lapsus pitiriasis rosea

23
BAB I PENDAHULUAN Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuha lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. (1) . Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya. Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebab virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima (self limiting disease) (3) Gejala konstitusi pada umumnya tidak ditemukan, sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitary, 1

Upload: adityahudiansyah

Post on 29-Sep-2015

123 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

lapsus

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuha lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.(1).

Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya. Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebab virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima (self limiting disease)(3)

Gejala konstitusi pada umumnya tidak ditemukan, sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitary, berbentuk oval, dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu .(2).

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha atas, sehingga seperti pakaian renang wanita jaman dahulu .(1).

Penyakit ini sering disangka jamur oleh penderita, juga oleh dokter umum sering didiagnosis sebagai Tinea korporis. Gambaran klinisnya memang mirip dengan tinea korporis karena terdapat eritema dan skuama di pinggir dan bentuknya anular. Perbedaannya pada pitiriasis rosea gatalnya tidak begitu berat seperti pada tinea korporis, skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar. Pada tinea sediaan KOH akan positif. Hendaknya dicari pula lesi inisial yang adakalanya masih ada. Jika telah tidak ada, dapat ditanyakan pada pasien tentang lesi inisial. Sering lesi inisial tersebut tidak seluruhnya eritematosa lagi, tetapi bentuknya masih tampak oval sedangkan di tengahnya terlihat hipopigmentasi.(6).

Pengobatannya bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedative, sedangkan sebagai obat topical dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol -1%. Tidak ada obat yang spesifik, penyakit dapat sembuh spontan. Antihistamin diberikan bila penderita merasa sangat gatal. Kortikosteroid lokal (prednisone 30-60 mg) berguna untuk menghilangkan rasa gatal, menahan sementara perjalanan penyakitnya dan dapat menghilangkan lesinya, diberikan terutama bila penyakitnya > 1 bulan. Hipopigmentasi lama bertahan, penjelasan kepada penderita sangat penting. Topikal kortikosteroid sedang/ ringan dan preparat coal tar Liquor Carbonas Detergen (LCD) 5% malam hari dapat membantu repigmentasi.(1) BAB IILAPORAN KASUS

I. Identitas Penderita

Nama

: An. FajarUmur

: 13 th

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat

: jombangPekerjaan

: Pelajar

Pend. Terakhir: SMP

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Jawa

Status perkawinan: Belum Kawin

Tgl pemeriksaan: 16 Maret 2015No RM

: II. Anamnesis Keluhan Utama : Gatal-gatal pada badanRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli kulit kelamin RSUD Jombang dengan keluhan gatal-gatal di seluruh tubuh terutama di badan. Keluhan ini sudah sejak satu minggu. Semakin lama semakin banyak. Awalnya hanya merintis kecil-kecil kemudian pasien merasa terdapat bercak-bercak yang semakin melebar. Gatal biasanya semakin bertambah saat pasien berkeringat. Terdapat seperti bercak-bercak di bagian dada, punggung dan lengan bagian atas. Riwayat Atopik : Tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya penderita tidak pernah mempunyai penyakit kulit. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga atau teman yang sakit serupa. Riwayat alergi makanan, obat-obatan, ataupun sering bersin-bersin maupun asma pada anggota keluarga disangkal

Riwayat Pengobatan :

Belum diberi pengobatan sebelumnya

Riwayat Sosial :

Pasien sering berpanas-panasan

Sering memakai baju yang basah dengan keringat

III. Pemeriksaan Fisik Status Generalis :

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Hygiene

: Cukup

Gizi

: Cukup

Nadi

: -

RR

: -

Kepala

: Konjungtiva pucat (-)

Leher

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorak

: Sesuai status dermatologis

Aksilla

: Sesuai status dermatologis

Abdomen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ektremitas

: sesuai status dermatologisStatus Lokalis :

Regio:

Pada regio thoraks anterior dan posterior, regio antebrachiiEffloresensi: Terdapat multiple makula hipopigmentasi bentuk bervariasi ,tidak beraturan batas ada yang jelas dan ada yang tidak jelas. Disertai papula (+) mother plaque (+) skuama tipis (+) paupal (-)

Gambar 1. Lesi pada bagian dada

Gambar 2. Lesi pada punggung kiri belakang

Gambar 3. Lesi pada punggung kananIV. Diagnosis Banding Pitiriasis versicolor Sifilis Stadium 2 Psoriasis Gutata

V. Pemeriksaan Penunjang

-Pemeriksaan dengan lampu wood

-Pemeriksaan sediaan dengan KOH 20%VI. Diagnosis

Pitiriasis RoseaVII. Penatalaksanaan Sistemik : antihistamin Cetirizin, steroid kortidex Topikal : krim steroid (elox cream) Edukasi :

Menjelasakan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit yang diderita pasien, penyebab, dan pengobatan yang akan diberikan kepada pasien. Pasien diberikan edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien ini tidak menular dan dapat sembuh dengan sendirinya. Sebisa mungkin menggunakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat Minum obat teratur Kontrol 10 hari lagi saat obat habisVIII. Follow Up

Kontrol 10 hari lagi untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kemajuan penyakit (keluhan subyektif dan tanda obyektif)

IX. Prognosis

Baik karena penyakit ini merupakan self limiting disease.

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien An. Fajar 13 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang pada tanggal 16 maret 2015 datang dengan keluhan gatal-gatal di seluruh tubuh terutama di badan. Keluhan ini sudah sejak satu minggu. Semakin lama semakin banyak. Awalnya hanya merintis kecil-kecil kemudian pasien merasa terdapat bercak-bercak yang semakin melebar. Gatal biasanya semakin bertambah saat pasien berkeringat. Terdapat seperti bercak-bercak di bagian dada, punggung dan lengan bagian atas. Penderita adalah lelaki berusia 13 tahun suku bangsa jawa. Identitas ini sesuai dengan teori yang kami dapatkan, yaitu pitiriasis rosea adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah tropis. (1) Dapat menyerang hampir semua umur, pria dan wanita, semua bangsa, hampir diseluruh dunia yang biasanya tersering pada dewasa muda. Kurang lebih 75% kasus pitiriasis rosea didapatkan pada usia 10-35 tahun (2)

Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan gatal-gatal di seluruh tubuh terutama di badan. Keluhan ini sudah sejak satu minggu. Semakin lama semakin banyak. Awalnya hanya merintis kecil-kecil kemudian pasien merasa terdapat bercak-bercak yang semakin melebar. Gatal biasanya semakin bertambah saat pasien berkeringat. Terdapat seperti bercak-bercak di bagian dada, punggung dan lengan bagian atas. Hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa pitiriasis rosea merupakan penyakit kulit akut yang didapatkan kelainan kulit berupa papuloskuamosa yang umumnya menyerang anak-anak dan dewasa muda. Awalnya pasien yang menderita pitiriasis rosea ini tidak merasakan gejala yang berarti, kemudian timbul bercak kemerahan dan bersisik yang biasa muncul di batang tubuh, bahu, lengan atas atau dip aha atas. Lesi yang timbul bisa disalah artikan sebagai infeksi jamur atau dermatitis. (1,2)Penyebab terjadinya pitiriasis Rosea masih belum diketahui. Beberapa literature dan penelitian mengemukakan pendapat bahwa virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini. Karena adanya gejala prodormal yang biasa muncul pada infeksi virus bersamaan dengan munculnya bercak kemerahan dikulit. Pada pasien ini juga mengeluh sebelumnya pasien merasa panas badan sekitar 1 hari. Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini menunjukkan peranan HHV-6 dan HHV-7 pada pitiriasis rosea. Dalam suatu penelitian, partikel HHV terdeteksi pada 70%pasien penderita pitiriasis rosea penelitian juga menunjukkan bahwa virus-virus tersebut hampir kebanyakan didapatkan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada pada fase laten dalm sel mononuclear darah perifer, terutama CD4 dan sel T dan pada air liur. Erupsi kulit yang timbul dianggap sebagai reaksi sekunder akibat reaktivasi virus yang mengarah terjadinya viremia. Pitiriasis rosea tidak disebabkan langsung oleh infeksi virus melalui kulit. Tapi kemungkinan disebabkan karena infiltrasi kutaneus dari infeksi limfosit yang tersembunyi pada waktu replikasi virus sistemik .(4). Pada teori, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului dengan munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius bagian atas atau gangguan gastrointestinal. Gejala prodormal biasanya berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, demam maise dan artralgia. Pada pasien ini tidak didapatkan gejala prodormal tersebut diatas, hanya didapatkan demam ringan pada awal sebelum timbulnya penyakit .(5).Lesi utama yang paling umum adalah lesi soliter berupa macula eritema atau papula eritema pada batang tubuh, leher yang secara bertaha akan membesar dalam beberapa hari dengan diameter 2-0cm, berwarna pink salmon, berbentuk oal dengan skuama tipis. Lesi yang pertama kali muncul ini disebut Herald patch/ Mother Plaque/ Medalion. Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama cenderung untuk melipat sesuai dengan gioresan yang dibuat, hal ini disebut dengan hanging curtain sign. Terdapat bentuk yang bervariasi dari macula berbentuk oval hingga plak berukuran 0.5-2cm dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink salmon (atau berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit gelap) dan khasnya terdapat koloret dan skuama di bagian tepinya. Pada pasien ini efloresensi yang didapatkan adalah Terdapat makula hipopigmentasi bentuk bervariasi ,tidak beraturan batas ada yang jelas dan ada yang tidak jelas (4). Disertai papula (+) mother plaque (+) skuama tipis (+). Efloresensi yang didaptakan pada pasien ini sudah sesuai dengan teori yang di bahas sebelumnya, yaitu terdapat tanda khas Mother Plaque pada pasien ini yang merupakan perbedaan dari penyakit lain yang merupakan diagnosis banding dari penyakit ini.

Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu yang merupakan puncak. Karena akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam stadium berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan menghilang secara spontan setelah 2-4 minggu. Lesi-lesi ini munsul biasanya pada batang tubub dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit. Tampilanya seperti pohon natal terbalik. Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Tempat predileksi yang disebutkan pada literature, sesuai dengan tempat predileksi pada pasien ini yaitu terdapat multiple macula hipopigmentasi di bagian badan, thoraks, punggung, ketiak dan lengan bagian atas .(1). Keluhan lain pada pasien ini adalah sensasi gatal pada lesi. Pada ptiriasis rosea dikatakan bahwa gatal ringan-sedang dapat dirasakan pasien. Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi parah pada 25% pasien(2). Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah berkeringat, atau akibat pakaian ketat. Hal ini sesuai dengan keluhan pasian yang mengeluh bahwa jika berkeringan akan bertambah gatal dan pasien sering memakai baju yang basah dengan keringat.

Untuk pemeriksaan penunjang pada pasien ini tidak terlalu perlu untuk dilakukan karena ptiriasis rosea merupakan diagnosis klinis sehingga tidak ada tes laboratorium yang membantu dalam membuat diagnose. Hasil biopsy kulit yang dilakukan hanya menampakkan terjadinya inflamasi non spesifik.

Dari gejala klinis dan temuan efloresensi pada pasien yaitu keluhan gatal dan terdapat multiple macula di tubuh dapat dibuat diagnosis banding dengan penyakit lain seperti sifilis stadium 2, Psoriasis gutata dan Pitiriasis versikolor.Komplikasi yang terjadi pada pasien ptiriasis rosea sangat jarang terjadi. Gatal yang hebat bisa terjadi dan mengarah pada pembentukan eksema dan infeksi sekunder akibat garukan .(1).

Penatalaksaan yang diberikan pada pasien ini meliputi pengobatan tpoikal dan sistemik. Pengobatan topical yang diberikan pada pasien ini berupa kortikosteroid topical. Untuk sistemik diberikan antihistamin cetirizin untuk keluhan gatalnya dan diberikan kortikosteroid oral untuk menekan inflamasi sistemiknya.

Sesuai dengan literature pengobatan unutk ptiriasis rosea terbagi dua yaitu local dan sistemik. Untuk sistemik diberikan

1. Diberikan antihistamin jika gatal yang mengganggu2. Diberikan kortikosteroid oral untuk menekan gatal dan inflamasinya.

3. Diberikan antibiotic jika ada infeksi sekunder yaitu eritromisin 2 dua kali sehari.

Untuk pengobatan topical diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol -1% dan kortikosteroid topical(2).

Pengobatan antivirus tidak diberikan pada pitiriasis rosea, walaupun HHV-6 dan HHV-7 disuga berperan dalam timbulnya pitiriasis rosea,. Akan tetapi asiklovir yang merupakan drug of choice untuk virus herpes simpleks tidak efektif terhadap HHV-6 dan HHV-7. Gancyclovirlah yang efektif untuk HHV-6 dan HHV-7, namun harganya mahal dan efek sampingnya juga bnayak .(1).Untuk prognosa pada pasien ini. Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat self limiting disease yang akan menghilang dalam waktu kurang lebi 6 minggu. Namun dalam beberapa kasusdapat juga bertahan hingga 3-5 bulan. Dapat sembuh spontan tanpa meninggalkan bekas. Relaps dan rekurent jarang ditemukann.(1)BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien atasa nama fajar usia 13 tahun dengan diagnosis pitiriasis rosea. Pasien datang ke poli kulit kelamin RSUD Jombang dengan keluhan gatal-gatal di seluruh tubuh terutama di badan. Keluhan ini sudah sejak satu minggu. Semakin lama semakin banyak. Awalnya hanya merintis kecil-kecil kemudian pasien merasa terdapat bercak-bercak yang semakin melebar. Gatal biasanya semakin bertambah saat pasien berkeringat. Terdapat seperti bercak-bercak di bagian dada, punggung dan lengan bagian atas.. Pada pemeriksaan fisik didapatkan makula hipopigmentasi bentuk bervariasi ,tidak beraturan batas ada yang jelas dan ada yang tidak jelas. Disertai papula (+) mother plaque (+) skuama tipis (+). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaaan fisiksehingga diagnosis berupa pitiriasis rosea dapat ditegakkan. Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi sistemik dan terapi topical. Terapi sistemik diberikan kortikosteroid oral dan anti histamine cetirizin masing-masing satu kali perhari. Untuk pengobatan topical diberikan kortikosteroid topical 1%. Prognosis pada pasien ini dikatakan baik karena pneyakit ini disebabkan oleh virus dan merupaka self limiting disease. DAFTAR PUSTAKA1. Budimulja, Unandar. 2007. Pityriasis Rosea. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Murtiastutik, Dwi. dkk, SpKK. 2009. Erito Papulo Skuamosa. Atlas penyakit kulit dan kelamin Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.

3. Wollf, Klaus etc. 2008. Fitzpatricks colour atlas and synopsis of Clinical Dermatology.6th edition. McGraw Hill Company.New York.4. Suyoso, Sunarso dkk.2005. Pityriasis Rosea, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Surabaya: FK UNAIR5. Siregar, R.S Prof. dr, SpKK. 2003. Penyakit Jamur. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC.

6. Djuanda A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI

1