makalah thalsemia
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
1/18
1
ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG
THALASEMIA
Disusun Oleh :
EMILIA MUDRIKA
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONGPROBOLINGGO
2012
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
2/18
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
komprehensif II dalam pembuatan makalah dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN TENTANG THALASEMIA di STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dari Ibu Dosen
STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong. Dan pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen atas penjelasannya yang telah
banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang tersusun ini belumlah sempurna,
maka dari itu apabila ada kesalahan atau kekurangan, kami mohon maaf dan
mengharap segala saran dan kritik demi sempurnanya penyusunan makalah yang
selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa semata, kami berharap
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
penulis sendiri. Amin
Penyusun
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
3/18
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar....................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Rumusan Masalah.................................................................... 11.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum........................................................... 21.3.2 Tujuan Khusus........................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................... 2BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 32.2 Insidensi.. 32.3 Etiologi ............................................................... 32.4 Patofisiologi 42.5 Manifestasi klinis 42.6 Klasifikasi............................................................................. 52.7 Pemeriksaan penunjang........................................................... 52.8 Penatalaksanaan...................................................................... 52.9 Komplikasi. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian... 8
3.2 Pemeriksaan fisik.... 103.3 Diagnosa Keperawatan 11
3.4 Rencana Keperawatan.. 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 14
4.2 Saran........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
4/18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangSaat ini, penyakit thalasemia merupakan penyakit genetika yang paling
banyak di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar
2000 orang per tahun. Walupun begitu, masyarkat tidak menaruh perhatian yang
cukup besar terhadap penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika
terbanyak ini. Hal ini disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum
seperti anemia dan muntah-muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan
sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan tepat.
Sampai hari ini, talasemia merupakan penyakit yang belum bisa disembuhkan
100 persen. Penyakit ini ditandai dengan anemia atau kekurangan darah berat
akibat kerusakan sel darah merah. Padahal sel darah merah berfungsi mengalirkan
oksigen ke seluruh tubuh. Dengan kekurangan oksigen maka seluruh organ tubuh
tidak bekerja baik. Yang paling fatal tentu saja organ jantung.
Kondisi macam ini bisa ditanggulangi dengan cara tranfusi darah. Malangnya,
kendati terus melakukan tranfusi ditambah obat-obat lain, harapan hidup pasien
talasemia hanya bisa mencapai 30-40 tahun. Bahkan tanpa tranfusi, pasien cuma
bertahan di bawah 10 tahun pertama dalam hidupnya. Metode tranfusi sendiri,
menurut Iswari, memberi efek negatif kalau terus-menerus dilakukan dalam
jangka panjang. Bahan asing seperti besi yang seringkali masuk ke dalam tubuh
memicu penyumbatan nafas yang mampu berakhir dengan kematian.
Kendati orang Indonesia masih awam terhadap talasemia, sering ada anggapan
bahwa penyakit ini hanya diderita oleh kelas menengah ke atas. Itu anggapan yangsalah. Penyakit ini tidak membedakan kelas sosial atau jenis kelamin. Yang
membedakan adalah frekuensi penderita pada etnis tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari thalasemia ?
1.2.2 Apa insidensi dari thalasemia ?
1.2.3. apa etiologi dari thalesemia ?
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
5/18
5
1.2.4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Thalasemia ?
1.2.5. Apa manifestasi klinis dari thalsemia ?
1.2.6 Apa klasifikasi dari thalsemia ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang dari thalsemia ?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan penyakit thalasemi ?
1.2.9 Apa saja komplikasi dari thalsemia ?
1.2.10 Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia?
1.3TUJUAN1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi dan mengetahui penyakit thalasemia pada
gangguan sistem imun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari thalasemia
1.3.2.2 Untuk mengetahui insiden thalsemia1.3.2.3 Untuk mengetahui Apa penyebeb dari talasemia1.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari Thalasemia1.3.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari thalsemia1.3.2.6 Untuk mengetahui klasifikasi dari thalsemia1.3.2.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang1.3.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit thalasemia1.3.2.9 Untuk mengetahui komplikasi dari thalsemia1.3.2.10 Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Thalasemia
1.4 Manfaat PenulisanDapat menambah wawasan kita bagi pembaca mengenai pengetahuan
penyakit Thalasemia dan Asuhan Keperawatan yang meliputi (pengertian,
penyebab, patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana).
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
6/18
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi
kerusakan sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur eritrosit
menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ) .(Ngastiyah, 1997).
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh
defesiensi produksi rantai globin pada haemoglobin. (Suryadi, 2001).
Thalassemia adalah suatu penyakit congenital herediter yang diturunkan
secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan
terjadinya anemia hemolitik (Broyles, 1997).
2.2 Insidensi
Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka
ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di
Indonesia.
Menurut data Perkumpulan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia
(POPTI), penyakit tersebut tidak hanya diderita anak-anak, tetapi juga orang
dewasa. Data 2008 yang dikeluarkan POPTI mencatat, di antara 217 kasus yang
ditangani di Jatim, 51 penderita berada di Surabaya (28 pria dan 23 wanita).Kasus
thalasemia merupakan fenomena gunung es. Jumlah penderitanya bisa saja jauh
lebih banyak daripada yang diketahui, tambahnya. Masih banyak penderita yang
mungkin belum memeriksakan penyakitnya.
2.3 Etiologi
Faktor penyebab thalasemia berupa faktor genetik (keturunan) yang berarti
diturunkan dari sifat yang dibawa orang tuanya, pada thalasemia terjadi kerusakan
pada sel darah merah yang disebabkan karena hemoglinopati yang diakibatkan
oleh gangguan produksi hemoglobin.
http://www.peutuah.com/tag/haemoglobin/http://www.peutuah.com/tag/haemoglobin/ -
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
7/18
7
2.4PatofisiologiMengenai dasar kelainan pada thalasemia berlaku secara umum yaitu kelainan
thalasemia alfa disebabkan oleh delesi gen (terhapus karena kecelakaan gen) yang
mengatur produksi tetramer globin, sedangkan pada thalasemia beta karena
adanya mutasi gen tersebut. Pada thalasemia beta produksi rantai beta terganggu,
mengakibatkan kadar Hb menurun sedangkan produksi HbA2 dan atau HbF tidak
terganggun karena tidak memerlukan rantai beta justru memproduksi lebih banyak
dari pada keadaan normal sebagai usaha kompensasi. Kelebihan rantai globin
yang tidak terpakai karena tidak ada pasangannya akan mengendap pada dinding
eritrosit dan menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan eritrosit memberi
gambaran anemia hipokrom dan mikrositer.
Eritropoesis dalam sumsum tulang sangat gesit, dapat mencapai 5 kali lipat
dari nilai normal. Destruksi eritrosit dan prekursornya dalam sumsum tulang
adalah luas dan masa hidup eritrosit memendek serta didapat pula tanda-tanda
anemia hemolitik ringan.Thalasemia dan hemoglobinopati adalah contoh khas
untuk penyakit/kelainan yang bedasarkan defek/kelainan hanya satu gen.
2.4.1 PathwayTerlampir
2.5Manifestasi Klinis1) Letargi2) Pucat3) Kelemahan4)
Anorexia
5) Diare6) Bentuk muka mongoloid7) Berat badan berkurang8) Pembesaran limfa dan hepar9) Kulit pucat dan agak kekuning-kuningan
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
8/18
8
2.6KlasifikasiSecara klinis thalasemia dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a) Thalasemia mayor : (bentuk homozigot), memiliki 2 gen cacat,memberikan gejala klinis yang jelas.
b) Thalasemia minor : dimana seseorang memiliki 1 gen cacat danbiasanya tidak memberikan gejala klinis.
Berdasarkan kelainan struktur HB yang terjadi , Thalasemia terbagi menjadi:
a) Thalasemia alfa (gangguan pembentukan rantai alfa)b) Thalasemia beta ( gangguan pembentukan rantai beta)c) Thalasemia beta-delta (gangguan pembentukan rantai beta dan delta)d) Thalasemia delta (gangguan pembentukan rantai delta).
2.7Pemeriksaan Penunjanga) Darah tepi : untuk melihat bentuk, warna dan kematangan sel-sel darah
b) Feritin, SI dan TIBC : untuk melihat status besic) Hematologi Rutin : untuk mengetahui kadar Hb dan ukuran sel-sel
darah
d) Analisis Hemoglobin : untuk diagnosis dan menentukan jenisThalassemia
e) Analisis DNA : untuk diagnosis prenatal (pada janin)
2.8Penatalaksanaan Farmakologi
a) . Medikamentosa
1.Pemberian iron chelating agent (desferoxamine) / pemasangan desferaldiberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau
transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfuse darah. Desferoxamine,
dosis 25-50 mg/kg berat bada/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu
8-12 jam dengan minimal waktu selama 5 hari berturut setiap selesai transfuse
darah.
Pemasangan Desferal dilakukan pada anak dengan penyakitThalasemia, dimana kadar feritinnya > 1000 mg/dl, sehingga
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
9/18
9
pemasangan desferal ini dimaksudkan untuk menurunkan kadar besi
yang menumpuk pada pasien Thalasemia baik pada kulit maupun
organ, dengan menghambat absorpsi Fe. Pemasangan ini diberikan
sebanyak 4-7 kali per minggu pasca transfusi darah. Pemberian
desiferal tepat di sub kutan di muskulos deltoid 0,5 - 1 mg / hari
diberikan dalam 12 inj. i. m atau i.v.
2. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian khelasi besi, untuk
meningkatkan efek khelasi besi.
3. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
4. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.
b) Pemberian tranfusi darah berupa sel darah merah diberikan jika kadar Hb
telah rendah (kurang dari 6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan
lemah sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Kadar setinggi ini akan mengurangi
kegiatan hemopoesis yang berlebihan dalam sumsum tulang dan juga
mengurangi absorsi Fe dari traktus digestivus. Sebaiknya darah tranfusi
tersimpan kurang dari 7 hari dan mengandung leukosit serendah-rendahnya.
Bedah- Splenektomi, dengan indikasi: limpa yang terlalu besar, sehingga
membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan
intra abdominal dan bahaya terjadinya ruptur
- hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusidarah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg
berat badan dalam satu tahun
Non farmakologi
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk
mencegah perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan
keturunan yang homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier)
menghasilkan keturunan : 25 % Thalasemia (homozigot), 50 % carrier
(heterozigot) dan 25 normal.
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
10/18
10
2.9KomplikasiInfeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak. Pada
orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif
kolelikiasis sering dijumpai, komplikasi lain :
Infark tulang Nekrosis Asteomilitis (terutama salmonella) Infeksi Hepatomegali Splenomegali
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
11/18
11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A.Identitas
Nama, umur (kebanyakan terjadi pada anak-anak), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa (banyak dijumpai pada bangsa
disekitar laut tengah/mediterania), tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer
register, diagnosis medis
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah Pasien biasanya lemah, sesak nafas, pucat yang
menunjukkan anemia.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kulit kuning dan perut kelihatan membesar, hilangnya nafsu makan dan
kadang mual. Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi
sebagai alat transport.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan pada RPD meliputi adanya Riwayattransfuse darah/ komponen darah, penyakit ginjal kronis, hepar, kanker, infeksi
kronis, pernah mengalami pendarahan, dan alergi multiple.
d. Riwayat penyakit keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang
tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia,
maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
12/18
12
pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya
penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.
e. Riwayat Tumbuh Kembang
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh
hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia
mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut
pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada
jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak
normal.
f.Riwayat psiko-sosio-spiritual
Anak : Usia, tugas perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi
dengan penyakit mekanisme koping yang digunakan.
Keluarga : Respon emosional keluarga, koping keluarga yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stress.
g. Riwayat kehamilan
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila
diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin
dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu
segera dirujuk ke dokter.
C. Activity Daily Living
- Aktivitas
Pada pasien dengan thalassemia anak terlihat lemah dan tidak selincahanak usianya. Anak banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas
seperti anak normal mudah merasa lelah
- Sirkulasi
Kemungkinan terjadi dapat ditemukan tekanan darah hipotensi, nadi
bradikardi, takikardi
- Eliminasi
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
13/18
13
biasanya ditemukan BAK lebih sering , bisa terjadi disyuria dan
hematuria. Bisa terjadi konstipasi/diare.
- Makanan dan Cairan
Terjadi penurunan nafsu makan (anoreksia) biasanya disertai mual dan
muntah yang menyebabkan berat badan menurun
- Nyeri / Kenyamanan
Pada pasien thalassemia terdapat distensi abdomen,
- Seksualitas
Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia
kronik
3.2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
aanak seusianya yang normal, tampak pucat, perut membuncit akibat
hepatomegali, bentuk muka mongoloid (facies Cooley), ditemukan ikterus.
b. TTV
o TD: Hipotensi (N: 110-120/70-80)
o Nadi: Takikardi (N: 60-100x/menit)
o RR: Takipneu (N: 20-24 x/menit)
Suhu:Bisa naik/turun (N:36,5-37,5C)
Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatanmempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid
(hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat
lebar.
Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan Mulut dan bibir terlihat kehitaman Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran
jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
14/18
14
Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospeknomegali).
Pertumbuhan fisiknya lebih kecil dari pada normal sesuai usia, BB dibawah normal
Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidaktercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun
kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena
adanya anemia kronik.
Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapattransfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi
karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
Kepala : Tertutup rata, rambut hitam tidak mudah dicabut
Wajah : Facies Cooley
Mata : RC + / + .Pupil isokor ka : ki , konjungtiva palpebra,
Inferior anemis (+)
Telinga : cairan ()
Hidung : PCH (), Secret ()
Mulut : Mukosa bibir basah (), Pucat (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening ()
Torak :
o Inspeksi : Simetris Fusiform, retraksi interkosta(-)o Palpasi : Stem fremitus ki = kao Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paruo Auskultasi : SP Vesikuler HR :124x/menit, reguler, desah(-)o ST () RR : 32
x
/mnt, reguler, ronchi (-)
Abdomen :
o Inspeksi : Simetris membesaro Palpasi : Hepar Teraba 12 cm BAC kanan, permukaan rata, konsistensikeras, pinggir tampul , nyeri tekan () , Lien teraba pada Schufner VI.
o Perkusi : Bedao Auskultasi : Peristaltik ( + ) N.Ekstremitas : Sup
or
Pols 123 x
/ mnt, T/V cukup, BCGS carr(+) Inf
or
Oedem ()
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
15/18
15
Genitalia : tidak ada kelainan
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. G3 perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponenseluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sindrom anemia.3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan suplai nutrisi berkurang , anoreksia
4. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulitkekunig- kuningan akibat dilakukan tranfusi terus menerus
5. Resiko infeksi berhubungan dengan splenektomi6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal
sumber informasi
7. Ansietas berhubungan dengan pengangkatan limpa atau splenektomi8. G3 pola nafas berhubungan dengan suplai oksigen kejrngn berkurang
3.4 Rencana Keperawatan
Dx. 1: G3 perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam terdapat
peningkatan perfusi jaringan
Kriteria Hasil:
Keluarga/pasien mengetahui penyebab perubahan perfusi jaringan
Klien menunjukan perfusi yang adekuat seperti: pengisian kapiler baik,haluaran urin adekuat, membrane mukosa merah muda, akral hangat
Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi Suhu ekstremitas hangat Tingkat sensasi normal Hb normal 1216 gr% TTV dalam batas normal
Intervensi:
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
16/18
16
1. Awasi tanda vital2. Periksa nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dan suhu membrane mukosa.
3. Pantau status cairan meliputi asupan dan haluaran.4. Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi rteri dengan tepat5. Ajarkan pasien/keluarga tentang cara menghindari suhu yang ekstrim pada
ekstremitas
6. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.7. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.8. Tinggikan anggot badan yang terkena 200 atau lebih tinggi dari jantung
untuk meningkatkan aliran darah balik vena, jika diperlukan
Dx 2: Intoleransi aktifitas b.d sindrom anemia
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien menunjukan peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria Hasil:
Klien mengetahui penyebab intoleransi aktivitas Klien mampu mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang
menimbulkan kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi aktivitas
Klien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan Tanda-tanda vital dalam batas normal Klien tidak menunjukan tanda-tanda keletihan
Intervensi:
1. Kaji respons emosi, social, dan spiritual terhadap aktivitas.2.
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energy4. Pantau respons oksigen pasien (misalnya, nadi, irama jantung, dan
frekuensi respirasi) terhadap aktivitas perawatan diri.
5. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yangakan meminimalkan konsumsi oksigen (misalnya, memantau diri dan
teknik berjalan untuk melakukan AKS)
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
17/18
17
6. Rencanakan aktivitas dengan pasien/keluarga yang meningkatkankemandirian dan daya tahan. Misalnya: anjurkan periode alternative untuk
istirahat dan aktifitas
7. Jelaskan pada pasien dan keluarga penyebab intoleransi aktivitas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Thalasemia adalah kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di
mana penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin
(Hb). Hemoglobin sendiri adalah komponen sel darah merah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin terdiri dari beberapa jenis protein,
diantaranya protein alpha dan protein beta.
Penderita Thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein
tersebut dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk
dengan sempurna. Akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam
jumlah yang cukup. Hal ini berujung dengan anemia (kekurangan darah) yang
dimulai sejak usia anak-anak hingga sepanjang hidup penderitanya .
Penatalaksanaan Thalassemia yaitu tergantung pada jenis yang diidap
penderitanya. Penderita Thalassemia Minor umumnya tidak memerlukan
pengobatan. Penderita thalassemia intermedia mungkin memerlukan transfusi
darah dengan frekuensi yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan anemia
masing-masing. Penderita thalassemia mayor umumnya harus menjalani transfusidarah setiap 2-3 minggu sekali sepanjang hidup mereka.Transfusi darah
berulangkali dapat mengakibatkan kondisi kelebihan zat besi yang disebut iron-
overload, yang menyebabkan hati dan limpanya membengkak, sehingga perutnya
menjadi buncit. Untuk mengatasi kelebihan zat besi ini, mereka harus menjalani
terapi khelasi (chelation therapy) dengan bahan desferal, yang biayanya juga
relatif tinggi sebagaimana transfusi darah yang harus mereka jalani secara
.
-
7/29/2019 MAKALAH THALSEMIA
18/18
18
4.2 Saran
Jika seseorang mengalami anemia jangan lah di anggap remeh , karena
anemia bisa mengakibatkan penyakit thalsemia yang berat dan yang nantinya
membutuhkan tranfusi darah seumur hidup apabila sudah parah , maka dari itu
sebaiknya kita periksakan sejak dini atau cek hemoglobin kita , agar kita lebih tau
kita mengalami anemia atau tidak .
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., dkk . 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall.1997.Fisiologi Kedokteran (Ed. 9). Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997.Perawatan Anak Sakit. Jakarta :EGC
Nursalam.2005.Asuhan Keperawatan bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika