lpj
DESCRIPTION
LJTRANSCRIPT
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
DELEGASI RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) VPERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
CABANG PADANG “SANCTUS ANSELMUS” 2009
BUKIT RAHMAT
PUTAK , KALIMANTAN TIMUR
7 – 10 September 2009-11-04
Oleh :DELEGASI
RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) VPERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
CABANG PADANG “SANCTUS ANSELMUS”
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan perlindunganNya
RAPAT KERJA wilayah (RAKErwil) xiv ikatan senat mahasiswa peternakan indonesia (ismapeti) telah
dapat terlaksana dengan sukses dan delegasi ismapeti wil 4 “jawa timur” dapat mengikutinya
dengan baik.
RAPAT KERJA wilayah (rakerwil) xiv dilaksanakan di universitas kanjuruhan malang pada
tanggal 1-3 oktober 2015 dan dihadiri oleh 9 delegator dari pengurus di wilayah 4 ismapeti yang
terdiri atas delegasi,universitas muhammadiyah malang (umm), universitas tribuhana tungga dewi,
(unitri), universitas islam malang (unisma), universitas brawijaya malang (ub), universitas kanjuruhan
malang (unikama), universitas udayana bali, universitas lamongan (unisla), universitas Madura
(unram), politeknik negri jember (polij). Semua rangkaian kegiatan RAKERwil dapat terlaksana
dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, baik dalam bentuk dukungan moril dan materil demi terselenggaranya kegiatan ini. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnnya. Terima kasih yang sebesar-besarnya
terutama kami ucapkan kepada UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG dan IKATAN SENAT
MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA atas dukungan moril dan materil sehingga kegiatan ini dapat
delegasi ikuti dengan baik.
Demikian kami buat Laporan Pertanggungj awaban ini agar dapat dipergunakan dengan baik
terutama untuk acuan kegiatan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Credo ut Intelligam..!!!
Pro Ecclesia et Patria..!!!
MA;ANG, OKTOBER 2015
DELEGASIRAPAT KERJA WILAYAH (RAKERWIL) V
IKATAN SENAT MAHASISWA INDONESIAWILAYAH 4
1
A. PENDAHULUAN
Sebagai mahasiswa, anggota PMKRI adalah lapisan masyrakat yang mempunyai
keistimewaan dalam mengakses ilmu pengetahuan yang luas. Sebagai konsekuensinya, aggota
perhimpunan juga perupakan bagian dari kelas yang diuntungkan untuk menggunakan pengetahuan
sesuai dengan kepentingannya. Seperti yang pernah diungkapakan Francis Bacon, knowledge is
power , pengetahuan adalah kuasa, keistimewaan mengakses ilmu pengetahuan telah menjadikan
anggota perhimpunan sebagai bagian dari kelompok yang mempunyai daya dan kemampuan.
Walaupun begitu, privilese akses terhadap pengetahuan juga mempunyai tanggung jawab
etis dan tanggung jawab social. Mengingat bahwa PMKRI juga bagian dari masyarakat global,
anggota mempunyai tangung jawab untuk menebarkan garam dan menyalakan terang bagi dunia.
Juru selamat Yesus Kristus telah memberikan panduan yang sangat jelas dalam sabda dan
perbuatanNya. Yesus menegaskan, tanggung jawab etis dan tanggung jawab social dari ilmu
pengetahuan adalah dengan mewartakan kabar gembira pada kaum miskin, teraniaya dan tertindas.
Jika diletakkan dalam konteks masyarakat global adalah menjadi tanggung jawab anggota
perhimpunan untuk turut andil dalam membongkar dan mendesain ulang struktur sosiala dunia yang
menyebabkan ketimpangan dan kemiskinan yang luas. Komitmen yang baru yang harus terus
menerus dibangun di perhimpunan adalah mengabdikan ilmu pengetahuan pada kepentingan kaum
papa (prfferential option for the poor), teraniaya dan tertindas.
Realitanya, PMKRI dibangun diatas tanah air Indonesia, yang merasakan langsung
ketimpangan struktur global. Sebagai bagian dari Negara-negara dunia ketiga, Indonesia pernah
mengalami masa kolonialisme Belanda, fasisme jepang, dan kini masih tergantung pada
neoliberalisme yang dikontrol oleh lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi lintas Negara. Ada
problem structural, budaya dan mentalitas yang turut mempengaruhi perhimpunan di masa lalu,
masa kini dan mendatang. Juga masih terbentang tantangan dan rintangan bagi PMKRI untuk
mengembangkan organisasi sesuai arah yang sudah ditetapkan dalam visi dan misi.
Tantangan-tantangan yang ditebarkan oleh system neoliberalisme menurut PMKRI untuk
mampu menyesuaikan diri agar semakin mampu menjawab kebutuhan jaman. Menurut
Haryatmoko, ada empat tantang yang harus dipertimbangkan, yaitu : 1) struktur organisasi yang
dituntut cepat berubah; 2) individu dan kelompok dipacu oleh persaingan yang mengakibatkan
2
perasaan terpinggirkan, ketidakadilan dan kemarahan; 3) kekerasan structural serta deficit
structural; 4) lemahnya kompetensi perguruan tinggi (Haryatmoko, Dr, 2008).
Sebagai organisasi yang menyiapkan anggota-anggotanya sebagai calon intelektual di masa
depan, maka PMKRI diharapkan mampu untuk menjadi organisasi yang siap untuk menajwab
tantangan-tantangan tersebut. Perlu diadakan perubahan mendasar strategi gerakan organisasi
selain menyesuaikan tuntutan kebutuhan masa depan mahasiswa. Momen RAKERNAS PMKRI ke-V di
Samarinda ini adalah saat yang tepat unutk merumuskan abstraksi di atas dalam kerja-kerja konkret
di periode 2008-2010.
Selain itu setelah terpilihnya B.R Triadai Sumbogo sebagai Ketua Presidium PP-PMKRI
periode 2008-2010 dalam MPA XXV di Yogyakarta pada Oktober 2008 sudah selayaknya
melaksanakan RAKERNAS sebagai saat yang tepat merumuskan kerja konkret serta sinergisitas
antara DPC dan pengurus pusat untuk menjalankan organisasi selama masa kepengurusan ke depan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban delegasi Rapat Kerja Nasional
PMKRI Cabang Padang “Sanctus Anselmus” dalam menjalani RAKERNAS V PMKRI di Samarinda serta
wujud syukur dan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan
ini.
Semoga laporan ini dapat dipergunakan dengan baik untuk optimalisasi kader menuju
organisasi yang mandiri, berbasis, dan kontekstual.
3
B. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. PERSIAPAN
Setelah menerima Undangan RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) V PMKRI di SAMARINDA,
DPC PMKRI Cabang Padang langsung menindaklanjuti undangan tersebut dengan membicarakan
undangan tersebut dalam Rapat DPC. Karena PMKRI Cabang Padang adalah salah satu Cabang yang
mendukung Hasil MPA YOGYAKARTA yang salah satunya menetapkan B R Triadi Sumbogo sebagai KP
PP PMKRI 2008-2010 maka sebagai bentuk dukungan dan harapan untuk baiknya kinerja
Perhimpunan secaran Nasional ke depannya, DPC PMKRI Cabang Padang “Sanctus Anselmus”
memutuskan akan mengirimkan dua orang delegasi untuk menghadiri RAKERNAS V PMKRI di
SAMARINDA yaitu MICHAEL MANAROV GULTOM dan RAYMOND ERICO SIBAGARIANG yang
selanjutnya dituangkan dalam dalam SK DPC Nomor : 002/DPC/Kep/08/09 tentang Delegasi Rapat
Kerja nasional (RAKERNAS) V Smarinda.
2. Kronologis Keberangkatan
Delegasi berangkat pada hari Sabtu, 5 September 2009 pk.10.00 WIB menuju BALIKPAPAN
dengan menggunakan pesawat. Pk. 17.00 WITA delegasi sampai di Bandara Sepinggan BALIKPAPAN,
dan langsung menuju SAMARINDA, tepatnya pk.21.00 WITA delegasi tiba di MARGASISWA PMKRI
CABANG SAMARINDA, tepatnya . Saat itu cabang yang hadir adalah PMKRI Cabang Padang, Bandar
Lampung dan Samarinda.
Minggu, 6 September 2009 delegasi mempersiapkan seluruh keperluan RAKERNAS baik
keperluan pribadi dan Cabang sambil menunggu kedatangan delegasi dari Cabang-cabang lain.
Dengan pertimbangan penghematan waktu karena lokasi RAKERNAS berada jauh dari Kota
SAMARINDA maka Panitia RAKERNAS mempercepat registrasi yang seharusnya dilakukan senin, 7
september 2009 dilokasi RAKERNAS menjadi minggu 6 September 2009 pk.22.00 WITA. Saat itu
cabang yang hadir berjumlah 11 cabang yaitu Padang, Bandar Lampung, Solo, Yogyakarta,
Purwokerto, Semarang, Tondano, Makasar, Pekan Baru, Palembang dan Samarinda.
Senin, 7 september 2009 pk. 09.00 WITA seluruh delegasi dan panitia berangkat menuju
Lokasi RAKERNAS yang bertempat di Rumah ret-ret Bukit Rahmat, Putak Kalimantan timur.
3. Pembukaan RAKERNAS
4
Pk. 13.00 WITA seluruh peserta dan panitia sampai di lokasi RAKERNAS dan bersiap-siap. Pk.
14.00 diadakan Misa pembukaan RAKERNAS yng dipimpin oleh Romo Kopong, MSF, pastor
moderator PMKRI Cabang Samarinda. Stelah itu dilanjutkan dengan Sidang Kehormatan dalam
Rangka Pembukaan RAKERNAS V PMKRI dipimpin oleh PP PMKRI 2008-2010 dan dihadir oleh
Perwakilan Gubernur Kalimantan Timur, delegasi PMKRI, Anggota Penyatu dan Undangan .
Dalam sambutannya, Prof. Dr.Dwi Nugroho, Staf Ahli Gubernur Kalimantan Timur
mengucapkan Selamat dating Kepada PP PMKRI, seluruh Cabang dan Undangan di Bumi Etan,
Kalimantan Timur. Beliau berharap dengan RAKERNAS ada sumbangsih untuk pembangunan
KALIMANTAN TIMUR ke depan.
Sedangkan Romo Eddy Purwanto,Pr yang tidak bias menghadiri Rakernas karena peringatan
16 tahun tahbisan imamnya menitippkan sambutan yang dibacakan oleh Romo Kopong yang intinya
menyampaikan proficiat atas terselenggaranya RAKERNAS untuk pengembangan organisasi serta
pelayanan anggota dan masyarakat. Ia juga menambahkan bahwa dukungan KWI sebenarnya sudah
nyata dengan kehadiran sambutan ini dan dirinya yang tetap menjadi Pastor Moderator Pengurus
Pusat PMKRI. Disamping itu juga adalah dukungan dana namun KWI mengaharapkan perbuatan
nyata dari PMKRI.
Pada kesempatan yang sama Adi Sumbogo, Ketua Presidium PP PMKRI 2008-2010
mengatakan bahwa betapa pentingnya melanjutkan transformasi organisasi demi pembangunan,
kaderisasi dalam perhimpunan serta dalam menyelesaikan persoalan kontemporer perhimpunan. Ia
juga menekankan betapa perlunya PMKRI kembali ke pusat persoalan dan tujuan perhimpunan,
serta panggilan sebagai organisasi kader yang mendapat kesempatan belajar lebih. Serta bagaimana
PMKRI menjadi peka terhadap permasalahan social dan realitas yang ada serta memegang semangat
preferential option for the poor.
4. Seminar Nasional
Setelah prosesi pembukaan RAKERNAS V langsung disambung dengan Seminar nasional sesi I
yang mengangkat tema “Pembangunan Berkelanjutan. Seminar ini menghadirkan pembicara Prof.
Dr.Dwi Nugroho (Staf Ahli Gubernur Kalimantan Timur), FX Bambang Ismawan (Pendiri Bina
Swadaya, Alumni PMKRI Cab. Yogyakarta), BR Triadi Sumbogo (Ketua Presidium PP PMKRI Periode
2008-2010) dengan moderator Hendro Daryanto.
Prof. Dr.Dwi Nugroho sebagai perwakilan dari pemerintah KALTIM membahas tentang
kondisi geografis KALTIM. Ia juga menekankan tiga pilar utama pembangunan KALTIM yaitu
5
pembangunan infrastruktur, pembangunann sumber daya manusia, dan pembangunan sector
pertanian. Isu utama yang digenjot untuk menyukseskan pembangunan adalah :
1. Kemandirian pangan: dengan menggenjot sector pertanian, peternakan, perikanan untuk
kemandirian pangan demi mengoptimalkan pembangunan.
2. Pengentasan kemiskinan: pemerintah membuka kesempatan bagi masyarakat KALTIM
maupun dari luar daerah untuk berinvestasi di daerah ini terutama dalam mengembangkan
sawit, selain itu perusahaan yang ada juga diwajibkan untuk menyantuni masyarakat sekitar
serta memberdayakan pemuda dalam rangka mengurangi pengangguran.
3. Keterbatasan akses permodalah: pemerintah ditantang untuk membuktikan krredibilitas dan
track record untuk menjamin kepercayaan investor.
4. Pencegahan degradasi mutu lingkungan: dengan menutup sebagian kuasa tambang yang
potensial merusak alam dan penyebab banjir, penataan kembali kawasan niaga untuk
mengembalikan mutu lingkungan, pembenahan tata ruang dan tata wilayah, dll.
5. Meningkatkan daya saing dan iklim investasi, serta pendidikan dan kesehatan: dengan
menerapkan Wajib Belajar 12 tahun (bebas SPP), menambah insentif tenaga pengajar,
member beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa mencapai 70 millyard, pembangunan
sekolah unggul dan kebijakan puskes 24 jam.
6. Pembenahan dan pembangunan infrastruktur terutama jalan dan jembatan serta bandara.
7. Program Daerah tertinggal.
Beliau juga menerangkan bahhwa untuk penekanna kemiskinan sulit untuk mencapai 0%
namun selalu akan dilakukan. Ia juga menyinggung banyaknya Sumber daya alam di
Kalimantan timur ini namun belum merata penggunaanya.
Sedangkan pembicara kedua, FX Bambang Ismawan berbicara tentang “geraka
pemberdayaan masyarakat berkelanjutan”. Beliau menekankan sebagai orang mjda kita tidak boleh
memikirkan diri sendiri karena banyak orang miskin disekitar kita.”generasi muda harus berpikir
untuk bangsa ini”ujarnya. Selain menekankan agar berpikir entrepreneurship sebagai solusi
pembangunan sosial, ia juga mengatakan bahwa beberapa cara yang memungkinkan untuk
dilaksanakan PMKRI adalah dengan memberdayakan produksi dan usaha rakyat, pemberdayaan
organisasi masyarakat, serta pemberdayaan pelayanan keuangan mikro. Dan salah satu cara yang
paling memungkinkan adalah dengan membangun komunikasi dan jaringan dengan lembaga
6
penelitian seperti LIPI, pihak universitas maupun organisasi – organisasi lain yang memiliki cita-cita
sejalan dengan PMKRI.
Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa akar utama ketidakberdayaan adalah kemiskinan
dan ketergantungan.intinya adalah bagaimana kita harus konsisten melaksanakan cita-cita dan
tujuan bersama. Yang paling ditekankan adalah kita harus menjadilan pembangunan menjadi sebuah
gerakan bersama bukan menjadi program atau proyek semata.
Pada kesempatan selanjutnya Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI periode 2008 – 2010,
Adi sumbogo membicarakan tentang “sustainable development”. Ia mengatakan bahwa selama ini
konsep developmentalisme hanya menyinggung angka-angka statiistik semata dan mengagung-
agungkan ekonomi padahal jika dilihat jumlah dilapangan dan dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia sangat memprihatinkan dan banyak factor di luar ekonomi yang
memperngaruhi pembangunan. Ia mengatakan bahwa sustainable development harus berorientasi
kepada kebutuhan riil masyarakat, bukan hanya ekonomi , tapi juga lingkungan, dll. Masyarakat
harus memiliki akses terhadap pendidikan , kesehatan dll.
Beberapa hal yang dapat dilakukan PMKRI adalah advokasi public terhadap regulasi yang
dikeluarkan negara, memastikan proses pembuatan kebijakan sesuai prinsip demokrasi dengan
semangat panggilan mendampingi masyarakat yang dimiliki oleh PMKRI berdasarkan ketetapan
ketetapan MPA yang ada.
Beliau juga menjelaskan bahwa posisi PMKRI dalam hal ini adalah sebagai bagian dari masyarakat
yang memiliki keberpihakan terhadap orang miskin, bukan semata-mata ekonomi tapi juga
penyadaran terhadap haknya sebagai warga Negara.
PMKRI sangat mungkin melakukan hal-hal tersebut dengan modal:
1. PMKRI memiliki 59 cabang yang memungkinkan kita bisa bersama-sama melakukan aksi
di daerah.
2. PMKRI memiliki system pembinaan dan kaderisasi internal dengan arah yang jelas yaitu
keberpihakan kepada masyarakat miskin, dengan begitu dapat member suatu
kontribuasi kepada masyarakat.
3. Skill individu di cabang yang dapat digunakan untuk melakukan advokasi ke masyarakat,
hal ini bisa di disesuaikan dengan permaslahan riil di cabang masing-masing dengan
mendampingi masyarakat nelayan, petani, buruh dll.
7
4. Cabang-cabang sebagai pusat gerakan yang akan dikoordiansikan oleh pusat.
5. Dasar-dasar hokum dalam perhimpunan sebagai dasar untuk melakukan pendampingan,
contoh ketetapan MPA.
Ia juga menekankan agar ketetapan yang kita hasilkan baiknya dijalankan dengan komitmen
bersama jangan langsung gegabah meninjau dan akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.
Pada kesempatan tanya-jawab , bamabang ismawan menyatakan kesediaan untuk membantu pihak-
pihak di daerah yang mengundangnya dalam merencanakan pembangunan social agar semua
rencana menjadi gerakan bukan hanya program. Ia juga menekankan bahwa gerakan tanpa inisiatif
local sama dengan nil. “sekarang mari menyalakan lilin daripada teriak dalam kegelapan”ujarnya.
Keesokan hari, selasa (8/9) dilanjutkan dengan Seminar Nasional sesi II yang bertema
“Mencari Paradigma Baru Organisasi Sosial Kemasyarakatan”. Pembicara dalam seminar ini adalah
Yohanes Beoreaya (coordinator sint egidio yogya), Genhard Manurung (Presidium Pendidikan PP
PMKRI periode 2008-2010), Yurnalis Ngayoh (Mantan Gubernur KALTIM, Alumni PMKRI cabang
Yogyakarta) dengan moderator Gabriel Gaja tukang (Alumni PMKRI Cabang samarinda).
Yohanes membicarakan tentang perlunya kaderisasi unutk mempertahankan eksistensi
suatu organisasi. Ia menekankan bahwa pesimis dan ketakutan adalah hal yang memuat kita tidak
mampu. Selain itu perlu adanya sonergisitas antara pengkader sebagai subjek dengan objek yang
dikader. Spiritualitas doa dan mencintai orang miskin akan member kita tentang pemahaman dan
semangat hidup.
Genhard membagi masyarakat dalam masyarakat politik, masyarakat pasar dan masyarakat
sipil. Ia juga menggambarkan kondisi masyarakat sipil yang tertekan dimana kreativitas tidak pernah
muncul dari bawah dan adanya berbagai kebijakan yang sepihak dari atas.
Untuk itu harus dilakukan mempererat peranan civil society, menyuarakan dialog serta
perluasan kajian dan jariangan untuk menjadi referensi alternative kebijakan public. Ia juga
menekankan bahwa posisi PMKRI tetap pada semangat prefferential option for the poor dengan
mendampingi masyarakat, disamping itu juga perlu konsolidasi dengan organisasi ataupun kelompok
lain agar memperkuat jaringan perjuangan.
Yurnalis Ngayoh lebih menekankan kepada perluasan jaringan. Ia menyarankan agar PMKRI
terbuka kepada sluruh golongan untuk membangun hubungan.
8
Dalam memposisikan diri, ia menjelaskan bahwa sebaiknya PMKRI :
1. Mandiri : dimana PMKRI memang selalu bersinggungan dengan politik praktis, tapi harus
memiliki independensi sikap.
2. Berbasis : ia mengatakan bahwa PMKRI harus kembali membangun basisnya dikampus,
karena kurangnya kader adalah sebab dari mandegnya regenerasi dan pembinaan.
3. Kontekstual : PMKRI dapat melakukan penelitian dengan kelompok lain, selain itu PMKRI
juga memikirkan hal-hal fundamental sebagai pemikiran pertama.
Ia menekankan bahwa sebagai organisasi berasaskan Kekatolikan PMKRI harus menjadi garam dan
terang ditengan sesama dan masyarakat karena PMKRI memiliki identitas kader yang melekat dalam
diri setiap kadernya.
Siangnya langsung dilanjutkan dengan Seminar Nasional sesi III yang bertema
“Fundamentalisme Agama” dengan pembicara Zaelandri Mart (Badan Intelijen Negara), Romo Beny
Susetyo (Sekretaris eksekutif HAK KWI), Felix Bambang (Presidium Hubungan luar Negeri PP PMKRI
periode 2008-2010).
Zaelandri menjelaskan penelusuran akan terorisme dan fundamentalisme di Indonesia.ia
mengatakan bahwa salah satu isu yang hangat adalah jihad yang disalah artikan dengan tindak
kekerasan dan hal itu dijadikan kelompok teroris menjadi spirit agama. Ia juga menjelaskan bawa
saat ini Indonesia dijadikan tempat empuk untuk reqruitmen para teroris,. Ada satu fenomena
setelah turunnya soeharto, orang seperti sadar bahwa asas tunggal salah namun sekarang menjadi
kebablasan sehingga pancasila sendiri menjadi abu-abu.
Fundamentalisme berasal dari pemikiran bahwa ajaran islam yang berubah setelah
modernisasi, islam dirugikan di timur tengah, dan adanya kerinduan akan kejayaan islam
dipertengahan. Pemikiran ini menyimpulkan adanya kemunduran umat karena maninggalkan jalan
Allah. Ini adalah alasan eksternal tumbuhnya paham fundamental di Indonesia. Sedangkan
penyebab internal adalah pemahaman jihad secara literal, tidak memandang konteks.
Contoh yang bisa dilihat adalah kelompok Hizbut Tahrir di Indonesia yang sebenarnya di
Mesir (Negara aslanya) kelompok ini sudah dilarang. Salah satu kesulitan dalam pemberantasan
terorisme adalah hukum di Indonesia belum bisa menjerat akar-akar dari terorisme tersebut padahal
pemberantasannya harus berdasarkan hokum.
9
Pada kesempatan selanjutnya, Romo Beny menjelaskan bahwa tindak terorisme di Indonesia
berawal sejak jatuhnya Suharto. Setelah itu banyak oknum-oknum aliran keras masuk kembali ke
Indonesia, karena pada pemerintahan Suharto mereka sangat ditentang keras, mereka adalah juga
orang-orang yang pernah ikut latihan perang bersama di berbagai Negara Timur Tengah. Kembalinya
mereka ke Indonesia membuat mereka seperti tak tahu ingin melakukan apa, tak ada lapangan kerja.
Padahal sebelumnya mereka terbiasa dengan latihan perang dan pemberontakan. Inilah salah satu
yang menyebabkan terorisme dapat tumbuh subur di Indonesia.
Hal lain yang mempengaruhi adalah adanya indikasi hal ini juga sebagai bentuk persaingan
global diantaranya antara Malaysia dan Indonesia. Jelas, jika terorisme berkembang, kondisi akan
memanas tak menentu sehingga ekonomi pun terguncang. Hal ini dapat juga terlihat dari aktifnya
Malaysia malakukan hal-hal yang kurang menyenangkan di mata Indonesia seperti pencurian
kebudayaan dll.
Romo beny menjelaskan bahwa sebenarnya akar dari terorisme ini adalah aliran
transnasional yang bebas masuk ke Indonesia. Kita sulit untuk menyaringnya, contohnya Hizbut
Tahrir. Ini adalah aliran transnasional yang di Negara asalanya sudah dilarang, bukan aliran agama,
tapi di Indonesia berkembang sangat cepat. Jalur recruitment mereka melibatkan para kaum intelek
seperti mahasiswa yang biasanya adalah mahasiswa dari MIPA yang interaksi sosialnya agak kurang.
Beliau menekankan bahwa memang di Indonesia sedang belajar proses demokrasi ynag
didalamnya terdapat kebebasan, namun dalam memperjuangkan kebebasan terdapat juga batasan-
batasan.
Hal yang dapat dilakukan adalah penyadaran kembali saudara-saudara yang sudah
bergabung dengan aliran ini terhadap betapa pentingnya pancasila di Indonesia. Contohnya adalah
dengan seminar dan membangun pemikiran bersama untuk melawan terorisme. Ini harus dijadikan
sebuah agenda bersama, aktifkan CIPAYUNG dan bangun kerja sama dengan organisasi atau
kelompok lain yang sejalan adalah cara terbaik yang menurut room beny dapat menyelamatkan
bangsa ini.
Selanjutnya Felix Bambang membicarakan tentang gerakan politik berdasarkan agama. Ia
menjelaskan bahwa gejala radikalisme dan intoleransi adalah karena tak memahami penuh Pancasila
yang sebenarnya mengandung kebebasan dan demokrasi di dalamnya.
Ia menyarankan agar cabang-cabang PMKRI membangun jaringan yang baik dengan
organisasi atau kelompok diluar PMKRI seperti CIPAYUNG untuk membangun kesepahaman bersama
10
berkaitan dengan usia ini. selain itu CIPAYUNG juga diharapkan dapat melakukan kajian terhadap
demokrasi Indonesia yang kebablasan, Pancasila yang menjdai ideology terbuka, serta menigkatkan
pendidikan multikultur.
Ia juga menyinggung jika PMKRI sibuk mengurusi konflik yang tak berkesudahan di tubuh
sendiri, tidak akan ada pergerakan dan pembelajaran dalam perhimpunan.
5. Forum Bersama Pastor Moderator : Pola Hubungan DPC dan Pastor Moderator.
Forum ini sebenarnya direncanakan sebagai pertemuan antara pastor moderator dan DPC
dalam membahas pola hubungan DPC dan Pastor Moderator, namun forum ini hanya dihadiri oleh
Pastor Gregorius,MSF yang merupakan Pastor Moderator PMKRI Cabang Banjarmasin dan 15 Cabang
yang hadir dalam RAKERNAS V PMKRI.
Diawal forum ini pastor greg menyampaikan masukan Uskup Banjarmasin yang menekankan
bahwa PMKRI dimata masyarakat identik dengan gontok-gontokan, emosi padahal PMKRI
seharusnya bisa menggunakan kecerdasan emosionalnya sebagai mahasiswa dalam menyikapi suatu
masalah. Maka Uskup Banjarmasin menekankan agar PMKRI meninggalkan konsep emosi,
perkelahian dan gontok-gontokan. Uskup Banjar mangajak untuk bersikap dewasa, berdialog dengan
kepala dingin , dari hati-ke hati sebagai saudara da meninggalkan seluruh egoism dan kepentingan
yang ada. Yang paling penting PMKRI harus membuat aksi di daerah masing-masing yang akan
menjadi inisiatif yang lahir dari cabang-cabang.
Setelah itu dalam forum ini setiap delegasi menyampaikan pola hubungan yang ada selama
ini dengan gereja ataupun pastor moderator. Dari forum ini dapat disimpulkan banyak cabang yang
belum memiliki pastor moderator di cabangnya sangat menginginkan adanya pastor moderator
sebagai pembimbing rohani. Selain itu ada juga cabang yang terkendala dengan pastor
moderatornya yang sibuk dengan berbagai jabatan yang dia emban sehingga sulit berkomunikasi,
jadi dapat disimpulkan sebenarnya sebagaian besar cabang PMKRI memerlukan dan menginginkan
adanya pastor moderator. Disamping itu Pengurus Pusat akan menagkomodir keinginan cabang yang
belum memiliki pastor moderator serta mengusahakan pembuatan database pastor moderator
setiap cabang agar dapat membangun pola hubungan yang baik dalam perhimpunan ini dan pastor
moderator.
11
6. Rapat Kerja Nasional V PMKRI
RAKERNAS dimulai dengan penjelasan RAKERNAS oleh PP-PMKRI.
Dari bagan dapat dijelaskan bahwa RAKERNAS adalah suatu wadah yang bertujuan
membangun sinergisitas antara PP-PMKRI dan DPC sehingga membangun gambaran bahwa PP-
PMKRI bertugas mengkoordinir cabang serta pendampingan dan evaluasi. Mandataris MPA yang
dihasilkan dari MPA secara langsung membuat Tema besar kepengurusan selama periode
kepengurusan dan arahan serta proyeksi kerja PP-PMKRI, dan kemudian melaksanakan RAKERNAS
untuk mensinergikan tema kepengurusan tersebut agar DPC PMKRI seluruhnya dapat bersama
menjalankan tema bersama secara Nasional.
12
MPAKetetapan
MPA
Mandataris MPA
: PP-PMKRI
- Tema Besar Kepengurusan Selama periode 2008 – 2010
- Arahan dan proyeksi kerja-kerja PP - PMKRI
RAKERNAS PMKRI
Sinergisitas antar
PP-PMKRI dan Cabang
1
2
34
5
Alur RAKERNAS V PMKRI adalah sebagai berikut :
6.1.Pemetaan Masalah
Dalam pemetaan masalah ditekankan bahwa kader adalah subjek belajar bukan
objek belajar dan landasan pendidikan PMKRI adalah pendidikan yang membebaskan.
PMKRI memiliki 6 identitas kader yaitu :
1. Sensus Chatolicus :rasa kekatolikan.
2. Semangat man For others : panggilan hidup missioner yang menuntut sikap
siap sedia. (mengabdi pada kepentingan bersama yang lebih besar)
3. Sensus Hominis : rasa kemanusiaan
4. Pribadi yang menjadi teladan : kemampuan untuk menjadi pribadi yang menjadi
garam dan terang dunia dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku.
5. Universalitas : sikap siap sedia untuk memasuki celah-celah dan
simensi kehidupan masyarakat yang paling membutuhkan dan menerobos tembok-
tembok diskriminasi dalam bentuk apapun.
6. Magis Samper : semangat lebih dari sebelumnya yang hanya dapat
dicapai dengan kerja keras, mutu magis, dan professional.
Yang harus terus menjadi evaluasi PMKRI adalah sejauh mana cabang telah mengarahkan
kader menajadi kader yang memiliki 6 identitas kader PMKRI.
13
PemetaanMasalah
PerumusanMasalah
PembagianKomisi
pleno
Internal
eksternal
Matriks
program
Pengurus Pusat mengemukakan permasalahan pokok yang ditemui adalah sebagai berikut :
Mandiri : adanya sikap politik non partisan serta adanya kemandirian financial.
Berbasis : bagaimana cabang bisa membangun basis mahasiswa katolik di kampus.
Kontekstual : eksistensi perhimpunan di tengah tantangan zaman.
Proses pemetaan masalah dilakukan dengan cara sharing setiap cabang mengenai masalah
yang dihadapi di cabangnya. Dari proses ini , didapat beberapa masalah di setiap cabang sebagai
berikut
DPC Yogyakarta : tidak adanya roh gerakan PMKRI serta belum menemukan arah gerakan
PMKRI yang jelas.
DPC Manado : adanya dualism kepemimpinan namun ironisnya keuanya ridak jalan
dengan efektif.
DPC Tondano : Pengkaderan formal selama ini masih menjadi rutinitas dan adanya
kesulitan dalam melakukan pendampingan terkait masalah dana.
DPC Bandar lampung : pembelajaran kepemimpinan hanya menjadi rutinitas saat MPAB – MABIM
dan tidak dilanjutkan serta merasa belum berhuna untuk gereja.
DPC Pekan Baru : belum memiliki sekreariat yang layak. (secretariat yang sekarang tidak
memadai dan dibagi dua dengan Pemuda Katolik)
DPC Jember : kebanyakan mahaiswa study oriented dan melupakan pembinaan diri
dalam organisasi sehingga anggota minim dan jika ada aksi terkadang
dilakukan dengan malu-malu mau.
DPC Samarinda : pengurus bingung mendesain pembinaan militansi kader, samarinda juga
baru beranjak dari perpecagan sehingga pandangan hirarki miring dan
berdampak kepada kesulitan dana.
DPC Banjarmasin : minimnya anggota yang aktif (11 orang), sehingga pesimis untuk bergerak.
Hal ini disebabkan karena tidak berjalannya proses pengkaderan formal
(yang ditandai dengan pelaksanaan MPAB dan MABIM yang terakhir pada
tahun 2006).
DPC Purwokerto : buku saku tidak terpakai.
14
DPC Palembang : rektor UNIKA tidak mendukung organisasi ekstern kampus (khususnya
PMKRI) untuk masuk atau berkegiatan di dalam kampus, sementara basis
mahasiswa katolik ada di sana.
DPC Makasar : minimnya kader yang aktif dan persaudaraan diantara setiap kader.
DPC Jayapura : PMKRI cabang Jayapura di identik dengan OPM (organisasi papua
merdeka), apalagi pada saat melakukan aksi.
DPC Padang : basis di kampus belum ada, kemudian dalam hal pendampingan
masyarakat tertindas masih sebatas empati (hanya sebatas perasaan iba
atau kasihan)sementara tindak lanjutnya minim, dan hubungan PMKRI
dengan organisasi lain masih seputar CIPAYUNG, sedangkan yang lain
(PBHI, WALHI, FORKAS, dll) masih sebatas undangan.
DPC Surakarta : proses kaderisasi mandeg, sehingga tidak ada regenerasi kepengurusan
(ketua presidium menjabat hingga tiga periode)
DPC Semarang : regenerasi tidak berjalan dengan baik (stagnan), anggota kurang
komit,kurang konsisten, dan pengurus sudah bekerja sehingga komunikasi
antar sesama DPC tidak berjalan dengan baik, serta banyaknya komunitas
mahasiswa sehingga pilihan menjadi anggota PMKRI boleh dikatakan
terbelakang, dan secretariat pun diduduki oleh dua organisasi yaitu PMKRI
dan Pemuda Katolik.
6.2. Perumusan Masalah
Pada perumasan masalah, masalah-masalah yang ada pada sesi pemetaan masalah dibagi ke dalam
tiga bidang oleh Pengurus Pusat, yakni bidang pendidikan dan kaderisasi, bidang pengembangan
organisasi, dan bidang gerakan kemasyarakatan. Setelah itu disetujui lagi oleh peserta RAKERNAS,
Kemudian dari tiga bidang tersebut dikelompokkan menjadi dua komisi, yaitu komisi internal (bidang
pendidikan dan kaderisasi, dan bidang pengembangan organisasi) dan komisi eksternal (bidang
gerakan kemasyarakatan)
Bidang Pendidikan dan Kaderisasi diantanranya yaitu :
1. Pemahaman tentang visi-misi tidak kontekstual. (tak punya roh gerakan).
2. Krisis pendampingan (senior kepada yunior)
3. Krisisi kader (kuantitas dan kualitas)
15
4. DPC tidak memiliki fasilitator untuk melakukan pendampingan.
5. Belum ada kontinuitas pendampingan dan pendidikan anggota
6. System pembinaan yang ada tidak dimengerti.
Dalam perumusan bidang pendidikan dan kaderisasi ini Presidium Pendidikan dan Kaderisasi PP
PMKRI , Genhard sedikit menekankan sejauh manakah cabang dan kita semua sudah mendalami
system pembinaan PMKRI yang membebaskan.
Bidang Pengembangan Organisasi :
1. Tidak memiliki basis di kampus
2. Tak mengetahui dasar-dasar organisasi terkait kerja PMKRI
3. Masalah financial organisasi : tak adanya akses dana
4. Kurangya sarana dan prasarana cabang dalam melakukan pendampingan.
5. Sinergisitas antara PP – Cabang (Komda)
6. Disiplin organisasi.
Bidang Gerakan Kemasyarakatan :
1. Tidak adanya pemahaman yang pebuh terhadap arah dan pola gerakan PMKRI seperti yang
ada pada TAP No.12/TAP/MPA XXI/ 2000 dan TAP No. 20 / TAP/MPA XXIII
2. Citra negative PMKRI terkatit permasalahan kepengurusan di pusat.
3. Tidak memiliki sasaran dan isu yang focus
4. Relasi dan komunikasi dengan jaringan eksternal kurang.
Setelah disepakati oleh peserta RAKERNAS, masalah yang sudah dirumuskan dibagi menjadi dua
Komisi untuk dibahas ke dalam siding Komisi yaitu Komisi Internal dan komisi eksternal. Komisi
internasl membahas bidang pendidikan dan kaderisasi serta pengembangan organisasi, sedangkan
komisi eksternal membahas tentang gerakan kemasyarakatan.
Berikut adalah beberapa hasil sidang komisi yang direkomendasikan menjadi focus kerja PP-
PMKRI selama periode kepengurusan :
1. Komisi Internal
a. Bidang Pengembangan organisasi ;
- Adanya revisi dasar-dasar organisasi karena ada beberapa hal yang sudah tidak
sesuai dengan kondisi perhimpunan saat ini
- Pembuatan database cabang-cabang PMKRI
16
- Pembuatan database pastor moderator setiap cabang PMKRI
- Pembuatan kajian dan evaluasi keberadaan cabang terkait kondisi cabang
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi setiap cabang bersama dengan presidium
pendidikan
- Menilai dan menentukan cabang yang bermasalah untuk kemudian dilakukan
pendampingan selama periode kepengurusan
- Mendorong cabang untuk menunjuk seorang sebagai coordinator KOMDA sebagai
perpanjangan tangan PP PMKRI di daerah
- Melaksanakan pendisiplinan organisasi di bidang iurancabng kepada PP PMKRI
sebesar Rp. 5000/bulan serta adanya laporan triwulan cabang kepada PP PMKRI.
Sedangkan mengenai pembasisan di kampus PP PMKRI terus mendorong cabang
untuk meembangun jaringan dan basis baik di kampus maupun diluar kampus.
b. Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
PP PMKRI mengusung tema besar kepengurusan yaitu “optimalisasi system
pendidikan baik formal, informal dan non formal menuju peningkatan kuantitas dan
kualitas kader” secara konkret dirumuskan :
- Pembuatan buku induk pendidikan formal PMKRI
- Melaksanakan asistensi pendidikan di cabang dalam bentuk LKK, KSR dan KSN
- Pengiriman buku, artikel, dan bahan bacaan ke cabang.
- Pendataan implementasi pendidikan formal PMKRI dengan mengadakan monitoring
dan evaluasi.
- Melaksanakan workshop TFT untuk memfasilitasi kemampuan training DPC menjadi
pengkader.
Dalam usaha peningkatan kader ditekankan bahwa selain sosialisasi secara formal
disarankan agar DPC dan anggota PMKRI melakukan gerakan sel diaman setiap
orang mengajak satu mahasiswa untuk menjadi anggota PMKRI.
2. Komisi Eksternal
Dalam komisi eksternal membahas tentang Gerakan Kemasyarakatan PMKRI. Berangkat dari
masalah-masalah yang tengah di hadapi perhimpunan, dan untuk memperjelas arah
pergerakan perhimpunan saat sekarang ini. maka pada sidang komisi eksternal di hasilkan
sebuah keputusan yakni melakukan Riset Aksi Partisipatoris dengan fokus isu pendidikan
17
yang ada di perguruan tinggi, karena mahasiswa merupakan salah satu sasaran kerja dari
PMKRI. Atau mengangkat isu-isu alternatif yang lain seperti isu lingkungan, pemerintahan,
dll. Sesuai dengan kondisi di masing-masing cabang.
Sedikit tentang Riset Aksi Partisipatoris. Riset Aksi Partisipatoris adalah sebuah gerakan yang
di awali dengan melakukan riset yang fokus pada sebuah masalah atau isu strategis dan yang
akhir nya berbuntut pada sebuah aksi (tindak lanjut) nyata yang berpihak pada kaum
tertindas. Riset Aksi Partisipatoris belum bisa dikatakan berjalan apabila tidak ada aksi atau
tindak lanjut yang nyata.
18
C. LAPORAN KEUANGANDELEGASI RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) V PMKRI
CABANG PADANG “Sanctus Anselmus”
I.PEMASUKANTANGGAL KETERANGAN JLH HARGA TOTAL1/9/2009 Kas DPC PMKRI Cab.Padang Rp 1,000,000.001/9/2009 Veronika Prihatin Rp 100,000.002/9/2009 Jansen K Ginting Rp 100,000.002/9/2009 Kontribusi Delegasi 2 Rp 50,000.00 Rp 100,000.003/9/2009 Dana APP Keuskupan Padang Rp 5,000,000.004/9/2009 Rikardus Tanumihardja Rp 50,000.00
TOTAL PEMASUKAN Rp 6,350,000.00II.PENGELUARAN
KEBERANGKATAN (A)Tiket Padang-Balikpapan (Michael) Rp 748,000.00Tiket Padang-Balikpapan (Raymond) Rp 828,000.00Ongkos Tranex ke BIM 2 Rp 18,000.00 Rp 36,000.00Boarding Pass di BIM 2 Rp 50,000.00 Rp 100,000.00Boarding Pass di Soekarno-Hatta 2 Rp 20,000.00 Rp 40,000.00Transport Balikpapan-Samarinda 2 Rp 50,000.00 Rp 100,000.00
TOTAL PENGELUARAN KEBERANGKATAN (A) Rp 1,852,000.00PERJALANAN PULANG (B)1. Raymond Erico S (B1)
Transport Samarinda-Balikpapan Rp 21,000.00Biaya Ojek ke Bandara Sepinggan Bpn Rp 25,000.00Boarding Pass di Bandara Sepinggan Bpn Rp 30,000.00Tiket Balikpapan-Padang Rp 1,648,000.00Ongkos Tranex dari BIM Rp 18,000.00
TOTAL BIAYA PULANG RAYMOND ERICO (B1) Rp 1,742,000.002. Michael Manarov G (B2)
Transport Samarinda-Balikpapan Rp 50,000.00Biaya Ojek ke Pelabuhan Rp 20,000.00Tiket Kapal Balikpapan-Surabaya Rp 435,000.00Biaya masuk Kereta Api Rp 1,500.00Biaya Kereta Api Surabaya-Jakarta Rp 43,500.00Biaya Damri Rp 20,000.00Tiket Jakarta-Pekan Baru Rp 667,000.00Boarding Pas di Soekarno Hatta Rp 40,000.00Biaya Taxi ke Loket Travel (Pekan Baru) Rp 20,000.00Biaya Travel Pekan Baru -Padang Rp 160,000.00
TOTAL BIAYA PULANG MICHAEL MANAROV (B2) Rp 1,457,000.00TOTAL PERJALANAN PULANG (B) (B1+B2) Rp 3,199,000.00
KESEKRETARIATAN (C)Foto copy Rp 1,800.00Penggandaan Proposal Rp 15,300.00Biaya Warnet Rp 3,000.00
19
Biaya Dokumentasi 124 Rp 1,500.00 Rp 186,000.00TOTAL BIAYA KESEKRETARIATAN ( C) Rp 206,100.00TOTAL SELURUH PENGELUARAN (A+B+C) Rp 5,257,100.00
SISA DANA DELEGASI RAKERNAS V PMKRI Cab.PADANG Rp 1,092,900.00
D. PENUTUP
Demikianlah laporan pertanggungjawaban ini kami buat. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu demi terlaksananya kegiatan ini. Semoga laporan
ini dapat dipergunakan sebaik – baiknya.
Credo ut intelligam…!!!
Pro Ecclesia Et Patria…!!!
Hormat kami,
DELEGASI RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) V SAMARINDAPERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
CABANG PADANG “SANCTUS ANSELMUS”
MICHAEL MANAROV GULTOMDELEGASI I
RAYMOND ERICO BDELEGASI II
Mengetahui,
SUKMAWATI NOVI SIREGARKETUA PRESIDIUM
20