lp dan asuhan keperawatan isolasi sosial.docx

18
KEPERAWATAN JIWA I LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL Dosen Pembimbing : Ns. Puguh Santoso, S.Kep Disusun Oleh : AHMAD SATRIYO ADI NEGORO 2013.49.003 Tk. 2A

Upload: punk-gokil

Post on 24-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL untuk Keperawatan Jiwa.docx

TRANSCRIPT

Page 1: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

KEPERAWATAN JIWA I

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

Dosen Pembimbing :

Ns. Puguh Santoso, S.Kep

Disusun Oleh :

AHMAD SATRIYO ADI NEGORO

2013.49.003

Tk. 2A

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DIIIAKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

2015

Page 2: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan

rahmat dan hidayah-Nya, maka makalah dengan judul “LAPORAN

PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL” telah tersusun untuk memenuhi tugas

Keperawatan Jiwa I.

Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai

pihak. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada :

1. Ns. Puguh Santoso, S.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah

Keperawatan Jiwa I dalam pembuatan makalah ini.

2. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan

makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penyusun membuka hati untuk menerima saran dan kritik yang

sifatnya membangun, dari segenap pembaca sehingga makalah ini dapat

digunakan dengan baik.

Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan

menambah wawasan terutama bagi penyusun maupun untuk semua pihak.

Kediri, 25 Februari 2015

Penyusun

Page 3: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu megalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di

sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi

dengan orang lain (Keliat, 1998).

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang

terjado akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial

(Depkes RI, 2000)

Isolasi Sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang

lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam

berhubungan secara sepontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan

mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman.

B. Tanda dan Gejala

a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

b. Menghidar dari orang lain (menyendiri)

Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.

c. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

d. Komunikasi kurang / tidak ada.

Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.

e. Tidak ada kontak mata : klien lebih sering menunduk.

f. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.

g. Menolak berhubungan dengan orang lain

Page 4: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

D. Etiologi

Penyebab isolasi sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan

yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah

terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merandahkan martabat, percaya

diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, L.J 1998)

a. Faktor Predisposisi

ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial.

1. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi

sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai

masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga

dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga

bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran

yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress

keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial

menarik diri.

2. Faktor biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan

struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan

Menyendiri

Otonomi

Bekerja sama

interdependen

Merasa sendiri

Depedensi

Curiga

Menarik diri

Ketergantungan

Manipulasi

Curiga

Page 5: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.

3. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap

orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak

produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat

terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda

dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap

hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini

(Stuart dan Sudden, 1998).

b. Faktor Presipitasi

Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik

diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:

1. Stressor sosiokultural

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam

membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas

unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,

misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2. Stressor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang

terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini

dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang

mengalami gangguan hubungan (menarik diri) (Stuart and Sundeen, 1998)

3. Stressor intelektual

Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai

pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan

dengan orang lain.

Page 6: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan

dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi

dengan orang lain.

Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang

lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada

gangguan berhubungan dengan orang lain.

4. Stressor fisik

Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang

menarik diri dari orang lain

Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu

sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

5. Akibat

Resiko mencederai diri : bunuh diri

Tanda dan Gejala :

Klien dengan menarik diri disebabkan oleh adanya pengalaman yang tidak

menyenangkan bagi pasien, seperti kegagalan atau kehilangan atau karena

perpisahan yang lama dengan orang terdekat.

Page 7: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

A. Pohon Masalah

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Ganguan isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Isolasi sosial : menarik diri

Data subyektif

- Klien mengatakan kesepian, klien mengatakan tidak dapat

berhubungan sosial, klien mengatakan tidak berguna

Data obyektif

- Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul

- Menghindar dari orang lain/menyendiri klien memisah diri

- Komunikasi kurang, klien tidak bercakap – cakap dengan orang

lain/perawat

- Tidak ada kontak mata, menunduk

- Klien memutuskan percakapan/pergi pada saat diajak bercakap –

cakap

- Posisi janin pada saat tidur

b. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Data subyektif

- Klien mengatakan melihat/mendengar sesuatu, klien tidak mampu

mengenal tempat, waktu dan orang

Data obyektif

- Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri

Page 8: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

- MD dan menghindar diri dari orang lain

- Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata

- Ekspresi muka topeng

c. Gangguan konsep diri : HDR

Data subyektif

- Klien mengungkapkan ingin diakui jati dirinya

- Klien mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli

- Klien mengungkapkan dirinya tidak berguna, mengkritik diri

sendiri, perasaan tidak mampu

Data obyektif

- Merusak diri sendiri

- Merusak orang lain, ekspresi wajah menarik diri dari hubungan

sosial

- Tidak mau makan dan tidak mau tidur

C. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial : Menarik diri

2. Harga diri rendah

3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

D. Rencana Tindakan

Diagnosa Keperawatan 1 : Menarik diri

Tujuan Umum

Klien dapat membina hubungan secara optimal

Tujuan Khusus

a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria hasil :

1. Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat

2. Menunjukkan rasa sayang

3. Ada kontak mata

4. Mau berjabat tangan

5. Mau menyebutkan nama

Page 9: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

6. Mau menjawab salam

7. Mau berdampingan dengan perawat

8. Mau mengutarakan masalah yang di hadapi

Intervensi

1. BHSP dengan prinsip komunikasi terapeutik

2. Sapa klien dengan ramah

3. Perkenalkan diri dengan sopan

4. Tanyakan nama lengkap klien, nama panggilan yang disukai

5. Jelaskan tujuan pertemuan

6. Jujur dan menepati janji

7. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

8. Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

b. TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

KH : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal

dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Intervensi

1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku MD dan tanda – tandanya

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan penyakitnya

MD atau tidak mau bergaul

3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku MD, tanda – tanda

serta penyebab yang muncul

4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan

perasaanya

c. TUK3 : Klien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan kerugiannya tidak berhubungan dengan orang lain

KH : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain

Intervensi

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain

Page 10: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain

4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

KH : Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

Intervensi :

1. Beri pengetahuan klien tentang kerugian berhubungan dengan

orang lain

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

d. TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara

bertahap

KH : Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara

bertahap

K – P

K – P – P Lain

K – P – P Lain – P Lain

K – Keluarga ./ Kep / Masyarakat

Intervensi :

1. Kaji kemampuan klien BHSP

2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

3. Beri reinforcemen positif terhadap keberhasilan yang telah di

capai

Page 11: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan

orang lain

5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien

dalam mengikuti wajib

6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien yang dilakukan di

ruangan

e. TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah

berhubungan dengan orang lain

KH : Klien mampu mengungkapkan perasaan setelah

berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain

Intervensi :

1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan bila berhubungan

dengan orang lain

2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan

dengan orang

3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

f. TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di

lingkungan

Intervensi :

1. Beri pendkes pada keluarga tentang cara merawat klien dengan

HDR

2. Pantau keluarga, berikan dukungan selama klien di rawat

3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

K – P

K – P – P Lain

K – P – P Lain

K – Keluarga/masyarakat

Page 12: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan klien

berhubungan dengan orang lain

5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan dalam mengatur

waktu

6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

Page 13: LP dan Asuhan Keperawatan ISOLASI SOSIAL.docx

DAFTAR  PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000), Handbook Of Nursing Diagnosis, (Monica Ester :

Penerjemah) Philadelphia (sumber asli diterbitkan, 1999), Buku Saku

Diagnosa Keperawatan. EGC ; Jakarta.

Stuart, Gaill Wiscare (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. (Yuni. S.

hamid:penerjemah) EGC ; Jakarta.

Issacs (2004), Panduan Bealajar keperawatn Kesehatan Jiwa dan Psikiatri, Edisi

3. (Praty Rahayuningsih, penerjemah) EGC ; Jakarta