makalah osteosarcome

49
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOSARCOMA KELOMPOK 11 SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145 SALAS AULADI 220110080138 SRI HANDINI PERTIWI 220110080105 SILVIA JUNIANTY 220110080097 SRI MELFA DAMANIK 220110080079 SELLA GITA ADITI 220110080052 SUSI HANIFAH 220110080035 SARAH RIDHASA F. 220110080013 TIARA RACHMAWATI 220110080118 TIARA TRI 220110080108 TRIANDINI 220110080095 TAMMY KUSMAYANTI 220110080053 TIARA ARUM KESUMA 220110080050 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEPERAWATAN JATINANGOR 2009

Upload: salas-auladi

Post on 26-Jun-2015

1.090 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH OSTEOSARCOME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

OSTEOSARCOMA

KELOMPOK 11

SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145

SALAS AULADI 220110080138

SRI HANDINI PERTIWI 220110080105

SILVIA JUNIANTY 220110080097

SRI MELFA DAMANIK 220110080079

SELLA GITA ADITI 220110080052

SUSI HANIFAH 220110080035

SARAH RIDHASA F. 220110080013

TIARA RACHMAWATI 220110080118

TIARA TRI 220110080108

TRIANDINI 220110080095

TAMMY KUSMAYANTI 220110080053

TIARA ARUM KESUMA 220110080050

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

JATINANGOR

2009

Page 2: MAKALAH OSTEOSARCOME

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit

Osteosarcoma.

Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran

mata kuliah Sistem Muskuloskeletal. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak.Untuk itu,pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam penyusunan mata kuliah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan .olehkarena itu,penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Pada akhirnya,penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi

penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jatinangor,desember 2009

Penulis

Page 3: MAKALAH OSTEOSARCOME

LATAR BELAKANG

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang

sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering

terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 )

Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah

penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker

diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat

sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan

jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per

tahun.

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy

Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor

tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang

jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering

didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.

Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka

harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-

paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.

Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga

penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar

ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang

memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun

( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada

umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi

pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai

sekarang penyebab pasti belum diketahui.

Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian

dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan

Osteosarkoma “

Sumber: http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html

Page 4: MAKALAH OSTEOSARCOME

ANATOMI FISIOLOGI TULANG EKSTREMITAS ATAS & BAWAH

Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:

sumber: http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/10/sistem-rangka-manusia.html

1. Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna

2. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.

3. karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligamen

4. metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)

5. Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

Page 5: MAKALAH OSTEOSARCOME

Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:

1. Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul sampai ke lutut.

2. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot

3. Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang membentuk lutut

4. Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.

5. Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun mendatar.

6. Palanges / tulang jari-jari tangan. Tersusun setiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali tulang ibu jari atas 14 tualng.

Page 6: MAKALAH OSTEOSARCOME

Tulang Pipa atau Tulang Panjang (Long Bone)

Sesuai dengan namanya tulang pipa memiliki bentuk seperti pipa atau tabung dan biasanya

berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan

tulang lain. Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian tengah disebut diafisis, kedua

ujung disebut epifisis dan diantara epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Beberapa contoh

tulang pipa adalah pada tulang tangan diantaranya tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius)

serta tulang kaki diantaranya tulang paha (femur), dan tulang kering (tibia).bagian tulang panjang

: epifise (ujung) – diafise (bagian tengah) – cakra epifise ( terletak antara epifise dan diafise yang

banyak mengandung osteosit (sel tulang rawan) dan osteoblas (penghasil osteosit)

di dalam tulang pipa terdapat rongga, rongga ini merupakan aktifitas dari osteoklas yang

berfungsi untuk merombak sel sel tulang. Rongga ini berisi sum sum tulang dan berwarna kuning

(merupakan campuran antara lemak dan sum sum merah)

Gambar bagian-bagian tulang panjang

http://belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net/?p=11

Page 7: MAKALAH OSTEOSARCOME

� STRUKTUR MAKROSKOPIK

Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :Substantia spongiosa (berongga)dan

Substantia compacta (padat).Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai

pipa dindingnya merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar

merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari

tulang berongga saling berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.

JENIS JARINGAN TULANG

Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :Tulang

muda/tulang primer dan tulang dewasa/tulang sekunder

Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-

serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara

teratur.

1.Jaringan Tulang Primer

Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang,

maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat

sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder

Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone. Merupakan

komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven

bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada

pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang

baru akibat keadaan patologis.

Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang

Page 8: MAKALAH OSTEOSARCOME

primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-

X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.

Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder

(lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang

dewasa yang sehat itu hanya terdapat lamella saja.

2.Jaringan Tulang Sekunder

Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone

karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam

lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam

lamellae(lapisan) setebal 3-7µm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris

saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan

pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan

struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau osteon.

Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di

dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara

spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae

di dekatnya arahnya menyilang.

Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan

bahan perekat.

Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut :

Tersusun konsentris membentuk osteon.

Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis.

Page 9: MAKALAH OSTEOSARCOME

Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis

externa.

Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis

interna.

PERIOSTEUM

Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa

yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar

akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya

samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan

osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan

osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang.Periosteum dapat melekat

pada jaringan tulang karena :pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang,

terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang,serta

terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.

ENDOSTEUM

Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum

tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk

Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan

sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.

Page 10: MAKALAH OSTEOSARCOME

KOMPONEN JARINGAN TULANG

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas

unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang

sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam

sel :

Osteoblas

Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak

ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris

pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian

basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang

menandakan aktif mensintesis protein.

Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif

mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat

pula adanya lisosom.

Osteosit

Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat

bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-

cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama

tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan

bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis

protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling

berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya

pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan.

Page 11: MAKALAH OSTEOSARCOME

Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel

osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau

osteoklas.

Osteoklas

Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 µm-100µm dengan

inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam

tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan

resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas

dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan

osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas

yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop

electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat

melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas

menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas

cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari

osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses

remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal

pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka

panjang.Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan

osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang

osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat

tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-

lah yang menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.

Page 12: MAKALAH OSTEOSARCOME

Sel Osteoprogenitor

Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik.

Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam

dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan

mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada

permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-

sel osteogenik menghasilkan osteoklas.

Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi

khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati

pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi

oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi

osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu,

terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi

menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.

MATRIKS TULANG

Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ±

70% garam anorganik dan 30% matriks organic.

95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar

proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam

pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih

setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan

pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga

Page 13: MAKALAH OSTEOSARCOME

dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.

Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih

kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam

hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan

terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.

Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam

pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai

jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat)

dan beberapa protein.

Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan

fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut tersusun

sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium, natrium,

dan potassium.

Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan

dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.

Page 14: MAKALAH OSTEOSARCOME

ANALISIS KASUS

Anak BO 17 tahun merupakan anak yang aktif ekskul di sekolah.kurang lebih 3 bulan yang lalu

klien mengeluh ada benjolan di tungkai kananya tersa panas dan nyeri. Klien ke RS dan

dilakukan biopsy pada benjolan di kaki kanannya. Dengan hasil T1N3M3 dan sekarang klien

dirawat diruang orthopedic dengan keluhan tungkai bawah kanan yang mengalami

pembengkakan , klien mengatakan nyeri pada kaki dirasakan terus menerus pada skala 9 (0-10)

Klien tampak menggigit sarung bantal dan sesekli menangis. Tampak massa sebesar bola tenis di

tungkai kanan,kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar benjolan tampak merah di bagian puncak

benjolan tampak luka terbuka berukuran 2x3 cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau.

Klien mengatakan disentuh dan bergesekan dengan kain saja dapat menyebabkan nyeri

bertambah. Klien saat ini dipersiapkan untuk dilakukan tindakan amputasi.

Keluarga klien belum memberitahukan penyakit klien.

STEP I

T3N3M1?

T3:tumornya sudah meluas

N3 : nodulnya tidak hanya di satu tempat

M1 : ada metastase jauh

< Tiara Rachmawati >

STEP II

1. Diagnose medis kasus di atas? <tiara rachmawati>

Page 15: MAKALAH OSTEOSARCOME

2. Bagaimana manajemen nyeri? <Sarah>

3. Manifestasi klinis ? < Tiara tri >

4. Bagaimana prosedur tindakan operasi ? < Tiara arum kesuma >

5. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dilakukanny amputasi ? < Tiara rachmawati >

6. Apa kandungan dari massa benjolan? < Silvia>

7. Terapi farmako? < Sella >

8. Aspek psikologis dan psikososial? < Tiara Arum>

9. Health education bagi pasien ? < Sri handini>

10. Bagaimana pengaruh ADL pasien? < Salas Auladi >

11. Tindakan dan tenaga medis di ruang orthopedic? <siti annisa >

12. Factor yang menurunkan nyeri ? <Tiara Rachmawati>

13. Apakah ada kemungkinan munculnya benjolan kembali setelah amputasi? <sarah>

14. Penyebab penyakit? < susi>

15. Tindakan medis selain amputasi? < Tiara .R>

16. Sendi dan otot-otot yang kemungkinan rusak di kasus ini? <Silvia>

17. Nutrisi yang dibutuhkan klien? < Silvia>

18. Efek samping prosedur amputasi? < Susi >

19. Diagnose banding penyakit ini? <Sri melfa>

20. Perawatan pasca operasi? < Tiara .R>

21. Jenis perawatan luka yang diberikan? < Tiara arum>

Page 16: MAKALAH OSTEOSARCOME

STEP III

1. Tumor tulang.< Tiara Arum >

2. a.Morfin intra vena <Silvia>

b.Gate control theory < Tiara .R>

3. LO

4. LO

5. LO

6. LO

7. LO

8. Anger denial bargaining accepting . <Silvia, Tiara.R, Susi>

9. LO

10. Setelah pasca amputasi klien menggunakan alat bantu untuk berjalan,dan kemungkinan

tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya. <Tiara.R , Salas >

11. LO

12. Yang dapat meningkatkan : gesekan< Sella > ; stressor <Silvia> ; suhu <Susi>

Yang dapat menurunkan : istirahat dan pemberian obat analgesic <Silvia>

13. Kemungkina ada karena tumor penyebarannya cepat. <Tiara.R , silvia>

14. Mutasi imun <Tiara.R> ; factor genetic <Sri melfa> ; Radiasi <Silvia>

15. Pembedahan <Tiara.R>

16. LO

17. LO

18. LO

19. LO

Page 17: MAKALAH OSTEOSARCOME

20. LO

21. LO

STEP IV

“Mind Map”

OSTEOSARKOMA

patofisologi

askep Penatalaksanaan

medis

Anfis ekstremitas

Pemeriksaan

diagnostik

Konsep penyakit

Etiologi,factor

resiko,manifesta

si klinis

Aspek legal etis

Klasifikasi

stadium

Page 18: MAKALAH OSTEOSARCOME

STEP V

Mind map, dan LO (di step III)

JAWABAN “LEARNING OBJECTION”

1. management nyeri

a.Tekhnik manajemen nyeri secara psikologik ( teknik relakasi napas dalam,visualisasi, dan

bimbingan imajinasi) dan farmakologi. ;Mengajarkan mekanisme koping efektif,motivasi klien

dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka dan berikan dukungan secara moril serta

anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologo atau rohaniawan, ;Memberikan nutrisi

yang adekuat .<Sarah>

sumber: http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html

b. relaksasi napas dalam : tindakan ini dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan

fisik dari tekanan dan stress,teknik yang dilakukan terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi

lambat dan berirama.

Bimbingan imajinasi :kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan

mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari

perhatian terhadap nyeri. <Triandini>

c. memberikan terapi peredaan farmakologi dimana klien diberikan analgesic golongan narkotik

seperti morfin sulfat,metimorfin,,dan memiliki karakteristik efek analgesic antaa lain :

menurunkan persepsi nyeri,mengurangi kecemasan dan ketakutan yang merupakan komponen

reaksi nyeri,,dan menyebabkan orang tertidur walaupun sedang mengalami nyeri hebat.

<Srihandini> sumber: FON 2,Potter Perry,hal:1535-1536.

2. prosedur tindakan amputasi? <Tiara Arum>

a. Pre Operatif

Page 19: MAKALAH OSTEOSARCOME

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk

mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya

yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

Pengkajian Riwayat Kesehatan.

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi

resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal

dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh

untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan

tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala

merupakan trauma/ tindakan darurat.

• Mengatasi nyeri

- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.

- Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.

- Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu

lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar

mengenakan kaki protese.

• Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif

- Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah

kontraktur.

- Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai

persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.

- Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu

meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari

organ tubuh lain.

• Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan

- Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.

Page 20: MAKALAH OSTEOSARCOME

- Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu ( karena tidak semua klien yang

mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung,

CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).

- Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.

- Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.

b. Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama

dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan

menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang

adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan

dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan

tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan

drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.

Sumber: http://www.rafani.co.cc/2009/08/amputasi.html)

3. Indikasi kontraindikasi prosedur amputasi?

a.<Sella>indikasi: kehancuran jaringan, kontraindikasi: kondisi umum yang buruk, sarcoma

sumber: http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html

b.<Triandini>

indikasi amputasi: live saving menyelamatkan jiwa (contohnya infeksi dan perdarahan.) dan limb

saving memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara maksimal.

Sumber:http;// pustaka.unpad.ac.id/reabilitasi pasien amputasi bawah lutut.pdf

4.Kandungan massa benjolan? Massa-massa tulang osteoblast, fibroblast,dan kondeoblast.

5. terapi farmako (jawaban di mind map)

6. health education ? persiapan dan koordinasi untuk perawatan kesehatan dimulai sejak dini

sebagai suatu usaha multidisplin. Pendidikan pasien ditujukan pada pengobatan, pembalutan, dan

program terapi,selain program terapi fisik dan okupasi. Penggunaan peralatan khusus secara

aman harus dijelaskan, pasien dan keluarga harus mempelajari tanda dan gejala kemnugkinan

terjadi komplikasi.

Page 21: MAKALAH OSTEOSARCOME

Pasca amputasi klien pasti akan mengalami perubahan konsep diri,flam hal ini perawat harus

mampu menjelaskan penampilan klien dan cara menghindarkan ekspresi nonverbal atau rasa

terkejut klien. Keluarga perlu menerima kebutuhan klien dan tetap mendukung klien untuk

mandiri. <Srihandini> sumber: FON 2 hal.1846-1847\

7. Tindakan dan tenaga medis di runag orthopedic

8. Sendi otot yang kemungkinan rusak? .<silvia>

Massa tulang osteoblas,neuroblas,dan osteoklas serta bahan penyusun otot di daerah yang

terkena osteosarkoma

9. Nutrisi yang dibutuhkan klien? ,<Triandini>

terapi gizi berupa diet TKTP oleh dokter. TKTP singkatan dari Tinggi Kalori Tinggi

Protein. Tinggi Kalori maksudnya bisa diberikan 35 - 40 Kalori / Kg BB sedangkan

Tinggi Protein maksudnya bisa diberikan 1.5 - 2 gr Protein /Kg BB. Bentuknya bisa

berupa nasi biasa, lunak, lumat, cair maupun sonde. Untuk bentuk nasi biasa maupun

lunak pada dasarnya hampir sama dengan makanan biasa hanya saja terdapat

penambahan susu dan telur pada waktu jam snack pagi. Untuk bentuk lunak diberikan

kacang ijo blender sedangkan untuk bentuk sonde terdapat saribuah.<

sumber:http://gizisoetomo.blogspot.com/2009_05_01_archive.html21

10. Efek samping amputasi<Triandini> :infeksi,pasien yang telah menjalani amputasi

sering memiliki peredaran darah yang buruk,lukanya terkontaminasi atau menderita

masalah kesehatan lain yang dapat memengaruhi terjadinya infeksi.

Kerusakan kulit dapat terjadi akibat imobilisasi dan tekanan dari berbagai sumber.

Prosthesis dapat menimbulkan tekanan sehingga perawat perlu mengkaji kulit bila ada

kerusakan. sumber: KMB vol.3 hal 2396 .

11. Yang membedakan dgn penyakit lain?

Tumor dalam arti sempit adalah benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan

abnormal disebut neoplasma. Yang membedakannya adalah mengenai loksi tumor

tersebut berada. Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang

bersifat neoplastik.

Page 22: MAKALAH OSTEOSARCOME

Tumor tulang mudah dikenali dengan adanya massa pada jaringan lunak di sekitar tulang,

deformitas tulang, nyeri dan nyeri tekan, atau fraktur patologis. <Susi>

12. Perawatan pasca operasi? 1. Rigid dressing,Yaitu dengan menggunakan plaster of

paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus

direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan

pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi

stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang

menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan

mempercepat posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi

setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump

sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan

juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil,

therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan

supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi

untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi

lokal atau sistemik.

2. Soft dressing,Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan

pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang

cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan

konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur,

melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan

menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah

48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat

mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada

hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk

Page 23: MAKALAH OSTEOSARCOME

tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah

terjadinya kontraktur. <Tiara.R> sumber: www.pdfsearchengine.com

13. Jenis perawatan luka? <Sri melfa>

Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini. Prinsip pertama

menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan)

dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan

menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9%.

Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu

disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9

%. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium

permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau

dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain

kasa.

Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi, karena dapat

merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka, menimbulkan

alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan antiseptik, yang

cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan

tidak menimbulkan reaksi alergi.

Norit juga sering dianjurkan untuk ditaburkan di luka kronis basah, mengandung nanah,

dan sulit sembuh. Untuk ini sebaiknya dipakai bubuk norit halus bersih dari botol, bukan

dari gerusan tablet. Dokter akan memberi petunjuk lebih jauh tentang hal ini, atau

memberi resep tersendiri sesuai kondisi luka.

Prinsip kedua menyangkut pemilihan balutan. Pembalut luka merupakan sarana vital

untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebih, mencegah infeksi, dan

membuang jaringan mati.

Memilih pembalut

Saat ini ada berbagai macam pembalut luka modern yang bisa dipakai sesuai

kondisi/kebutuhan luka masing-masing. Di antaranya, pembalut yang mengandung

calsium alginate, hydroactive gel, hydrocoloid, nystatin, dan metronidazole. Dengan

pembalut semacam ini, luka tidak perlu dibuka dan dibersihkan setiap hari, cukup

beberapa hari sekali.

Calsium alginate yang berbahan rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan

cairan luka. Karenanya dapat menyerap cukup banyak cairan luka, merangsang proses

pembekuan darah, dan mencegah kontaminasi bakteri pseudomonas.

Page 24: MAKALAH OSTEOSARCOME

Hydroactive gel dapat membantu proses pelepasan jaringan mati (nekrotik). Sedang

hydrocoloid yang berbentuk lembaran tebal/tipis atau pasta dapat mempertahankan

kelembaban luka, menyerap cairan, menghindari infeksi. Cocok untuk luka yang merah,

bengkak, atau mengalami infeksi.

Nystatin yang dikombinasikan dengan metronidazole dan tepung maizena digunakan

untuk mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang tidak terlalu berlebihan, dan

mengurangi bau tidak sedap. Tidak beda dengan campuran calsium alginate dan karbon

yang juga berfungsi menyerap cairan dan mengontrol bau tidak sedap.

Ada juga pembalut yang mengandung aquacel, yang terbuat dari selulosa berdaya serap

sangat tinggi; atau pembalut mengandung campuran zinc dan metronidazole yang dapat

membantu pelepasan jaringan mati, menjaga kelembaban, mengurangi bau, dan mudah

dibuka. Tetapi pembalut jenis ini tidak boleh digunakan pada saat radiasi.

Tanpa pembalut-pembalut modern itu, kasa steril dan obat luka yang diberikan dokter

sudah cukup. Yang penting bersihkan luka, keringkan (termasuk kalau berdarah,

bersihkan dulu darahnya), obati, kemudian tutup dengan kasa steril dan perekat.

Tetapi ada juga luka kanker yang tidak perlu ditutup pembalut. Misalnya luka di dalam

mulut dan tenggorokan akibat kanker nasofaring, atau akibat kemoterapi dan radiasi di

area kepala-leher-dada. Untuk mencegah infeksi Anda bisa menggunakan obat kumur

yang mengandung mycostatin dan garam, atau membuat sendiri obat kumur dari

campuran ½ sendok teh baking soda dan ½ sendok teh garam dilarutkan dalam segelas

besar air hangat.

Prinsip perawatan luka yang lain adalah tidak boleh membuat sebuah luka menjadi luka

baru (berdarah) lagi, karena itu berarti harus memulai perawatan dari awal lagi. Juga,

harus bisa mengontrol bau tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mengontrol

perdarahan, mencegah infeksi, mengurangi nyeri , dan merawat kulit di sekitar luka.

yang penting diperhatikan dalam merawat luka adalah selalu menjaga kebersihan. Selalu

mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah merawat luka, selalu menjaga

kebersihan luka, menjaga agar pembalut/penutup luka selalu bersih dan kering. Hindari

tindakan menggaruk luka atau kulit di sekitar luka.Segeralah berkonsultasi ke dokter jika

ada tanda-tanda infeksi, yaitu kulit di sekitar luka berwarna merah, bengkak, suhu tubuh

meningkat, nyeri, mengeluarkan bau tidak sedap (yang berbeda dari biasanya),

mengeluarkan cairan berwarna kekuningan atau kehijauan, atau mengalami perdarahan

yang sulit dihentikan.

sumber: http://rumahkanker.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=36

Page 25: MAKALAH OSTEOSARCOME

JAWABAN “MIND MAP”

KONSEP PENYAKIT

Definisi

1. Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berasal

dari sel primitif pada regio metafisis tulang panjang

orang berusia muda

2. (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor tulang ganas,

yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.

Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-

rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.

Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir

masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.

Penyebab yang pasti tidak diketahui. Bukti-bukti mendukung bahwa osteosarkoma

merupakan penyakit yang diturunkan.

Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas (ujung

atas) dan tulang kering (ujung atas).

Ujung tulang-tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan

pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian, osteosarkoma juga bisa tumbuh di tulang

lainnya.

3. Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).

Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi

jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003:

Page 26: MAKALAH OSTEOSARCOME

595 )

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim

pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat

ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang

tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 )

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering

dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini

menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika

pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )

Manifestasi Klinis

Gejala yang paling sering ditemukan

adalah nyeri. Sejalan dengan

pertumbuhan tumor, juga bisa terjadi

pembengkakan dan pergerakan yang

terbatas.

Tumor di tungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan

menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda.

Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah.

Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor bisa menyebabkan

tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis

dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin.

Page 27: MAKALAH OSTEOSARCOME

• Gejala klinis yang paling utama adalah nyeri, yang pada awalnya ringan dan tidak sering,

namun seiring dengan waktu akan menjadi sangat nyer dan menetap

• Dapat menimbulkan gangguan pada sendi

• Tumor berkembang secara cepat

• Karena tumor ini banyak pembuluh darahnya, maka permukaannya hangat

• Dapat terlihat adanya pembuluh darah yang melebar di permukaan tumor

Gambar. Lutut kiri mengalami osteosarkoma

Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien

didiagnosa.Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran trauma pada

osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali pada

osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada

ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,

tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat

malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala

respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.

Etiologi

1. Penyebab pasti terjadinya osteosarkoma tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu c-Fos dapat meningkatkan

kejadian osteosarkoma.

2. Faktor lingkungan: satu satunya faktor lingkungan yang diketahui adalah paparan

terhadap radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

3. Keturunan ( genetik )

4. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit.

5. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat. pertumbuhan tulang yang cepat terlihat sebagai

Page 28: MAKALAH OSTEOSARCOME

predisposisi osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada saat

pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling sering pada metafisis, dimana area ini

merupakan area pertumbuhan dari tulang panjang.

6. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok

dan lain-lain

Predisposisi

Displasia tulang, termasuk penyakit paget, fibrous dysplasia, enchondromatosis, dan

hereditary multiple exostoses and retinoblastoma (germ-line form).

Kombinasi dari mutasi RB gene (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi berhubungan

dengan resiko tinggi untuk osteosarkoma, Li-Fraumeni syndrome (germline p53

mutation), dan Rothmund-Thomson syndrome (autosomal resesif yang berhubungan

dengan defek tulang kongenital, displasia rambut dan tulang, hypogonadism, dan katarak).

Klasifikasi dan Stadium

Klasifikasi

Osteosarkoma dibagi menjadi dua tipe :

1. Tipe sentral yaitu tumor yang tumbuhnya di dalam tulang.

2. Tipe perifer yaitu tumor yang tumbuhnya di permukaan tulang.

Dari osteosarkoma merupakan hal yang kompleks, namun 75% dari osteosarkoma masuk

kedalam kategori “klasik” atau konvensional, yang termasuk osteosarkoma osteoblastic,

chondroblastic, dan fibroblastic. Sedangkan sisanya sebesar 25% diklasifikasikan sebagai

“varian” berdasarkan

a. karakteristik klinik seperti pada kasus osteosarkoma rahang, osteosarkoma postradiasi,

atau osteosarkoma paget;

b. karakteristik morfologi, seperti pada osteosarkoma telangiectatic, osteosarkoma small-

cell, atau osteosarkoma epithelioid;

c. lokasi, seperti pada osteosarkoma parosteal dan periosteal.

Osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi atau variasi yaitu

Page 29: MAKALAH OSTEOSARCOME

1. Osteosarkoma klasik.

2. Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis.

3. Parosteal osteosarkoma.

4. Periosteal osteosarkoma.

5. Osteosarkoma sekunder.

6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah.

7. Osteosarkoma akibat radiasi.

8. Multifokal osteosarkoma.

Stadium

Berdasarkan penilaian klinis, radiologis dan histopatologis yang cermat dari masing-

masing tumor tulang, maka dapat ditentukan staging tumor tersebut. Staging berlaku untuk

tumor jinak dan tumor ganas tulang. Sistem staging yang dipakai untuk tumor tulang ialah

Surgical Staging System dari Enneking.

Untuk tumor ganas ada 3 tingkat stadium, yaitu:

1. Stadium I, bila derajat keganasannya rendah.

2. Stadium II, artinya tumor mempunyai derajat keganasan tinggi.

3. Stadium III, yang berarti tumor sudah menyebar.

Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat untuk

digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke

kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan

derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat

digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak).

Page 30: MAKALAH OSTEOSARCOME

Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau

rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan

adanya metastase.

Faktor Resiko

Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak diketahui, namun terdapat berbagai faktor resiko

untuk terjadinya osteosarkoma yaitu:

• Pertumbuhan tulang yang cepat : pertumbuhan tulang yang cepat terlihat sebagai

predisposisi osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada saat

pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling sering pada metafisis, dimana area ini

merupakan area pertumbuhan dari tulang panjang.

• Faktor lingkungan: satu satunya faktor lingkungan yang diketahui adalah paparan

terhadap radiasi.

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Kemoterapi Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma, Kemoterapi

juga mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada, mempermudah melakukan

eksisi pada metastase tersebut. Keoterapi diberikan pre operatif dan post operatif Obat-

obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah:

doxorubicin (Adriamycin¨), cisplatin (Platinol¨), ifosfamide (Ifex¨), mesna (Mesnex¨), dan

methotrexate dosis tinggi (Rheumatrex¨). Protokol standar yang digunakan adalah

doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi

induksi (neoadjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan

Page 31: MAKALAH OSTEOSARCOME

ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif,

terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate sampai 60 Ð 80%.

2. Operasi Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi suatu

osteosarkoma.Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya

kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas merupakan salah satu

keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan memberikan kemoterapi preoperative

(induction = neoadjuvant chemotherpy) melakukan operasi mempertahankan ekstremitas

(limb-sparing resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman dan

mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari penderita

osteosarkoma.7 Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan survival rate antara

operasi amputasi dengan limb-sparing

resection.17 Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak dapat atau

tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi kehilangan

cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan kecakapan untuk

merekonstruksi kembali dari ekstremitas tersebut.Biasanya untuk rekonstruksi digunakan

endo-prostesis dari methal.18-20 Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik

sehingga penderita dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat,

memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan

memuaskan. Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi postoperasinya

dibanding dengan menggunakan bone graft

3. FOLLOW-UP POST-OPERASI

Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada sebelum

operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan pengawasan terhadap

Page 32: MAKALAH OSTEOSARCOME

kekambuhan tumor secara local maupun adanya metastase, dan komplikasi terhadap

proses rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap rekonstruksinya

adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan fisik secara rutin

pada tempat operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya kekambuhan maupun

adanya metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal ekstremitasnya maupun

pada paru-paru merupakan hal yang harus dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3

bulan dalam 2 tahun pertama post opersinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun

berikutnya.7hjgj

sumber:Wittig, James C, Bickels J, Priebat D, et al.Osteosarcoma: a multidisciplinary

approach to diagnosis and treatment. A peer reviewed Journal of American Academic of

Family Physicians 2002.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (askep muskuloskeletal arif mutaqin, hal. 390-392)

1. Pemeriksaan Radiologi

Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif dari

tumor tulang. Sebagai contoh, suatu lesi bertepi bulat dan berbatas tegas cenderung bersifat

jinak. Lesi seperti itu sering kali memiliki tepi yang sklerotik, menunjukkan bahwa tulang

yang terserang memiliki cukup waktu dan kemampuan untuk memberikan respon terhadap

massa yang tumbuh. Gambaran tepi lesi yang tidak tegas menandakan bahwa proses invasi

tumor ke jaringan tulang yang berada di sekitarnya.

Lesi ini tumbuh dengan cepat dan tulang tidak mempunyai cukup waktu guna mengadakan

respon pembelahan untuk bereaksi melawan massa tersebut. Perluasan lesi melalui korteks

tulang merupakan cirri khas suatu keganasan. Kalau tumor menembus korteks, periosteumnya

mungkin akan terkelupas. Mungkin periosteumnya akan mengadakan respon dengan

menimbun suatu lapisan tipis tulang yang reaktif, lalu tulang akan terangkat, dan reaksi

periosteal tersebut berulang kembali. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh

Page 33: MAKALAH OSTEOSARCOME

tulang (bone survey) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor ganas/

metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:

� Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, atau

pada organ-organ tertentu.

� Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.

� Jenis tulang yang terkena.

� Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:

� Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.

� Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan

reaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.

� Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.

Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:

� Pemindaian radionuklida. Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang

kecil seperti osteoma.

� CT-scan. Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan

tumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.

� MRI. MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam tulang,

apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam membantu

menegakkan diagnosis tumor. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:

� Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, haemoglobin,

fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yang

memberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.

� Urine. Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.

3. Biopsi

Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan

histologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading tumor. Waktu pelaksanaan

biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yang

dipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi, akan

Page 34: MAKALAH OSTEOSARCOME

tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasan

pada jaringan lunak. Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu biopsi secara tertutup dan

secara terbuka.

� Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA)

dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukan

diagnosis pada tumor. Keuntungan dari FNA adalah sebagai berikut.

� Tidak perlu perawatan klien.

� Resiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi, dapat dihindarkan.

� Mencegaj penyebaran tumor.

� Dibandingkan dengan biopsi terbuka, biopsi jarum dapat mengambil material

dari beberapa bagian tumor.

� Hasil awal dapat diketahui dalam 15-20 menit setelah biopsi.

� Dapat ditentukan rencana pemeriksaan selanjutnya serta anjuran terapi sesaat

setelah hasil biopsi yang diketahui dengan cepat.

Biopsi tertutup dilakukan pada:

� Tumor sumsum tulang, misalnya pada myeloma multiple.

� Untuk konfirmasi metastasis suatu tumor

� Untuk mendiagnosis suatu kista tulang yang sederhana.

� Membedakan infeksi dan penyakit granuloma eosinofilik.

� Konfirmasi penemuan histologist sarcoma.

� Konfirmasi rekurens lokal.

Pemeriksaan biopsi tertutup dengan jarum tidak dianjurkan pada tumor ganas

tulang primer lainnya.

� Biopsi terbuka. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.

Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat

mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan

ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangi

kecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara

enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma).

Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur

Page 35: MAKALAH OSTEOSARCOME

operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block. Untuk itu, biopsi terbuka

dilakukan dengan cara seperti berikut.

� Sekecil mungkin, tetapi jaringan yang diambil tepat.

� Diambil secara longitudinal dan tidak secara horizontal.

� Menghindari struktur neovaskular yang besar.

Biopsi terbuka dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

� Biopsi insisional. Biopsi insisional dilakukan melalui pengambilan sebagian

jaringan tumor.

� Biopsi eksisional. Dilakukan dengan mengeluarkan seluruh tumor, baik hanya

seluruh jaringan tunor saja ataupun dikeluarkan bersama-sama dengan anggota

gerak (amputasi).

ASPEK LEGAL ETIS

• Beneficence

Segala tindakan keperawatan harus bisa membuat kondisi klien menjadi lebih baik

dari sebelumnya, jangan sampai merugikan klien atau dengan kata lain mendapat

keuntungakn karena dilakukannya tindakan keperawatan. Dari kasusu di atas

tindakan pada pasien osteosaarkoma yaitu amputasi.

• Respek pada Autonomi

Autonomi berarti setiap individu harus memiliki kebebasa untuk memilih rencana

kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri.prinsipnya perawat member kebebasan

kepada klien untuk memenuhi kebutuhannya selama tidak melanggar batas-batas

yang ditentukan dalam upaya kesembuhan klien,seperti misalnya klien tidak mau di

amputasi karena takut dan memengaruhi aspek psikosial klien,kita tidak berhak

untuk memaksa,namun kita harus memberikan health education kepada klien dan

keluarga prosedur amputasi.

• Non Malefisien

Prinsip ini dilihat pada kontinum rentang dari bahaya yang berarti sampai

menguntungkan orang lain dengan melakukan yang baik.

Page 36: MAKALAH OSTEOSARCOME

• Keadilan

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan memberikan

apa yang menjadi kebutuhan mereka.dalam hal ini perawat tidak boleh

membedakan statud pasien dalam memberikan perawatan sehingga tidak ada lagi

pasien yang mendapatkan bagian yang lebih besar atau lebih sedikit dari yang lain.

Sedangkan prinsip sekunder dari prinsip etis adalah kejujuran, kerahasiaan,dan

kesetiaan.kejujuran berarti kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran,dalam

kasus ini tim medis harus transparan dalam mengungkapkan tindakan apa saja yang

akan dilakukan pada pasien,misalnya dampak amputasi,dampak pemberian obat

analgetik harus meminta persetujuan pihak keluarga dalam menentukan tindakan

tersebut. Kerahasiaan berarti kewajiban untuk melindungi informasi

rahasia.kesetiaan juga berarti selalu ada saat pasien membutuhkan bantuan dari tim

medis,khususnya kita sebagai perawat.

Page 37: MAKALAH OSTEOSARCOME

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN OSTEOSARKOMA

Pengkajian

• Data biografi

Nama :an.BO

Umur :17 tahun

Jenis kelamin : -

Pekerjaan : pelajar

• Anamnesa

Pengkajian berdasarkan karakterisitik nyeri:

P : palliative ;tidak teridentifikasi

Q : quality/quanty ;pada kasus nyeri yang dirasakan klien terus menerus.

R :region ;nyeri terletal pada tungkai bawah kanan.

S :scale ;klien menyatakan bahwa nyerinya ada pada skala 9 (0-10)

T : nyeri terjadi sejak 3bulan yang lalu dan akan bertambah nyeri apabila area bengkaknya

disentuh atau bergesekan dengan kain.

• Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan masa lalu : -

Riwayat kesehatan sekarang : klien dirawat di ruang bedah orthopedic dengan tungkai bawah

kanan mengalami pembengkaka disertaai nyeri sejak sebulan yang lalu.

Page 38: MAKALAH OSTEOSARCOME

• Pemeriksaan

o Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi :

a. Postur: terlihat massa sebesar bola tenis di tungkai kanan,kemerahan,dan mengkilap

b. Gaya berjalan: nyeri dirasakan klien pada skala9 sehingga dapat dipastikan klien tidak

bisa berjalan dengan baik.

c. ROM : klien tidak dapat bergerak bebas

d. Perubahan warna kulit : terlihat perubahan kulit berupa rubor dan mengkilat pada area

pembengkakan,ditemukan adanya pus berwarna hijau.

2. Palpasi

3. Nyeri tekan

Nyeri bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain,sehingga perawat tidak boleh

menekannya.

4. Edema (tempat,ukuran,temperature)

Edema pada tungkai bawah kanan klien sebesar bola tennis dan timbul rubor dan mengkilat.

o Pengkajian psikososialspiritual

� Psikososial : kemungkinan klien mengalami stress emosional, Karen klien merasakan

nyeri hebat pada tungkainya dan tidak dapat melakukan aktifitas rutin yang ia lakukan.

� Spiritual : -

� Sosialculture: kaji normaL, nilai, dan stigma yang berlaku di lingkungan klien untuk

Page 39: MAKALAH OSTEOSARCOME

meenentukan intervensi yang berhubungan dengan sosialisasi klien. Perawat sebaiknya

memberitahukan kepada keluarga klien agar selalu memberikan motivasi kepada klien

untuk sembuh apalagi disaat perawatan pasca amputasi

Analisa data

Data

menyimpang

Etiologi Masalah keperawatan

Ds:pasien

mengeluh nyeri

Do:skala 9 (0-

10)

Inflamasi mengeluarkan Zat

vasoaktif merangsang reseptor

nyeri merangsang sel saraf

aferen A delta&C medulla

spinalis

ujung saraf bebas nyeri

hebat

Nyeri hebat

Ds:

Do:

Hipertropi sel kanker masa

selebar bola tenis kerusakan

jaringan kulit terbentuk ulkus

gangguan integritas kulit

Gangguan integritas kulit

Ds:

Do:massa

sebesar bola

tenis di tungkai

Inflamasi mengeluarkan Zat

vasoaktif merangsang reseptor

nyeri merangsang sel saraf

aferen A delta&C medulla

Gangguan imobilisasi

Page 40: MAKALAH OSTEOSARCOME

kanan. spinalis

ujung saraf bebas nyeri

hebat imobilisasi

Ds:

Do:

osteosarcoma sel perlu nutrisi

yang banyak hipermetabolisme

sel kanker resiko nutrisi kurang

dari kebutuhan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

Ds:

Do:

Nyeri berkelanjutan respon

stress saraf simpatis

katekolamin ansietas

Ansietas

Ds:

Do:massa tumor

sebesar bola

tenis

hyperplasia Hipertropi sel

kanker

massa sel selebar bola tenis

ganguan citra diri

Gangguan citra diri

Ds:nyeri saat

bergesekan

dengan kain

Do:

Nyeri berkelanjutan respon

stress saraf simpatis

katekolamin saraf para

simpatis neurutransmiter

RAS gangguan pola tidur

Gangguan pola tidur

Page 41: MAKALAH OSTEOSARCOME

Diagnosa Keperawatan

1. nyeri hebat yang berhubungan dengan respon inflamasi yang ditandai dengan pasien mengeluh

nyeri pada tungkai bawah kanan dengan skala 9

2.Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan penipisan lapisan kulit sekunder terhadap

penekanan tumor ditandai dengan luka terbuka 2x3 cm

3. gangguan imobilisasi yang berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan klien

mengatakan nyeri bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain.

4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

hipermetabolik

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

6.Gangguan citra diri yang berhubungan dengan

7.Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri yang berkelanjutan

Page 42: MAKALAH OSTEOSARCOME

No. Diagnose keperawatan tujuan intervensi rasional

1. nyeri hebat yang

berhubungan dengan

respon inflamasi yang

ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri pada

tungkai bawah kanan

dengan skala 9

Klien akan mengalami

pengurangan nyeri b.d

lesi tulang

mengurangi ukuran

atau membuang

tumor.

meningkatkan rasa

nyaman klien dan

mengeliminasi

komplikasi dari kanker

tulang.

2. Gangguan integritas

kulit yang

berhubungan dengan

penipisan lapisan kulit

sekunder terhadap

penekanan tumor

ditandai dengan luka

terbuka 2x3 cm

Tujuan jangka panjang:

Mempertahankan

integritas kulit

Tujuan jangka pendek:

Integritas kulit tidak rusak

ditandai dengan tidak

adanya infeksi

• Hilangkan

kelembaban dari

kulit dengan

penutupan dan

menghindari friksi

• Lindungi kulit

yang sehat dari

kemungkinan

maserasi (hidrasi

stratum korneum

• Friksi dan

maserasi

memainkan peranan

yang penting dalam

proses terjadinya

sebagian kerusakan

kulit

• Maserasi pada

kulit

yang sehat dapat

menyebabkan

pecahnya kulit dan

Page 43: MAKALAH OSTEOSARCOME

yang belebihan)

perluasan kelainan

primer

3. . gangguan

imobilisasi yang

berhubungan dengan

nyeri akut ditandai

dengan klien

mengatakan nyeri

bertambah apabila

disentuh dan

bergesekan dengan

kain.

Jangka panjang

:mobilisasi fisik terpenuhi

Jangka pendek : klien

dapat merubah posisi

tidur ke posisi duduk,

tonus dan kekuatan otot

terpelihara

1. Kaji

ketidakmampuan

bergerak klien yang

diakibatkan oleh

prosedur pengobatan

dan catat persepsi

klien terhadap i

mobilisasi

2.Latih klien untuk

menggerakan

anggota badan

3.Tingkatkan

ambulasi klien

seperti mengajarkan

menggunakan

Dengan mengetahui

derajat

ketidakmampuan

bergerak klien dan

persepsi klien terhadap

imobilisasi akan dapat

menemukan aktivitas

mana saja yang perlu

dilakukan

Pergerakan dapat

meningkatkan aliran

darah ke otot,

memelihara

pergerakan sendi, dan

mencegah kontraktur,

serta atropi

Dengan ambulasi

demikian klien dapat

mengenal dan

Page 44: MAKALAH OSTEOSARCOME

tongkat dan kursi

roda

4.Ganti posisi klien

setiap 3-4 jam secara

periodic

5. Bantu klien

mengganti posisi dari

tidur ke duduk dan

turun dari tempat

tidur

menggunakan alat-alat

yang perlu digunakan

oleh klien dan juga

untuk memenuhi

aktivitas klien

Pergantian posisi 3-4

jam dapat mencegah

terjadinya kontraktur

Membantu klien untuk

meningkatkan

kemampuan dalam

duduk dan turun dari

tempat tidur

4. Ansietas berhubungan

dengan perubahan

status kesehatan

Hasil yang diharapkan:

- Tampak rileks dan

- melaporkan anietas

berkurang pada ingkat

dapat diatasi.

- Mengkaji situasi t

- terbaru dengan akurat.

a. Kaji tingkat

ansietas pasien.

Tentukan

bagaimana pasien

menangani

maalahnya

dimasa lalu dan

bagaimana pasien

melakukan

koping dengan

masalah yang

dihadapinya

sekarang.

a. Membantu dan

mengedentifikaikan

kekuatan dan

keterampilan yang

mungkin membantu

pasien mengatasi

keadaannya

sekarang dan/atau

kemungkinan lain

untuk memberikan

bantuan yang

sesuai.

Page 45: MAKALAH OSTEOSARCOME

Mengembangkan rencana

untuk perubahan gaya

hidup yang perlu.

b. Berikan

informasi yang

akurat dan jawab

dengan jujur.

c. Berikan

kesempatan

pasien untuk

mengungkapkan

masalah yang

dihadapinya,

seperti

kemungkinan

paralisis,

perubahan peran

dan tanggung

jawab.

Catat perilaku dari

orang

terdekat/keluarga

yang meningkatkan

“peran sakit” pasien.

b. Memungkinkan

pasien untuk

membuat keputusan

yang didasarkan

atas

pengetahuannya.

c. Kebanyakan pasien

mengalami masalah

yang perlu untuk

diungkpakan da

diberi respons

dengan informasi

yang akurat untuk

meningkatkan

koping terhadap

situasi yang sedang

dihadapinya.

Orang

terdekat/keluarga

mungkin secara tidak

sadar memungkinkan

pasien untuk

mempertahankan

ketergantungannya

dengan melakukan

sesuatu yang pasien

sendiri mampu

melakukannya tanpa

Page 46: MAKALAH OSTEOSARCOME

bantuan orang lain.

5. Resiko

ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan yang

berhubungan dengan

hipermetabolik

Kebutuhan nutrisi

terpenuhi secara adekuat

Kriteria:

- Nafsu makan

meningkat

- Porsi makan

dihabiskan

- Kaji riwayat

nutrisi atau

penurunan nafsu

makan

- Observasi dan

catat masukan

makanan pasien

- Berikan makanan

yang mudah

ditelan, mudah

dicerna

- Berikan makan

sedikit dan

frekuensi sering

dan/atau makan di

antara waktu

makan

- Hindari makanan

yang merangsang

: pedas, asam

- Beri makanan

kesukaan klien

- Berikan dan bantu

higiene mulut

yang baik;

sebelum dan

sesudah makan,

gunakan sikat gigi

halus untuk

penyikatan yang

lembut

- Kolaborasi

pemberian cairan

parenteral

- Konsul pada ahli

gizi

Pantau pemeriksaan

- Mengidentifikasi

resiko defisiensi,

menentukan

intervensi

selanjutnya

- Mengawasi

masukan kalori atau

kualitas kekurangan

konsumsi makanan

- Mengurangi

kelelahan klien dan

mencegah

perdarahan

gastrointestinal

- Makan sedikit dapat

menurunkan

kelemahan dan

meningkatkan

pemasukan

- Mencegah

terjadinya distensi

pada lambung yang

dapat menstimulasi

muntah

- Memungkinkan

pemasukan yang

lebih banyak

- Meningkatkan nafsu

makan dan

pemasukan oral,

menurunkan

pertumbuhan

bakteri,

meminimalkan

kemampuan infeksi

- Nutrisi parenteral

sangat diperlukan

jika intake peroral

sangat kurang

- Membantu dalam

membuat rencana

Page 47: MAKALAH OSTEOSARCOME

laboratorium seperti

Hb, Hct, BUN,

Albumin,

diet untuk

memenuhi

kebutuhan

individual

Meningkatkan

efektivitas program

pengobatan, termasuk

sumber diet nutrisi

yang dibutuhkan

6. Gangguan citra diri

yang berhubungan

dengan adanya tumor

Setelah diberikan

intervensi keperawatan

klien akan mengalami

perbaikan perasaan

mengenai citra dirinya

dan menerima perubahan

fisik yang terjadi

Perawat perlu

mengenali dan

menerima pandangan

klien mengenai citra

diri dan

perubahannya.

Hubungan saling

percaya akan

memfasilitasi klien

untuk bebas

menyatakan perasaan

negatifnya.

7. Gangguan pola tidur

yang berhubungan

dengan nyeri yang

berkelanjutan

Klien dapat beristirahat/

tidur dengan nyaman.

1.Hilangkan

kebisingan / stimulus

eksternal yang

berlebihan

2.Bicara yang

tenang,. Perlahan

dengan

menggunakan

kalimat yang pendek

Suara yang keras

dapat mengganngu

dan mempengaruhi

istirahat.

Page 48: MAKALAH OSTEOSARCOME

sesuai kebutuhan.

3.Berikan obat sesuai

indikasi ( kolaborasi

KESIMPULAN

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat

ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini

adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun (

pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur

15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir

masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang

penyebab pasti belum diketahui

Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas

yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran

vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan

menurun dan malaise.

SARAN

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok

mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.

Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa

menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

Page 49: MAKALAH OSTEOSARCOME

DAFTAR PUSTAKA

Perry,potter .fundamental keperawatan vol 2.2006.EGC: Jakarta

Muttaqin arif.Asuhan keperawtan klien gangguan system musculoskeletal.2008.EGC: Jakarta

Brenda, Suzanne.Keperawatan Medikal Bedah vol 3.2002.EGC: Jakarta.

http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html

http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html

http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html

http://www.rafani.co.cc/2009/08/amputasi.html)