laporan sanitasi udara dan ruang
DESCRIPTION
Laporan Sanitasi Udara Dan RuangTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/Tgl : Jumat, 16 Oktober 2015Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan Dosen : Ir. C.C Nurwitri, DAA
Asisten : Dina Crownia, Amd Revita Permata Hati, Amd
SANITAS RUANG DAN UDARA
Disusun oleh:
Kelompok 4 / BP2
Arista Hanudiana J3E114007
Cecep Sumantri J3E114028
Alfina Syaikani J3E114047
Tina Dameria S J3E114086
PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi
mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi
dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai
mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang
mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruangan yang digunakan dalam
fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya
melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Gobel,
2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
setiap permukaan seperti tangan atau alat (wadah). Oleh karena itu sanitasi
lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam
bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau Industri (Gobel,
2008).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada mahasiswa mengenai metode pengujian sanitasi udara dan
ruang serta untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada udara dan ruang
tempat aktivitas sehari-hari.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu media agar NA,
APDA, agar PCA dengan metode RODAC, alkohol, aquades, aluminium foil,
disinfektan (So Klin dan Wipol). Sedangkan alat yang digunakan yaitu cawan
petri, pisau, bunsen, ose, pinset, label, Erlenmeyer.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Sanitasi udara
Mikroba diamati dan dihitung
€ mo/m2
Diinkubasi t = 300C, 2 hari
Ditempatkan di meja dan lantai selama 30 menit
APDANA
Diameter masin-masing cawan diukur
2.2.2 Sanitasi Ruang
Mikroba diamati dan dihitung
€ mo/m2
Diinkubasi t = 300C, 2 hari
Ditempatkan di cawan kosong steril
Dipotong tipis
Ditempelkan pada pada lantai selama 4 detik
Media PCA
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Kel Medi
a
Uji
M.O
∑ M.O Perlakuan Lokasi Mikrosko
p
D
1 NA Bakteri 132 CB
BIOTEK
1
BASIL
41
APD
A
Kapang
Khamir
82 KAPANG
BER-
MISSELIU
M
54
PCA 5 Tanpa
WIPOL BASIL
2,
5c
m
4
7 Dengan
WIPOL3
2 NA Bakteri 216 CB
OLAH 2
BASIL
COCCUS70
APD
A
Kapang
Khamir
66 KAPANG
57
PCA 7 Tanpa
WIPOL
BASIL 2,
5c
m
6
5 Dengan
WIPOL4
3 NA Bakteri 63 CB
OLAH 4
BASIL
586
APD
A
Kapang
Khamir
195 KAPANG
112
PCA 4 Tanpa
WIPOL
BASIL 1,
9c
m
5
3 Dengan
WIPOL5
Kel Medi
a
Uji
M.O
∑ M.O Perlakuan Lokasi Mikrosko
p
D
4 NA Bakteri 81 TOILET
PRIA
GEDUN
G CB
114
APD
A
Kapang
Khamir
80
81
PCA 8 Tanpa
WIPOL
3
c
m
8
1 Dengan
WIPOL4
5 NA Bakteri 703 MUSHO
LLA
PRIA
TERAS
BASIL
518
APD
A
Kapang
Khamir
263 BASIL
302
PCA 1 Koloni
menyebar
TANPA
SO KLIN BASIL 2
c
m
0 (tidak
ada
koloni)
DENGAN
SOKLIN
6 NA Bakteri 105 RUANG
PERSIA
P-AN CB
LINK
BASIL
41
APD
A
Kapang
Khamir
55 BASIL
65
PCA 3 TANPA 2
c2
Kel Medi
a
Uji
M.O
∑ M.O Perlakuan Lokasi Mikrosko
p
D
SOKLIN m
0 DENGAN
SO KLIN2
7 NA Bakteri 56 TOILET
LAB
TERPAD
U
WANIT
A
BASIL
84
APD
A
Kapang
Khamir
41 BASIL
89
PCA 8 TANPA
SOKLIN
COCCUS 2
c
m
5
1 DENGAN
SOKLIN10
NA Bakteri 107
79
APD
A
Kapang
Khamir
52
60
PCA 7 TANPA
SOKLIN
3
c
m
8
5 DENGAN
SOKLIN14
3.1.1 Perhitungan
Kelompok 4
SANITASI UDARA (Di Toilet Pria Gedung CB)
NA APDA
81 80
114 81
NA (Diameter 9 cm) :
Densitas mikroba/jam/m2 = 3,1 x 10 4 koloni/jam/m2
APDA (Diameter 8 cm) :
Densitas mikroba/jam/m2 = 3,2 x 104 koloni/jam/m2
APDA (Diameter 9 cm) :
Densitas mikroba/jam/m2 = 2,5 x 104 koloni/jam/m2
SANITASI RUANG/RODAC (Di Ruang CB Biotek )
PCA (Tanpa Memakai Wipol) PCA (Sesudah Memakai Wipol)
8 0
8 3
PCA (Diameter 3 cm )
PCA (Sebelum Memakai Wipol) :
Densitas mikroba/m2 = 8,5 x 103 koloni/m2
PCA (Sesudah Memakai Wipol) :
Densitas mikroba/m2 = 1,6 x 103 koloni/m2
Perhitungan sanitasi udara dan sanitasi ruang
1. Media NA Densitas mikroba/jam/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 81+114
2x
60 menit30 m3 nit
+ 10000 cm2
63,585 cm2
¿97,5 x2 x157,27
¿ 30667,65 3,1 x 104 koloni/jam/m2
2. Media APDA Densitas mikroba/jam/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
(D =8 cm) ¿ 80+812
x60 menit30 m 3 nit
x10000 cm2
50,24 cm2
¿80,5 x2 x199,04
¿32045,44 3,2 x 104 koloni/jam/m2
Densitas mikroba/jam/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
(D =9 cm) ¿ 80+812
x60 menit30 m 3 nit
x10000 cm2
63,585 cm2
¿80,5 x2 x157,27
¿ 25320,47 2,5 x 104 koloni/jam/m2
3. Media PCA (Sebelum Memakai Wipol )
Densitas mikroba/m2 ¿ rata−ratakoloni x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 8+82
x10000 cm2
3,14 x3 cm2
¿8 x 1061,57
¿8492,56 8,5 x 103 koloni/m2
(Seteah Memakai Wipol )
Densitas mikroba/m2 ¿ rata−ratakoloni x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 0+32
x10000 cm2
3,14 x 3 c m2
¿1,5 x 1061,57
¿1592,35 1,6 x 103 koloni/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 81+114
2x
60 menit30 m3 nit
+ 10000 cm2
63,585 cm2
¿97,5 x2 x157,27
¿ 30667,65 3,1 x 104 koloni/jam/m2
3.2 Pembahasan
3.2.1 Sanitasi udara
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu sanitasi
biasanya dikaitkan dengan kesehatan manusia. Potensi mikroba dapat merusak
pangan dan menimbulkan penyakit pada manusia, organisme lain, dan tanaman.
Udara pada dasarnya tidak mempunyai flora alami oleh karena itu organisme tidak
dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Mikroba yang ada di udara
dapat ditimbulkan akibat kontaminasi dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari
debu, air, proses aerasi, penderita saluran infeksi, dan lain-lain. Selain itu, setiap
aktivitas manusia juga dapat menimbulkan mikroba di udara.
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara akan
bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca, dan jumlah orang yang ada di
tempat tersebut. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es akan
cenderung mengurangi jumlah mikroorganisme di udara dengan membasuh
partikel-partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu. Mikroorganisme udara
di dalam suatu ruangan dapat diuji secara kuantitatif menggunakan agar cawan
yang dibiarkan terbuka selama beberapa waktu tertentu di dalam ruangan tersebut
atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi.
Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat,
misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer 1984).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan
tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri thermogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat bakteri tersebut tumbuh. Bakteri dapat
pula mengubah pH dari media tempat iahidup, perubahan ini disebut perubahan
secara kimia (Lay 1992).
Praktikum ini dilakukan di CB Biotek, CB Olah 2, CB Olah 4, toilet pria
gedung CB, mushola teras SJMP, ruang persiapan/CB Link, toilet wanita Lab
Terpadu, dan CB Biotek 2. Metode yang digunakan yaitu dengan meletakkan
cawan media NA dan APDA dengan posisi tutup terbuka pada ruangan selama 30
menit. Setelah 30 menit cawan-cawan tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama
48 jam. Adapun densitas bakteri (∑mikroba/jam/m2) yang terkandung di udara
pada kelompok 1 di CB Biotek sebanyak 2,6 x 104 koloni/jam/m2 pada media NA
dan 1,3 x 104 koloni/jam/m2 pada media APDA, kelompok 2 di CB Olah 2
sebanyak 4,5 x 104 koloni/jam/m3 pada media NA dan 1,9 x 104 koloni/jam/m2
pada media APDA, kolompok 3 di CB Olah 4 sebanyak 1,2 x 105 pada media NA
dan 4,9 x 104 koloni/jam/m2 pada media APDA, kelompok 4 di toilet pria gedung
CB sebanyak 3,1 x 10 4 koloni/jam/m2 pada media NA 3,2 x 104 koloni/jam/m2
pada media APDA berdiameter 8 cm, dan 2,5 x 104 koloni/jam/m2 pada media
APDA berdiameter 9 cm, kelompok 5 di mushola teras SJMP sebanyak 1,4 x 105
koloni/jam/m2 pada media NA dan 9,0 x 104 koloni/jam/m2 pada media APDA,
kelompok 6 di ruang persiapan/CB Link sebanyak 2,3 x 104 koloni/jam/m2 pada
media NA dan 1,9 x 104 koloni/jam/m2 pada media APDA, kelompok 7 di toilet
wanita Lab Terpadu sebanyak 2,2 x 104 koloni/jam/m2 pada media NA dan 1,4 x
104 koloni/jam/m2 pada media APDA, dan hasil dari kelompok 8 di CB Biotek 2
sebanyak 1,4 x 104 koloni/jam/m2 pada media NA dan 1,7 x 104 koloni/jam/m2
pada media APDA.
Densitas bakteri di udara yang tertinggi ada pada mushola teras SJMP dan
CB Olah 4, sedangkan densitas kapang dan khamir yang tertinggi ada pada
mushola teras SJMP ,CB Olah 4, CB olah 2, toilet pria gedung CB, CB Biotek,
ruang persiapan/CB Link, toilet wanita Lab Terpadu, dan CB Biotek 2. Hal ini
membuktikan mushola teras SJMP dan CB Olah 4 tersebut kurang mendapat
perhatian dari segi kebersihan. Mikroba tersebut dapat bersumber dari bioaerosol.
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang
berasal dari makhluk hidup (Anonim, 2008). Jenis mikroorganisme yang sering
terdapat di udara pada umumnya bakteri batang pembentuk spora, baik yang
bersifat aerobik maupun anaerobik, bakteri coccus, bakteri gram negatif, kapang
dan khamir. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui
sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan
dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila
kondisi terlalu berdesakan (crowded) (Anonim, 2008). Oleh karena itu banyaknya
aktivitas manusia yang terjadi di dalam ruangan tersebut sangat mempengaruhi
jumlah mikroba yang terkandung di udara.
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, banyaknya orang, dan kegiatan orang-orang
yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk
percikan dari hidung dan mulut selama bersin, bahka ketika bercakap-cakap titik-
titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam.
Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan
tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera
jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. (Pelczar 1994). Ada beberapa jenis
bakteri di udara yang dapat menginfeksi saluran pernafasan pada manusia,
diantaranya adalah Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp.,
Pneumococcus sp. dan Clostridium sp. (Bibiana 1992 ).
Sedangkan kapang yang pada umumnya terdapat pada udara adalah
Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium dan Trichoderma. Kapang
bereproduksi dan melakukan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang
terdiri dari spora seksual dan spora aseksual. Spora dapat menyebabkan gangguan
kesehatan terutama pernafasan manusia apabila terhirup baik dalam skala kecil
maupun besar. Penyakit yang disebabkan oleh spora kapang adalah mikosis. Salah
satu penyakit mikosis yang umum adalah Aspergillosis yang disebabkan oleh
spora yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus.
Untuk mengurangi perkembangbiakan mikroba dalam udara di suatu
ruangan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas
udara dalam ruang adalah (a) kondisi lingkungan dalam ruang, kondisi lingkungan
yang penting untuk diperhatikan adalah suhu ruangan, kelembaban, dan aliran
udara. Ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan absorbs polutan
mikroba dalam ruangan, pertumbuhan mikroorganisme di udara, dan
meningkatkan bau yang tidak sedap, (b) konstruksi ruangan dan furniture, (c)
proses dan alat-alat dalam ruangan, (d) ventilasi, ventilasi udara yang buruk dapat
menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk dan buruknya distribusi udara
di dalam ruang, (e) status kesehatan orang dalam ruangan (Anonim 2008).
3.2.2 Sanitasi Ruang (RODAC)
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan
langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan.
Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai
yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan
dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan
serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi,
struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan
bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif. Kontaminasi oleh
mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan
atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama
yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau
industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Jika di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air, mikroba yang
ditemukan di dalamnya juga bervariasi, misalnya mikroba tanah dari tanah dan
debu, mikroba air dari semprotan air, mikroba dari makanan fermentasi (spora
tempe,oncom,dll.), mikroba ternak dan sebagainya. Oleh karena itu sanitasi dan
kehigienisan suatu ruangan sangat perlu diperhatikan guna menjamin mutu dan
keamanan pangan. Untuk mengetahui tingkat sanitasi dan hygienitas dari suatu
ruangan (industri pangan) , dapat dilakukan uji sanitasi yaitu uji sanitasi dengan
metode RODAC dimana hasilnya cepat diketahui. Kecepatan dalam pengujian
juga sangat diperlukan terutama dalam lini produksi yang membutuhkan
kecepatan dalam memperoleh hasil uji. Hal ini disebabkan karena hasil pengujian
yang lama akan menyebabkan produktivitas menurun, yang berakibat pada
rendahnya efektivitas dan efisiensi produksi. Evaluasi mikrobiologi pada
peralatan dan permukaan-permukaan yang kontak dengan pangan merupakan
kegiatan penting untuk mengetahui efektivitas pembersihan dan desinfeksi yang
diterapkan, termasuk tingkat cemaran pada proses tersebut.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian kualitatif sanitasi ruangan
dengan menggunakan metode RODAC. Metode RODAC (The Replicate
Organism Direct Agra Contact Method) merupakan metode menghitung jumlah
mikroorganisme terutama dari suatu permukaan yang bersifat datar (peralatan,
lantai, meja, dll) di lingkungan industri pangan sebagai salah satu pemantauan.
Pemantauan bertujuan untuk menilai kualitas sanitasi atau higiene. Lokasi
pengujian sanitasi rungan dilakukan pada meja dan lantai CB Biotek . Pengujian
dilakukan secara aseptis dan dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu lantai atau
meja sebelum dan sesudah diberi dengan disinfektan. Media agar pada alat suntik
(RODAC) ditempelkan selama 4 detik pada permukaan meja atau lantai yang
akan diuji. Lalu agar yang telah ditempelkan dipotong setebal 1-1,5 cm dan secara
aseptik potongan agar diletakkan pada cawan petri. Posisi agar yang telah
menempel pada permukaan yang akan diuji harus berada dibagian atas. Kemudian
cawan petri ditutup dan diinkubasi (tanpa dibalikkan) pada suhu ruang (30oC)
selama dua hari.
Setelah dilakukan iinkubasi selama dua hari, hasil pengamatan dengan
perlakuan sebelum diberi disinfektan menunjukkan jumlah koloni yang tumbuh
dengan media PCA adalah dari kelompok 1 sebanyak 1,4 x 104 koloni/m2,
kelompok 2 sebanyak 1,3 x 104 koloni/m2, kelompok 3 sebanyak 5,3 x 104
koloni/m2, kelompok 4 sebanyak 8,5 x 103 koloni/m2, kelompok 5 sebanyak 3,1 x
104 koloni/m2, kelompok 6 sebanyak 8,0 x 103 koloni/m2, kelompok 7 sebanyak
2,0 x 104 koloni/m2, kelompok 8 sebanyak 2,3 x 104 koloni/m2. Setelah dilakukan
pemberian disinfektan dengan Wipol dan antiseptik, terjadi pengurangan atau
penurunan jumlah koloni mikroba < 5,5 x 104 koloni/m2. Hal ini menunjukkan
bahwa efektivitas dari desinfektan yang diberikan sangat baik. Pada perlakuan
sesudah diberi disinfektan menunjukkan jumlah koloni yang tumbuh dengan
media PCA adalah dari hasil kelompok 1 sebanyak 3,1 x 104 koloni/m2, kelompok
2 sebanyak 9,2 x 103 koloni/m2, kelompok 3 sebanyak 3,0 x 104 koloni/m2,
kelompok 4 sebanyak 1,6 x 103 koloni/m2, kelompok 5 sebanyak 0, kelompok 6
sebanyak 2,0 x 104 koloni/m2, kelompok 7 sebanyak 1,8 x 104 koloni/m2,
kelompok 8 sebanyak 3,0 x 104 koloni/m2.
Hasil pengamatan uji sanitasi ruang (RODAC) menunjukkan terdapat
pertumbuhan mikroorganisme pada setiap ruangan yang dilakukan pengujian,
menandakan bahwa tidak semua ruangan yang ada kebersihannya terjamin. Lantai
yang dibersihkan dengan desinfektan misalnya, masih terdapat koloni bakteri
yang tumbuh, padahal desinfektan dapat mereduksi jumlah mikroorganisme.
Secara keseluruhan perlakuan, lantai yang tidak dibersihkan memiliki
jumlah mikroorganisme yang lebih banyak. Hal ini disebabkan karena lantai
menjadi tempat lalu lalang orang banyak. Sehingga mikroorganisme menempel
pada lantai. Apabila lantai tidak dibersihkan maka jumlah mikroorganisme
tersebut semakin banyak. Oleh sebab itu pada ruang pengolahan pangan
kebersihan ruangan perlu diperhatikan agar tidak menkontaminasi produk
makanan yang akan dibuat. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dipakai
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja
tertentu. Desinfektan ditujukan untuk mikroorganisme yang terdapat pada benda-
benda mati seperti: gedung, kandang, feses, dan peralatan. Mekanisme
penghancuran mikroorganisme oleh desinfektan dilakukan dengan jalan merusak
struktur dinding sel, mengubah permeabilitas membran sel (Joklik et al., 1984;
Chatim dan Suhato, 1994), mengadakan perubahan molekul-molekul protein dan
asam nukleat, menghambat kerja enzim atau dapat pula dengan cara menghambat
sintesa asam nukleat dan protein. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja
desinfektan antara lain konsentrasi dan jenis bahan (Pelczar dan Chan, 1986).
Tingginya jumlah mikroba pada lantai sebelum pemberian disinfektan
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Srikandi Fardiaz (1992, h.78) faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah nutrient, air, suhu, pH,
oksigen, adanya zat penghambat misalnya desinfektan dan adanya jasad renik
lain. Adanya perbedaaan jumlah mikroba sebelum dan sesudah pemberian
disinfektan terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik karena
adanya zat penghambat, karena apabila pengaruh pencahayaan, suhu,
kelembaban,. Apabila proses disinfeksi ditujukan pada patogen tertentu, agen
yang dipilih sebagai disinfektan harus dikenal sebagai bakterisida efektif terhadap
organisme tersebut. Cara kerja disinfektan dalam mematikan mikroorganisme
yaitu:
a. Kerusakan pada Dinding sel dengan cara menghambat pembentukan atau
mengubah setelah selesaiterbentuk.
b. Perubahan metabolisme sel, adanya kerusakan pada membran sitoplasma
yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
c. Perubahan molekul protein dan Asam Nukleat, apabila terjadi perubahan
molekul protein dan asam nukleat dimanahidupnya suatu sel bergabung
pada terpeliharanya molekul ini, makadapat merusak sel tanpa diperbaharui
kembali.
d. Penghambatan kerja enzim penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan
terganggunya metabolisme atau matinya sel.
e. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein, adanya gangguan DNA,
RNA dan protein didalam proses kehidupannormal sel dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri dan Keamanan Pangan. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Bibiana, W dan Hastowo,S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Joklik, W. K., H. P. Willent, and D.B. Amos. 1984. Zinsser Microbiology. 18th Ed. Appeleton Century Crafts. New York. 233-243.
Lay, B W. 1992. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali Press.
Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, MikrobiologiDasar, Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
A. Sanitasi Ruang (RODAC)
Perlakua
n
Gambar Perlakuan Gambar
Sebelum
diberi
Wipol
Jumlah Mikroba = 8
Setelah
diberi
Wipol
Jumlah Mikroba = 3
Jumlah Mikroba = 9 Jumlah Mikroba = 0
B. Sanitasi Udara
Media Gambar Lokasi Jumlah Mikroba
APDA
WC pria
81
114
NA
80
81
C. Hasil Miroskop
Sanitas
iMedia Gambar
Bentuk
Sanitasi
Udara
NA
Bacil
APDA
Coccus
Sanitasi
Ruang
(RODAC
)
PCA
Coccus
LAMPIRAN 2
HASIL DATA SANITASI UDARA DAN RUANG KELOMPOK
1-8
Kelompok 1
SANITASI UDARA (Di CB BIOTEK)
NA APDA
132 82
41 54
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2= 132+41
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x4,5=¿ 2,6 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2= 82+54
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x 4,5=¿1,3 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum meja Dibersihkan) PCA (Sesudah meja
Dibersihkan(wipol)
5 7
4 3
PCA (Sebelum Meja Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 = 5+4
2x
100003,14 x 1 x 1
= 1,4 x 104 densitas mikroba/m2
PCA (Sesudah Meja Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 =7+3
2x
100003,14 x1 x1
= 3,1 x 104 densitas mikroba/m2
Kelompok 2
SANITASI UDARA (Di CB Olah 2)
NA APDA
216 66
70 57
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2= 216+70
2x
6030
x1000063,58
=¿ 4,5 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2= 66+57
2x
6030
x1000063,58
=¿1,9 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum meja Dibersihkan) PCA (Sesudah meja
Dibersihkan(wipol)
7 5
6 4
PCA (Sebelum Meja Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 = 7+6
2x
100004,9
= 1,3 x 104 densitas mikroba/m2
PCA (Sesudah Meja Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 =5+4
2x
100004,9
= 9,2 x 103 densitas mikroba/m2
Kelompok 3
Sanitasi Udara (di CB Olah 4)
NA APDA
163 195
586 112
NA:
Densitas mikroba/jam/m2 = 163+586
2×
6030
×10000
3,14 x 4,45 x4,45
= 120457 = 1,2x105 densitas mikroba/jam/m2
APDA:
Densitas mikroba/jam/m2 = 195+112
2×
6030
×10000
3,14 x 4,45 x4,45
= 49372 = 4,9x104 densitas mikroba/jam/m2
Sanitasi Ruang (di CB Biotek 1)
PCA (sebelum lantai dibersihkan) PCA (setelah lantai diberi wipol)
16 7
14 10
PCA (sebelum lantai dibersihkan)
Densitas mikroba/m2 = 16+14
2 ×
100003,14 x0,95 x 0,95
= 52931 = 5,3x104 densitas
mikroba/m2
PCA (setelah lantai diberi wipol)
Densitas mikroba/m2 = 7+10
2 ×
100003,14 x0,95 x 0,95
= 29994 = 3,0x104 densitas
mikroba/m2
Kelompok 4
SANITASI UDARA (Di Toilet Pria Gedung CB)
NA APDA
81 80
114 81
NA (Diameter 9 cm) :
Densitas mikroba/jam/m2 = 3,1 x 10 4 koloni/jam/m2
APDA (Diameter 8 cm) :
Densitas mikroba/jam/m2 = 3,2 x 104 koloni/jam/m2
APDA (Diameter 9 cm) :
Densitas mikroba/jam/m2 = 2,5 x 104 koloni/jam/m2
SANITASI RUANG/RODAC (Di Ruang CB Biotek )
PCA (Tanpa Memakai Wipol) PCA (Sesudah Memakai Wipol)
8 0
8 3
PCA (Diameter 3 cm )
PCA (Sebelum Memakai Wipol) :
Densitas mikroba/m2 = 8,5 x 103 koloni/m2
PCA (Sesudah Memakai Wipol) :
Densitas mikroba/m2 = 1,6 x 103 koloni/m2
Perhitungan sanitasi udara dan sanitasi ruang
4. Media NA Densitas mikroba/jam/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 81+114
2x
60 menit30 m3 nit
+ 10000 cm2
63,585 cm2
¿97,5 x2 x157,27
¿ 30667,65 3,1 x 104 koloni/jam/m2
5. Media APDA Densitas mikroba/jam/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
(D =8 cm) ¿ 80+812
x60 menit30 m 3 nit
x10000 cm2
50,24 cm2
¿80,5 x2 x199,04
¿32045,44 3,2 x 104 koloni/jam/m2
Densitas mikroba/jam/m2
¿ rata−ratakoloni x60 menit30 menit
x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
(D =9 cm) ¿ 80+812
x60 menit30 m 3 nit
x10000 cm2
63,585 cm2
¿80,5 x2 x157,27
¿ 25320,47 2,5 x 104 koloni/jam/m2
6. Media PCA (Sebelum Memakai Wipol )
Densitas mikroba/m2 ¿ rata−ratakoloni x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 8+82
x10000 cm2
3,14 x3 cm2
¿8 x 1061,57
¿8492,56 8,5 x 103 koloni/m2
Densitas mikroba/m2 ¿ rata−ratakoloni x10000 cm2
luas cawan ¿¿¿
¿ 0+32
x10000 cm2
3,14 x 3 cm2
¿1,5 x 1061,57
¿1592,35 1,6 x 103 koloni/m2
KELOMPOK 5
SANITASI UDARA (Di Musholla Teras JMP)
NA APDA
703 263
518 302
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2= 703+518
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x4,5=¿ 1,4 x 105 densitas
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2= 263+302
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x 4,5=¿9,0 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Musholla Teras JMP)
PCA (Sebelum lantai Dibersihkan) PCA (Sesudah lantai Dibersihkan( So
klin)
1 0
1 0
PCA (Sebelum Lantai Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 = 1+1
2x
100003,14 x1 x1
= 3,1 x 104 densitas mikroba/m2
PCA (Sesudah Lantai Dibersihkan (SoKlin)) :
Densitas mikroba/m2 =0+0
2x
100003,14 x1 x1
= 0 densitas mikroba/m2
KELOMPOK 6
NAAPDA
105 5541 65
SANITASI UDARA (Di Ruang Persiapan/CB Link)
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2= 105+41
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x 4,5=¿ 2,3 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2= 55+65
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x 4,5=¿1,9 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum Meja Dibersihkan) PCA (Sesudah Meja Dibersihkan)3 02 2
PCA (Sebelum Meja Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 = 3+2
2x
100003,14 x 1 x 1
= 8,0 x 103 densitas mikroba/m2
PCA (Sesudah Meja Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 =0+2
2x
100003,14 x 1 x 1
= 3.2 x 103 densitas mikroba/m2
KELOMPOK 7
SANITASI UDARA (Di Toilet Wanita Lab Terpadu)
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2= 56+84
2x
6030
x10000
3,14 x4,5 x 4,5=¿ 2,2 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2= 41+49
2x
6030
x10000
3,14 x4,5 x 4,5=¿1,4 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum Lantai Dibersihkan) PCA (Sesudah Lantai Dibersihkan)
8 1
5 10
PCA (Sebelum Lantai Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 = 8+5
2x
100003,14 x 1 x 1
= 2,0 x 104 densitas mikroba/m2
PCA (Sesudah Lantai Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 =1+10
2x
100003,14 x 1x 1
= 1,8 x 104 densitas mikroba/m2
Kelompok 8
SANITASI UDARA (Di CB BIOTEK 2)
NA APDA
107 52
789 60
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2= 107+789
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x 4,5=¿ 1,4 x 104 densitas
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2= 52+60
2x
6030
x10000
3,14 x 4,5 x 4,5=¿1,7x 104 densitas
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum lantai Dibersihkan) PCA (Sesudah lantai Dibersihkan( So
klin)
7 5
8 14
PCA (Sebelum Lantai Dibersihkan) :
Densitas mikroba/m2 = 7+8
2x
100003,14 x1 x1
= 2,3 x 104 densitas mikroba/m2
PCA (Sesudah Lantai Dibersihkan (SoKlin)) :
Densitas mikroba/m2 =5+14
2x
100003,14 x1 x1
= 3,0 x 104 densitas mikroba/m2