oleh: putik mayangsari pamilutsih k100130062eprints.ums.ac.id/49111/24/naskah publikasi_putik...
TRANSCRIPT
PUBLIKASI ILMIAH
ANTIDEPRESAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUNGA
CENGKEH (Syzygium aromaticum) DAN EKSTRAK ASETON KULIT
PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS
LOKOMOTOR DAN PENURUNAN IMMOBILITY TIME PADA MENCIT
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi
Oleh:
PUTIK MAYANGSARI PAMILUTSIH
K100130062
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 4 Februari 2017
Penulis
PUTIK MAYANGSARI PAMILUTSIH
K100130062
1
ANTIDEPRESAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH (Syzygium
aromaticum) DAN EKSTRAK ASETON KULIT PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP
PENINGKATAN AKTIVITAS LOKOMOTOR, DAN PENURUNAN IMMOBILITY TIME
PADA MENCIT
Putik Mayangsari Pamilutsih* dan Nurcahyanti Wahyuningtyas S.Si., M.Biomed., Apt
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
*E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Ekstrak etanol bunga cengkeh menunjukkan aktivitas antidepresan dengan cara
menghambat monoamin oksidase dan reuptake neurotransmitter monoamin reseptor.
Ekstrak aseton kulit pisang pada penelitian sebelumnya mampu memasok triptopan
kedalam otak. Penelitian ini menguji kombinasi ekstrak bunga cengkeh dan kulit pisang
dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas antidepresan. Penelitian ini menggunakan 5
kelompok perlakuan yaitu CMC-Na 0,5%, Sertralin 6,5 mg/kgBB, Ekstrak etanol bunga
cengkeh 200 mg/kgBB, Ekstrak aseton kulit pisang 200 mg/kgbb, dan Ekstrak kombinasi
bunga cengkeh dan kulit pisang (1:1) 400 mg/kgbb dengan pemberian selama 7 hari.
Metode yang digunakan untuk memicu depresi mencit yaitu metode chronic mild stress
selama 4 minggu. Metode uji antidepresan digunakan Tail Suspension Test (TST),
Forced Swimming Test (FST), dan Open Field Test (OFT). Data dianalisis secara
statistika menggunakan uji Multivariat Analysis of Variance (MANOVA) dilanjutkan
Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan
signifikan mengurangi (p<0,05) immobility time (IT) dan climbing, tetapi tidak
mempengaruhi durasi grooming, rearing, dan central square. Kombinasi ekstrak bunga
cengkeh dan kulit pisang mampu menurunkan aktivitas climbing 50% dan IT 30%
dibandingkan ekstrak tunggalnya.
Kata Kunci: aktivitas antidepresan, aktivitas lokomotor, kombinasi bunga cengkeh dan
kulit pisang, immobility time
Abstracts
Ethanol extract of clove exhibited antidepressant activity by inhibited monoamine
oxidase and reuptake monoamine neurotransmitter receptors as well as aceton extract of
banana peels could supply tryptophan into the brain. This study tested the extract
combination of clove and banana peels which aimed to increased antidepressant-like
activity. In this study uses five treatment groups which each group were given orally with
0.5% CMC-Na, Sertraline 6,5 mg/ kgBB, ethanol extract of clove 200 mg/kgbb, acetone
extract of banana peels 200 mg/kgbb, and extract combination of clove and banana peels
(1:1) 400 mg/kg during 7 days. Methods for made mice depression used chronic mild
stress for 4 weeks and the method used antidepressants test were Tail Suspension Test,
Forced Swimming Test and Open Field Test. The result statistically analysis used
MANOVA test and continued with LSD (p<0.05). The results showed significant
reduced (p<0.05) the immobility time (IT) and climbing , but did not influence of
duration of grooming, rearing and central square. The combination extract of clove and
banana peels were able to showed antidepressant activity based on a decreased in
immobility time (30%) and climbing (50%) compared with control.
Keywords: antidepressant activity, locomotor activity, the combination of clove’s
extract and banana peel’s extract, immobility time
2
1. PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kehilangan minat, suasana hati
yang buruk dan terkait dengan emosional, kognitif, dan gejala perilaku (Health and Excellence,
2010). Berdasarkan laporan dari hasil riset kesehatan dasar (Riskedas) tahun 2013 gangguan mental
emosional untuk usia diatas 15 tahun sebesar 0,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013). Depresi terjadi karena adanya kekurangan kadar neurotransmitter (norefinefrin, dopamin dan
serotonin) pada otak. Oleh karena itu, tujuan dari terapi depresi adalah memperbaiki kadar
neurotransmitter pada otak (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Tanaman cengkeh memiliki kandungan eugenol yang berpotensi sebagai antidepresan dengan cara
menghambat MAO dan reuptake neurotransmiter monoamin (Mathiazhagan et al., 2013; Tao et al.,
2005). Selain itu, kulit pisang (Musa paradisiaca) memiliki khasiat sebagai antidepresan yang
bekerja dengan cara memasok triptopan kedalam otak. Triptopan merupakan prekusor
neurotransmiter (serotonin) yang berperan dalam mengatur pola tidur dan makan, mengatur
lokomotor dan berpengaruh terhadap keadaan emosional serta berpengaruh terhadap terjadinya
depresi (Best et al., 2010; Ittiyavirah et al., 2014). Penelitian ini menguji ekstrak kombinasi bunga
cengkeh dan kulit pisang yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas antidepresan dibandingkan
dengan ekstrak tunggalnya.
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitan eksperimental dengan subjek penelitian berupa mencit. Efek
yang diamati berupa penurunan immobility time (IT) dan peningkatan aktivitas lokomotor dengan
menggunakan uji Tail Suspension Test (TST), Open Field Test (OFT), dan Forced Swimmig Test
(FST).
Alat dan Bahan
Kotak uji FST dilengkapi jaring panjat (44 x 20,5 x 23 cm), tiang uji TST dilengkapi penjepit (h : 60
cm), Kotak kaca uji OFT (40 x 40 x 40 cm) dengan garis hitam ditengah kotak sebagai central
square, dan speaker yang berisi voice recorder suara predator. Kuncup bunga cengkeh dan kulit
pisang dari Pemalang, Sertralin tablet (PT Guardian pharmatama), mencit jantan galur Swiss (Rumah
Tiput), dan semua bahan kimia didapatkan dari Merck, CV. Agung Jaya, dan Brataco.
Jalannya Penelitian
Pembuatan Ekstrak Bunga Cengkeh
Serbuk bunga cengkeh ditimbang sebanyak 200 g dimaserasi dengan 1500 mL etanol 70% dalam
bejana tertutup dan terlindung dari sinar matahari selama 3 hari. Setelah itu, disaring dan didapatkan
3
maserat 1, ampasnya direndam dengan 500 mL etanol 70% selama 2 hari. Setelah itu, disaring
(maserat 2). Maserat 1 dan maserat 2 dicampur dan dimasukan kedalam lemari pendingin selama 1
hari. Kemudian ekstrak etanol tersebut disaring dan diperoleh filtrat. Filtrat dikentalkan dengan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 80OC sehingga diperoleh ekstrak kental (Anas et al.,
2013).
Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang
Ekstraksi yang dilakukan dengan metode maserasi yang dimodifikasi. Kulit pisang dipotong-potong
sebanyak 600 gram, direbus pada suhu 80OC dengan 1000 mL air selama 2 menit, kemudian
disaring. Ampasnya ditambah dengan aseton 70% dan diblender (2 kali), setelah itu disentrifugasi
6000 rpm selama 10 menit dan disaring (maserat). Maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary
evaporator 50OC dan diperoleh ekstrak kental (Tan and Halijah, 2011).
Uji Kualitatif dan KLT Senyawa Flavonoid pada Bunga Cengkeh dan Alkaloid pada Kulit
Pisang
Uji alkaloid menggunakan pereaksi Hager dan Wagner (Sawant and Godghate, 2013), sedangkan uji
Flavonoid menggunakan uji shinoda dan alkali (Mukherjee, 2002). Uji KLT senyawa alkaloid
menggunakan fase gerak metanol:28% ammonia (100:1,5). Reagen semprot yang digunakan
mengandung 1,5 g Sodium Hipoklorit dalam 0,1 M NaOH. KLT yang sudah dielusi, dilihat dibawah
sinar UV 254 nm dan 366 nm. Penggunaan reagen semprot akan menghasilkan fluoresensi vivid blue
mengindikasikan triptofan, jika didapatkan warna jingga atau coklat kemerahan mengindikasikan
serotonin (Kato et al., 2007).
Uji senyawa flavonoid menggunakan pelarut yang digunakan untuk fase gerak berupa toluena:etil
assetat (93:7). Plat KLT dielusi dan dikeringkan serta dilihat dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm
(Sanghai et al., 2011).
Paparan Stress
Paparan CMS selama 5 minggu dengan 2-3 macam stressor. Paparan stress yang dilakukan sesuai
dengan tabel 1.
Tabel 1. Rancangan paparan stress
4
Pengujian antidepresan
Pengujian ini menggunakan 5 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok sebagai berikut:
Kelompok kontrol negatif : CMC Na 0,5%.
Kelompok kontrol positif : Sertralin 6,5 mg/kgBB mencit.
Kelompok EBC : ekstrak kuncup bunga cengkeh 200 mg/kgBB.
Kelompok EKP : ekstrak kulit pisang 200mg/kgBB.
Kelompok EKCP : ekstrak kuncup bunga cengkeh 200 mg/kgBB + ekstrak kulit
pisang 200 mg/kgBB
Sediaan ini diberikan secara oral mulai minggu ke-4, 1 x sehari selama 7 hari. Setiap uji aktivitas
antidepresan dilakukan sehari dengan jeda sebelum uji adalah 1 jam (Strekalova et al., 2004).
Uji Tail Suspension Test (TST)
Batang dengan panjang 60 cm diletakkan secara horisontal pada permukaan meja atau ujung kayu
yang berdiri. Kemudian ekor mencit digantung dengan menggunakan perekat atau alat khusus (kira-
kira 1 cm dari ujung ekor) antar ekor dan ujung kayu. Perlakuan ini dilakukan 60 menit setelah
pemberian dosis terakhir. Durasi pengamatan selama 6 menit, dan diamati waktu immobility (IT)
(Tan and Halijah, 2011).
Uji Open Field Test (OFT)
Mencit dimasukan kedalam suatu kotak tanpa penutup, dan diamati selama 5 menit sebelum diberi
perlakuan (obat dan ekstrak) untuk mendapatkan data pre-test, setelah itu mencit diberi perlakuan
selama 7 hari dan 45 menit setelah pemberian dosis terakhir, mencit diuji cobakan. Data yang
diperoleh adalah lama waktu central square (CS), rearing, dan grooming (Anas et al., 2013).
Uji Forced Swimmig Test (FST)
Mencit dimasukan kedalam kotak yang berisi dengan air. Uji dilakukan setelah 1 jam diberi
perlakuan dengan durasi 7 menit. Mencit dikatakan mengalami immobility jika mencit hanya
melakukan gerakan agar kepalanya tetap diatas air. Mencit dikatakan mobility jika mencit aktif
berenang dan memanjat (climbing) (Buccafusco, 2009).
Analisis data
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 23. Jenis data yang diperoleh berupa data interval dengan
pengamatan immobility time, grooming, rearing, climbing dan central square. Pengolahan data pada
uji antidepresan menggunakan one way ANAVA dilanjut LSD. Kesinergisan efek kombinasi kedua
ekstrak dilihat dari perbandingan dengan ekstrak bunga cengkeh dan ekstrak kulit pisang.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Golongan Alkaloid pada Ekstrak Kulit Pisang dan Golongan Flavonoid pada
Ekstrak Bunga Cengkeh.
Ekstrak bunga cengkeh berwarna coklat pekat dan berbau khas serta rendemen yang diperoleh
29,45% b/b (58,91 gram), sedangkan ekstrak kulit pisang berwarna coklat pekat dengan rendemen
yaitu 2,4% b/b (14,63 gram). Hasil uji KLT dapat dilihat pada Tabel 2 dentifikasi golongan alkaloid
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa serotonin yang merupakan neurotransmiter yang
berperan dalam proses depresi (Bear et al., 2016). Menurut Ittiyavirah et al, (2014) kulit pisang muda
mengandung triptofan, serotonin, norepinefrin, dopamin dan senyawa indole lainnya. Selain itu
identifikasi golongan flavonoid pada ekstrak cengkeh karena kadungan utama cengkeh adalah
eugenol, eugenol merupakan golongan dari flavonoid (Kamatou et al., 2012). Hasil uji kualitatif
berupa uji warna dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Identifikasi senyawa flavonoid dan alkaloid Senyawa Metode Uji Hasil Rujukan Identifikasi
Alkaloid
Hager Endapan kuning Endapan kuning
(Trease and Evan, 1983)
Alkaloid
Wagner Endapan berwarna
merah coklat
Endapan merah kecoklatan (Trease
and Evan, 1983)
Alkaloid
Flavonoid Shinoda Warna Merah bata Merah tua atau
kuning (Mukherjee,
2002)
Flavonoid
Alkali Warna Merah bata Flavonoid
3.2 Pengamatan Subjektif dan Profil Berat Badan pada Uji Antidepresan
Tabel 3. Hasil pengamatan perilaku, BAB, dan nafsu makan pada hari ke-7 terapi terhadap 5
kelompok pada uji antidepresan
Pengamatan Subjektif pada hewan uji (n=5)
Prosentase respon (%) tiap kelompok
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Ekstrak
bunga
cengkeh
Ekstrak kulit
pisang
Kombinasi
ekstrak
cengkeh-
pisang
Hari
ke-0
Hari
ke-7
Hari
ke-0
Hari
ke-7
Hari
ke-0
Hari
ke7
Hari
ke-0
Hari
ke7
Hari
ke-0
Hari
ke7
Perilaku
Normal 0 40 0 60 20 80 20 80 40 100
Agresif 20 0 0 40 0 20 0 0 0 0
Pasif 80 80 100 0 80 0 80 20 60 0
BAB Normal 40 0 20 80 0 100 40 80 20 100
Sulit 60 100 80 20 100 0 60 20 80 0
Nafsu
makan
Bertambah 20 0 20 80 0 100 40 100 40 100
Berkurang 80 100 80 20 100 0 60 0 60 0
6
Seluruh kelompok perlakuan (Tabel 3) setelah 4 minggu paparan CMS sudah mengalami depresi
yang ditandai dengan sebagian besar mencit pada setiap kelompok mengalami perilaku pasif, sulit
BAB, dan berkurangnya nafsu makan. Terapi Sertralin selama 7 hari mampu menormalkan perilaku
pada 60% mencit, meningkatkan nafsu makan dan menormalkan BAB pada 80% mencit. Pemberian
ekstrak bunga cengkeh selama 7 hari didapatkan 80% mencit berperilaku normal dan seluruh mencit
menunjukkan peningkatan nafsu makan serta BAB normal. Pada kelompok ekstrak kulit pisang
mencit menunjukkan perilaku normal (80%) dan 100% mencit mengalami BAB normal serta
penambahan nafsu makan. Sedangkan pemberiaan sediaan kombinasi efektif menormalkan perilaku
dan BAB, serta meningkatkan nafsu makan seluruh mencit (100%).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kombinasi mampu mengurangi gejala
depresi atipikal berupa pasif, nafsu makan berkurang dan sulit BAB karena kandungan eugenol yang
dapat menghambat MAO dan reseptor reuptake neurotransmiter serta pasokan triptofan dari
kombinasi ekstrak yang mengakibatkan serotonin di dalam celah sinaptik meningkat. Peningkatan
kadar serotonin dapat memacu aktivitas lokomotor dan rasa lapar, serta dapat menstimulasi flora
usus sehingga menyebabkan BAB normal (Albay et al., 2009).
Gambar 1. Grafik perubahan berat badan sebelum diberi perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan
pada minggu ke-5 uji antidepresan
Pemberian paparan stress selama 4 minggu signifikan mengurangi berat badan pada kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, EBC, EKP, dan EKCP. Pemberian Sertralin, ekstrak bunga cengkeh,
ekstrak kulit pisang dan kombinasi kedua ekstrak selama 7 hari menunjukkan peningkatan berat
badan yang signifikan (p=0,000) di bandingkan dengan minggu ke-4.
7
3.3 Uji Antidepresan dengan Metode Uji Tail Suspension, Forced Swimming, dan Open Field
Uji TST digunakan untuk menentukan potensi obat antidepresan, selain itu juga untuk pembelajaran
neurobiologikal dan melihat mekanisme umum yang mendasari terjadinya stress serta respon dari
antidepresan (Gould, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan Sertralin mampu menurunkan
immobility time (IT) yang signifikan pada hari ke-3 dan ke-7 (p=0,009 dan p=0,000) dibandingkan
dengan kontrol negatif, sedangkan sediaan tunggal dan kombinasi mulai efektif menurunkan IT
pada hari ke-7. Bila dibandingkan dengan Sertralin, pemberian ekstrak kulit pisang (EKP) tidak
efektif dalam menurunkan IT (p=0,17). Efek yang diberikan sediaan kombinasi (EKCP) dalam
penurunan IT sama seperti sediaan Sertralin dan ekstrak tunggalnya.
Tabel 4. Data rata-rata immobility time (IT) dengan metode TST pada kelompok kontrol negatif,
kontrol positif, EBC, EKP dan EKCP
Kelompok
Rata-Rata ± SD (detik)
Basal sebelum
paparan CMS
Basal sesudah
paparan CMS Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol (-) 84,2± 9,7 123,9± 28,2 121,8± 35,8 120,3± 13,2 155,5± 32,10
Kontrol (+) 72,4± 7,3 118,1± 45,2 84,7± 27,9 49,9± 29,5a 31,6±14,6a
EBC 101,9± 15,5 140,1± 44, 3 117,9± 46,2 95,5± 52,5 63,9± 33,2a
EKP 103,9± 6,8 162,5± 41,4 133± 49,7 105,3± 50,3b 87,0± 48,8ab
EKCP 69,9± 11,2 130,9± 40,4 115,4± 56,1 87,7± 31,5 66,3± 30,9a
ap<0,05 dibadingkan dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibandingkan dengan kontrol positif, cp<0,05 dibandingkan dengan EBC, dp<0,05 dibandingkan dengan EKP.
Tabel 5. Data rata-rata durasi climbing dengan metode FST pada kelompok kontrol negatif, kontrol
positif, EBC, EKP dan EKCP
Kelompok
Rata-rata ± SD (detik)
Basal sebelum
paparan CMS
Basal sesudah
paparan CMS Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol (-) 86,8±6,13 123,8±12,40 143,6±16,6 157,08±7,8 172,92±3,6
Kontrol (+) 106,4±9,4 113,5±42,4 161,3±16,2 166,24±4,8 149,24±9,7
EBC 79,0±18,4 151,2±30,6 115,1±38,6bd 121,90±21,8abd 132,56±39,6a
EKP 108,9±17,7 122,2±12,8 158,5±25,7 159,6±12,7 165,06±12,1
EKCP 109,2±12,3 172,70±9,8 163,8±7,4c 134,44±29,2b 103,36±40,3abd ap<0,05 dibadingkan dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibandingkan dengan kontrol positif, cp<0,05 dibandingkan dengan EBC, dp<0,05 dibandingkan dengan EKP.
Kelompok EBC mulai menunjukkan penurunan durasi climbing yang signifikan terhadap kontrol
negatif pada hari ke-3 dan hari ke-7 (Tabel 5). Pemberian EBC selama 3 hari lebih efektif
dibandingkan dengan Sertralin (p=0,002) dan EKP (p=0,006) dalam penurunan durasi climbing.
Pemberian EKCP selama 7 hari memberikan efek penurunan yang signifikan dibandingkan dengan
kontrol negatif (p=0,000). Ekstrak kombinasi lebih efektif dalam meningkatkan aktivitas lokomotor
dibandingkan dengan kontrol positif (p=0,012) dan EKP (p=0,001), tetapi efek yang ditimbulkan
sama dengan EBC.
8
Tabel 6. Rata-rata immobility time (IT) dengan metode FST pada kelompok kontrol negatif, kontrol
positif, EBC, EKP dan EKCP
Kelompok
Rata-Rata ± SD (detik)
Basal sebelum
paparan CMS
Basal sesudah
paparan CMS Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol (-) 12,0±14,7 11,5±13,7 58,4±29,3 73,8±47,3 51,3±15,8
Kontrol (+) 53,7±51,4 67,2±67,3 72,4±38,9 149,9±83,3a 0,3±0,1a
EBC 33,2±12,3 83,4±47,5 52,5±37,3 37,5±37,9b 4,0±2,7ab
EKP 30,9±14,7 42,3±22,8 36,8±47,8 13,8±7,7b 3,7±1,2ab
EKCP 65,2±10,4 72,4±9,7 57,6±13,6 17,0±6,0b 3,7±4,8ab ap<0,05 dibadingkan dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibandingkan dengan kontrol positif, cp<0,05 dibandingkan dengan EBC, dp<0,05 dibandingkan dengan EKP.
Terlihat pada Tabel 6 pemberian Sertralin selama 3 hari tidak mampu menurunkan immobility time,
namun pemberian selama 7 hari mampu menurunkan immobility time (p=0,02). Pemberian sediaan
tunggal dan kombinasi signifikan menurunkan immobility time dibandingkan dengan kontrol negatif
dan Sertralin (p<0,05). Efek kombinasi setara dengan ekstrak tunggalnya dalam penurunan
immobility time (p>0,05). Peningkatan immobility time pada kontrol positif kemungkinan disebabkan
karena mencit mengalami hipotermi sehingga mempengaruhi kemampuan dalam berenang
(Buccafusco, 2009).
Pada hari ke-1 terjadi peningkatan waktu grooming yang signifikan pada kelompok kontrol positif
dan EBC dibandingkan dengan kontrol negatif. Semua kelompok dapat dikatakan memiliki aktivitas
sebagai antidepresan. Efek yang paling bagus terdapat pada kelompok EBC dan kontol positif bila
dibandingkan dengan kelompok EKP dan EKCP dengan nilai p<0,05 (Tabel 7). Sedangkan
pemberian Sertralin, ekstrak tunggal dan kombinasi tidak menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap peningkatan durasi grooming pada hari ke-3 dan ke-7 dibandingkan dengan kontrol negatif.
Ekstrak kombinasi pada hari ke-7 menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan
EKP. Hal ini diduga karena kadar serotonin di celah sinaptik terlalu banyak dan tidak dapat
dimetabolisme, selain itu juga karena eugenol yang terkandung dalam ekstrak kombinasi
kemungkinan sudah menghambat enzim monoamine oksidase sehingga kadar serotonin di celah
sinaptik meningkat. Tingginya kadar serotonin mampu mempengaruhi pelepasan glutamat sehingga
menimbulkan efek sedatif (Best et al., 2010; Galal et al., 2015).
9
Tabel 7. Rata-rata durasi grooming dengan metode OFT pada kelompok kontrol negatif, kontrol
positif, EBC, EKP dan EKCP
Kelompok
Rata-rata ± SD (detik)
Basal sebelum paparan CMS
Basal sesudah paparan CMS
Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol (-) 28,6±7,4 7±6,8 16,4±14,5 46,6±38,9 66,1±39,6
Kontrol (+) 53,2±5,7 32,6±4,2 30,1±8,9a 34,4±26,0 41,1±9,0
EBC 106,8±10,1 23,5±5,8 33,4±7,3a 41,2±9,9 72,3±60,5
EKP 57,1±17,9 23,7±11,9 8,8±0,7bc 53,2±40,1 90,6±46,7
EKCP 29,2±11,0 12,2±15,3 7,6±9,3bc 25,3±20,5 30,4±18,8d
ap<0,05 dibadingkan dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibandingkan dengan kontrol positif, cp<0,05 dibandingkan dengan EBC, dp<0,05 dibandingkan dengan EKP.
Tabel 8. Rata-rata durasi rearing dengan metode OFT pada kelompok kontrol negatif, kontrol
positif, EBC, EKP dan EKCP
Kelompok
Rata-Rata ± SD (detik)
Basal sebelum
paparan CMS
Basal sesudah
paparan CMS Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol (-) 48,5±23,8 7,3±7,4 14,8±16,0 45,2±36,1 25,8±17,4
Kontrol (+) 50,8±11,6 17,3±6,7 29,3±14,4a 22,9±32,4 45,1±20,6
EBC 29,9±6,7 12,9±11,7 5,9±7,2b 13,4±10,2a 21,6±23,1
EKP 36,3±14,0 13,1±3,9 14,7±1,6b 22,8±4,7 29,5±20,5
EKCP 17,6±5,4 6,9±3,1 13,8±4,6b 24,1±6,1 31,1±9,1 ap<0,05 dibadingkan dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibandingkan dengan kontrol positif, cp<0,05 dibandingkan dengan EBC,
dp<0,05 dibandingkan dengan EKP.
Hari ke-1 terjadi peningkatan waktu rearing pada kelompok Sertralin dibandingkan kelompok
kontrol negatif (p=0,039), sedangkan ekstrak belum menunjukkan peningkatan waktu rearing.
Kelompok EBC menunjukkan penurunan pada hari ke-3 dibandingkan dengan kontrol negatif
(p=0,036). Hal ini kemungkinan disebabkan efek sedatif akibat eugenol yang terkadung didalam
ekstrak bunga cengkeh (Anas et al., 2013). Sedangkan pada hari ke-7 tidak terdapat peningkatan
maupun penurunan yang signifikan pada perbandingan antar kelompok (Tabel 8). Sehingga dapat
dikatakan baik ekstrak tunggal maupun kombinasi memiliki efek antidepresan tetapi tidak mampu
menaikan daya eksplorasi mencit selama 7 hari terapi.
10
Tabel 9. Rata-rata durasi central square dengan metode OFT pada kelompok kontrol negatif,
kontrol positif, EBC, EKP dan EKCP
ap<0,05 dibadingkan dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibandingkan dengan kontrol positif, cp<0,05 dibandingkan dengan EBC, dp<0,05 dibandingkan dengan EKP.
Sertralin menunjukkan efek peningkatan durasi central square dibandingkan dengan kontrol negatif
(p=0,001) pada hari ke-1, dan efek yang diberikan masih unggul dibandingkan dengan ekstrak
tunggal dan kombinasi. Ekstrak tunggal dan kombinasi belum mampu menaikan durasi central
square bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p>0,05) selama 7 hari terapi (Tabel 9), namun efek
ekstrak kombinasi dalam meningkatkan durasi central square yang lebih baik dibandingkan dengan
ekstrak bunga cengkeh (p=0,034).
Ektrak kombinasi bunga cengkeh dan kulit pisang (EKCP) memiliki efek dalam penurunan IT yang
sama dengan ekstrak tunggal, tetapi lebih poten 1,3x dibandingkan dengan ekstrak kulit pisang
(EKP), namun potensinya tidak sebagus bila dibandingkan dengan ekstrak bunga cengkeh (EBC)
pada metode TST. Pada metode FST efek yang dihasilkan EKCP memiliki potensi 1,1 kali dan 1 kali
dibandingkan dengan EBC dan EKP dalam menurunkan IT, tetapi lebih poten dalam penurunan
durasi climbing 1,3 kali dan 1,5 kali dibandingkan dengan EBC dan EKP, walaupun efek yang
dihasilkan sama (Tabel 10). Namun pada metode uji OFT tidak signifikan meningkatkan durasi
grooming, rearing, dan central square. Pemberian ekstrak kombinasi selama 7 hari mampu
meningkatkan aktivitas antidepresan dan lokomotor dibandingkan dengan ekstrak tunggal pada uji
TST dan FST serta tidak berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas lokomotor pada uji OFT.
Hal ini kemungkinan karena senyawa eugenol yang menghambat reseptor GABAnergik sehingga
pelepasan glutamat meningkat atau karena kadar dari serotonin belum mampu memodulasi
pengeluaran hormon kortikotropin yang memacu pengeluaran hormon adrenal sehingga energi yang
dihasilkan belum mencukupi dalam memacu pergerakan (lokomotor) (Best et al., 2010; Galal and
Abdellatief, 2015).
Kelompok
Rata-rata (detik)
Basal sebelum
paparan CMS
Basal sesudah
paparan CMS Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol (-) 16,2±6,5 0,7±0,5 0,8±0,4 9,1±4,7 10,5±5,6
Kontrol (+) 10,0±5,8 3,8±3,7 10,1±6,4a 10,7±8,4 8,2±6,8
EBC 9,1±4,9 2,6±3,4 3,3±3,9b 5,4±3,9 6,0±2,8
EKP 15,7±11,2 12,4±10,3 4,9±2,6b 7,8±2,6 9,3±9,3
EKCP 20,5±1,6 1,7±1,7 2,1±2,1b 4,1±1,1b 15,9±7,9c
11
Tabel 10. Perbandingan ekstrak kombinasi dengan ekstrak tunggal selama pemberian 7 hari
terhadap peningkatan antidepresan
Uji antidepresan Ekstrak tunggal
Rata-rata ± SD (detik)
Rata-rata ± SD EKCP (detik)
Keterangan
TST
EBC 63,9± 33,2
66,3± 30,9
EKCP mampu menaikan IT
1x dibandingkan EBC.
EKP 87,0± 48,8 EKCP menurunkan IT 1,3x
dibandingkan EKP.
FST-Climbing
EBC 132,5±39,6
103,4±40,3
EKCP menurunkan lama
climbing 1,3x dibandingkan
EBC.
EKP 165,1±12,1
EKCP mampu menurunkan
lama climbing 1,5x
dibandingkan EKP.
FST-Immobility
time
EBC 4,0±2,7
3,7±4,8
EKCP menurunkan lama IT
1,1x dibandingkan EBC.
EKP 3,7±1,2 EKCP menurunkan IT 1x
dibandingkan dengan EKP.
OFT-Grooming
EBC 72,3±60,5
30,4±18,8
EKCP menurunkan lama
grooming 2,3x dibandingkan EBC.
EKP 90,6±46,7 EKCP menurunkan lama grooming lebih rendah 3x
dibandingkan EKP.
OFT-Rearing
EBC 21,6±23,1
31,1±9,1
EKCP menaikkan lama rearing 1,4x dibandingkan
EBC.
EKP 29,5±20,5 EKCP menaikkan lama
rearing 1x dibandingkan EKP.
OFT-Central square
EBC 6,0±2,8
15,9±7,9
EKCP menaikkan aktivitas
central square 2,6x
dibandingkan EBC.
EKP 9,3±9,3 EKCP menaikkan aktivitas central square lebih tinggi
1,7x dibandingkan EKP.
12
4. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kombinasi ekstrak bunga cengkeh dan kulit pisang (1:1) 400 mg/kgBB setelah pemberian
terapi selama 7 hari menunjukkan penurunan aktivitas immobility time sebesar 30% dan
climbing sebesar 50% pada metode uji TST dan FST dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya.
B. Saran
Saran dari penelitian ini yaitu diperlukan pengukuran kadar eugenol dan serotonin pada ekstrak
serta durasi pemberian diperpanjang menjadi 2-3 minggu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Albay R., Chen A., Anderson G.M., Tatevosyan M. and Janusonis S., 2009, Relationships among
body mass, brain size, gut length, and blood tryptophan and serotonin in young wild-type
mice., BMC physiology, 9 (4), 1–12.
Anas Y., Puspitasari N. and Nuria M.C., 2013, Aktivitas Stimulansia Ekstrak Etanol Bunga dan
Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry.) pada Mencit Jantan Galur SWISS
beserta Identifikasi Golongan Senyawa Aktifnya, Naskah Publikasi,. Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013,
PP. 1-300.
Bear M.F., Connors B.W. and Paradiso M.A., 2016, Neuroscience Exploring the Brain 4 th edition,
Dalam Neuroscience Exploring the Brain 4 th edition, Wolters Kluwer, New York, pp. 143–
178.
Best J., Nijhout H.F. and Reed M., 2010, Serotonin synthesis, release and reuptake in terminals: a
mathematical model., Theoretical biology & medical modelling, 7, 34.
Buccafusco J., 2009, Methods of Behavior Analysis in Neuroscience, 2nd ed., Taylor & Francis
Group, LLC, London.
Departemen Kesehatan RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penderita Gangguan Depresif,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Jakarta.
Galal A.A.A. and Abdellatief S.A., 2015, Neuropharmacological studies on Syzygium aromaticum
(clove) essential oil, International Journal of Pharma Sciences, 5 (2), 1013–1018.
Gould T.D., 2009, Mood and Anxiety Related Phenotypes in Mice Characterization Using
Behavioral Tests, Dalam Mood and Anxiety Related Phenotypes in Mice Characterization
Using Behavioral Tests, Humana Press, USA, pp. 1–337.
Health N.I. for and Excellence C., 2010, The Nice Guideline on the Treatment and Depression the
Treatment and Management of Depression (updated edition), Dalam Depression, The British
Psychological Society and The Royal College of Psychiatrists, London, Great Britain, pp. 1–
592.
Ittiyavirah S. and Anurenj D., 2014, Adaptogenic studies of acetone extract of Musa paradisiaca L.
fruit peels in albino Wistar rats, International Journal of Nutrition, Pharmacology,
Neurological Diseases, 4 (2), 88–94.
Kamatou G.P., Vermaak I. and Viljoen A.M., 2012, Eugenol - From the remote Maluku Islands to
the international market place: A review of a remarkable and versatile molecule, Molecules, 17
(6), 6953–6981.
Kato N., Kojima T., Yoshiyagawa S., Ohta H., Toriba A., Nishimura H. and Hayakawa K., 2007,
Rapid and sensitive determination of tryptophan, serotonin and psychoactive tryptamines by
thin-layer chromatography/fluorescence detection, Journal of Chromatography A, 1145 (1–2),
229–233.
Mathiazhagan S., Anand S., Parthiban R. and Sankaranarayanan B., 2013, Antidepressant-like
effect of ethanolic extract from Caryophyllus aromaticus in albino rats, journal of Dental and
Medical Science, 4 (2), 37–40.
Sanghai D.N., Adhate P.S., Patil S.K. and Sanghai N.N., 2011, Development of Analytical
14
Techniques for Identification of Phytochemicals in Selected Herbal, Pharmaceutical Sciences
and Research, 2 (8), 2126–2131.
Sawant R.S. and Godghate a G., 2013, Qualitative Phytochemical Screening of Rhizomes of
Curcuma Longa Linn, International Journal of Science, Environment and Technology, 2 (4),
634–641.
Strekalova T., Spanagel R., Bartsch D., Henn F.A. and Gass P., 2004, Stress-induced anhedonia in
mice is associated with deficits in forced swimming and exploration,
Neuropsychopharmacology, 29 (11), 2007–2017.
Tan P.T. and Halijah H., 2011, Antidepressant-Like Activity of Banana Peel Extract in Mice,
American Medical Journal, 2 (2), 59–64.
Tao G., Irie Y., Li D.-J. and Keung W.M., 2005, Eugenol and its structural analogs inhibit
monoamine oxidase A and exhibit antidepressant-like activity, Bioorganic & Medicinal
Chemistry, 13 (15), 4777–4788.
Trease G.E. and Evan W.C., 1983, Pharmacognosy 15Th Edition, Balliere Tindall, English.