laporan pengamatan telur
DESCRIPTION
laporan praktikum rekayasa pengolahan pangan telur bebek/itikTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN
PENGAMATAN TELUR BEBEK DAN PEMBUATAN TELUR ASIN
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilisa Siwi Lestari 2013340003
Lina Anisah 2013340005
An Nisa Ramadhan L. 2013340040
Siti Fara J. 2013340051
Puteri Maulani 2013340056
Suci Sari Ramadhani 2014349117
Rachmat Darmawan 2013340078
Jurusan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Sahid Jakarta
2015
PENGAMATAN TELUR BEBEK DAN PEMBUATAN TELUR ASIN
( 13Mei 2015)
A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui sifat fisik dari telur bebek utuh, meliputi warna, tekstur kulit, diameter dan
panjang telur utuh, bobot telur utuh, pemeriksaan telur utuh dengan candling, dan
pemeriksaan isi telur
2. Untuk mengetahui struktur fisik telur bebek
3. Untuk mengetahui cara pembuatan telur asin
4. Untuk mengetahui pembuatan telur asin dengan dua perlakuan
B. Latar Belakang
Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap yaitu
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang banyak dikonsumsi adalah telur
bebek, telur ayam dan telur puyuh. Di Indonesia jumlah telur yang tersedia sangat banyak yaitu
sebesar 1,378 ton. Sumbangan telur terbesar adalah dari jenis ayam petelur dengan total 69,57%.
Telur ayam buras dan telur itik menyumbang masing-masing 12,16% dan 18,26%, tetapi dalam
kenyataannya telur–telur busuk sebelum dimanfaatkan atau dikonsumsi karena kurangnya masa
simpan dari telur-telur tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi masalah pembusukan telur yaitu
dengan membuat telur asin.
Telur asin merupakan teknologi hasil peternakan yang peminatnya cukup banyak.
Sebagian besar telur asin dibuat dari telur bebek. Hal ini disebabkan telur bebek mempunyai
pori-pori yang besar sehingga baik untuk telur asin. Dengan pengasinan telur bebek menjadi
tidak amis dan masa simpan telur lebih lama. Semakin lama waktu pengasinan akan semakin
tahan lama masa simpan telur.
Telur asin dapat dibuat dengan cara merendam menggunakan media garam. Media garam
merupakan campuran antara garam, serbuk batu bata merah, sedikit kapur dan air. Garam
berfungsi sebagai pencipta rasa asin sekaligus sebagai bahan pengawet karena garam mampu
menyerap air dari dalam telur. Garam akan masuk ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur
menuju ke putih telur, lalu ke kuning telur. Garam akan menarik air yang dikandung telur.
Garam juga terdapat ion chlor yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dalam
telur, sehingga menyebabkan telur menjadi awet karena bakteri yang terkandung dalam telur
mati. Kualitas telur asin dapat dilihat berdasarkan penilaian sifat organoleptik. Penilaian
organoleptik merupakan penilaian dengan panca indra manusia terhadap sifat pangan dengan
indra penglihatan, perasa, pembau, peraba dan pendengaran. Organoleptik yang diujikan pada
penelitian ini meliputi tekstur, warna, aroma dan rasa.
Telur bebek dapat dibuat telur asin dengan media yang bermacam–macam antara lain
serbuk batu bata merah, abu pelepah kelapa dan lumpur sawah. Media yang sering digunakan
untuk membuat telur asin yaitu serbuk batu bata merah dan abu pelepah kelapa, lumpur sawah
kurang dimanfaatkan dalam pembuatan telur asin.
Lumpur sawah atau tanah sawah merupakan tanah yang digunakan untuk bertanam padi
sawah, baik secara terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.
Tanah sawah berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian disawahkan sehingga menyebabkan
perubahan sifat tanah, baik sifat morfologi, fisiologi dan mikrobiologi.
Perendaman dengan lumpur sawah dapat mengakibatkan telur asin tersebut mengandung banyak
bakteri. Menurut Suzuki (1969), bahwa bakteri yang terdapat dalam tanah sawah atau lumpur
sawah adalah Microbacteria, Bacilus dan Pseudomonas. Bakteri ini berasal dari permukaan akar
tanaman padi, populasi bakteri akan meningkat jika mengalami penambahan bahan organik.
Sedangkan telur asin dengan perendaman dengan menggunakan serbuk batu bata merah dan abu
pelepah kelapa kemungkinan jumlah bakteri lebih sedikit. Hal ini disebabkan serbuk batu bata
merah sudah mengalami proses pembakaran, sehingga bakteri mati pada saat proses pembakaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ruriyawati Listyorini tahun 2010, bahwa
telur yang diasinkan dengan serbuk batu bata merah dapat menghilangkan bau amis dan
memperpanjang masa simpan telur, karena dengan pengasinan dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme dalam telur sehingga menekan terjadinya pembusukan.
C. Teori Dasar
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan
dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,
bebek, dan angsa. Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita
sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan, antara lain
kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan,
daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh
banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain
itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan.
Hampir semua orang membutuhkan telur (Anonim, 2005).
Bagian-bagian telur beserta fungsinya, yaitu:
1. Cangkang
Fungsi cangkang adalah untuk melindungi telur atau embrio dari luar sehingga
embrio tetap aman.
2. Membran Dalam
Berfungsi untuk membungkus albumen dan yolk yang ada di dalamnya
3. Membran Luar
Berfungsi untuk menjaga telur bagian dalam dari guncangan serta menjaga telur
agar tetap kuat
4. Putih Telur (Albumen)
Cadangan makanan bagi embrio sewaktu berkembang dalam cangkang telurnya
5. Kuning Telur (Yolk)
Embrio atau calon bayi yang bakalan berkembang dan menetas
6. Kalaza
Menjaga posisi kuning telur dan keping lembaga
7. Keping Germinal
Sel embrio yang nantinya menjadi satu individu
8. Rongga Udara (Air Cell)
Tempat oksigen masuk agar calon bayi di dalam telur tetap bisa bernafas
Jenis dan Manfaat Telur
1. Jenis Telur
Banyak jenis telur unggas yang dapat kita jumpai di sekitar kita. Secara umum,
ada 5 macam telur unggas yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu telur
ayam kampung, ayam ras, itik atau bebek, entok, dan puyuh.
a. Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau putih kecokelatan, dengan berat
berkisar antara 25 gr – 35 gr per butir.
b. Telur ayam negeri atau ras, umumnya berwarna cokelat pastel hingga cokelat merah,
dengan berat berkisar anatara 50 gr – 70 gr per butir.
c. Telur itik atau bebek, umunya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar antara 60 gr
– 70 gr per butir.
d. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar antara 70 gr– 80 gr per
butir.
e. Telur puyuh, umumnya berwarna putih bertotol-totol cokelat kehitaman, dengan berat
± 10 gr per butir.
2. Manfaat Telur
Telur dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam keperluan, antara lain
adalah sebagai bahan penambah cita rasa (masakan, kerupuk); bahan pengembang (roti,
kerupuk); bahan pengempuk (gorengan); bahan pengental (sup); bahan perekat atau
pengikat (masakan perkedel, kue kering); bahan penambah unsur gizi; bahan atau zat
pembentuk emulsi; bahan penstabil suspensi dan bahan penggumpal (coagulant)
(Sarwono, B, 1985).
Pengawasan mutu telur dapat dilakukan terhadap keadaan fisik, kesegaran isi telur,
pemeriksaan kerusakan dan pengukuran komposisi fisik. Keadaan fisik dari telur mencakup
hal ukuran (berat, panjang, dan lebar), warna (biru, hijau, biru kehijauan), kondisi kulit telur
(tipis dan tebal), rupa (bulat dan lonjong) dan kebersihan kulit telur. Kesegaran isi telur
merupakan kondisi dimana bagian kuning telur dan putih telur yang kental berada dalam
keadaan membukit bila telur dipecahkan dan isinya diletakkan di atas permukaan datar yang
halus, misalnya kaca. Penetapan kesegaran isi telur dapat dilakukan dengan metode subyektif
(candling) dan cara obyektif (memecah telur), untuk menentukan kondisi telur baru atau
lama.
Secara subyektif mutu telur utuh dapat dinilai dengan cara candling, yaitu dengan
meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar (matahari atau lampu listrik) yang kuat, sehingga
memungkinkan pemeriksaan kulit dan bagian dalam telur. Di tingkat pengecer umumnya
dilakukan dengan cara peneropongan dengan sumber cahaya matahari atau lampu pijar.
Dengan cara ini adanya keretakan kulit telur dapat ditemukan, juga posisi kuning telur,
ukuran dan dan posisi kantung udara, bintik-bintik darah, kerusakan oleh mikroorganisme
dan pertumbuhan jamur. Kelemahan cara ini adalah hanya dapat mengetahui kerusakan yang
menonjol saja dan dalam jumlah besar cara ini tidak praktis.
Metode obyektif dilakukan dengan cara memecahkan telur dan menumpahkan isinya
pada bidang datar dan licin (biasanya kaca), kemudian dilakukan pengukuran Indeks Kuning
Telur (Yolk Index), Indeks Putih Telur (Albumin Index) dan Haugh Unit.
Indeks Kuning Telur (IKT) adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan garis
tengah kuning telur. Telur segar mempunyai Indeks Kuning Telur 0,33 - 0,50 dengan rata-
rata 0,42. Semakin tua atau lama umur telur (sejak ditelurkan unggas) Indeks Kuning telur
menurun karena penambahan ukuran kuning telur akibat perpindahan air (dari putih ke
kuning telur). Standar untuk indeks kuning telur adalah sebagai berikut : 0,22 = jelek; 0,39 =
rata-rata, dan 0,45 = tinggi.
Indeks Putih Telur adalah perbandingan tinggi putih telur (albumin) kental dengan
rata-rata garis tengahnya. Pengukuran dilakukan setelah kuning telur dipisahkan dengan hati-
hati. Telur yang baru mempunyai Indeks Putih Telur antara 0,050 - 0,174, tetapi biasanya
berkisar antara 0,090 dan 0,120. Indeks Putih Telur menurun selama penyimpanan, karena
pemecahan ovomucin yang dipercepat oleh naiknya pH. Telur dengan mutu yang baik
mempunyai HU minimal 72. Telur yang tidak layak dikonsumsi mempunyai HU kurang dari
30.
Pemeriksaan terhadap kerusakan juga merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk penilaian mutu telur. Cacat atau kerusakan pada telur antara lain adanya
bintik-bintik hitam pada permukaan kulit, retak (kulit pecah), adanya bercak darah jika
diamati dengan candling, adanya cacing, pertumbuhan janin, perubahan ukuran kantung
udara, dan adanya kebusukan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengukuran komposisi fisik
adalah menentukan persentase kulit, putih telur dan kuning telur terhadap tulur utuh.
Selain terhadap telur utuh, pengujian mutu dapat juga dilakukan terhadap produk-
produk olahan telur. Pengujian mutu terhadap telur selain telur utuh antara lain
1. Kandungan padatan pada produk-produk cairan telur dan telur beku (biasanya diukur
dengan refraktometer). Derajat pemisahan putih telurdan kuning telur akan
mempengaruhi kandungan padatan didalamnya.
2. Pengujian aktivitas -amilase untuk menguji kecukupan perlakuan panas (pasteurisasi).
Jika pasteurisasi cukup, produk telur tersebut tidak menunjukan adanya aktivitas alfa-
amilase.
3. Pengujian kelarutan produk-produk telur kering.
4. Pengujian kandungan mikroba
D. Alat dan Bahan
1. Pengamatan Telur Bebek
Bahan
Telur bebek
Alat
Jangka sorong
Timbangan
Cawan Petri
Alat Cadling
Mikrometer Sekrup
Penggaris dan gelas pipa
2. Pembuatan telur asin
E. Formulasi
F. Perlakuan
G. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Fisik Telur Utuh
Pengamata
n Fisik
Kelompok 1
(Telur Ayam
Kampung)
Kelompok 2
(Telur Bebek)
Kelompok 3
(Telur
Puyuh)
Kelompok 4
(Telur Ayam
Negeri)
Warna Putih Hijau telur
asin (normal)
Putih bercak
coklat
Coklat mocca
(normal)
Tekstur permukaan Halus Halus dan
tidak ada retak
Halus Halus
Diameter 4,3 cm 4,1 cm 2,6 cm 4,35 cm
Panjang 5,46 cm 5,2 cm 3,16 cm 6,90 cm
Berat telur utuh 45 gram 60 gram 0,45 gram 64 ram
2. Pemeriksaan Telur Utuh dengan Candling
Pemeriksaan dengan
Candling
Kelompok 1
(Telur Ayam
Kampung)
Kelompok 2
(Telur Bebek)
Kelompok 3
(Telur Puyuh)
Kelompok 4
(Telur Ayam
Negeri)
Keretakan Sedikit retak Tidak retak Sedikit retak di
atas permukaan
kulit
Tidak retak
Rongga udara Terdapat
rongga udara
Terdapat
rongga udara
Tidak terdapat
rongga udara
Terdapat
rongga udara
Kebersihan Kurang bersih,
agak bau
Kurang bersih
(terdapat
kotoran)
Bersih Kurang bersih
3. Pemeriksaan Isi Telur
a. Pemeriksaan Subyektif
Tampak atas
b. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan
Obyektif
Kelompok 1
(Telur Ayam
Kampung)
Kelompok 2
(Telur Bebek)
Kelompok 3
(Telur Puyuh)
Kelompok 4
(Telur Ayam
Negeri)
Tinggi putih
telur
0,5 cm 0,5 cm 1 cm 0,48 cm
Tinggi kuning
telur
1,6 cm 1 cm 3 cm 0,43 cm
Diameter
putih telur
9,5 cm (9,5 –
3,8 = 5,7 cm)
8,3 cm (8,3 –
4,2 = 4,1 cm)
8 cm (8 – 3,8 =
4,2 cm)
9,90 cm (9,90 –
4,34 = 5,56 cm)
Diameter
kuning telur
3,8 cm 4,2 cm 3,8 cm 4,34 cm
Tebal kulit
telur
- 0,22 cm - -
Indeks kuning
telur
0,42 cm 0,238 cm 0,78 cm 0,01 cm
Nilai Z 0,13 cm/gr 0,056 cm/gr 22,2 cm/gr 0,028 cm/gr
Indeks putih
telur
0,087 cm 0,060 cm 0,24 cm 0,048
Unit Haugh - 42,31 - 46,42
Indeks kuning telur = = = 0,238 cm
Nilai Z = = = = 0,056 cm/gr
Indeks putih telur = = = 0,060 cm
Unit Haugh = -
=
= 69,89 – 1158,4 42
= 69,89 – 27,58
= 42,31
H. Pembahasan
Pada praktikum yang kami lakukan, point pertama adalah pengamatan fisik telur utuh
meliputi warna, tekstur kulit, diameter dan panjang telur utuh, bobot telur utuh, pemeriksaan
telur utuh dengan candling, dan pemeriksaan isi telur. Warna telur bebek yang kami amati
berwarna hijau telur asin normal dengan tekstur permukaan halus tidak ada retak sesuai
dengan teori yang kami dapatkan bahwa warna telur itik atau bebek yang baik umunya
berwarna biru hijau dengan tekstur dan permukaan yang halus. Diameter telur utuh bebek
yang kami amati berukuran 4,1 cm dengan panjang 5,2 dan berat 60 gram. Hal tersebut juga
sesuai dengan teori yang kami dapatkan bahwa berat telur itik/bebek yang baik adalah
beriksar 60 – 70 gram per butir. Dalam praktikum ini, kami juga berbagi atau sharing data
pengamatan dari kelompok lain meliputi telur ayam kampung, telur puyuh dan telur ayam
negeri. Telur ayam kampung berwarna putih dengan tekstur halus yang memiliki diameter
4,3 cm, panjang 5,46 cm dan berat 45 gram. Telur puyuh berwarna putih bercak coklat
dengan tekstur halus yang memiliki diameter 2,6 cm, panjang 3,16 cm dan berat 0,45 gram.
Telur ayam negeri berwarna coklat mocca dengan tekstur halu yang memiliki diameter 4,35
cm, panjang 6,90 cm dan berat 64 gram. Berat telur ayam kampung sebesar 45 gram dapat
disimpulkan bahwa telur ayam kampung ini memiliki kualitas yang sangat baik karena
berbeda dengan telur ayam kampung pada umumnya yang bila dibandingkan dengan teori,
berat umumnya berkisar antara 25 gr – 35 gr per butir.
Point kedua dari praktikum yang kami lakukan adalah pemeriksaan telur utuh dengan
candling. Hasil dari pengamatan ini di dapatkan bahwa telur bebek yang kami amati memiliki
keadaan kulit yang tidak retak, memiliki rongga udara yang cukup besar dan keadaan kulit
yang kurang bersih (kotor). Bila dikaitkan denga teori yang kami dapatkan, keadaan kulit
yang tidak retak mengindikasikan bahwa telur dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan
SNI tetapi di dalam teori juga dijelaskan bahwa rongga udara yang cukup besar
mengindikasikan telur bebek yang kami amati kualitasnya kurang baik. Karena kualitas telur
bebek yang baik umumnya memiliki rongga udara yang kecil atau sedikit. Keadaan kulit
yang kurang bersih atau terdapat sedikit kotoran juga tidak mempengaruhi kualitas telur
bebek. Dalam data kelompok yang kami dapatkan, kelompok 1 (telur ayam kampung )
memiliki keadaan kulit yang sedikit retak, memiliki rongga udara dan kurang bersih atau
agak bau. Kelompok 3 ( telur puyuh ) memiliki keadaan kulit sedikit retak di atas permukaan
kulit, tidak terdapat rongga udara dan kulit yang bersih. Kelompok 4 ( telur ayam negeri )
memiliki keadaan kulit yang tidak retak, terdapat rongga udara dan kulit yang kurang bersih.
Point ketiga dari praktikum yang kami lakukan adalah pemeriksaan isi telur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menimbang telur bebek utuh dan memecahkannya di atas
cawan. Lalu dilakukan pengamatan subyektif terhadap kondisi putih telur, tebal dan kuning
telur serta gambar keseluruhan isi telur. Hasil yang kami dapatkan dari tampak atas dan
tampak samping, menunjukkan bahwa isi telur (putih telur dan kuning telur) dalam kondisi
yang baik. Selanjutnya, kami melakukan pengamatan obyektif dengan memisahkan putih
telur dan kuning telur, lalu dilakukan pengukuran terhadap tinggi dan diameter. Hasil
pengamatan yang kami dapatkan untuk ukuran tinggi putih telur yaitu 0,5 cm dan tinggi
kuning telur yaitu 1 cm.diameter putih telur 8,3 dan diameter kuning telur 4,2cm dengan
tebal 0,22 cm. Kemudian kami menghitung indeks kuning telur sebesar 0,238 cm hal ini
tidak sesuai dengan teori yang kami dapatkan bahwa telur segar mempunyai Indeks Kuning
Telur 0,33 - 0,50 cm dengan rata-rata 0,42 cm dapat disimpulkan bahwa telur yang kami
amati kualitasnya jelek ( >0,22<0,39 ) karena menurut standar yang ada di dalam teori,
standar untuk indeks kuning telur adalah sebagai berikut : 0,22 = jelek; 0,39 = rata-rata, dan
0,45 = tinggi. kualitasnya menurun karena semakin tua atau lama umur telur (sejak ditelurkan
unggas). Indeks Kuning telur juga menurun yang disebabkan oleh penambahan ukuran
kuning telur akibat perpindahan air (dari putih ke kuning telur). Dalam perhitungan nilai Z
didapatkan hasil 0,056 cm/gram dan indeks putih telur sebesar 0,060 cm. kami melakukan
perhitungan indeks putih telur dengan membandingan tinggi putih telur (albumin) kental
dengan rata-rata garis tengahnya. Menurut teori yang kami dapatkan, telur yang baru atau
masih segar mempunyai Indeks Putih Telur antara 0,050 - 0,174 yang menandakan bahwa
telur bebek yang kami amati sebesar 0,060 cm masih baru. Unit haugh sebesar 42,31 yang
dapat disimpulkan bahwa telur bebek yang kami amati mutunya jelek tetapi masih layak
untuk dikonsumsi karena dalam teori yang kami dapatkan telur dengan mutu yang baik
mempunyai HU minimal 72. Telur yang tidak layak dikonsumsi mempunyai HU kurang dari
30. Dalam data kelompok yang kami dapatkan, kelompok satu memiliki ukuran tinggi putih
telur yaitu 0,5 cm dan tinggi kuning telur yaitu 1,6 cm. Diameter putih telur 5,7 cm dan
diameter kuning telur 3,8 cm, indeks kuning telur sebesar 0,42 cm dengan nilai Z 0,13 cm/gr
cm dan indeks putih telur 0,087 cm. Kelompok tiga memiliki ukuran tinggi putih telur yaitu 1
cm dan tinggi kuning telur yaitu 3 cm. Diameter putih 4,2 cm dan diameter kuning telur 3,8
cm, indeks kuning telur sebesar 0,78cm dengan nilai Z 22,2 cm/gr dan indeks putih telur 0,24
cm. kelompok empat memiliki ukuran tinggi putih telur yaitu 0,48 cm dan tinggi kuning telur
yaitu 0,43 cm. Diameter putih 5,56 cm dan diameter kuning telur 4,34 cm, indeks kuning
telur sebesar 0,01 cm dengan nilai Z 0,028 cm/gr, indeks putih telur 0,048 cm dan unit
haugh sebesar 46,42.
I. Kesimpulan
Pada praktikum pengamatan telur bebek kami melakukan pengamatan meliputi
pengamatan fisik telur utuh meliputi warna, tekstur kulit, diameter dan panjang telur utuh,
bobot telur utuh, pemeriksaan telur utuh dengan candling, dan pemeriksaan isi telur. Hasil
pengamatan yang kami lakukan yaitu diameter telur utuh bebek berukuran 4,1 cm dengan
panjang 5,2 dan berat 60 gram. Memiliki keadaan kulit yang tidak retak, memiliki rongga
udara yang cukup besar, dan keadaan kulit yang kurang bersih (kotor). Tinggi putih telur
yaitu 0,5 cm dan tinggi kuning telur yaitu 1 cm.diameter putih telur 8,3 dan diameter kuning
telur 4,2cm dengan tebal 0,22 cm. Dari semua hasil pengamatan yang kami dapatkan dapat
disimpulkan bahawa telur bebek yang kami amati mutunya rendah tetapi masih layak untuk
dikonsumsi
Daftar Pustaka
http://indahnyaberbagiinformasi.blogspot.com/2013/03/contoh-laporan-penelitian-telur-
ayamdan.html (diakses tanggal 23 Mei 2015)
http://rikadamayantiftpuj2011.blogspot.com/2012/05/laporan-telur.html (diakses tanggal 23 Mei
2015)
http://www.academia.edu/11417234/LAPORAN_PRAKTIKUM_KARAKTERISTIK_TELUR
(diakses tanggal 23 Mei 2015)
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/TEKNOLOGI-PENGOLAHAN-
TELUR.pdf (diakses pada tanggal 24 Mei 2015)