laporan pendahuluan rematik
DESCRIPTION
LP reumatikTRANSCRIPT
MAKALAH
KEPERAWATAN DEWASA II
RHEUMATOID ATHRITIS
Dosen : Eka Oktavianto S.Kep.,Ns
DISUSUN OLEH :
Ayu Gita Swari (04.11.2824 )
Gesang Eko Iskandar (04.11.28 )
Izharin Wijaningsih (04.11.2841)
Miftihayatun Nasihah U.F (04.11.2851)
Novalia Susanti (04.11.28 )
Ni Putu Elsy Krismayanti 04.11.2855 )
Su’aidiyah (04.11.2867)
Ulfa Andita Mustafa (04.11.3098)
KONSENTRASI INTENSIVE CARE UNIT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul RHEUMATOID ATHRITIS
ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa II. Makalah ini berisi tentang
Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostik, Komplikasi, Perjalanan
Patologi, Penatalaksanaan Medis dan Asuhan Keperawatan pada RHEUMATOID
ATHRITIS beserta anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi untuk mahasiswa
keperawatan. Kami sadar bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen
penanggung jawab mata kuliah agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih
sempurna.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Terima
kasih.
Yogyakarta, 27 Maret 2013
Kelompok III
ANATOMI-FISIOLOGI SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Muskuloskeletal terdiri dari kata “Muskulo : otot” dan “Skeletal : tulang”.
1. OTOT (MUSCLE)Adalah jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
2. RANGKA (SKELETAL)Bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
3. TULANG
Periosteum Membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat pada tulang. Pada tulang yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara periosteum dan tulang.
Fungsi Umum TulangFormasi Kerangka Formasi sendi- sendi Perlengketan otot
Sebagai Pengungkit Penyokong BBProteksi Haemopoeisis Imunologi Penyimpanan Kalsium (97%)
Fungsi Khusus Tulang Sinus-sinus paranasalis: menimbulkan nada pada suaraEmail gigi: memotong, menggigit dan menggilas makanan Tulang kecil telinga: mengkonduksi gelombang suara Panggul wanita: memudahkan proses partus
Secara garis besar fungsi tulang adalah:Melindungi bagian-bagian tubuh yang lunakMelakukan pergerakan.Sebagai kerangka bagi tubuh sehingga tubuh dapat berdiri dan bergerak.
Tulang-tulang digabungkan pada persendian oleh ligamen, kartilago dan otot.
Tulang terdiri atas 2 jenis jaringan :Jaringan kompak (padat) : Tl. Pipih dan Tl. Pipa.Jaringan seperti spons (berbentuk jala) :ujung tulang pipa, dalam tulang pendek dansebagai lapisan tengah pada tulang pipih seperti skapula, kranium, sternum dan iga-iga.
Kartilago (tulang rawan) dijumpai pada sendi dan diantara dua tulang; tidak mengandung pembuluh darah tetapi diselubungi membran yaitu perikodrium.
Macam-macam tulang kartilago : Tl. Rawan Hyalin : kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa Tl. Rawan Fibrosa : memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula Tl. Rawan Elastik : terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan faring.
Sel – sel penyusun tulang :
Osteobast : Menghasilkan jaringan osteosid dan mengkresikan fosfatase àdalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dlm matrix tulangOsteosit : Sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melaui tulang yang padatOsteoclast : sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matrix tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzym proteolitik yang memecah matrix à mineral tulang tulang kalsium fnosfat terepas kedalam darah.
4. SENDI
Persambungan/ artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.Artrologi: ilmu yang mempelajari persendian.
Jenis Sendi Berdasarkan strukturnya :
Fibrosa: hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosaKartilago/tulang rawan: ruang antar sendinya berikatan dengan tulang rawan.Sinovial/sinovial joint: ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan persendian.
RHEUMATOID ARTHRITIS
A. DEFINISI
Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien-pasien arthritis rheumatoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya (Mansjoer,dkk, 2002).
Penyakit rematik yang sering disebut arthritis (radang sendi) adalah penyakit
yang mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-
laki maupun wanita dengan segala usia (Smeltzer, 2002).
Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
walaupun manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada umumnya selain gejala
artikuler, AR dapat pula menunjukan gejala konstitusional berupa kelemahan umum,
cepat lelah, atau gangguan organ nonartikuler lannya (Sjaifoellah, 2004).
Artritis rheumatoid adalah gangguan autoimun sistemik, ditandai dengan
adanya arthritis erosive pada sendi synovial yang simetris dan kronis yang
menyebabkan gangguan fungsi yang berat serta kecacatan (Davey, 2005).
Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronik (peradangan menahun)
yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi
membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi ( Rizasyah Daud,
1999).
Rematik (arthritis rheumatoid) adalah gangguan kronik yang menyerang
berbagai system organ yang dipengaruhi oleh imunitas (kekebalan dan tidak diketahui
penyebabnya dimana terjadi destruksi sendi (kerusakan sendi) progresif (Price &
Wilson, 2006).
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi diseluruh dunia sebesar 1% dan kebanyakan terjadi di awal usia 40-
an, walaupun dapat juga timbul pada manula. Penyakit ini 2-3 kali lebih sering pada
wanita, namun perbandingan antar jenis kelamin bervariasi sesuai dengan usia (pada
usia 30 tahun, perbandingan wanita : pria adalah 10 : 1, pada usia 65 tahun 1 : 1)
C. ETIOLOGI
a. Faktor genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.
b. Faktor lingkungan termasuk infeksi oleh bakteri atau virus
Umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan
disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
c. Faktor hormone estrogen
Sering dijumpai remisi pada wanita hamil menimbulkan dugaan terdapatnya
faktor ketidakseimbangan hormonal estrogen.
d. Faktor stress
Pada saat stress keluar heat shock protein (HSP) yang merupakan sekelompok
protein berukuran sedang (60-90kDa) yang dibentuk oleh seluruh spesiaes
pada saat stress.
e. Penuaan (usia 30-60 tahun)
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur anatomis dan fungsi organ mulai
mengalami kemunduran. Pada lansia, cairan synovial pada sendi mulai
berkurang sehingga pada saat pergerakan terjadi gesekan pada tulang yang
menyebabkan nyeri.
f. Inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Antibodi
immunoglobulin membentuk komplek imun dengan antigen. Fagositosis
komplek imun akan dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi
(pembengkakan, nyeri serta edema pada sendi).
g. Degenerasi
Degenerasi kartilago artikuler disebabkan oleh gangguan keseimbangan
fisiologis antara stress mekanis dan kemampuan jaringan sendi untuk bertahan
terhadap stress tersebut. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal,
tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat tubuh) yang berlebihan pada
sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara
fisiologis masuh layak, tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam fisiologi
sendi. Pertama kartilago artikuler memberikan permukaan penahan beban yang licin
secara nyata, dan bersama cairan synovial, membuat gesekan (friksi) yang sangat rendah
dalam gerakan. Kedua, kartilago artikuler akan meneruskan beban atau tekanan pada
tulang sehingga mengurangi stress mekanis.
- Stress mekanis
Kartilago artikuler sangat resisten terhadap proses pengausan dalam kondisi gerakan
yang berkali-kali. Ketika seorang berjalan, 3-4 kali berat tubuh akan ditarnsmisikan
melalui sendi lutut. Ketika sendi mengalami stress mekanis yang berulang, elastisitas
kapsula sendi, kartilago artikuler dan ligamentum akan berkurang.
- Lempeng artikuler (tulang subkondrial)
Akan menipis dan kemampuannya untuk menyerap kejutan menurun. Terjadi
penyimpangan rongga sendi dan gangguan stabilitas. Pada sat lempeng artiluker
lenyap, osteofit akan terbentuk di bagian tepi permukaan sendi dan kapsula serta
membrane synovial menebal. Kartilago sendi mengalami degenerasi serta atrofi
(mengeriput), tulang mengeras dan mengalami hipertrofi (menebal) pada permukaan
sendinya. Dan ligamentum akan mengalami kalsifikasi. Sebagai akaibatnya terbentuk
efusi sendi yang steril dan sinovitis sekunder.
- Perubahan pelumasan
Disamping perubahan pada kartilago artikuler dan tulang subkondrial, pelumasan juga
merupakan faktor degenerasi. Bersama dengan beban sendi (gaya yang dipikul lewat
sendi), pelumasan bergantung pada lapisan tipis cairan intersisial yang terpecah dari
kartilago ketika terjadi kompresi antar permukaan sendi yang berlawanan.
- Immobilitas
Degenerasi kartilago akibat immobilitas sendi dapat terjadi akibat gangguan kerja
pemompaan lubrikasi yang terjadi pada gerakan sendi.
D. PATOFISIOLOGI
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan
proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul
akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun.
Pada penyakit rematik degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses
reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan
yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor
imunologi dapat pula terlibat.
RA merupakan manifestasi dari respon system imun terhadap antigen asing
pada individu2 dengan predisposisi genetic.
Suatu antigen penyebab RA yang berada pada membrane synovial, akan
memicu proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentiknya makrofag.
Makrofag akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah
berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun
yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun
ini akan mengaktivasi system komplemen C5a.
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan
permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan
monosit kea rah lokasi tersebut.
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan
pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan
erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya
depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas
cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan
rawan sendi.
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast
cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamine dan berbagai enzim
proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya terbentuk pannus.
Masuknya sel radang ke dalam membrane synovial akibat pengendapan
komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang
paling destruktif dalam pathogenesis RA. Pannus merupakan jaringan granulasi yang
terdiri dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel
radang. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerakan
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
E. MANIFESTASI KLINIS
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun 1987,
adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Pasien merasa kaku pada persendian dan disekitarnya sejak bangun tidur sampai
sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal
2. Artritis pada 3 daerah
Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue welling) atau
lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersaman dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14
persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera
diatas.
4. Artritis simetris
Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak bersifat simetris) pada
kedua sisi secara serentak
5. Nodul rheumatoid
Yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau
daerah jukstaartikular dalam observasi dokter
6. Faktor rheumatoid serum positif
Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5 % kelompok control
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas
8. Gambaran khas RA pada radiografi tangan dan pergelangan tangan
9. Diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7
kriteria di atas. Kriteria 1 - 4 terdapat minimal selama 6 minggu.
Dalam buku KMB vol 3 hal 1801 Smeltzer :
1. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi pada sendi yang
terkena
2. Palpasi sendi akan terasa jaringan lunak seperti spon/busa
3. Pola khas dimulai dari sendi2 kecil pada tangan, pergelangan tangan dan kaki.
Dengan semakin berlanjutnya penyakit, sendi lutut, bahu, pinggul, siku,
pergelangan kaki, vertebra servikalis dan sendi temporomandibuler.
4. Gejala bilateral dn simetris
5. Awitan biasanya pagi hari
6. Deformitas tangan dan kaki karena immobilitas dalam waktu lama yang
menyebabkan kontraktur
7. Demam, penurunan BB, mudah lelah, anemia, pembesan kelenjer limfe, dan
fenomena Raynaud (vasospasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stress
sehingga jari-jari menjadi pucat dan sianosis.
F. KOMPLIKASI
Kelainan system pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes faktor reuma biasnya positif pada > 75 % pasien AR
b. Protein C-reaktif biasnya positif
c. LED meningkat
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi kronik
f. Trombosit meningkat
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik
h. Pada pemeriksaan rontgen semua sendi dapat terkena, namun yang paling sering
adalah sendi metatarsofalang dn biasnya simetris.
H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksaan Medis
- OAINS berupa aspirin (dibawah 65 tahun dosis 3-4 x 1 gr/hari), Ibuprofen,
naproksen, piroksikam, diklofenak dsb.
- DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) jika respon OAINS tidak baik.
Seperti klorokuin, sulfasalazin, D-penisilamin, garam emas, obat imunosupresif,
kortikosteroid.
- Pembedahan (jika berbagai cara pengobatan tidak berhasil)
b. Rehabilitasi (untuk meningkatkan kualitas hidup pasien)
- Mengistirahatkan sendi yang terlibat
- Modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri
melalui arus listrik
- Pemakaian alat bidai, tongkat, kursi roda, dll
- Alat ortotik protetik
- Occupational therapy
- Mengurangi rasa nyeri
- Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
- Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
- Mencegah terjadinya deformitas
- Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
- Memperthankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain
- Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan
I. PROGNOSIS
Perjalanan penyakit arthritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung kepada
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50-75% pasien akan
mengalami remisi dalam 2 tahun. Penyebab kematian adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernafasan, gagal ginjal dan penyakit saluran pencernaan.
PATHWAY
Faktor pencetus
Lingkungan hormon usia tua respon imun degenerasi
Bakteri/virus esterogen perubahan proses primer proses sekunderpada struktur
timbul inflamasi anatomis faktor genetik mulanya akibatsecara mendadak pembentukkan
kemunduran RA tdpt pada pannusfungsi organ membran synovial
Cairan synovial inflamasi pengendapan komplekspada sendi imun
mengaktifkan terbentuknya degranulasi sel mast
nyeri saat makrofagpergerakan pembebasan histaminkrn terjdi gesekan & brbgai enzim proteolitikpada tulang
aktivitas fagosit memecah kolagenterhdp antigen
Pembengkakan, nyeri srta edema pd sendi edema, proliferasimembran synovial
Merangsang pembentukan poliferasi radikal O2 bebas
leukotin, prostaglandin
Aktivasi sel Bmemproduksi erosi sendi tulang rawanantibodi
merusak kolagen & proteoglikanrawan sendi
terjadi fagositosiskomplek imun tsb depolimerisasi
Viskositas cairan sendi
berdifusi bebaske ruang sendi
mengaktifasi sistem menghancurkan tulang rawankomplemen C5a
timbul erosi tulang
elastisitas otot hilang otot turut terkena pergerakan sendi berkurang permukaan sendi hilang
pannus
Kekuatan kontraksi otot berkurang
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ibu R (30 Thn) masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri terutama pada persendian jari-jari
tangan dan kaki. Nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur dan sedikit mereda
saat siang hari. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TTV TD: 110/80 mmHg, HR:
105x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 38,5 C,skala nyeri 7, tampak meringis kesakitan, gelisah,
sering terbangun saat tidur, jari-jari tangan dan kaki sebagian mengalami deformitas terutama
bagian persendian dan sulit digerakan/menggenggam & berjalan. Anak klien mengatakan
ibunya mengalami perubahan cara berjalan dan pergerakannya lambat. Klien tampak
kesulitan untuk berubah-ubah posisi dan bergerak bebas. Klien tampak malu untuk
memperlihatkan ekstremitasnya. Klien mengatakan: awalnya (2 tahun yg lalu) cuma sakit dan
bengkak saja dan sembuh dengan meminum obat warung akan tetapi sekarang bentuk jari
tangan dan kaki jadi berubah. Dari hasil rontgen terlihat adanya kelainan bentuk jari,
kerusakan pada sendi/ erosi dan digantikan oleh jaringan fibrosa(pannus).
PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama Pasien : Ibu R
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Alamat : D.I Yogyakarta
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Keluhan Utama
Ibu R mengeluhkan nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas/ istirahat
Jari-jari tangan dan kaki sebagian mengalami deformitas terutama bagian persendian
dan sulit digerakan/menggenggam & berjalan.
Kesulitan untuk berubah-ubah posisi dan bergerak bebas
2. Nyeri/ kenyamanan
Nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
Nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur dan sedikit mereda pada siang
hari.
Nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
3. Interaksi social
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi
I. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Ibu R mengeluhkan nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan
kaki.
Ibu R mengatakan nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur
dan sedikit mereda pada siang hari.
Ibu R menyatakan skala nyeri yang dirasakan 7.
Klien mengatakan: awalnya (2 tahun yg lalu) cuma sakit dan bengkak saja
dan sembuh dengan meminum obat warung akan tetapi sekarang bentuk
jari tangan dan kaki jadi berubah.
Anak klien mengatakan ibunya mengalami perubahan cara berjalan dan
pergerakannya lambat.
b. Data Objektif
Jari-jari tangan dan kaki sebagian mengalami deformitas terutama
bagian persendian dan sulit digerakan/menggenggam & berjalan.
Ibu R tampak mmeringis kesakitan
Gelisah
Sering terbangun saat tidur
Klien tampak kesulitan untuk berubah-ubah posisi dan bergerak bebas
Klien tampak malu untuk memperlihatkan ekstremitasnya
Hasil rontgen terlihat adanya kelainan bentuk jari, kerusakan pada
sendi/ erosi dan digantikan oleh jaringan fibrosa(pannus).
TTV TD: 110/80 mmHg, HR: 105x/menit, RR: 20x/menit, suhu:
38,50C
II. ANALISA DATA
PROBLEM ETIOLOGISYMPTOM
DS DO
Nyeri
Kronis
Hambatan
mobilitas
fisik
Agen cidera
biologis
Penurunan
kendali otot
Ibu R mengeluhkan nyeri
terutama pada persendian
jarijari tangan dan kaki.
Ibu R mengatakan nyeri
dirasakan terutama pagi
hari setelah bangun tidur
dan sedikit mereda pada
siang hari.
Ibu R menyatakan skala
nyeri yang dirasakan 7.
Anak klien mengatakan
ibunya mengalami
perubahan cara berjalan
dan pergerakannya lambat.
Klien mengatakan:
awalnya (2 tahun yg lalu)
cuma sakit dan bengkak
saja dan sembuh dengan
meminum obat warung
akan tetapi sekarang
bentuk jari tangan dan
kaki jadi berubah.
Klien mengatakan:
Ibu R tampak
mmeringis
kesakitan
Gelisah
Sering
terbangun saat
tidur
Klien tampak
kesulitan untuk
berubah-ubah
posisi dan
bergerak bebas
Hasil rontgen
terlihat adanya
kelainan bentuk
jari, kerusakan
pada sendi/
erosi dan
digantikan oleh
jaringan
fibrosa(pannus).
Hasil rontgen
Gangguan
citra tubuh
Penyakit awalnya (2 tahun yg lalu)
cuma sakit dan bengkak
saja dan sembuh dengan
meminum obat warung
akan tetapi sekarang
bentuk jari tangan dan
kaki jadi berubah.
terlihat adanya
kelainan bentuk
jari, kerusakan
pada sendi/
erosi dan
digantikan oleh
jaringan
fibrosa(pannus).
Klien tampak
malu untuk
memperlihatkan
ekstremitasnya
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri kronis b/d agen cidera biologis d/d :
DS :
Ibu R mengeluhkan nyeri terutama pada persendian jarijari tangan dan kaki.
Ibu R mengatakan nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur dan
sedikit mereda pada siang hari.
Ibu R menyatakan skala nyeri yang dirasakan 7.
DO :
Ibu R tampak mmeringis kesakitan
Gelisah
Sering terbangun saat tidur
b. Hambatan mobilitas fisik b/d Penurunan kendali otot d/d
DS :
Anak klien mengatakan ibunya mengalami perubahan cara berjalan dan
pergerakannya lambat.
Klien mengatakan: awalnya (2 tahun yg lalu) cuma sakit dan bengkak saja dan
sembuh dengan meminum obat warung akan tetapi sekarang bentuk jari
tangan dan kaki jadi berubah.
DO :
Klien tampak kesulitan untuk berubah-ubah posisi dan bergerak bebas
Hasil rontgen terlihat adanya kelainan bentuk jari, kerusakan pada sendi/ erosi
dan digantikan oleh jaringan fibrosa(pannus).
c. Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d
DS :
Klien mengatakan: awalnya (2 tahun yg lalu) cuma sakit dan bengkak saja dan
sembuh dengan meminum obat warung akan tetapi sekarang bentuk jari
tangan dan kaki jadi berubah.
DO :
Hasil rontgen terlihat adanya kelainan bentuk jari, kerusakan pada sendi/ erosi
dan digantikan oleh jaringan fibrosa(pannus).
Klien tampak malu untuk memperlihatkan ekstremitasnya
IV. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri kronis b/d agen cidera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik b/d Penurunan kendali otot
3. Gangguan citra tubuh b/d penyakit
V. INTERVENSI
Tgl /
Jam
No
Dx
NOC NIC Rasional
27
Maret
2013/0
7.00
I Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam nyeri kronis dapat
teratasi/dikontrol dengan
kriteria hasil:
Klien
menunjukkan nyeri
hilang/ terkontrol
Terlihat rileks,
dapat
Kaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal.
Berikan matras/ kasur keras,
bantal kecil,. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan.
Membantu dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen nyeri
dan keefektifan
program
Matras yang
lembut/ empuk,
bantal yang besar
akan mencegah
tidur/beristirahat
dan berpartisipasi
dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
Menggabungkan
keterampilan
relaksasi dan
aktivitas hiburan ke
dalam program
kontrol nyeri.
Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
Anjurkan pasien untuk mandi
air hangat atau mandi pancuran
pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air
mandi, dan sebagainya.
pemeliharaan
kesejajaran tubuh
yang tepat,
menempatkan
stress pada sendi
yang sakit.
Peninggian linen
tempat tidur
menurunkan
tekanan pada
sendi yang
terinflamasi/nyeri
Mencegah
terjadinya
kelelahan umum
dan kekakuan
sendi.
Menstabilkan
sendi,
mengurangi
gerakan/ rasa
sakit pada sendi
Panas
meningkatkan
relaksasi otot,
dan mobilitas,
menurunkan rasa
sakit dan
melepaskan
kekakuan di pagi
hari. Sensitivitas
pada panas dapat
dihilangkan dan
II Setelah dilakukan tindaka
keperawatan selama 2x24
jam hambatan mobilitas
fisik dapat diatasi dengan
kriteria hasil:
Mempertahankan
fungsi posisi
dengan tidak
hadirnya/
pembatasan
kontraktur.
Mempertahankan
ataupun
meningkatkan
kekuatan dan
fungsi dari dan/
atau konpensasi
bagian tubuh.
Mendemonstrasika
n tehnik/ perilaku
Berikan masase yang lembut
Kolaborasi dalam pemberian
obat-obatan sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat)
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan
tingkat inflamasi/ rasa sakit
pada sendi
Pertahankan istirahat tirah
baring/ duduk jika diperlukan
jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat
yang terus menerus dan tidur
malam hari yang tidak
terganmggu.
Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif
luka dermal dapat
disembuhkan
Meningkatkan
relaksasi/
mengurangi nyeri
Sebagai anti
inflamasi dan
efek analgesik
ringan dalam
mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan
mobilitas
Tingkat aktivitas/
latihan
tergantung dari
perkembangan/
resolusi dari
peoses inflamasi
Istirahat sistemik
dianjurkan
selama
eksaserbasi akut
dan seluruh fase
penyakit yang
penting untuk
mencegah
kelelahan
mempertahankan
kekuatan
Mempertahankan
/ meningkatkan
III
yang
memungkinkan
melakukan
aktivitas
Setelah dilakukan tidakan
keperawatan selama 2x24
jam gangguan citra tubuh
dapat diatasi dengan
kriteria hasil:
Mengungkapkan
peningkatan rasa
percaya diri dalam
kemampuan untuk
menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya
hidup, dan
kemungkinan
keterbatasan.
Dorong pasien mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
Kolaborasi dalam pemberian
obat-obatan sesuai indikasi
(steroid)
Dorong pengungkapan
mengenai masalah tentang
proses penyakit
Perhatikan perilaku menarik
diri, penggunaan menyangkal
atau terlalu memperhatikan
perubahan
Susun batasan pada perilaku mal
adaptif. Bantu pasien untuk
fungsi sendi,
kekuatan otot dan
stamina umum.
Memaksimalkan
fungsi sendi dan
mempertahankan
mobilitas
Mungkin
dibutuhkan untuk
menekan sistem
inflamasi akut
Berikan
kesempatan
untuk
mengidentifikasi
rasa takut/
kesalahan konsep
dan
menghadapinya
secara langsung
Dapat
menunjukkan
emosional
ataupun metode
koping
maladaptive,
membutuhkan
intervensi lebih
lanjut
Membantu pasien
untuk
mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.
Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas
Bantu dalam kebutuhan
perawatan yang diperlukan
Berikan bantuan positif bila
perlu
Kolaborasi: Rujuk pada
konseling psikiatri, mis: perawat
spesialis psikiatri, psikolog.
mempertahankan
kontrol diri, yang
dapat
meningkatkan
perasaan harga
diri
Meningkatkan
perasaan harga
diri, mendorong
kemandirian, dan
mendorong
berpartisipasi
dalam terapi
Mempertahankan
penampilan yang
dapat
meningkatkan
citra diri
Memungkinkan
pasien untuk
merasa senang
terhadap dirinya
sendiri.
Menguatkan
perilaku positif.
Meningkatkan
rasa percaya diri.
Pasien/orang
terdekat mungkin
membutuhkan
dukungan selama
berhadapan
dengan proses
jangka panjang/
Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan.
ketidakmampuan
Mungkin
dibutuhkan pada
sat munculnya
depresi hebat
sampai pasien
mengembangkan
kemapuan koping
yang lebih efektif
VI. IMPLEMENTASI
Tgl/jam No.Dx implementasi Respon
27 maret
2013/08.00
09.00
09.30
I Mengkaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit non verbal.
Memberikan matras/ kasur keras, bantal
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
Mendorong untuk sering mengubah
posisi, membantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di
DS :
Klien mengatakan sendi-
sendi pada daerah kaki dan
tangannya terasa begitu nyeri
Klien mengatakan skala
nyerinya 7.
DO :
Klien tampak meringis
kesakitan dan gelisah.
DS :
Klien mengatakan lebih
merasa nyaman.
DO :
Klien tampak lebih tenang
dan bisa beristirahat.
DS :
Keluarga klien mengatakan
bahwa klien sesekali
11.00
11.30
atas dan bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
Memberikan masase yang lembut.
Kolaborasi dalam pemberian obat-
obatan sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
mengubah posisinya dengan
dibantu keluarga.
DO :
Klien terlihat menggerak-
gerakkan ekstremitasnya.
DS :
Klien mengatakan lebih
nyaman dan nyerinya sedikit
berkurang setelah dilakuka
masase.
DO :
Klien tampak lebih rileks
dari sebelumnya.
DS :
Klien mengatakan radangnya
sudah sedikit berkurang
dibandig sebelumnya.
DO :
Klien tampak lebih tenang.
VII. EVALUASI
Tgl/jam No
Dx
Evaluasi
27 maret
2013/13.00
I S :
Klien mengatakan sendi-sendi pada daerah kaki dan tangannya
terasa begitu nyeri
Klien mengatakan skala nyerinya 7.
Klien mengatakan lebih merasa nyaman.
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sesekali mengubah
posisinya dengan dibantu keluarga.
Klien mengatakan lebih nyaman dan nyerinya sedikit berkurang
setelah dilakuka masase.
Klien mengatakan radangnya sudah sedikit berkurang dibandig
sebelumnya.
O :
Klien tampak meringis kesakitan dan gelisah.
Klien tampak lebih tenang dan bisa beristirahat.
Klien terlihat menggerak-gerakkan ekstremitasnya.
Klien tampak lebih rileks dari sebelumnya.
Klien tampak lebih tenang.
A :
Masalah teratasi sebagian.
P :
Lanjutkan intervensi
Memberikan masase yang lembut.
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai petunjuk
Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal.
Mendorong untuk sering mengubah posisi, membantu untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
bawah, hindari gerakan yang menyentak.
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick. (2005). At A Glance Medicine. Jakarta: EGC
Mansjoer Arif, dkk. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Sjaifoellah, Noer, dkk. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Smeltzer & Barre. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol 3. Jakarta: EGC