lp ckd
DESCRIPTION
nTRANSCRIPT
CHRONIC KIDNEY DISEASE
1. Definisi
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau
melakukan fungsi regulasinya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit serta asam-basa. Gagal ginjal merupakan
penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai peyakit urinary tract
dan ginjal. Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner and Suddart, 2002)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. (Arif Muttaqin,
2011).
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya beredar dalam darah serta komplikasinya
jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) (Nursalam dan Fransisca B.B. 2009)
2. Klasifikasi
Stadium Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik
Stadium 1 Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten
dan LFG yang masih normal >90ml/menit
Stadium 2
(ringan)
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG
antara 60-89 ml/menit
Stadium 3
(sedang)
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit
Stadium 4
(berat)
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit
Stadium 5
(terminal)
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 ml/menit
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium-stadium gagal ginjal
kronik didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa dan meliputi hal-hal berikut:
1. Stadium 1 (Penurunan cadangan ginjal), yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal. Selama
stadium ini, kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Tahap ringan
dimana faal ginjal masih bagus. Gangguan dapat di lihat dengan : tes pemekatan urin dan GFR
teliti
2. Insufisiensi ginjal, tahap dimana 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak, yang terjadi
apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan
mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang mereka terima. Kadar BUN dan
kreatinin serum mulai meningkat dari normal(tergantung dari kadar protein diet pasien). Gejala-
gejala nokturia sering berkemih dimalam hari 700 ml dan poliuria (akibat kegagalan dari
pemekatan mulai timbul). Ada 3 derajat insufisiensi ginjal :
1. Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
2. Sedang : 15% - 40 % fungsi ginjal normal
3. Berat :<20% fungsi ginjal normal
3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin banyak nefron yang mati
4. Gagal ginjal terminal, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa (sekitar 90% dari massa nefron telah hancur dan rusak). Pada
seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Kreatinin dan BUN meningkat sangat
mencolok sehingga penurunan fungsi ginjal. Gejala parah karena ketidakmampuan ginjal menjaga
homeostasis cairan dan elektrolit tubuh Oliguria bisa terjadi (output urin kurang dari 500 ml/ hari
karena kegagalan glomerulus). Uremia pun bisa terjadi.
3. Etiologi
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa disebabkan dari
ginjal sendiri dan dari luar ginjal (Arif Muttaqin, 2011) :
A. Penyakit dari Ginjal
Glomerulonefritis
Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
Batu ginjal: nefrolitiasis
Kista di Ginjal: polcystis kidney
Trauma langsung pada ginjal
Keganasan pada ginjal
Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/struktur.
Penyakit vaskuler: iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal, hipertensi
maligna atau hipertensi aksekrasi.
Obstruksi: batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra, dan
tumor
Penyakit tubulus primer: hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam
berat seperti tembaga, dan kadmium.
B. Penyakit dari Luar Ginjal
DM, hipertensi, kolesterol tinggi
TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
Preeklamsi
Dyslipidemia
Luka bakar
SLE
Obat-obatan
4. Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
Diabetes : Diabetes tipe 2 merupakan penyebab nomor satu. Dengan mengendalikan kadar
gula darah risiko terjadinya kerusakan ginjal dapat dicegah.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) : Hipertensi yang berkelanjutan dapat merusak atau
mengganggu pembuluh darah halus dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu
kemampuan ginjal untuk menyaring darah. Dengan menjaga berat badan tetap ideal,
berolahraga teratur, dan menggunakan obat yang sudah diresepkan dokter dapat
membantu mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit ginjal menjadi gagal
ginjal.
Mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri yang mengandung ibuprofen berlebihan maupun
dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan timbulnya nefritis intersitialis, yaitu
peradangan ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal
Radang : Penyakit tertentu, seperti glomerulonefritis (radang pada glomerulus/unit
penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal tidak bisa lagi menyaring zat-zat sisa
metabolisme tubuh.
Pekerjaan : Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia akan
dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang berbahaya jika terpapar
dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit ginjal. Misalnya pada pekerja di
pabrik atau industri.
Perilaku minum : Air merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh. Lebih kurang
68% berat tubuh terdiri dari air. Minum air putih dalam jumlah cukup setiap hari adalah
cara perawatan tubuh terbaik. Air ini sebagai simpanan cairan dalam tubuh. Sebab bila
tubuh tidak menerima air dalam jumlah yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi. Di
mulai dengan simpanan air tubuh yang menurunan dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan. Organ-organ tubuh yang vital juga sangat peka terhadap kekurangan air, salah
satunya adalah ginjal. Ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik bila tidak cukup air. Pada
proses penyaringan zat-zat racun, ginjal melakukannya lebih dari 15 kali setiap jam, hal ini
membutuhkan jumlah air yang banyak sebelum diedarkan ke dalam darah. Bila tidak cukup
cairan atau kurang minum, ginjal tidak dapat bekerja dengan sempurna maka bahan-bahan
yang beredar dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan dengan baik sehingga dapat
menimbulkan keracunan darah dan menyebabkan penyakit ginjal.
Lingkungan : Cuaca panas dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal. Jika seseorang
bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan
ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau peredaran darah ke ginjal dengan
akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal dan pada ginjal yang rusak
hal ini akan membahayakan
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
Riwayat Keluarga Penyakit Ginjal : Jika ada anggota keluarga menderita GGK, atau yang
sedang menjalani dialisis, atau transplantasi ginjal, Anda memiliki risiko mengalami
penyakit ini. Salah satu jenis penyakit yang bersifat diturunkan adalah penyakit ginjal
polikistik, yaitu penyakit ketika jaringan normal ginjal secara perlahan digantikan oleh kista-
kista berisi cairan.
Kelahiran Premature : Bayi prematur (lahir kurang dari 32 minggu kehamilan) berisiko
memiliki penumpukan endapan kalsium di bagian nefron ginjal, yang dikenal dengan
nefrokalsinosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya kemampuan menghambat
proses penggumpalan kristal akibat beban kalsium yang disaring meningkat dan ekskresi
sitrat berkurang. Bila tidak diatasi, bayi yang memiliki kondisi seperti ini memiliki risiko
untuk menderita gangguan fungsi ginjal di kemudian hari.
Usia : Seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal pun dapat menurun. Usia penderita
gagal ginjal berkisar antara 40-50 tahun, tetapi hampir semua usia dapat terkena penyakit
ini. Menurut penelitian D.W. Bates penyakit gagal ginjal paling banyak pada penderita yang
berumur 45 tahun.
Jenis kelamin : Kejadian pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut penelitian Orfeas
Liangas dkk (2001), dari 558.032 penderita gagal ginjal 51,8% adalah laki-laki, sedangkan
perempuan sebesar 48,2%.
Ras/etnik : (African-American, Hispanic, American Indian,Asian)
Trauma atau Kecelakaan : Kecelakaan, cedera, beberapa jenis operasi, juga dapat
mengganggu atau merusak ginjal.
Jenis Penyakit Tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya GGK. Penyakit ini antara lain
penyakit lupus, anemia sel sabit (sickle cell anemia), kanker, AIDS, hepatitis C dan gagal
jantung berat.
5. Manifestasi Klinis
Gejala dini : lethargi,sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang,mudah tersinggung, depresi
Gejala yg lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah,nafas dangkal
Gejala berdasarkan organ yang terkena, antara lain:
Kardiovaskuler: Hipertensi,nyeri dada, gagal jantung kongesti, edema
pulmoner,perikarditis, Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction rub
pericardial, pembesaran vena leher (peningkatan JVP)
Dermatologi : Warna kulit abu-abu mengkilat, pucat,kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, dan pernafasan kussmaul
Gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau ammonia,
Ulserasi,perdarahan mulut, konstipasi, diare, perdarahan saluran cerna.
Neurologi : Tidak mampu konsentrasi, kelemahan, keletihan, perubahan tingkat kesadaran,
disorientasi, kejang, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
Muskuloskeletal : Keram otot, kekuatan otot hilang, pegal kaki sehingga selalu digerakkan
(kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan
hipertrofi otot-otot ekstremitas)
Endokrin: gangguan seksualitas, libido fertilisasi dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore, gangguan metabolik glukosa, lemak dan vitamin D
Persendian : Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang
Kelainan mata : Azotemia ameurosis, retinopati, nistagmus, miosis dan pupil asimetris, red
eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi, Keratopati mungkin juga dijumpai pada
beberapa pasien gagal ginjal kronis akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau
tersier.
Sistem hematologi : Kelainan hemopoeisis, Anemia normokrom normositer dan
normositer (MCV 78-94 CU), Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi
buangan dalam tubuh. Perdarahan karena mekanisme pembekuan darah yang tidak
berfungsi. Selain itu hemopoesis dapat terjadi karena berkurangnya produksi eritropoitin,
hemolisis, defisiensi besi
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa: Biasanya retensi garam dan air
tetapi dapat juga kehilangan natrium, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesia, hipokalsemia
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan hipoalbuminemia
Hiponatremia: umumnya karena kelebihan cairan
Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis
Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan metabolisme
dan diet rendah protein
Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal,
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang menurun, HCO3 yang
menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-basa organik pada gagal
ginjal.
Ht: menurun karena pasien mengalamii anemia Hb < 7-8 gr/dl
BUN/Kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir. Rasio BUN dan
kreatinin = 12:1 – 20:1
GDA: asidosis metabolic, PH <7,2
Protein albumin: menurun
Natrium serum : rendah, Nilai normal 40-220 mEq/l/hari tergantung berapa banyak cairan
dan garam yang dikonsumsi.
Kalium, magnesium : meningkat
Kalsium : menurun
Pemeriksaan Urin
Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada urin (anuria)
Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,
fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin.
Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum
sering 1:1
Klirens kreatinin : mungkin menurun.
Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan glumerulus
bila SDM dan fragmen juga ada.
Osmolalitas: < 350 mOsm/kg, rasio urin/serum = 1:1
Pemeriksaan Radiologi: ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi
USG: untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
IVP (Intra Vena Pielografi): untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini
mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya: usia lanjut, DM
dan nefropati Asam urat.
Foto Polos Abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau
obstruksi lain. Foto polos yang disertai dengan tomogram memberikan hasil keterangan
yang lebih baik.Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
Endoskopi : untuk menentukkan pelvis ginjal, batu, hematuria, dan pengangkatan tumor
selektif
Renogram: untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, eksresi), serta sisa fungsi ginjal.
EKG : untuk mengetahui kemungkinan hipertropi ventrikel kiri dan kanan, tanda-tanda
perikarditis, disritmia, gangguan elektrolit.
Renal anterogram : mengkaji terhadap sirkulasi ginjal dan ekstravaskularisasi serta adanya
masa.
Rotgen thorak : mengetahui tanda-tanda kardiomegali dan odema paru.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif :
Tujuannya mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-
keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).
Peranan Diet: 1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.2)Mencegah
dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).3)Mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit.4)Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006). Terapi diet rendah
protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi
untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.Lemak
cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak jenuh ganda.
Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari protein dan
lemak.Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria,
banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g. Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada
hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
Kebutuhan Jumlah Kalori: untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama, yaitu
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan
memelihara status gizi. Energi cukup yaitu 35 kkal/kg BB.
Kebutuhan Cairan: Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari
ditambah dengan pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).
Kebutuhan Elektrolit dan Mineral: bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit
ginjal dasar (underlying renal disease).
Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, vitamin D.
b. Terapi Simtomatik
Asidosis Metabolic: harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia).
Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali.
Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau
serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
Anemia: Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan
terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati
karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
Keluhan Gastrointestinal: Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan
yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama
(chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis
adekuat dan obat-obatan simtomatik.
Kelainan kulit : Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
Kelainan neuromuskular: Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi
hemodialisis regular yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
Hipertensi : Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Kelainan sistem kardiovaskular : Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan
kardiovaskular yang diderita.
c. Terapi Medis
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG
kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan
transplantasi ginjal .
Dialisis : Dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka. Dialisis
adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori
dari suatu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Terdapat dua teknik
yang digunakan dalam dialisis, yaitu :
Hemodialisis adalah suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan atau
produk limbah karena dalam tubuh penderita gagal ginjal tidak mampu melaksanakan
proses tersebut (Brunner&Suddarth, 2002). Menurut corwin (2000), hemodialisis
adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari
tubuh melalui sebuah kateter masuk kedalam sebuah mesin yang dihubungkan
dengan sebuah membran semipermeable (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu
ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya
terjadi difusi. Setelah darah dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan
ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt). Tindakan terapi dialisis tidak
boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi
dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan
memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut
dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak
responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic
Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5
dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat. Hemodialisis di
Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak
rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen
darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas
hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14
tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal. Menurut Havens dan Terra (2005)
tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi eksresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme (ureum, kreatinin, dll).
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat
c. Meningkatan kualitas hidup klien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
Dialisis peritoneal merupakan alternatif hemodialisa pada penanganan gagal ginjal
akut dan kronis. Pengobatan ini jarang dipakai untuk jangka panjang. Akhir-akhir ini
sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar
negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua
(umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan
hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal
ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai
co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat
intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat
ginjal.
Koreksi Hiperkalemi : Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama diingat jangan menimbulkan
hiperkalemia. Bila terjadi hiperkalemia, maka obati dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
Koreksi Anemia: Usaha pertama harus dilakukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian
gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat
diberikan bila ada indikasi kuat, misalnya: insufisiensi koroner.
Koreksi Asidosis: Pemberian makanan dan obat harus dihindari. Natrium Bikarbonat
dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat
diberi intravena perlahan-lahan. Jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialysis
peritoneal juga dapat mengatasi asidosis.
Pengendalian Hipertensi : Pemberian obat Beta-Blocker, Alpa Metildopa, dan vasodilator
dilakukan. Mengurangi intake garam dan mengendalikan hipertensi harus hati-hati
karena tidak sama gagal ginjal disertai retensi natrium.
Transplantasi Ginjal: Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal baru. Pertimbangan program transplantasi ginjal :
Cangkok ginjal dapat mengambil alih seluruh 100% fungsi dan faal ginjal
Kualitas hidup normal kembali
Survival rate meningkat
Komplikasi (biasanya dapat di antisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan.
Tindakan standar adalah dengan merotasi ginjal donor dan meletakkan pada fosa iliaka
kontralateral resipien. Ureter kemudian lebih mudah beranastomosis atau berimplantasi
kedalam kemih resipien. Arteri renalis berimplantasi pada arteri iliaca interna dan vena
renalis beranastomosis dengan vena iliaca komunis atau eksterna.
Terapi Obat
hindari antacids or laxatives àmagnesium to prevent magnesium toxicity.
antipruritics, such as diphenhydramine (Benadryl)
vitamin supplements (particularly B vitamins and vitamin D)
loop diuretics, such as furosemide (if some renal function remains), along with fluid
restriction to reduce fluid retention
digoxin (Lanoxin) to mobilize edema fluids
antihypertensives to control blood pressure and associated edema
antiemetics taken before meals to relieve nausea and vomiting
famotidine (Pepcid) or nizatidine (Axid) to decrease gastric irritation.
8. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa komplikasi.
Komplikasi dari CKD antara lain adalah :
Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diit
berlebih.
Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron. Tekanan Darah Tinggi. Karena salah satu fungsi ginjal adalah mengatur tekanan
darah,maka anda bisa mengalami tekanan darah tinggi ketika terjadi gangguan kronis dari
fungsi ginjal. Selanjutnya kondisi demikian akan mempercepat peningkatan risiko penyakit
jantung.
Anemia akibat penurunan eritropoitin.
Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat
peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
Hiperparatiroid dan Hiperfosfatemia.
Anemia
Perdarahan
Neuropati perifer
Esofagitis
Pankreatitis
Infeksi
Hipertrofi ventrikel kiri
Kardiomiopati dilatasi
Oateodistrofi
Penyakit Jantung. Ketika anda mengalami GGK, maka anda sangat berisiko terkena
penyakit jantung. Dan dilaporkan lebih dari separuhkematian pada orang dengan GGK
berasal dari adanya penyakit jantung ini. Serangan Jantung dan Stroke. Penyakit jantung
dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian lebih dr 20 juta org di Amerika
Serikat yang menderita GGK. Penderita dg GGK memiliki risiko lebih tinggi utk mengalami
serangan jantung atau stroke, bahkan pada penderita yg masih pada stadium awal atau
ringan sekalipun.
Perubahan Kulit. Ketika fungsi ginjal anda terganggu, akan tjd endapan garam kalsium-
fosfat di bawah kulit hingga menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal ini secara alamiah anda
akan menggaruknya, hingga kadang2 sampai terluka dan terinfeksi. Proses ini tidak kunjung
membaik hingga keindahan kulit menjadi rusak, bahkan terkesan kotor & berubah seperti
kulit jagung (kasar & kering)
Kematian. Risiko kematian pada penderita GGK cukup tinggi. Dalam kejadian di lapangan,
kematian sering diawali dengan sesak nafas, atau kejang otot jantung, atau tidak sadarkan
diri, atau infeksi berat sebelumnya.
9. Pencegahan
a. Pencegahan Primer : Pengaturan diet protein, menghindari obat netrotoksik, menghindari
kontak radiologik yang tidak amat perlu, mencegah kehamilan pada penderita yang
berisiko tinggi, konsumsi garam sedikit. makin tinggi konsumsi garam, makin tinggi pula
kemungkinan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya
kristalisasi ikatan kalsium urat oleh sodium.
b. Pencegahan Sekunder : berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas pengobatan
penyakit-penyakit co morbid (penyakit penyerta) untuk menghambat progresifitas dan
persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari dialisis dan transplantasi ginjal.
c. Pengaturan diet kalium, natrium dan cairan
Diet rendah kalium .Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari.
Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan
hiperkalemia. Selain itu,Diet rendah natrium Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90
mEq/hari (1-2 gr Na). Dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru,
hipertensi gagal jantung kongestif. Pengaturan cairan Asupan yang bebas dapat
menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang
terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal
d. Pencegahan Tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian,
tidak hanya ditujukan kepada rehabilitasi medik tetapi juga menyangkut rehabilitasi jiwa.
Pencegahan tersier bagi penderita GG dapat berupa: mengurangi stress, menguatkan
sistem pendukung sosial atau keluarga untuk mengurangi pengaruh tekanan psikis pada
penyakit GGK, meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi karena hal
tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang, meningkatkan kepatuhan terhadap
program terapeutik, mematuhi program diet yang dianjurkan untuk mempertahankan
keadaan gizi yang optimal agar kualitas hidup dan rehabilitasi dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer A, et al. 2002. Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer C.S. dan Bare Brenda. 2003. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing
10th edition. Philadelphia: Lippincott
Suwitra K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 581-584.
Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku
1. Jakarta: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
CHRONIC RENAL DISEASEDisusun untuk memenuhi tugas Clinical Study 2
Departemen Medikal Ruang Flamboyan RST Dr. Soepraoen Malang
Oleh:
UZZY LINTANG SAVITRI 115070200111010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015