makalah piqih
DESCRIPTION
Makalah ushul piqihTRANSCRIPT
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 1/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Shalat
Salat (ejaan KBBI) atau sholat (bahasa Arab: ), merujuk kepada salah satu ritualة
ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah
SAW bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya.
a) Pengertian secara Etimologi
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, do'a. Sedangkan menurut
istilah salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
b) Hukum Salat
Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap
muslim yang sudah akil baligh, baik laki- laki maupun perempuan, dalam keadaan sehat,
maupun sakit.
Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras
kepada orang yang suka meninggalkan salat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang
memisahkan kita dengan mereka adalah salat.“ Barang siapa yang meninggalkan salat,
maka berarti dia telah kafir.”
Orang yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama
dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga salat
maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang
tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari
kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 2/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
Fardhu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat Fardhu
terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
o Fardhu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung
berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh
orang lain, seperti salat lima waktu, dan salat jumat(Fardhu 'Ain untuk pria).
o Fardhu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak
langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada
sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang
mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak
dikerjakan. Seperti salat jenazah
Nafilah (salat sunnat),Salat Nafilah adalah salat-salat yang dianjurkan atau
disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua,
yaitu
o Nafil Muakkad adalah salat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunnat witir dan salat
sunnat thawaf.
o Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti salat sunnat Rawatib dan salat sunnat yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan
ketika terjadi gerhana).
B. Tiga Belas Rukun Salat :
Berdiri
Niat
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 3/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
3
Takbiratul ihram
Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat
Ruku' dengan tuma'ninah
I'tidal dengan tuma'ninah
Sujud dua kali dengan tuma'ninah
Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
Duduk dengan tuma'ninah serta membaca tasyahud akhir dan
sholawat kepada nabi
berlindung kepada Allah dari siksa jahannam dan kubur serta fitnah hidup dan mati dan
kekejian fitnah dajjal
Membaca salam yang pertama
Tertib (melakukan rukun secara berurutan)
Salat Berjama'ah
Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama(berjama'ah). Pada salat
berjama'ah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Salat, dan
yang lain akan berlaku sebagai Makmum.
• Salat yang dapat dilakukan secara berjama'ah antara lain :
o Salat Fardhu
o Salat Tarawih
• Salat yang mesti dilakukan berjama'ah antara lain:
o Salat Jumat
o Salat Hari Raya (Ied)
o Salat Istisqa'
• Salat wajib, yaitu salat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah.
C. Salat dalam kondisi khusus
1) Safar (perjalanan), Salat Qashar, dan Salat Jama’
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 4/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
4
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan tertentu.
Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan salat
dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat
dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat
melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (jama’)
atau meringkas (qashar) salatnya. Menjama' salat berarti menggabungkan dua salat pada satu
waktu yakni dzuhur dengan ashar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti meringkas
salat yang tadinya 4 raka'at (dzuhur,ashar,isya) menjadi 2 rakaat.
Salat dalam Al Qur'an
Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang salat di dalam Al Qur'an, kitab suci agama
Islam.
• Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka
mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka
secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari
itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)14:31
• Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zinah) dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut : 45)
29:45
• Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam:
59)19:59
• Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (al-
Ma’arij : 19-23)70:19
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 5/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
5
D. Sejarah Salat Fadhu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah
Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa
lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-
orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan
kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-
Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, "Sesungguhnya ayat ini
menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.
Sholat juga merupakan kewajiban paling utama setelah tauhid. Apabila sholat seorang
muslim baik maka seluruh amal perbuatannya akan baik, begitu pula sebaliknya, jika sholatnya
rusak maka seluruh amal perbuatannya pun rusak.Oleh karena itu sholat sangat membutuhkan
perhatian serius, teristimewa yang harus diperhatikan karena adanya bid'ah dan penyimpangan-
penyimpangan yang terdapat dalam praktek sholat.
Al Imam Ahmad berkata, "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung
pada kualitas ibadah sholatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada
kecintaan dalam mengerjakan sholat. Oleh karena itu kenalilah dirimu sendiri wahai hamba
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 6/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
6
Allah! Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas
keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah
sholatmu." (Ibn al Qayyim, ash Sholah, hal 42 dan ash Sholah wa hukmu taarikihaa, hal 170-
171)
E. Shalat Sunah Rawatib
Shalat sunah rawatib adalah shalat yang mengiringi solat wajib lima waktu dalam sehari
yang bisa dikerjakan pada saat sebelum sholat dan setelah solat. Fungsi salat sunat rawatib
adalah menambah serta menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib.
a) Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului azan dan qomat
b) Jenis Salat Sunat Rawatib
1. Salat sunat qabliyah / qobliyah adalah sholat sunah yang dilaksanakan sebelum
mengerjakan solat wajib.
2. shalat sunah ba'diyah adalah sholat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.
c) Macam-macam Sholat Sunah Rawatib
1. Salat sunat rawatib muakkad / penting
Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :
- Sebelum subuh dua rokaat
- Sebelum zuhur dua rokaat
- Sesudah dzuhur dua rokaat
- Sesudah maghrib dua rokaat
- Sesudah isya dua rokaat
d) Salat sunat rawatib ghoiru muakkad / tidak penting
Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :
- Sebelum zuhur dua rokaat
- Setelah zuhur dua rokaat
- Sebelum ashar empat rokaat
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 7/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
7
- Sebelum magrib dua rokaat
- Sebelum isya dua rokaat
E. Shalat sunah
Sholat Dluha
Sholat sunnah yang dikerjakan paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat, adapun waktu
mengerjakannya ialah mulai matahari naik agak tinggi sampai mulai masuk waktu dhuhur
Sholat Hajat
Sholat yang dilakukan ketika mempunyai hajat. Sholat hajat dikerjakan pada siang atau malam hari untuk
mengadukan atau mengajukan permintaan khusus kepada Allah SWT.
Sholat Tahajjud
Sholat sunnah diwaktu malam yang dilakukan sesudah tidur. Setiap orang yang akan melakukan Sholat
tahajjud disyaratkan untuk tidur dulu, sekalipun tidurnya sesudah Sholat maghrib sebelum Sholat ‘Isya. Dan
bagi yang belum Sholat ‘Isya disyaratkan untuk melakukan Sh ‘Isya barulah melakukan Sholat Tahajjud.
Sholat Istikharah
Sholat istikharah adalah Sholat dengan tujuan untuk mencari petunjuk yang lebih baik pada sesuatu yang
akan dilakukan. Dan Sholat tersebut dilakukan dengan beberapa kali sehingga hatinya terasa mantap atas
pilihannya.
Sholat Taubat
Sholat yang dilakukan setelah melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar. Maksudnya adalah untuk
mohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang dilakukan.
Sholat Muthlaq
Sholat yang tidak dibatasi seperti waktu sesudah Sholat ‘Isya, dan tidak
dibatasi dengan sebab.
Sholat Awwabin
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 8/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
8
Sholat sunnah yang dikerjakan sesudah Sholat baidiyyah Maghrib
Sholat Tasbih
Sholat untuk Memaha Sucikan Allah SWT.
Sholat Gerhana
Hukum melakukan Sholat tersebut Sunnah Muakad. Waktunya melakukan
Sholat gerhana adalah sampai gerhana itu sudah hilang atau normal.
Sholat Istisqa’
Sholat minta hujan itu disunnahkan, maka (terlebih dahulu) imam supaya memerintahkan penduduk
bertaubat, bersedekah, keluar dari perbuatan aniaya, berdamai dengan musuh, dan berpuasa tiga hari.
Kemudian pada hari keempat imam keluar bersama-sama mereka yang berpakaian sederhana, dalam
keadaan khusyu’ serta merendahkan diri. Kemudian imam Sholat bersama-sama mereka dua rakaat
sebagaimana Sholat hari raya dan berkhutbah sesudahnya.
Shalat adalah ibadah yang utama dan berpahala sangat besar. Banyak hadits-hadits yg
menerangkan hal itu akan tetapi dalam kesempatan ini kita cukup menyebutkan beberapa di
antaranya sebagai berikut 1. Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang amal yang paling utama
dalam hal shalat beliau menjawab “Shalat pada waktunya.” 2. Sabda Rasulullah SAW
“Bagaimana pendapat kamu sekalian seandainya di depan pintu masuk rumah salah seorang di
antara kamu ada sebuah sungai kemudian ia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari; apakah
masih ada kotoran yg melekat di badannya?” Para sahabat menjawab “Tidak akan tersisa sedikit
pun kotoran di badannya.” Bersabda Rasulullah SAW “Maka begitu pulalah perumpamaan
shalat lima kali sehari semalam; dgn shalat itu Allah akan menghapus semua dosa.” 3. Sabda
Rasulullah SAW “Tidak ada seorang muslim pun yg ketika shalat fardhu telah tiba kemudian
dia berwudhu’ dgn baik dan memperbagus kekhusyu’annya serta ruku’nya terkecuali hal itu
merupakan penghapus dosanya yg telah lalu selama dia tidak melakukan dosa besar dan hal itu
berlaku sepanjang tahun itu.” 4. Sabda Rasulullah SAW “Pokok segala perkara itu adl Al-
Islam; dan tonggak Islam itu adl shalat; dan puncak Islam itu adl jihad di jalan Allah.”
Adapun yang dimaksud dengan shalat wustha ialah shalat ashar. Demikianlah
keterangan yang terdapat dalam hadits shahih yang juga disebutkan Allah secara khusus karena
memiliki keutamaan tersendiri. Dan hal ini sudah cukup dikenal dan masyhur dalam Islam.
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 9/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
9
Dikabarkan bahwa sebab turunnya izin melaksanakan shalat khauf adalah sebagai berikut.
Dahulu orang-orang Islam pernah berada dalam suatu peperangan bersama Rasulullah. Dalam
peperangan tersebut Rasulullah saw bersama orang-orang Islam melaksanakan shalat zhuhur
sebagaimana biasanya, dan saat itu kaum musyrikin dekat dengan mereka dan melihat Rasulullah
beserta orang-orang Islam sedang melaksanakan shalat zhuhur. Ketika mereka selesai dari shalat,
sebagian kaum musyrikin berkata, “Seandainya kita menyerang mereka dan mereka dalam
keadaan shalat, pasti kita akan berhasil menghancurkan mereka.” Sebagian kaum musyrikin
lainnya berkata, “Sesungguhnya setelah shalat yang mereka kerjakan ini masih ada shalat yang
lebih mereka cintai daripada ayah-ayah mereka dan anak-anak mereka (yaitu shalat ashar).”
Kemudian turunlah Jibril as kepada Rasulullah dengan shalat khauf. Perhatikanlah bagaimana
keutamaan shalat ashar, yang sampai kaum musyrikin pun mengetahuinya.
Allah swt berfirman, “..dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta
dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.”
Yang dimaksud al-Inabah dalam ayat tersebut adalah kembali kepada Allah, sedangkan bertaqwa
adalah takut kepada Allah, dan mendirikan shalat adalah melaksanakannya dengan cara yang
telah diperintahkan oleh Allah.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”
Allah swt berfirman, “..kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya..” Allah mengecualikan mereka dari golongan orang-orang yang
diciptkan dengan penuh keluh-kesah dan gelisah ketika mereka tertimpa keburukan, dan lalai
ketika mereka mendapat kebaikan. Seakan-akan Allah swt berkata, “Sesungguhnya orang-orang
yang mendirikan shalat pada hakikatnya tidak termasuk orang-orang yang suka berkeluh-kesah
dan gelisah.”
Allah swt berfirman, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan
munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 10/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
10
ibadah-badah yang lain).” Seseorang yang mendirikan shalat seperti yang telah diperintahkan
Allah dan Rasul-Nya, maka shalatnya akan mencegahnya dari perbuatan yang tidak disuakai
Allah, seperti yang telah disebutkan di atas dan lain sebagainya dari perbuatan yang tidak disukai
Allah.
Rasulullah saw bersabda, “Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat.” Orang yang
mendirikan shalat dengan mengikuti dan mencontoh Rasulullah saw dalam shalatnya, yakni
seperti tata cara yang telah dinukil oleh para ulama salaf maupun khalaf, maka ia juga dianggap
sebagai orang yang mendirikan dan senantiasa memelihara shalat.
Adapun shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat zhahir dan shalat batin, yang mana tidak akan
sempurna shalat seseorang kecuali mendirikan keduanya secara bersamaan. Adapun shalat zhahir
adalah berdiri, membaca, ruku`, sujud, dan lain sebagainya dari amal shalat zhahir. Dan shalat
batin adalah khusyuk, hadirnya hati, ikhlas, tadabbur dan memahami makna bacaan yang
dibacanya, tasbih, dan lain sebagainya dari amal shalat batin. Shalat zhahir adalah tugas seluruh
anggota tubuh, dan shalat batin adalah tugas hati. Dan hati itulah yang menjadi tolak ukur al-Haq
melihat seorang hamba.
Imam al-Ghazali berkata, “Perumpamaan orang yang mendirikan shalat zhahir dan lalai akan
shalat batin bagaikan seseorang yang memberikan hadiah kepada seorang raja pelayan yang
sudah mati. Dan perumpamaan orang yang lalai akan shalat zhahir bagaikan seseorang yang
memberikan hadiah kepada seorang raja pelayang yang terpotong anggota tubuhnya dan tercukil
kedua matanya. Kedua orang tersebut berhak mendapatkan hukuman dan siksan dari raja karena
hadiah yang mereka berikan merupakan salah satu bentuk penghinaan.”
Kemudia al-Ghazali berkata, “ Dan sesungguhnya engkau menghadiahkan shalatmu kepada
Tuhanmu, maka janganlah pernah engkau mempersembahkan bentuk shalat seperti yang telah
disebutkan, karena hal tersebut akan mengakibatkan engkau mendapat siksa dan hukuman dari
Allah.” (N-113-116)
2. Berakal. Orang gila tidak wajib sholat,
3. Baligh. Tidak wajib sholat atas anak kecil hingga dia baligh berdasarkan hadits di atas,
hanya saja hendaknya dia disunnahkan agar diperintah sholat ketika berusia tujuh tahun,
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 11/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
11
4. Suci dari hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah batalnya wudhu, dan
hadats besar ketika seorang belum mandi dari janabah
5. Kesucian tubuh, pakaian, dan tempat dari najis.
6. Sudah masuk waktu sholat. Tidak wajib sholat kecuali ketika sudah masuk waktunya,
tidak sah sholat jika dikerjakan sebelum waktunya
7. Menutup aurot.
8. Niat.
9. Menghadap kiblat.
G. Rukun-rukun Sholat
Sholat memiliki rukun-rukun yang jika ditinggalkan salah satunya, maka batal sholat
yang dilakukan. Rukun-rukun tersebut adalah:
1. Niat. Yaitu azam (kemauan yang kuat dari) hati untuk menunaikan sholat tertentu.
2. Takbiratul ihrom.
3. Berdiri jika mampu dalam sholat wajib.
4. Membaca surat al-Fatihah pada setiap roka’at.
5. Ruku’.
H. Para Ulama Sepakat Bahwa Meninggalkan Shalat Termasuk Dosa Besar yang Lebih Besar
dari Dosa Besar Lainnya
Ibnu Qayyim Al Jauziyah – rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat
bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar
dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan
minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan
Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” ( Ash Sholah, hal. 7)
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm – rahimahullah- berkata, “Tidak ada
dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar
waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” ( Al Kaba’ir , hal.
25)
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 12/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
12
Adz Dzahabi – rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar
waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu
satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat
atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai
berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang
meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang
berbuat dosa).” ( Al Kaba’ir , hal. 26-27)
Apakah Orang yang Meninggalkan Shalat Kafir Alias Bukan Muslim?
Dalam point sebelumnya telah dijelaskan, para ulama bersepakat bahwa meninggalkan shalat
termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan mencuri. Mereka tidak berselisih
pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi masalah selanjutnya, apakah orang yang
meninggalkan shalat masih muslim ataukah telah kafir?
Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat di antara kaum
muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya.
Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap meyakini shalat lima waktu itu
wajib -sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat ini-, maka dalam hal ini ada
perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author , 1/369).
Mengenai meninggalkan shalat karena malas-malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib, ada
tiga pendapat di antara para ulama mengenai hal ini.
Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena
dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin
Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani,
‘Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah),
pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath
Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz
bin Jabal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 13/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
13
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman
had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah salah satu pendapat
Imam Ahmad.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan
adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan
shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. ( Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)
Jadi, intinya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini di antara para ulama termasuk pula
ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Qur’an dan As Sunnah?
Silakan simak pembahasan selanjutnya.
Orang yang Meninggalkan Shalat dalam Al Qur’an
Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Qur’an, namun yang kami bawakan adalah
dua ayat saja.
Allah Ta’ala berfirman,
--> ن ف تا ا ا ا و ة ا ا أ ھ ◌ و آ و ب إ
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang
yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah
sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. ( Ash
Sholah, hal. 31)
Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi
orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang
meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka
paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini ( ghoyya) yang
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 14/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
14
merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-
orang kafir.
Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,
و آ و ب إ
”kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh”. Maka seandainya orang yang
menyiakan shalat adalah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
--> ا ا أ و ا نإ ◌ا ا ة ا ا آ و ة
“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9] : 11). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala
mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti jika shalat tidak dikerjakan,
bukanlah saudara seiman. Konsekuensinya orang yang meninggalkan shalat bukanlah mukmin
karena orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إ
ن
ا
ةإ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)
Orang yang Meninggalkan Shalat dalam Hadits
Terdapat beberapa hadits yang membicarakan masalah ini.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 15/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
15
ة ا ك ا و ك ا و ا
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
(HR. Muslim no. 257).
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ك أ ا ذ ة ا ن ا و ا و ا
“Pemisah antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia
meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih.
Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566).
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ة ا هد و م ا ا سأ ر
”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR.
Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At
Tirmidzi). Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti
penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan
patahnya tiangnya. Begitu juga dengan Islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.
Para Sahabat Berijma’ (Bersepakat), Meninggalkan Shalat adalah Kafir
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 16/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
16
Umar mengatakan,
ة ا ك م إ
”Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.”
Dari jalan yang lain, Umar berkata,
م ا وة ا ك
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh Malik.
Begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman.
Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu ’Asakir. Hadits ini shohih,
sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 209). Saat Umar
mengatakan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun
yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk
ijma’ (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash
Sholah.
Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja
adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau
mengatakan,
ب
أ
ن
-و هللا -
ة ا
ل
ا
ن
و
“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap
suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.” Perkataan ini
diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim
mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan
sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal
Kitab, hal. 52)
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 17/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
17
Dari pembahasan terakhir ini terlihat bahwasanya Al Qur’an, hadits dan perkataan sahabat
bahkan ini adalah ijma’ (kesepakatan) mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan
shalat dengan sengaja adalah kafir (keluar dari Islam). Itulah pendapat yang terkuat dari
pendapat para ulama yang ada.
Ibnul Qayyim mengatakan, ”Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahwa
orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab
(Al Qur’an), As Sunnah dan kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang
dapat memberi taufik).” ( Ash Sholah, hal. 56)
Berbagai Kasus Orang yang Meninggalkan Shalat
Kasus Pertama, kasus ini adalah meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya
sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘Sholat oleh, ora sholat oleh.’ [Kalau mau
shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka
mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di
antara para ulama.
Kasus Kedua, kasus kali ini adalah meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan
tidak pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan.
Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq,
mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in.
Kasus Ketiga, kasus ini yang sering dilakukan kaum muslimin yaitu tidak rutin dalam
melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim
secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah
yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan
yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah [Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Jika seorang hamba melakukan sebagian
perintah dan meninggalkan sebagian, maka baginya keimanan sesuai dengan perintah yang
dilakukannya. Iman itu bertambah dan berkurang. Dan bisa jadi pada seorang hamba ada iman
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 18/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
18
dan nifak sekaligus. … Sesungguhnya sebagian besar manusia bahkan mayoritasnya di banyak
negeri, tidaklah selalu menjaga shalat lima waktu. Dan mereka tidak meninggalkan secara total.
Mereka terkadang shalat dan terkadang meninggalkannya. Orang-orang semacam ini ada pada
diri mereka iman dan nifak sekaligus. Berlaku bagi mereka hukum Islam secara zhohir seperti
pada masalah warisan dan semacamnya. Hukum ini (warisan) bisa berlaku bagi orang munafik
tulen. Maka lebih pantas lagi berlaku bagi orang yang kadang shalat dan kadang tidak.” (Majmu’
Al Fatawa, 7/617)
Kasus Keempat, kasus ini adalah bagi orang yang meninggalkan shalat dan tidak mengetahui
bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah
sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan
pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.
Kasus Kelima, kasus ini adalah untuk orang yang mengerjakan shalat hingga keluar waktunya.
Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka
orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela
sebagaimana Allah berfirman,
و)4(ن ھ ھ ا)5(
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5) (Lihat Al Manhajus Salafi ‘inda Syaikh Nashiruddin Al
Albani, 189-190)
Oleh karena itu, seseorang bukanlah hanya meyakini (membenarkan) bahwa shalat lima
waktu itu wajib. Namun haruslah disertai dengan melaksanakannya (inqiyad ). Karena iman
bukanlah hanya dengan tashdiq (membenarkan), namun harus pula disertai dengan inqiyad
(melaksanakannya dengan anggota badan).
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 19/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
19
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya
sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad ). Kalau iman hanyalah
membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi
yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini
sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang
beriman (mu’min-mushoddiq).“
Al Hasan mengatakan, “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun
iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.“ (Lihat
Ash Sholah, 35-36)
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga kita dapat
mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima
waktu. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina
Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. [Muhammad Abduh Tuasikal]
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 20/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap
muslim yang sudah akil baligh, baik laki- laki maupun perempuan, dalam keadaan sehat, maupun
sakit.
Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barangsiapa yang selalu menjaganya, berarti
telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan
lainnya akan lebih disia-siakan lagi.
Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob – radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Sesungguhnya
di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia
telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan
lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“
Imam Ahmad – rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang
meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam
Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan
semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu.
Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah,
sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan
kadar shalat dalam hatimu.“
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah memberikan pemahaman agama,
ilham, dan petunjuk kepada kita, serta melindungi kita dari keburukan hawa nafsu
kita.Sesungguhnya shalat adalah tiang agama, dan shalat merupakan pilar terkuat dalam rukun
Islam yang lima setelah syahadat. Dan posisi shalat dalam agama bagaikan posisi kepala pada
tubuh seseorang. Seperti halnya seseorang takkan hidup tanpa kepala, maka seseorang tidak
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 21/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
21
dianggap beragama tanpa melaksanakan shalat. Demikianlah keterangan yang terdapat dalam
hadits.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang memelihara shalat, senantiasa
mendirikannya, yang khusyuk dalam melaksanakannya, dan selalu menjaganya. Demikianlah
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman dalam kitab-Nya. Ia berfirman,
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyuk.”
Semoga sholawat Allah tetap terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para keluarga, shahabat-
shahabat dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk beliau. Semoga Allah juga senantiasa
mengagungkan sunnah beliau hingga hari kiamat nanti. Amin.
5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 22/22
Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B
22
Daftar Pustaka
• http://www.angelfire.com/pro/sembahyang/
• sumber file al_islam.chm
• Tuntunan Shalat Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah Syaikh Abdullah bin Abdurrahman
Al-Jibrin. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
• www. Wikipediaindonesia.com
• Seadie, Ahmad. 1996. Penuntun Shalat Lengkap. Jakarta : RICA GRAFIKA