lapsus hidup

26
BAB I PENDAHULUAN Secara definisi, trauma benda tumpul (blunt force trauma) adalah suatu ruda paksa yang diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuh atau kepala dan mengakibatkan luka. 1 Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul seperti kepalan tinju, kayu, tongkat baseball, batu, martil, dimana termasuk juga jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, luka tembak (dengan peluru karet/ bukan peluru tajam) dan lain-lain. 1,2 Sebuah luka karena kekuatan mekanik (benda tumpul) dapat berakibat pada keadaan seperti: 1. Abrasion (luka lecet/ luka kikis) 2. Laceration (luka robek) 3. Contusion or rupture (luka memar atau patah/ pecah) 4. Fracture (patah) 5. Compression (tertekan) 6. Bleeding (perdarahan) A. Memar (kontusio, hematoma) Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena sehingga darah keluar dan meresap kejaringan sekitarnya, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. 2,3 1

Upload: watimakassar

Post on 16-Nov-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Secara definisi, trauma benda tumpul (blunt force trauma) adalah suatu ruda paksa yang diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuh atau kepala dan mengakibatkan luka.1 Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul seperti kepalan tinju, kayu, tongkat baseball, batu, martil, dimana termasuk juga jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, luka tembak (dengan peluru karet/ bukan peluru tajam) dan lain-lain.1,2Sebuah luka karena kekuatan mekanik (benda tumpul) dapat berakibat pada keadaan seperti: 1. Abrasion (luka lecet/ luka kikis)2. Laceration (luka robek)3. Contusion or rupture (luka memar atau patah/ pecah)4. Fracture (patah)5. Compression (tertekan)6. Bleeding (perdarahan)

A. Memar (kontusio, hematoma)Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena sehingga darah keluar dan meresap kejaringan sekitarnya, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.2,3Umur luka memar dapat secara kasar diperkirakan melalui perubahan warnanya.Mula-mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan.Sesudah 4 sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan dalam 7 sampai 10 hari berubah menjadi kekuningan. Akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari.2,3Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar dibandingkan dengan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang-orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar.2Dilihat sepinta slalu, luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan-perbedaannya, yaitu:2MemarLebam Mayat

LokasiBisadimanasajaPadabagianterendah

PembengkakanPositifNegatif

BiladitekanWarnatetapMemucat/hilang

MikroskopikReaksijaringan (+) Reaksijaringan (-)

B. Luka lecet (terkikis, ekskoriasi, abrasio)Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari kulit terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing dan kadang-kadang dapat memberi petunjuk tentang benda penyebabnya, misalnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang.2,3Ciri-ciriadalah:21. Bentuk luka tidak teratur.2. Batas luka tidak jelas.3. Tepi luka tidak rata.4. Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan.5. Permukaan tertutup oleh krusta (serum yang telah mengering).6. Warna coklat kemerahan.7. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih ditutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi).Luka lecet juga terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda-tanda sebagai berikut:21. Warna kuning mengkilat.2. Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang.3. Pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan adaannya sisa-sisa epitel dan tidak ditemukan reaksi jaringan.Berdasarkan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai:3a. Luka lecet goresDiakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan kulit di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingg dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.b. Luka lecetserutVariasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.c. Luka lecettekanDisebabkanolehpenjejakanbendatumpulpadakulit.Karenakulitadalahjaringan yang lentur, makabentuklukalecettekanbelumtentusamadenganbentukpermukaanbendatumpultersebut, tetapimasihmemungkinkanidentifikasibendapenyebab yang mempunyaibentuk yang khasmisalnyakisi-kisi radiator mobil, jejasgigitandansebagainya. Gambaranlukalecettekan yang ditemukanpadamayatadalahdaerahkulit yang kakudenganwarnalebihgelapdarisekitarnyaakibatmenjadilebihpadatnyajaringan yang tertekansertaterjadinyapengeringan yang berlangsungpascamati.d. Luka lecetgeserDisebabkanolehtekanan linier padakulitdisertaigerakanbergeser, misalnyapadakasusgantungataujeratsertapadakorbanpecut. Luka lecetgeser yang terjadisemasahidupmungkinsulitdibedakandarilukalecetgeser yang terjadisegerapascamatiPerkiraaan waktu terjadinya luka lecet:Baru (1-2 jam) :luka masih segar, warna merah dan ditemukan sedikit darah dan serum.

8-24 jam:luka mengering dengan warna merah tua.

Hari ke 2 dan ke 3:luka berwarna kecoklatan.

Hari ke 4 dan ke 5:luka warna coklat tua.

Hari ke 6:luka warna hitam dan luka yang kering mulai mengelupas.

Untuk luka yang luas, memerlukan beberapa hari lagi agar kudis/ keropeng lepas dari luka.C. Luka robek (laceration)Merupakanlukaterbukaakibat trauma bendatumpul, yangmenyebabkankulitteregangkesatuarahdanbilabataselastisitaskulitterlampaui, makaakanterjadirobekanpada kulit.3Ciri-cirinya adalah:21. Bentukgarisbataslukatakteraturdantepilukatak rata.2. Biladitautkantidakdapatrapat (karenasebagianjaringanhancur).3. Tebinglukatak rata sertaterdapatjembatanjaringan.4. Di sekitargarisbataslukaditemukanmemar.5. Lokasilukalebihmudahterjadipadadaerah yang dekatdengantulang (misalnyadaerahkepala, mukaatauekstremitas).Karenaterjadinyalukadisebabkanolehrobeknyajaringanmakabentukdarilukatersebuttidakmenggambarkanbentukdaribendapenyebabnya.Jikabendatumpul yang mempunyaipermukaanbulatataupersegidipukulkanpadakepalamakalukarobek yang terjaditidakberbentukbulatataupersegi.D. Kualifikasi Luka1,2Pada pembuatan kesimpulan luka yang bersifat subjektif, sebaiknya dokter juga menentukan derajat keparahan luka yang dialami korban atau disebut derajat kwalifikasi luka. Ini sebagai usaha untuk membantu judex facti dalam menegakkan keadilan. Perlu diigat bahwa pengertian kwalifikasi luka disini semata-mata menurut pengertian medis yang dihubungkan dengan beberapa ketentuan hukum yang telah dijelaskan sebelumnya.Penganiayaan merupakan istilah hukum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis dalam visum oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter tidak mungkin menentukan apakah itu karena perbuatan penganiayaan atau tidak, apalagi menentukan penganiayaan ringan atau berat. Ini adalah istilah hukum artinya, yang dapat menentukan itu penganiayaan atau bukan, adalah hakim dengan menghubungkannya dengan alat bukti yang lain.3Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringan luka yang dialami korban pada waktu atau selama perawatan yang dilakukannya.Kualifikasi luka yang dapat dibuat dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka ringan, sedang atau berat.Yang dimaksud dengan luka ringan (pasal 351dan pasal 352) adalah luka yang tidak menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian, tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Sedangkan luka berat harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat.Ketentuan hukum ini perlu dipahami dengan baik oleh dokter, karena ini merupakan jembatan untuk menyampaikan derajat kwalifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak hukum.Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang menimbulkan bahaya maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka seperti tikaman di perut yang mengenai hati, yang menyebabkan perdarahan hebat sehingga dapat mengancam jiwanya. Walaupun pasien akhirnya sembuh tetapi didalam VeR dokter dapat menggambarkan keadaan ini dalam kata- kata: korban mengalami luka tikam di perut mengenai jaringan yang menyebabkan perdarahan banyak yang dapat mengancam jiwa pasien. Ungkapan ini akan mengingatkan para penegak hukum bahwa korban telah mengalami luka berat.3Demikian juga penerapannya dengan cacat berat,gugur atau matinya kandungan seorang perempuan, gangguan ingatan, tidak dapat lagi melihat dan lain-lain. Seorang penyanyi yang rusak kerongkongannya sehingga tidak dapat menyanyi selama-lamanya itu termasuk luka berat.Suatu hal yang penting diingat di dalam menentukan ada atau tidaknya luka akibat kekerasan, adalah bahwa pada kenyataan tidak selamanya kekerasan itu akan meninggalkan bekas atau luka. Oleh karena itu di dalam kesimpulan VeR sebaiknya ditulis tidak ditemukan tanda- tanda kekerasan. Usaha menjembatani kedua aspek inilah yang dapat dilakukan dokter.3E. Aspek MedikolegalDan Undang-UndangDidalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahansebagai berikut:41. Jenis luka apakah yang terjadi?2. Jenis kekerasan/ senjata apakah yang menyebabkan luka?3. Bagaimanakah kualifikasi luka itu?4. Bagaimana membedakan luka tersebut merupakan upaya bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan?5. Berapa lama usia luka tersebut?6. Bagaimanakah membedakan luka tersebut sewaktu masih hidup atau setelah mati?5Pengertian kualifikasi luka sangat diperlukan dalam ilmu kedokteran forensik yang dapat dipahami setelah melihat kitab undang-undang hukum pidana pasal 90 (tentang luka berat) dan pasal 351 (tentang penganiayaan luka sedang), pasal 352 (tentang luka ringan).Pasal 35151. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak 4.500 rupiah.2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun.3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.4. Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan penganiayaan.5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.Pasal 35251. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak 4.500 rupiah.Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kegiatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.Pasal 905Luka berat berarti:1. Jika sakit atau mendapat luka, yang tidak memberi harapan atau sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atas pekerjaan pencaharian.3. Kehilangan salah satu panca indra.4. Mendapat cacat berat (verminking).5. Menderita sakit lumpuh.6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.Sedangkan sangsi hukuman dari tindak pidana berdasarkan klasifikasi luka (rngan/ sedang/ berat) yang direncanakan atau suatu kealpaan atau yang mendatangkan akibat kematian diatur pada KUHP BAB XX pasal 351- pasal 358. Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindak pidana yaitu:51. Penganiayaan ringan.2. Penganiayaan.3. Penganiayaan yang menyebabkan luka berat.4. Penganiayaan yang menyebabkan kematian.Oleh karena istilahpenganiayaan merupakan istilah hukum, yaitu: dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorangmaka didalam VeR yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan Hakim. Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara objektif, maka kewajiban dokter dalam membuat VeR hanyalah menentukan secara objektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus menentukan derajatnya.5Derajat luka tersebut harus disesuaikan dengan salah satu dari ketiga jenis tindak pidana yang telah disebutkan tadi, yaitu:51. Penganiayaan ringan.2. Penganiayaan.3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat.Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian di dalam ilmu Kedokteran Forensik pengertiannya menjadi;luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.Luka ini dinamakanluka derajat pertama.5Bila sebagai akibat penganiayaan seseorang itu mendapat luka atau menimbulkan penyakit atau halangan di dalam melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, akan tetapi hanya untuk sementara waktu saja, maka luka ini dinamakan luka derajat kedua.5Apabila penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud dalam pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat ketiga.5Dengan demikian didalam penulisan kesimpulan VeR kasus-kasus perlukaan, penulisan kualifilasi luka adalah sebagai berikut:51. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan (luka ringan).2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu (luka sedang).3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum (luka berat) penjelasan pada pasal 90 KUHP.5

LAPORAN KASUSA. AnamnesisSeorang laki-laki berinisial M, dewasa, datang ke RSBhayangkara Makassar pada tanggal 3 Juli 2014 sekitar pukul 12.57 WITA. Didampingi oleh ibupantiasuhandengan membawa surat permintaan visum et repertum. Korban mengaku telah mengalami penganiayaan oleh seorangteman yang bernamaRahman.Menurut keterangan korban, sekitar pukul 16.30 WITA ia sedang mencuci motor bersama seorang teman bernama Rahmat di teras panti asuhan. Kemudian datang pelaku dari dalam kamar menuju teras sambil berteriak mencari kipas anginnya. Korban menegur pelaku agar tidak berteriak dan menimbulkan keributan di sekitar panti asuhan karena dapat mengganggu penghuni panti lainnya. Namun pelaku semakin marah dan mengajak korban untuk berkelahi. Korban tidak mengindahkannya sehingga pelaku pelaku memukul korban pada mata kanan dan lehernya saat korban sedang mengganti celananya yang basah. Akhirnya korban membalas pukulannya sehingga terjadilah perkelahian yang tidak berlangsung lama. Setelah itu, pelaku pun pergi. Pada pukul 18.00 WITA, pelaku datang lagi ke panti asuhan bersama empat orang temannya dan mencari korban. Namun, korban bersembunyi di samping kamarnya sehingga pelaku pun tidak menemukannya dan pelaku memutuskan untuk mengambil handphone korban dan pergi. Pada pukul 22.00 WITA, pelaku datang lagi bersama pamannya dan mencari korban lagi lagi. Namun, pelaku tidak menemukannya lagi sehingga pelaku mengancam akan membunuh korban.

B. Fisik DiagnostikPada pemeriksaan fisik diagnostik terhadap korban, didapati kesadaran penuh (CM), tekanan darah 120/80 mmHg, pernafasan 20x/menit, pemeriksaan auskultasi pernafasan dada dan perut (abdomen) terdengar normal, palpasi (perabaan) pada seluruh organ tampak normal.VISUM ET REPERTUM Berdasarkan surat permintaan tertulis Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Makassar tertanggal 2 Juli 2014, No. B/122/VI/2014/SPK, yang ditandatangani oleh Arifuddin, NRP 78040266, pangkat BRIPKA dan diterima di RSBhayangkara Makassar pada tanggal 3Juli2014, pukul 12.57 WITA, maka dilakukan pemeriksaan medik terhadap orang berinisial M berusia 18 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tidakada, beralamat di Jl. Dg. Tata I PantiAsuhanIbnu Omar Kota Makassar. Dengan keterangan dalam visum et repertum bahwa orang tersebut mengalami penganiayaan yang terjadi pada hari Selasa, 1Juli 2014 sekitar pukul 16.30 WITA.A. Pemeriksaan1. Kepala:Dijumpaiduabuahlukamemarmasing-masingpadakelopakmataluaratasdanbawahmatakanan. Luka memarpadakelopakluaratasmatakanandenganabsis1,5 cmdarigaristengahtubuhdanordinat1 cmdarialisdenganpanjangluka1,5 cmberbentuksepertigaris horizontal berwarnabirukeunguan. Luka memarpadakelopakmataluarbawahmatakanandenganabsis1,5 cmdarigaristengahtubuhdanordinat0,5 cmdarigariskhayalyamgmenghubungkankeduamatadenganpanjangluka1 cmberbentukgaris horizontal berwarnamerahkebiruan.Terdapatperdarahansubkonjungtivapada bola mataputihbagianluar.

Gambar 1: Whole body

Gambar 2:RegioWajah

Gambar 3: Closed Up Mata Kanan

Gambar 4: Closed Up Mata Kanan

2. Ringkasan pemeriksaan Dijumpai duabuahlukamemar pada kelopak mata luar atas dan bawah mata kanan. Dijumpaiperdarahansubkonjungtivapada bola mataputihbagianluar.Kesimpulan visumDari fakta-fakta yang saya temukan sendiri dari pemeriksaanluar, dijumpaiduabuahlukamemar pada kelopak mata luar atas dan bawah mata kanandanperdarahansubkonjungtivapada bola mataputihbagianluar disebabkan persentuhan dengan benda tumpul yang menimbulkan penyakit tanpaadanya halangan dalam melakukanaktivitassehari-hariuntuksementarawaktu.PenutupDemikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sejujur-jujurnya berdasarkan sumpah jabatan sesuai dengan perundang-undangan untuk dipergunakan bila mana perlu.

BAB IIPEMBAHASANA. Prosedur MedikolegalPada kasus ini, Surat Permintaan Visum (SPV) sudah sesuai dnegan ketentuan yang diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), yaitu tertulis komponen-komponen berikut:1. Institusi pengirim:Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Makassar2. Nomor surat:B/122/VI/2014/SPK3. Tujuan surat:Kepala Bagian Forensik RSBhayangkara4. Identitas:Nama, umur, pekerjaan, agama, dan alamat.5. Dugaan luka:Mengalami penganiayaan.6. Permintaan penyidik:Pemeriksaan dan pembuatan Visum et Repertum7. Jabatan pengirim:Bripka Polisi

B. Pemeriksaan KorbanDari anamnesis, korban sedang mencuci motor bersama seorang teman bernama Rahmat di teras panti asuhan sekitar pukul 16.30 WITA. Kemudian datang pelaku, yang bernama Rahman, dari dalam kamar menuju teras sambil berteriak mencari kipas anginnya. Korban menegur pelaku agar tidak berteriak dan menimbulkan keributan di sekitar panti asuhan karena dapat mengganggu penghuni panti lainnya. Namun pelaku semakin marah dan mengajak korban untuk berkelahi. Korban tidak mengindahkannya sehingga pelaku pelaku memukul korban pada mata kanan dan lehernya saat korban sedang mengganti celananya yang basah. Akhirnya korban membalas pukulannya sehingga terjadilah perkelahian yang tidak berlangsung lama. Setelah itu, pelaku pun pergi. Pada pukul 18.00 WITA, pelaku datang lagi ke panti asuhan bersama empat orang temannya dan mencari korban. Namun, korban bersembunyi di samping kamarnya sehingga pelaku pun tidak menemukannya dan pelaku memutuskan untuk mengambil handphone korban dan pergi. Pada pukul 22.00 WITA, pelaku datang lagi bersama pamannya dan mencari korban lagi lagi. Namun, pelaku tidak menemukannya lagi sehingga pelaku mengancam akan membunuh korban.Pada pemeriksaan tanda vital, didapatkan keadaan umum tampak tidak sakit dengan kesadaran penuh. Tekanan darah korban 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80 kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit, serta suhu tidak demam. Keadaan gizi pasien baik.Berdasarkan pemeriksaan pada korban, luka-luka yang didapat dapat digolongkan sebagai luka sedang (luka derajat dua) karena menimbulkan penyakit atau halangan tanpaadanyahalanganmenjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian.

C. Aspek MedikolegalPada kasus ini, terdapat bukti kekerasan tumpul berupa luka memar pada daerahkelopakmataluaratasdanbawahmatakanan dan perdarahansubkonjungtiva di bola mataputihbagianluar. Selain itu, korban juga mengeluh nyeri padamatakanandanmembutuhkanpengobatannamun korban mengaku tidak mengalami hambatan apa pun dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, termasuk bekerja dan beraktivitas. Sesuai dengan pasal KUHP pasal 352 ayat (1) yang berbunyi: Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.Pada kasus ini, penganiayaan yang terjadi merupakan penganiayaan sedang (lukaderajatdua) karena luka yang didapat menimbulkan penyakit namun tidak mendapatkan halangan di dalam melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, akan tetapi hanya untuk sementara waktu saja.Hukuman bagi pelaku sesuai pasal ini adalah penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

D. KesimpulanPada pemeriksaan laki-lakiberusia 18 tahun ini, ditemukan luka memar pada daerahkelopakmataluaratasdanbawahmatakanan dan perdarahansubkonjungtiva di bola mataputihbagianluar. Luka-luka tersebut menimbulkan penyakit namuntidakada halangan dalam menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian. Berdasarkan KUHP pasal 352 ayat (1), pelaku diancam pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULAN 1. Trauma bendatumpul (blunt force trauma) adalah suatu ruda paksa yang diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuhataukepala dan mengakibatkan lukaseperti kepalan tinju, kayu, tongkat baseball, batu, martil, dimana termasuk juga jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, luka tembak (dengan peluru karet/ bukan peluru tajam) dan lain-lain.2. Sebuah luka karena kekuatan mekanik (benda tumpul) dapat berakibat pada keadaan sepertilukamemar, lukalecet, danlukarobek.3. Pengertian kualifikasi luka sangat diperlukan dalam ilmu kedokteran forensik yang dapat dipahami setelah melihat kitab undang-undang hukum pidana pasal 90 (tentang luka berat) dan pasal 351 (tentang penganiayaan luka sedang), pasal 352 (tentang luka ringan).B. SARANSeorang dokter sangat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai tentang aspek pengetahuan forensik tentangkualifikasilukapada khususnyasehinggadapatmembantupihakhukumuntukmenentukanjenispenganiayaanpadakorban.

DAFTAR PUSTAKA1. Claridge, J. Blunt Force Trauma. 21 June 2014. Tersedia di: http://www.exploreforensics.co.uk/blunt-force-trauma.html. [diakses 11 Juli 2014)2. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FK UI, 1997. 159-1643. Dahlan S, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum, Cetakan Ke 3, Universitas Diponegoro Semarang 2000. Hal 67-924. Petty Cs, Death by trauma : Blunt and sharp instruments and firearms. In : Currtan WJ, Mc.Garry AL, Petty Cs (Eds). Modern Legal Medicine, Psychiatry and forensic science., F.A. Davis Company, Philadelphia, 1980 : 363-755. Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi Pertama). Jakarta. Binarupa Aksara

1