sanitasi udara, ruang , pekerja

32

Upload: rico-fernando-theo

Post on 05-Aug-2015

1.754 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

Sanitasi udara, ruang , pekerja

TRANSCRIPT

Page 1: Sanitasi udara, ruang , pekerja
Page 2: Sanitasi udara, ruang , pekerja

Laporan Praktikum Hari/Tgl : Selasa, 11 Oktober 2012

Sanitasi Dan Higiene Dosen : Mrr. Lukie T, STP, Msi

Asisten : Wira Yani Febi H

SANITASI UDARA, RUANG, DAN PEKERJA

Oleh:

Rico Fernando T J3E111044

Salma Fikriyah J3E111062

Aqmila Muthi Rafa J3E111066

Chintia Hutagalung J3E111089

Nia Alliffiana J3E111133

PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: Sanitasi udara, ruang , pekerja

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah memberikan pemahaman dan

keterampilan mengenai metode pengujian sanitasi udara, ruang, dan pekerja.

Selain itu praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi

faktor-faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi yang berasal dari udara,

ruangan, dan dari pekerja itu sendiri.

Page 4: Sanitasi udara, ruang , pekerja

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Udara

Kelompok Lokasi∑mikroba

Densitas Mikroba

∑mikroba/jam/m2

NA APDA NA APDA

1 Toilet 63 8 3,0 x 104 3,8 x 103

2 Lab Mikro 10 1 4,7 x 103 4,7 x 102

3 Lab Olah 1 134 1 6,3 x 105 4,7 x 102

4 Lab Olah 2 61 12 2,9 x 104 5,7 x 103

5 Lab Olah 4 105 5 5,0 x 104 2,4 x 103

6 Lab Olah 5 9 12 4,2 x 103 5,7 x 103

7 Kantin 108 12 5,1 x 104 5,7 x 103

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Ruang

Kelompok

PCADiameter

RODAC (cm)

Densitas Mikroba(∑cfu/m2)

Perlakuan Perlakuan

≠Desinfektan Desinfektan ≠Desinfektan Desinfektan

1 TBUD TBUD 3 TBUD TBUD

2 TBUD TBUD 3 TBUD TBUD

3 74 36 3 1,0 x 105 5,1 x 104

4 34 23 3 4,8 x 104 3,2 x 104

5 43 39 3 6,1 x 104 5,5 x 104

6 TBUD TBUD 3 TBUD TBUD

7 50 0 3 7,1 x 104 0

Page 5: Sanitasi udara, ruang , pekerja

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sanitasi Rambut

Kelompok

Media

NA APDA

Tidak Keramas2-3 hari

Keramas hari ini

Tidak Keramas2-3 hari

Keramas hari ini hari

1 + + Tidak Dilakukan  

2 + ++ Tidak Dilakukan   

3 Tidak Dilakukan   - +

4 ++++ +++++ Tidak Dilakukan  

5 Tidak Dilakukan   - -

6 +++ ++++ Tidak Dilakukan  

7  Tidak Dilakukan   - -

Keterangan:

(-) = Tidak ada pertumbuhan(+) = Pertumbuhan sedikit(++) = Pertumbuhan agak banyak(+++) = Pertumbuhan banyak(++++)= Pertumbuhan banyak sekali

Tabel 4. Hasil Pengamatan Sanitasi Pekerja (Kualitatif)

Perlakuan

Tidak Dicuci Dicuci Air Dicuci Sabun Antiseptik

VJAEMBA (Fekal)

EMBA (Non

Fekal)VJA

EMBA(Fekal

)

EMBA(Non

Fekal)VJA

EMBA(Fekal)

EMBA(Non

Fekal)

VJA

EMBA(Fekal)

EMBA(Non

Fekal)

1 + - - - - - + - - - - -

2 - - + - - - - - - - - +

3 - - - - - - - - + - - +

4 - - + - - + - - +++ - - ++

5 - - - - - - - - + - - -

6 - - + - - + - - - - - -

7 - - - + - - - - - - - -

Keterangan :

(-) = Tidak ada pertumbuhan(+) = Pertumbuhan sedikit(++) = Pertumbuhan agak banyak(+++) = Pertumbuhan banyak(++++)= Pertumbuhan banyak sekali

Tabel 5. Hasil Pengamatan Sanitasi Pekerja (Kualitatif)

Page 6: Sanitasi udara, ruang , pekerja

No. Perlakuan∑ Mikroba

CFU/ml10-0 10-1 10-2

1. Tidak Dicuci TBUD/23 TBUD 95/4 9,5 ×101

2. Dicuci Air TBUD/ TBUD 247/168 41/52 2,3 ×104

3. Dicuci SabunTBUD/TBUD

126/144 14/4 1,4 ×103

4.Dicuci

Antiseptik

134/1311/5 3/2 1,3 ×102

5.Antiseptik +

sentuh rambut

TBUD/TBUD TBUD/TBUD TBUD/TBUDTBUD

6. Tisu basah48/TBUD 14/22

1/4 4,8 ×101

7.

Tissu basah +

sentuh

jenggot

79/87 29/428/7 1,1 ×102

2.2 Pembahasan

Pada tanggal 27 September 2012, dilakukan praktikum mengenai sanitasi

udara, ruang, dan pekerja. Praktikum ini dilakukan untuk memberikan

pemahaman dan keterampilan mengenai metode pengujian sanitasi dan higiene

udara, ruang, dan pekerja. Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah

PCA, NA, APDA, VJA, dan EMBA.

Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa

faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama pada hal-hal

yang mempunyai efek merusak perkembanagn fisik, kesehatan dan kelangsungan

hidup. sedangkan higiene didefinisikan sebagai seluruh kondisi atau tindakan

untuk meningkatkan kesehatan , tindakan-tindakan pemeliharaan kesehatan, atau

suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kesehatan. Sanitasi dan higiene dalam

industri pangan merupakan suatu tindak kegiatan atau kreasi yang mengarah pada

pemeliharaan kondisi sehat. Kondisi yang dimaksud meliputi kondisi bukan hanya

bebas kontaminan yang dapat menyebabkan keadaan sehat, tetapi bebas dari

faktor yang dapat memacu pada keadaan tidak bebas.

Page 7: Sanitasi udara, ruang , pekerja

Kebersihan dan kehigienisan merupakan syarat utama dalam sistem

kemanan pangan. untuk mengetahui tingkat sanitasi dan higiene daru suatu

industri pangan, dapat dilakukan dengan uji sanitasi, seperti sanitasi udara, ruang,

dan pekerja.

3.2.1 Sanitasi Udara

Udara tidak mempunyai flora alami karena organisme tidak dapat hidup

dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Mikroba yang ada di udara dapat

ditimbulkan akibat kontaminasi dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari debu,

air, proses aerasi, dari penderita saluran infeksi, dan lain-lain. Selain itu, setiap

aktivitas manusia juga dapat menimbulkan mikroba di udara. Jumlah dan macam

mikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi,

kondisi cuaca, dan jumlah orang yang ada di tempat tersebut. Daerah yang

berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang

tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah

mikroorganisme di udara dengan membasuh partikel-partikel yang lebih berat dan

mengendapkan debu. Mikroorganisme udara di dalam suatu ruangan dapat diuji

secara kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selama

beberapa waktu tertentu di dalam ruangan tersebut atau dikenal dengan Metoda

Cawan Terbuka (Riani et al, 2010).

Pada praktikum mengenai uji sanitasi udara, dilakukan pengujian densitas

mikroba yang ada di udara pada tujuh tempat yang berbeda, yakni toilet, lab

mikro, lab olah 1, lab olah 2, lab olah 4, lab olah 5, dan kantin. Adapun metode

yang kami gunakan yaitu Opened Dust Method atau Metode Cawan Terbuka. Hal

pertama yang kami lakukan yaitu menuangkan media NA dan APDA ke dalam

dua cawan petri yang berbeda. Ditunggu hingga media agar membeku lalu

ditempatkan kedua cawan berisi media agar tersebut di tujuh tempat berbeda

dengan posisi tutup cawan terbuka. Dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit

berlalu, ditutup kembali cawan tersebut lalu diinkubasi di dalam suhu 30oC selama

2 hari dengan posisi terbalik. Posisi cawan petri terbalik agar air yang

mengembun di dalam tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke dalam media

karena akan menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai dan

menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Untuk menghindari hal ini,

Page 8: Sanitasi udara, ruang , pekerja

maka ketika diinkubasi, bagian bawah cawan petri diletakkan di atas atau terbalik.

Setelah diinkubasi selama 2 hari, dihitung densitas mikroba yang terkandung di

udara.

Adapun densitas bakteri (∑mikroba/jam/m2) yang terkandung di udara

pada toilet sebanyak 3,0x104, lab mikro sebanyak 4,7x103, lab olah 1 sebanyak

6,3x105, lab olah 2 sebanyak 2,9x104, lab olah 4 sebanyak 5,0x104, lab olah 5

sebanyak 4,2x103, dan kantin sebanyak 5,1x104. Sedangkan densitas kapang dan

khamir (∑mikroba/jam/m2) yang terkandung di udara pada toilet sebanyak

3,8x103, lab mikro sebanyak 4,7x102, lab olah 1 sebanyak 4,7x102, lab olah 2

sebanyak 5,7x103, lab olah 4 sebanyak 2,4x103, lab olah 5 sebanyak 5,7x103, dan

kantin sebanyak 5,7 x103 mikroba/jam/m2.

Densitas bakteri di udara yang tertinggi ada pada lab olah 1 sedangkan

densitas kapang dan khamir yang tertinggi ada pada lab lab olah 2, lab olah 5, dan

kantin. Hal ini membuktikan lab olah 1, lab olah 2, lab olah 5, dan kantin.tersebut

kurang mendapat perhatian dari segi kebersihan. Mikroba tersebut dapat

bersumber dari bioaerosol. Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas

makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup (Anonim, 2010). Jenis

mikroorganisme yang sering terdapat di udara pada umumnya bakteri batang

pembentuk spora, baik yang bersifat aerobik maupun anaerobik, bakteri coccus,

bakteri gram negatif, kapang dan khamir (Riani et al, 2010). Penyebaran bakteri,

jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Sumber

bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan

dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan

(crowded) (Anonim, 2010). Oleh karena itu banyaknya aktivitas manusia yang

terjadi di dalam ruangan tersebut sangat mempengaruhi jumlah mikroba yang

terkandung di udara.

Selain itu, sumber mikroba udara yang paling umum adalah mikroba yang

berasal dari tanah. Mikroorganisme tanah dibebaskan ke udara ketika terganggu

oleh pukulan angin dan tetap tersuspensi di sana untuk jangka waktu yang

panjang. Tindakan manusia seperti menggali atau membajak tanah juga dapat

melepaskan mikroba ke udara. Demikian pula mikroorganisme yang ditemukan

dalam air mungkin juga dilepaskan ke udara dalam bentuk tetesan air atau aerosol.

Page 9: Sanitasi udara, ruang , pekerja

Percikan air oleh angin juga bisa menghasilkan tetesan atau aerosol. Oleh karena

itu mengapa toilet banyak mengandung bakteri karena toilet merupakan tempat

yang lembab sehingga mikroba terutama bakteri sangat nyaman berkembang biak

di sana. Dari hasil praktikum ini perlu diperhatikan kondisi sanitasi udara pada lab

olah 4 yang mengandung densitas kapang dan khamir tertinggi. Hal ini dapat

menjadi ancaman yang serius karena lab olah 4 merupakan tempat pengolahan

bahan pangan bagi mahasiswa jurusan Supervisor Jaminan Mutu Pangan. Kapang

dan khamir yang terbawa oleh udara dapat mengontaminasi pangan yang akan

diolah sehingga menyebabkan pangan tersebut menjadi tidak layak untuk

dikonsumsi karena membahayakan kesehatan.

Untuk mengurangi perkembangbiakan mikroba dalam udara di suatu

ruangan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas

udara dalam ruang adalah (a) kondisi lingkungan dalam ruang, kondisi lingkungan

yang penting untuk diperhatikan adalah suhu ruangan, kelembaban, dan aliran

udara. Ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan absorbs polutan

mikroba dalam ruangan, pertumbuhan mikroorganisme di udara, dan

meningkatkan bau yang tidak sedap; (b) konstruksi ruangan dan furnitur; (c)

proses dan alat-alat dalam ruangan; (d) ventilasi, ventilasi udara yang buruk dapat

menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk dan buruknya distribusi udara

di dalam ruang; (e) status kesehatan orang dalam ruangan (Anonim, 2010).

3.2.2 Sanitasi Ruang

Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan

pangan. Jika di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air, mikroba yang

ditemukan di dalamnya juga bervariasi, misalnya mikroba tanah dari tanah dan

debu, mikroba air dari semprotan air, mikroba dari makanan fermentasi (spora

tempe,oncom,dll.), mikroba ternak dan sebagainya. Oleh karena itu sanitasi dan

kehigienisan suatu ruangan sangat perlu diperhatikan guna menjamin mutu dan

keamanan pangan. Untuk mengetahui tingkat sanitasi dan hygienitas dari suatu

ruangan (industri pangan) , dapat dilakukan uji sanitasi yaitu uji sanitasi dengan

metode RODAC dimana hasilnya cepat diketahui. Kecepatan dalam pengujian

juga sangat diperlukan terutama dalam lini produksi yang membutuhkan

kecepatan dalam memperoleh hasil uji. Hal ini disebabkan karena hasil pengujian

Page 10: Sanitasi udara, ruang , pekerja

yang lama akan menyebabkan produktivitas menurun, yang berakibat pada

rendahnya efektivitas dan efisiensi produksi. Evaluasi mikrobiologi pada

peralatan dan permukaan-permukaan yang kontak dengan pangan merupakan

kegiatan penting untuk mengetahui efektivitas pembersihan dan desinfeksi yang

diterapkan, termasuk tingkat cemaran pada proses tersebut.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian kualitatif sanitasi ruangan

dengan menggunakan metode RODAC. Metode RODAC (The Replicate

Organism Direct Agra Contact Method) merupakan metode menghitung jumlah

mikroorganisme terutama dari suatu permukaan yang bersifat datar (peralatan,

lantai, meja, dll) di lingkungan industri pangan sebagai salah satu pemantauan.

Pemantauan bertujuan untuk menilai kualitas sanitasi atau higiene. Lokasi

pengujian sanitasi rungan dilakukan pada meja dan lantai lab olah 1, 2, 3, dan 4.

Pengujian dilakukan secara aseptis dan dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu

lantai atau meja sebelum dan sesudah diberi dengan desinfektan. Media agar pada

alat suntik (RODAC) ditempelkan selama 4 detik pada permukaan meja atau

lantai yang akan diuji. Lalu agar yang telah ditempelkan dipotong setebal 1-1,5

cm dn secara aseptik potongan agar diletakkan pada cawan petri. Posisi agar yang

telah menempel pada permukaan yang akan diuji harus berada dibagian atas.

Kemudian cawan petri ditutup dan diinkubasi (tanpa dibalikkan) pada suhu ruang

(27oC) selama dua hari.

Setelah dilakukaniinkubasi selama dua hari, hasil pengamatan dengan

perlakuan sebelum diberi desinfektan menunjukkan jumlah coloni yang tumbuh

dengan media PCA pada lantai lab olah 1 adalah TBUD, pada meja lab olah 1

adalah TBUD, pada lantai lab olah 2 sebanyak 1,0 x 105 koloni/m2, pada meja lab

olah 2 sebanyak 4,8 x 104 koloni/m2, pada lantai lab olah 4 sebanyak 6,1 x 104

koloni/m2, pada meja lab olah 4 adalah TBUD, dan pada lantai lab olah 5

adalah7,1 x 104 koloni/m2. Sedangkan hasil pengamatan dengan perlakuan setelah

diberi desinfektan dengan media PCA pada adalah TBUD, pada meja lab olah 1

adalah TBUD, pada lantai lab olah 2 sebanyak 5,1 x 104 koloni/m2, pada meja lab

olah 2 sebanyak 3,2 x 104 koloni/m2, pada lantai lab olah 4 sebanyak 5,5 x 104

koloni/m2, pada meja lab olah 4 adalah TBUD, dan pada lantai lab olah 5 adalah 0

koloni/m2.

Page 11: Sanitasi udara, ruang , pekerja

Setelah dilakukan pemberian desinfektan dengan Wipool dan antiseptik,

terjadi pengurangan atau penurunan jumlah koloni mikroba < 5,5 x 104 koloni/m2.

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan dalam sanitasi, bersifat

dapat membunuh jasad renik yang mencemari bahan, alat dan ruangan

pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas dari desinfektan yang

diberikan sangat baik.

Jumlah koloni pada lantai dan meja lab olah 1 dan meja lab olah 4 dengan

perlakuan sebelum dan sesudah pemberian memiliki hasil TBUD (terlalu banyak

untuk dihitung). Seharusnya, dengan penggunaan desinfektan terjadi pengurangan

jumlah koloni yang terbentuk. Terjadinya kontaminasi disebabkan oleh

mikroorganisme yang terbawa oleh udara. Mikroorganisme yang terdapat diudara

biasanya melekat pada bahan padat mikro misalnya debu atau terdapat didalam

droplet atau tetesan air. Jika didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air,

maka mikroba yang ditemukan didalamnya juga bermacam- macam termasuk

bakteri, kapang ataupun khamir . Winslow (2005) mengatakan bahwa setiap gram

debu ruangan mengandung 5 juta mikroba. Disamping itu, sumber pembawa

kontaminasi dapat berasal dari pekerja secara tidak langsung melalui pakaian

maupun peralatan yang dibawa dan digunakan dalam ruangan. Seharusnya, lantai

atau meja yang telah diberikan desinfektan dibersihkan menggunakan tissue

bukan serbet pribadi. Serbet yang digunakan tidak bisa dijamin kebersihannya.

Selain itu, tetesan air dari praktikan yang berbicara, batuk, dan bersin tanpa

menggunakan masker dapat menjadi sumber kontaminasi dalam ruang. Peralatan

dan dari benda-benda yang diangkut saat akan melakukan pengujian pada lantai

atau meja merupakan media perpindahan sumber perpindahan mikroba.

3.2.3 Sanitasi Rambut

Tangan dan rambut sangat rentan terkena bakteri dan kapang karena

udarakotor mudah menempel pada tangan dan rambut. Tangan yang dicuci air

belumtentu bersih karena air yang digunakan untuk membersihkan banyak

tercemarkuman dan bakteri sehingga perlu menggunakan bahan antiseptik

untuk menghilangkan bakteri dan kapang yang menempel pada bagian kulit. Oleh

karena itu higiene pekerja juga sangat penting diperhatikan, penelitian Lues, et al.

(2006) menunjukkan bahwa pekerja menyebabkan timbulnya bakteri seperti

Page 12: Sanitasi udara, ruang , pekerja

E.coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella. Staphylococcus aureus merupakan

mikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan

kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaan

tangan manusia atau pekerja. Staphylococcus aureus banyak mencemari pangan

karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and Moss

1995).

Adapun cara uji kontaminasi rambut yaitu ambil 2 helai rambut dengan

pinset, kemudian letakkan pada agar cawan NA dan APDA. Cawan diinkubasikan

pada suhu 27oC selama 2 hari. Uji kontaminasi rambut dilakukan terhadap rambut

yang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnya. Selanjutnya, amati

pertumbuhan mikroorganisme untuk media NA adalah total bakteri dan media

APDA adalah kapang dan khamir.

Pada kegiatan praktikum kali ini digunakan beberapa jenis media biakan,

yaitumedia, NA (Nutrient Agar), dan APDA (Potato Dextrose Agar + Asam

Tartarat). Masing-masing media tersebut memiliki komposisi penyusun yang

berbeda-beda. NA (Nutrient Agar)Media ini merupakan jenis media umum yang

digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum.

Media ini tersusun atas bacto peptone, bacto agar, dan bacto beef extract. Media

ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kaya akan protein sehingga

cenderung untuk ditumbuhi oleh bakteri.PDA (Potato Dextrose Agar) Media ini

merupakan jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1

jenis mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto dextrose, bacto

agar, dan potato. Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kaya

akan karbohidrat dan gula sehingga lebih cenderung untuk ditumbuhi oleh kapang

dan khamir.

Pada kelompok 1,3, dan 7 dengan media APDA, tidak terdeteksi adanya

kapang pada rambut yang tidak dicuci 2-3 hari, namun pada sampel rambut

kelompok 7 yang dicuci hari ini terdeteksi pertumbuhan kapang sedikit. Hal ini

dapat terjadi mungkin karena frekuensi terkena udara kotor pada rambut tersebut

lebih besar dibanding rambut yang tidak dicuci 2-3 hari.

Pada kelompok 1,2 dan 4 yang menggunakan media NA untuk mendeteksi

adanya pertumbuhan bakteri dalam rambut. Dari hasil pengamatan dapat terlihat

Page 13: Sanitasi udara, ruang , pekerja

pertumbuhan bakteri pada media yang diberi perlakuan tidak dicuci selama 2-3

hari mempunyai jumlah bakteri lebih banyak daripada yang dicuci hari ini. Hal ini

dapat disebabkan karena rambut yang kotor dan suhu rambut yang lembab dapat

menjadi tempat berkembang biaknya bakteri

Pada kelompok 3,5 dan 7 yang juga menggunakan media APDA,

terdeteksi adanya pertumbuhan kapang yang banyak pada sampel rambut yang

tidak dicuci 2-3 hari, sedangkan pada sampel rambut yang dicuci hari ini juga

terdeteksi pertumbuhan kapang yang banyak. Hal ini dapat terjadi mungkin karena

frekuensi kedua sampel rambut terkena udara kotor sama besarnya..

3.2.4. Sanitasi Pekerja

3.2.4.1 Sanitasi Tangan Kualitatif

Tangan dan rambut sangat rentan terkena bakteri dan kapang karena

udarakotor mudah menempel pada tangan dan rambut. Tangan yang dicuci air

belumtentu bersih karena air yang digunakan untuk membersihkan banyak

tercemarkuman dan bakteri sehingga perlu menggunakan bahan antiseptik

untuk menghilangkan bakteri dan kapang yang menempel pada bagian kulit. Oleh

karena itu higiene pekerja juga sangat penting diperhatikan, penelitian Lues, et al.

(2006) menunjukkan bahwa pekerja menyebabkan timbulnya bakteri seperti

E.coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella. Staphylococcus aureus merupakan

mikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan

kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaan

tangan manusia atau pekerja. Staphylococcus aureus banyak mencemari pangan

karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and Moss

1995).

Pada praktikum kali ini dilakukan uji sanitasi pekerja secara kualitatif pada

kebersihan jari tangan. Ada empat perlakuan, yaitu jari tangan tanpa di cuci, jari

tangan di cuci hanya dengan air, jari tangan di cuci dengan air dan sabun, dan jari

tangan di cuci dengan antiseptik. Pertama yaitu jari tangan tanpa dicuci, dilakukan

dengan cara menempelkan terlebih dahulu 3 jari tangan pada media VJA dan

EMBA kemudian 2 jari lainnya dan tutup cawan. Yang kedua yaitu jari tangan

hanya di cuci dengan air, sebelumnya cuci tangan dahulu dengan air dan

tempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemudian 2 jari lainnya dan

Page 14: Sanitasi udara, ruang , pekerja

tutp cawan. Perlakuan ketiga yaitu jari tangan dicuci dengan air dan sabun,

sebelumnya jari tangan dicuci terlebih dahulu mengggunakan air dan sabun dan

tempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemuadian 2 jari lainnya dan

tutup cawan. Perlakuan terakhir yaitu cuci jari tangan dengan antiseptik atau

tissue basah. Sebelumnya tangan dicuci dengan antiseptik atau di lap dengan

tissue basah dan tempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemudian 2

jari lainnya dan tutup cawan. Setelah semua perlakuan selesai inkubasi cawan

pada suhu 30o C selama 2 hari dan lakukan pengamatan.

Setelah di inkubasi didapat hasil pada media VJA terlihat ada 1 koloni

bakteri pada perlakuan tangan sebelum di cuci. Ada 1 koloni juga pada perlakuan

tangan di cuci dengan air saja dan ada 1 koloni pada perlakuan tangan dicuci

dengan sabun. Tetapi tidak ada koloni yang tumbuh pada perlakuan tangan di cuci

denngan antiseptik. Dan untuk media EMBA ada 2 jenis bakteri yang tumbuh

yaitu bakteri fekal dan non ffekal. Namun untuk bakteri fekal tidak ada yang

tumbuh pada media EMBA di setiap perlakuan. Sedangkan untuk bakteri non

fekal terdapat 7 koloni bakteri yang tumbuh,pada perlakuan tangan sebelum

dicuci. Terlihat juga terdapat 8 koloni yang tumbuh pada perlakuan tangan dicuci

dengan air saja, terlihat juga terdapat 16 koloni yang tumbuh pada perlakuan

tangan dicuci dengan sabun. Dan terdapat 14 koloni yang tumbuh pada perlakuan

tangan dicuci dengan antiseptik. Dari hasil tersebut di atas untuk media EMBA

ternyata jumlah koloni non fekal yang tumbuh cukup banyak pada perlakuan

tangan dicuci dengan antiseptik, hal dikarenakan kemungkinan antiseptik yang

digunakan umur simpannya sudah lama atau sudah terkontaminasi

Kebiasaan pribadi (personal habit) pada pekerja dan konsumen dalam

mengelola bahan pangan dapat merupakan sumber yang penting dari kontaminan

sekunder. Beberapa peristiwa dari keracunan bahan pangan yang tercemar oleh

Staphylococcus aureus, diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengolahan

bahan pangan tersebut . Luka-luka atau iritasi pada kulit merupakan sumber

kontaminan mikroba, sehingga harus ditutup. Batuk atau bersin sekitar bahan

pangan sebaiknya dihindarkan, demikian juga pekerja yang menderita diare tidak

diperkenankan bekerja dengan bahan pangan.

3.2.4.1 Sanitasi Tangan Kualitatif

Page 15: Sanitasi udara, ruang , pekerja

Dalam industri pangan sanitasi pekerja sangat diperhatikan khususnya

pada tangan, karena tangan merupakan alat paling utama dalam melakukan semua

pekerjaan. Kontaminasi yang disebabkan oleh pekerja dapat berlangsung selama

jam kerja dari para pekerja menangani makanan. Setiap kali tangan pekerja yang

tidak higienis dan bersih kontak dengan bahan pangan, maka mikroorganisme

yang ada di tangan dapat berpindah ke makanan dan akan mencemari makanan

(Puspitasari, 2004:14).

Oleh karena itu kebersihan tangan pekerja sangat diperhatikan. Mikroba

yang biasanya terdapat pada tangan pekerja adalah mikroba yang bersifat patogen,

seperti Escherichia coli, Salmonella, Clostridium perfringens, Giardia lamblia,

virus Norwalk dan virus hepatitis A (Snyder 2004). Selain itu Staphilococcus

aureus juga sering ditemukan pada tangan pekerja.

Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tangan

pekerja dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sampel yang mengandung

mikroorganisme pada beberapa cawan agar. Dalam praktikum ini digunakan jenis

media biakan, yaitu media PCA (Plate Count Agar). Media ini merupakan jenis

media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis

mikroorganisme secara umum.Media ini tersusun atas bacto tryptone, bacto agar,

bacto yeast extract, dan bacto dextrose/glucose. Media ini mengandung komposisi

senyawa nutrisi yang kompleks, meliputi protein, karbohidrat, dan gula untuk

kebutuhan pertumbuhan semua jenis mikroorganisme sehingga memungkinkan

ditumbuhi oleh semua jenis mikroorganisme, seperti bakteri, kapang, dan khamir.

Uji kebersihan tangan yang dilakukan terhadap tangan, yaitu tangan yang

tidak dicuci, tangan setelah memegang benda dan tidak dicuci, tangan disemprot

alkohol lalu memegang benda, tangan yang dilap pakai tissue basah, dan tangan

yang dicuci dengan antiseptik kemudian mengusapkannya ke rambut.

Prosedur kerja yang dilakukan untuk menguji kebersihan tangan pekerja

adalah dengan memasukan tangan sesuai perlakuannya pada sebuah plasik steril

yang berisi larfis steril, kemudian dilakukan pengenceran desimal sampai

pengenceran 10-2. Dari setiap pengenceran tersebut diplating duplo pada cawan

petri kosong, kemudian cawan yang telah berisi tersebut dituangkan media PCA

Page 16: Sanitasi udara, ruang , pekerja

sebanyak 15 ml, kemudian didinginkan sampai beku lalu di inkubasi selama 2

hari pada suhu 30oC.

Dari hasil pengamatan didapatkan hasil jumlah mikroba untuk tangan yang

tidak dicuci (keadaan kotor) didapat total mikroba sebanyak 9,1 x 101 CFU/ml,

dicuci dengan air sebanyak 2,3 ×104CFU/ml, dan yang dicuci dengan sabun

sebanyak 1,4 ×103 CFU/ml. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tangan yang

dicuci dengan sabun mempunyai mikroba yang lebih sedikit dibandingkan dengan

yang tidak dicuci dan dicuci air saja. Akan tetapi dari hasil praktikum tangan yang

dicuci dengan air mempunyai mikroba lebih banyak dibandingkan dengan yang

tidak dicuci. Hal tersebut bisa terjadi karena praktikan sebelum melakukan

pengujian praktikan yang menguji dengan tangan kotor telah melakukan proses

sterilisasi sebelum melakukan praktikum dalam keadaan steril, atau sebelum

melakukan praktikum telah menyemprotkan alkohol 96% pada tangannya

sehingga kandungan mikroba pada tangan sedikit dibandingkan dengan tangan

yang dicuci dengan air saja. Kemungkinan lainnya berasal dari air yang digunakan

untuk mencuci tangan praktikan, seperti yang kita ketahui air banyak mengandung

bakteri E. Coli yang juga merupakan parameter sanitasi air bersih. Selain itu tidak

melakukan cuci tangan sesuai prosedur pun bisa menjadi penyebabnya, mikroba

dan kotoran-kotoran bisa saja tertinggal di sela-sela jari tangan dan tidak terbilas

oleh air. Selain itu kelemahan dari mencuci tangan dengan air adalah air tidak

cukup efektif untuk melepaskan lemak, minyak, dan protein yang merupakan

bagian dari kotoran organik dan tidak cukup efektif untuk menghilangkan bakteri-

bakteri pathogen yang transit pada tangan kita. Akan tetapi tangan yang dicuci

dengan sabun mempunyai kandungan mikroba lebih sedikit dibandingkan dengan

perlakuan tanpa dicuci dan dicuci dengan air saja. Sabun adalah sebuah surfaktan

yang dihasilkan dari proses saponifikasi (campuran garam natrium atau kalium

dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan

direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–

100 °C) yang dapat berbentuk padatan (NaOH sebagai alkali) atau berbentuk

cairan (KOH sebagai alkali) yang bisa digunakan bersama dengan air untuk

mencuci dan membersihkan. Sabun terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus -

COO- pada ujungnya, yang mana hidrokarbon tersebut ada yang bersifat hidrofob

Page 17: Sanitasi udara, ruang , pekerja

artinya tidak suka dengan air atau tidak mudah larut dalam air dan hidrofilik,

artinya suka dengan air jadi dapat larut dalam air.

Sedangkan perlakuan yang dilakuan oleh kelompok 4 yaitu dicuci dengan

antiseptik, pada PCA terdapat jumlah mikroba yang tumbuh yaitu 1,3 x 102

CFU/ml. Perlakuan yang dilakukan pada kelompok 5 yaitu dicuci dengan sabun

dan memegang rambut, pada PCA terdapat jumlah mikroba yang tumbuh yaitu

TBUD CFU/ml. Perlakuan yang dilakukan pada kelompok 6 di cuci tisu basah

pada PCA terdapat jumlah mikroba yang tumbuh, yaitu 4,8 x 101. Perlakuan yang

dilakukan pada kelompok 7 di cuci tisu basah dan memegang rambut, pada PCA

terdapat jumlah mikroba yang tumbuh, yaitu 1,2 x 102.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh jumlah mikroba dari yang paling

banyak pada sanitasi tangan terdapat pada perlakuan yang dicuci dengan sabun

kemudian memegang rambut, selanjutnya perlakuan dengan antiseptik, di cuci tisu

basah dan memegang rambut, dan terakhir perlakuan dengan dicuci tissu basah.

Hal ini berbanding terbalik dengan literature yang menunjukan bahwa perlakuan

dengan antiseptik memiliki jumlah mikroba yang sedikit, selanjutnya perakuan

dengan dicuci tisu basah, dan yang terakhir perlakuan dengan dicuci sabun dan

memegang rambut.

Berdasarakan literature yang diperoleh penggunaan cairan sanitasi tangan

berbentuk gel dan berbahan dasar alkohol lebih efektif untuk mengurangi

kontaminan yang terdapat di tangan karena bakteri dapat dimatikan dengan

alkohol. Jika dibandingkan dengan yang dibersihkan sabun dan air kurang efektif

untuk membunuh bakteri. Cairan pembersih tangan atau antiseptik dan mencuci

tangan dengan sabun keduanya efektif dalam membersihkan bakteri-bakteri

tertentu. Karena alkohol tidak menghancurkan spora namun dengan sebelumnya

mencuci tangan dengan sabun spora tersebut dapat terbasuh dari tangan dan

dengan penambahan antiseptik maka akan lebih efektif karena dapat

menghilangkan bakteri yang ada di tangan. (Kelly Wallace, 2007)

Cairan pencuci tangan yang disarankan adalah mengandung paling sedikit

60% alkohol dan bahan pelembab. Cairan pembunuh kuman yang berbahan dasar

alkohol tidak efektif untuk mematikan materi organic dan virus-virus tertentu

Page 18: Sanitasi udara, ruang , pekerja

seperti, spora bakteri tertentu dan protozoa tertentu, namun untuk membersihkan

mikroorganisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.

Perlakuan mencuci tangan dengan menggunakan tisu basah digunakan

sebagai alternatif membersihkan tangan dengan sabun karena lebih praktis dan

tidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah mengembangkan kandungan

wewangi beralkohol, tetapi pemakaian tisu basah itu sendiri hanya dapat

menghilangkan bakteri tertentu saja. Pemakaian tisu basah bias saja tidak baik

untuk mencuci tangan karena bila hanya mengembalikan kuman bolak-balik di

tangan. Pemakaian tisu basah saja tidak baik untuk mencuci tangan karena bila

hanya mengembalikan kuman bolak-balik di tangan dan dengan memegang

rambut setelah tangan di cuci dengan tisu basah itu membuat bakteri yang hanya

beberapa saja yang hilang akan tercampur dengan kapang yang terdapat pada

rambut, karena rambut sebagai sumber kontaminan.

Dari beberapa perlakuan yang dilakukan dan hasil yang di dapat berbeda

dengan literature. Hal ini terjadi karena adanya kontaminasi dari pekerja pada saat

melakukan praktikum.

Page 19: Sanitasi udara, ruang , pekerja

BAB III

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum uji sanitasi udara, diperoleh densitas balteritertinggi

ada pada lab olah 1 sedangkan densitas kapang dan khamir tertinggi ada pada lab

olah 2, lab olah 5, dan kantin. Hal ini membuktikan pada lab olah 1, lab olah 2,

lab olah 5, dan kantin tersebut kurang mendapat perhatian dari segi kebersihan.

Banyaknya mikroba yang terkandung dalam udara di suatu ruangan dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yakni debu yang bertebangan, tetesan air, kondisi lantai

maupun dinding ruangan, banyaknya aktivitas manusia serta kondisi udara yang

bergerak dibawa angin melalui ventilasi.

Berdasarkan hasil praktikum uji sanitasi ruang dapat disimpulkan

pengamatan tersebut terlihat bahwa pada ruangan lab olah 1, lab olah 2, lab olah

4, dan lab olah 5 diperoleh penurunan densitas mikroba yang tidak terlalau

signifikan setelah dilakukan desinfeksi. Jumlah mikroba sebelum dibersihkan

dengan desinfekatan umumnya tidak berbebda dibandingkan setelah dibersihkan

dengan desinfektan. Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas dari desinfektan

yang diberikan tidak cukup baik.

Pada uji sanitasi pekerja dapat disimpulkan tangan dan rambut pekerja

dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba terhadap suatu bahan pangan.

Umumya, tangan yang dicuci dengan antiseptik atau sabun memiliki jumlah

pertumbuhan mikroba yang lebih sedikit dibandingkan tangan yang hanya dicuci

dengan air atau bahkan tidak dicuci. Namun dari hasil pengamatan diketahui

pertumbuhan mikroba yang tidak beraturan, hal ini dikarenakan terjadinya

kontaminasi ulang dari tangan pekerja sebelum melakukan pengujian. Rambut

yang dicuci mempunyai kandungan mikroba yang lebih sedikit dibandingkan

dengan yang tidak dicuci. Mikroba pada rambut biasanya berasal dari udara yang

kotor ataupun debu yang berasal dari lingkungan pekerja.

Page 20: Sanitasi udara, ruang , pekerja

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri dan Keamanan Pangan. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Danang, H. 2011. Sanitasi pekerja. Jakarta: Gramedia.

Danang. 2011. Sanitasi pekerja. www.http://danang-kurang-kerjaan. blogspot.com [3 Oktober 2012].

Lay, B W. 1995. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali Press.

Susiwi, S. 2009. GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik. Bandung: UPI Press.

Udin. 2010. Pencemaranpangan oleh mikroorganisme. http://higiene-

pangan.blogspot.com [10 Oktober 2012]

Page 21: Sanitasi udara, ruang , pekerja

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Sanitasi Udara Lab Olah 4 (Meja)

N ¿jumlah koloni cawan

π r2x

6020

x 10000

NA : 105

π r2x

6020

x 10000= 5,0 x 104 cfu/jam/m2

APDA :5

π r2x

6020

x10000 = 2,4 x 103 cfu/jam/m2

Lampiran 2. Perhitungan Sanitasi Ruang

Kelompok 5 (Lab Olah 4)

≠Desinfektan : (43 )

3,14 x1,52 cmx

100001

= 6,1 x 104 cfu/ m2

Desinfektan :(39 )

3,14 x1,52 cmx

100001

= 5,5 x 104 cfu/ m2

Lampiran 3. Perhitungan Sanitasi Tangan (Kuantitatif) Tissu Basah +

Jenggot

N ¿jumlahkoloni cawan

(1× n1 )+ (0,1× n2 )× d

= 79+87+29+42

(1× 2 )+(0,1 ×2)×10−0=¿ 1,1 ×102 CFU/ml