makalah keprof

41
KEPERAWATAN DI MASA YANG AKAN DATANG

Upload: pangestuuu

Post on 22-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KEPERAWATAN DI MASA YANG AKAN DATANG

Disusun Oleh :

1. NELLA NOVITA D6. LYDIALISTARI2. NURAZIZAH 7. PANGESTU CHAESAR S3. ANGGA PRAYOGA8. AGUSTIN MALIANTI4.ERMASARI9. WAN MISNAWATI 5. RISKA KURNIASARI 10. SUNARTI

KELAS : II.B KEPERAWATANKELOMPOK 4

MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONAL POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANT A N J U N G P I N A N G2013KEPERAWATAN DI MASA YANG AKAN DATANG

Disusun Oleh :

1. NELLA NOVITA D6. LYDIALISTARI2. NURAZIZAH 7. PANGESTU CHAESAR S3. ANGGA PRAYOGA8. AGUSTIN MALIANTI4.ERMASARI9. WAN MISNAWATI 5. RISKA KURNIASARI 10. SUNARTI

KELAS : II.B KEPERAWATANKELOMPOK 4

MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONAL POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANT A N J U N G P I N A N G2013KATA PENGANTAR

assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Alhamdullillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT., akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Keperawatan di masa yang akan datang untuk para pembaca, yang bertemakan Keperawatan profesi

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat tugas kelompok matakuliah Manajemen Keperawatan kelas II.B Keperawatan.

Dalam hal ini hasil penulisan makalah ini, penulis dapat memilih judul yang berkaitan hasil pembelajaran dan informasi informasi yang didapat penulis. Dengan mengambil judul ini karena objek penulisan.

Peningkatan kualitas yang maksimal ini dengan menyampaikan hasil yang lebih efektif telah penulis lakukan melalui perantara buku, media cetak, dan media elektronik. Makalah ini juga memuat hal hal baru.

Dalam membuat makalah ini, penulis lebih banyak mendapatkan bimbingan informasi dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan, maka pada kesempatan ini penulis ingn menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :1.Ibu Rosida S.Kp. MM, selaku dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan yang telah memberikan materi dengan baik sehingga pelaksanaan makalah ini berjalan dengan baik.2. dan segenap kawan kawan kelas 2B. Keperawatan, yang telah dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapakan adanya krititk dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Pemikiran usaha yang penulis lakuakan untuk memberikan yang terbaik kepada pengguna makalah ini, semoga makalah ini dapat memuaskan pengguna, baik teman teman, saudara saudara, maupun pihak lain.

Semoga Allah SWT yang maha segalanya mebalas budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, akhir kata dan melindungi setiap langkah kita menuju kebenaran.

Tanjungpinang, Oktober 2013

Tim Penulis

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangPerubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh ketidakpastian, termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik dan menuntut kelenturan dan penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh. Perubahan tersebut terkait dengan masalah kesehatan yang makin komplek, perkembangan sains dan teknologi, pergeseran pada system pelayanan kesehatan, proses transisi dari masyarakat agrikultural (tradisional) menjadi masyarakat industrial (maju). Tuntutan keprofesian dan perubahan paradigma sehat serta merujuk pada kesepakatan pasar bebas ASEAN (AFTA) tahun 2003 dan disusul dengan APEC tahun 2010 untuk Asia Pasifik dan 2020 untuk sedunia. Fenomina di atas merupakan pendorong bagi pemerintah untuk mampu menyiapkan tenaga keperawatan yang berkwalitas (professional ) serta mampu berkompetisi dalam memenuhi standar global.Keperawaran Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia secara bertahap dan terus menerus. Keperawatan Indonesia berupaya mengembangkan dirinya dalam seluruh bidang keperawatan, mencakup bidang pelayanan, pendidikan dan kehidupan profesi, hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme.Sehubungan dengan permasalahan di atas, kami menyusun suatu makalah dengan judul Keperawatan di Masa yang Akan Datang

1.2Rumusan Masalah1.2.1Bagaimana peran teknologi dalam perkembangan keperawatan?1.2.2Bagaimana trend dan role mode perawat untuk menghadapi masalah keperawatan di dunia global?

1.3Tujun Penulisan1.3.1Untuk mengetahui peran teknologi dalam perkembangan keperawatan1.3.2Untuk mengetahui pengaruh trend dan role mode perawat untuk menghadapi masalah keperawatan di dunia global

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Peran teknologi dalam perkembangan keperawatanPerkembangan Teknologi Informasi begitu pesat dewasa ini. Teknologi Informasi bagai virus yg menyebar cepat ke seluruh sendi kehidupan manusia, merambah ke berbagai elemen, kalau boleh dibilang mah. Kehadirannya membawa suatu perubahan yang berarti. Segala hal jadi keliatan terasa lebih praktis dan serba instan.Sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, perawat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Nah, maka dengan pemanfaatan Teknologi Informasi inilah, diharapkan mutu pelayanan kesehatan bisa lebih meningkat.Informatika dalam keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer dan informasi dengan ilmu keperawatan. Informatika keperawatan adalah bagian dari informatika perawatan kesehatan yang lebih besar. Perawat dipersiapkan sebagai spesialis dalam bidang ini, yang pasti seorang perawat harus melek Teknologi Informasi.Salah satu contoh pemanfaatan Teknologi Informasi yaitu penggunaan gadget, misalnya PDA. Dengan gadget ini, seorang perawat bisa melakukan pengumpulan database pasien, organizer, mengakses secara cepat informasi tentang obat dan penyakit, perhitungan kalkulasi obat dan juga bisa digunakan untuk membuat rencana asuhan keperawatan. Kalau lagi waktu luang, kan bisa juga buat update status.Perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu perkembangan peradaban manusia mengenai penyampaian informasi. Perkembangan ini dimulai sejak zaman pra sejarah sampai sekarang. Salah satu peran perawat adalah sebagai peneliti. Untuk itu, perawat perlu melakukan riset yang berhubungan isu-isu keperawatan, antara lain: praktik keperawtan, pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan guna meningkatkan kemampuannya. Untuk memudahkan riset yang dilakukan maka perawat perlu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang sudah ada baik dalam hal pengolahan data, penulisan, penyimpanan, atau pun publikasi hasil riset yang telah perawat lakukan.Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia keperawatan. Kebutuhan layanan kesehatan juga termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat modern saat ini. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi popular sebagai salah satu model layanan kesehatan. (Martono N. www.inna.ppni.org .2006).Teknologi informasi dapat dimanfaatkan dalam bidang perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning. Pengolahan data dalam riset keperawatan perlu ketelitian, dengan perhitungan menggunakan teknologi informasi yang sudah ada maka kesalahan dalam perhitungan dapat diminimalkan agar dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen keperawatan dapat diperkuat.Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan juga untuk pendokumentasian hasil riset yang telah dilakukan. Setelah itu, perlu mempublikasikan hasil riset keperawatan sebagai ilmu untuk perawat lain dan masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan isu keperawatan. Semua proses yang dibutuhkan dalam melakukan riset keperawtan pun akan lebih mudah dan efektif.Seiring dengan pesatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi, perawat juga perlu berpartisipasi memanfaatkan teknologi yang sudah ada agar kegiatan yang dilakukan menjadi lebih efisien, salah satunya untuk riset keperawatan. Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan dapat digunakan untuk pengolahan data, penulisan hasil riset, penyimpanan, metode baru dalam pendokumentasian, peningkatan akses informasi, pengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang dapat membantu melakukan perubahan dalam profesionalisasi perawat serta publikasi hasil riset keperawatan.Sebagai perawat yang mampu mengikuti perkembangan zaman, guna meningkatkan profesionalisme dan kemampuan maka pemanfaatan teknologi harus benar-benar digunakan untuk kegiatan yang dilakukan oleh perawat termasuk melakukan riset.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer, Peluang Meningkatkan Profesionalisme PerawatBetulkah perawat adalah sebuah profesi?.. barangkali pertanyaan ini patut kita ajukan manakala melihat sebagian besar perawat hanya bekerja mengikuti rutinitas semata. Datang, baca laporan, lihat pasien, memberi obat, ambil sampel labolatorium, kirim pasien ke radiologi, setelah selesai duduk dan ngobrol sesama teman. Lebih miris saat perawat tidak tahu kondisi pasiennya ketika ada dokter atau tim kesehatan lain yang membutuhkan informasi tentang pasien. Atau untuk mencari informasi tersebut, perawat harus mencari-cari catatan pasiennya.... Kalau seperti ini kapan perawat akan maju?Kita sudah sepakat bahwa keperawatan adalah sebuah pelayanan profesional, artinya ada kaidah yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah bukti fisik pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar. Bukti fisik ini berbentuk dokumentasi keperawatan yang juga sekaligus menjadi bukti akuntabilitas perawat terhadap asuhan yang telah diberikan kepada pasiennya.Sayang, dokumentasi ini pun sering kali terbengkalai. Sebagian perawat melengkapi dokumentasi ketika pasien sudah pulang. Atau tidak semua kaidah dokumentasi dipatuhi sehingga kualitas dokumentasi keperawatan buruk. Hariyati (1999) dalam penelitian yang berjudul "Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokumentasi keperawatan di RS X" menyimpulkan bahwa masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan dan banyak pihak yang menyebutkan bahwa kurangnya dokumentasi disebabkan karena tidak tahu apa yang harus dimasukkan (dicatat) dan bagaimana dokumentasi yang benar.Kondisi tersebut barangkali dialami oleh sebagian besar perawat. Padahal konsep tentang mekanisme tanggung jawab dan tanggung gugat dalam keperawatan sudah termasuk dalam kurikulum pendidikan keperawatan, termasuk ilmu dokumentasi keperawatan. Disamping itu, dokumentasi keperawatan seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyaknya informasi yang harus ditulis dan adanya pengulangan-pengulangan penulisan informasi yang sama.Kesulitan tersebut barangkali tidak perlu terjadi saat kita mempunyai solusi dan menyadari pentingnya dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan mempunyai makna penting ditinjau dari aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2008). Singkatnya, banyak informasi yang bisa didapat dengan melaksanakan dokumentasi keperawatan yang benar, misalnya data penyakit pasien, angka morbiditas, angka mortalitas, lama hari rawat (length of stay/LOS), BOR, angka nosokomial, budget keperawatan dan informasi statistik lainnya yang sangat bermanfaat bagi manajer keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalisme keperawatan.Dewasa ini telah berkembang dokumentasi keperawatan berbasis komputer (Computer Based Nursing Documentation) yang menjadi pengganti Paper Based Documentation. Paper based documentation, disamping kelebihannya, mempunyai banyak kelemahan, diantaranya butuh motivasi yang kuat untuk menulis, kualitasnya rendah dan banyak keterbatasan (Ammenwerth, at all, 2003).Sementara dokumentasi keperawatan berbasis komputer mempunyai lebih banyak keunggulan. (Lyden, 2008) dalam papernya yang berjudul "From Paper to Computer Documentation : One Easy Step?" menuliskan pengalamannya bahwa dokumentasi keperawatan berbasis komputer yang diterapkan di ICU dengan nama "The eICU system" mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah lebih akurat, komplit (lengkap), legibel (dapat dipertanggungjawabkan) dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.Senada dengan Lyden, Menke, at all (2001) dalam penelitian yang berjudul "Computerized Clinical Documentation System (CDS) in the Pediatric Intensive Care Unit" mengatakan bahwa dibandingkan dengan paper based documentation, CDS lebih dapat dipertanggungjawabkan (legibel), lebih lengkap (komplit) dan memerlukan waktu yang lebih singkat. Disamping itu juga memperbanyak waktu untuk merawat pasien, menurunkan "medical errors", meningkatkan kualitas dokumentasi dan meningkatkan kesinambungan pelayanan.Tentunya dokumentasi keperawatan berbasis komputer juga mempunyai kelemahan, diantaranya adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan keterampilan perawat menggunakan komputer (Ammenthwerth, at all, 2003).Sistem informasi keperawatan berbasis komputer telah berkembang di beberapa negara seperti australia dan amerika. Beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lainnya juga telah menerapkan dokumentasi keperawatan yang termasuk ke dalam sistem informasi keperawatan berbasis komputer. RS Banyumas contohnya, aplikasi sistem informasi keperawatan telah berdampak positif berupa meningkatnya penghargaan terhadap perawat. Tentunya ini adalah sebuah prestasi yang membanggakan sekaligus meningkatkan prestise (citra) perawat di mata profesi lain. Salut!!!2.2Pengaruh trend dan role mode perawat untuk menghadapi masalah keperawatan di dunia globalPERTAMA, PENINGKATAN JENJANG PENDIDIKAN (PERAWAT)Solusi untuk menjawabpertanyaandi atas adalah dengan berbenah diri. Memperbaiki kualitas lulusan perawat melalui jenjang pendidikan Perawat (S1 Keperawatan), bukan hanya menambah jumlah Perawat tetapi memperbaiki kualitas Perawat melalui perbaikan insitusi pendidikan penyelenggara program Perawat. Institusi harus memperhatikan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai tindak lanjut berlakunya SISDIKNAS th. 2003. Dalam UU No 20/2003, pendidikan diploma masuk dalam jenis pendidikan vokasi sedangkan pendidikan perawat menempati jenis pendidikan profesional. Dengan memperhatikan 5M, M1: Man kualitas tenaga pengajar; M2: Material kecukupan sarana prasaran pembelajaran, M3 Method Kurikulum dan metode pmebelajaran yang sesuai dengan tekad KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi); M4 Money Anggaran untuk proses belajar mengajar dan penyediaanresources; dan M5 Mutu /Marketing kualitas danupaya institusi untuk menangkap peluang pasar. Tanggung jawab moral institusi untuk lebih mengedepankan profesionalisme, bukan untuk orientasi kapitalisme semata. Bukan hanya untuk menghantarkan lulusan Perawat sampai ke pintu gerbang, tetapi mengantarkan sampai ke gerbangmemasuki dunia kerja.KEDUA, MENATA PENDIDIKAN PERAWAT SECARA PROFESIONALLangkah awal yang perlu ditempuh oleh Perawat profesional adalah mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, semua pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (Perawat).Pada saat ini pelbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional memang sedang dilakukan dengan mengkonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan dan dari lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 Keperawatan (Perawat). Namun prinsip asal konversi, asal cepat, asal dapat ijazah Perawat, dan asal-asalan menjadikelabunyamasa depan keperawatan. Hal ini menjadi kendala dalam upaya mempercepat profesionalisme keperawatan. Disana sini masih ditemukan berbagai penyimpangan dalam penerapan kurikulum, proses pembelajaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung. Perlu juga diadakan penataan yang mendasar dari Program Pendidikan Perawat dengan lebih menekankan pada upaya meningkatkan kualitas lulusan dan disamping mengembangkan kuantitas pendidikan.Melihat fakta di atas maka dituntut peran dosen/ staf pengajar untuk lebih memahami relevansi ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan dalam mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien. Sejak mahasiswa mendapatkan ilmu Dasar isi kurikulum sudah diorientasikan dan dikaitkan dengan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu dalam membantu, mencegah, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi yang terganggu akibat sakit yang dialami klien sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Penekanan dan pembekalan kompetensiperawatdenganAKSI: Attitude, Knowledge, SkilldanInsight.KETIGA, KAJIAN BATANG TUBUH ILMU KEPERAWATAN DAN STANDAR KOMPETENSI PERAWATKetidakjelasan batang tubuh Ilmu Keperawatan menjadikan penilaian masyarakat tentang Keperawatan (Asrul Azwar, 1999). Pertanyaan yagn sering timbuladalah apakah keperawatan sebagai ilmu?Meskipun pernyataan tersebut dibantah oleh Chitty (1997) bahwa nursing is as ascience and art, separated from medicine science.. CHS (1999) juga memperkuat pernyataannya bahwa ilmu keperawatan adalah sebagai ilmu, mereka mengemukakan bahwa ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah, jiwa , dan komunitas). Aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia. Tetapi menyimak fakta yang ada di lapangan di Indonesia, pernyataan tersebut menarik untuk disimak. Banyak perawat yang tidak tahu dan tidak jelas tentang ilmu keperawatan yang dimaksudkan. Dari pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi kurikulum pada program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan belum mampu mengenalkan kejelasan ilmu keperawatan kepada peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar hampir sama seperti yang diajarkan pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan masyarakat). Hal ini berakibat terhadap ketidakjelasan peran perawat dalam memberikan asuhan kesehatan kepada klien.Kondisi yang lebih parah adalah sampai dengan saat ini, manakala profesi lain sudah tinggal landas, perawat masih tertinggal di landasan. Perawat masih berkutat terhadap belum jelasnya lingkup atau batang tubuh ilmu keperawatan. Asrul Azwar (1999) mengatakan bahwa body of knowledge ilmu keperawatan belum diakui dan belum tersosialisasikan dengan baik. Perawat belum bisa menunjukkan jati dirinya sebagai suatu profesi yang mempunyai batang tubuh ilmu tersendiri.Sebagian perawat masih belum melaksanakanrisetyang disebabkan;keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran dan policy yang tidak menguntungkan profesi perawat. Hal tersebut menjadikan suatu kontribusi terhadap mendungnya pengembangan kajian ilmu keperawatan saat ini.Berlandaskan falsafah dan paradigma keperawatan maka nilai / makna yang dapat dikembangkan dari keperawatan dalam pengembangan keilmuan meyakini bahwa keperawatan mempunyai 3 nilai utama yang berhubungan satu dengan yang lainnya, meliputi:(1) seni (art), (2) Ilmu (Science) dan (3) profesi (Profession).A. Keperawatan sebagai suatu seni (art).Seni (art) merupakan refleksi dari perasaan dan persepsi, sebab inti dan esensi keperawatan adalahinteraksi interpersonal.Seni sebagai bagian dari keperawatan yang dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain; sensitivitas dan responsif/tanggap perasaan perawat kepada klien, kemampuan perawat (art) untuk memahami bahasa nonverbal (perilaku) klien dalam mengungkapkan rasa cemas atau nyeri. Walaupun sebenarnya perilaku ini dapat dipelajari secara ilmiah (scientifically), perawat juga dapat belajar melalui penemuan dan praktik intuisi sebagai suatu seni. Sebagaimana yang ditulis oleh Donahue, 1985, Keperawatan bukan hanya suatu tehnik tetapi proses yang berhubungan dengan berbagai elemen antara lain ; jiwa, fikiran dan imajinasi. Keseluruhan elemen tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas imajinasi, sensitivitas jiwa, dan pemahaman / kemampuan berfikir yang merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan (care) yang efektif. Gold (1978) menyatakan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan (caring) dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengekspresikan diri, ekspresi merupakan bagian / elemen dari pada seni(art).Seni atau kemampuan ekspresi diri merupakan hal yang penting untuk mengembangkan kemampuan seseorang sebagai sesuatu yang unik. Intuisi keperawatan harus diidentifikasi dan didukung sebagai seni dalam keperawatan. Dimasa yang akan datangkeperawatanadalahseni (art) menggabungkan antara perkembangan ilmu keperawatan dan tehnologi keperawatan (IPTEK Keperawatan)dengan kreativitas seni keperawatan.

B. Keperawatan sebagai suatu ilmu (Science).Body of Knowledgeadalah unsur utama dalam mengembangkan pendidikan keperawatan. Diawali pernyataan oleh F. Nightingale (1859) sebagai orang pertama yang mengidentifikasi bahwa keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah dengan ilmu medis (kedokteran).Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka beberapa pakar teori keperawatan berupaya untuk mendifinisikan keperawatan kedalam suatu konsep. Dari konsep-konsep keperawatan tersebut akan diketahui dan ditentukan bidang ilmu dan rumpun ilmu keperawatan.Konsep keperawatan dikembangkan berdasar pada filosofi dan paradigma keperawatan. Pada filosofi keperawatan ada 3 (tiga) unsur utama yang menjadi keyakinan dan proses perfikir kritis dalam mengembangkan ilmu keperawatan yaitu ;humanism, holism and care.Dari ketiga unsur utama diyakini bahwa manusia person merupakan pusat / sentral asuhan keperawatan dan care sebagai dasar / landasan dalam praktik / asuhan keperawatan. Berdasarkan filosofi keperawatan, maka dikembangkan empat konsep utama paradigma keperawatan yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai individu yang bersifat holistic dan humanistic yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan baik internal maupun eksternal yang akan berpengaruh terhadap status kesehatannya, asuhan / pelayanan keperawatan merupakan praktik / tindakan keperawatan mandiri yang diberikan karena adanya ketidak mampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.Keperawatansebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalahilmu kesehatan tentang asuhan / pelayanan keperawatan(The health science of caring)(Lindberg, 1990, hal 40).Caringadalah memberikanperhatian atau penghargaan kepada seorang manusia.Caringjuga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokat pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.Keperawatansebagaiilmu kesehatan tentang asuhan / pelayanan keperawatanadalah asuhan / pelayanan keperawatan sebagai pendukung / bagian dalam ilmu kesehatan,sama halnya dengan seni sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu keperawatan (Lindberg, 1990, hal 40) .C. Keperawatan sebagai suatu profesi (profession).Keperawatan sebagai suatu profesi harus mengacu pada kriteria profesi antara lain : tubuh pengetahuan (Body of Knowledge)yang berbatas jelas,pendidikan khusus berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan pada masyarakat dan praktik sesuai bidang profesi, memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian, memberlakukan kode etik keprofesian dan motivasi bersifataltruistik. Sampai saat ini profesi keperawatan dalam program penataan dan pemantapan keseluruhan dari kriteria profesi sehingga akuntabilitas dan otonomi sebagai suatu profesi dapat dilaknakan secara optimal. Salah satunya dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu keperawatan sesuai dengan filosofi dan paradigma keperawatan, disamping itu juga menata jenjang studi / pendidikan keperawatan di pendidikan tinggi.KEEMPAT, PENATAAN PRAKTIK KEPERAWATANSejalan dengan akan diundangkannya praktik keperawatan, maka diperlukan standar kompetensi profesi, salah satunya standar kompetensi perawat (SKP) yang memiliki pengakuan secara nasional. SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional (ICN, 2003) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja dengan klien individu, keluarga dan komunitas dalam tatanan asuhan kesehatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya. Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul komptensi utama, yaitu: (1) praktik keperawatan profesional, etik, legal dan bertanggung jawab; (2) Pemberian asuhan dan manajemen keperawatan; dan (3) Pengembangan profesional.Peran profesional perawat tidak akan bisa dicapai, kalau model praktik keperawatan di pelayanan belum ditata secara profesional, minimal pada penerapan model Tim atau primer.Sebagian besarrumah sakit di Indonesia model pelayanan keperawatan yang diterapkan adalah fungsional dimana perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara terfragmentasi misalnya perawat pada hari tugasnya hanya melaksanakan peran merawat luka kepada semua pasien tanpa mengindahkan kebutuhan klien yang lainnya. Model seperti ini bertentangan dengan filosofi keperawatan, sebagaimana disampaikan Chity (1997) yaitu humanism, holism, and care.Model praktik keperawatan profesional yang dilaksanakan perawat di tatanan pelayanan keperawatan, masih menjadi suatu abstraksi. Pemerintah selalu menekankan bahwa model praktik keperawatan harus ditata dengan baik, tetapi kenyataan yang ada dilapangan masih merupakan suatu angan-angan. Dari pandangan saya, keadaan tersebut tidak terlepas dari sistem yang diterapkan, budaya kerja yang sudah mendarah daging enggan untuk menerapkan suatu perubahan. Dimana perawat dituntut untuk menata model praktik yang baik, di satu sisi terjadi beberapa Resistensi?Anggaran untuk pos keperawatan dikurangi, hal ini juga ditunjang oleh kurangnya keterlibatan perawat dalam membuat keputusan strategis.Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya suatu keinginan untuk merubah sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan pada issue di masyarakat.Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkannya Pendidikan Tinggi Keperawatan (DIII Keperawatan, PSIK) dan berlakunya Undang-undang No.36tahun2009, dan PERMENKES No.148/2010; proses registrasi dan legislasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional. Ada 4 model praktik yang diharapkan ada, yaitu model praktik di rumah sakit, di rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan.Kita juga harus berhati-hati dengan berlakunya UU Praktik Kedokteran, mau tidak mau, suka tidak suka undang-undang tersebut membawa konsekuensi terhadap praktik keperawatan.PENATAAN JENJANG KARIER SESUAI KOMPETENSI YG DIPERSYARATKANJenjang karir profesional berbasis kompetensi dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan berkelanjutan. Prinsip pengembangan karir meliputi kualifikasi, penjenjangan, fungsi utama, kesempatan, standar profesi dan komitmen pimpinan. Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai batas kewenangan.Penjenjangan karir profesional perawat secara umum meliputi:1.Perawat Klinik (PK)2.Perawat Manager (PM)3.Perawat Pendidik (PP)4.Perawat Peneliti/ Riset (PR)Sistem promosi karir berdasarkan kualifikasi (credentialing) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:1.Pendidikan dasar keperawatan minimal DIII (diploma III)2.Pengalaman kerja di area klinik3.Program PBP/ Sertifikasi4.Uji Kompetensi Nasional5.Penataan job value/ reward systemBAGAIMANA PROSPEK BEKERJA DI PASAR GLOBALAwalnya sebagian besar alumni pendidikan ini, lebih banyak bekerja di bidang pendidikan (menjadi dosen), atau memilih bekerja menjadi perawat di RS . Namun saat ini semakin banyak pilihan untuk bekerja selain dipelayanan.Tempat lahan kerja Perawat yang ada saat ini adalah :1. Menjadi Perawat di RS Negeri/Swasta (Cepat mencapai jabatan struktural; Kepala Ruangan, Bidang Keperawatan, Diklat dsb)2. Menjadi Dosen AKPER/AKPER/FIK di Negeri (PNS) atau di Swasta3. Bekerja di Asuransi Kesehatan, bagian klaim4. Medical Representative(Detailer) di Farmasi5. Bekerja di Penerbit Buku Kesehatan6. Menjadi Perawat di luar negeri7. Peneliti8. Pekerjaan lainProspek Kerja Perawat Di Luar NegeriInggris butuh 10.000, Jepang butuh 20.000, negara-negara Timur Tengah juga butuh ribuan, bahkan Amerika bisa mencapai angka ratusan ribu. Total dunia membutuhkan 2 juta per tahun untuk kebutuhan yang satu ini. Wah, butuh apa nih? Ternyata, butuh tenaga perawat! (Pikiran Rakyat, 2006).Beberapa tahun terakhir ini, pengiriman yang cukup hangat di berbagai kalangan. Di tengah semakin meningkatnya jumlah pengangguran terdidik dari tahun ke tahun, tentu merupakan hal yang melegakan bahwa perawat dari Indonesia dilaporkan berpeluang bekerja di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Benua Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan kawasan Asia Tenggara (Singapura, Malaysia). Jumlah permintaan berkisar antara 30 orang sampai dengan tidak terbatas.Kekurangan perawat di dalam negeri merupakan alasan utama negara-negara tersebut untuk menerima tenaga dari luar negeri. Di AS, misalnya, pada 2005 mengalami kekurangan 150.000 perawat, pada 2010 jumlah tersebut menjadi 275.000, pada 2015 sejumlah 507.000, dan pada 2020 menjadi 808.000 perawat. Namun demikian, kekurangan tersebut tersebut menyebabkan mereka lebih berfokus pada bagaimana menghasilkan perawat yang lebih banyak, bukan untuk mencetak perawat yang berpendidikan lebih baik (Bartels JE, 2005).Di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDM Kesehatan) melaporkan bahwa jumlah terbesar Tenaga Kesehatan Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003 adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang). Meskipun jumlah perawat yang bekerja di luar negeri menempati prosentase terbesar dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, masih terdapat beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian dan ditanggulangi mulai dari saat ini.Dari beberapa laporan diketahui bahwa kendala utama yang dihadapi oleh para perawat Indonesia adalah kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan yang masih kurang. Berkenaan dengan ketrampilan perawat Indonesia yang masih kurang, terlihat dari segi skoring NLEX (National License Examination) yang masih rendah. Ujian NLEX sendiri merupakan prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebagai gambaran, skor yang diperoleh perawat Indonesia adalah angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50 sampai 70 dan di AS antara 70 sampai 80 (Pusdiknakes, 2007).Dua hal tersebut tampaknya perlu untuk segera ditanggulangi selain faktor-faktor lain yang belum teridentifikasi dalam tulisan ini. Beranjak dari hal inilah sebenarnya lembaga pendidikan keperawatan di Indonesia dapat mulai ikut berperan aktif dalam merumuskan strategi yang tepat dalam mendidik calon perawat. Laporan tentang pengalaman perawat yang berkerja di luar negeri perlu disampaikan dalam tulisan ini agar kita dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh. Sampai saat ini penulis belum menemukan laporan penelitian yang terkait dengan pengalaman perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri. Di lain pihak, kebanyakan laporan penelitian di negara lain terkait topik tersebut menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dilaporkan bahwa alasan yang mendorong seorang perawat untuk bekerja di luar negeri antara lain gaji yang lebih tinggi, prospek karir dan pendidikan yang lebih menjanjikan(Buchan, J. & Calman, L, 2007).Pada review penelitian oleh Magnusdottir (2005), penelitian Yi & Jezewski (2000) tentang penyesuaian diri 12 Perawat Korea yang bekerja di rumah sakit di AS melaporkan bahwa pada 2-3 tahun pertama mereka bekerja ditandai dengan usaha mengurangi stress psikologis, mengatasi kendala bahasa, dan menyesuaikan diri dengan praktek keperawatan di USA. Kemudian pada 5 - 10 tahun kemudian ditandai dengan belajar mengadopsi strategi penyelesaian masalah menurut budaya AS dan memelihara hubungan interpersonal. Mereka yang berhasil dalam proses tersebut dilaporkan merasa puas. Kendala-kendala di atas merupakan tantangan bagi perawat Indonesia untuk menunjukkan kemampuannya dalamupaya memenangkan persaingan di tingkat global. (Sumber : Kompasiana, 2013. Firmantel)