
didik sehingga pendidikan yang diperoleh anak kurang maksimal
Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun
perkembangan peserta didiknya maka akan terjadi beberapa hambatan dalam
proses pembelajaran seperti, Peserta didik kurang memahami materi yang
disampaikan oleh pendidik dan potensi anak kurang berkembang.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar penulis
dapat lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik
guna mendukung metode pembelajaran kelak
1.2 Tujuan Penulisan
Dari permasalahan yang ada, terdapat beberapa tujuan disusunnya makalah
ini, yaitu :
1. Menjelaskan hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik:
Definisi pertumbuhandan perkembangan
Faktor-faktor dasar pertumbuhandanperkembangan peserta didik
Fase-faseperkembangan
2. Menjelaskan hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik(2):
Pola-polaperkembanganafektif manusia
Pola-pola perkembangan
Kognitif manusia
3. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan:
Masa anak-anak
Masa remaja
Masa dewasa awal
Masa dewasa akhir
Masa orang tua
4. Karakter peserta didik:
Individu sebagai peserta didik
Karakteristik individusebagai peserta didik
Pertumbuhan&perkembangan peserta didik
Perbedaan perkembangan peserta didik
5. Implikasipertumbuhan &perkembangan terhadap penyelenggaraan
pendidikan:
Pertumbuhanfisik peserta didik remaja
Perkembangan intelek peserta didikremaja
Perkembangan bakatkhusus peserta didik remaja
Perkembanganhubungan sosial peserta didik remaja
6. Perkembangan bahasa peserta didik remaja/usia sekolah menengah:
Perkembangan emosi peserta didik remaja
Perkembangan nilai,moral & sikap peserta didik remaja
Implikasi pemenuhan kebutuhanremaja terhadappenyelenggaraan
pendidikan
7. Konsep Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia SekolahMenengah/
Remaja:
Pengertian & karakteristikpenyesuaian diri
Proses & aspek-aspek penyesuaian diri
Implikasi penyesuaian diri peserta didik
8. Permasalahan Remaja danUpaya-Upaya Menanganinya.
Implikasiprosespenyesuaian diri PDUSM terhadap penyelenggaraan
pendidikan
Masalah penyesuaiandiri PDUSM
Karakteristik masalah PDUSM
Beberapa masalah PDUSM / remaja
Penanganan masalah remaja dengan cara mekanisme pertahanan diri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik pada individu terlihat dari luar yang
bersifat tidak dapat kembali dan terbatas. Pertumbuhan individu seperti
penambahan tinggi badan, berat badan dan ukuran.
Perkembangan adalah perubahan individu menuju kedewasaan namun
tidak terlihat dari luar. Perkembangan bersifat tidak terbatas dan dapat kembali.
Individu yang pada awalnya tidak bisa membaca namun dengan belajar dan
berlatih individu tersebut bisa membaca. Hal tersebut termasuk dalam
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang berbeda,
namun kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain, faktor
biologis atau keturunan, faktor waktu, faktor aktivitas, dan faktor asupan nutrisi.
Jika individu memiliki orang tua yang berkulit putih, individu tersebut akan
memiliki kulit putih juga seperti orang tuanya. Semakin bertambahnya waktu,
semakin bertambah usia individu tersebut, sehingga yang pada awalnya masih
balita beberapa tahun kemudian individu tersebut bisa dikatakan menjadi anak-
anak. Jika individu aktif, pertumbuhan badannya akan lebih cepat, seperti,
individu menyukai olahraga berenang maka bandannya akan lebih sehat dan lebih
cepat tinggi. Individu akan cepat bertumbuhan jika kebutuhan nutrisinya
tercukupi. Bila tidak tercukupi, tidak ada bahan yang dapat diolah tubuh untuk
membantu proses pertumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain, faktor
keluarga dan faktor lingkungan (agama, adat istiadat dan geografis). Keluarga
adalah tempat pertamakali individu bersosialisasi. Individu lahir langsung
ditangani/ diasuh oleh keluarganya atau seseorang yang dianggapnya sebagai
keluarga. Selain faktor keluarga, kepribadian individu dipengaruhi oleh agama,
adat istiadat dan geografis. Individu akan mematuhi aturan dan norma-norma
yang berlaku dalam agama dan adat istiadat yang dianutnya. Faktor geografi akan
mempengaruh pola pikir individu, seperti perbedaan antara individu yang tinggal
pada dataran tinggi berbeda dengan individu yang tinggal pada dataran rendah.
C. Fase-fase Perkembangan
1. Fase Pranatal
Masa pertumbuhan dari satu sel menjadi individu, perkembangan
organ-organ penunjang individual dari awal terbentuk sampai
kematangan organ-organ tersebut, tetapi belum maksimal.
2. Fase Bayi
Aktifnya sistem motorik individu, dengan ditandai menangis saat
dilahirkan di dunia dan beberapa pancaindra yang sudah bisa
menerima rangsangan.
3. Fase Balita
Individu mulai menirukan apa yang dilihat di sekitarnya dan masih
tergantung pada orang-orang di sekitarnya.
4. Fase Anak-anak
a) Awal (5-6 tahun)
Masa ini biasa dikenal sebagai masa prasekolah. Individu mulai
mempersiapkan ketrampilan untuk sekolah. Selain itu individu
mulai sedikit mengembangkan rasa ingin taunya.
b) Akhir (6-11 tahun)
Pada usia ini, individu secara formal berhubungan dengan dunia
yang lebih luas dan kebudayaan, serta pengendalian diri mulai
meningkat. Selain itu individu mulai mengembangkan tiga macam
oprasi berpikir yaitu identifikasi, negasi dan reprokasi.
5. Fase Remaja
a) Awal (11-15 tahun)
Individu mulai merasa bahwa dirinya bukan anak-anak lagi,
sehingga individu cenderung susah diatur.
b) Akhir (16-20 tahun)
Individu sudah mulai menemukan jati diri dan sudah mulai
menunjukkan kemandiriannya.
6. Fase Dewasa
a) Awal (20-30 tahun)
Individu mulai benar-benar terjun pada kehidupan masyarakat.
Individu mulai membangun kehidupan yang sebenarnya dan
menemukan pasangan hidup.
b) Pertengahan (30-50 tahun)
Individu memperluaskan keterlibatan dan tanggung jawab pribadi
dan sosial, serta membantu generasi berikutnya menhadi individu
yang berkompeten.
c) Akhir (50-meninggal)
Individu mulai menyesuaikan diri dengan berkurangnya kekuatan
dan kesehatan, serta menatap kembali kehidupannya
2.1 HAKIKAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN PESERTA
DIDIK
A. POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA
Perkembangan afektif yang berkaitan dengan perilaku atau perbuatan yang
ditimbulkan seseorang .Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligtis seorang
pendidik, Erik H. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah
sinfesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Teorinya itu
kemudian diterbitkan sebagai bukunya yang pertama dengan judul Childhood and
Society. Dikemukakannya prla bahwa perkembangan afektif merupakan dasar
perkembangan manusia.
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan
tahap.
a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar
Bayi yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya
segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya,
diajak main dan bicara, akan turnbuh perasaannya bahwa dunia ini
tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu
bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungknn
nasibnya.
b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)
Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi
autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan
mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga
memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan
mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga
dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal
sendiri.
c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat
mengendarai sepeda roda.tiga, dapat lari, memukul, memotong.
Inisialif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua
memberi respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas
dalam melaknkan. kegiatan-kegiatan motoris sendiri dan bukan
lainya .
d. Industry vs litferioriry/Produktifitas (6;0 – 11 ;00)
Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut
peraturan yang ada. Anak didorong untuk membuat, melakukan
dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan
mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu .
e. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan
mental. la mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan
baru sebagai akibat perubahan-perubahan itubuhnya. Pandangan
dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengilami
perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain
f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain
hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk
berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun
keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua.
g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang
lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan
datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat.
h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0 …)
Pada tahap ini usaha-tisaha yang pokok pada individu sudah
mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk
menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari
kemampupn individu untuk melihat kembali kehidupannya yang
lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair,
yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan
meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian
kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia
memulai lagi sudah terlambat.
B. POLA PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan brpikir seseorang.
Perkembangan kognitif manusia berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai
dengan perkembangan umurnya’ Maka pengajaran harus direncanakan
sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik.
Piaget mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa
melalui empat tahap perkembangan, yakni:
a. Tahap sensorik motor (0;0 – 2;0) .
intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala
yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat ini anak
sudah mencapai kematangan dan mulai. memperoleh keterampilan
berbahasa
b. Tahap praoperasional (2;0 – 7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang
bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata
bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang dianbil hanya
berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan analisis rasional. Anak
biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang
diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar.
c. Tahap operasional konkrit (7;0 – 11;0)
Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk .mencapai
pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang
dihadapinya adalah permasalahan yang konkret. Pada tahap ini
anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolal yang
menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi.
d. Tahap operasional formal (11; -15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka
dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari
semua kategori baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada
tahap ini anak sudah dapat memikirkan sebuah pemikirannya,
dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara
realistis.
2.2 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
A. Masa Anak-Anak
Merupakan masa dimana pertumbuhan fisiknya lebih dominan dibanding
dengan perkembangan mentalnya. Perkembangan anak dimulai dari masa bayi
yang terbagi menjadi 3 fasa, yaitu :
1. Masa Pranatal
Periode ini dimulai saat pembuahan sampai dengan kelahiran0-9
bulan di dalam kandungan. Kondisi dalam kandungan
mempengaruhi potensi bawaan jabang bayi.
2. Masa Neonatal
Periode yang tersingkat yakni 0-2 minggu setelah lahir.
3. Masa Bayi
Masa dimana pola prilaku, sikap dan ekspresi mulai terbentuk.
Permulaan sosialisasi. Permulaan kreativitas. Pada umur 0-2 bulan
Semua aktivitas bayi masih berjalan secara naluriah atau reflex.
Apabila pipinya disentuh bayi akan menggerakkan kepala ke arah
sentuhan. komunikasi pertama yang dipelajarinya adalah menangis.
Setelah berumur 3 bulan bayi mulai bisa berguling, pada 5 bulan ia
bisa telungkup, pada usia 7 bulan bayi sudah mulai belajar duduk,
merangkak, melangkah, barulah pada usia 15 bulan bayi bisa
berjalan. Barulah bayi menginjak masa kanak- kanak, sekitar umur
2-5 tahun. Bagi orang tua merupakan usia yang mengundang
masalah, usia mainan. usia menjelajah, usia bertanya, usia meniru,
usia kreatif. Menginjak usia 5-9 tahun, bagi orang tua merupakan
usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia bertengkar, bermain.
Pada masa ini seharusnya seorang anak sudah mulai belajar
membaca dan menulis, mengenal dasar-dasar agamanya, mulai
mengenal lingkungannya dan berkomunikasi.
B. Masa Remaja
Masa remaja ini biasanya terjadi pada saat seseorang menginjak bangku
SMP dan SMA yaitu usianya sekitar 13-17 tahun. Terjadi perubahan signifikan
pada tubuh seperti mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap
tahunnya, terjadi peristiwa haid (wanita), terjadi perubahan nada suara.
Perkembangan yang terjadi pada masa remaja antara lain : Bertambahnya
kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang majemuk dan mulai berfikir
dengan mempertimbangkan hal-hal yang mungkin disamping hal yang nyata.
Dengan kata lain pada masa remaja ini terjadi perkembangan pemikiran menuju
kedewasaan. Berikut tugas-tugas perkembangan masa remaja :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok
yang berlainan jenis
c. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
C. Masa Dewasa
Masa dewasa dikategorikan menjadi 2 yaitu (1) Masa dewasa awal dan (2)
Masa dewasa akhir. Berikut penjelasan tentang keduanya.
1. Dewasa Awal
Masa ini biasanya berkisar antara usia 18 – 22 tahun berarti terjadi
pada saat seseorang menginjak bangku kuliah. Merupakan proses
peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa baik dalam
pemikiran maupun prilaku. Pada masa ini terjadi berbagai
perkembangan yang semakin mengarah kepada sikap kedewasaan.
Perkembangan yang terjadi antara lain:
a. Mulai berani mengambil keputusan pribadi
b. Belajar mengelola perasaan
c. Belajar berkomunikasi
d. Belajar menerima diri sendiri
e. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
f. Belajar menyelesaikan konflik
Adapun tugas- tugas perkembangan pada masa dewasa awal sebagai
berikut:
a. Belajar berkomunikasi yang lebih baik
b. Menata cita-cita yang lebih jelas dan sfesifik
c. Terjun dalam organisasi masyarakat
d. Berperan aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat
2. Dewasa Akhir
Orang yang dikatakan telah masuk pada masa dewasa akhir adalah
mereka yang berusia 22-50 tahun. Pada masa ini seseorang bisa
dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri.
Pada masa ini setiap orang juga mengalami perubahan fisik yakni:
a. Kondisi tubuh mulai menurun
b. Kulit menjadi kendur
c. Fungsi sistem jantung dan pernafasan juga menurun (Lahey, 2003).
d. Rambut di kepala mulai memutih dan mulai menipis
Sedangkan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa akhir adalah :
a. Meniti karir
b. Mulai membangun rumah tangga untuk melanjutkan keturunan
c. Mulai memikirkan investasi untuk hari tua
d. Mulai meninggalkan kebiasaan masa remajanya seperti (nongkrong,
jalan-jalan dll)
3. Masa Orang Tua
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995)
masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya, atau dapat kita artikan bahwa masa orang tua adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Yang ditandai dengan
perubahan fisik seperti :
a. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun
b. Penurunan Dorongan Seks
c. Penurunan sistem pernapasan, pencernaan dan alat indra.
Masa orang tua juga mengalami perkembangan. Perkembangan yang
dimaksud disini adalah adalah ciri-ciri/tingkah laku dan perasaan yang dialami
seseorang ketika telah sampai pada masa tuanya. Berikut beberapa diantaranya :
a. Produktivitas mulai berkurang bahkan hampir tidak bisa
berkerja/berkarya
b. Sifat kekanak-kanakannya mulai kembali
c. Mulai dihantui kematian.
Pada masa tua seseorang telah mengalami banyak sekali penurunan fisik
yang signifikan bahkan ada bagian-bagian tubuh yang tidak bisa bekerja. Oleh
karena itu seseorang yang telah masuk usia tua haruslah melakukan tugas-tugas
sebagai berikut :
a. Mengurangi kegiatan yang membutuhkan tenaga yang lebih.
b. Meningkatkan amal ibadah
c. Memperhatikan pola makan dan kesehatan
2.3 KARAKTER PESERTA DIDIK
Yaitu seseorang yang sudah memasuki usia sekolah untuk menempuh
suatu pendidikan yang terikat dalam suatu organisasi atau disebuah institusi
pendidikan yang mempunyai hak dan menyandang predikat sebagai pelajar.
Dalam proses pembelajaran sekarang ini guru hanya sebagai fasilitator sehingga
tugas utama guru adalah memberika motivasi kepada peserta didik agar mereka
mau mengembangkan bakat yang ada pendidikan peserta didik tersebut.
Misalnya,anak yang semula tidak dapat membaca setelah belajar dikelas 1
SD ia bisa membaca dan menulis.Setiap individu bisa dikata peserta didik apaila
ia sudah memasuki usia sekolah. Usia 4 tahun sampai 6 tahun, di taman kanak-
kanak. Usia 6 atau 7 tahun di SD. Usia 13-16 tahun di SMP dan usia 16-19 tahun
di SLTA. Jadi,peserta didik adalah anak,individu,yang tergolong dan tercatat di
lembaga pendidikan.
A. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki sifat bawaan oleh lingkungaan sifat yang
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya . Karakteristik yang berkaitan dengan
faktor biologis cenderung bersifat tetap dan yang berkaitan dengan faktor
psikologis lebih mudah berubah karena pengaru atau lingkungan.
B. Petumbuhan dan Perkembangan Pesrta Didik
Perkembangan dan pertumbuhan peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisiten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam pandangan yang lebih modern peserta didik tidak hanya dianggap sebagai
objek atau sasaran pendidikan, mereka harus diperlukan sebagai subjek
pendidikan dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah
dalam proseses balajar mengajar. Peserta didik di cirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atauilmu,bimbingan,dan pengarahan. Kebutuhan
peserta didik untuk memperoleh penddikan secara kodrat membutuhkan dari
orang tuanya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah :
1. Faktor Internal
a) Sifat jasmaniah yang dilahirkan oleh orang tuab) Kematangan pertumbuhan
2. Faktor Eksternal
a) Kesehatanb) Makananc) Stimulasi lingkungan ( keadaan lingkungan)
C. Perbedaan Perkembangan Peserta Didik
Setiap individu berkembang dengan cara tahan yang kompleertentu. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks,melibatakan bebrbagai unsur yang saling berpengaruh satu sama lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :a) Perbedaan bakatb) Perbedaan latar belakangc) Kesiapan belajard) Motorike) Kognitiff) Kecakapan Bahasa Lingkungan
2.4 IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP PENYELENGGARA PENDIDIKAN
A. Pertumbuhan Fisik Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Pertumbuhan Fisik.
Perubahan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan
gejala premier dalam pertumbuhan remaja yang meliputi ukuran tubuh,proporsi tubuh
serta munculnya ciri-ciri kelamin premier dan sekunder.
Penyebab perubahan fisik adalah 2 kelenjar dalam sistem endoktrin. Sistem
endoktrin adalah kelenjar buntu(kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk
mengeluarkan sekretnya(hormon)).Berikut hormon-hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan fisik remaja perempuan dan laki-laki :
a. Perempuan :
progesterone golongan steroid yang berpengaruh pada siklus
menstruasi, embryogenesis dan kehamilan
estrogen berperan dalam perkembangan organ dan sistem
produksi wanita
kelenjar pituari = hormon pertumbuhan dan hormon gonadotropik.
b. Laki-laki :
Testosteron hormon penghasil tetis.
Kelenjar hypothalamus merangsang pertumbuhan remaja yang terletak
di otak.
Hormon gonadotropik merangsang gonad agar mulai aktif bekerja
Berikut adalah perubahan-perubahan fisik yang penting yang terjadi pada
masa remaja yaitu :
a. Perubahan ukuran tubuh
b. Perubahan proporsi tubuh
c. Ciri kelamin yang utama
d. Ciri kelamin yang kedua
2. Perubahan Fisik Selama Masa Remaja
a) percepatan perubahan.
b) proses kematangan seksual. Perbedaan antara laki – laki dan
perempuan :
1) Kriteria kematangan seksual antara laki – laki dan perempuan
2) Permulaan kematangan seksual
Laki-laki : mimpi basah (± usia 14 tahun)
Perempuan : menstruasi (± usia 13 tahun)
3) Urutan gejala-gejalakematangan.
3. Keragaman perubahan proporsi tubuh.
Laki-laki :tubuh mesomorf (badan lebih besar , kekar,berat dan
segitiga)
Perempuan : tubuh endomorf (gemuk dan berat), tubuh ektomorf
(kurus dan bertulang panjang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik :
a. Pengaruh keluarga (keturunan atau lingkungan)
b. Pengaruh gizi
c. Gangguan emosional
d. Jenis kelamin
e. Status sosial ekonomi
f. Kesehatan
g. Pengaruh bentuk tubuh
4. Implikasi Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya memperhatikan faktor-faktor berikut ini:
a. Sarana dan prasarana
b. Waktu istirahat
c. Diadakannya jadwal-jadwal olahraga bagi para siswa
B. Perkembangan Intelek (Kognitif) Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Pengertian Intelek dan Intelegensi
Intelek adalah kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir
aktif dengan proses berpikir/kecapakan tinggi untuk berpikir. Inteligensi adalah
menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir/bertindak.
2. Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku
Cirinya adalah berfikir abstrak, kritis, pengaruh egosentris (kecenderungan
melebih-lebihkan).
3. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
a. Masa operasi Formal (berfikir abstrak) 12 tahun
(berfikir hipotek)
b. Sifat deduktif hipotesis bersifat teoretis
c. Berfikir operasional juga berfikir kombinasoris
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
a. Faktor bakat aliran Nativisme
b. Faktor pengalaman lingkungan :
1. Peran pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi
Pengalaman belejar dari prasekolah berpengaruh positif terhadap IQ anak
2. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi
Berdasarkan penelitian :
Kesamaan IQ adalah kesamaan pengalaman belajar dari lingkungan yang sama bukan karena terdapat hubungan genetik.
Semakin tinggi kualitas lingkungan keluarga, semakin tinggi nilai IQ anak. Jumlah buku, majalah, materi belajar. Jumlah ganjaran atau hadiah dari orangtua atas prestasi anak. Dorongan orangtua atas prestasi akademik anak.
5. Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Guru harus kreatif dalam suasana pembelejaran misalnya, memberikan tugas-tugas yang menantang imajinasi seperti teka-teki silang memancing rasa ingin tau dari pada latihan soal yang membosankan.
a. Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Bakat mencakup 3 dimensi psikologis:
Dimensi Perseptual kemampuan persepsi yang mencangkup :
Kepekaan penginderaan - Luasnya daerah
Perhatian
Orientasi
Terhadap waktu
Dimensi Psikomotorik :
- Kekuatan
- Impuls
- Kecepatan gerak
- Ketelitian (statis dan dinamis)
- Koordinasi
- Keluesan [posisi] [gerak]
Dimensi Intelektual
- Faktor ingatan substansi, relasi, sistem.
- Faktor Evaluatif identitas, relasi, sistem, problem yang
dihadapi.
- Faktor berfikir Konvergensi nama-nama, hubungan, sistem,
transformasi, implikasi yang unik.
- Faktor berfikir Divergen word fluency, ideational fluensi,
pengalihan kelas-kelas, kelancaran hubungan, menghasilkan
sistem.
- Fluency Kelancaran
- Bakat kemampuan bawaan yang merupakan potensi,
perlu dikembangkan (masa depan). Melalui latihan.
- Kemampuan daya jiwa untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembelajaran (sekarang). Bawaan
dan latihan.
- Kapasitas (kemampuan) dikembangkan dimasa dating
jika berlatih secara optimal.
- Insting melakukan sesuatu tanpa harus latihan, misalnya
pada hewan.
2. Jenis-Jenis Bakat Khusus
Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus
dan jika memperoleh kesempatan berkembang baik, akan muncul sebagai
kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Conny Semiawan
dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus berupa
potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang yaitu :
a. Bakat akademik khusus
b. Bakat kreatif-produktif
c. Bakat seni
d. Bakat kinestetik/psikomotorik
e. Bakat sosial
b. Hubungan antara Bakat dan Prestasi
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Faktor yang mempengaruhi perkembangan khusus secara garis besar
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor –
faktor internal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Minat
b. Motif berprestasi
c. Keberanian mengambil resiko
d. Keuletan dalam menghadapi tantangan
e. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul
Adapun faktor eksternal meliputi :
a. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri
b. Sarana dan prasarana
c. Dukungan dan dorongan otang tua/keluarga
d. Lingkungan tempat tinggal
e. Pola asuh orang tua
2. Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia
a. Pengertian anak berbakat anak yang mempunyai potensi unggul
diatas potensi yang dimiliki anak normal.
b. Karakteristik anak berbakat potensi, cara menghadapi
masalah, prestasi.
c. Menangani anak berbakat. Faktor-faktor yan harus diperhatikan :
- Faktor anak itu sendiri
- Faktor kurikulum
d. Pelaksanaan pendidikan anak berbakat yaitu :
1. Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping)
2. Pendidikan dalam kelompok khusus (special grouping segregation)
- Model a : kelas khusus (kelas mini)
- Model b : kelas biasa (75 %, 60 %, 50 %) dan kelas khusus
- Model c : kelas akselerasi
- Model d : sekolah khusus
3. Kegiatan dalam implementasi kurikulum bidang studi tertentu.
Misalnya siswa SD : membaca, menulis kreatif (mengarang), IPS,
IPA dan Pendidikan Kesehatan, Matematika, Bahasa, Metode
Belajar dan Guru.
3. Perkembangan Hubungan Sosial Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
a. Pengertian Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial diartikan sebagai “cara-cara individu bereaksi
terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan terhadap
dirinya” (Anna Alisyahbana,dkk., 1984). Hubungan sosial ini juga menyangkut
juga penyesuaian diri terhadap lingkungan.
b. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
1. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan
akan pergaulan
2. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial
3. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis
4. Mulai cenderungan memilih karier tertentu
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
1. Lingkungan keluarga
2. Status Sosial Ekonomi keluarga
3. Tingkat Pendidikan
4. Dan kemampuan mental, terutama emosi dan inteligensi
5. Kematangan
d. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Misalnya : pengaruh egosentris.
e. Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja
8 aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skill) yaitu :
1. Keluarga
2. Lingkungan
3. Kepribadian
4. Rekreasi
5. Pergaulan dengan lawan jenis
6. Pendidikan/sekolah
7. Persahabatan dan
8. Solidaritas kelompok dan lapangan kerja
2.6 Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
1. Perkembangan Bahasa Peserta Didik Remaja Usia Sekolah Menengah
Bahasa adalah merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan (pendapat/ perasaan, dll) dengan menggunakan symbol-
simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan
membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan/ tata bahasa yang
berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat ( Simolungan 1997, Semiawan
1998 ).
Bahasa itu dibedakan menjadi atas :
1. Bahasa lisan
2. Bahasa tertulis
3. Bahasa isyarat
Ada 3 komponen bahasa :
1. Bentuk atau form yang mencakup sintaksis, morfologi (bentuk) dan fonologi
(bunyi bahasa).
2. Isi atau conten yang meliputi makna atau simantgik.
3. Penggunaan atau use yang mencakup pragmatis.
Ketrampilan bahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup yaitu
1. Keterampiln mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Sedangkan keterampilan berbicara meliputi :
Kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara lisan
mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh,
kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan
pendapat/ saran dan diskusi.
Kemampuan mendengarkan ini meliputi :
kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng-drama, petnjuk, denah,
pengumuman, berita dan konsep meteri pelajaran.
Pola perkembangan keterampilan berbahasa anak pada umumnya sama,
tetapi juga ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan
frekuensi atau banyaknya bicara, isi atau topic pembicaraan, hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kesehatan
2. Kecerdasan
3. Keluarga
4. Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman
sebaya
5. Kepribadian
2. Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-
18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-
23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat
bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai
sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity
diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock,
2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja
yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan
masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat
terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental
dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian
remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa
jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa
permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal
ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa
pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi
berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik
yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang
percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja
perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya,
khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan
kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat
erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan,
depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang
maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya
gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999;
Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit
kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan,
maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan
kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka
bereksperimentasi dan berskplorasi.
3. Perkembangan Nilai Moral dan Sikap Peserta Didik
a. Definisi Nilai
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-normayang berlaku dalam masyarakat,
misalnya adat kebiasaan dansopansantun (Sutikna,1988: Sopansantun, adat, dan
kebiasaanserta nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai
hidupyang menjadi peganganseseorang dalam kedudukannyasebagai warga
Negara Indonesia.
Nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasilayang termasuk dalam sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,antara lain:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antarasesama manusia
2. Mengembangkan sikap tenggang rasa
3. Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan
keadilan dsb.
b. Definisi Moral
Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk perbuatandan kelakuan,
akhlak, kewajiban dansebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral
diatursegala perbuatanyang dinilai baik dan perlu dilakukan, dansuatu
perbuatanyang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatanyang baik danyangsalah.
Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
C. Definisi Nilai, Moral dan Sikap
Dalam pengamalan Pancasila, moral merupakan control dalam bersikap
dan bertingkah lakusesuai dengan nilai-nilai hidupyang ada dalam Pancasila.
Nilai-nilai kehidupansebagai norma dalam masyarakatsenantiasa menyangkut
persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral.
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral,sikap dan tingkah laku
akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu
diketahui terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan
terbentuksikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujudlah
tingkah lakuyangsesuai dengan nilai-nilaiyang dimaksud.
D. Karakteristik Nilai,moral dan sikap Remaja
Nilai-nilai kehidupanyang harus dikuasai remaja tidak hanyasebatas pada
adat kebiasaan dan tingkah lakusaja, tetapiseperangkat nilai-nilaiyangsecara
keseluruhan terkandung dalam Pancasila. Seorang remaja dalam tugas
perkembangannya dituntut untuk dapat mempelajari dan membentuk perilakunya
agarsesuai dengan harapan lingkungannya tanpa harus dibimbing, diawasi,
didorong, dan diancam dengan hukumanseperti pada waktu anak -anak.
Menurut Furter (1965) (dalam Monks, 1984: 252), kehidupan moral
merupakan problematicyang pokok dalam masa remaja. Maka perkembangan
moral perlu diperhatikan sejakseseorang dilahirkan. Dari hasil penyelidikannya
Kohlberg mengemukakan enam tahap perkembangan moral yang berlaku secara
universal dan dalam urutan tertentu. Ada tiga tingkat perkembangan moral,yaitu:
1. Tingkat 1 : Pra-konvensional
Pada stadium1, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak
hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang
tidak dapat diganggu gugat. Ia harus menurut kalau tidak akan memperoleh
hukuman.
Pada Stadium2, berlaku prinsip Relativistik Hedonism artinya bergantung
pada kebutuhan dan kesanggupanseseorang (hedonistic). Dalam tahap ini, seorang
anak sadar bahwa setiapkejadian mempunyai beberapa segi.
2. Tingkat 2 : Konvensional
Pada Stadium3, menyangkut orientasi mengenai anakyang baik. Anak
mulai memasuki umur belasan tahun, dimanaanak memperlihatkan orientasi
perbuatan-perbuatanyang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
Mereka melakukan perbuatan atas dasar kritik dari masyarakat.
Pada Stadium4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial
dan otoritas. Perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang merupakan kewajiban
untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.
3. Tingkat 3 : Pasca-konvensional
Stadium5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya
dengan lingkungan social. Pada tahap ini, seseorang harus memperlihatkan
kewajibannya kepada masyarakat karena lingkungan social akan memberikan
perlindungan kepadanya. Originalitas remaja juga masih tampak pada tahap ini.
Remaja masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukumyang lebih tinggi,
walaupun kata hati sudah mulai berbicara.
Stadium6, tahap ini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma
etika disamping norma pribadi dan subjektif. Unsur etika disini yang akan
menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan dan sebaliknya. Remaja
mengadakan tingkah laku-tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung
jawab batinsendiri.
E. Implikasi Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
a. Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia
Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan tersebut
dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Oleh karena itu di samping seorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia
juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama dalam
masyarakat, memahami lingkungan serta memahami pula bahwa ia makhluk
Tuhan. Sebagai makhluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik
dan psikologis dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia
mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan
demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan
berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih
sempurna dalam kehidupannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju jenjang
kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan-kebutuhan sosial
psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena
pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan
oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena
tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Semua individu dalam
bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kedua kebutuhan yang saling
berhubungan satu sama lain, sebagai perwujudan dari adanya tuntutan-tuntutan
dalam hidup bersama kelompok sosial sekitar.
Terdapat 2 macam kebutuhan manusia menurut Mapiarre :
1. Kebutuhan diterima oleh kelompok atau orang-orang lain di sekitar.
2. Kebutuhan menghindari penolakan kelompok atau orang lain.
Dalam proses pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, individu banyak
belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya yang menimbulkan pengalaman-
pengalaman belajar, antara lain pengalaman bergaul dengan orang tuanya,
saudara-saudaranya, keluarganya yang lain, guru-gurunya dan teman-teman
sekelompoknya. Melalui pengalaman bergaulnya itu individu belajar dan
mengetahui tingkah laku yang bagaimana yang mendatangkan kepuasan baginya
dan tingkah laku yang bagaimana yang tidak mengenakkan. Dengan kata lain,
individu belajar membentuk pola tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut di atas.
b. Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya
Kebutuhan manusia timbul akibat dorongan-dorongan (motif) yang ada
pada dirinya. Motif timbul akibat kebutuhan psikologis atau tujuan kehidupan
yang kompleks. Menurut Sunarto (1994:49) kebutuhan dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu :
1. Kebutuhan Primer yaitu kebutuhan yang merupakan kebutuhan biologis
(organik) yang timbul dari dorongan/motif asli seperti kebutuhan makan, minum,
bernapas, kehangatan tubuh, dan kebutuhan seksual dan perlindungan diri.
2. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan yang timbul oleh motif dipelajari
(kebutuhan sosial–psikologis) seperti kebutuhan untuk mencari pengetahuan,
mengikuti pola hidup bermasyarakat, hiburan dan lainnya.
Menurut Lewis dan Lewis (Sunarto dan Hartono, 1994:55) kegiatan
remaja didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu:
a. kebutuhan jasmaniah
b. kebutuhan psikologis
c. kebutuhan ekonomi
d. kebutuhan sosial
e. kebutuhan politik
f. kebutuhan penghargaan; dan
g. kebutuhan aktualisasi diri
C. Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu
sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya
sebaik mungkin. Untuk itu guru perlu memperhatikan aspek berikut :
1. Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa;
2. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui
masalah–masalah yang sedang mereka hadapi
3. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang
berada di bawah bimbingannya.
Berikut ini beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow:
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis :
Menyediakan program makan siang yang murah Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan
temperatur yang tepat dalam jumlah yang seimbang.Menyediakan kamar mandi/toilet
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
Sikap guru:
menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil
melaluiØLebih banyak memberikan penguatan perilaku pujian/ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa. (reinforcement)
3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
a. Hubungan Guru dengan Siswa :
Empatik, peduli dan Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: interest terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.
Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan
kepercayaan terhadap siswanya.
b. Hubungan Siswa dengan Siswa :
Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya diantara siswa
Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.
Sekolah mengembangkan diskusi kelas Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya
Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung
jawab. Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mungkin dilakukan secara
pribadi, tidak di depan umum
b. Penghargaan dari pihak lain
Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa.
mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
Mengembangkan kurikulum yang dapat Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu
sendiri
c. Pengetahuan dan Pemahaman
Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam.
Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir kritis dan berdiskusi.
d. Estetik
Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik termasuk menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik.
Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan
Memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling sekolah Ruangan yang bersih dan wangi
5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri
Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya
menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya . Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan
nyata Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan
kreatif
2.7 KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH
A. Pengertian dan Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan
mengubah perilaku individu agar lebih sesuai dengan kondisi linkungannya serta
memenuhi kebutuhan yang sesuai.
Karakteristik penyesuaian diri di golongkan menjadi dua yaitu
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
a. Penyesuaian diri yang positif
Ciri-ciri penyesuaian diri yang positif :
1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan,
2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah,
3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,
4. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri,
5. Mampu belajar dari pengalaman,
6. Bersikap realistik dan objektif.
Dalam penyesuaian diri secara positif seseorang individu pasti akan
melakukan berbagai bentuk berikut ini :
1. Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung, dalam hal
ini individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala
akibatnya, ia akan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi.
Contoh : Seorang murid yang tertangkap mencuri uang milik temannya,
pasti dia akan memberikan alasan mengapa dia melakukan hal tersebut
dan mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut.
2. Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi, dalam hal ini individu
mencari berbagai macam pengalaman untuk menghadapi dan
memecahkan masalah-masalahnya.
Contoh : Seorang siswa yang kurang mampu mengerjakan tugas
membuat makalah akan mencari bahan dalam upaya mengerjakan
tugas tersebut entah dengan membaca buku, diskusi, atau mencari di
internet.
3. Penyesuaian diri dengan trial dan eror, dalam hal ini individu
melakukan tindakan coba-coba dalam arti jika menguntungkan
dilanjutkan namun jika gagal tidak dilanjutkan.
Contoh : Seorang pengusaha yang sedang melakukan spekulasi untuk
meningkatkan usahanya.
4. Penyesuaian dengan subtitusi, dalam hal ini individu yang merasa
gagal dalam menghadapi masalahnya akan mencari cara lain untuk
menghadapinya.
Contoh : Jika seorang siswa gagal memasuki perguruan tinggi melalui
jalur yang pertama pasti dia akan berusaha agar dapat diterima di jalur
yang kedua, atau seterusnya.
5. Penyesuaian diri dengan belajar, dalam hal ini individu dapat
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
membantu penyesuaian dirinya.
Contoh : Seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai
pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
6. Penyesuaian diri dengan pengendalian diri, dalam hal ini individu
akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tidak
perlu dilakukan.
Contoh : Seorang anak ada dilingkungan pengguna narkoba akan
tetapi dia menolak saat diberi narkoba
b. Penyesuaian diri yang salah
Ciri-ciri penyesuaian diri yang salah :
1. Sikap dan tingkah laku yang serba salah,
2. Sikap dan tingkah laku yang tidak terarah,
3. Sikap dan tingkah laku yang emosional,
4. Sikap yang tidak realisti dan membabi buta.
Dalam penyesuaian diri secara salah seseorang individu pasti akan melakukan
berbagai bentuk berikut ini :
1. Reaksi Bertahan, dalam hal ini individu berusaha untuk mempertahankan
dirinya dengan seolah-olah dia tidak sedang menghadapi kegagalan.
Contoh : Seorang murid yang menyalahkan gurunya karena nilainya jelek
2. Reaksi menyerang, dalam hal ini individu yang melakukan kesalahan akan
menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat menyerang untuk menutupi
kesalahannya.
Contoh : Seorang anak yang berusaha mempertahankan pendapatnya
meski pendapatnya salah
3. Reaksi melarikan diri, dalam hal ini individu akan melarikan diri dari
situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya.
Contoh : Seseorang yang mempunyai masalah akan tetapi dia menghidar
dari masalah tersebut dengan cara melarikan diri, menenggak minuman
keras, atau yang lebih parah lagi dia menggunakan narkoba.
B. Proses dan Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri merupakan tahapan individu dalam mencapai
keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan
lingkungannya. Penyesuaian diri bersifat sepanjang hayat, maksudnya dalam
proses penyesuaian diri manusia akan terus menerus berupaya menemukan dan
mengatasi tekanan dan tantangan hidup.Didalam proses penyesuaian diri dapat
terjadi konflik, tekanan, atau frustasi jika suatu individu sudah tidak bisa
mengatasi masalah/ tuntutannya.
Aspek-aspek penyesuaian diri di bedakan menjadi dua yaitu :
a. Penyesuaian pribadi, adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri
demi terciptanya hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya.
b. Penyesuaian sosial, adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma
social yang berlaku dalam masyarakat.
C. Implikasi penyesuaian Diri Peserta Didik
Implikasi adalah keterlibatan individu dalam proses penyesuian diri.
Dalam proses implikasi peserta didik tidak hanya berada dalam lingkup keluarga
saja melainkan adanya keterlibatan di lingkungan masyarakat, teman sebaya, dan
sekolah. Namun lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan jiwa. Dalam proses implikasi sebaiknya terjadi interaksi edukatif,
sehingga adanya hubungan timbal balik yang mendidik.
Berikut ini upaya yang dapat dilakukan untuk proses penyesuaian peserta
didik :
1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi
siswa, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.
3. Berusaha memahami siswa secara menyeluruh baik prestasi belajar sosial
maupun aspek pribadinya.
4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang mendorong gairah belajar.
5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi
belajar.
6. Menciptakan ruangan kelas yang memenuhi syarat kesehatan.
7. Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan dipahami siswa.
8. Adanya keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.
9. Mendapatkan kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan.
10. Melaksanakan program bimbingan belajar dan penyuluhan yang sebaik-
baiknya
2.8 Permasalahan mremaja dan upaya – upaya menangaminya
1. Implikasi proses penyesuaian diri PDUSM terhadap penyelenggaraan
pendidikan
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan
pada diri sendiri dan lingkunganya. Penyesuaian diri PDUSM sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekolah. Karena di lingkungan sekolah mereka mendapat
pendidikan dan bimbingan moral.
Adapun upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses
penyesuaian diri PDUSM, yaitu :
a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi
PDUSM, baik secara sosial, fisik, maupun akademik.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi
siswa.
c) Berusaha memahami siswa secara menyeluruh baik prestasi, aspek
pribadi dan sosial.
d) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi
belajar.
e) Menciptakan ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan.
f) Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan mudah dipahami oleh
siswa.
g) Melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik –
baiknya.
2. Masalah penyesuaian diri PDUSM
a) Penolakan orang tua terhadap anaknya
Penolakan yang bersifat sejak awal (orang tua tidak menghendaki
kehadiranya)
Penolakan karena pura – pura tidak tahu keinginan anak (masalah anak)
Akibat : PDUSM tidak menyesuaikan diri dengan masyarakat atau teman
pergaulanya.
b) Sikap over proteksi
Akibat : Remaja menjadi tidak mandiri karena selalu mengharap bantuan
dan perhatian orang tua.
c) Sikap otoriter
Akibat : Remaja akan berani menentang / melawan orang tuanya. Serta
akan bersikap otoriter juga terhadap teman dan yang lainya.
d) Keretakan keluarga
Akibat : Menggangu emosional remaja.
e) Perbedaan perlakuan antara laki – laki dan perempuan
Akibat Menimbulkan rasa iri
f) Remaja yang sering berpindah tempat tinggal.
Hal itu tentunya remaja harus pindah sekolah yang akhirnya remaja
mengalami banyak kesukaran dalam penyesuaian dirinya.
3. Karakteristik masalah PDUSM
Masa remaja bagi remaja itu sendiri adalah waktu yang paling
berkesan dalam hidup mereka.Masa remaja merupakan sebuah periode
dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranya sering tidak
terlalu jelas.
Dalam perkembanganya, sering mereka menjadi bingung karena
kadang – kadang diperlukan sebagai anak – anak, tetapi dilain waktu
mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Untuk memahami
remaja, perlu dilihat berdasarkan perubahan – perubahan pada dimensi –
dimensi, yaitu :
a) Dimensi biologis
Secara biologis, remaja mengalami perubahan yang sangat besar
(puber) seperti perubahan suara pada remaja putra atau mulainya
menstruasi pada remaja putri.
b) Dimensi kognitif
Pada periode ini idealnya remaja sudah memiliki pola pikir sendiri
dalam usaha memecahkan masalah – masalah yang kompleks dan abstrak.
c) Dimensi moral
Masa remaja adalah periode saat seseorang mulai bertanya – tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya sebagai
dasar bagi pembentuk nilai mereka. Secara kritis, remaja akan lebihbanyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkan dengan hal – hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya
.
4. Beberapa masalah PDUSM
Permasalahan kesehatan anak usia sekolah
a. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah
-Jasmani -Rohani
-Jiwa -Sosial
b. Permasalahan kesehatan anak usia sekolah
Penanganan masalah remaja dengan cara mekanisme pertahann diri
a) Refresi : Upaya individu untuk menyingkirkan konflik batin dan mimpi
buruk yang menimbulkan perasaan cemas
b) Supresi : proses pengendalian diri yang ditunjukan untuk menjaga impuls
dan dorongan yang tetap terjaga
c) Reaktion formation (pembentukan realsi)
Dikatakan pembentukan realsi ketika dia berusaha menyembunyikan
motif dan perasaan yang sesungguhnya dan menyampaikan wajah yyang
berlawanan
d) Fiksasi : Individu yangada situasi yang membuatnya frustasi dan
mengalami kecemasan, sehingga membuat individu menjadi terinfeksi
pada satu tahap karena tahap berikutnya penuh kecemasan.
e) Regresi : merupakan respon umum bila berada dalam situasi frustasi, hal
ini bisa terjadi jika individu mendapat tekanan
f) Menarik diri : Merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Biasanya
disertai dengan depresi atau apatis
g) Mengelak : Bila diliputi oleh stress yang lama atau bisa juga mengurung
diri agar menghilangkan rasa frustasi
h) Denial (menyangka) kenyataan : menolak adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan dengan maksud melindungi dirinya sendiri
i) Fantasi : seseorang yang sering merasa mencapai tujuan dan berusaha
menghindari dirinya dari suatu peristiwa yang tidak menyenangkan
j) Rasionalisasi : Upaya individu untuk mencari alasan untuk membenarkan
atau menyembunyikan perilaku yang buruk
k) Intelektualisasi : suatu proses nyang digunakan untuk menghadapi situasi
yang seharusnya menimbulkan perasaan yang menekan dirinya.
l) Proyeksi : teknik proyeksi biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan
pribadi individu lain yang tidak dia sukai.
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Setiap Individu mempunyai cara tumbuh dan berkembang yang
berbeda – beda. Setiap Individu mempunyai tahapan – tahapan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Sehingga pemahaman akan pola
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangatlah penting agar
pendidikan yang di dapat oleh setiap peserta didik menjadi optimal.
Dan cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
mengembangkan metode – metode pembelajaran yang interaktif dan
inovatif dan sesuai dengan karakter setiap peserta didik. Sehingga
pembelajaran menjadi menarik dan peserta didik tidak merasa bahwa
belajar adalah sebuah beban tetapi belajar yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung, Dra, M.M.,2008. Psikologi Perkembangan (Cetakan 3).
Bandung:CV. Pustaka Setia
Ali, M. & Asrori, M.,2012. Psikologi Remaja (cetakan kedelapan). Jakarta:PT.
Bumi Aksara