kelompok 10_kelas c isolasi mikroba

44
  LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN (M10A104) Disusun Oleh: KELOMPOK 10/PERIKANAN C Rizal Firdaus 230110130162 M. Salsabil 23011013019 8 Jumaidi Efendi 23011013020 0 Ruth Maria 230110130174 Christoper 230110130199 Rury Ratnafuri 230110130228  UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2014

Upload: rury-ratnafuri

Post on 07-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum Mikrobiologi Perairan tentang isolasi mikroba

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

    MIKROBIOLOGI PERAIRAN

    (M10A104)

    Disusun Oleh:

    KELOMPOK 10/PERIKANAN C

    Rizal Firdaus 230110130162

    M. Salsabil 230110130198

    Jumaidi Efendi 230110130200

    Ruth Maria 230110130174

    Christoper 230110130199

    Rury Ratnafuri 230110130228

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    PROGRAM STUDI PERIKANAN

    JATINANGOR

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya

    kami dari pihak penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Mikrobiologi

    Perikanan dengan membahas Isolasi Mikroba dalam bentuk makalah. Makalah

    ini disusun guna memenuhi tugas sebagai bahan pertimbangan nilai.

    Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan

    banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari

    rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan

    baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan

    makalah ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari

    berbagai pihak akhirnya dapat teratasi.

    Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan

    bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan

    kiranya pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati,

    kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian

    dan terima kasih.

    Jatinangor, 25 September 2014

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ii

    DAFTAR ISI iii

    DAFTAR TABEL v

    DAFTAR GAMBAR vi

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Tujuan 2

    1.3 Manfaat 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kembung 3

    2.1.1 Reproduksi Ikan Kembung 4

    2.1.2 Ciri-ciri Seksual Primer dan Sekunder Ikan 6

    2.2 Bakteri 7

    2.2 Mikroba Saluran Pencernaan Ikan 8

    2.3 Isolasi Mikroba 8

    2.4 Identifikasi Bakteri 12

    BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 10

    3.1 Waktu dan Tempat 10

    3.2 Alat dan Bahan 10

    3.2.1 Alat yang digunakan 10

    3.2.2 Bahan yang digunakan 13

    3.2.3 Prosedur Kerja 14

    BAB IV HASIL PEMBAHASAN 16

    4.1 Hasil 16

    4.2 Pembahasan 17

    BAB V PENUTUP 20

    5.1 Kesimpulan 20

    5.2 Saran 20

    DAFTAR PUSTAKA vii

  • iv

    LAMPIRAN ix

    Lampiran 1 Tugas Pendalaman ix

    Lampiran 2 Hasil Pengamatan Kelompok xi

    Lampiran 3 Dokumentasi Kelompok xviii

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel hal.

    Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum 10

    Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum 13

    Tabel 3. Hasil pengamatan mikroba 19

    Tabel 4. Hasil pengamatan kelompok 19

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar hal.

    Gambar 1. Ikan Kembung 4

    Gambar 2. Morfologi koloni mikroba 12

    Gambar 3. Lembar kerja Christoper ix

    Gambar 4. Lembar kerja Rizal Firdaus ix

    Gambar 5. Lembar kerja Jumaidi Efendi x

    Gambar 6. Lembar kerja Ruth Maria x

    Gambar 7. Lembar kerja Rury Ratnafuri xi

    Gambar 8. Lembar Kerja M. Salsabil xi

    Gambar 9. Lembar kerja kelompok 1 xii

    Gambar 10. Lembar kerja kelompok 2 xii

    Gambar 11. Lembar kerja kelompok 3 xiii

    Gambar 12. Lembar kerja kelompok 4 xiii

    Gambar 13. Lembar kerja kelompok 5 xiv

    Gambar 14. Lembar kerja kelompok 6 xiv

    Gambar 15. Lembar kerja kelompok 7 xv

    Gambar 16. Lembar kerja kelompok 8 xv

    Gambar 17. Lembar kerja kelompok 9 xvi

    Gambar 18. Natrium agar xviii

    Gambar 19. Mikroba yang telah diinkubasi xviii

    Gambar 20. Proses penggoresan xviii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini sangatlah

    besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba berada di setiap bagian

    tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh,

    sekali kita bersin dapat menebarkan beribu- ribu mikroorganisme. Satu gram

    tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air,

    maupun udara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme. Penelitian yang

    layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik

    untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya

    dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda

    yang biasa kenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni ini terdiri dari satu

    populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).

    Untuk memisahkan satu populasi mikroba dari populasi campuran maka

    diperlukan suatu teknik yang disebut dengan isolasi mikroba. Isolasi mikroba

    adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya

    dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu

    jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-

    macam mikroba. Untuk melakukan hal ini, haruslah di mengerti jenis- jenis

    nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam ligkungan fisik yang

    menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar,

    1986). Isolasi mikroba ini dilakukan untuk berbagai tujuan terutama untuk

    penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba sehingga dapat mendeteksi

    mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik atau untuk mengetahui

    mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992), selain itu

    juga untuk menemukan manfaat berbagai macam mikroba yang mungkin

    berguna untuk kesejahteraan manusia, dan untuk berbagai keperluan lain. Dalam

    makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara untuk melakukan isolasi

    mikroba dengan baik dan benar sehingga dapat berguna untuk kedepannya.

  • 2

    1.2 Tujuan

    Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan

    keterampilan praktikan dalam mengisolasi mikroba.

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat lebih memahami

    dan lebih terampil dalam melakukan isolasi mikroba sehingga dapat menjadi

    ilmu yang bermanfaat di masa depan.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kembung

    Klasifikasi ikan kembung banyar berdasarkan Saanin (1994) adalah

    sebagai berikut :

    Phylum : Chordata

    Subphylum : Vertebrata

    Kelas : Pisces

    Subkelas : Teleostei

    Ordo : Percomorphi

    Sub Ordo : Scombroidea

    Famili : Scombroidae

    Genus : Rastrelliger

    Species : Rastrelliger kanagurta

    Gambar 1. Ikan Kembung

    (massal2003.wordpress.com)

    Ciri-ciri tubuh dari ikan kembung adalah bentuk badan seperti torpedo

    badan agak langsing panjang kepala lebih tinggi dari tinggi kepala. Seluruh

    tubuh tertutup sisik halus dan terdapat corselet di belakang sirip dada. Terdapat

    selaput lemak pada kelopak mata. Usus 1,3-3,7 kali panjang badan. Tapisan

    insang panjang jelas tampak bila mulut dibuka dengan jumlah sebanyak 30-46

    buah, sisik garis rusuk berjumlah 120-150 buah, sirip punggung kedua berjari-

  • 4

    jari keras berjumlah 10 buah, sirip punggung kedua berjari- jari lemah 11-12

    sirip dubur berjari-jari lemah lemah sebanyak 11-12 buah.

    Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat 5-6 buah finlet (Murniati

    2004). Ikan kembung banyar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan

    bagian bawah berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada

    punggung, satu totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas

    garis rusuk, dua ban warna keemasan di bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-

    abu kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening

    kekuningan. Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-

    rata 20-25 cm (Murniati 2004).

    2.1.1 Reproduksi Ikan Kembung

    Ikan kembung R.kanagurta jantan pertama kali matang gonad pada

    ukuran panjang cagak (fork length) 200,3 mm pada jantan dan ukuran 191,6 mm

    pada betina. Hasil yang didapat dari penelitian ini berbeda dengan hasil

    penelitian sebelumnya, dimana ukuran pertama kali matang gonad ikan

    kembung (R.kanagurta) di Laut Jawa dicapai pada panjang cagak 19,2 cm untuk

    jantan dan 20,4 cm untuk betina. Panjang pada pertama kali matang dari ikan

    kembung (R.kanagurta) di India tercatat antara 19,0 - 22,4 cm. Kebanyakan

    ikan-ikan kembung (R.kanagurta) matang pada ukuran sekitar 22 cm.

    Panjang pada pertama kali matang adalah bervariasi antara jenis maupun

    dalam jenis itu sendiri, dengan demikian individu yang berasal dari satu kelas

    umur ataupun dari kelas panjang yang sama tidak selalu mencapai panjang

    pertama kali matang pada ukuran yang sama. Hal ini diperkuat dengan hasil

    penelitian bahwa ukuran ikan kembung pertama kali matang gonad adalah 20,4

    cm untuk jantan dan 19,2cm untuk betina pada trimester kedua tahun 1991,

    kemudian meningkat menjadi an 21,7 cm untuk jantan dan 20,2 cm untuk betina

    pada trimester ketiga tahun 1991, dan menurun menjadi 18,6 cm untuk jantan

    pada trimester kedua tahun 1992.

  • 5

    Pembuahan ikan kembung terjadi secara eksternal yaitu di keluarkan

    telur di lingkungan perairan. Biasanya fekunditas telur ikan kembung banyak

    dan telurnya tidak dicaga oleh induknya (Effendi, 2002). Ikan-ikan yang telah

    dewasa dari suatu populasi terdiri dari ikan jantan dan ikan betina. Selain itu,

    pada populasi ikan tertentu terdapat juga ikan hermaprodite.

    Sumantadinata (1983) menyatakan gonad ikan adalah sebagai kelenjar

    biak. Gonad ikan betina dinamakan ovari dan gonad ikan jantan dinamakan

    testes. Ovari dan testes ikan dewasa biasanya terdapat pada individu yang

    terpisah, kecuali pada beberapa ikan, kadang-kadang gonad jantan dan betina

    ditemukan dalam satu individu (ovotestes).

    2.1.2 Ciri-Ciri Seksual Primer Dan Skunder Ikan

    Effendie (1997) menyatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan

    ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses

    reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-

    tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila

    suatu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk

    membedakan jantan dan betina maka spesies ikan mempunyai seksual

    dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu warna maka ikan itu mempunyai

    seksual dichromatisme dimana pada ikan jantan biasanya warnanya agak lebih

    cerah dan menarik daripada ikan betina.

    Ciri seksual ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual primer dan

    ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat organ yang berhubungan

    langsung dengan proses reproduksi. Testes dan salurannya pada ikan jantan

    merupakan ciri seksual primer. Untuk melihat perbedaannya diperlukan

    pembedahan. Ciri seksual sekunder berguna dalam membedakan ikan jantan

    dengan ikan betina dan dapat dilihat dari luar, meskipun kadang kala tidak

    memberikan hasil yang positif (nyata).

    Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin

    (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes

    yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada i

  • 6

    Individu ikan betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur (Pulunga et. al,

    2005). Selanjutnya dikatakan juga bahwa gonad yang terdapat didalam tubuh

    mengalami perkembangan dari bentuk sehelai benang yang berisi cairan bening

    kemudian berkembang dan membesar sesuai dengan kapasitas rongga perut yang

    dimiliki individu ikan. Perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh adanya

    perkembangan gamet yang diproduksi oleh gonad itu sendiri. Semakin matang

    gonad suatu in-dividu ikan maka semakin besar bentuk dan berat gonad serta

    tubuh individu ikan.

    2.2 Bakteri

    Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak

    memiliki membrane inti (prokariota). Bakteri dulu terbagi menjadi Bacteria dan

    Archaebacteria, namun sekarang Archaebakteria memiliki domain sendiri yang

    disebut Archaea. Bakteri memiliki ciri-ciri antara lain tidak memiliki membrane

    inti, tidak memiliki organel bermembran, memiliki dinding sel peptidoglikan,

    dan materi asam nukleatnya berupa plasmid (Postlethwait dan Hopson, 2006).

    Bakteri berkembang biak membelah diri dan karena begitu kecil maka

    hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa

    organel yang dapat melaksanakan beberapa fungsi hidup (Waluyo, 2004).

    1. Ukuran bakteri

    Ukuran bakteri sangat kecil, umumnya bentuk tubuh bakteri dapat dilihat

    dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000x atau lebih. Satuan

    ukuran tubuh bakteri adalah micrometer atau micron. Satu micron () sama

    dengan 1/1000 milimeter (mm). Lebar tubuh umumnya antara 1-2 , sedangkan

    panjangnya antara 2-5 .

    Bakteri berbentuk kokus mempunyai diameter 0,5 ada pula yang

    berdiameter 2,5 . Sedangkan bakteri berbentuk basil mempunyai diameter 0,2-

    2,0 . Ukuran-ukuran yang menyimpang dari ukuran tersebut diatas cukup

    banyak pula. Oleh karena itu, pengukuran besar kecilnya bakteri perlu

    didasarkan pada standar yang sama. Bakteri yang berumur 2-6 jam pada

  • 7

    umumnya lebih besar daripada bakteri yang berumur lebih dari 24 jam Waluyo,

    2004).

    2. Bentuk bakteri

    Bakteri memiliki beragam variasi bentuk, seperti coccus, basil, dan spiral.

    Bakteri dapat hidup soliter maupun berkoloni dan berkembang biak dengan cara

    membelah diri. Bakteri memiliki habitat yang bervariasi, dari air, tanah, udara,

    hingga dalam tubuh hewan, misalnya dalam usus manusia. Bakteri ada yang

    dapat hidup secara anaerob murni dan akan mati dengan adanya oksigen, ada

    yang bersifat aerob dan memerlukan oksigen untuk metabolismenya. Ada yang

    bersifat aerob fakultatif yaitu dapat hidup pada kondisi anaerob, tapi bila ada

    oksigen metabolismenya bersifat aerob (Betsy dan Keogh, 2005).

    2.2 Mikroba saluran pencernaan ikan

    Mikroflora saluran pencernaan ikan yang berhasil diisolasi ada 18 isolat

    yang terdiri atas 4 isolat mikroba amilolitik (Moraxella sp.,Aeromonas

    hydrophila, Citrobakter sp. dan Carnobacterium sp.), 3 jenis mikroba amilolitik

    anaerob (Staphylococcus sp. Flavobacterium sp. dan Vibrio sp.), 5 jenis mikroba

    proteolitik aerob (Streptococcus sp.,Bacillus sp.,Micrococcus sp., Pseudomonas

    sp. dan Proteus sp.), 2 jenis mikroba proteolitik anaerob (Vibrio alginoliticus

    dan jenis tidak teridentifikasi), 2 jenis mikroba lipolitik aerob (Planococcus sp.

    dan Plesiomonas sp.) dan 2 jenis mikroba lipolitik anaerob (Kurthia sp. dan

    Serratia sp.)

    2.3 Isolasi Mikroba

    Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan

    menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba

    adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari

    campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan

    menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu

  • 8

    koloni sel yang tetap pada tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari

    satu jenis mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan murni atau biakan

    aksenik. Biakan yang berisi lebih dari satu macam mikroorganisme (bakteri)

    dikenal sebagai biakan campuran, jika hanya terdiri dari dua jenis

    mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu sama lain dalam asosiasi,

    dikenal sebagai biakan dua-jenis

    Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya

    kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage

    yang paling baik dan paling utama adalah habitat inang. Sebagai contoh fage

    koli yang di jumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari limbah atau pupuk

    kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi bahan sumbrnya dan

    penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya.

    Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan khamir

    dengan metode garis, metode tuang, metode sebar, metode penuangan, serta

    micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering banyak digunakan adalah

    teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip

    yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu

    species dapat dipisahkan (plezar, 2006)

    Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri

    dari bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung

    kepada banyak faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan

    ditumbuhkan.Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap

    dipertahankan harus mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh

    organisme tersebut. Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus

    dikendalikan dengan baik.

    Selain untuk tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain, seperti

    tempat untuk mengisolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang

    didapatkan. Agar tiap-tiap medium memilki karakteristik yang sesuai dengan

    tujuan sehingga seringkali digunakan beberapa jenis zat tertentu yang

    mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba

  • 9

    (Suriawiria, 2005). Beberapa indikasi pembiakan pada laboratorium

    mikrobiologi meliputi:

    1. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri

    2. Menunjukan sifat khas mikroba.

    3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara

    tertentu.

    4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat

    antigen dan percobaan serologi lainnya.

    5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik.

    6. Menghitung jumlah kuman

    7. Mempertahankan biakan mikroba.

    Mikroorganisme tidak memerlukan banyak ruangan untuk

    perkembangannya, sebab itu media buatan (agar) dapat dimasukkan ke dalam

    sebuah tabung percobaan labu atau cawan Petri. Pada permulaannya tabung atau

    cawan Petri harus dalam keadaan steril (bebas dari setiap mikroorganisme

    hidup) lalu setelah itu dimasukkan mikrobia yang diinginkan, tabung atau cawan

    harus dilindungi terhadap kontaminasi dari luar. Sumber utama pencemaran dari

    luar adalah udara, yang banyak mengandung mikroorganisme yang

    berterbangan. Bentuk cawan petri, dengan tutup yang saling menyelubungi,

    dirancang untuk mencegah pencemaran udara. Pencemaran tabung atau labu

    dihindari dengan cara menyumbat mulutnya dengan penutup yang cocok,

    biasanya dengan kapas.

    Permukaan luar cawan biakan yang menjadi sasaran pencemaran, dan

    bagian dalam labu atau tabung akan tercemar bila dibuka untuk memasukkan

    atau mengeluarkan bahan. Bahaya ini dapat dihindari dengan cara membakar

    bibir atau pinggiran cawan, tabung atau labu dalam api, segera setelah penutup

    dibuka dan dibakar sekali lagi pada waktu akan ditutup.

    Dalam mengisolasi bekteri dikenal empat cara, cara isolasi bakteri

    tersebut yaitu :

    a. Pour plate atau shake culture

  • 10

    Beberapa ml suspensi bakteri dicampur dengan mediaum yang masih cair

    (belum membeku) dengan demikian akan diperoleh piaraan adukan. Digunakan

    untuk mengencerkan atau mengisolasi yang terdapat pada contoh. Setelah

    inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, koloni akan tumbuh pada permukaan dan

    bagian bawah agar.

    b. Streak Plate atau culture

    Ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri digesekkan atau

    digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar dalam cawan Petri

    sampai meliputi seluruh permukaan. Untuk memperoleh hasil yang baik

    diperlukan keterampilan, yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode

    cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan

    terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang

    umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan

    sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi

    kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak

    sehingga menyulitkan pemisahan sel - sel yang digores.

    c. Slant culture

    Ujung kawat yang membawakan bakteri digesekkan pada permukaan

    agar-agar miring dalam tabung reaksi. Dapat dilakukan dengan cara

    menggoreskan secaa zig-zag pada permukaan agar miring menggunakan

    jarum ose yang bagian atasnya dilengkungkan. Cara ini juga dilakukan pada agar

    tegak untuk meminimalisir pertumbuhan mikroba dalam keadaan kekurangan

    oksigen. (Rusdimin, 2003)

    d. Stab culture

    Ujung kawat yang membawakan bakteri ditusukkan pada media padat

    (agar-agar) dalam tabung reaksi, berbeda dengan slant culture permukaan agar-

    agar ini tidak miring. Media agar setengah padat dalam tabung reaksi, digunakan

    untuk menguji gerak bakteri secara makroskopis

  • 11

    2.4 Identifikasi bakteri

    Identifikasi bakteri meliputi pemeriksaan morfologi, pewarnaan gram,

    dan uji biokimia antara lain : uji O/F, uji oksidase, uji katalase, uji motilitas,

    produksi indol, uji TSIA, uji gula. Identifikasi bakteri dilakukan dalam beberapa

    uji antara lain :

    a) Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri

    Pengamatan morfologi koloni bakteri dilakukan setelah mendapatkan

    biakan murni. Pengamatan ini meliputi warna, bentuk, tepian koloni, elevasi atau

    permukaan koloni dan struktur dalam koloni.

    Gambar 2. morfologi koloni mikroba

    (http://sakamboy.wordpress.com/)

    b) Pewarnaan Gram

    Pewarnaan gram bertujuan untuk menentukan apakah bakteri tersebut

    termasuk di dalam kelompok bakteri gram positif atau kelompok bakteri gram

    negatif. Cara kerja dari pewarnaan gram yaitu suspensikan bakteri dengan ose,

    kemudian letakkan pada obyek dan difiksasi, tetesi dengan larutan gram A yang

    mengandung kristal violet, kemudian tetesi dengan larutan gram B yang

    mengandung lugol, tetesi dengan larutan gram C yang mengandung alkohol, dan

    yang terakhir tetesi dengan larutan gram D yang mengandung safranin.

    c) Uji Katalase

  • 12

    Tujuan uji katalase adalah untuk mengetahui sifat bakteri dalam

    menghasilkan enzim katalase. Cara kerja dari uji katalase yaitu larutan H2O2 3%

    diteteskan pada obyek, kemudian suspensikan koloni bakteri dengan ose.

    d) Uji Oksidase

    Tujuan uji oksidase adalah untuk mengetahui ada tidaknya enzim

    oksidase pada bakteri dengan menggunakan paper oksidase yang dapat dilihat

    perubahan warna yang terjadi pada paper oksidase.

    e) Uji O/F (Oksidatif/Fermentatif)

    Uji O/F medium (Oksidatif/Fermentatif) bertujuan untuk mengetahui

    sifat oksidasi atau fermentasi bakteri terhadap glukosa dengan menggunakan dua

    tabung media yang salah satunya ditutup dengan parafin, sehingga diharapkan di

    dalam media tidak terdapat udara yang dapat mendukung terjadinya fermentasi.

    f) Uji Motilitas dan Produksi Indol

    Uji motilitas bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut motil

    atau tidak dan untuk mengetahui produksi indol dari Tryptophane. Uji ini

    menggunakan media MIO (Motility Indole Ornitin).

    g) Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

    Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) bertujuan untuk membedakan jenis

    bakteri berdasarkan kemampuan memecahkan dextrose, laktosa, sukrosa dan

    pembebasan sulfida, selain itu uji TSIA berfungsi untuk mengetahui apakah

    bakteri tersebut menghasilkan gas, H2S atau tidak. Media yang digunakan

    mempunyai dua bagian, yaitu slant (miring) dan butt (tusuk).

    h) Uji Gula

    Uji gula bertujuan untuk mendeterminasi kemampuan bakteri dalam

    mendegradasi gula dan menghasilkan asam organik yang berasal dari tiap-tiap

    jenis gula, yaitu glukosa, sukrosa, maltosa, arabinosa, manitol dan inositol.

  • 13

    BAB III

    METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1 Waktu dan Tempat

    Pelaksanaan praktikum mengenai isolasi mikroba ini dilaksanakan pada:

    Waktu : Kamis, 20 November 2014

    Tempat : Laboratorium TIHP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Padjadjaran-Jatinangor

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat yang Digunakan

    Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum

    No. Alat Fungsi Gambar

    1 Ose Mengambil sampel

    mikroba

    2 Lampu bunsen Mengsterilkan alat

    3 Inkubator

    Menginkubasi mikroba

    pada suhu yang

    ditentukan

  • 14

    4 Tabung reaksi Wadah sampel

    5 Beaker glass

    Wadah untuk

    pencampuran sampel

    dengan akuades

    6 Cawan petri Wadah sampel

    7 Pipet tetes Mengambil larutan

    dalam jumlah sedikit

  • 15

    8 Hot plate

    Membantu

    mempercepat

    homogenisasi larutan

    9 Colony

    counter

    Mempermudah

    penghitungan mikroba

    10 Labu

    erlenmeyer

    Wadah

    menghomogenkan

    larutan

    11 Oven Tempat mensterilkan

    alat

    12 Gelas ukur Wadah pengenceran

  • 16

    13 Mortar Wadah menghaluskan

    sampel

    3.2.2 Bahan yang Digunakan

    Adapun bahan utama yang dibutuhkan pada proses inolasi mikroba

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum

    No. Bahan Fungsi Gambar

    1 Alkohol Media sterilisasi

    2 Ikan Sampel sumber

    mikroba

  • 17

    3 Nutrien agar Medium biakan

    3.2.3 Prosedur Kerja

    Untuk menghasilkan kultur murni melalui proses isolasi mikroba dapat

    dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

    Disiapkan ikan yang akan dijadikan sumber mikroba.

    Dicuci bagian luar ikan dengan 50 ml akuabides dan ditampung

    air hasil pencucian.

    Insang ikan dikeluarkan dan diletakkan pada cawan petri steril.

    Ditambahkan 10 ml akuabides. Lalu diaduk hingga rata.

    Diambil 10 mg saluran pencernaan ikan dan diletakkan pada

    mortal steril. Dilumatkan dan ditambahkan 10 ml akuabides.

    Diaduk hingga rata.

    Dilakukan serial pengenceran 10-1 sampai 10-6.

    Diambil 1 ml dari masing-masing hasil pengenceran di atas

    (luar tubuh ikan, insang dan saluran pencernaan), Dimasukan

    secara aseptik ke cawan petri.

  • 18

    Ditambahkan 15 ml media agar yang masih hangat dan aduk

    dengan diggerakan cawan petri di atas meja hingga membentuk

    pola angka delapan.

    Dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam

    Dilakukan isolasi tahap kedua hingga didapatkan populasi

    sejenis (biakan murni).

    Disiapkan media kultur yang telah berisi inokulan. Ditentukan

    dua jenis populasi mirkoba yang akan dipilih. Pemilihan

    mikroba sebaiknya didasarkan pada karakter bentuk atau warna

    yang khas.

    Dimasukan media kultur yang telah diinokulasi mikroba terpilih

    ke dalam inkubator. Dilakukan proses inkubasi selama dua

    hari.

    Diamati populasi mikroba yang tumbuh. Apabila telah didapat populasi sejenis, dilakukan identifikasi.

  • 19

    BAB IV

    HASIL PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Tabel 3. Hasil pengamatan mikroba

    FISIK

    (MORFOLOGIS)

    Gambar BENTUK

    KOLONI 1 KOLONI 2

    Bentuk

    Koloni

    Mikroba

    Irregular

    Irregular

    Bentuk Tepi

    Koloni

    Mikroba

    Smooth

    Lobate

    Bentuk

    Permukaan

    Koloni

    Smooth

    Smooth

    Tabel 4. Hasil Pengamatan Kelompok

    Kel. Sampel Pengenceran Koloni 1 Koloni 2

    1 Air cucian

    ikan 10-1

    Bentuk Irreguler Irreguler

    Tepi Lobate Wavy

  • 20

    Permuk

    aan Smooth Smooth

    2 Air cucian

    ikan 10-2

    Bentuk Round Puncform

    Tepi Lobate Wavy

    Permuk

    aan Concentric Countured

    3 Air cucian

    ikan 10-3

    Bentuk Puncform

    Irreguler

    Puncform

    Round

    Tepi Smooth,

    Wavy

    Smooth,

    Filamentous

    Permuk

    aan

    Smooth,

    Wrinkled

    Smooth,

    Wrinkled

    4 Air cucian

    insang 10-2

    Bentuk Round Irreguler

    Tepi

    Curied,

    lobate,

    smooth

    Lobate

    Permuk

    aan Smooth Smoot

    5

    Air cucian

    insang

    10-3

    Bentuk Round,

    Ireguler Irreguler

    Tepi Smooth,

    Lobate Lobate

    Permuk

    aan

    Smooth,

    Countured Smooth

    6 Air cucian

    insang 10-4

    Bentuk Irreguler Round

    Tepi Lobate Curved

    Permuk

    aan Countured Smooth

    7 Air cucian

    insang 10-5 Bentuk

    Filamentous,

    Irreguler

    Filamentous

    , Irreguler

  • 21

    Air cucian

    insang

    Tepi Filamentous,

    Lobate

    Filamentous

    , Lobate

    Permuk

    aan

    Countered,

    Smooth

    Countered,

    Smooth

    8

    Air cucuian

    saluran

    pencernaan

    10-4

    Bentuk Puncform, Round

    Tepi Smooth Lobate

    Permuk

    aan Smooth Smooth

    9

    Air cucuian

    saluran

    pencernaan

    10-5

    Bentuk Irreguler Irreguler

    Tepi Smooth Lobate

    Permuk

    aan Smooth Smooth

    4.2 Pembahasan

    Pada praktikum kali ini mengenai isolasi mikroba, yaitu menumbuhkan

    mikroba pada suatu medium. Medium biakan yang digunakan adalah medium

    padat berupa nutrien agar. Agar digunakan sebagai medium biakan karena agar

    tidak dapat diuraikan oleh mikroba. Sebelum melakukan isolasi mikroba, terlebih

    dahulu kita harus menjaga agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk

    inokulasi dan isolasi mikroba dalam keadaan steril. Ini dilakukan untuk

    menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba-mikroba lain yang

    tidak diinginkan sehingga biakan mikroba di dalam medium akan tumbuh sesuai

    yang diinginkan.

    Memisahkan mikroba satu dengan lainnya disebut inokulasi. Dalam

    praktikum ini dilakukan inokulasi dengan cara pengenceran. Adapun mikroba

    yang akan diinokulasi adalah mikroba yang berasal dari air cucian ikan, mikroba

    pada insang ikan, mikroba pada saluran pencernaan ikan. Akuades disemprotkan

    pada ikan dan airnya tersebut yang akan digunakan untuk sebagai sumber

    mikroba. Insang ikan dikeluarkan dari operkulumnya dan diletakkan didalam

  • 22

    beaker glass, ditambahkan akuades dan diaduk hingga sekiranya mikroba yang

    ada pada insang tercampur dengan akuadesnya. Penambahan akuades ini

    bertujuan untuk melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam

    air.Lalu untuk bagian pencernaan, ikan dibedah dan bagian saluran pencernaannya

    diambil dan ditaruh diatas cawan petri, ditambahkan akuades, dan kemudian

    ditumbuk atau dihancurkan. Penghancuran saluran pencernaan ini dapat

    menggunakan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada di permukaan atau

    didalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air.

    Untuk kelompok kami melakukan sumber mikroba dari saluran

    pencernaan dengan pengenceran sebanyak 10-6. 1 ml air saluran pencernaan yang

    tadi sudah ditumbuk diencerkan dengan menambahkan 9 ml akuades. Lalu

    diencerkan kembali sebanyak enam kali. Pengenceran yang dilakukan adalah

    pengenceran bertingkat. Tujuannnya memperkecil atau mengurangi jumlah

    mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Setelah selesai disiapkan cawan petri

    yang sudah dalam keadaan steril dan tidak dibuka terlebih dahulu. Dituangkan

    pengenceran mikroba tadi kedalam cawan petri didekat lampu bunsen sambil

    cawan petri tersebut diputar sehingga semua bagiannya steril. Ini dimaksudkan

    untuk menghindari adanya kontaminasi.

    Dimasukan pula medium pembiakan yaitu natrium agar ke dalam cawan

    petri yang berisi mikroba, natrium agar yang digunakan sebanyak 15 ml.

    Kemudian didekatkan ke lampu bunsen agar tidak terjadi kontaminasi juga.

    Natrium agar (NA) yang dituangkan tidak boleh dalam keadaan panas karena akan

    membunuh mikroba, tetapi tidak juga dalam keadaan dingin karena agar bisa jadi

    akan mengeras. Setelah itu untuk menghomogenkannya dilakukan pengandukan

    dengan cara menggerakan cawan petri membentuk angka delapan. Tujuan

    menggerakan membentuk angka dalam supaya mikroba tersebar keseluruh

    permukaan cawan petri tidak hanya pada permukaan natrium agar saja melainkan

    mikroba terendam didalam natrium agar tersebut. Sehingga terdapat sel mikroba

    yang tumbuh di permukaan natrium agar yang kaya akan O2 dan ada yang tumbuh

    didalam natrium agar yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Selanjutnya

  • 23

    cawan petri tersebut dibungkus kembali menggunakan sampul coklat dan diikat

    lalu di inkubasi.

    Cawan petri yang yang berisi mikroba dan akan di inkubasi harus dalam

    keadaan kebalik (tutup cawan petri berada dibagian bawah). Ini bertujuan untuk

    mencegah air kondensasi jatuh diatas permukaan yang ditumbuhi mikroba

    sehingga dapat terjadi penyebaran koloni. Dilakukan inkubasi bertujuan untuk

    menumbuhkan mikroba dengan suhu yang konstan, sehingga pertumbuhan

    mikroba diharapkan akan optimum. Penginkubasian dilakukan selama 2x24 jam

    setelah itu diamati kembali.

    Cawan petri yang telah diinkubasi diambil dan diamati pertumbuhan

    mikrobanya. Keadaan tempat untuk panen mikroba harus tetap dalam keadaan

    steril dengan cara menyemprotkan alkohol 70%. Setelah itu disiapkan kembali

    natrium agar pada cawan petri. Natrium agar sudah dalam keadaan padat

    (membeku). Setelah itu dilakukan teknik penanaman dengan metode gores,

    tujuannya untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremakan

    kultur ke dalam medium baru. Metode ini dilakukan karena memiliki 2

    keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.

    Jarum ose bulat dipanaskan diatas api bunsen tujuannya agar jarum ose

    yang digunakan untuk mengambil dan menggoreskan mikroba dalam keadaan

    steril. Dengan menggunakan jarum ose diambil mikroba dari biakan murni,

    kemudian digoreskan pada medium natrium agar. Pada cawan petri yang berisi

    natrium agar, dibagi dua menjadi dua bagian menggunakan spidol. Sebelumnya

    cawan petri tersebut didekatkan pada lampu bunsen sambil diputar. Dibuka secara

    perlahan agar tidak banyak pengaruh dari udara luar. Jarum ose yang sudah

    terdapat mikrobanya digoreskan pada medium natrium agar secara zigzag.

    Kemudian jarum ose dipanaskan kembali, dan diambil mikroba di tempat yang

    berbeda dari yang pertama dilakukan, kemudian digoreskan kembali pada bagian

    yang lainnya. Setelah itu cawan petri kembali disterilkan dan dibungkus

    menggunakan sampul coklat dan kembali diinkubasi.

    Setelah beberapa hari diinkubasi, mikroba sudah dapat dipanen dan

    diamati. Mikroba yang dihasilkan pada koloni satu berbentuk irregular dengan

  • 24

    memiliki bentuk tepi koloni berbentuk smooth, dan pada permukaanya berbentuk

    smooth. Sedangkan pada koloni kedua mikroba yang dihasilkan berbentuk

    irreguler juga teteapi bentuk tepi mikroba tersebut yaitu lobate dan permukaan

    mikrobanya adalah smooth. Dari hasil mikroba yang didapatkan menunjukkan

    isolasi mikroba yang dilakukan berhasil mendapatkan biakan murni, karena yang

    mikroba yang diidentifikasi pada kolono 1 dan koloni 2 sejenis.

    Hasil isolasi mikroba kelompok 1 pada koloni 1 adalah berbentuk

    irreguler, dengan tepi mikroba lobate, dan permukaannya smooth, sedangkan pada

    koloni 2 mikroba yang didapatkan berbentuk irreguler juga tetapi tepinya bentuk

    wavy dan permukaannya pun smooth. Kelompok 1, 2, dan 3 menggunakan sampel

    mikroba yang berasal dari air cucian ikan. Rata-rata mikroba yang dihasilkan dari

    air cucian ikan berbentuk irreguler, round, dan punctiform. Sedangkan tepinya

    rata-rata berbentuk wavy. Serta permukaan koloni mikrobanya smooth.

    Untuk sampel yang dihasilkan dari air cucian insang ikan, kelompok 4, 5,

    6, dan 7 mereka mendapatkan biakan mikroba yang tidak murni. Ini karena dapat

    dilihat dari hasil pengamatannya pada satu koloni terdapat beberapa bentuk

    mikroba, sehingga belum didapatkan biakan murni. Kegagalan ini bisa saja terjadi

    diakibatkan karena kurang steril dalam melakukan isolasi mikroba. Ataupun

    karena kurang mengefisiensikan tempat media untuk penggoresan sehingga sulit

    mendapatkan biakan murni.

  • 25

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan

    menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip isolasi mikroba adalah

    memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari

    campuran bermacam-macam mikroba. Isolasi mikroba dapat dilakukan dengan

    metode tuang dan metode gores dengan bantuan medium nutrien agar.

    Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan khamir

    dengan metode garis, metode tuang, metode sebar, metode penuangan, serta

    micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering banyak digunakan adalah

    teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip

    yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu

    species dapat dipisahkan.

    5.2 Saran

    Dalam melakukan isolasi mikroba harus dipastikan semua dalam keadaan steril,

    baik alat-alat praktikum maupun praktikan yang melakukan kegiatan praktikum

    untuk mengurangi adanya kontaminasi dari luar (udara). Selain itu praktikan

    sebaiknya lebih memperhatikan dan lebih teliti lagi dalam setiap metode yang

    dilakukan, supaya hasilnya bisa sesuai dengan yang diharapkan

  • vii

    DAFTAR PUSTAKA

    Aslamyah, Siti. 2012. Seleksi Mikroflora Saluran Pencernaan Ikan Bandeng

    Sebagai Kandidat Prebiotik. Makasa. Universitas Hasanidun.

    Badjoeri, Muhammad. 2007. Identifikasi Bakteri Patogen pada Sistem Karamba

    Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau, Sumatra Barat. Padang. Pusat

    Penelitian Limnologi LIPI.

    Betsy dan Keogh. 2005. Microbiology Demystifed. McGraw-Hill Publisher.

    USA.

    EffendI, M. I. 1997. Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

    122 hal.

    Kottelat, M., et al. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi

    (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Edition

    Limited. Munich. Germany. 293 hal.

    Murniati, Nunuk A, 2004. Getar Gender. Magelang : Indonesia Tera.

    Nurcholis, Muchamad. 2013.Teknik Isolasi Mikroba. Malang. Universitas

    Brawijaya.

    Plezar. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press

    Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and

    Winston.Texas.

    Pulungan, C. P., et al. 2005. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan. Univesitas Riau. Pekanbaru. 80 hal. (tidak diterbitkan. Hanya

    untuk kalangan sendiri).

    Putra, R. M., et al. 2004. Penuntun Praktikum Ichthyology. Laboratorium

    Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univesitas

    Riau. Pekanbaru. 74 hal. (tidak diterbitkan. Hanya untuk kalangan

    sendiri).

    Rizvica, Aftria R.. 2012. Perbandingan Prevalensi Parasit Pada Insang dan

    Usus Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Tertangkap di

  • viii

    Sungai Aloo dan Tambak Kedung Peluk, Kecamatan Tanggulangin,

    Sidoarjo. Surabaya. Universitas Hang Tuah.

    Saanin, H. 1995. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan.Bina Cipta. Bandung.

    262 hal.

    Sumantadinata K. 1983. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia.

    Jakarta, Satra Hudaya.

    Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

    Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas. Muhamadiyah

    Press, Malang.

    Yulvizar, Cut. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger

    sp.

  • ix

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Tugas Pendalaman

    1. Jelaskan oleh Anda, kemungkinan apa yang dapat menyebabkan kegagalan

    pembuatan biakan murni mikroba.

    Jawab: tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya

    untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang

    lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak

    sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores dan bisa saja

    karena kurang teliti dan hati-hati dalam melakukan teknik pembuatan

    biakan murni, seperti penggunaan jarum ose dan media seperti cawan

    petri yang kurang didekatkan dengan lampu Bunsen sehingga

    keadaannya tidak steril.

    2. Mengapa tidak dilakukan proses pengenceran inokulan pada saat melakukan

    isolasi mikroba?

    Jawab: Karena pada pengenceran inokulan, kemungkinan besar akan

    didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium

    tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu

    koloni saja. Kemungkinan ini menyebabkan koloni yang dihasilkan

    bukan merupakan biakan murni seperti yang diinginkan dari tujuan

    isolasi mikroba.

    3. Apakah hasil isolasi yang Anda lakukan belum berhasil mendapatkan biakan

    murni. Jelaskan alasan Anda?

    Jawab: Hasil isolasi mikroba yang dilakukan berhasil, karena dapat dilihat

    dari hasil mikroba yang berada pada cawan petri warnanya putih

    semua, itu menandakan hasil isolasi mendapatkan biakan murni

    (mikroba sejenis).

    4. Menurut Anda, apakah isolasi mikroba hanya dilakukan pada media agar

    lempeng, tidak bisa dilakukan pada media agar tegak atau agar miring?

    Jawab: Isolasi mikroba juga dapat dilakukan pada media agar tegak atau agar

    miring. Pada media agar tegak, dilakukan untuk meminimalisir

  • x

    pertumbuhan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen. Pada

    media agar miring, digunakan untuk menguji gerak mikroba secara

    makroskopis.

    5. Mengapa pada proses inokulasi mikroba, ose hanya ditempelkan pada

    populasi mikroba terpilih?

    Jawab: Agar nantinya biakan murni yang dihasilkan adalah jenis mikroba

    yang benar-benar kita inginkan tanpa adanya kontaminasi mikroba

    lainnya.

  • xi

    Lampiran 2. Hasil Pengamatan Kelompok

    Gambar 3. Lembar kerja Christoper

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 4. Lembar kerja Rizal Firdaus

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xi

    Gambar 5. Lembar kerja Jumaidi Efendi

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 6. Lembar kerja Ruth Maria

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xii

    Gambar 7. Lembar kerja Rury Ratnafuri

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 8. Lembar Kerja M. Salsabil

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xiii

    Gambar 9. Lembar kerja kelompok 1

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 10. Lembar kerja kelompok 2

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xiv

    Gambar 11. Lembar kerja kelompok 3

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 12. Lembar kerja kelompok 4

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xv

    Gambar 13. Lembar kerja kelompok 5

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 14. Lembar kerja kelompok 6

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xvi

    Gambar 15. Lembar kerja kelompok 7

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 16. Lembar kerja kelompok 8

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xvii

    Gambar 17. Lembar kerja kelompok 9

    (sumber: dokumentasi pribadi)

  • xviii

    Lampiran 3. Dokumentasi Kelompok

    Gambar 18. Nutrium agar

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 19. Mikroba yang telah diinkubasi

    (sumber: dokumentasi pribadi)

    Gambar 20. Proses penggoresan

    (sumber: dokumentasi pribadi)