makalah piqih

22
  BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Shalat Salat (ejaan KBBI) atau sholat (bahasa Arab:  ), merujuk kepada salah satu ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala  petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah SAW bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya. a) Pengertian secara Etimologi Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, do'a. Sedangkan menurut istilah salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. b) Hukum Salat Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap muslim yang sudah akil baligh, baik laki- laki maupun perempuan, dalam keadaan sehat, maupun sakit. Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah salat.“ Barang siapa yang meninggalkan salat, maka berarti dia telah kafir.” Orang yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga salat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."

Upload: jajuli47

Post on 11-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah ushul piqih

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 1/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

1

BAB I

PENDAHULUAN 

A.  Pengertian Shalat

Salat (ejaan KBBI) atau sholat (bahasa Arab:  ), merujuk kepada salah satu ritualة

ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala

  petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah

SAW bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya.

a)  Pengertian secara Etimologi

Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, do'a. Sedangkan menurut

istilah salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan

takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

b)  Hukum Salat

Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap

muslim yang sudah akil baligh, baik laki- laki maupun perempuan, dalam keadaan sehat,

maupun sakit.

Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras

kepada orang yang suka meninggalkan salat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang

memisahkan kita dengan mereka adalah salat.“ Barang siapa yang meninggalkan salat,

maka berarti dia telah kafir.”

Orang yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama

dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga salat

maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang

tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari

kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."

Page 2: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 2/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

2

BAB II 

PEMBAHASAN

A.  Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :

  Fardhu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat Fardhu

terbagi lagi menjadi dua, yaitu :

o  Fardhu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung

 berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh

orang lain, seperti salat lima waktu, dan salat jumat(Fardhu 'Ain untuk pria).

o  Fardhu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak 

langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada

sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang

mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak 

dikerjakan. Seperti salat jenazah

    Nafilah (salat sunnat),Salat Nafilah adalah salat-salat yang dianjurkan atau

disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua,

yaitu

o   Nafil Muakkad adalah salat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat

(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunnat witir dan salat

sunnat thawaf.

o   Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang

kuat, seperti salat sunnat Rawatib dan salat sunnat yang sifatnya insidentil

(tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan

ketika terjadi gerhana).

B.  Tiga Belas Rukun Salat :

  Berdiri

  Niat

Page 3: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 3/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

3

  Takbiratul ihram

  Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat

  Ruku' dengan tuma'ninah

  I'tidal dengan tuma'ninah

  Sujud dua kali dengan tuma'ninah

  Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah

  Duduk dengan tuma'ninah serta membaca tasyahud akhir dan

  sholawat kepada nabi

  berlindung kepada Allah dari siksa jahannam dan kubur serta fitnah hidup dan mati dan

kekejian fitnah dajjal

  Membaca salam yang pertama

  Tertib (melakukan rukun secara berurutan)

  Salat Berjama'ah

Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama(berjama'ah). Pada salat

  berjama'ah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Salat, dan

yang lain akan berlaku sebagai Makmum.

•  Salat yang dapat dilakukan secara berjama'ah antara lain :

o  Salat Fardhu

o  Salat Tarawih

•  Salat yang mesti dilakukan berjama'ah antara lain:

o  Salat Jumat

o  Salat Hari Raya (Ied)

o  Salat Istisqa'

•  Salat wajib, yaitu salat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah.

C.  Salat dalam kondisi khusus

1)  Safar (perjalanan), Salat Qashar, dan Salat Jama’

Page 4: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 4/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

4

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan tertentu.

Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).

Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan salat

dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat

dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat

melakukannya dengan isyarat.

Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (jama’)

atau meringkas (qashar) salatnya. Menjama' salat berarti menggabungkan dua salat pada satu

waktu yakni dzuhur dengan ashar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti meringkas

salat yang tadinya 4 raka'at (dzuhur,ashar,isya) menjadi 2 rakaat.

Salat dalam Al Qur'an

Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang salat di dalam Al Qur'an, kitab suci agama

Islam.

•    Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka

mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka

 secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari

itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)14:31

•  Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zinah) dan mungkar.

  Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari

ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut : 45)

29:45

•  Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan

memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam:

59)19:59

•  Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa

kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali

orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (al-

Ma’arij : 19-23)70:19

Page 5: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 5/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

5

D.  Sejarah Salat Fadhu

Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah

Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa

lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang

dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)

segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam

dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas

waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang

mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-

orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia

Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang

mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan

  berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang

kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai

  balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan

kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-

Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, "Sesungguhnya ayat ini

menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.

Sholat juga merupakan kewajiban paling utama setelah tauhid. Apabila sholat seorang

muslim baik maka seluruh amal perbuatannya akan baik, begitu pula sebaliknya, jika sholatnya

rusak maka seluruh amal perbuatannya pun rusak.Oleh karena itu sholat sangat membutuhkan

 perhatian serius, teristimewa yang harus diperhatikan karena adanya bid'ah dan penyimpangan-

 penyimpangan yang terdapat dalam praktek sholat.

Al Imam Ahmad berkata, "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung

  pada kualitas ibadah sholatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada

kecintaan dalam mengerjakan sholat. Oleh karena itu kenalilah dirimu sendiri wahai hamba

Page 6: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 6/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

6

Allah! Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas

keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah

sholatmu." (Ibn al Qayyim, ash Sholah, hal 42 dan ash Sholah wa hukmu taarikihaa, hal 170-

171)

E. Shalat Sunah Rawatib

Shalat sunah rawatib adalah shalat yang mengiringi solat wajib lima waktu dalam sehari

yang bisa dikerjakan pada saat sebelum sholat dan setelah solat. Fungsi salat sunat rawatib

adalah menambah serta menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib.

a)  Tata Cara dan Syarat Kondisi

1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah

2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.

3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.

4. Tidak didahului azan dan qomat

 b)  Jenis Salat Sunat Rawatib

1. Salat sunat qabliyah / qobliyah adalah sholat sunah yang dilaksanakan sebelum

mengerjakan solat wajib.

2. shalat sunah ba'diyah adalah sholat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.

c)  Macam-macam Sholat Sunah Rawatib

1. Salat sunat rawatib muakkad / penting

Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :

- Sebelum subuh dua rokaat

- Sebelum zuhur dua rokaat

- Sesudah dzuhur dua rokaat

- Sesudah maghrib dua rokaat

- Sesudah isya dua rokaat

d)  Salat sunat rawatib ghoiru muakkad / tidak penting

Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :

- Sebelum zuhur dua rokaat

- Setelah zuhur dua rokaat

- Sebelum ashar empat rokaat

Page 7: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 7/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

7

- Sebelum magrib dua rokaat

- Sebelum isya dua rokaat

E.  Shalat sunah

  Sholat Dluha

Sholat sunnah yang dikerjakan paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat, adapun waktu

mengerjakannya ialah mulai matahari naik agak tinggi sampai mulai masuk waktu dhuhur 

  Sholat Hajat

Sholat yang dilakukan ketika mempunyai hajat. Sholat hajat dikerjakan pada siang atau malam hari untuk 

mengadukan atau mengajukan permintaan khusus kepada Allah SWT.

  Sholat Tahajjud

Sholat sunnah diwaktu malam yang dilakukan sesudah tidur. Setiap orang yang akan melakukan Sholat

tahajjud disyaratkan untuk tidur dulu, sekalipun tidurnya sesudah Sholat maghrib sebelum Sholat ‘Isya. Dan

 bagi yang belum Sholat ‘Isya disyaratkan untuk melakukan Sh ‘Isya barulah melakukan Sholat Tahajjud.

  Sholat Istikharah

Sholat istikharah adalah Sholat dengan tujuan untuk mencari petunjuk yang lebih baik pada sesuatu yang

akan dilakukan. Dan Sholat tersebut dilakukan dengan beberapa kali sehingga hatinya terasa mantap atas

 pilihannya.

  Sholat Taubat

Sholat yang dilakukan setelah melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar. Maksudnya adalah untuk 

mohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang dilakukan.

  Sholat Muthlaq

Sholat yang tidak dibatasi seperti waktu sesudah Sholat ‘Isya, dan tidak 

dibatasi dengan sebab.

  Sholat Awwabin

Page 8: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 8/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

8

Sholat sunnah yang dikerjakan sesudah Sholat baidiyyah Maghrib

  Sholat Tasbih

Sholat untuk Memaha Sucikan Allah SWT.

  Sholat Gerhana

Hukum melakukan Sholat tersebut Sunnah Muakad. Waktunya melakukan

Sholat gerhana adalah sampai gerhana itu sudah hilang atau normal.

  Sholat Istisqa’

Sholat minta hujan itu disunnahkan, maka (terlebih dahulu) imam supaya memerintahkan penduduk 

  bertaubat, bersedekah, keluar dari perbuatan aniaya, berdamai dengan musuh, dan berpuasa tiga hari.

Kemudian pada hari keempat imam keluar bersama-sama mereka yang berpakaian sederhana, dalam

keadaan khusyu’ serta merendahkan diri. Kemudian imam Sholat bersama-sama mereka dua rakaat

sebagaimana Sholat hari raya dan berkhutbah sesudahnya.

Shalat adalah ibadah yang utama dan berpahala sangat besar. Banyak hadits-hadits yg

menerangkan hal itu akan tetapi dalam kesempatan ini kita cukup menyebutkan beberapa di

antaranya sebagai berikut 1. Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang amal yang paling utama

dalam hal shalat beliau menjawab “Shalat pada waktunya.” 2. Sabda Rasulullah SAW

“Bagaimana pendapat kamu sekalian seandainya di depan pintu masuk rumah salah seorang di

antara kamu ada sebuah sungai kemudian ia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari; apakah

masih ada kotoran yg melekat di badannya?” Para sahabat menjawab “Tidak akan tersisa sedikit

  pun kotoran di badannya.” Bersabda Rasulullah SAW “Maka begitu pulalah perumpamaan

 shalat lima kali sehari semalam; dgn shalat itu Allah akan menghapus semua dosa.” 3. Sabda

Rasulullah SAW “Tidak ada seorang muslim pun yg ketika shalat fardhu telah tiba kemudian

dia berwudhu’ dgn baik dan memperbagus kekhusyu’annya serta ruku’nya terkecuali hal itu

merupakan penghapus dosanya yg telah lalu selama dia tidak melakukan dosa besar dan hal itu

berlaku sepanjang tahun itu.” 4. Sabda Rasulullah SAW “Pokok segala perkara itu adl Al-

 Islam; dan tonggak Islam itu adl shalat; dan puncak Islam itu adl jihad di jalan Allah.” 

Adapun yang dimaksud dengan shalat wustha ialah shalat ashar. Demikianlah

keterangan yang terdapat dalam hadits shahih yang juga disebutkan Allah secara khusus karena

memiliki keutamaan tersendiri. Dan hal ini sudah cukup dikenal dan masyhur dalam Islam.

Page 9: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 9/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

9

Dikabarkan bahwa sebab turunnya izin melaksanakan shalat khauf adalah sebagai berikut.

Dahulu orang-orang Islam pernah berada dalam suatu peperangan bersama Rasulullah. Dalam

  peperangan tersebut Rasulullah saw bersama orang-orang Islam melaksanakan shalat zhuhur 

sebagaimana biasanya, dan saat itu kaum musyrikin dekat dengan mereka dan melihat Rasulullah

 beserta orang-orang Islam sedang melaksanakan shalat zhuhur. Ketika mereka selesai dari shalat,

sebagian kaum musyrikin berkata, “Seandainya kita menyerang mereka dan mereka dalam

keadaan shalat, pasti kita akan berhasil menghancurkan mereka.” Sebagian kaum musyrikin

lainnya berkata, “Sesungguhnya setelah shalat yang mereka kerjakan ini masih ada shalat yang

lebih mereka cintai daripada ayah-ayah mereka dan anak-anak mereka (yaitu shalat ashar).”

Kemudian turunlah Jibril as kepada Rasulullah dengan shalat khauf. Perhatikanlah bagaimana

keutamaan shalat ashar, yang sampai kaum musyrikin pun mengetahuinya.

Allah swt berfirman, “..dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta

dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.”

Yang dimaksud al-Inabah dalam ayat tersebut adalah kembali kepada Allah, sedangkan bertaqwa

adalah takut kepada Allah, dan mendirikan shalat adalah melaksanakannya dengan cara yang

telah diperintahkan oleh Allah.

Allah swt berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-

orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan

 perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang

menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka

sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka

mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-

amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”

Allah swt berfirman, “..kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap

mengerjakan shalatnya..” Allah mengecualikan mereka dari golongan orang-orang yang

diciptkan dengan penuh keluh-kesah dan gelisah ketika mereka tertimpa keburukan, dan lalai

ketika mereka mendapat kebaikan. Seakan-akan Allah swt berkata, “Sesungguhnya orang-orang

yang mendirikan shalat pada hakikatnya tidak termasuk orang-orang yang suka berkeluh-kesah

dan gelisah.”

Allah swt berfirman, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan

munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari

Page 10: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 10/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

10

ibadah-badah yang lain).” Seseorang yang mendirikan shalat seperti yang telah diperintahkan

Allah dan Rasul-Nya, maka shalatnya akan mencegahnya dari perbuatan yang tidak disuakai

Allah, seperti yang telah disebutkan di atas dan lain sebagainya dari perbuatan yang tidak disukai

Allah.

Rasulullah saw bersabda, “Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat.” Orang yang

mendirikan shalat dengan mengikuti dan mencontoh Rasulullah saw dalam shalatnya, yakni

seperti tata cara yang telah dinukil oleh para ulama salaf maupun khalaf, maka ia juga dianggap

sebagai orang yang mendirikan dan senantiasa memelihara shalat.

Adapun shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat zhahir dan shalat batin, yang mana tidak akan

sempurna shalat seseorang kecuali mendirikan keduanya secara bersamaan. Adapun shalat zhahir 

adalah berdiri, membaca, ruku`, sujud, dan lain sebagainya dari amal shalat zhahir. Dan shalat

  batin adalah khusyuk, hadirnya hati, ikhlas, tadabbur dan memahami makna bacaan yang

dibacanya, tasbih, dan lain sebagainya dari amal shalat batin. Shalat zhahir adalah tugas seluruh

anggota tubuh, dan shalat batin adalah tugas hati. Dan hati itulah yang menjadi tolak ukur al-Haq

melihat seorang hamba.

Imam al-Ghazali berkata, “Perumpamaan orang yang mendirikan shalat zhahir dan lalai akan

shalat batin bagaikan seseorang yang memberikan hadiah kepada seorang raja pelayan yang

sudah mati. Dan perumpamaan orang yang lalai akan shalat zhahir bagaikan seseorang yang

memberikan hadiah kepada seorang raja pelayang yang terpotong anggota tubuhnya dan tercukil

kedua matanya. Kedua orang tersebut berhak mendapatkan hukuman dan siksan dari raja karena

hadiah yang mereka berikan merupakan salah satu bentuk penghinaan.”

Kemudia al-Ghazali berkata, “ Dan sesungguhnya engkau menghadiahkan shalatmu kepada

Tuhanmu, maka janganlah pernah engkau mempersembahkan bentuk shalat seperti yang telah

disebutkan, karena hal tersebut akan mengakibatkan engkau mendapat siksa dan hukuman dari

Allah.” (N-113-116)

2. Berakal. Orang gila tidak wajib sholat,

3. Baligh. Tidak wajib sholat atas anak kecil hingga dia baligh berdasarkan hadits di atas,

hanya saja hendaknya dia disunnahkan agar diperintah sholat ketika berusia tujuh tahun,

Page 11: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 11/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

11

4. Suci dari hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah batalnya wudhu, dan

hadats besar ketika seorang belum mandi dari janabah

5. Kesucian tubuh, pakaian, dan tempat dari najis.

6. Sudah masuk waktu sholat. Tidak wajib sholat kecuali ketika sudah masuk waktunya,

tidak sah sholat jika dikerjakan sebelum waktunya

7. Menutup aurot.

8. Niat.

9. Menghadap kiblat.

G. Rukun-rukun Sholat

Sholat memiliki rukun-rukun yang jika ditinggalkan salah satunya, maka batal sholat

yang dilakukan. Rukun-rukun tersebut adalah:

1. Niat. Yaitu azam (kemauan yang kuat dari) hati untuk menunaikan sholat tertentu.

2. Takbiratul ihrom.

3. Berdiri jika mampu dalam sholat wajib.

4. Membaca surat al-Fatihah pada setiap roka’at.

5. Ruku’.

H. Para Ulama Sepakat Bahwa Meninggalkan Shalat Termasuk Dosa Besar yang Lebih Besar 

dari Dosa Besar Lainnya

Ibnu Qayyim Al Jauziyah – rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat

 bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar 

dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan

minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan

Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” ( Ash Sholah, hal. 7)

Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm – rahimahullah- berkata, “Tidak ada

dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar 

waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” ( Al Kaba’ir , hal.

25)

Page 12: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 12/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

12

Adz Dzahabi – rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar 

waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu

satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat

atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai

  berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang

meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang

 berbuat dosa).” ( Al Kaba’ir , hal. 26-27)

Apakah Orang yang Meninggalkan Shalat Kafir Alias Bukan Muslim? 

Dalam point sebelumnya telah dijelaskan, para ulama bersepakat bahwa meninggalkan shalat

termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan mencuri. Mereka tidak berselisih

  pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi masalah selanjutnya, apakah orang yang

meninggalkan shalat masih muslim ataukah telah kafir?

Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat di antara kaum

muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya.

  Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap meyakini shalat lima waktu itu

wajib -sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat ini-, maka dalam hal ini ada

 perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author , 1/369).

Mengenai meninggalkan shalat karena malas-malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib, ada

tiga pendapat di antara para ulama mengenai hal ini.

Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena

dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin

Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani,

‘Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah),

  pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath

Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz

 bin Jabal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.

Page 13: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 13/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

13

Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman

had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah salah satu pendapat

Imam Ahmad.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan

adalah  fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan

shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. ( Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)

Jadi, intinya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini di antara para ulama termasuk pula

ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Qur’an dan As Sunnah?

Silakan simak pembahasan selanjutnya.

Orang yang Meninggalkan Shalat dalam Al Qur’an

Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Qur’an, namun yang kami bawakan adalah

dua ayat saja.

Allah Ta’ala berfirman,

-->    ن     ف    تا   ا ا   ا و ة  ا ا  أ      ھ          ◌         و  آ و ب    إ  

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan

memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang 

 yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah

sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. ( Ash

Sholah, hal. 31)

Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi

orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang

meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka

  paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini ( ghoyya) yang

Page 14: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 14/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

14

merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-

orang kafir.

Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,

     و  آ و ب    إ   

”kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh”. Maka seandainya orang yang

menyiakan shalat adalah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

-->  ا ا  أ و ا   نإ ◌ا     ا    ة   ا ا  آ و ة  

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah

  saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9] : 11). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala 

mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti jika shalat tidak dikerjakan,

  bukanlah saudara seiman. Konsekuensinya orang yang meninggalkan shalat bukanlah mukmin

karena orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

 

إ

 ن

 

  ا

  

ةإ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)

Orang yang Meninggalkan Shalat dalam Hadits 

Terdapat beberapa hadits yang membicarakan masalah ini.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Page 15: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 15/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

15

ة  ا ك      ا و ك  ا    و  ا   

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” 

(HR. Muslim no. 257).

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi   shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau

mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ك  أ         ا ذ  ة  ا ن   ا و   ا    و   ا   

“Pemisah antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia

meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih.

Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566).

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ة  ا هد  و م  ا  ا سأ ر 

”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR.

Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At 

Tirmidzi). Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti

  penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan

 patahnya tiangnya. Begitu juga dengan Islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.

Para Sahabat Berijma’ (Bersepakat), Meninggalkan Shalat adalah Kafir 

Page 16: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 16/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

16

Umar mengatakan,

ة ا ك      م إ

”Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.”

Dari jalan yang lain, Umar berkata,

   م   ا      وة ا ك  

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh Malik.

Begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman.

Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu ’Asakir. Hadits ini shohih,

sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam   Irwa’ul Gholil no. 209). Saat Umar 

mengatakan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun

yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk 

ijma’  (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab  Ash

Sholah.

Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja

adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau

mengatakan,

 

 

 ب

 

 أ

ن

 -و هللا -

ة ا

   

 

  

ل

 

 ا

 

 

 

 

ن

و

 

“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap

suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.” Perkataan ini

diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim

mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan

sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal 

 Kitab, hal. 52)

Page 17: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 17/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

17

Dari pembahasan terakhir ini terlihat bahwasanya Al Qur’an, hadits dan perkataan sahabat

 bahkan ini adalah ijma’ (kesepakatan) mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan

shalat dengan sengaja adalah kafir (keluar dari Islam). Itulah pendapat yang terkuat dari

 pendapat para ulama yang ada.

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahwa

orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab

(Al Qur’an), As Sunnah dan kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang

dapat memberi taufik).” ( Ash Sholah, hal. 56)

Berbagai Kasus Orang yang Meninggalkan Shalat 

Kasus Pertama, kasus ini adalah meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya

sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘Sholat oleh, ora sholat oleh.’ [Kalau mau

shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka

mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di

antara para ulama.

Kasus Kedua, kasus kali ini adalah meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan

tidak pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan.

Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi   shallallahu ‘alaihi wa sallam yang

menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq,

mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in.

Kasus Ketiga, kasus ini yang sering dilakukan kaum muslimin yaitu tidak rutin dalam

melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim

secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah

yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan

yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah [Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Jika seorang hamba melakukan sebagian

  perintah dan meninggalkan sebagian, maka baginya keimanan sesuai dengan perintah yang

dilakukannya. Iman itu bertambah dan berkurang. Dan bisa jadi pada seorang hamba ada iman

Page 18: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 18/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

18

dan nifak sekaligus. … Sesungguhnya sebagian besar manusia bahkan mayoritasnya di banyak 

negeri, tidaklah selalu menjaga shalat lima waktu. Dan mereka tidak meninggalkan secara total.

Mereka terkadang shalat dan terkadang meninggalkannya. Orang-orang semacam ini ada pada

diri mereka iman dan nifak sekaligus. Berlaku bagi mereka hukum Islam secara  zhohir seperti

 pada masalah warisan dan semacamnya. Hukum ini (warisan) bisa berlaku bagi orang munafik 

tulen. Maka lebih pantas lagi berlaku bagi orang yang kadang shalat dan kadang tidak.” (Majmu’ 

 Al Fatawa, 7/617)

Kasus Keempat, kasus ini adalah bagi orang yang meninggalkan shalat dan tidak mengetahui

 bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah

sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan

 pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.

Kasus Kelima, kasus ini adalah untuk orang yang mengerjakan shalat hingga keluar waktunya.

Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka

orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela

sebagaimana Allah berfirman,

         و)4(ن ھ          ھ  ا)5(

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari

 shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5) (Lihat Al Manhajus Salafi ‘inda Syaikh Nashiruddin Al

Albani, 189-190)

Oleh karena itu, seseorang bukanlah hanya meyakini (membenarkan) bahwa shalat lima

waktu itu wajib. Namun haruslah disertai dengan melaksanakannya (inqiyad ). Karena iman

  bukanlah hanya dengan tashdiq (membenarkan), namun harus pula disertai dengan inqiyad  

(melaksanakannya dengan anggota badan).

Page 19: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 19/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

19

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya

sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad ). Kalau iman hanyalah

membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi

yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini

sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang

 beriman (mu’min-mushoddiq).“

Al Hasan mengatakan, “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun

iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.“ (Lihat

 Ash Sholah, 35-36)

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga kita dapat

mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima

waktu.   Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina

Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. [Muhammad Abduh Tuasikal]

Page 20: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 20/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

20

BAB III

PENUTUP 

A.  Kesimpulan

Jadi, shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap

muslim yang sudah akil baligh, baik laki- laki maupun perempuan, dalam keadaan sehat, maupun

sakit.

Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barangsiapa yang selalu menjaganya, berarti

telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan

lainnya akan lebih disia-siakan lagi.

Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob – radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Sesungguhnya

di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia

telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan

lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“

Imam Ahmad – rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang

meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam

Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan

semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu.

Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah,

sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan

kadar shalat dalam hatimu.“

Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah memberikan pemahaman agama,

ilham, dan petunjuk kepada kita, serta melindungi kita dari keburukan hawa nafsu

kita.Sesungguhnya shalat adalah tiang agama, dan shalat merupakan pilar terkuat dalam rukun

Islam yang lima setelah syahadat. Dan posisi shalat dalam agama bagaikan posisi kepala pada

tubuh seseorang. Seperti halnya seseorang takkan hidup tanpa kepala, maka seseorang tidak 

Page 21: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 21/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

21

dianggap beragama tanpa melaksanakan shalat. Demikianlah keterangan yang terdapat dalam

hadits.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang memelihara shalat, senantiasa

mendirikannya, yang khusyuk dalam melaksanakannya, dan selalu menjaganya. Demikianlah

Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman dalam kitab-Nya. Ia berfirman,

“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam

shalatmu) dengan khusyuk.”

Semoga sholawat Allah tetap terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para keluarga, shahabat-

shahabat dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk beliau. Semoga Allah juga senantiasa

mengagungkan sunnah beliau hingga hari kiamat nanti. Amin.

Page 22: Makalah Piqih

5/11/2018 Makalah Piqih - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-piqih 22/22

 

Ida Rosdiana / 1210503060 / BSI/II/B

22

Daftar Pustaka

•  http://www.angelfire.com/pro/sembahyang/

•  sumber file al_islam.chm

•  Tuntunan Shalat Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah Syaikh Abdullah bin Abdurrahman

Al-Jibrin. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 

•  www. Wikipediaindonesia.com 

•  Seadie, Ahmad. 1996. Penuntun Shalat Lengkap. Jakarta : RICA GRAFIKA