lintang0 juni 2015

29

Upload: alifahfitriya

Post on 10-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Majalah Geografi UI

TRANSCRIPT

Page 1: Lintang0 Juni 2015
Page 2: Lintang0 Juni 2015

EDITORIAL Tahun ini begitu penting bagi redaksi Lintang 0°. Kepengurusan HMD Geografi yang baru menempatkan Lintang 0° sebagai badan yang mandiri. Kemajuan dari kepen-gurusan HMDG yang lalu, yang mana Lintang 0° hanya sebagai tim kecil dibawah biro Morena. Tentu banyak harapan akan eksistensi Lintang 0°, meski untuk mebangun ek-sistensi tersebut tidaklah mudah dirasakan para anggota tim. Akhirnya, setelah edisi Februari kemarin, kami kembali hadir di edisi Juni ini. April lalu, mahasiswa Geografi semester 4 dan 6 melaksanakan Kuliah Kerja Lapang. Maka dari itu kami dari tim redaksi pun mengambil Kuliah Lapang sebagai jud-ul besar edisi Juni ini. Kuliah Lapang sangat penting bagi mahasiswa geografi, karena laboraturium geografi adalah lapangan. Tanpa pengalaman terjun langsung ke lapangan, geograf tidak akan peka dalam mengamati proses dan menganalisis perbedaan maupun persamaan yang terjadi di muka bumi. Selain itu, salah satu mahasiswa Geografi dinobatkan menjadi Mahasiswa Ber-prestasi 1 FMIPA UI dan bersaing dengan Mapres-mapres dari fakultas lain di Universitas Indonesia. Tentu ini merupakan anugerah, tidak hanya bagi Sang Mapres, tapi juga bagi kita Mahasiswa Geografi. Sekiranya kita dapat berbangga dan lebih semangat lagi untuk mengukir prestasi, bukan hanya untuk kita sendiri, tapi juga untuk Geografi.Akhir kata, edisi Juni ini hadir dengan penuh perjuangan dan dukungan dari berbagai pihak. Kami harap para pembaca dapat menikmati edisi ini, memberikan terus dukungan dan saran yang membangun, dan nantikan kami di edisi selanjutnya!

Salam,

Editor

Page 3: Lintang0 Juni 2015

Laporan UtamaKuliah Lapang 1&3

Pinggiran Surga Yang TersembunyiGeopark Ciletuh

Mapres FMIPA UI 2015Andika Rizky Pratama

Mengenal Trend Batu Mulia dan Batu Akik di Indonesia

Rediscovering Geography

MencicipiSecuil Surga Di Jawa Timur

Ruang Pribadi Masyarakat Baduy

Cerita perjuangan Caang GMC

Lensa Geo“Apa sih Lensa Geo itu?”

Semarak GeoCup 2015

Bedah Buku “Geomorfologi Terapan”

Cerpen:Kasih Tak Sampai

Resensi Buku

Resensi Film

Puisi:Jadi Ini RasanyaJadi Pengagum Rahasia

DuDuDari Untuk Dengan Ucapan

Page 4: Lintang0 Juni 2015

?KULIAH LAPANG, MENGA-PA PENTING? Geografi sebagai ilmu yang mempelajari semua ge-jala fisik dan sosial yang ada di muka bumi dalam perspek-tif ruang dan waktu, menun-tut kemampuan para geograf untuk ahli dalam mengamati fenomena-fenomena yang membentuk gejala fisik dan sosial yang terjadi secara langsung di lapangan. Bagi geograf, ahli secara teori saja tidaklah cukup, dan lapangan adalah laboratorium alam yang akan mengasah panca inde-ra para geograf untuk secara peka mengamati proses yang terjadi di permukaan bumi dan menganalisis perbedaan dan persamaan gejala yang ada di setiap ruang muka bumi.Kuliah Kerja Lapang mem-fasilitasi mahasiswa untuk langsung mengaplikasikan teori-teori dalam kelas di lapa-ngan. Aplikasi yang dilakukan lebih kepada ‘mengamati’ secara langsung fenomena geografi yang selama ini dis-ampaikan di kelas. Dengan langsung ke lapangan, kami mahasiswa diharapkan dapat membuktikan teori dengan membandingkannya langsung dengan fakta di lapangan.Bagi seorang geograf pem-buktian teori dan fakta di lapa-ng sangatlah penting untuk membantah keraguan, karena dengan membandingkan te-ori dan fakta di lapang akan menguji kesesuaian diantara keduanya. Keraguan di setiap ilmu pengetahuan berakibat kepada lemahnya pengakuan terhadap ilmu tersebut. Da-lam Kuliah Kerja Lapang inilah

mahasiswa mampu menga-sah kemampuannya dalam mengidentifikasi objek satu dengan yang lain dan men-ganalisis hubungan yang ber-langsung di antaranya dalam aspek keruangan maupun temporal.Geografi UI memfasilitasi para mahasiswanya untuk terjun langsung ke lapangan den-gan mata kuliah: Kuliah Kerja Lapang yang dibagi menjadi tiga bagian. Pada kesempatan kali ini, tim redaksi Lintang 0 mewawancarai Drs. Supriatna M.T., salah satu dosen KKL 1 tahun ini mengenai serba-ser-bi Kuliah Lapang.

Mengapa KL 1 selalu di Su-kabumi? “KL 1 dari tahun ke ta-hun bahkan dari saat dosen-dosen disini masih menjadi mahasiswa pun sudah berlo-kasi di Sukabumi, karena di Sukabumi banyak objek-objek geologi yang pas seperti Cin-gangsa, Cisaat, belum tentu ada di lokasi lain dan susah untuk mencari lokasi lain yang memiliki objek geologi serupa. Namun, lokasinya selalu be-rubah setiap tahun. Tahun ini di Ujunggenteng, tahun lalu di Pelabuhan Ratu,”

Mendengar konsep KL ta-hun ini yang berbeda, ‘ka-tanya’ tahun ini KL dibagi menjadi 4 wilayah dan ada sistem Home Group - Fo-cus Group?“Konsep sebenarnya tetap sama tetapi karena jumlah ma-hasiswa yang terlalu banyak, maka KL tahun ini dibagi men-jadi 4 wilayah guna menghind-

ai hal yang terjadi pada tahun sebelumnya, jumlah maha-siswa banyak, namun hanya 1 wilayah saja, akhirnya ma-hasiswa menjadi tidak terken-dali oleh dosen, banyak yang laporan KL nya acak-acakan. Untuk Home Group-Focus Group sebenarnya karena ta-hun ini laporan akan ditulis se-cara kelompok pertema maka untuk survei saya ingin mer-eka pun tahu proses survey dari tema lain,”

Kuliah Lapang sebelumn-ya berjumlah 8 kali bahkan bisa lebih, Kenapa ya?“Itu karena pada waktu itu KL dijalankan per mata kuliah, jadi Geologi ada KL, kemudi-an Hidrologi, Geografi Perko-taan, dan lain sebagainya masing-masing ada KL nya, bergantung pada dosennya. Namun sekitar tahun 2003 kurikulum dirubah yang men-jadikan KL hanya 3 kali saja. Yaitu KL 1 untuk pengenalan, kemudian KL 2 fokus pada metodologi dan KL 3 yang mengacu pada persiapan pro-posal. (NYI/AAA)

KULIAH LAPANg

1 2Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 5: Lintang0 Juni 2015

Ada yang istimewa dari pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang 1 tahun ini, dengan peserta 119 orang, terdapat 4 wilayah penelitian. Wilayah penelitian ini dibagi berdasar-kan kelas. Sesuai jumlah ma-hasiswa, pada awalnya 1 ke-las bermuatan 30 mahasiswa namun setelah pengisian SIAK NG, kelas A, C dan D mas-ing-masing berkuota 35 ma-hasiswa dan 14 mahasiswa berada di Kelas B. Dimana tujuan kelas KL A adalah desa Tamanjaya, tujuan kelas KL B adalah desa Waluran, tu-juan kelas KL C adalah desa Cibitung dan tujuan kelas KL D adalah desa Ujunggenteng. Terdapat 7 tema pe-nelitian: Geologi, Geomorfolo-gi, Hidrologi, Tanah, Landuse, Sosial-Ekonomi, dan Point of Interest. Masing-masing kelas membagi mahasiswanya men-jadi 7 kelompok, kecuali untuk Kelas B dimana 1 kelompok menanggung 2 tema. Namun, selama perjalanan survei di TKP nanti, kelompok-kelom-pok berdasarkan tema ini akan dipecah kembali menjadi 7 kelompok yang anggotan-

ya merupakan gabungan dari 7 tema tersebut. Mudahnya, konsep ini mengadopsi sistem perkuliahan MPKT yang menggunakan FG (Focus Group) dan HG (Home Group). Kelompok FG membahas 1 tema penelitian, kelompok HG merupakan kelompok perjala-nan dengan anggota mas-ing-masing 1 orang dari FG-FG yang ada. Harapan dari dibentuknya sistem ini adalah, mahasiswa dapat mengetahui pula bagaimana cara survey dari tema-tema lainnya. Ditemani dengan tim dosen KL 1: Pak Supriyatna, Pak Mangapul Tambunan, Mbak Nurul, Bu Aas, diban-tu Mas Kuswantoro dan para asisten dosen: Kak Riza, Mas Arif, Mas Faris, Kak Elgo dan Kak Tiara, KL 1 berjalan den-gan lancar. Peserta KL 1 ber-jumlah 119 orang ini merupa-kan 118 orang angkatan 2013 dan 1 orang angkatan 2012 yang dilaksanakan pada tang-gal 26 - 30 April 2015.

Pra-keberangkatan Kami angkatan 2013 Departemen Geografi UI, me-

nentukan PO kegiatan KL ini sejak bulan Februari 2015, sebelum kegiatan perkulia-han semester 4 dimulai. PO yang terpilih adalah Annisa Kumala, dibantu oleh Aldi se-bagai Sekertaris Umum, Kiki sebagai Kestari I, Diah Suci sebagai Kestari II, Afifah dan Keshia sebagai Bendaha-ra Umum, Anggita sebagai Koordinator Acara, Randi se-bagai Koordinator Advance, Fitrah sebagai Koordinator Transportasi, Devina sebagai Koordinator Konsumsi, Zulfa sebagai Koordinator Data dan Peta, Dani sebagai Koordina-tor Medis, dan Ganif sebagai Koordinator Peralatan. Niskum (PO KL 1) bercerita bahwa dalam kegia-tan mempersiapkan kegiatan KL 1 ini menemui beberapa kendala, seperti sulitnya me-nemukan agen transportasi yang cocok untuk perjalanan ke desa masing-masing ke-las. Dengan kendala medan di perjalanan yang cukup berat sepert sempitnya akses jalan menuju desa-desa tujuan, kondisi jalanan yang rusak, dan muatan penumpang ter-

Eksotisme Ujung Pulau Jawa: KL Pertama dengan Peserta 119 orang

Departemen menyiasatinya dengan membagi peserta ke 4 wilayah: Tamanjaya, Waluran, Cibitung dan UjunggentengSukabumi kembali menjadi tempat tujuan Kuliah Kerja Lapang 1 2015, dimana pesertanya merupakan mahasiswa semester 4 angkatan 2013.

3 4Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 6: Lintang0 Juni 2015

hadap terjalnya kondisi track jalanan. Fitrah a.k.a Papoy se-bagai koordinator transportasi menjelaskan tentang sulitnya moda transportasi yang akan dipakai untuk menuju ke desa tujuan kelas masing-masing. Bis yang dibutuhkan adalah bis dengan ukuran sedang, ti-dak besar pun tidak kecil agar muat disaat bersimpangan dengan kendaraan lain di jala-nan yang sempit. Sebagai bendahara umum, Afifah atau yang bi-asa dipanggil Ipeh bertutur bahwa kendala di keuangan adalah anggaran yang dib-utuhkan membengkak, dan uang yang terkumpul saat mendekati acara KL masih belum mencukupi. Kendala lainnya datang dari kurangnya alat praktek seperti contohnya GPS yang hanya disediakan hanya 20 buah dari departe-men sedangkan yang dibu-tuhkan perkelompok minimal 1. Maka kami memutuskan untuk mengandalkan aplikasi GPS non-berbayar di ponsel pintar kami.

Pasir Bongkok, Gunung Karang Matahari pagi tanggal 26 April 2015, menyambut hangat hari pertama peser-ta KL 1 untuk pergi bersiap melaksanakan kegiatan Kuli-ah Kerja Lapang 1. Empat bus sudah menunggu berjajar di depan toko buku Grame-dia untuk mengangkut kami semua, bus sudah stand by dari pukul 6 pagi dan kami berangkat sekitar pukul setengah 7. Isi empat bus ini dibagi berdasarkan kelas,

namun khusus untuk bus 2 yang isinya hanya 14 orang, maka masing-masing kelas menyumbangkan 1 kelom-pok ke bus 2, karena jika di-paksakan satu bus satu kelas maka tidak akan muat (kapa-sitas bus: 33 orang). Adapun pembagiannya adalah: bus 1 untuk kelas KL A, bus 2 kelas KL B, bus 3 kelas KL C dan bus 4 kelas KL D, kelompok yang disumbangkan ke bus 2 adalah kelompok Point of In-terest. Pukul 11 pagi rom-bongan bus berhenti di depan Masjid Al Ikhlas jl. Primer KM 5 Gunung Karang-Cibadak, Sukabumi. Disana kami men-gamati objek observasi Pasir Bongkok, yang merupakan bukit kapur yang dijadikan tempat penambangan kapur. Pak Supri bercerita, batuan di Pasir Bongkok termasuk keda-lam formasi Walad dan batuan kapur disini merupakan satu jajaran dengan kompleks ba-tuan kapur Rajamandala. Dari tepi jalan kita dapat melihat sungai yaitu Ci catih yang mengalir dibawahnya, Sungai ini mengalir ke Barat mengikuti alur erosinya (Sungai transen-den). Di sebalah selatan telihat daerah bergelombang yang diidentifikasi sebagai daerah lipatan. Lebih jauh kearah se-latan kita akan melihat sebuah plato yaitu dataran tinggi yang sangat luas dan terihat rata yang disebut plato Jampang. Cibadak merupakan daerah puncak lipatan, sehingga di daerah Cijarian pebedaan el-evasi Cibadak dengan aliran sungainya dapat dimanfaat-kan untuk PLTA.

Berpisah di Surade Pada pukul setengah 5 sore di Surade, rombon-gan bus berpisah arah un-tuk menuju ke desa wilayah kajian masing-masing. Para penumpang (kelompok Point of Interest) di bus 2 mau tak mau pindah ke bus desa tu-juannya. Alhasil, bus 1, 3 dan 4 penuh sesak, ada yang tidak mendapatkan tempat duduk dan terpaksa berdiri di koridor bus atau duduk di lantai bus. Perjalanan dari Surade menu-ju masing-masing desa tujuan cukup jauh dan memakan waktu kurang lebih sekitar 2 jam perjalanan. Bus 1 sampai desa Tamanjaya pada pukul 6 sore, bus 2 sampai di desa Waluran pukul 5 sore, bus 3 sampai di desa Cibitung pada pukul setengah 6, sedangkan bis 4 sampai di desa Ujunggenteng paling terkakhir, pada pukul setengah 7 malam. Para pe-serta menginap di rumah-ru-mah masyarakat daerah se-tempat kecuali peserta di Ujunggenteng yang menginap di penginapan pondok Hexa.

Kegiatan Hari pertama dan kedua kami isi dengan kegia-tan terjun langsung ke lapan-gan untuk survey sesuai den-gan geomer masing-masing. Hari ketiganya, sebagian desa ada yang memutuskan un-tuk berjalan-jalan mengamati bentang alam yang lain, con-tohnya Curug Cikaso, Curug Cigangsa, dan Geopark. Pada hari keempat, kelas dari desa Tamanjaya, Walu-

ran, dan Cibitung mendatan-gi desa Ujunggenteng untuk berkumpul. Setelah berkum-pul di pondok Hexa, kami se-angkatan beserta tim dosen dan asisten dosen menuju ke pantai Pangumbahan tempat penangkaran penyu. Jarak-nya lumayan jauh, sehingga ada sebagian teman maha-siswa yang tidak sanggup dan memutar balik. Tetapi setelah sampai di tempat pantai pen-angkaran penyu tersebut, rasa capek dan lelah selama mele-wati sepanjang pesisir pantai terbayar sudah, karena lem-butnya pasir pantai, indahnya melihat sunset dan lucunya tukik-tukik yang kita lepas ke pantai. Tour guide pelepasan penyu berkata, bahwa tukik yang kita akan lepaskan ada-lah tukik yang baru menetas 1 hari yang lalu, dan langsung di lepas ke laut. Selama 25 tahun yang akan datang tukik tersebut akan kembali, jika masih hidup atau tidak ter-makan oleh ikan lain. Pulan-gnya kami diantar oleh truk terbuka, sampai dipenginapan pada pukul 7 malam. Malam-nya, kami seangkatan harus melakukan presentasi sesuai dengan geomer masing-mas-ing wilayah pengamatan. Pre-sentasi dimulai pada pukul 8 malam, hingga jam setengah 1 malam. Seluruh mahasiswa, asisten dosen, dan para dosen pembimbing memperhatikan isi presentasi, dan mengaju-kan pertanyaan, dan saran.

Kondisi Umum Wilayah Ka-jian Setiap desa memiliki kondisi geografis yang ber-

beda-beda, seperti di desa Tamanjaya memiliki jalan yang landai dan bergelombang. Serta di desa Tamanjaya ter-dpat kebun dan areal per-sawahan. Di desa Tamanjaya didominasi oleh perkebunan. Disana terdapat objek yang cukup menarik, yaitu ka-wasan Panenjoan, kawasan itu merupakan kawasan plato jampang yang bentuk ben-tang alamnya amfiteater tapal kuda. Dari kawasan Panen-joan tersebut bisa terlihat adanya teluk Ciletuh, desa Tamanjaya, dan desa Ciwaru. Kawasan Panenjoan tersebut termasuk kawasan Geopark Ciletuh. Kemudian ada desa Waluran banyak ditumbuhi pohon Karet dan persawa-han, desa Cibitung mem-punyai bentuk medan mulai dari datar hingga perbukitan, secara geologi paling ban-yak kandungan sedimen ka-pur akibat dari pengangkatan bagian laut. Landuse yang mendominasi adalah hutan belukar, dengan objek wisata yang paling popular adalah Curug Cikaso. Curug Cikaso terbentuk karen addanya pa-tahan lokal Ci Curug. Selain itu, Cibitung juga mempunyai Ci Seureuh dan Ci kaso yang dimanfaatkan warga sebagai sarana transportasi. Di Walu-ran banyak sekali perkebunan karet dan persawahan dengan bentang alam yang berbukit. Sedangkan desa Ujunggen-teng bentuk bentang alamnya adalah dataran pantai, dan di-dominasi oleh lahan terbuka. Daya tarik desa Ujunggenteng terdapat pada pariwisata pan-tainya yang masih indah dan

pasir putihnya. Karang yang besar dan ombak yang pecah jauh dari pesisir menam-bah daya tarik pantai Ujung-genteng. Lebih indah men-yaksikan matahari tenggelam dari pantai Pangumbahan, yang merupakan tempat kon-servasi pelepasan tukik.

Perjalanan Pulang Keesokan pagin-ya, kami bersiap-siap untuk pulang ke Depok. Rencana di rundown, kami dijadwal-kan pulang jam 8 pagi, namun karena ada kendala yang ti-dak dipungkiri maka kami ha-rus menunggu bis yang akan mengantar kami semua hing-ga jam 11 siang. Kendalan-ya adalah bis-bis yang kami tumpangi terjebak longsor, dan terpaksa harus memper-lambat laju kendaraan, dan hanya bisa dilalui oleh satu jalur secara bergantian. Kare-na bis baru sampai pukul 11 siang, maka kami memberi waktu sang supir untuk beristi-rahat sejenak untuk melepas lelahnya. Dan akhirnya kami dapat berangkat dari Ujung-genteng pada pukul setengah 1 siang, selepas solat dzuhur. Diperjalanan pulang, kami mendapat kendala lain yaitu bis 2 berpisah jalur dengan ketiga bis lainnya. Yang mana, track yang mereka lalui tidak sama dengan ketiga bis yang lain. Akhirnya, kami semua sampai di Depok pada pukul setengah 12 malam. Dan bis yang paling terakhir sampai adalah bis 2 karena jalurnya yang memutar. Namun, kami semua sampai di Depok den-gan selamat.

5 6Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 7: Lintang0 Juni 2015

Kuliah Lapang (KL) 3 tahun ini dilaksanakan oleh mahasiswa geografi angka-tan 2012, mengusung tema besar “Sustainable Tourism” dan bertempat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sembilan puluh empat ma-hasiswa geografi angkatan 2012; beberapa mahasiswa senior; tim dosen, Pak Dja-mang, Pak Sobirin, dan Mba Qiqi; asisten dosen, Mas Gen-dro, Mba Fathia, dan Mas Pranda; ditambah kehadiran 7 mahasiswa tamu dari Sydney University, Australia; datang untuk meneliti dan menjelajah Bumi Gora, nama lain Pulau Lombok. Kegiatan ini dimulai dari pembentukan panitia KL 3 di awal perkuliahan pada bulan Februari, kemudian menyusun proposal penelitian, meng-umpulkan dana dan mencari sponsor, mempersiapkan izin, melakukan advance, hingga akhirnya kegiatan penelitian di hari-H. Project Officer (PO) kegiatan ini, Emir Abdallah yang mengaku ‘pasrah’ dipilih menjadi PO memahami betul

bahwa kepanitiaan KL 3 harus segera dibentuk mengingat waktu yang sangat mepet, hanya 2 bulan dari rencana keberangkatan. Waktu per-siapan dan perencanaan yang mepet ini menjadi salah satu kendala utama dalam kegia-tan ini. “Kekurangan yang paling fatal dari segi waktu, mepet, planningnya jadi tidak ada. Padahal kita ke Lombok kan harus siap banget, apala-gi kita ngebawa 100 orang, terus jauh, dengan biaya ma-hal, persiapannya seharusnya matang, dan itu disiapin dari lama.” katanya. Karena kurangnya persiapan dan perencanaan matang semenjak awal, pe-rencanaan yang kemudian dibuat tidak bisa bersifat jang-ka panjang dan mudah beru-bah-ubah. “KL 3 ini itu kerjannya bukan per hari atau per minggu gitu, tapi hitungannya jam. Ben-er-bener dalam sehari dalam hitungan jam bisa berubah.”, tambah Emir, “Konsekuen-sinya, kita harus siap berpikir dan bertindak cepat menye-

suaikan situasi yang beru-bah-ubah itu.” Dalam menghadapi berbagai kendala tersebut, ia mengakui pentingnya memiliki tim inti yang kuat, dekat satu sama lain, satu visi, dan satu tekad. Tidak hanya PO yang mengalami kendala. Loka-si penelitian yang cukup jauh membutuhkan usaha keras dari seluruh angkatan 2012, mulai dari yang paling utama adalah meyakinkan teman-teman sendiri bahwa kita semua mampu pergi ke Lom-bok, hingga usaha mencari dana KL 3 bersama-sama un-tuk menekan biaya yang harus dikeluarkan tiap individu (ma-hasiswa). Mencari dana KL 3 bersama-sama ini antara lain dilakukan dengan: mencari sponsor dan dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, membuka ga-rage sale, mengajukan PKM, sampai menjadi penonton ba-yaran di stasiun-stasiun televi-si. Penanggung jawab (PJ) sponsor kepanitiaan KL

Geografi UI di Bumi GoraKutukan pantai pink, ketinggalan bus, sampai ditawarin “gele”.

Oleh : Keenan Gebze

3 yang dipimpin oleh Ahmad Zubair alias Ubay mengatakan bahwa Ia mengutamakan link/koneksi orang dalam (inter-nal) dari teman-teman angka-tan. Ia menyayangkan bahwa kegiatan tersebut tidak bisa dikerjakan maksimal, seka-li lagi, karena waktunya yang terlalu mepet. “Kendalanya memang di waktu yang menyebabkan kita tidak bisa memanfaatkan link-link internal sepenuhn-ya. Padahal kita sangat men-gandalkan link internal, dan memang, pada akhirnya sponsor yang berhasil tembus hanya yang berasal dari link internal.” katanya. “Jika PO, proposal, lokasi penelitian, sudah diper-siapkan dari liburan semester (sebelum kuliah), selain mem-bantu dalam urusan sponsor, hal tersebut juga memban-tu memberikan kesempatan panitia danus (dana dan usa-ha) untuk mencari uang leb-ih lama, lebih banyak.” tam-bahnya. Meskipun terkendala oleh waktu, semua usaha da-lam mencari dana tidak sia-sia. Dian Natalia, bendahara 1 KL 3 mengatakan, proporsi dana KL 3 kali ini antara lain 20% dari sponsor, 10% ke-giatan danus (termasuk men-jadi penonton bayaran), 35% dari departemen, dan dana swadaya mahasiswa berha-sil ditekan menjadi 35%. Hal ini menyebabkan biaya tiap individu rendah, yaitu hanya sekitar Rp. 2.100.000,- tiap individu. Selain pendanaan, hal penting lain yang perlu

didapatkan adalah izin pe-nelitian, yang diperjuangkan oleh panitia advance. Panitia advance, yaitu Adriansyah alias Chibo, dan Muhardiyan Erawan alias Mbah bertugas untuk meminta izin penelitian kepada pemerintah provin-si (pemprov) NTB, mencari akomodasi, serta melakukan survei terhadap moda trans-portasi lokal. Mereka sudah pergi terlebih dahulu ke Lom-bok beberapa hari sebelum hari-H untuk mengurus hal-hal di atas. Meskipun mendapa-tkan kendala dalam proses birokrasi, akhirnya panitia ini berhasil mendapatkan izin penelitian yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) provinsi NTB, meskipun izin tersebut

baru didapat beberapa hari setelah panitia advance ini pulang dari Lombok. Senada dengan Ubay, Chibo mengatakan bahwa “Sebaiknya persiapan KL dimulai 2 bulan sebelum mu-lai kuliah, atau bahkan pas lagi liburan semester.” Hal ini dilakukan untuk mempermu-dah proses mendapatkan izin. Kembali kepada Emir, sang PO KL 3, kepada seluruh teman angkatan geogra-fi 2012, tidak ada kata selain

terimakasih yang Ia bisa ucap-kan.

Kegiatan Kegiatan ini sendiri berlangsung selama 1 ming-gu, mulai dari 19 April s.d 25 April. Dimulai dari jam 3 pagi berkumpul di titik temu, termi-nal 3 Bandara Soekarno-Hat-ta dan take-off menggunakan pesawat Garuda Indonesia pada 6.30 WIB hari Minggu, 19 April. Perjalanan udara di-tempuh dalam waktu sekitar 3 jam. Tiba di Bandara Inter-nasional Lombok (BIL), Praya pada pukul 10.30 WITA di hari yang sama. Dari BIL, rombongan naik 3 bus (A, B, C) menuju Dusun Sasak Sade untuk se-kedar mengelilingi dan mera-sakan suasana dusun adat ini. Setelah itu, rombongan langsung menuju asrama haji di Jalan Lingkar Selatan, Mataram, tempat rombon-gan menginap di Lombok. Setelah beberapa jam isti-rahat, rombongan kembali pergi sore harinya ke pantai Kerandangan sampai ma-tahari terbenam. Rombongan

kemudian kembali ke asra-ma sekitar pukul 19:00 WITA, mempersiapkan agenda pe-nelitian masing-masing esok hari. Tidak lama setelah (yang harapannya) semua rombongan turun ke asrama, terjadilah sebuah ‘insiden’. Salah seorang mahasiswi dengan panik mengabarkan dalam whatsapp grup angka-tan kalau Ia tertinggal sendi-rian di dalam bus, belum turun ke asrama. Teman-temannya

Bece, Pantai Kerandangan

7 8Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 8: Lintang0 Juni 2015

yang lain mengira ini adalah ulah iseng “bajak” gawai sep-erti yang sedang ngetren di angkatan 2012. Usut punya usut, ini bukan ulah pembaja-kan. Rupanya sang maha-siswi benar-benar ketinggalan dan terbawa supir menu-ju pangkalan bus di sebelah Timur Mataram. Untungnya, sang supir berbaik hati men-gantarkan dia ke asrama menggunakan mobil pribadin-ya. Ia kembali sampai ke asra-ma sekitar pukul 21:00 WITA. Ketika ditanya men-gapa bisa kejadian seperti ini, sang mahasiswi menceritakan bahwa ketika di dalam bus (bus A), dia duduk sendirian di barisan tengah. Tidak ada orang di samping maupun di seberangnya pada barisan tersebut. Banyak juga yang tertidur dalam bus tersebut, termasuk dia, karena waktun-ya yang sudah malam dan le-lah sehabis mengunjungi pan-tai Kerandangan. Terakhir, pada saat sampai di asrama, ketika sang supir mau memeriksa kembali busnya, ada seorang mahasiswa yang mengatakan bahwa bus tersebut sudah kosong. Sang supir yang per-caya begitu saja langsung be-rangkat ke pangkalan. Supir dan kernet bus tersebut pun kebingungan ketika menemu-kan dirinya berada di dalam bus.. Kembali ke kegia-tan KL 3, keesokan harinya, Senin, 20 April rombongan dijadwalkan ke kantor pem-prov NTB, “Bumi Gora” dalam acara penyambutan yang di-

isi oleh perwakilan pemprov NTB bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Dinas Ke-budayaan dan Pariwisata (Dis-budpar) provinsi NTB. Bapak Ahyat Junaedi sebagai Kepala Bidang Des-tinasi Wisata, Ibu Sarah se-bagai staff bidang destinasi wisata, dan Ibu Alfiah sebagai Kepala Seksi Produk-produk Pariwisata menjadi perwakilan Disbudpar Provinsi NTB. Mereka memaparkan strate-gi pembangunan pariwisata, Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD), Rencana In-duk Pengembangan Pariwisa-ta Daerah (RIPPARDA) dan konsep pariwisata syariah. KSPD di pulau Lombok sendi-ri ada 4, yaitu di: (1) Mataram dan sekitar, (2) Senggigi-3 Gili (Gili Air, Gili Meno, Gili Trawan-gan) dsk., (3) Mandalika-Kuta dsk., serta (4) Rasimas-Sem-balun dsk. Selesai penyambutan, pada dasarnya tiap maha-siswa sudah bebas mencari data penelitian masing-mas-ing. Baik data maupun “data”. Mahasiswa diperbolehkan un-tuk tidak kembali ke asrama haji pada hari Senin dan Se-lasa, namun diwajibkan kem-bali pada hari Rabu dan Kamis untuk mengikuti sesi diskusi yang dilakukan tiap malam setelah makan malam di aula asrama haji. Hari Jumat merupakan hari bebas dimana para ma-hasiswa diperbolehkan pergi kemana saja untuk menutup “liburan” mereka di Lombok, dengan syarat, malamnya kembali untuk persiapan kem-bali ke BIL pada pukul 03:00

WITA hari Sabtunya untuk kembali ke Jakarta.Mahasiswa Sydney University Australia Ada yang membeda-kan Kuliah Lapang 3 tahun ini dengan kuliah lapang lain-nya di Departemen Geografi: adanya Mahasiswa dari Syd-ney University yang ikut kuliah lapang. Mereka yang datang dari Australia, Manann, Lory, Josie, Brittaney, Leah, Rachel, dan Omar ikut melakukan pe-nelitian di Lombok.

Pariwisata

Tiga Gili dan Pesisir Barat Laut Jika ditanya, manakah wilayah pariwisata yang paling berkembang di pulau Lombok, maka jawabannya sudah pasti di pesisir Barat daya Lombok, yang masuk kedalam KSPD Tiga Gili dan sekitarnya. Kata “sekitarnya” merujuk pada ja-jaran pantai pesisir barat pu-lau ini, mulai dari utara kota Mataram hingga utara pulau Lombok. Perkembangan pari-wisata terlihat di pesisir barat, tepatnya di kecamatan Batu-layar, dimana hotel-hotel ter-pusat di kecamatan ini dan terlihat berjajar di sepanjang jalan. Disbudpar Kabupat-en Lombok Barat tahun 2013 mencatat terdapat 28 hotel (1 hotel bintang 5 dan 5 hotel bintang 4) yang total memiliki 1405 kamar dan 1910 tempat tidur di kecamatan ini. Band-ingkan dengan kecamatan lain di Lombok Barat yang jumlah hotel kesemuanya hanyalah 5.Jumlah hotel tersebut men-

dukung kedatangan banyak wisatawan mancanegara (wisman) ke wilayah pusat ini. Berdasarkan data Disbudpar tahun 2014, jumlah wisman yang berada di Senggigi saja mencapai 184.327 orang. Di pesisir barat ini terdapat jajaran pantai-pan-tai terkenal dimana pengun-jung dapat melihat matahari perlahan tenggelam di balik Gunung Agung, Bali. Di antara pantai-pantai tersebut, pan-tai yang cukup terkenal ada-lah pantai Senggigi. Disana ada sebuah komunitas Surf-ing “Senggigi Boys” berisikan pria-pria hitz berambut ke-coklatan tersengat matahari, gondrong, berotot, berkulit coklat, bertato, dan bermu-ka eksotis. Mereka pernah mengikuti lomba surfing Rip Curl katanya. Tiga gili sendiri, meru-juk pada gugusan 3 pulau ke-cil yang berada di barat laut pulau Lombok. Ketiga pulau tersebut adalah Gili Trawan-gan yang ada di paling barat, Gili Meno di tengah, dan Gili Air di timur. Karena banyaknya wisatawan asing yang datang ke tiga gili beserta segala bu-daya yang mereka bawa, ke-

tiga pulau ini, terutama Gili Trawangan terkenal dengan kehidupan malamnya yang terasa seperti di luar negeri, lengkap dengan pesta, mi-num, dan obatnya. “Bro, gele (ganja) bro.”, kata Dennis Ramadhan, yang sempat bermalam di Gili Trawangan menirukan orang yang menawarkan barang tersebut secara pelan-pelan.Penduduk lokal Gili Trawan-gan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga budayanya tetap utuh, yang kemudian terlihat dalam konfigurasi spa-sial pulau ini. Muhardiyan aka Mbah melihat bahwa Gili Trawangan terbagi menjadi 4 wilayah: mu-lai dari timur yang merupakan wilayah terbangun dimana ter-dapat homestay, resort, pengi-napan, dan fasilitas wisata lainnya; Selatan, tempat pen-angkaran terumbu karang; Barat, pantai privat yang diisi hotel-hotel kelas atas yang bi-asa dijadikan tempat berbulan madu; dan Utara, pantai pub-lik. Warga lokal juga menyebut wilayah terbangun, yang me-liputi wilayah juring timur laut ke tenggara pulau ini sebagai wilayah sentral, dan sisanya, sebagai wilayah simpel yang agak sepi. Seperti di Senggigi, pesisir barat pulau ini merupa-kan tempat melihat mataha-ri terbenam dibalik Gunung Agung. Disini juga terdapat Ayunan Cinta—ayunan yang bila laut sedang pasang akan menutupi daratan disekitar ayunan dan memantulkan sinar dari langit, sehingga terli-hat seperti ayunan terapung di

langit. Mbah, yang penelitian-nya berjudul “Pengaruh Om-bak Terhadap Kegiatan Pari-wisata Air (Snorkeling, Surfing, dan Diving)” melakukan pe-nelitiannya di 3 lokasi/spot snorkeling wilayah kepulauan ini, yaitu: (1) Shipwreck yang berada di selatan antara Gili Meno dan Trawangan, (2) Tur-tle Point/Penyu Queen yang berada di utara Gili Meno, dan (3) Rice Coral yang berada di antara Gili Meno dan Gili Air.Reynaldi Alvandry alias Aldi, yang menginap di Gili Trawan-gan mulai Senin sore hingga Rabu siang dan sempat snor-keling di ketiga spot snorkel-ing tersebut menyayangkan banyaknya karang yang rusak baik karena ombak, terinjak wisatawan, maupun akibat kapal yang menempatkan jangkar sembarangan. Meski demikian, sudah ada usaha konservasi dan penanaman terumbu karang mulai tahun 2004 dari hasil wawancara yang Ia lakukan terhadap Ibu Delfin, seorang warga negara Prancis yang sudah 10 tahun mengurus konservasi terse-but.

Lombok Tengah dan Dataran Lombok Jika kita beranjak dari daerah pesisir lebih ke da-ratan tengah, terdapat berb-agai destinasi wisata budaya, antara lain: dusun adat Sade dan desa Sukarara.Dusun adat Sade yang terletak di Pujut, Lombok Tengah mer-upakan sebuah pemukiman tradisional suku Sasak, suku mayoritas di Lombok. Disana

Aldi (@aldiandry), Snor-

keling at tiga gili

9 10Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 9: Lintang0 Juni 2015

rumah-rumahnya masih beru-pa rumah tradisional dengan lantai semen, dinding anya-man bambu, dan atap daun nipah. Suku ini mengepel rumahnya menggunakan ko-toran kerbau yang meski-pun sangat samar, tercium baunya, membuat beberapa teman-teman geografi segan masuk ke dalam rumah terse-but pada saat rombongan berkunjung ke sini. Meskipun begitu, banyak juga yang an-tusias.

Sepanjang ‘tur’ mengel-ilingi, naik-turun tangga di pemukiman yang membukit ini, di kanan dan kiri jalan ter-dapat mba-mba menawar-kan kain tenun, gelang, ikat kepala, dan berbagai akse-soris khas Lombok lainnya. Ada juga nenek-nenek yang sedang duduk, memutar alat pintal, mengubah kapas men-jadi benang tenun dan mem-persilahkan beberapa anggota rombongan untuk ikut memu-tar alat tersebut. Ada juga mba-mba yang dengan sigap, dengan alat tenun khusus di pangkuan mereka, mengen-cangkan anyaman benang di kain tenun yang setengah jadi. Lain lagi dengan penelitian

seorang wanita yang tidak mau disebutkan namanya di Sukarara yang bukan desa adat, namun terkenal dengan kain tenun khas Lomboknya. Disini terdapat banyak sekali kain tenun yang indah dengan ragam motif dan harganya masing-masing. Ia menga-takan bahwa harga kain tenun disini berkisar antara Rp. 600.000,- hingga jutaan ru-piah tergantung dari motif. Ia menyebutkan beberapa motif yang terkenal antara lain motif Rangrang dan Subhanale. Disana, Ia sempat di-nasehati agar lebih berhati-ha-ti dalam membeli kain tenun, karena beberapa kain tenun yang dijual di pesisir-pesisir merupakan kain tenun impor dari Tiongkok. Ia juga diber-ikan tips dalam memilih kain tenun asli maupun tidak: kain tenun asli memiliki jahitan di tengah-tengah kain tersebut, dikarenakan keterbatasan alat tenun (asli) dalam menghasil-kan kain yang panjang, seh-ingga harus disambung.

Lombok bagian Utara dan Gunung Rinjani Lombok bagian utara menyimpan berbagai wisa-ta alam yang juga tidak kalah menarik dibandingkan dengan daerah lainnya, mengambil spesialisasi di air terjunnya, dataran tinggi, dan iklimnya yang dingin. Objek wisata dis-ini antara lain: Tiu Kelep, Sin-dang Gila, Pantai Tebing, dan Desa Adat Sasak di Senaru. Selain itu, di Senaru terdapat pintu masuk ke Taman Nasi-onal Gunung Rinjani (TNGR). Ridho Adhanur dan

kawan-kawan yang sempat datang ke Tiu Kelep dan Sin-dang Gila menceritakan per-jalanannya menuju 2 air terjun tersebut. Ia harus menuruni anak tangga sekitar 20 menit berjalan santai hingga menca-pai Sindang Gila. Jika ingin ke Tiu Kelep, sebelum mencapai Sindang Gila, Ia harus men-gambil cabang tangga lain, atau melalui terowongan irigasi

hingga sampai ke Tiu Kelep. Ia mencoba untuk melalui jal-ur terowongan irigasi, namun sayangnya usahanya terhenti karena airnya sedang pasang,“Tinggi airnya yang segini, akibat hujan.” Katanya sambil menunjuk pangkal pahanya. Zainal Mutaqin alias Zay dan kawan-kawan, sama seperti rombongannya Ridho, pergi ke Tiu Kelep dan Sin-dang Gila di hari yang ber-beda. Namun mereka sem-pat melanjutkan perjalanan ke TNGR, menginap di desa suku Sasak, dan sempat me-ngunjungi basecamp pendaki-an gunung Rinjani.

Ridho, sindang gila

Nabila Artshop patuh,

Sukarara

Zay melihat perbedaan antara pemukiman Sasak di TNGR dengan yang berada di Lombok Tengah. Jika keban-yakan penduduk dusun adat Sade di Lombok tengah ban-yak yang menjual produk khas suku Sasak, disini tidak ada. Disini, sebagian pendudukn-ya menawarkan jasa buruh panggul bagi wisatawan yang mau mendaki gunung Rinjani dan pemandu wisata.

Pesisir Selatan dan Lom-bok bagian Tenggara Lombok bagian se-latan didominasi oleh medan kasar berbukit, namun memi-liki potensi wisata yang tidak kalah menarik dengan wilayah yang lain, dengan ciri khas di pesisirnya yang berbukit, kasar, dan bertebing. Selain itu, banak bagian di pesisir se-latan masih belum dibangun fasilitas penunjang pariwisata. Beberapa lokasi wisata disi-ni adalah pantai Kuta, Meka-ki, Mawun, Tanjung Aan, dan pantai Pink. Di bagian selatan ini, dari yang paling barat dijela-jahi rombongan geografi ada-lah pantai Mekaki. Terletak di sebelah barat pesisir selatan Lombok, 2 jam perjalanan dari Mataram dengan akses yang cukup baik melalui Sekotong, pantai Mekaki merupakan pantai yang indah dan baru akan mulai dibangun. Friman-isa Apriliani alias Sasa yang sebelum KL aktif mengajak menonton stasiun televisi un-tuk mencari dana, menjadikan pantai Mekaki sebagai pantai favoritnya karena kondisinya yang masih sepi.

“Mekaki is the best!” katanya, yang kebetulan pada saat Ia datang ke sana cua-canya sedang cerah, pan-tainya sepi, dan lautnya yang bersih. Mbah, yang kebetu-lan bersama rombongan Sasa mengatakan bahwa pantai ini memiliki pemandangan bukit-bukit yang bagus di sekeliling pantai. Ia menambahkan bah-wa disana belum ada kegiatan berjualan ataupun tenda-ten-da warung seperti yang biasa terlihat di pantai wisata, jadin-ya benar-benar seperti pantai pribadi. Kalau pantai Meka-ki dituju melalui Sekotong, pantai Mawun yang berada di sebelah timur pantai Me-kaki biasa dituju melalui Kuta, karena tidak ada akses yang

menghubungkan kedua lokasi tersebut akibat medan yang kasar. Aan Agustin memu-ji ketenangan dan keindahan pantai Mawun yang memiliki laut biru ngejreng, masih sepi, dan pantainya yang luas tan-pa ada bebatuan. Disini, mes-ki masih sedikit, ada wisman yang berjemur. Hal ini wajar karena pantai ini dekat den-

gan pantai Kuta yang sudah terkenal di mancanegara. “Kalau di Kuta sudah banyak jadi tempat sema-cam pasar, ada toko sovenir dan segala macam. Kalo di Mawun, cuma ada tempat makan minum, udah, ngga ada toko souvenir-souve-niran.” Katanya memband-ingkan pantai Mawun dengan Kuta. “Kalo di Kuta pantain-ya tenang juga, tapi di pantain-ya ada batu-batu. Tapi kalo misalnya di Mawun, Cuma ada bukit di kiri dan kanan, pantai, ngeliat samudra hindia, ngejreng. Terus disana ngga ada kapal-kapal. Beuh cakep-cakep.” Tambahnya. Hanya dia menyayangkan banyak anjing liar menggelikan yang terkadang suka nyamperin wisatawan disini. Pantai Mawun mer-upakan pantai favoritnya, dibandingkan pantai Pink. Hal tersebut senada dengan Lis-na Yulianti yang juga memilih pantai Mawun sebagai tujuan wisata favoritnya. Lisna yang nebeng rekannya, Titius Kur-nia yang mengendarai motor sewaan, melakukan perjala-nan, menyusuri pantai-pan-tai di pesisir selatan pada hari Rabu, antara lain pantai: Mawun, Mawi, Seger, dan Tunak. Ketenangan pantai Mawun sepertinya kontras dengan pantai Kuta, yang meskipun dekat, terkenal den-gan pedagangnya yang selalu bersikeras menawarkan da-gangannya. Contohnya ketika Sasa menjawab “nanti” pada

Pantai Mekaki (Mario

Ernst Belseran, @mario-

belseran)

11 12Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 10: Lintang0 Juni 2015

saat ditawarkan dagangan oleh seorang anak kecil di sini. Sang anak bersikeras men-jawab “nanti bener ya dibeli?” Kata Sasa yang menggam-barkan pengalamannya terse-but seperti penjara, karena tiap dia jalan selalu diikuti oleh kerumunan pedagang.Hal serupa juga disampaikan Aan. Semenjak Ia turun dari motor misalnya, sudah ada ibu-ibu dari jauh yang menatap eye-to-eye, berlari mendekat menawarkan dagangannya.“Kasian lah dek. Naik dari Sade, jauh kesini. Buat ong-kos pulangnya. Tolong beli lah kain saya.” Kata Aan meniru-kan ibu-ibu tersebut. Tujuan wisata selanjut-nya di pesisir selatan adalah Tanjung Aan. Disini ada pantai yang tidak kalah indah dengan pantai-pantai lainnya di Lom-bok yang diapit oleh 2 buah bukit, dimana bukit sebelah kanan pantai adalah Bukit Merese. Dennis yang pada hari Jumat datang kesini atas re-komendasi temannya menga-takan tidak menyesal datang ke sini (Bukit Merese) karena pemandangnnya yang san-gat indah. Ia menjadikan Bukit Merese sebagai destinasi wisata favoritnya selama ini. “Gue ke ujungnn-ya bukit Merese, aduh par-ah hacep (pecah).” Katanya, “Serasa syuting film The Lord of The Ring” sambil memuji keindahan gradasi bukit, pan-tai, dan air laut di lokasi terse-but. Qorina Putri Tsani aka Orin menambahkan keinda-han di tanjung ini, bahwa di

sana ada perbedaan tekstur pasir, yang satu pasir bubuk, yang satu lagi pasir berbentuk merica. Lain lagi dengan Pan-tai Pink, yang terletak jauh di tenggara pulau Lombok. Pantai yang satu ini belum banyak muncul dalam radar wisatawan. Dari kota Mataram hingga pantai ini dibutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan motor, menyebrangi Lombok Tengah dengan pemandan-gan sawah dan pohon Flam-boyan di pinggir jalan, kemu-dian melewati ladang jagung serta hutan Sengon, dengan kondisi jalan yang rusak berat. Penderitaan ditambah ketika penulis, yang belum punya SIM C, terkena razia polisi di tengah perjalanan ke pantai ini dan harus membayar denda sebanyak 1 hari nyewa motor ditambah 1 kali makan siang. Pengorbanan tersebut ter-bayarkan setelah merasakan halusnya pasir pantai Pink yang berwarna agak kenila-an akibat serpihan batu karang berwarna merah. Pantai ini diselimuti oleh pasir halus di atasnya dan pasir merica di lapisan bawahnya. Meskipun indah juga, beberapa orang sedikit kecewa dengan pantai ini karena memang tidak be-gitu nila, hampir sama seperti pantai lainnya. Warna dan tekstur pasir yang unik tersebut ten-tunya sangat menggoda pe-ngunjung untuk mengambil pasir di pantai ini, apalagi oleh rombongan geografi.“Atas nama ‘penelitian’ ” atau “mengambil sampel”, katan-ya. He he.

Namun sepertinya mengambil pasir di pantai ini membawa kutukan, seperti yang dialami oleh Oki “Dau-lay” Pratama, yang kehilan-gan dompetnya di pantai ini hari Kamis. Selain kehilangan dompet, motor sewaan-nya juga sempat tergolek di as-rama haji, dan ban motornya sempat selip pada saat beru-saha menaiki bukit di pantai ini. Hari Jumatnya, Ia melakukan perjalanan balik “menebus dosa”: mengemba-likan pasir dan mencari dom-petnya yang hilang. Sayang usahanya tidak membuahkan hasil, dompetnya tidak ke-temu. Tentunya, beberapa objek wisata yang dituliskan di atas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya objek wisata dan potensi wisata di pulau Lombok. Juga, tidak semua kisah penjelajahan tiap individu di pulau ini dapat di-tuliskan. Bagi para pembaca yang haus akan cerita, atau bagi pembaca di masa depan yang ingin mengingat kembali masa-masa KL 3 di Lombok beserta dengan kisah yang menyertainya, jangan takut untuk meminta kisah KL 3 ini ke para pesertanya. Toh, semua pengalaman dan kisah ini akan terus dikenang oleh para peserta dan panitia KL 3, terutama bagi kami—Geografi UI angkatan 2012.

Mario, jalan menuju

Mekaki @mariobelseran

Emir Turis Lombok

Mbah yang bener aja

tanjakannya

Qorin Mawun

Dennis (@dennisramadhan),

Tanjung Aan

13 14Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 11: Lintang0 Juni 2015

15 Lintang 00 Edisi Mei 2015

Sukabumi merupa-kan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang menawarkan banyak sekali destinasi wisata yang san-gat luar biasa. Baik itu wisata alam maupun wisata budaya yang sangat beragam. Terle-pas dari potensi wisata yang sangat luar biasa, Sukabu-mi masih memiliki PR besar dalam pengembangan ob-jek wisata tersebut termasuk salah satu objek yang akan dibahas yaitu di Panenjoan. Panenjoan terletak di desa Tamanjaya Kecamatan Ciemas Sukabumi. Panenjoan menawarkan pemandangan yang sangat luar biasa, yaitu barisan patahan yang nantin-ya akan menjadi amfiteater. Jika dilihat dari sejarah geol-ogisnya, daerah selatan jawatermasuk Kecamatan Ciemas merupakan jalur pegunun-gan selatan dimana terja-di pengangkatan awal yang

nantinya mengalami depre-si kembali di daerah objek pariwisata Ciletuh tersebut. Secara geomorfolo-gi, Ciletuh memiliki tiga ben-tukan asal yang berbeda, pertama yaitu bentukan asal strukturalyang dicirakan den-gan patahan yang berbentuk setengah lingkaran. Bentu-kan inilah yang nantinya akan terlihat di Panenjoan. Selan-jutnya merupakan bentukan asal fluvial, yang dicirikan oleh daratan aluvial yang berada dibawah amfiteater. Di bentu-kan asal ini disusun dari enda-pan aluvial yang terdiri dari atas lempung, pasir berbutir halus hingga kasar. Yang tera-khir merupakan bentukan asal marine, yang berada disekitar teluk Ciletuh. Bentukan asal ini menempati sekitar 10 % area dari objek Geopark Ciletuh. Yang menjadi pem-bahasan sangat menarik di objek Panenjoan ini, yaitu

terdapatnya singkapan batu yang paling tua di pulau Jawa. Batuan melange merupakan istilah geologis batuan terse-but. Jika dikaji periode ba-tuannya, maka batuan me-lange sendiri terbentuk pada zaman pra-tersier, yang nan-tinya merupakan sejarah awal pembentukan pulau jawa. Formasi batuannya pun bisa dibilang sangat langka, kom-pleks melange sendiri disusun oleh beberapa batuan yaitu•Kerabat ofiolit (kelompok ba-tuan ultra basa)•Kerabat batuan metamorfik•Kerabat batuan sedimen laut•Kerabat batuan sedimen benua Keunikan tersebut tentu tidak datang dengan sendirinya, letak Panenjoan yang pada dahulunya mer-upakan area subduksi antara lempeng indo-australia dan eurasia menjadikan daerah tersebut didominasi bentu-

Oleh: Oky Pratama

kan asal struktural. Dengan keunikan tersebut, geopark Ciletuh saat ini dijadikan se-bagai laboratorium penelitian geologi sekaligus juga akan diusulkan menjadi salah satu keajaiban dunia ke UNESCO.

Pekerjaan pemerintah untuk pengembangan objek Geopark Ciletuh Kajian destinasi wisa-ta menjadi faktor penentu utama apakah pengemban-gan objek wisata tersebut telah berjalan dengan sesuai. Disaat kita berbicara men-genai daerah wisata, maka yang menjadi objek kajian kita bukan hanya fasilitas prim-er (objek wisata itu sendiri) tetapi juga fasilitas sekunder yang nantinya akan men-dukung kemajuan dari fasilitas primer tersebut. Berdasarkan hasil

survei KKL 1 di Sukabumi, maka kita dapat memperha-tikan bahwa keberadaan dari fasilitas sekunder masih jauh dari kata layak. Diantaranya aksesibilitas menuju Geopark Ciletuh yang masih sangat bu-ruk. Baik itu dari kondisi jalan maupun sarana transportasi yang masih terbatas. Selain aksesibilitas, keberadaan sa-rana penginapan dan tempat makan juga masih sangat min-im, padahal secara langsung keberadaan dua fasilitas ini menjadi hal yang san-gat penting dalam pengem-bangan destinasi wisata. Pekerjaan rumah se-lanjutnya, adalah promosi yang masih sangat minim. Keberadaan media promosi merupakan kebutuhan primer bagi destinasi wisata. Terlebih di area digital, dimana infor-masi akan berdifusi dengan

cepat, maka otomatis pro-mosi bukan menjadi hal yang sangat sulit bagi pemerinntah daerah. Maka disinilah ditun-tut komitmen dari pemerin-tah daerah dalam hal promo-si objek Geopark Ciletuh ini. Pada akhirnya pe-merintah seharusnya menja-dikan objek wisata Ciletuh ini sebagai aset yang berharga, dikarenakan keunikan yang dimiliki dan juga potensi keun-tungan yang dapat dihasilkan. Bukan hanya untuk menam-bah pemasukan pemerintah, tetapi juga untuk memban-gkitkan gairah perekonomian masyarakat di daerah seki-tar objek Geopark Ciletuh.

15 16Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 12: Lintang0 Juni 2015

Foto Oleh : Alifah Pitriya

17 18Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 13: Lintang0 Juni 2015

MAPRES FMIPA UI 2015

Andika Rizky

Pratama

Andika Rizky Pratama yang akrab disapa Andika adalah mahasiswa Departe-men Geografi Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Ia berasal dari SMAN 60 Jakarta. Menurut Andika masuk geografi itu hal yang menyenangkan karena dapat belajar hal baru. Ia memiliki motto hidup yang terinsprasi dari sosok Taufik Ismail “Bukan besar kecilnya tugasmu yang menjadikan tinggi rendahn-ya dirimu. Jadilah diri sendiri. Sebaik-baiknya dirimu sendiri”. Andika juga menjadikan Faldo Maldini, Mantan ketua BEM UI 2012, sebagai inspirasi nya. Dia menyukai kata-kata dari Faldo Maldini yaitu “selama hidup kita belajar”.

Sejak masih mahasiswa baru, Andika aktif sebagai Akrop BEM UI 2012, ke-giatan organisasinya tidak berhenti sampai disitu saja. Ditahun berikutnya, ia menjadi bagian dari Kastrat BEM FMIPA UI 2013, sehingga orasi didepan orang banyak adalah hal yang dikuasainya. Ia pun pernah menjadi tim sound PSAF MIPA UI 2012 dan dengan pengalaman kedisiplinannya, ia pun menjadi bagian Panel PSAF MIPA UI 2013, bagian Tim Edukasi OKK UI 2013, dan Project Officer “Jakarta Hidden Tour” BEM UI 2012. Kemampuan bahasa Inggris Andika sudah tidak diragukan lagi, hal ini di-buktikan dengan terpilihnya Andika sebagai juara 3 Pidato Bahasa Inggris tingkat Pemuda tahun 2008. Ditunjang kemampuan akademiknya, membuat ia mendapat prestasi Internasional yaitu menjadi Exchange Student di Seoul National University (SNU) Korea Selatan (Maret - Desember 2014), sem-bari mengemban pendidikan sebagai mahasiswa pertukaran pelajar di Korea, Andika juga menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Hari Ke-merdekaan RI 2014 di KBRI Seoul. Di Korea ia juga aktif menjadi bagian dari beberapa kegiatan kemahasiswaan, diantaranya ia mengikuti Asean-Korea Youth Workshop (Juni 2014), kemudian menjadi salah satu panitia Confer-ence of Indonesian Association in South Korea (CISAK 2014) di Daejon South Korea, Agustus 2014 dan juga menjadi anggota dari ASEAN-Korean Youth Forum Desember 2014. Andika memang sudah memilki target ingin menjadi mahasiswa berprestasi walau keinginannya pernah putus di tengah jalan tapi

ia telah mendapatkan kesempatan tersebut. Perasaan Andika ketika di nobat-kan menjadi mahasiswa berprestasi FMIPA UI 2015 adalah memantaskan diri.Selain berprestasi dalam bidang akademik, Andika juga aktif berorganisa-si dalam kegiatan kampus. Andika memiliki komitmen pada dirinya sebagai kiat cara mengatur waktu yang baik dengan membagi skala prioritas terhadap semua kegiatan yang akan dilakukan yaitu penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, dan tidak penting tidak mendesak. Kel-uarga adalah motivasi Andika dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Setelah Andika sibuk mengikuti rangkain acara Mapres tingkat UI hingga malam pun-cak pengumuman pada 12 Mei 2015 di Balairung, Universitas Indonesia, den-gan gerakan FMIPA “Hitamkan UI”. Sekarang, Andika sedang sibuk menjal-ani kuliah mengejar mata kuliah yang tertinggal ketika Ia mengikuti Student Exchange di Korea. Andika mengatakan bahwa rencana setelah lulus dari FMIPA UI yaitu bergan-tung kesempatan yang dia peroleh, Jika Ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri mengapa tidak. Jika saatnya bekerja terlebih dahulu juga akan Ia jalani sesuai dengan kesempatan yang ada. Andika yang berstatus sebagai mahasiswa jurusan geografi FMIPA UI 2011 ini juga ingin menyampaikan pesan untuk para juniornya agar bisa melanjutkan jejaknya ke-lak yaitu Jangan jadikan mapres sebagai tujuan utama tapi jadikanlah mapres sebagai momentum proses untuk menjadi lebih baik lagi. (NF)

19 20Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 14: Lintang0 Juni 2015

Mengenal Trend Batu Mulia dan Batu Akik di IndonesiaOleh: Rinaldy Panggabean

Jika mendengar Batu Mulia ataupun Batu Akik pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat di awal 2015 ini, karena ani-mo masyarakat sedang sangat popular terhadap batu–batuan nan indah tersebut. Untuk men-genal lebih lanjut apa itu batu akik, dan juga batu mulia, serta bagaima-na proses pembentukan natural dari batu–batuan cantik tersebut, mari kita lihat ulasan berikut ini:

Batuan mulia merupa-kan anggota elite dari mineral alam. Disebut elite karena dari sekitar 3.000 jenis mineral di Bumi, hanya terdapat 150-200 yang bisa digolongkan jenis batu mulia. Proses Awalnya ada-lah aktivitas dapur magma di perut Bumi. Batuan cair bersuhu di atas 1.000 dera-jat celcius ini terus bergerak dalam selubung atau mantel Bumi. Di luar mantel ini adalah

lapisan kerak Bumi, yang ter-susun dari lempeng-lempeng yang terus bertumbukan dan menyisakan banyak retakan. Tekanan yang kuat dari dalam cenderung mendorong mag-ma untuk mencari jalan keluar ke permukaan. Ketika cairan superpanas dan bertekanan tinggi ini mulai naik, cairan ini akan melarutkan berbagai ba-tuan lain yang telah ada. Ter-jadilah proses pelarutan atau ubahan hidrotermal. Intan merupakan bat-uan yang terbentuk di lapisan luar mantel Bumi, di kedala-man hingga 161 kilometer. Di kedalaman ini, tekanan men-capai 4 gpa dan suhu hingga lebih dari 1.350 derajat cel-sius. Tekanan yang luar biasa kuat dan suhu yang luar biasa panas kemudian mengubah mineral karbon anorganik di kerak Bumi (beda dengan kar-bon organik yang memben-tuk batubara) yang dilewati hidrotermal ini menjadi kristal intan.

Intan merupakan ba-gian dari batuan mulia yang memiliki keistimewaan karena kekerasannya. Dalam jajaran batu mulia, skala kekerasan intan mencapai 10 mohs, disusul batuan safir dan rubi (mirah delima) yang mencapai 9 mohs, zamrud mencapai 7-8 mohs. Batuan akik atau yang dalam istilah gemstone digolongkan sebagai batuan setengah mulia memiliki ke-kerasan kurang dari 7 mohs. Berbeda dengan in-tan, batuan akik terbentuk saat larutan hidrotermal sema-kin mendingin karena sema-kin dekat permukaan. Sambil berjalan ke atas, dia mengisi rekahan dan pori-pori batuan, dan bahkan mengisi fosil kayu sehingga membatu. Batuan akik ini bisa ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya Jakarta tidak mempu-nyai batuan akik. Sementara intan, sejauh ini hanya ditemu-kan di Kalimantan.

Mengenal Perbedaan Asli atau Tidaknya Batu Mulia, dan Batu Akik Siapa yang tidak ter-giur melihat keindahan Batu Mulia dan juga Batu Akik yang akhir akhir ini menjadi trend se-Indonesia yang merakyat dari anak kecil sampai orang tua pun rata – rata memiliki koleksi batu tersebut. Na-mun, jangan langsung tergiur dan membelinya tanpa bekal apapun karena bukan tidak mungkin batu yang anda beli adalah batu Imitasi, ataupun Sintetis bukan Natural. Sejak 6000 tahun silam batu per-mata alami banyak dibuat tiru-an-tiruannya dari bahan – bah-an yang beragam. Agar kalian tidak tertipu dengan batu yang hendak anda beli, inilah sedikit tips dari kami dalam membeli batu :1. Mengajak orang yang men-genal seputar permata 2. Harus bersabar jangan ter-buru-buru saat akan membeli apalagi harga mahal dan ha-rus melihat sertifikasi dari batu yang ditaksir tersebut.3. Barang palsu bisa dibilang asli jika penjualnya tidak jujur (Kalian harus survey dan juga menahan nafsu untuk tidak terburu – buru membeli batu yang menurut kalian indah, di tempat penjualan batu bi-asanya banyak orang – orang yang membeli dan sekedar melihat – lihat. Pastikan anda bercengkerama dengan para pecinta batu dan anda pasti mendapatkan ilmu otodidak tentang keaslian dan kepalsu-an batu).4. Teliti dengan baik kare-na akik asli atau palsu bisa dili-

hat secara kasat mata5. Kenali serat batu yang akan anda pilih dengan bertanya – tanya kepada kolektor batu yang terdapat di toko terse-but, bukan pembeli.6. Siapkan alat berupa senter, kaca pembesar dan alat lain-nya (biasanya tersedia di toko batu)7. Mencari informasi untuk membekali pengetahuan ten-tang permata sebelum memu-tuskan membeli permata ma-hal8. Melihat tingkat kekerasan batu akik atau batu permata yang hendak dibeli9. Menggunakan alat cara mengetes permata (banyak dijual dipasaran)10. Melihat 5C (carat (karat), cutting (potongan), colour (warna), clarity (kejernihan) dan juga certificate/sertifikat) – Untuk batu permata11. Pergi ke laboratorium gemologi untuk cek keaslian (cara terbaik untuk terhindar dari kesalahan)Kalian juga harus mengenali ciri – ciri batu – batu mulia dan permata, yang mana yang asli dan imitasi atau sintesis. Beri-kut ini ciri-ciri batu akik/per-mata asli yang mudah dikenali :1. Berat: Permata atau batu akik asli lebih berat dibanding-kan dengan yang palsu, jika dipegang akan terasa lebih padat2. Suhu: Secara alami sebuah batu asli lebih dingin dengan kaca/sintetis. Cara tes bisa dilakukan dengan menempel-kan pada bagian kulit yang sensitif dibagian tubuh kita seperti pipi, leher atau pada

bagian lipatan siku lengan3. Memanaskan: Membakar pada bagian batu, jika batu itu terlihat gosong dan mening-galkan bekas yang susah terhapus dapat dipastikan batu itu palsu. Batu asli jika dibakar akan tampak basah seperti berminyak tapi setelah dihapus akan hilang seketika. Begitu juga, setelah dipanas-kan batu asli biasanya cepat dingin sedangkan yang palsu panasnya bertahan lebih lama4. Membenturkan : Jika anda memiliki 2 batu yang diyak-ini sama-sama batu asli jika dibenturkan satu sama lain biasanya keluar percikan api, cara tesnya bisa dilakukan di-tempat gelap untuk memasti-kan ada percikan5. Meneteskan air: Batu asli jika diteteskan air pada bagian permukaannya yang licin tidak akan pecah (bukan metode baku)6. Serat: Batu asli alam secara umum memiliki serat alami, permata sentitis atau yang ter-buat dari kaca terlihat bening. Meskipun dalam batu sentitis terdapat serat biasanya ter-lihat tidak alami seperti ada semacam gelembung yang disebabkan saat proses pem-buatan terdapat udara yang terperangkap didalamnya.7. Mutiara: Jika perma-ta itu jenis mutiara bisa tes dengan cara menggigitnya sekuat-kuatnya, apabila tidak ada perubahan berarti asli

Itulah sedikit tips dari kami pecinta batu yang ingin berb-agi ilmu agar tidak tertipu, se-moga bermanfaat.

21 22Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 15: Lintang0 Juni 2015

Rediscovering GeographyOleh: Tidar Bayu

“Eh ini spasial-nya gimana sih?, Ini Geogra-fi bukan sih?, Metode-nya apa nih? Kualita-tif apa Kuantitatif ?, Geografi mah gini – gini doang”

Pertanyaan – per-tanyaan tersebut mungkin sudah menjadi pernyataan umum yang akan anda temui, atau mungkin, akan anda lon-tarkan sendiri saat berstatus sebagai Mahasiswa Geografi. Pertanyaan tersebut sebe-narnya memberikan pesan, sebagai seorang Mahasiswa Geografi, sejauh mana kita mengenal Geografi? Salah satu fokus sen-tral dalam Geografi adalah “the why of where”, yang menyinggung tentang pen-jelasan akan suatu fenomena dalam perspektif keruangan. Kemudian muncul pertanyaan baru, apa sajakah fenomena

yang dimaksud? Apa jenis fenomena yang masih ter-masuk dalam koridor disiplin Geografi? Apa yang dimaksud dengan ruang dalam konteks ini?, dan lain lain, yang sebe-narnya berasal dari keinginta-huan tentang mana batasan yang “tidak boleh saya lewa-ti” agar saya tidak keluar dari

ranah disiplin ini. Memang, se-bagai sebuah disiplin, tentun-ya Geografi memiliki kekhasan tersendiri yang membedakan-ya dengan disiplin lain, tetapi,

sebuah batasan atau kondisi fungsional yang harus ter-penuhi dalam suatu disiplin tidak semerta merta harus mempersempit “ruang jela-jah” dari disiplin tersebut. Sebagai sebuah ilmu, Geografi terus mengalami evolusi dan perkembangan. Perubahan Interpretasi terha-dap “Ruang Geografi” selama 60 tahun terakhir ini sebagai contoh, telah membuka mata kita bahwa batasan batasan yang tadi disebutkan tidak harus menjadi penghalang yang kaku dalam sebuah di-siplin. Thomas Khun (1962) menyebutkan bahwa Peru-bahan Paradigma dalam Ilmu Seperti Geografi adalah bu-kan merupakan kejadian yang langka, maka dari itu, penting untuk kita dalam meninjau kembali bagaimana Inter-pretasi kita terhadap ruang, berikut dengan pendekatan yang harus dilakukan dalam menginterpretasikan ruang

Salah satu fokus sen-tral dalam

Geografi ada-lah “the why

of where”

tersebut. Pandangan Geografi tradisional yang mengusung pendekatan monodisipliner memandang ruang sebagai bagian – bagian yang ter-fragmentasi dan harus diin-terpretasikan secara ekslusif tergantung disiplin ilmu yang bersangkutan. Memasuki dekade 70’an, pandangan tersebut mulai ditinggalkan karena tidak bisa menjawab isu – isu Pembangunan. Pendekatan Multidisipliner ter-hadap Ruang Geografi mulai diperkenalkan, isu Pemban-gunan kala itu dipandang se-bagai sebuah gabungan dari aspek Lingkungan, Ekonomi, sosial dan spasial yang mul-tidimensional dalam sebuah Ruang Geografi. Pendekat-an Multidisipliner inilah yang mendasari Paradigma da-lam Geografi yang kita pakai sekarang, yakni Paradigma yang disebut Geoinformatics dengan ruang geografi yang berkelanjutan (Sustainable Geographic Space).

Koutsopoulos (2005) menyebutkan, Perubahan Paradigma yang terjadi akhirn-ya menunjukan bahwa seluruh entitas dan faktor geografi menciptakan sebuah dialekti-ka dari ruang yang “terintegra-si”, Interpretasi ruang sebagai sebuah entitas yang terinte-grasi inilah yang mendasari Paradigma Geografi baru yang bernama choroinformatics. In-terpretasi baru terhadap ruang sebagai sebuah subset yang saling terintegrasi lalu mem-berikan perubahan signifikan pada pendekatan dan met-

odologi yang diaplikasikan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Interdi-sipliner, yang menggali lebih dalam Peran Geografi sebagai sebuah studi interdisiplin yang mengintegrasikan disiplin lain dalam perspektif keruangan dalam penyelesaian suatu masalah. Metodologi yang digunakan dalam Choroin-formatics berdasarkan pada model holistik-dialektik, yang menawarkan keterbukaan penggunaan metode dan mengakomodir penggunaan metodologi secara plural, sep-erti misalnya penggunaan baik metode kualitatif dan kuan-titatif dalam satu penelitian. Dalam Paradigma Choroin-formatics, Seorang Geograf mempunyai peran yang lebih besar lagi dalam menghada-pi permasalahan keruangan. Sebagai contoh, pada kasus konversi hutan penyangga menjadi perkebunan mo-nokultur misalnya, Seorang Geograf harus dapat meli-hatnya sebagai wilayah yang mengalami alih fungsi lahan, wilayah yang mengalami konf-lik agraria antara Tanah Ulayat versus Aset Korporat, Wilayah yang mengalami degrada-si lingkungan dalam konteks DAS, dan lain lain, dengan ti-dak terikat restriksi dilematis antara Geografi Fisik–Geografi Manusia, dan penggunaan metodologi yang diaplikasikan tepat guna dalam pengam-bilan kebijakan yang mampu menjembatani pendapat ahli dari disiplin lain. Paradigma Choroin-formatics yang menjadikan Geografi sebagai sebuah

Anchor terhadap disiplin lain tentunya membuka poten-si–potensi dan peluang baru untuk kita gali lebih dalam lagi sebagai seorang Mahasiswa. Ketakutan yang berlebihan terhadap “garis batas” Ilmu Geografi sudah selayaknya kita benar–benar kritisi den-gan argumentasi logis un-tuk menghindari kungkun-gan yang berujung dengan mendeskritkan Ilmu Geografi itu sendiri.

23 24Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 16: Lintang0 Juni 2015

Perkembangan zaman dan globalisasi mampu men-gubah pola pikir manusia mengenai pilihan untuk berl-ibur. Tak banyak orang yang lebih memilih berlibur ke ka-wasan-kawasan marginal yang mampu menyuguhkan penampilan dan kemasan yang berbeda. Hal ini terja-di karena adanya pergeser-an makna kepariwisataan yang mengharapkan sebuah perjalanan lebih berkesan, berkualitas dan menam-bah pengetahuan mengenai fenomena alam serta lokasi yang baru. Perkembangan gerakan wisata ini dikenal dengan ekowisata yang meli-puti kegiatan wisata berbasis keinginan untuk tahu (scien-tific), mengerti dan menikma-ti keindahan (aestetic) dan menghayati nilai dan makna (philosophical). Inilah awal pengenalan Karst sebagai pilihan pertama pengembangan wisata berli-bur sebagai kawasan margin-al dengan khas yang berbeda. Ukiran-ukiran dan fenomena yang dibentuk oleh Karst tak pernah membuat kita berhenti berdecak kagum. Bagaimana tidak? Sudahkah anda pergi ke Yogyakarta? Lebih tepat-nya di wilayah Gunung Kidul

terdapat barisan wisata yang dihasilkan oleh Karst dan tidak bisa dipungkiri keindahann-ya. Sebut saja Goa Pindul, Pantai Parangtritis, dan lain-lain. Ternyata surga itu tidak hanya berhenti di Yogyakarta dan Gunung Kidul saja. Ma-sih merupakan satu kesatuan dari rangkaian pegunungan selatan pulau Jawa yang men-awan, surga bentukan alam karst juga banyak dijumpai di Pegunungan Sewu. Pegunun-gan Sewu membentang di sebelah Barat Provinsi Jawa Timur dan melintasi Kabupat-en Pacitan.

Pegunungan Sewu : Pe-gunungan 40.000 Kubah Karst Gunung Sewu di-cirikan dengan adanya 40.000 Kegel Karst atau Kubah yang terbuat dari batuan kapur den-gan dominasi struktur geologi berupa karst patahan dan li-patan. Pegunungan Sewu mempunyai ciri khas yang berbeda dengan pegunun-gan karst di Gunung Kidul. Bentukan karst di Kabupaten Pacitan dan Wonogiri – Yog-yakarta memiliki perbedaan karena pegunungan Sewu di pacitan terletak di daer-ah dengan aktivtas tektonik yang lebih aktif. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan perbe-daan penampakan morfololo-gi pantai di kawasan Gunung Kidul dan Pegunungan Sewu Pacitan. Karst Gunung Sewu termasuk dalam klasifikasi tipe transisi yang berkembang di batuan karbonat relatif te-bal. Pelarutan yang terjadi di Gunung Sewu sangat intensif pada jalur patahan sehinga termasuk dalam tipe karst lab-yrint. Awal mulanya bentukan karst ini berasal dari dasar laut dangkal yang mengalami pen-gangkatan akibat tenaga en-dogen. Pengangkatan terkini terdeteksi pada pantai yang menghasilkan inklinasi region-al pada permukaan abrasi. Keunikan tersendiri yang ada di Gunung Sewu yaitu adan-ya aliran bawah tanah akibat masuknya air hujan ke dalam retakan akibat pengangkatan sehingga banyak terdapat goa-goa dengan stalaktit dan stalagmit yang cantik. Tak heran jika Kabupaten Pacitan dijuluki sebagai “Kota 1001 Goa”.Kawasan Geopark Pacitan Pemerintah Repub-lik Indonesia tengah mem-persiapkan Kabupaten Pac-itan sebagai Geopark untuk didaftarkan ke PBB. Bentukan karst yang hampir tersebar

MENCICIPI SECUIL SURGA DI JAWA TIMUROleh: Birohmatin Amalisana

di seluruh wilayah adminis-trasi Kabupaten Pacitan tel-ah membuat daerah ini dilirik banyak peneliti dunia. Menurut para ahli geologi, ciri khas yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan memiliki nilai jual yang tinggi. Pengemasan pengem-bangan Geopark Pacitan di-dasarkan pada geotrails yang berada di wilayah Kabupaten Pacitan seperti :•Lintasan Geologi Teluk Pac-itan berkaitan dengan proses pengangkatan aktif pantai se-latan Pulau Jawa yang me-nimbulkan berbagai keunikan bentuk pantai.•Lintasan Geologi Punung berhubungan dengan bentu-kan goa dan sejarah arkeologi masa lalu seperti artefak dan bekal kubur•Lintasan Geologi Sungai Basoka menawarkan aspek geologi yang menghiasi pe-ngunjung di sepanjang per-jalanan yaitu adanya singka-pan batuan Oligomiosen dan Miosen Tengah serta adanya sungai yang kaya dengan fosil koral, foraminifera dan molus-ka.•Lintasan Geologi Desa Ngri-jangan menyuguhkan wisata arkeologi berupa artefak pada zaman Neolitikum.•Lintasan Geologi Pantai Barat Pacitan dihiasi dengan fenomena karst yang berbe-da-beda antara lain sinusoida atau bukit-bukit soliter dari batuan kapur, menara ka-rang hasil pengangkatan aktif struktur geologi pantai sela-tan, pantai batuan karst, ser-ta muara sungai bawah tanah yang berasal dari goa. Ekowisata kawasan

geopark pacitan yang lebih banyak memanfaatkan unsur estetika, keunikan dan ke-langkaan oleh gejala ekso-en-dokarst terletak di bagian Barat. Kawasan ini memiliki banyak objek ekowisata yang tersebar di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, dan Ke-camatan Pringkuku. Sudah waktunya un-tuk memperkenalkan Pacitan sebagai “The Little Paradise” yang tersembunyi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Pac-itan dengan pesona bentan-gan karstnya perlu dimasuk-kan sebagai nominasi wisata terbaik di Jawa Timur selain Bromo-Semeru, Pulau Sem-pu, Kawah Ijen, Baluran dan lain-lain. Sudah saatnya kita membedah kecantikan alami kota paling barat daya dari provinsi Jawa Timur ini yang bisa dicapai dengan mene-mpuh jarak 100 km dari Solo dan 270 km dari Surabaya. Apa saja mahkota alam dari kota kelahiran mantan presi-den Susilo Bambang Yudhoy-ono ini?

Goa Gong, Menuju Perut Bumi Berhias Selendang Bidadari Ini adalah alasan mengapa Pacitan dijuluki se-bagai kota “1001 Goa”, akan tetapi dari sekian banyak gua yang terdapat di Pacitan, Goa Gong disebut-se-but sebagai goa terindah se-Asia Tenggara yang

akan memanjakan pengun-jung dengan pesona stalakmit dan stalaktit yang memukau. Goa Gong terletak di Dusun

Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung dan berjarak sekitar 35 km dari Kota Pacitan. Goa dengan kedalaman 256 meter ini memiliki stalakmit dan sta-laktit berumur ratusan tahun. Pemandangan yang dibentuk oleh stalaktit dan stalakmit ini berupa shawl drappery, reka-han endapan kalsium dan te-tesan air di ujung goa yang membentuk danau kecil di dalamnya. Rata-rata pertum-

25 26Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 17: Lintang0 Juni 2015

buhan panjang stalaktit dan stalakmit di goa berkisar 0.1 hingga 0.13 mm per tahun. Berdasarkan cerita turun tem-urun dari masyarakat, goa ini ditemukan oleh Mbah Noyo Soemito dan Mbah Joyo Rejo pada tahun 1924, disaat Pac-itan dilanda kekeringan dan kedua lelaki tersebut berusa-ha mencari sumber air hingga menemukan goa tersebut. Mulut Goa Gong ter-lihat tak begitu lebar bahkan akan menimbulkan perkiraan bahwa goa ini akan gelap gu-lita dan sempit, namun saat memasuki ruang-ruangnya yang sangat luas tentu akan mengundang decak kagum. Terdapat 7 ruang dan 4 sen-dang atau juga disebut den-gan mata air tersembunyi di kedalaman goa sambil mem-perlihatkan ukiran karst yang unik dan menakjubkan. Tiap ruang menawarkan keinda-han dan bentuk stalaktit dan stalakmit yang berbeda. Ter-dapat sendang yang berna-ma “Sendang Bidadari” yang mengeluarkan air jernih dan ada pula ruang yang memiliki stalaktit unik jika ditabuh akan mengeluarkan bunyi seper-ti gong. Berdasarkan kisah warga lokal, goa ini dinamai sebagai Goa Gong karena masyarakat sering menden-gar adanya suara gema gong yang berasal dari dalam goa. Perjalanan menuju perut bumi tak akan membuat anda ke-takutan, bahkan anda akan menyaksikan keindahan cip-taan alam menakjubkan. Rute perjalanan menuju Goa Gong di Pacitan ditempuh pada jalanan yang

mudah dan bagus. Untuk menuju ke Pacitan terdapat 2 alternatif pintu masuk. Per-tama adalah jalur utama yang dapat di tempuh dari Solo maupun Surabaya dengan kondisi jalan yang sudah cuk-up bagus. Transportasi umum yang dapat anda tempuh yai-tu jurusan Madiun, kemudian berganti bus menuju Ponoro-go – Pacitan. Alternatif kedua adalah melewati jalur Wonogiri – Ngadirojo – Donorojo kemu-dian sampai di Goa Gong.

Alunan Musik Ombak Samudera Di Pantai Klayar Sekitar 45 km terletak dari Kota Pacitan, searah den-gan wisata Goa Gong, Pantai Klayar terletak di desa Kalak, Kecamatan Donorojo. Kom-posisi lautan samudra hindia dengan ombak yang tinggi dan wilayah karst sejajar memben-tang di pesisir pantai tergam-bar dengan jelas di pantai ini. Gejala pengangkatan karang aktif dapat terlihat dengan adanya menara-menara ka-rang dengan tinggi mencapai 50 meter. Menara berukir yang dibentuk oleh hantaman om-bak khas pantai selatan men-jadi ciri khas tampilan pantai Klayar. Tebing kapur ini seo-lah menjadi raja yang kokoh memandang luasnya ham-paran air biru samudra hindia. Salah satu dari menara karang tersebut berbentuk seperti pa-tung sphinx di Mesir. Ombak khas pan-tai Klayar dapat memainkan sebuah alunan musik yang muncul secara alami pada “Seruling Samudra”. Seruling Samudra yang terdapat di

pantai Klayar terbentuk kare-na adanya cekungan pada bagian bawah tebing karang. Saat cekungan ini diterjang oleh ombak maka air laut menyembur melalui sela batu karang setinggi 10 meter dan

menghasilkan bunyi yang in-dah seperti bunyi seruling. Di Pantai Klayar, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mandi di pantai karena om-baknya yang tinggi dan keras. Di kawasan pantai Klayar, anda dapat menikma-ti tiga bentukan pantai yang berbeda. Pantai dengan pasir halus dan karang penghalang berjajajar dipinggirnya, pan-tai yang menjorok ke dalam akibat tekanan dua menara karang yang menghasilkan dentuman ombak super ting-gi dan pantai patahan dengan tebing-tebing tinggi disekelil-ingnya. Menikmati sunset lay-aknya berlibur di Pantai Tanah Lot, Bali, dapat disuguhkan sempurna oleh pantai Klayar.

Pantai Buyutan, Si Perawan Dari Dewa Narada. Masih dalam deretan jalur wisata Goa Gong dan Pantai Klayar, Pantai Buyutan terletak di Desa Widoro, Ke-camatan Donorojo. Pantai Buyutan mungkin belum se-populer pantai Klayar namun keindahannya dapat diseja-jarkan pada level yang sama. Lokasinya berdekatan dengan

pantai Klayar dan pantai unik lainnya yaitu pantai Banyutibo. Akses untuk menuju ke pantai ini sedikit lebih sulit diband-ingkan dengan pantai Klayar. Pemandangan hijau nan segar disuguhkan di pintu masuk pantai Buyutan yang merupa-kan hamparan persawahan dengan hiasan gubuk-gubuk petani yang akan mengantar-kan pengunjung melupakan suasana bising di perkotaan. Setelah itu jalan berkelok yang cukup curam akan membuka pesona sesungguhnya dari pantai yang tersembunyi di balik tebing patahan karst. Hamparan pasir putih yang masih sangat perawan dan air laut jernih berhias deburan suara ombak khas pantai se-latan sungguh akan menjad-ikan pantai ini sebagai pantai yang paling dirindukan dan tak terlupakan. Tepian pantai biru bergaris lurus dihiasi dengan pepohonan hijau adalah kom-binasi sempurna untuk pantai Buyutan. Dari segi geologi, pan-tai Buyutan terbentuk oleh pengangkatan aktif di sepan-

jang pantai yang menghasil-kan morfologi tebing setinggi puluhan meter. Dari tebing inilah kita dapat menikma-ti pantai di sisi yang berbeda dari pantai-pantai di Indo-nesia, kita dapat menikmati keindahan pantai Buyutan dari

atas tebing sehingga tergam-bar jelas dalam bingkai mata seluruh kenampakan pantai Buyutan yang mempesona. Sea stacks (pulau karang) yang berserakan adalah sisa tanjung yang hancur akibat terpaan ombak. Salah satu sea stacks yang menjadi ciri khas pantai Buyutan ada-lah pulau karang Mahkota Dewa Narada. Menurut mi-tos setempat, batu karang ini merupakan mahkota dari dewa Narada yang terjatuh. Pantai Buyutan menampil-kan suasana yang mistis jika diamati lebih, hal ini mungkin dikarenakan pantai ini masih perawan dan belum banyak pengunjung yang datang se-hingga sering disebut sebagai “Private Beach”, namun inilah yang sebenarnya diharapkan masyarakat lokal untuk tetap membiarkan pantai Buyutan tetap suci dan perawan se-bagai warisan alam. Dari seki-an banyak deretan pantai di Pacitan, pantai Buyutan inilah yang menjadi lokasi terbaik untuk menikmati sunset, bah-kan mengalahkan pantai Kuta yang fenomenal.

Untuk Semua Penikmat Anugrah Tuhan, Traveling, menemu-kan wisata baru, menikmati keindahan alam yang masih suci, baru-baru ini menja-di trending topik di kalangan anak muda Indonesia. Banyak yang berlomba-lomba untuk mengeksplorasi tempat-tem-pat yang belum pernah terja-jah sebelumnya. Kita memang harus berbangga dengan ukiran tanah Indonesia yang

memberikan beragam fenom-ena alam yang menakjubkan. Bahkan traveling merupakan salah satu cara ampuh untuk mengobati kepenatan dan stress yang dialami pada ke-giatan sehari-hari dan terma-suk dalam kebutuhan rohani manusia. Sayangnya, tak ban-yak yang mengartikan travel-ing sebagai kegiatan yang ber-dampak positif bagi penikmat maupun objek yang dinikmati. Bukan berarti artikel atau-pun tulisan yang menunjukan surga baru di bumi ini mer-upakan sebuah target baru untuk merusaknya menjadi kawasan yang tak lagi dicap sebagai surga. Apakah trav-eling hanyalah kegiatan yang sekadar pergi dan menikmati? Kita juga tak boleh lupa untuk tetap peduli dengan kesu-cian wisata setempat dengan menjaga kebersihan dan ke-alamiannya. Karena traveling bukanlah perlombaan men-gunjungi suatu tempat namun salah satu cara untuk menum-buhkan rasa syukur sebagai manusia atas ciptaan Tuhan yang maha kuasa.

27 28Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 18: Lintang0 Juni 2015

Pada akhir bulan Ok-tober tahun 2014 Kelompok Studi Geografi (KSG) men-gadakan penelitian tentang kondisi sosial budaya di suatu masyarakat atau suku ter-tentu. Setelah berdiskusi pan-jang, maka ditetapkanlah Suku Baduy sebagai objek peneli-tian kami. Suku ini merupakan suku yang dinilai unik. Di ten-gah pengaruh globalisasi yang kian mengempur kehidupan masyarakat luas, suku ini cenderung lebih mempertah-ankan adat istiadat mereka. Untuk menjaga kemurnian tr-adisi, suku baudy juga tidak tersentuh teknologi. Karena

luasnya aspek sosial budaya, maka agar lebih fokus, pene-litian ini kemudian dipersempit ruang lingkupnya. Fokus uta-ma penelitian ini adalah ruang pribadi masyarakat baduy.

Ruang pribadi mas-yarakat Baduy adalah tempat orang baduy melakukan ak-tifitas pribadinya atau rumah orang Baduy. Waktu yang di-habiskan masyarakat Baduy di dalam rumah berkisar antara 13-15 jam per hari. Kegiatan yang dilakukan oleh seorang Ibu dalam keluarga Baduy di dalam rumah salah satunya yaitu kegiatan memasak. Ber-beda dengan perempuan, la-ki-laki di Baduy menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah karena lebih banyak waktu di ladang. Dari segi arsitektur rumah Baduy sangat unik. Mulai dari pemilihan bahan, proses pembangunan rumah hingga bentuk rumah Baduy memiliki kekhasan tertentu. Setiap rumah memiliki benda yang digunakan sebagai ben-da penolak bala. Salah satu benda “tolak bala” ini berupa lembaran-lembaran daun aren yang diikat di atas pintu. Daun “penjaga” ini akan diletakkan selamanya di atas pitu untuk kepentingan keamanan. Salah satu benda “penjaga” lainn-ya ialah botol yang berisi air

gunung. Bagian atap mem-bentuk bangun segitiga yang meruncing ke atas melam-bangkan buana nyuncung (Garna, 1985). Atap bangu-nan terbentuk oleh tiga raran-gki atau rangka kuda-kuda atap dalam arah melintang bangunan (sulah nyanda) dan dua buah panglari atau kon-struksi kuda-kuda dalam arah memanjang bangunan. Atap rumah terbuat dari daun kirai sehingga disebut juga atap rumbia/atap kirai. Untuk lua-san atap 1 m2 (meter perse-gi) membutuhkan 10 lembar rumbia/ kirai. Apabila hujan terus menerus maka rumah akan basah oleh air, untuk mengatasinya, mereka hanya menggunakan “pel-an” untuk membersihkan lantai rumah mereka. Lantai dan tembok terbuat dari anyaman bambu.

Pembagian Ruang Seluruh rumah mas-yarakat Baduy memiliki tata ruang yang sama. Rumah terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu ruang tamu, ru-

Foto

By

: Nail

i Fat

hiya

h

Ruang Pribadi Masyarakat BaduyOleh

Riedzqhy Amalina FAH (Anggota Departemen Penelitian KSG UI 2015) dan Adib Ahmad Kurnia (Anggota Departemen Penulisan KSG UI 2015)

Foto By : Naili Fathiyah

ang pribadi dan dapur. Ruang tamu ini merupakan ruangan yang paling luas dibandingkan ruang-ruang lainnya. Ruang tamu ini membentuk huruf “L”. Pada sisi yang pendek digunakan un-tuk menyimpan kasur, bantal dan pakaian-pakaian kering. Meskipun disebut ruang tamu, ruang ini tidak hanya digunakan untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke rumah mereka. Ruang tamu ini juga mer-angkap fungsi ruang keluarga yaitu sebagai tempat berkumpul anggo-ta keluarga. Meskipun begitu, tidak terdapat sekat yang membagi ruang tamu dan ruang keluarga ini. Pem-bangunan rumah dilakukan secara gotong-royong. Proses pembuatan rumah dari awal hingga akhir bi-asanya memerlukan waktu selama 1 bulan dan membutuhkan tenaga kerja 2 hingga 5 orang. Masyarakat Baduy juga memiliki ruang pribadi. Ruang pribadi ini disebut juga kamar tidur. Biasanya setiap rumah memiliki dua (dua) kamar tidur, satu kamar tidur untuk anak dan satu kamar untuk orangtua. Seperti rumah pada umumnya, di dapur rumah masyarakat Baduy terdapat pelengkapan mema-sak seperti rak piring, meja, dan alat-alat memasak. Alat untuk memasak yang digunakan adalah tungku. Tungku ini memiliki dua perapian.

Sumber Gambar:Gambar 1. Piktorial denah ba-ngunan Sumber: download.portalgaruda.org/

Foto By : Naili Fathiyah

29 30Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 19: Lintang0 Juni 2015

Kali ini adalah perjala-nan pertama saya sebagai caang GMC. Pasti ga sabar ingin tahu seperti apa perjala-nan saya kali ini? Saya akui saya cukup bersemangat dari persiapan sebelum perjala-nan, seperti persiapan fisik yaitu jogging, warming up, cooling down, push up, sit up sampai bending (ini yang pal-ing berkesan menurut saya karena hal ini sangat penting). Kenapa? Karena ada pepatah mengatakan bahwa “every step you take, is a step away from where you used to be”. Oleh karena itu, persiapan fisik inilah yang akan menjadi pembiasa saya ketika nanti di lapangan, sebagai pendaki, saya akan mendaki gunung yang medannya saja sudah berbeda dari medan yang se-hari-hari biasa dilalui, di sinilah saya butuh persiapan ekstra. Inilah pula alasan mengapa mentor sering mengingatkan untuk tetap rutin jogging. Setelah melewati 2 minggu tahap persiapan, akh-irnya tibalah hari keberang-

katan kita! Waah tidak sabar menunggu seperti apa per-jalanan nanti. Jumat, 6 Maret 2015, mengapa jumat? Saya juga tidak tahu, yang pasti menurut saya agar waktun-ya dapat memenuhi hari-hari berikutnya di mana saya akan kembali lagi beraktivitas. Mu-dah2an berkah pula dengan hari keberangkatan di Jumat ini. Sekitar pukul 5, calon ang-gota lain masih berada di Dal-las untuk memanjakan perut sebelum menempuh perjala-nan di hari itu. Beberapa dari mereka tidak ingin terlalu me-manjakan perut karena dikha-watirkan untuk buang air be-sar di gunung. Ya, memang, buang air besar di gunung merupakan salah satu hal yang dihindari karena harus menggali tanah di sana, hehe seperti kucing. Akan tetapi, saya tetap memanjakan perut seperti biasa. Lho? Tidak takut buang air besar di gunung? Pasti itu adalah pertanyaan-nya. Prinsip saya adalah tu-buh kita akan mengeluarkan energi yang lebih banyak dari

biasanya. Oleh karena itu, tu-buh membutuhkan asupan lebih banyak. Pada lain hal, saya juga khawatir, oleh kare-na itu saya memaksakan un-tuk makan banyak serat agar buang air besar di kampus. Tapi ternyata tidak berhasil teman-teman, padahal saya sudah makan nasi soto dag-ing, ditambah icip mi instan punya teman, sampai minum jus pukulbu. Sekitar pukul 19.15 saya berangkat dari depan Departemen Geografi bersa-ma kelompok saya. Sebel-umnya saya ingin memperke-nalkan kelompok perjalanan pendek saya, yaitu Febian Garvin (Geografi 2014), Rani Qurrata ‘Aini (Geografi 2014), Morawej Madani (Geografi 2014), dan saya sendiri Zulfa Nadia (Geografi 2013). Kelom-pok saya dimentori oleh Randy Febri Nanda (Geografi 2013), Fathinya Dzikraini (Geografi 2013), dan Yusuf Abdurrohim (Geografi 2013). Rute awalnya yaitu naik kereta dari Stasiun Pondok Cina sampai Stasiun

GMC mengadakan open recruitmen anggota baru di semester ini. Untuk menjadi anggo-ta, para Calon Anggota (Caang, dibaca ca-ang) menjalani serangkaian ‘perjalanan’. Pada edisi ini Lintang 0 secara eksklusif mendapatkan cerita perjuangan Caang GMC yang dapat dibaca di bawah ini.

When You Fall In Love at The First Sight, Trip to Joglog

Oleh: Zulfah Nadia

Bogor dengan biaya Rp 3000. Kira-kira saya jalan kaki ber-sama kelompok saya selama 10 menit ke Stasiun Pondok Cina. Karena kebetulan saya, Rani, Randy, Fathin dan Yusuf sudah memiliki kartu Multitrip, jadi tidak perlu membeli tiket lagi dan kebetulan Garvin dan Owet (Morawej) sudah punya Tiket Harian Berjaminan. Waktu perjalanan ke Stasiun Bogor berbaren-gan dengan waktunya orang pulang kerja, jadi ya wajar saja kalau kondisi di dalam kereta penuh sesak. Sistem naik keretanya tidak langsung berbarengan satu kelompok dalam satu gerbong, tapi saya berpisah dengan teman-teman sekelompok di gerbong lain. Sekitar pukul 20.30 sam-pailah di Stasiun Bogor dan kegiatan selanjutnya adalah menunggu carteran angkot dan teman-teman kelompok lain yang belum sampai. Akh-irnya angkot sudah siap dan saya dengan teman kelompok saya sudah berada dalam an-gkot untuk berangkat ke en-try point pukul 21.49. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam 23 menit, angkot kami sampai di entry point. Dengan mata sayup-sayup mengan-tuk, kelompok saya mulai per-

jalanan ke camp1. Berangkat dari entry point pada pukul 11.58 dan sampai di camp 1 pukul 01.02. Malam itu begitu din-gin, namun sudah tampak sedikit demi sedikit kerucut Gunung Joglog. Ketika sam-pai di camp 1, mendirikan tenda merupakan hal perta-ma yang harus dilakukan dan sambil membuat minuman hangat. Hangatnya m*lo sep-ertinya belum cukup untuk meredupkan rasa penasaran akan sayup-sayup pemandan-gan asli Gunung Joglog. Has-rat untuk menikmati indahnya malam di camp 1 luntur kare-na semua calon anggota ha-rus beristirahat di dalam ten-da pada pukul 01.30 untuk memaksimalkan tenaga pada perjalanan di esok hari. Keesokan harinya, awan mulai menunjukkan gumpalannya di pemandangan bawah camp 1 yang seke-tika membuat saya jatuh cinta pada pandan-gan pertama, ah mungkin ini ter-lalu berlebihan, tapi memang begitu adanya.

Kegiatan selanjutnya adalah plotting lokasi absolut. Pada awalnya, cuaca pada saat itu cukup cerah. Akan tetapi, se-cara drastis berubah menjadi berkabut dan mendung, lalu gerimis. Ya sudahlah, mun-gkin belum rezekinya untuk kesempatan melihat puncak gunung lainnya sebagai acuan untuk teknik resection. Pemanasan dimu-lai pada pukul 07.29 setelah kelompok saya memberikan titik koordinat lokasi absolut pada saat itu dan dilanjut-kan dengan bersiap-siap be-rangkat menuju Puncak Gn. Joglog. Setelah menempuh perjalanan yang begitu ekso-tis, saya merasa banyak ke-jutan dibalik love at fisrt sight nya saya terhadap perjalanan kali ini. Medan yang naik turun ini membuat kelompok saya cukup terengah-engah da-

31 32Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 20: Lintang0 Juni 2015

lam menempuhnya, apalagi setelah perkenalan kami ber-sama pacet di tengah hutan yang direspon oleh beberapa anggota kelompok saya den-gan cukup histeris, termasuk saya juga, hehe. Pada perjalanan ini saya belajar bahwa puncak itu memang tujuan, tetapi bukan tujuan utama. Tujuan utama kelompok saya adalah untuk dapat kembali lagi ke rumah masing-masing dengan se-lamat. Antar anggota, harus dapat mengerti kemampuan anggota kelompok lainnya, bukan malah unjuk gigi ke-mampuan masing-masing. Setelah menempuh 3 seten-gah jam perjalanan, yaitu

pada pukul 11.00, sampailah kelompok saya di Puncak Gunung Joglog dibarengi oleh rintik hujan. Kelompok saya adalah kelompok yang perta-ma berangkat, namun bukan yang pertama sampai. Hal terenting adalah keselamatan semua anggota kelompok. Karena cuaca sedang kurang bersahabat, indahnya peman-dangan dari puncak Gunung Joglog belum bisa terlihat. Setelah makan siang di puncak, perjalanan ini ber-lanjut ke Bedeng. Sampai di Bedeng pada pukul 15.00, di Bedeng inilah kelompok saya dan kelompok lainnya mendi-rikan tenda dan melakukan sharing serta evaluasi bersa-

ma senior tentang perjalanan setiap kelompok pada hari itu. Kesimpulan dari evaluasi hari itu adalah semakin mendapat ilmu baru, semakin merasa masih bodohnya diri ini. Masih banyak ilmu yang harus dipe-lajari, entah navigasi, medis, manajemen perjalanan, dan lainnya. Banyak hal yang ha-rus ditempuh. Seperti pepa-tah mengatakan, ‘Ingin suk-ses, namun tak kau tempuh jalannya. Sesungguhnya kapal tidak berlayar di atas daratan’ . Sampai jumpa di perjalanan berikutnya, sampai jumpa di kapal yang berlayar di lautan.

Perjalanan yang mengesank-an ini dimulai dari persiapan melatih diri dalam menangani kondisi gawat terutama men-genai keselamatan pendaki di atas gunung. Pelatihan ini bisa disebut pelatihan medis sederhana dengan menge-tahui pertolongan pertama pada kecelakaan yang dapat terjadi pada saat perjalanan. Di samping itu, kemampuan navigasi layaknya kompas yang terpasang di otak, mer-upakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh seorang pendaki. Mengapa? Karena apapun yang terjadi, seorang

pendaki harus menggunakan konsep STOP (Stop, Think-ing, Observe, dan Plan). Pada tahap thinking, observe, dan plan inilah kemampuan navi-gasi digunakan. Keterbatasan informa-si tentang gunung yang akan kami daki merupakan hal yang menjadi acuan kami, hal apa yang harus dilakukan ketika informasi tidak ada. Informa-si mengenai gunung tersebut paling tidak adalah mengenai di mana, berapa jarak & wak-tu tempuhnya dan bagaimana mencapai titik tersebut. Hal-hal persiapan ini telah kami

persiapkan pada tanggal 9 Maret – 16 April 2015. Perjalanan dimulai pada hari Jumat, 17 April 2015 pada pukul 19.00 dengan ber-kumpul di depan UPP mengh-adap ke arah lapangan MIPA. Keberangkatanpun selesai beriring secara bergantian per kelompok jalan. Kelompok kami mendapat urutan kedua. Kami terdiri dari Kurniawan Ramadhan, Armila Rista, dan Zulfa Nadia. Dengan berjalan kaki ke Stasiun Pondok Cina selama 11 menit, sampailah di stasiun pada pukul 19.26. Lalu, kelompok kami dengan

Bertahan dalam Keterbatasan

kelompok lain berpisah ger-bong ketika berangkat dan bertemu di depan gerai Dunkin Donut’s- Stasiun Bogor pada pukul 20.10. Dilanjutnkan den-gan berangkat bersama me-makai carteran angkot, kami sampai di Basecamp pada pukul 22.45. Sekedar infor-masi bahwa lokasi yang kami jadikan sebagai basecamp adalah sebuah saung yang dimiliki oleh salah satu dosen Geografi, Pak Tjiong Giok Pin di Desa Tenjolaya. Pada hari pertama, kami menghabiskan sisa waktu perjalanan kami dengan beristirahat untuk ber-siap-siap kegiatan mendaki pada hari kedua. Hari kedua, Sabtu, 18 April 2015, cuaca cerah, tidak ada kabut, suhu sejuk. Kegiatan dimulai pada pukul 05.00 untuk kegiatan mema-sak, sarapan, dan plotting titik lokasi basecamp dengan metode orientasi medan dan resection. Dua jam kemudian, turun rintik hujan (gerimis) se-lama 30 menit. Setelah sara-pan dan bersiap-siap, kami melanjutkan perjalanan kami pada pukul 09.03. Kelompok kami mendapat kelompok bagian Timur, yaitu kelompok yang menempuh titik 1, 2, dan 3 dengan punggungan di se-belah Timur basecamp. Detail koordinat yang kami peroleh adalah-basecamp : 8862 mT 6222 mU-titik 1 : 8934 mT 6272 mU-titik 2 : 8956 mT 6232 mU-titik 3 : 8980 mT 6214 mU Pada perjalanan dari basecamp ke titik 1, kami menghadapi kesulitan da-

lam orientasi medan dan ke-terbatasan kemampuan yang berakibat pada terlewatnya titik 1 dan titik 2. Konsekuen-sinya adalah kami kembali lagi ke titik 1 untuk mendapatkan dokumentasi dengan menem-puh kembali perjalanan ke titik 1. Akhirnya, kami beristirahat di titik 1 untuk makan siang pada pukul 12.08. Perjalanan dari titik 1 ke titik 2 dilalui tanpa ham-batan, dengan menghitung jarak perkiraan yang ada di peta ke dalam langkah dari perbatasan beda tutupan la-han di peta. Kami sampai di titik 2 pada pukul 12.50. Lalu, dilanjutkan ke titik 3, kami mendapat hambatan dalam menentukan bearing (kare-na keterbatasan kemampuan lagi). Akan tetapi, beberapa dari kami melakukan teknik blitz dalam mencari titik 3. Kami sampai ke titik 3 pada pukul 13.44 dan kembali lagi ke titik 2 dengan kondisi ke-hilangan kompas. Selain itu, kami memiliki tujuan dengan arah bearing 290o dari titik 3 dengan ciri-ciri tempat lan-dai. Lokasi ini kami tempuh dengan menuruni lembah dan menyebrangi sungai dan naik kembali ke punggungan Barat. Kami sampai pada lokasi landai ini pada pukul 15.33 setelah tangan dari Zu-lfa mengalami cedera patah. Pada lokasi landai ini kami memutuskan untuk melaku-kan pertolongan petama pada tangan Zulfa yaitu dengan membidai lengan bawahnya. Pada pukul 16.10 kami sam-pai di lokasi Camp 2 dengan kondisi lelah, lapar, dan kondi-

si salah satu teman kami be-lum stabil (Zulfa). Akhirnya kami memutuskan untuk ber-istirahat di lokasi ini dengan membuat bivak, tetapi kami mengalami kehilangan beber-apa logistik makanan untuk 1 hari kedepan. Oleh karena itu, kami bertahan dengan makanan seadanya dengan makanan survival individu yang kami bawa di survival kit. Kegiatan berlangsung sam-pai esok hari pada tanggal 19 April 2015 bahwa kami men-dengar suara orang berteriak minta tolong karena tesesat. Kami menolongnya dengan peralatan survival kit. Pada pukul 11.48 (19/04/15) kami melakukan perjalanan ke basecamp un-tuk kembali pulang ke rumah kami masing-masing. Cuaca cerah dan kami tidak meng-hadapi hambatan dalam per-jalanan menuju basecamp. Akhirnya, pukul 12.36 kami sampai kembali di basecamp, lalu kami lanjutkan dengan kegiatan bersih-bersih serta makan siang dengan mema-sak masakan seadanya. Sam-pailah pada pukul 16.33 kami berangkat kembali ke rumah kami masing-masing dengan carter angkot ke Stasiun Bo-gor bersama-sama. Ketika berada da-lam keterbatasan, otak mulai bekerja keras untuk meny-iasati situasi tersebut. Inilah gambaran hidup bahwa tak selamanya hidup itu indah, kau harus belajar bertahan da-lam keterbatasan. Terkadang, keterbatasan ini lah yang mendorong kita untuk bangkit dan lebih terdepan.

33 34Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 21: Lintang0 Juni 2015

“Apa sih Lensa Geo itu?”Mungkin, banyak dari kalian yang belum tahu atau jarang mendengar tentang apa itu Lensa Geo. Nah, di edisi bu-lan Mei kali ini, Tim Lintang 0 mendapatkan kesempatan wawancara dengan salah satu anak geo berandil besar dalam project tersebut. Dia adalah Rosi Handayani, Koor-dinator Kesenian Departemen OASIS Tahun 2015. Yuk kita simak hasil wawancaranya!

Q: Apa sih Lensa Geo itu?A: Jadi, Lensa Geo itu adalah sebuah wadah, sebuah tem-pat dimana mahasiswa atau mahasiswi geografi bisa nyal-urin foto mereka atau ngasih foto mereka ke kita, maha-siswa geografi yang lain. Bisa dibilang kalo Lensa Geo itu sebuah tempat dimana kalo lo misalnya punya foto bagus atau punya tempat bagus yang recommended, lo bisa banget bagi foto lo untuk di-kasih ke kita, ke Lensa Geo.

Q: Terus, tujuan didirikannya Lensa Geo untuk apa sih?

A: Sayang banget kan kalo geografi yang suka jalan-jalan, suka ke tempat bagus, dan pastinya kalo lo pergi, lo akan memfoto sesuatu, capture something then. Sayang ban-get kalo misalnya foto bagus itu, tempat bagus itu lo keep fotonya dan lo nggak kasih tau ke temen-temen lo. Tujuannya simple, ya kalo lo anak geo yang suka jalan-jalan dan pu-nya foto bagus, coba deh bagi fotonya ke kita biar kita bisa belajar lewat foto.

Q: Nah, kalau sasaran dari project Lensa Geo ini, kira-kira siapa aja?A: Sasarannya adalah anak geo sendiri lah, mahasiswa atau mahasiswi geo yang suka jalan.

Q: Sejauh ini, gimana animo anak geo tentang Lensa Geo?A: Sejauh ini, gue masih beru-saha untuk mempublikasikan lagi. Mungkin, karena kon-sepnya belum begitu mateng. Sebenernya dari awal gue mau langsung buat ini jadi ko-munitas, tapi takutnya orang-

orang kaget, jadi awal-awal gue bikin ini sebagai sebuah perlombaan, dimana lo bisa unjuk gigi soal foto-foto lo, dimana lo bisa bagi foto lo ke kita dan kita nilai. Sejauh ini lumayan lah ya, walaupun nggak memenuhi target gue. Tapi gue cukup ya satisfied lah untuk tahap 1 ini, jadi gue juga bakal matengin konsep lagi gimana dan kedepannya gimana supaya makin jelas dan sasaran gue juga tepat.

Q: Apa aja harapan kedepan tentang Lensa Geo?A: Gue pengen buat ini jadi komunitas, dimana kita bisa jalan-jalan bareng atau hunting bareng terus ngefoto bareng tapi lewat sudut pandang geografi. Jadi kayak ngeliat secara spasial dan temporal-nya kayak gimana, perbedaan dari satu wilayah ke wilayah lainnya gimana. Terus, pokok-nya bikin komunitas ini jadi hidup dan bisa unjuk gigi.

Q: Kira-kira Lensa Geo mau ngadain kegiatan apa lagi nih di waktu mendatang?A: Pengen bikin pelatihan fo-tografi dasar, tapi masih lama kali ya. Karena, masih nanti. Mungkin nanti kalo ada sem-inar atau belajar bareng gima-na cara teknik fotografi dasar, mungkin gue akan kerja sama sama komunitas lain, Insya Al-lah doain aja gue bakal ngasih project baru lagi atau surprise baru dari Lensa Geo untuk warga geografi di liburan kali ini. Jadi gue bakal ngadain satu event buat anak geo di liburan kali ini.

Q: Yang terakhir, apa ada pesan untuk mahasiswa geo atau mungkin mau promosi soal Lensa Geo?A: Kalo lo ngerasa anak geografi yang suka jalan-jalan, kalo lo ngerasa foto lo bagus banget atau juga lo ngerasa lo adalah orang yang dewa dalam hal fotografi. Coba deh share foto lo bagi ke kita kasih tau ke kita foto lo kayak gimana biar kita bisa belajar bareng-bareng lewat foto.

Nah, gimana nih setelah kalian membaca tentang Lensa Geo? Apa mungkin kalian berminat gabung? Atau udah mulai kepikiran untuk ngasih foto ke Lensa Geo? Yuk bagi kalian yang emang punya passion di bidang fotografi, bisa banget nih ikut Lensa Geo :D (ANA)

"Take nothing but pictures. Leave nothing but footprints. Kill nothing but time"

35 36Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 22: Lintang0 Juni 2015

Foto Oleh: Zaenal Mutaqin

37 38Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 23: Lintang0 Juni 2015

SEMARAK GEOCUP 2015

Pertandingan Geografi Cup atau yang biasa disebut Geo Cup, tahun ini kembali dia-dakan. Acara rutin yang se-lalu dilaksanakan setiap ta-hun ini selalu menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh setiap mahasiswa atau ma-hasiswi Geografi. Selain aca-ra ini dapat menjadi ajang silahturahmi untuk setiap angkatan, juga menjadi wa-dah dalam mencari bakat-bakat mahasiswa/mahasiswi Geografi dalam bidang olah-raga untuk persiapan menuju perlombaan yang lebih besar yaitu MIPA Cup. Acara ini dii-kuti oleh seluruh mahasiswa/mahasiswi Geografi, terma-suk juga para alumni. Ada-pun jenis pertandingan yang dilombakan dalam Geo Cup 2015 ini antara lain Badmin-ton, Basket, Futsal dan Catur.Opening Geo Cup 2015 dim-ulai pada tanggal 13 Maret

2015. Dan berlangsung sela-ma lebih dari satu bulan yang diadakan setiap minggunya. Di minggu pertama dibuka dengan pertandingan Catur antara 2014 vs 2013 dan lalu dilanjutkan dengan pertandin-gan Futsal Putri antara 2013 melawan 2014 yang ber-langsung di lapangan FMIPA.

Pertandingan PembukaDi menit-menit pertama tim 2013 berhasil mencetak gol pertamanya saat itu. Tim 2014 juga tidak tinggal diam, mere-ka mencoba untuk mencetak gol tetapi berhasil digagalkan oleh kiper tim lawan. Gol kedua berhasil dicetak oleh tim 2013 dan berhasil diper-tahankan. Namun, tidak lama setelah itu gol pertama untuk tim 2014 berhasil dilayang-kan. Pertahanan tim lawan pun semakin dikerahkan. Di menit-menit terakhir babak

pertama, pertahanan kiper tim 2013 runtuh sehingga akhirn-ya tim 2014 berhasil mence-tak gol lagi menjadi 2-2. Di babak kedua pertandingan berlangsung dengan ketat. Seluruh pemain dari tim mas-ing-masing mengerahkan seluruh kemampuannya. Gol demi gol dengan cekatan di-gagalkan oleh kiper dari tim 2013 maupun tim 2014. Per-lawanan terus dilakukan dari masing-masing tim, hingga kedudukan menjadi seri 2-2. Di babak kedua ini terjadi pinalti. Tendangan pertama diluncurkan oleh pemain dari tim 2013. Namun sayang, berhasilkan digagalkan. Ten-dangan pertama dari pemain tim 2014 juga berhasil dihalau oleh kiper lawan. Skor beru-bah menjadi 0-1 saat kiper dari tim 2013 gagal menangk-is tendangan dari pemain tim 2014. Dan berubah lagi men-

Futsal Putra 2012 vs Alumni. Foto by tami

jadi 0-2 ketika tendangan yang dilayangkan pemain dari tim 2014 gagal ditahan. Sehingga pertandingan dimenangkan oleh tim futsal putri 2014, den-gan skor akhir 4-2. Selanjutnya ada pertandin-gan Basket Putra antara 2012 vs 2014. Pertandingan bas-ket putra pertama di opening Geo Cup berlangsung seru. Dengan tim yang sama-sa-ma memiliki pemain-pemain yang cukup berpengala-man pertandingan ini san-gat menarik. Di menit-menit pertama para tim dari 2014 sudah mencetak banyak an-gka, sementara tim 2012 jauh tertinggal. Sedikit demi sedik-it mereka mampu mengejar ketertinggalan skor. Namun, perlawanan demi perlawa-nan dilakukan oleh kedua tim. Pertahanan yang bagus dari 2014 membuat mereka un-ggul dengan skor sementa-ra 22-12. Sementara itu ke-jar-kejaran skor terus terjadi hingga pluit dibunyikan tanda waktu pertandingan berakhir. Dengan pemenangnya adalah tim basket putra 2014 dengan skor 32-22. Kemudian ada pertandingan Futsal Putra 2012 vs Alumni yang dimenangkan oleh tim 2012 dengan skor akhir 5-0. Dan pertandingan terakhir ada Futsal 2010 vs 2011 yang dimenangkan oleh tim 2010 dengan skor 3-2. Menurut jadwal opening Geo Cup saat itu, ada pertandingan Basket Putri antara 2013 vs 2011. Tetapi, sayangnya harus di-batalkan karena tim lawan dari 2011 tidak hadir di lapangan melebihi waktu yang ditentu-

kan. Para pemenang dari se-tiap pertandingan itu ke babak final.

BadmintonUntuk pertandingan Bad-minton diadakan di Gedung Dekanat Lantai 4. Pertandin-gan ini dibagi menjadi bebera-pa kategori, yaitu. Badminton Single Putra, Single Putri dan Ganda Campuran. Juara 1 pada single Putra jatuh pada Aji’12, juara 2 Giara’11 dan juara 3 Bina’14. Kemudian untuk Single Putri juara 1 di-pegang oleh Riri’11, juara 2 Sofi’12 dan juara 3 Tami’14. Selanjutnya ada Ganda Cam-puran yang dimenangkan oleh 2011 (Giara dan Riri) sebagai juara 1, 2012 (Deo dan Ririn) sebagai juara 2 dan Geografi 2013 sebagai juara 3.

CaturPada pertandingan Catur, juara pertamanya berhasil di-rebut oleh Febriska (2014), juara 2 dipegang oleh Dani (2013) dan juara 3-nya oleh Abed (2012).

Perebutan Juara 3Pertandingan perebutan juara ketiga Geocup tahun ini dilak-sanakan pada hari Jumat tanggal 11 April 2015 lalu. Namun, karena pada partai final sebelumnya, futsal putri 2010 versus 2012 tidak dilak-sanakan karena ada kendala di kedua tim maka final futsal putri juga dilaksanakan pada hari Jumat juga. Menurut jad-wal, perebutan juara ketiga ini terdiri dari futsal putra 2010 melawan 2013, futsal putri 2014 melawan 2011, basket

putra 2010 melawan alum-ni, dan basket putri 2011 melawan 2010.Akan tetapi, dari semua pertandingan yang telah dijadwalkan, hanya futsal putra 2010 melawan 2013 saja yang bertanding. Tim futsal putri 2011 tidak datang melebihi waktu yang ditentukan sehingga yang memegang juara tiga futsal putri yaitu 2014. Be-gitu juga dengan yang lain-nya. Hasilnya yaitu, juara satu futsal putri dipegang oleh 2012, juara tiga basket putra dipegang oleh 2010, dan juara tiga basket putri dipegang oleh 2010.Pertandingan antara tim futsal putra 2010 melawan 2013 berlangsung san-gat panas. Di menit-menit pertama, 2010 melaku-kan gol bunuh diri seh-ingga skor menjadi 1-0. Gol tersebut bisa dibalas dengan cepat oleh 2010 sehingga kedudukan men-jadi 1-1. Menit demi menit berlangsung, kejar-keja-ran skor antara 2013 den-gan 2010 berlangsung sengit. Sehingga pada saat pertandingan berakhir, skor keduanya 6-6. Lalu diada-kan babak tambahan 2 x 7 menit. Di babak tambahan ini, kejar-kejaran skor juga masih terus terjadi dengan sengit. Namun, pada akh-ir babak tambahan, 2010 bisa mengungguli 2013 dengan skor akhir 13-10 sehingga yang memegang juara tiga pada cabang futsal putra yaitu 2010.

39 40Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 24: Lintang0 Juni 2015

FinalPertandingan Final Geo Cup yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga Geografi, diadakan pada hari Rabu, 8 April 2015. Pertandingan yang ditandingkan antara lain Bas-ket Putri 2013 vs 2014, Bas-ket Putra 2013 vs 2014 dan Futsal Putra 2014 vs 2012. Pertandingan final Basket Pu-tri berlangsung sengit malam itu. Perlawanan demi perlawa-nan dilakukan oleh tim 2014 namun berhasil dihalau oleh tim 2013. Hingga akhirnya, waktu pertandingan habis dan pertandingan dimenangkan

oleh tim dari 2013 dengan skor 25 – 8. Sedangkan untuk pertandin-gan Final Basket Putra antara 2013 vs 2014 berlangsung sangat panas. Kelihaian para pemain dari tim 2014 sempat membuat tim 2013 kewalahan dan ketinggalan skor. Kondisi lapangan yang basah akibat hujan juga menjadi kenda-la para pemain. Tidak jarang para pemain ada yang ham-pir bahkan tergelincir karena lapangan yang basah. Walau-pun hal tersebut menjadi ken-dala, tetapi tidak menyulutkan semangat para pemain. Perl-awanan terus dilakukan oleh

tim 2013 demi mengejar keter-tinggalan skor. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, bala-san shooting dari tim 2014 pun tidak ada hentinya. Shooting yang dilakukan pemain dari tim 2014 mulus dilakukan se-mentara waktu terus berjalan. Akhirnya pertandingan pun berakhir dan dimenangkan oleh tim 2014 setelah persain-gan sengit yang terjadi dengan skor 48 – 37. Lalu pertand-ingan terakhir ada pertandin-gan Final Futsal Putra 2014 vs 2012 juga berlangsung sengit yang dimenangkan oleh tim 2014.

Closing dan GeocupseSetelah serangkaian pertand-ingan yang dilaksanakan, saatnya pengumuman para pemenang. Closing Geo Cup yang diadakan di Ju-mat malam 17 April 2015 ke-marin, berlangsung meriah. Persembahan-persembahan dari masing-masing angkatan ditampilkan demi meramaikan acara tersebut. Penampilan Dance dari Geografi’14 men-jadi pembuka acara malam itu sambil menemani maha-siswa-mahasiswi Geo yang sedang asyik ber-Mural ria yang diikuti oleh Geo’12, Geo’13 dan Geo’14. Selain

ada Dance, acara diisi juga dengan live akustik dari ma-hasiswa-mahasiswa Geografi. Merasa belum cukup, acara dilanjutkan dengan Karaoke. Mahasiswa yang ikut hadir malam itu terlihat antusias saat Karaoke dimulai. Lagu Think-ing Out Loud milik Ed Sheer-an menjadi salah satu lagu pilihan malam itu. Pengumu-man pemenang diumumkan setelah Karaoke berlangsung. Juara-juara yang diumumkan malam itu adalah hasil dari jumlah pertandingan yang di-peroleh oleh setiap angkatan. Dengan hasil, lagi-lagi kembali

Juara Umum dipegang oleh Geografi 2012 berturut-turut selama 2 tahun, lalu Geogra-fi 2014 sebagai Juara 2 dan Geografi 2013 sebagai Juara 3. Dengan diumumkannya para Juara, selesailah acara Geo Cup 2015 kali ini. Sampai jumpa lagi di Geografi Cup se-lanjutnya. (ST/FF)

Futsal Putra 2014 vs 2012. foto by tami

Departemen Geografi UI dan HMD Geografi UI 2015 bekerja sama dengan PT Ombak mengadakan bedah buku “Geomorfologi Terapan: Survei Geomorfologikal untuk Pengembangan Lingkungan” karya H. Th Verstappen pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pada pukul 10 di FMIPA C101. Sepuluh hari sebelum acara bedah buku, beredar jarkom promosi buku-buku geografi sebagai pembuka dari rangkaian acara bedah buku Geomorfologi Terapan ini. Buku-buku yang dijual ini merupakan terbitan dari PT. Ombak, yang berdomisili di Yogyakarta. Acara bedah buku ini sendiri dibuka untuk umum, dengan pembicara, Drs. Supriatna M.T yang akr-ab disapa Pak Supri dan di-moderatori oleh Kuswantoro S.Si M.Sc atau yang biasa dipanggil Mas Kus, keduanya merupakan dosen Geogra-fi UI. Dari target 150 peserta, bedah buku ini dihadiri oleh 154 orang baik dari Geografi UI maupun dari luar Geografi UI. Mas Kus membuka acara dengan penuh humor dan mengenalkan ‘pembedah buku’ yang mana adalah Pak Supri, suasana sangat han-

gat dan santai. Kemudian Pak Supri mulai membahas buku Geomorfologi Terapan ini yang beliau bagi menjadi 3 bagian utama: pengenalan penulis dan penerjemah, mengupas isi buku, dan kekurangan ser-ta kelebihan buku. Verstappen adalah seorang Geomorfolog yang masih hidup hingga kini, dilihat dari hobinya yang suka jalan-jalan, Pak Supri menyimpul-kan itulah rahasianya memiliki umur yang panjang. Verstap-pen lahir 30 Juli 1925 di Be-landa. Geomorfolog berke-bangsaan Jerman ini bahkan sudah pernah mendaki pun-cak tertinggi Indonesia dan pada usianya yang ke 88 per-nah berkunjung ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia termasuk Universitas Indone-sia. Sedangkan penerjemahn-ya, Prof. Dr. Soetikno merupa-kan guru besar UGM. Menurut Pak Supri, buku Geomorfologi ini sangat lengkap dan cocok dijadikan sebagai referensi peneitian geomorfologi karena menya-jikan informasi lengkap, ditam-bah belum banyak implemen-tasi yang diterapkan dari hasil kajian buku ini. Buku setebal ±600 halaman ini mungkin dirasa ‘sangat tebal’ namun

uniknya pemilihan kertas yang dipilih penerbit membuatn-ya menjadi ringan. Yang lebih istmewa adalah, aslinya Ver-stappen menerbitkan buku ini pada 1983 dengan jud-ul Applied Geomorphology: geomorphological survey for environmental development” dan baru diterbitkan pertama kali dengan Bahasa Indonesia di tahun 2014. Meski gam-bar yang ditampilkan dibuku ini masih merupakan hasil dari foto udara, mengingat pada saat Verstappen mem-buat buku ini teknologi masih belum secanggih sekarang, gambar-gambar dalam buku ini hampir 50% lokasi pen-gambilan gambarnya berasa dari wilayah Indonesia. Acara bedah buku ini diikuti rangkaian bazaar buku selama 3 hari, 20-22 Mei 2015 yang digelar di Selasar Depar-temen Geografi UI. Buku-buku menunjang pembelajaran geografi dan juga merupakan terbitan PT. Ombak. Animo masyarakat Geografi UI den-gan acara ini cukup baik dilihat dari ramainya yang mengun-jungi stand bazaar, bahkan beberapa alumni pun datang untuk membeli buku. (AAA)

BEDAH BUKU “GEOMORFOLOGI TERAPAN”

41 42Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 25: Lintang0 Juni 2015

SISI ALTAIR. Seandainya ia bisa melihat raut wajahnya saat ini. Ia sedang tertawa bersa-ma teman-temannya. Ren-yah sekali. Manis sekali. Aku tersenyum melihatnya. Aku terlalu menyayanginya. Hing-ga jiwa ini seperti tandu. Hingga aku ini tak mau me-langkahkan kakiku satu lang-kah lebih dekat dengannya sekarang karena aku takut itu akan membuatnya menger-nyit, menghilangkan senyum di wajahnya. Bila dapat aku menyimpan memori ini dalam waktu yang lama. Bila saja aku dapat memetakan semua yang telah ia lakukan terha-dap alam sadar dan bawah sadarku. Tanpa sengaja, tat-apannya bertemu dengan mataku. Satu detik. Dua detik. Sampai lima detik. Sekejap, senyumnya hilang. Sekejap itu juga, aku berusaha mer-ekam tatapannya dalam inga-tanku. Karena sudah sepuluh bulan ini, ia selalu menghindar untuk menatapku lebih dari

tiga detik. Apalagi untuk diajak bicara. Bahkan ia mem-black-list semua kontakku di ponsel-nya. Aku menyayanginya. Karena itu, aku membiarkan-nya menjauhiku. Selama itu membuatnya bahagia. Selama saat ia jauh dariku, aku masih bisa melihat ia tersenyum dan tertawa seperti sebelum-se-belumnya. ***SISI VEGA. Aku tak menyadari se-berapa lama ia sudah duduk di situ. Hingga akhirnya aku tak sengaja melihatnya dan menatapnya. Dari tatapann-ya, aku tahu bahwa ia sudah memerhatikanku sedari tadi. Entah seberapa lama. Lalu aku memalingkan tatapanku lagi. Tawaku langsung ter-henti. Namun, aku langsung memaksakan senyum pal-su agar teman-temanku tak menyadari ada yang berubah dariku. Lalu aku mulai tidak fokus pada apa yang sedang dibicarakan oleh teman-

temanku. Satu nama meng-gema dalam benakku. Kenan-gan itu tiba lagi. Menghitung bisik-bisik keluhan. Tentang mencintai seribu sembilan pu-luh rindu tanpa suara. Ia hanya tahu kurang dari sepertiganya. Karena setelah 25 April itu, aku hanya berani mengung-kapkan bahwa aku tidak me-rindunya sebanyak itu; bahwa aku tidak sama sekali merasa rindu. Padahal kenyataannya berbalikan. Sebab, di kepala ini, semesta kata selalu bep-utar tak beraturan mengenai dirinya. Ia masih menjadi topik yang selalu ingin aku tuliskan dalam keluhan rinduku. Altair Ardian Hari. Pertama kali aku mendengar ia mengucapkan namanya saat kita sama-sa-ma memakai pernak-pernik masa orientasi kampus, seki-tar tiga tahun yang lalu. Saat itu, aku dan teman-teman satu angkatanku dipaksa untuk saling menghafal nama mas-ing-masing mahasiswa baru yang ada di jurusanku dalam waktu yang hanya kurang leb-

KASIH TAK SAMPAIOleh: Febriska Fitria

ih sepuluh hari. Lalu namanya tiba-tiba saja terasa renyah di benakku dan mataku selalu memerhatikan gerak-gerikn-ya. Mungkin cinta pada pan-dangan pertama memang tidak ada. Namun rasa ingin mengenal seseorang lebih jauh pada pandangan per-tama pastilah ada. Mungkin itu juga yang aku rasakan pada Altair. Hingga akhirnya ia mengecewakanku, 25 April tahun lalu. Lalu aku memutus-kan untuk mundur mendadak dari segala hal tentang dirinya; dari perasaanku padanya. Tetap saja, sulit meng-hindari rindu yang telah ditu-liskan waktu untuk direbahkan pada empunya saat aku tak sengaja bertemu tatapannya seperti sekarang ini. ***SISI ALTAIR. Mencintai itu penuh risiko. Penuh pertimbangan juga. Seperti cintaku padanya yang belum habis entah sejak kapan. Mungkin tidak akan habis. Mungkin juga akan be-rakhir. Seperti tatapannya ba-rusan; berakhir di tatapanku. Tak lama, ia beran-jak dari kursinya. Namun, teman-temannya tak ikut be-ranjak. Sepertinya ia bilang bahwa ia ada urusan pribadi sehingga temannya tak perlu ikut. Aku menunduk seraya ia ke luar kantin dengan tergesa. Haruskah terus seperti ini? Ha-ruskah terus ia memandangku dengan tatapan benci selama satu atau dua tahun ke de-pan? Harus sampai kapankah aku tak memiliki keberanian untuk bicara padanya? ***

Sore hari, 25 April 2014. Selepas hujan. Entah sudah berapa lama aku dan Vega duduk di teras belakang rumahku men-yaksikan rintik-rintik air yang jatuh dari langit. Sesekali, ia bercerita tentang hal-hal tak penting, seperti rasa ketaku-tannya pada laba-laba dan rasa sukanya pada wangi hu-jan. Namun bagiku, semuanya penting. Semua yang Vega ceritakan itu penting. Karena dengan mendengarnya bicara padaku saja sudah membuat-ku bahagia. Bahkan, mengha-biskan waktu berdua dengan-nya saja sudah membuatku mencicipi rasanya berada di surga. Surga yang mungkin berada di dunia. Aku selalu berharap hujan tak pernah berhenti sore hari ini agar ia tak bisa pulang ke rumahnya lebih cepat. Agar aku bisa lebih lama menci-cipi surga. Juga lebih lama mengisyaratkan cintaku da-lam ucapan-ucapan yang aku sematkan dalam tiap detiknya. Sebab, mungkin terhitung dari hari ini atau esok, aku tak bisa lagi seperti ini; duduk berdua dengannya, berbicara hal tak penting, namun diam-diam hati kita yang saling bicara. Hanya saja, tak ada yang be-gitu berani mengungkapkan secara gamblang apa yang masing-masing hati rasakan. Lalu tibalah waktunya aku memberitahukan sesuatu padanya. Tepat setelah hujan berhenti. Agar ia bisa pulang. Agar rasa sakitnya cepat be-rakhir. “Vega.” Aku melirihkan namanya.

“Ya?” Ia tersenyum. Senyum yang mungkin tera-khir kali terulas dari bibirnya untukku. Aku menghela na-fas untuk memberanikan diri bicara padanya. “Jujur, gue suka...” Ucapanku terhenti. Bingung. “Sama siapa?” Vega terlihat menahan nafas. “Gue suka dan gue bakal seneng kalau lo ternyata juga suka juga...” Vega menunggu per-nyataanku. “Sama kakak gue.” Raut wajah Vega tak bisa digambarkan. Campuran antara terkejut, kecewa, dan marah. “Harus banget gue suka sama kakak lo?” Tanyan-ya. “Ya, nggak harus, sih. Cuma, kalau misalkan lo gak suka sama kakak gue, ya lo jangan main lagi ke rumah gue karena nanti yang ada gue sama kakak gue berantem.” Sial. Salah pemilihan kata. Ru-tukku dalam hati. “Kok berantem?” “Soalnya nanti ka-kak gue nyangkanya lo kesi-ni karena ada gue. Nanti kita dikira pacaran. Kan ga lucu aja kalau gue makan kakak gue sendiri. Padahal kan, kita cuma temen, ya? Hahaha.” Aku berusaha tertawa. Kecut. Ia memaksakan se-baris tawa. “Iya, cuma temen.” “Terus?” Tanyaku. “Apanya yang terus?” Ia bertanya balik, tanpa mena-tap wajahku. “Kakak gue gimana?” Ia terdiam. Agak lama.

43 44Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 26: Lintang0 Juni 2015

Lalu bersuara. “Jujur gue suka...” “Sama kakak gue?” Aku menahan nafas. “Bukan, gue suka sama seseorang. Kurang lebih dua tahun gue suka sama dia. Mungkin sayang. Gue udah kenal sama keluarganya juga. Dia juga udah kenal sama kel-uarga gue karena saking serin-gnya kita jalan dan saking de-ketnya gue sama dia. Gue kira gue sayang sama dia cuma sebatas temen atau sahabat. Nyatanya nggak. Gue bener-an sayang sama dia. Tapi gue gak punya keberanian buat setidaknya bilang gue sayang sama dia.” Ia tersenyum lirih sambil menghela nafas. “Tiap hari gue berharap dia juga pu-nya perasaan yang sama ke gue. Tapi ternyata, dia cuma anggap gue temen. Karena yang punya perasaan lebih ke gue bukan dia, tapi kakakn-ya.” Lanjutnya. Aku tahu itu untukku. Aku tahu. “Oh. Yaudah. Nanti gue bilangin ke kakak gue ka-lau lo udah suka sama orang lain. Tapi, ya, tadi itu. Jangan datang ke sini lagi.” Pahit rasanya. “O-oke. Gue balik sekarang, ya.” Ia buru-buru beranjak dari teras belakang rumahku. Aku hanya memer-hatikannya pergi, tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku sadar, itu bukan hanya sekadar kata pamit pulang dari rumahku. Akan tetapi, itu ucapan selamat tinggalnya juga dari segala yang pernah aku dan dia jalani dalam dua tahun ini.

Kalimat-kalimat kaka-kku selama dua tahun ini terus bulak-balik dalam benakku. “Al, Vega cantik ya?” “Al, gue suka kayakn-ya sama Vega.” “Al, lo harus bantuin gue deketin Vega.” “Al, gue beneran suka sama Vega. Lo cuma temen dia kan?” “Altair, Vega ke rumah karena dia mau ketemu gue, kan? Bukan karena lo, kan?” Kakakku juga sudah juga suka pada Vega sejak pertama kali aku membawan-ya ke rumahku. Namun, say-angnya kakakku benar-benar orang yang sangat pemalu dan tertutup. Sehingga yang ia lakukan selama kurang lebih dua tahun ini yaitu ha-nya berbicara padanya saat aku membawanya ke rumah. Ia bahkan tak berani menga-jak Vega jalan ke luar. Itulah yang membuat aku tak mau mengungkapkan perasaanku pada Vega. Aku takut, Vega memiliki perasaan yang sama denganku dan aku takut aku tergoda untuk menyakiti ka-kakku yang pengecut itu den-gan cara menjalani hubungan dengan Vega di belakang kakakku. Nyatanya, aku me-mang tak menyakiti kakakku; aku menyakiti Vega. Mencintai memang berarti melukai den-gan cara sengaja. Hujan sore ini meny-isakan sesuatu. Sebersit perih dan sebait sepi yang ia ting-galkan seraya ia ucapkan se-lamat tinggal. *** Aku tersenyum kecut mengenang hari itu. Benar

saja, keesokan harinya dan sampai hari ini, ia tak pernah menginjakkan kakinya ke ru-mahku. Bahkan menatapku saja tak mau. Lebih parahn-ya, aku bahkan belum minta maaf padanya. Saat itu, sam-pai-sampai kakakku sempat dibuat galau karena ketida-khadirannya. Namun, selang beberapa bulan, kakakku akhirnya mengerti bahwa ia harus melepaskan rasanya untuk Vega. Berbeda den-ganku. Awalnya, aku pikir, rasaku ini akan hilang seiring hari yang berganti. Seiring dengan sikapnya yang dingin padaku. Namun ternyata aku salah. Entah mengapa aku merasa sesulit ini melupakan Vega. Sesulit aku minta maaf padanya. ***SISI VEGA. You’ve received a new mail! Aku membaca notifi-kasi dari akun surelku saat aku hendak mengirim surel pada salah satu teman satu kelom-pok kuliah lapangku. Ada se-buah surel baru. Dari seorang pengirim tak dikenal. Sub-jeknya Everything I didn’t Say. Saat aku buka, ternyata surel tersebut tak memiliki isi, hanya ada satu file yang di-attached oleh pengirimnya. Penasaran, aku mengunduh file tersebut. Ternyata itu sebuah rekaman. Setelah sekitar tiga puluh detik aku menunggu, akhirnya reka-man itu terunduh juga. Serta merta aku memutar rekaman itu. Petikan senar gitar ter-alun di detik-detik awal. “Wait, don’t tell me.

Heaven is a place on earth.” Aku langsung men-ahan nafas saat mendengar suara yang sangat aku kenal teralun dari file rekaman terse-but. Suara Altair. Separuh ba-gian jiwaku memaksaku untuk menutup rekaman tersebut. Sebagian lagi memaksaku untuk tetap mendengarkan. Namun, setelah mempertim-bangkan, akhirnya aku memu-tuskan untuk mendengarkan rekaman itu. Meski itu artinya membuka lagi kenangan yang belum tertutup rapat. “I wish I could rewind all the times that I didn’t show you, what you’re really worth The way you held me, I wish that I would put you first I was wrong, I admitNumb from your kiss, while you were slipping through my finger tips Taking every breath away with all of the mistakes I’ve made From all the letters that I saved, this is everything I didn’t say I wish I could’ve made you stay, and now I’m the only one to blame I know this is a little too late, this is everything I didn’t say Wake me up now and tell me this is all a bad dreamAll the songs that I wore, all the wrongs that I hope would erase from your memoryHolding onto a broken and empty heartFlowers I should’ve bought, all the hours that I lostWish I could bring it back to the start.”Lalu, tanpa tedeng aling-aling,

kenangan yang dulu pernah terjadi, berulang lagi di benak-ku. Tentang rintihan hati yang ringkih saat mencoba mele-pas Altair pergi. Tentang kese-dihan yang tertinggal. Tentang bulir tangis yang tak kuat lagi dibendung pelupuk mata. ***“Altair.” Aku mengucap namanya setelah rasanya su-dah lama sekali tak mengucap kata itu, di depan Altair yang sedang duduk menghadap laptopnya.Altair langsung terkesiap saat tahu aku yang menyebut namanya. Ia langsung mem-benarkan posisi duduknya dan serta merta menutup lap-topnya.“Vega.” Ia mengucap namaku. Satu hal yang aku rindu.“Gue udah terima rekaman lo nyanyi.”“Oh, itu...gue gak tahu lagi ha-rus lewat apa gue minta maaf ke lo. Gue...” Ia menggan-tungkan kata-katanya.“Kenapa?”“Gue minta maaf soal kejadian 25 April itu. Gue gak maksud buat ngecewain lo.”“Nyatanya lo ngecewain gue.”“Iya, gue minta maaf. Gue gak tahu harus ngapain.” ***SISI ALTAIR.“Lo tahu apa yang lo harus lakuin, Al.” Ia tersenyum.“Apa?”“Ikhlasin semuanya yang udah terjadi.”“Tapi...”“Lo ga ngerti rasa sakitnya gimana. Gue gak mau ngebu-ka lagi. Mulai sekarang, gue mau lupain semua kenangan kita dari awal kita kenal. Gue

anggap semuanya biasanya. Gue anggap kita emang ben-eran temen. Gak lebih.”“Vega...”“Altair, gue sayang lo. Gue maafin lo. Gue harap, lo juga maafin gue karena gue lebih milih mundur dan berhenti dari perasaan gue ke lo. Gak usah diungkit lagi yang dulu-dulu. Mulai dari sekarang, kita te-men biasa.” Ia tersenyum pa-daku. Lalu beranjak. Hatiku mencelos. Terkejut mendengar ucapan selamat tinggal yang tak terduga yang kedua kali darinya. *** “Ialah kita, sepasang doa yang batal. Sebelum se-mesta sempat mengamini.” –aksaratua.

45 46Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 27: Lintang0 Juni 2015

Judul: RePenulis: Maman SuhermanTerbit: April 2014Ukuran: 13 x 20 cmISBN: 978-979-91-0702-2Penerbit: POP (Inprint KPG)

Resensi Buku

RE: Cerita Kelam Pembuatan Skripsi

“Tulis apa adanya. Kabarkan tentangku dan tentang duniaku.” Apa jadinya kalau sebuah skripsi dijadikan novel? Apakah berlembar-lembar penuh data dan informasi yang membosankan sehingga membuat kita mengantuk dan enggan membaca? Atau justru sebaliknya? Re. Sebuah novel karya Maman Suherman yang diambil dari kisah nyata semasa meneliti sisi paling gelap Ibukota Jakarta: pelacuran. Bukan pelacuran biasa, tetapi pelacuran lesbian. Ta-hun 1987, demi mendapatkan data untuk skripsi di jurusan Kriminologi Universitas Indonesia itu, ia akhirnya berkenalan dengan Re, Mami Lani, Sinta, Dika, dan Windy. Orang-orang yang mem-buat ia harus terlibat lebih jauh pada kehidupan Re. Di matanya, Re sudah berubah bukan se-kedar objek penelitian, tetapi sebaliknya. Seseorang yang benar-benar ia pedulikan dan mampu mengubah hidupnya. Dengan bahasa yang sederhana, asyik, dan ceplas-ceplos penulis mampu menyuguhkan cerita tanpa mengubah makna. Membuat anda seolah berhadapan dengan Re, mendengarkan satu demi satu wawancara dan ceritanya. Novel bersampul hitam kelam dengan tulisan Re: ini memang menyuguhkan kelamnya tragedi. Dilihat dari sampulnya sepintas tampak membosankan. Tapi sebagaimana peribahasa “don’t judge a book by it’s cover”, novel ini menyuguhkan kisah baru, yang tak akan anda dapat-kan di buku lain. Cerita tentang perjuangan hidup, kisah berdarah, dan air mata. Dan yang paling penting: itu nyata. Sangat menarik! (afk)

Sutradara: Colin TrevorrowNaskah : Colin Trevorrow, Derek ConnollyPemain : Bryce Dallas Howard, Ty Simpkins, Jake Johnson, Omar Sy, Chris Pratt, Vincent D'Onofrio

RESENSI FILM JURASSIC WORLD

Sukses dengan film Jurassic Park III yang dirilis pada tahun 2001 lalu, sutradara Collin Trevorrow mengeluarkan gebrakan barunya. Penasaran dengan apa yang diproduksi? Ya… inilah Jurassic World, lanjutan dari film Jurassic Park III. Kabarnya Jurassic World ini mengambil tema kehidupan Dinosaurus di masa depan, di 22 tahun mendatang. “Membayangkan bagaimana ceritanya saja sudah membuat siapapun penasaran. Bagaimana bisa ada kehidupan zaman purba 22 tahun kemudian?” Tegas sang sutradara. Film ini mengambil jalan cerita di pulau Isla Nubar, sebuah taman wisata dinosaurus di-mana taman wisata ini kedatangan 20 ribu pengunjung setiap harinya. Untuk akses ke pulau ini harus menyebrang melalui kapal feri dari Kosta Rika. Di pulau ini para pengunjung dapat meli-hat berbagai species dan pertunjukkan dari hewan purba tersebut. Namun suatu ketika, salah satu species dinosaurus telah menghancurkan kendaraan serta memakan korban. Owen (Chris Pratt) salah satu pekerja yang mengetahui hal tersebut segera mengusulkan untuk mengevakua-si seluruh pulau. Namun ketika mereka akan melakukan evakuasi, hal tersebut sudah terlambat. Seekor T-rex mulai menteror dan membahayakan semua pengunjung, mereka harus bertahan hidup dari mahluk cerdas ini. Bagaimana kelajutan kisahnya? Dan bagaimana cara mereka bertahan hidup dalam situ-asi tersebut? Dan kabarnya di film ini akan ada spesies baru dinosaurus yang turut serta meneror mereka. Nah, daripada kita “kepo” dengan banyak hal di film ini, alangkah baiknya kita saksikan saja film ini yang akan rilis pada pertengahan Juni nanti. (NYI)

Sumber:http://showbiz.liputan6.com/read/2055976/ini-cerita-setting-dan-dinosaurus-di-film-ke-4-juras-sic-parkhttp://www.wowkeren.com/film/jurassic_world/

47 48Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 28: Lintang0 Juni 2015

JADI INI RASANYA JADI PENGAGUM RAHASIA?Oleh: Febriska Fitria

Jadi ini rasanya saat dia tak tahu kau selalu mencuri-curi pandang hanya untuk me-nikmati tawa renyahnya? Padahal saat duduk berdua, kau sama sekali tak menoleh ke arahnya karena kau takut hatimu jatuh dari tempatnya saat pandangan kalian bertemu.

Jadi ini rasanya saat dia tak tahu bahwa satu pesan singkat darinya saja membuat kau menahan nafas hingga kepanasan? Padahal saat kau diajak bicara olehnya, kau bahkan menyelipkan telapak tanganmu dan menggulung jari-jarimu karena tiba-tiba tanganmu menjadi dingin.

Jadi ini rasanya saat dia tak tahu bahwa kehadirannya selalu kau tunggu? Padahal setiap bertemu dengannya, kau berusaha sebisa mungkin untuk menutupi perasaanmu yang membuncah tak tertahankan.

Jadi ini rasanya saat dia tak tahu bahwa mendengar namanya saja membuatmu tersenyum? Padahal setiap kali kau memanggil namanya, kau berusaha untuk menahan semburat merah yang muncul di pipimu.

Jadi ini rasanya saat dia tak tahu bahwa kau harus menahan cemburumu saat kau me-lihatnya duduk berdua dan bercanda begitu asyik dengan seorang gadis manis dari de-partemen lain? Padahal saat bersamanya, diam-diam kau berharap bahwa kalian sangat serasi dan dunia cemburu pada kalian berdua.Jadi ini rasanya menjadi pengagum rahasia?

(Dallas, Februari 2015)

49 50Lintang 00 Edisi Juni 2015 Lintang 00 Edisi Juni 2015

Page 29: Lintang0 Juni 2015