lp ckd

23
CHRONIC KIDNEY DISEASE 1. Definisi Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulasinya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit serta asam-basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai peyakit urinary tract dan ginjal. Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner and Suddart, 2002) Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. (Arif Muttaqin, 2011). Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) (Nursalam dan Fransisca B.B. 2009) 2. Klasifikasi Stadium Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Stadium 1 Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih normal >90ml/menit

Upload: aryaari

Post on 16-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: LP CKD

CHRONIC KIDNEY DISEASE

1. Definisi

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau

melakukan fungsi regulasinya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk

dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit serta asam-basa. Gagal ginjal merupakan

penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai peyakit urinary tract

dan ginjal. Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam

darah). (Brunner and Suddart, 2002)

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism serta

keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan

manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. (Arif Muttaqin,

2011).

Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang progresif yang berakibat fatal dan ditandai

dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya beredar dalam darah serta komplikasinya

jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) (Nursalam dan Fransisca B.B. 2009)

2. Klasifikasi

Stadium Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik

Stadium 1 Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten

dan LFG yang masih normal >90ml/menit

Stadium 2

(ringan)

Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG

antara 60-89 ml/menit

Stadium 3

(sedang)

Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit

Stadium 4

(berat)

Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit

Stadium 5

(terminal)

Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 ml/menit

Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium-stadium gagal ginjal

kronik didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa dan meliputi hal-hal berikut:

Page 2: LP CKD

1. Stadium 1 (Penurunan cadangan ginjal), yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal. Selama

stadium ini, kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Tahap ringan

dimana faal ginjal masih bagus. Gangguan dapat di lihat dengan : tes pemekatan urin dan GFR

teliti

2. Insufisiensi ginjal, tahap dimana 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak, yang terjadi

apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan

mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang mereka terima. Kadar BUN dan

kreatinin serum mulai meningkat dari normal(tergantung dari kadar protein diet pasien). Gejala-

gejala nokturia sering berkemih dimalam hari 700 ml dan poliuria (akibat kegagalan dari

pemekatan mulai timbul). Ada 3 derajat insufisiensi ginjal :

1. Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal

2. Sedang : 15% - 40 % fungsi ginjal normal

3. Berat :<20% fungsi ginjal normal

3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin banyak nefron yang mati

4. Gagal ginjal terminal, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit

nefron fungsional yang tersisa (sekitar 90% dari massa nefron telah hancur dan rusak). Pada

seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Kreatinin dan BUN meningkat sangat

mencolok sehingga penurunan fungsi ginjal. Gejala parah karena ketidakmampuan ginjal menjaga

homeostasis cairan dan elektrolit tubuh Oliguria bisa terjadi (output urin kurang dari 500 ml/ hari

karena kegagalan glomerulus). Uremia pun bisa terjadi.

3. Etiologi

Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa disebabkan dari

ginjal sendiri dan dari luar ginjal (Arif Muttaqin, 2011) :

A. Penyakit dari Ginjal

Glomerulonefritis

Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis

Batu ginjal: nefrolitiasis

Kista di Ginjal: polcystis kidney

Trauma langsung pada ginjal

Keganasan pada ginjal

Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/struktur.

Penyakit vaskuler: iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal, hipertensi

maligna atau hipertensi aksekrasi.

Page 3: LP CKD

Obstruksi: batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra, dan

tumor

Penyakit tubulus primer: hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam

berat seperti tembaga, dan kadmium.

B. Penyakit dari Luar Ginjal

DM, hipertensi, kolesterol tinggi

TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis

Preeklamsi

Dyslipidemia

Luka bakar

SLE

Obat-obatan

4. Faktor Resiko

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

Diabetes : Diabetes tipe 2 merupakan penyebab nomor satu. Dengan mengendalikan kadar

gula darah risiko terjadinya kerusakan ginjal dapat dicegah.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) : Hipertensi yang berkelanjutan dapat merusak atau

mengganggu pembuluh darah halus dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu

kemampuan ginjal untuk menyaring darah. Dengan menjaga berat badan tetap ideal,

berolahraga teratur, dan menggunakan obat yang sudah diresepkan dokter dapat

membantu mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit ginjal menjadi gagal

ginjal.

Mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri yang mengandung ibuprofen berlebihan maupun

dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan timbulnya nefritis intersitialis, yaitu

peradangan ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal

Radang : Penyakit tertentu, seperti glomerulonefritis (radang pada glomerulus/unit

penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal tidak bisa lagi menyaring zat-zat sisa

metabolisme tubuh.

Pekerjaan : Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia akan

dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang berbahaya jika terpapar

dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit ginjal. Misalnya pada pekerja di

pabrik atau industri.

Page 4: LP CKD

Perilaku minum : Air merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh. Lebih kurang

68% berat tubuh terdiri dari air. Minum air putih dalam jumlah cukup setiap hari adalah

cara perawatan tubuh terbaik. Air ini sebagai simpanan cairan dalam tubuh. Sebab bila

tubuh tidak menerima air dalam jumlah yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi. Di

mulai dengan simpanan air tubuh yang menurunan dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan. Organ-organ tubuh yang vital juga sangat peka terhadap kekurangan air, salah

satunya adalah ginjal. Ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik bila tidak cukup air. Pada

proses penyaringan zat-zat racun, ginjal melakukannya lebih dari 15 kali setiap jam, hal ini

membutuhkan jumlah air yang banyak sebelum diedarkan ke dalam darah. Bila tidak cukup

cairan atau kurang minum, ginjal tidak dapat bekerja dengan sempurna maka bahan-bahan

yang beredar dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan dengan baik sehingga dapat

menimbulkan keracunan darah dan menyebabkan penyakit ginjal.

Lingkungan : Cuaca panas dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal. Jika seseorang

bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan

ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau peredaran darah ke ginjal dengan

akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal dan pada ginjal yang rusak

hal ini akan membahayakan

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

Riwayat Keluarga Penyakit Ginjal : Jika ada anggota keluarga menderita GGK, atau yang

sedang menjalani dialisis, atau transplantasi ginjal, Anda memiliki risiko mengalami

penyakit ini. Salah satu jenis penyakit yang bersifat diturunkan adalah penyakit ginjal

polikistik, yaitu penyakit ketika jaringan normal ginjal secara perlahan digantikan oleh kista-

kista berisi cairan.

Kelahiran Premature : Bayi prematur (lahir kurang dari 32 minggu kehamilan) berisiko

memiliki penumpukan endapan kalsium di bagian nefron ginjal, yang dikenal dengan

nefrokalsinosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya kemampuan menghambat

proses penggumpalan kristal akibat beban kalsium yang disaring meningkat dan ekskresi

sitrat berkurang. Bila tidak diatasi, bayi yang memiliki kondisi seperti ini memiliki risiko

untuk menderita gangguan fungsi ginjal di kemudian hari.

Usia : Seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal pun dapat menurun. Usia penderita

gagal ginjal berkisar antara 40-50 tahun, tetapi hampir semua usia dapat terkena penyakit

ini. Menurut penelitian D.W. Bates penyakit gagal ginjal paling banyak pada penderita yang

berumur 45 tahun.

Page 5: LP CKD

Jenis kelamin : Kejadian pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut penelitian Orfeas

Liangas dkk (2001), dari 558.032 penderita gagal ginjal 51,8% adalah laki-laki, sedangkan

perempuan sebesar 48,2%.

Ras/etnik : (African-American, Hispanic, American Indian,Asian)

Trauma atau Kecelakaan : Kecelakaan, cedera, beberapa jenis operasi, juga dapat

mengganggu atau merusak ginjal.

Jenis Penyakit Tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya GGK. Penyakit ini antara lain

penyakit lupus, anemia sel sabit (sickle cell anemia), kanker, AIDS, hepatitis C dan gagal

jantung berat.

5. Manifestasi Klinis

Gejala dini : lethargi,sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan

berkurang,mudah tersinggung, depresi

Gejala yg lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah,nafas dangkal

Gejala berdasarkan organ yang terkena, antara lain:

Kardiovaskuler: Hipertensi,nyeri dada, gagal jantung kongesti, edema

pulmoner,perikarditis, Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction rub

pericardial, pembesaran vena leher (peningkatan JVP)

Dermatologi : Warna kulit abu-abu mengkilat, pucat,kulit kering bersisik, pruritus,

ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, dan pernafasan kussmaul

Gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau ammonia,

Ulserasi,perdarahan mulut, konstipasi, diare, perdarahan saluran cerna.

Neurologi : Tidak mampu konsentrasi, kelemahan, keletihan, perubahan tingkat kesadaran,

disorientasi, kejang, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku

Muskuloskeletal : Keram otot, kekuatan otot hilang, pegal kaki sehingga selalu digerakkan

(kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan

hipertrofi otot-otot ekstremitas)

Endokrin: gangguan seksualitas, libido fertilisasi dan ereksi menurun, gangguan menstruasi

dan aminore, gangguan metabolik glukosa, lemak dan vitamin D

Persendian : Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang

Kelainan mata : Azotemia ameurosis, retinopati, nistagmus, miosis dan pupil asimetris, red

eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi, Keratopati mungkin juga dijumpai pada

Page 6: LP CKD

beberapa pasien gagal ginjal kronis akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau

tersier.

Sistem hematologi : Kelainan hemopoeisis, Anemia normokrom normositer dan

normositer (MCV 78-94 CU), Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi

buangan dalam tubuh. Perdarahan karena mekanisme pembekuan darah yang tidak

berfungsi. Selain itu hemopoesis dapat terjadi karena berkurangnya produksi eritropoitin,

hemolisis, defisiensi besi

Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa: Biasanya retensi garam dan air

tetapi dapat juga kehilangan natrium, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesia, hipokalsemia

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan hipoalbuminemia

Hiponatremia: umumnya karena kelebihan cairan

Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis

Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan metabolisme

dan diet rendah protein

Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal,

(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)

Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang menurun, HCO3 yang

menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-basa organik pada gagal

ginjal.

Ht: menurun karena pasien mengalamii anemia Hb < 7-8 gr/dl

BUN/Kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir. Rasio BUN dan

kreatinin = 12:1 – 20:1

GDA: asidosis metabolic, PH <7,2

Protein albumin: menurun

Natrium serum : rendah, Nilai normal 40-220 mEq/l/hari tergantung berapa banyak cairan

dan garam yang dikonsumsi.

Kalium, magnesium : meningkat

Kalsium : menurun

Pemeriksaan Urin

Page 7: LP CKD

Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada urin (anuria)

Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,

fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin.

Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum

sering 1:1

Klirens kreatinin : mungkin menurun.

Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.

Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan glumerulus

bila SDM dan fragmen juga ada.

Osmolalitas: < 350 mOsm/kg, rasio urin/serum = 1:1

Pemeriksaan Radiologi: ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari

komplikasi yang terjadi

USG: untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim

ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.

IVP (Intra Vena Pielografi): untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini

mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya: usia lanjut, DM

dan nefropati Asam urat.

Foto Polos Abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau

obstruksi lain. Foto polos yang disertai dengan tomogram memberikan hasil keterangan

yang lebih baik.Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita

diharapkan tidak puasa.

Endoskopi : untuk menentukkan pelvis ginjal, batu, hematuria, dan pengangkatan tumor

selektif

Renogram: untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,

parenkim, eksresi), serta sisa fungsi ginjal.

EKG : untuk mengetahui kemungkinan hipertropi ventrikel kiri dan kanan, tanda-tanda

perikarditis, disritmia, gangguan elektrolit.

Renal anterogram : mengkaji terhadap sirkulasi ginjal dan ekstravaskularisasi serta adanya

masa.

Rotgen thorak : mengetahui tanda-tanda kardiomegali dan odema paru.

7. Penatalaksanaan Medis

Page 8: LP CKD

a. Terapi konservatif :

Tujuannya mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-

keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan

memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).

Peranan Diet: 1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan

memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.2)Mencegah

dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).3)Mengatur keseimbangan

cairan dan elektrolit.4)Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan

memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006). Terapi diet rendah

protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi

untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.Lemak

cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak jenuh ganda.

Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari protein dan

lemak.Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria,

banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g. Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada

hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.

Kebutuhan Jumlah Kalori: untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama, yaitu

mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan

memelihara status gizi. Energi cukup yaitu 35 kkal/kg BB.

Kebutuhan Cairan: Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya

jumlah diuresis mencapai 2 L per hari. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari

ditambah dengan pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).

Kebutuhan Elektrolit dan Mineral: bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit

ginjal dasar (underlying renal disease).

Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, vitamin D.

b. Terapi Simtomatik

Asidosis Metabolic: harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia).

Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali.

Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau

serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.

Anemia: Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan

terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati

karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

Page 9: LP CKD

Keluhan Gastrointestinal: Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan

yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama

(chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa

mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis

adekuat dan obat-obatan simtomatik.

Kelainan kulit : Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.

Kelainan neuromuskular: Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi

hemodialisis regular yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal

paratiroidektomi.

Hipertensi : Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

Kelainan sistem kardiovaskular : Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan

kardiovaskular yang diderita.

c. Terapi Medis

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG

kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan

transplantasi ginjal .

Dialisis : Dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius seperti

hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia,

menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,

menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka. Dialisis

adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori

dari suatu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Terdapat dua teknik

yang digunakan dalam dialisis, yaitu :

Hemodialisis adalah suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan atau

produk limbah karena dalam tubuh penderita gagal ginjal tidak mampu melaksanakan

proses tersebut (Brunner&Suddarth, 2002). Menurut corwin (2000), hemodialisis

adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari

tubuh melalui sebuah kateter masuk kedalam sebuah mesin yang dihubungkan

dengan sebuah membran semipermeable (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu

ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya

terjadi difusi. Setelah darah dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan

ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt). Tindakan terapi dialisis tidak

boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi

Page 10: LP CKD

dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan

memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut

dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,

ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak

responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic

Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5

dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat. Hemodialisis di

Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak

rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen

darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas

hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14

tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal. Menurut Havens dan Terra (2005)

tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :

a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi eksresi, yaitu membuang sisa-sisa

metabolisme (ureum, kreatinin, dll).

b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya

dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat

c. Meningkatan kualitas hidup klien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

Dialisis peritoneal merupakan alternatif hemodialisa pada penanganan gagal ginjal

akut dan kronis. Pengobatan ini jarang dipakai untuk jangka panjang. Akhir-akhir ini

sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar

negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua

(umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem

kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan

hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal

ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai

co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat

intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat

ginjal.

Koreksi Hiperkalemi : Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi

dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama diingat jangan menimbulkan

Page 11: LP CKD

hiperkalemia. Bila terjadi hiperkalemia, maka obati dengan mengurangi intake kalium,

pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

Koreksi Anemia: Usaha pertama harus dilakukan untuk mengatasi factor defisiensi,

kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian

gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat

diberikan bila ada indikasi kuat, misalnya: insufisiensi koroner.

Koreksi Asidosis: Pemberian makanan dan obat harus dihindari. Natrium Bikarbonat

dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat

diberi intravena perlahan-lahan. Jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialysis

peritoneal juga dapat mengatasi asidosis.

Pengendalian Hipertensi : Pemberian obat Beta-Blocker, Alpa Metildopa, dan vasodilator

dilakukan. Mengurangi intake garam dan mengendalikan hipertensi harus hati-hati

karena tidak sama gagal ginjal disertai retensi natrium.

Transplantasi Ginjal: Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka

seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal baru. Pertimbangan program transplantasi ginjal :

Cangkok ginjal dapat mengambil alih seluruh 100% fungsi dan faal ginjal

Kualitas hidup normal kembali

Survival rate meningkat

Komplikasi (biasanya dapat di antisipasi) terutama berhubungan dengan obat

imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan.

Tindakan standar adalah dengan merotasi ginjal donor dan meletakkan pada fosa iliaka

kontralateral resipien. Ureter kemudian lebih mudah beranastomosis atau berimplantasi

kedalam kemih resipien. Arteri renalis berimplantasi pada arteri iliaca interna dan vena

renalis beranastomosis dengan vena iliaca komunis atau eksterna.

Terapi Obat

hindari antacids or laxatives àmagnesium to prevent magnesium toxicity.

antipruritics, such as diphenhydramine (Benadryl)

vitamin supplements (particularly B vitamins and vitamin D)

loop diuretics, such as furosemide (if some renal function remains), along with fluid

restriction to reduce fluid retention

digoxin (Lanoxin) to mobilize edema fluids

antihypertensives to control blood pressure and associated edema

antiemetics taken before meals to relieve nausea and vomiting

famotidine (Pepcid) or nizatidine (Axid) to decrease gastric irritation.

Page 12: LP CKD

8. Komplikasi

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa komplikasi.

Komplikasi dari CKD antara lain adalah :

Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diit

berlebih.

Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik

dan dialisis yang tidak adekuat.

Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin

aldosteron. Tekanan Darah Tinggi. Karena salah satu fungsi ginjal adalah mengatur tekanan

darah,maka anda bisa mengalami tekanan darah tinggi ketika terjadi gangguan kronis dari

fungsi ginjal. Selanjutnya kondisi demikian akan mempercepat peningkatan risiko penyakit

jantung.

Anemia akibat penurunan eritropoitin.

Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang

rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat

peningkatan nitrogen dan ion anorganik.

Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.

Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.

Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

Hiperparatiroid dan Hiperfosfatemia.

Anemia

Perdarahan

Neuropati perifer

Esofagitis

Pankreatitis

Infeksi

Hipertrofi ventrikel kiri

Kardiomiopati dilatasi

Oateodistrofi

Penyakit Jantung. Ketika anda mengalami GGK, maka anda sangat berisiko terkena

penyakit jantung. Dan dilaporkan lebih dari separuhkematian pada orang dengan GGK

berasal dari adanya penyakit jantung ini. Serangan Jantung dan Stroke. Penyakit jantung

dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian lebih dr 20 juta org di Amerika

Page 13: LP CKD

Serikat yang menderita GGK. Penderita dg GGK memiliki risiko lebih tinggi utk mengalami

serangan jantung atau stroke, bahkan pada penderita yg masih pada stadium awal atau

ringan sekalipun.

Perubahan Kulit. Ketika fungsi ginjal anda terganggu, akan tjd endapan garam kalsium-

fosfat di bawah kulit hingga menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal ini secara alamiah anda

akan menggaruknya, hingga kadang2 sampai terluka dan terinfeksi. Proses ini tidak kunjung

membaik hingga keindahan kulit menjadi rusak, bahkan terkesan kotor & berubah seperti

kulit jagung (kasar & kering)

Kematian. Risiko kematian pada penderita GGK cukup tinggi. Dalam kejadian di lapangan,

kematian sering diawali dengan sesak nafas, atau kejang otot jantung, atau tidak sadarkan

diri, atau infeksi berat sebelumnya.

9. Pencegahan

a. Pencegahan Primer : Pengaturan diet protein, menghindari obat netrotoksik, menghindari

kontak radiologik yang tidak amat perlu, mencegah kehamilan pada penderita yang

berisiko tinggi, konsumsi garam sedikit. makin tinggi konsumsi garam, makin tinggi pula

kemungkinan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya

kristalisasi ikatan kalsium urat oleh sodium.

b. Pencegahan Sekunder : berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas pengobatan

penyakit-penyakit co morbid (penyakit penyerta) untuk menghambat progresifitas dan

persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari dialisis dan transplantasi ginjal.

c. Pengaturan diet kalium, natrium dan cairan

Diet rendah kalium .Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari.

Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan

hiperkalemia. Selain itu,Diet rendah natrium Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90

mEq/hari (1-2 gr Na). Dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru,

hipertensi gagal jantung kongestif. Pengaturan cairan Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang

terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal

d. Pencegahan Tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian,

tidak hanya ditujukan kepada rehabilitasi medik tetapi juga menyangkut rehabilitasi jiwa.

Pencegahan tersier bagi penderita GG dapat berupa: mengurangi stress, menguatkan

sistem pendukung sosial atau keluarga untuk mengurangi pengaruh tekanan psikis pada

penyakit GGK, meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi karena hal

Page 14: LP CKD

tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang, meningkatkan kepatuhan terhadap

program terapeutik, mematuhi program diet yang dianjurkan untuk mempertahankan

keadaan gizi yang optimal agar kualitas hidup dan rehabilitasi dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: LP CKD

Mansjoer A, et al. 2002. Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3. Jakarta:

Media Aesculapius FKUI.

Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:

Salemba Medika.

Smeltzer C.S. dan Bare Brenda. 2003. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing

10th edition. Philadelphia: Lippincott

Suwitra K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 581-584.

Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku

1. Jakarta: Salemba Medika.

Page 16: LP CKD

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CHRONIC RENAL DISEASEDisusun untuk memenuhi tugas Clinical Study 2

Departemen Medikal Ruang Flamboyan RST Dr. Soepraoen Malang

Oleh:

UZZY LINTANG SAVITRI 115070200111010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015