urgensi pendidik memahami peserta didik

Upload: roseli-belajar-memaafkan

Post on 06-Jul-2015

336 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

URGENSI PENDIDIK MEMAHAMI PESERTA DIDIKDosen Pengampu : Dra. Sarjilah, M.Pd

Disusun Oleh : Roseli. S.Si No. Mahasiswa : 10002239 Kelas C

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESI PENDIDIK LEMBAGA PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVITAS INSTRUKSIONAL

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2011

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses yang tak berkesudahan yang sangat menentukan karakter bangsa pada masa kini dan masa datang, tergantung pada kualitas pendidikan bangsa tersebut. Sebagai seorang pendidik, juga perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif peserta didik. Memahami peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan dilakukan pendidik, agar pendidik dapat mengetahui aspirasi / tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka. Beberapa dasar pertimbangan perlunya memahami peserta didik sebagai berikut : 1) Dasar pertimbangan psikologis, bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik. 2) Dasar pertimbangan sosiologi, bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah proses memahami perkembangan peserta didik? Pentingnya memahami peserta didik? 1.3 Tujuan Pendidik dapat memahami proses perkembangan peserta didik Pendidik dapat memahami peserta didik dari berbagai segi, dan pendidik dapat menggunakan metode belajar yang tepat bagi peserta didik.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidik Tujuan pendidikan ke arah pendewasaan. Maksudnya di sini adalah ke arah pembentukan kepribadian manusia, yaitu pengembangan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk religius. Jadi pendidikan itu harus mampu/bercita-cita menjadikan manusia (perserta didik) menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang baik, mampu beriteraksi dengan sesama, bersusila, dan memiliki nilai-nilai keagamaan dalam kehidupannya. Seorang pendidik perlu mempelajari pegagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) karena seorang guru mempunyai peranan, tugas, dan tanggungjawab sebagai pendidik (educator) dan sebagai pengajar (teacher). Dalam arti yang lebih luas, guru dikatakan sebagai pendidik mempunyai peran dan tugas sebagai : Konservator (pemelihara) sistim nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dan inovator (pengembang) sistim nilai ilmu pengetahuan. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik. Transpormator (penerjemah) sistem-sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya melalui proses interaksi dengan peserta didik. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses dipertanggungjawabkan secara formal dan moral. edukatif yang dapat

Dalam arti terbatas, guru mempunyai peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai : Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Pelaksana (organizer) yang harus menciptaan situasi, memimpin, merangsang menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan pembelajaranasesuai dengan rencana. Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan pembelajaran.

2.2 Pengertian Peserta Didik Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk homo educantum, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar ia dapat

menjadi manusia susila yang cakap. Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titk optimal kemampuan fitrahnya. Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya: 1) Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia meruoakan insane yang unik. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada penyesuaian dengan lingkungannya. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. 2) Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. 2.3 Kebutuhan Peserta Didik Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang pendidik perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, pendidik dapat memberikan pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari pendidik, di antaranya: 1) Kebutuhan jasmaniah

Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah melakukan upaya-upaya seperti: Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat Memberikan pendidikan jasmani dan latihanlatihan fisik seperti olahraga. Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dan sebagainya Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan dan sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing.

2) Kebutuhan akan rasa aman Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang

datang ke sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah. 3) Kebutuhan akan kasih sayang Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, pendidik, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar mereka. 4) Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Sebaliknya, apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan rasa berharga di kalangan peserta didik, pendidik dituntut untuk: Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh Menghargai pendapat dan pilihan siswa Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok secara tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari pendidik. Dalam proses pembelajaran, pendidik harus

menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya Secara terus-menerus pendidik harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif, menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Artinya, pendidik harus mampu menilai perkembangan diri peserta didik secara menyeluruh dan bersifat psikologis, tidak semata-mata bersifat matematis

5) Kebutuhan akan rasa bebas Peserta didik juga memiliki kebutuhan untuk merasa bebas, terhindar dari kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu. Peserta didik yang merasa tidak bebas mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya atau tidak bebas melakukan apa yang diinginkannya, akan mengalami frustasi, merasa tertekan, konflik dan sebagainya. Oleh sebab itu, pendidik harus memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam batas-bataa kewajaran dan tidak membahayakan. Mereka harus diberi kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan. 6) Kebutuhan akan rasa sukses Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, pendidik harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal. Penghargaan yang tulus dari seorang pendidik akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa, serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu diberi penghargaan atas segala kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam melakukan suatu aktivitas. Pendidik harus menghindari komentar-komentar ynag bernada negative atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka yang gagal. Komentar-komentar negatif atau sikap tidak puas pendidik akan membuat peserta didik kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga dan putus asa.

7) Kebutuhan akan agama Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Yang dimaksud agama dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Kebutuhan peserta didik kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai pikirannya. Sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial dan akhlak kepada manusia sejak usia dini. Adanya pertentangan antara pengetahuan dan keyakinan yang diperoleh dengan praktek masyarakat di lingkungannya. Oleh sebab itu pada situasi yang demikian ini peranan orangtua, pendidik maupun ulama sangat diperlukan.

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Peserta Didik 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik peserta didik meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain. 2. Perkembangan Intelek Perkembangan Intelek sangat erat dengan perkembangan kognitif. Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya. 3. Perkembangan Afektif Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.

1) Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0;0 -1;0). Orang yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan turnbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalarnnya sikap-sikap menolak, akan turnbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percayan yang mendasar terhadap dunia sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat perkembangan. 2) Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1-3 tahun). Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendir halhal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya; sendiri. Anak kemudian akan mengembangkan perasannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya, dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya. Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa; malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri, Jika anak, meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akar mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapal melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh perisliwa-peristiwa di masa selanjutnya. 3) Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3-5 tahun). Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda tiga,

dapat lari, memukul, memotong. Inisiatif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris sendiri. Hal yang sama terjadi pada kemampuan anak nnluk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi. 4) Industry vs litferioriry/Produktvitas (611 tahun). Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa ini adalah: sense of industry, sense of inferiority Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan mencakup juga lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sekolah yang kurang memuaskan walaupun sifat indusri dipupuk dan dikembangkan di rumah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority (rasa tidak mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa lain yang berhubungan dengan anak itu. 5) Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 18;0). Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai perasaanperasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahanperubahan tubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengalami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. Ia berpikir apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Ia mulai mengerti tentang keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri. Menurut Erikson, pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah: ego identity -4 > role confusion. Pada masa ini siswa harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang. Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapi masa

remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti sudah berkembang. 6) Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 25;0). Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagai rasa dan saling memperhatikan. 7) Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 45;0). Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi ini hidup. Generativily ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai gereralivily berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanya memusatkan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadinya saja. 8) Integrity vs Despair/Integritas (45;0). Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masamasa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampupn individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat. Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan perkembangan afektif manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugastugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya pada berbagai aspek tingkat kelas perlu memahami dan menyadari sikap, kebutuhan dan perkembangan mereka.

4. Perkembangan Minat Pengertian Minat. Dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri. Minat terdiri dari dua aspek, yaitu :

1) Aspek kognitif, berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut. 2) Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut. Faktor yang Mempengaruhi Minat pada anak

1) Faktor personal, merupakan faktor-faktor yang ada pada diri anak itu (meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi). 2) Faktor instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya). 5. Perkembangan Bahasa a. Pola Perkembangan Bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat. Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu: 1). Keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, dan konsep materi pelajaran. 2). Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi. 3). Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif dan sekilas. 4). Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf. b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa. Meskipun pada umumnya pula

perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun terdapat perbedaan individual. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut: Kesehatan. Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbahasa. Kecerdasan. Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki penguasaan bahasa. Erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Jenis kelamin. Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak lakilaki, baik dalam pengucapan, kosa kata maupun keseringan berbahasa. Keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa. Keinginan dan Dorongan Komunikasi. Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan berbahasa. Kepribadian. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri.

6. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Dalam belajar hidup bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu: 1) Belajar berperilaku yang dapat diterima sosial. 2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima 3) Perkembangan sikap sosial. Jika peserta didik tidak mampu melakukan 3 proses sosialisasi diatas maka peserta didik tersebut berkembang menjadi orang yang nonsosial, asosial, dan anti sosial. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi adalah sebagai berikut:

Kesempatan dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dimengerti peserta didik maupun orang dewasa lain. Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi. Metode belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi. dapat

Pengalaman sosial awal memegang peranan penting bagi perkembangan dan perilaku sosial selanjutnya. Sebab pengalaman sosial awal cenderung menetap. Jadi mudah atau sulitnya perkembangan sosial anak selanjutnya tergantung pada baik buruknya si anak mempelajari sikap dan perilaku sosial. Selain itu, pengalaman sosial awal juga berpengaruh terhadap partisipasi sosial anak. Anak yang mempunyai pengalaman sosial awal yang baik cenderung lebih aktif dalam kegiatan kelompok social begitu juga sebaliknya. 3.2 Ciri- Ciri Perkembangan Menghalami perubahan fisik dan psikis Perubahan proporsi fisik dan psikis Hilangnya tanda-tanda lama fisik dan psikis Timbulnya tanda tanda baru aspek fisik dan psikis

3.3 Prinsip-Prinsip Perkembangan Perkembangan proses yang tidak pernah berhenti Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi Perkembangan mengikuti pola dan arah tertentu Perkembangan terjadi dalam tempo berlainan Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas Setiap individu yang normal mengalami fase perkembangan

3.4 Fase Perkembangan Fase perkembangan menurut Freud : 1. Fase oral : 0 1 tahun terfokus pada fungsi mulut)

2. Fase anal : 1 -3 tahun terfokus fungsi eliminatif (pembuangan kotoran) 3. Fase Phalis : 3 5 tahun 4. Fase latent : 5 12/13 tahun 5. Fase pubertas : 12.13 tahun 20 tahn 6. Fase genetal : kematangan a. Analisis Biologis 1) Aristoteles 2) Krestmer Tahap I : 0 3 tahun masa fulung (pengisian) tampak pendek & gemuk Tahap II : 3- 7 tahun masa Streckung (rentangan) tampak langsing & panjang Tahap III : 7-13 tahun Fulung II tampak pendek dan gemuk Tahap IV : 13-20 tahun Streckung tampak langsing Tahap I : 0 7 tahun masa anak kecil/bermain Tahap II : 7 14 tahun masa anak/masa sekolah rendah Tahap III : 14-21 tahun remaja/pubertas (peralihan anak menjadi dewasa)

3) Elizabeth Hurlock Tahap I : konsepsi/Prenatal, 280 hari dalam kandungan Tahap II : 10 14 hari masa orok/infancy Tahap III : 2 minggu 2tahun Babyhood Tahap IV : 2 11 Childhood Tahap V : 11-21 tahun masa Adolesence/ puberty, 11-13 pre adolescence,1617 tahun early adolescence, late adolescence

b. Bedasar didaktis 1) Commenius

2) Rosssesau

Tahap I : 0 6 tahun scola materna (sekolah ibu) Tahap II : 6-12 tahun scola vernaculan (sekolah bahasa ibu) Tahap III : 12-18 tahun scola latina (sekolah latin) Tahap IV : 18-24 akademika

Tahap I : 0 2 tahun usia asuhan Tahap II : 2-12 tahun masa pendidikan jasamni dan panca indera Tahap III : 12-15 tahun pendidikan akal Tahap IV : 15-20 tahun pendidikan watak dan agama

c. Berdasar psikologis 1. Masa kegoncangan 1 : 4 tahun 2. Masa Kegoncangan 2 : 17 tahun >17. : Masa kanak-kanak 0-4 : Masa keserasion sekolah 4 17; Masa kematangan

Fase perkembangan kaitannya dengan proses belajar mengajar Masa pra sekolah : 0 6 tahun (masa vital(Freud :masa oral)& masa estetik Masa sekolah dasar : 6 12 tahun (masa kelas rendah dan kelas tinggi) Masa sekolah menengah : 12 18 tahun( pra remaja dan remaja) Masa Mahasiswa : 18 25 tahun (remaja akhir-dewasa)

3.5 Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Perkembangan 1. Keturunan 2. Lingkungan (fungsi Keluarga, hubungan orang tua, sosial ekonomi, sekolah/pendidikan dan teman sebaya) 3.6 Tugas- Tugas Perkembagan 1. Tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak 0- 6 tahun Belajar : berjalan, berbicara, makan, mengenal perbedaan pria wanita, kestabilan jasmani, memebentuk konsep, hubungan emosional dengan orang tua, mengadakan hubungan baik

dan buruk 2. Tugas perkembangan pada masa sekolah 6 12 tahun Belajar: ketrampilan fisik, sikap sehat, bergaul, eksistensi diri, membaca, menulis, berhitung, mengembangkan konsep sehari-hari, mengembangkan kata hati, memperoleh kebebasan pribadi, mengembangkan sikap positif terhadp kelompok sosisal 3. Tugas perkembangan masa remaja Menurut Wiliam Kay Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya Mencapai kemandirian emosional Belajar bergaul minterpersonal) Menemukan idola Menerima keadaan dirinya dan percaya diri Memperkuat pengendalian diri Mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan secara individula dan kelompok (komunikasi

Menurut Luella Cole Kematangan emosional Pemantapan minat heteroseksual Kematangan sosial Antisipasi dari kontrol keluarga Memilih pekerjaan/karir Menggunakan waktu senggang secara tepat Memiliki filsafat hidup Identifikasi diri

Menurut Havigrus Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya

Mencapai peran sosial wanita atau pria Menerima keadaan fisik dan menggunkan secara efektif Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya Mencapai jaminan kemandirian ekonomi Memilih dan mempersiapkan karir Mempersipakan pernikahan dan hidup keluarga Mengembangkan ketrampilan intelektual Mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara sosial Memperoleh seperangkat nilai dan norma dalam bertingkah laku Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

3.7 Peran Sekolah Dalam Mengembangkan Tugas Perkembangan 1. Pencapaian tugas perkembangan melalui kelompok teman sebaya 2. Mencapai perkembangan kemandirian pribadi 3. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME 3.8 Aspek-Aspek Perkembangan 1. Perkembangan Fisik (Syaraf, Otot, Kelenjar Endokrin, Struktur fisik ) 2. Perkembangan Intelegensi 3. Perkembangan Emosi 4. Perkembangan Bahasa 5. Perkembangan Sosial 6. Perkembangan Kepribadian 7. Perkembangan Moral 8. Perkembangan Kesadaran beragama 3.9 Pentingnya Memahami Peserta Didik Pentingnya Pemahaman Pendidik Mengenai Peserta Didik diantaranya adalah :

1) Dengan memahami peserta didik, seorang pendidik akan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan orang tua dan pendidik. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya. 2) Dengan memahami peserta didik, pendidik akan lebih mudah dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak. Dengan memahami peserta didik, pendidik akan lebih mudah dalam mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga pendidik dapat mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.3) Dengan memahami peserta didik, pendidik akan lebih mudah dalam memberikan

bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik. 4) Masa anak adalah periode perkembangan. Yang cepat & perubahan terjadi dalam banyak aspek perkembangan. 5) Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat bagi perkembangan selanjutnya 6) Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mengembangkan diri & memecahkan masalah yg dihadapi 7) Memahami faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan. Anak dapat: a. mengantisipasi berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan baik di lingkungan keluarga sekolah masyarakat b. mencegah berbagai kendala/faktor-faktor yg akan meracuni perkembangan anak Implikasi Pendidikan: 1. Siapkan program yang memfasilitasi berkembangannya kemampuan berpikir. 2. Gunakan metode mengajar Anak aktif bertanya mengemukakan gagasan uji coba materi lakukan dialog diskusi brain storming (curah pendapat berbagai masalah)

BAB. IV KESIMPULANDari pembahasan makalah mengenai Urgensi Pendidik Memahami Peserta Didik maka

dapat ditarik kesimpulan, bahwa: 1. Perkembangan peserta didik terdiri atas : perkembangan fisik, intelek, afektif, minat, bahasa, dan sosial. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan : keturunan dan lingkungan. 3. Pentingnya pemahaman pendidik mengenai peserta didik adalah : seorang pendidik akan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja, pendidik akan lebih mudah dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak, pendidik akan lebih mudah dalam memberikan bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik, mengantisipasi berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan baik di lingkungan keluarga sekolah masyarakat, mencegah berbagai kendala/faktor-faktor yg akan meracuni perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/pentingnya-guru-memahami-perkembangandan-cara-belajar-anak/-12 http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/25/makalah-perkembangan-peserta-didik/ http://ramlimpd.blogspot.com/2010/12/pentingnya-mempelajari-pedagogik-bagi.html http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR %20BIASA/195103261979032%20-%20PUDJI%20ASRI/PERKEMB.%20PESERTA %20DIDIK.pdf http://nikyuero.files.wordpress.com/2010/06/proses-pemahaman-peserta-didik-smk-piri1-yogya.doc http://batikyogya.wordpress.com/2008/09/09/perkembangan-peserta-didik/