laporan pendahuluan koch pulmonal.docx

41
LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL 1. Pengertian Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, jalan masuk untuk organisme Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (Sylvia, 2006). Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer, 2001). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB yang dapat mengenai organ tubuh lain (Depkes RI, 2003). Tuberkulosis paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). 2. Etiologi Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis jenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid) yang mengakibatkan kuman lebih tahan terhadap gangguan fisik dan kimia, kuman ini dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Pada suasana lembab dan kuman dapat bertahan dalam lemari es dapat bertahan bertahun-tahun. Kuman ini menyerangi jaringan yang tinggi oksigen, tekanan oksigen bagian apikal paru lebih tinggi dari pada bagian lain. Di dalam jaringan, kuman hidup intra seluler yaitu di dalam sitoplasma makrofag. Faktor lain 6

Upload: ahmad-mushawwir

Post on 22-Jun-2015

130 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL

1. Pengertian

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis, jalan masuk untuk organisme Mycobacterium

Tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada

kulit (Sylvia, 2006).

Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer,

2001).

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

TB yang dapat mengenai organ tubuh lain (Depkes RI, 2003).

Tuberkulosis paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara

(Asih, 2004).

2. Etiologi

Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis jenis kuman

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian

besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid) yang mengakibatkan kuman lebih tahan

terhadap gangguan fisik dan kimia, kuman ini dapat hidup pada udara kering

maupun dalam keadaan dingin.

Pada suasana lembab dan kuman dapat bertahan dalam lemari es dapat bertahan

bertahun-tahun. Kuman ini menyerangi jaringan yang tinggi oksigen, tekanan

oksigen bagian apikal paru lebih tinggi dari pada bagian lain. Di dalam jaringan,

kuman hidup intra seluler yaitu di dalam sitoplasma makrofag. Faktor lain yang

menyebabkan yaitu infeksi HIV, campak pada anak AIDS (menurut Anang dalam

Mansjoer Arif, 2001).

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita TB paru adalah :

a. Gejala umum : Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

b. Demam : Menyerupai demam influenza, kadang-kadang panas badan

mencapai 40-41 . serangan demam pertama dapat sembuh

sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali, begitulah

seterusnya. Sehingga pasien tidak bebas dari serangan demam,

keadaan ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat

ringannya infeksi kuman Tuberkulosis yang masuk.

6

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

c. Batuk darah : Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk

diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.

Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian

setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan

sputum).

d. Sesak nafas : Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak

napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang

infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru.

e. Nyeri dada : Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura

sewaktu pasien menarik/melepaskan napas.

f. Malaese : Malaese sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu

makan, badan makin kurus (berat badan turun), meriang,

berkeringat malam. Dan gejala ini hilang timbul secara tidak

teratur.

(Wasp adji, 2001).

4. Patofisiologi

Kuman Mycobacterium Tuberculosis masuk ke seluruh pernapasan, saluran

pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu

melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang

berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan

alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil.

Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan diseluruh hidung dan cabang

besar bronkus tidak menyebabkan penyakit, setelah berada dalam ruang alveolus,

biasanya dibagian bawah lobus atas paru atau dibagian bawah lobus bawah. Basil

tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonukler tampak

pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme

tersebut sesudah hari-hari pertama, leukosit diganti oleh makrofak. Makrofak yang

mengadakan infiltrasi menjadi panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk

sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya

membutuhkan waktu 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran

yang relatif padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Jaringan granulasi

menjadi lebih fibrosa. Membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya akan

membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru disebut fokus

Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer

7

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Dispnu

Perubahan paru-paru

pertahanan terhadap mikroorganisme

Pengumpulan sekret pada jalan nafas

bersihan jalan nafas tidak efektif

Iskemia jaringan paru

Merangsang reseptor saraf sekelilingnya atau

menyalurkan mediator nyeri

Nyeri dada

Mengaktifkan ras

Rem menurun

Pasien terjaga

Gangguan pemenuhan istirahat tidur

Meningkatnya aktivitas seluler

Metabolisme berlebihan

Pemecahan protein

BB menurun

Pemenuhan nutrisi kurang dari

pemenuhan tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Energy berkurang

kelemahan

Intelorensi aktivitas

Resiko tinggi penyebaran

terhadap infeksi

Pola nafas tidak efektif

Anoreksia

Daya tahan tubuh

disebut kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah

pencairan. Bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan

kavitas. Proses ini dapat berulang kembali dibagian lain dari paru. Bila peradangan

mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup. Oleh jaringan parut yang

terdapat dekat dengan bronkus dan rongga. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala

dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi

tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau

pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai

aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada

berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo

hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu

fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB milier (Sylvia, 2006).

5. Penyimpangan KDM

8

Micobakterium

Invasi melalui saluran pernapasan

Perjalanan melalui system linfe dan hematogen

Membentuk tuberkel-tuberkel

Jika tuberkel-tuberkel pecah

Mengeluarkan oksidasi

Fibrosis jaringan perut

Menurunnya luas permukaan paru

Menurunnya difusi O2 dan CO2

Oksigenasi darah berkurang

Kompensasi tubuh

Meningkatkan reflek nafas dan kerja organ-organ pernapasan

Gangguan pertukaran gas

Gangguan rasa nyaman nyeri

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Sumber : Silvia (2006)

6. Jenis Tuberculosis

Jenis Tuberculosis yaitu ada 2 :

a. Tuberculosis primer

Penularan Tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersihkan keluar menjadi droplet nucle, dalam udara. Fartikel infeksi ini

menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Tergantung ada tidaknya sinar

ultraviolet, dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari

sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan

menempel pada jalan napas atau paru-paru, dan masuk ke alveolar dan ukuran

partikel <5 micrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil

kemudian baru oleh makrofag.

Bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak

dalam sitoplasma makrofag disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh

lainnya. Kuman bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk sarang

Tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau

sarang (fokus) Ghon menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.

Kuman juga dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,

orofaring dan kulit bila kuman masuk ke erteri pulmonalis maka terjadi

perjalanan ke seluruh bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan

timbul peradangan saluran getah bening dan juga di ikuti pembesaran kelenjar

getah bening dan proses ini memakan waktu 3-8 minggu.

b. Tuberculosis post primer

Kuman dorman pada Tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun

kemudian sebagai infeksi endogen menjadi Tuberculosis post primer.

Tuberculosis post primer ini mulai muncul dengan sarang dini yang

berlokalisasi di regional atau paru (bagian apikal posterior lobus atau inferior).

Investasinya adalah ke daerah parenkim paru, dan tidak kenodus hilus paru.

Sarang dini 3-10 minggu sarang ini menjadi Tuberkelen yaitu suatu granuloma

yang terdiri sel-sel histiosit dan sel dari langerhans yang dikelilingi oleh sel-sel

limfosit dan bermacam-macam jaringan.

Tergantung dari jumlah kuman virulensinya dan imunitas penderita sarang dini

dapat terjadi :

1) Direabsorbsi kembali dan sembuh Tampa meninggalkan cacat.

2) Sarang mula-mula meluas, tetapi segera menyembah dengan serbukan

jaringan fibrosis.

9

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

3) Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang yang

menghamburkan jaringan sekitarnya dan sebagian tengah mengalami

necrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju, bila jaringan keju

dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas dapat meluas kembali

dan menimbulkan sarang pnemonia baru, memadat dan membungkus,

sehingga menjadi Tubekuloma bersih dan menyembuh disebut Open

Healed Cavity (Waspadji, 2001)

7. Faktor predisposisi

Faktor resiko tinggi Tuberculosis paru adalah :

a. Berasal dari negara berkembang

b. Anak dibawah umur 5 tahun atau orang tua

c. Pecandu alkohol dan narkotik

d. Infeksi HIV

e. Penghuni rumah beramai-ramai

f. Hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum (+)

g. Kemiskinan dan malnutrisi

h. Tidak mematuhi aturan pengobatan

(Kemas Ari, 2001)

8. Komplikasi

Penyakit Tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :

a. Komplikasi dini

1) Pleuritis

2) Efusi pleura

3) Empiema

4) Laringitis

5) Menjalar ke organ lain seperti usus

b. Komplikasi lanjut

1) Obstruksi jalan napas

2) Kerusakan parenkim berat

3) Amiloidosis

4) Karsinoma paru

5) Sindrom gagal napas dewasa

(Waspadji, 2001)

10

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

9. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi

Lokasi lesi Tuberculosis umumnya pada daerah apek paru segmen apikal

lobus atau segmen apikal lobus bawah. Tapi juga dapat mengenai lobus bawah

bagian inferior atau daerah hilus. Pada awal penyakit dimana lokasi lesi masih

merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran radiologi adalah berupa

bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak jelas bila telah berlanjut.

Bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih jelas, bila lesi telah

diliputi jaringan ikat dan terlihat bayangan berupa bulatan dengan batas yang

jelas dan lesi ini dikenal dengan Tuberkuloma.

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Darah : Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena

hasilnya kadang-kadang meragukan pada saat Tuberkulosis

paru baru muali aktif akan didapatkan jumlah limfosit

masih dibawah normal, LED meningkat, bila penyakit

mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal. Dan jumlah

limfosit masih dibawah normal LED mulai turun ke arah

yang normal.

2) Sputum : pemeriksaan sputum penting karena dengan

ditemukannya kuman BTA diagnosis Tuberkulosis sudah

dapat dipastikan dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum

pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air

sebanyak ± 2 liter dan dianjurkan melakukan refleks batuk.

Bila lain sputum sudah didapat kuman BTA pun kadang-

kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila

bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka keluar,

sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah

keluar.

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-

kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu

sediaan dengan kata lain diperlikan 5000 kuman dalam 1

ml sputum.

Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah :

1) Periksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

2) Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop

fluoresens (pewarnaan khusus)

11

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

3) Pemeriksaan dengan biakan (kultur)

4) Pemeriksaan terhadap resistensi obat.

3) Tes Tuberkulin : Periksakan ini masih banyak dipakai untuk membantu

menegakkan diagnosis Tuberkulosis terutama pada anak-

anak (balita)

(Waspadji, 2001)

10. Penatalaksanaan

Keperawatan

Pengobatan Tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikrobia dalam

jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya

penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.

Untuk pengobatan Tuberculosis diberikan paduan obat anti Tuberculosis

untuk menyembuhkan penyakitnya berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis

dahak sebelum pengobatan, riwayat pengobatan sebelumnya dengan obat anti

Tuberculosis dengan tingkat keparahan penyakitnya.

Paduan OAT terdiri dari dua bagian yaitu (fase awal yang harus diminum

secara intensif setiap hari dan fase selanjutnya yang diminum secara berselang atau

intermiten). Fase awal untuk penderita baru BTA positif adalah 2-3 bulan dengan

pemberian obat secara rawat jalan dengan pengawasan yang ketat.

Medis

Kalnex 1 Ampl/IV

Kodein 3x ½

Dextrometropan 3x1

Diazepam 2x1

Penentuan Kategori Obat

a. Kategori 1 (2 HRZE/4H3R3)

Panduan obat ini diberikan kepada :

1) Penderita baru Tuberculosis Paru dengan BTA positif

2) Penderita sakit berat dengan Tuberculosis Paru BTA negatif yang telah

mengenai pula jaringan di luar paru secara luas dan Tuberculosis,

pericarditis, peritonitis, pleuritis berat, Tuberculosis usus, Tuberculosis

saluran kemih).

a) Fase Awal

Pada fase awal harus diminum tiap hari secara intensif selama 2 bulan

(60 hari) dan diberikan paduan OAT dalam bentuk Kambipak II suatu

kemasan blister obat dosis harian yang terdiri dari (Isoniasid +

12

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Rifampisin + Pyrazinamid + Ethambutol). Paduan OAT dengan

menggunakan 4 macam obat esensial dimaksudkan untuk dapat sedapat

mungkin mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Setelah

akhir bulan kedua (akhir fase awal), fase lanjutan hanya akan dimulai

bila hasil pemeriksaan dahak memberikan hasil BTA negatif.

Bila hasil pemeriksaan dahak memberikan hasil BTA positif pada akhir

bulan kedua dengan Kombipak II setiap hari, maka pengobatan fase

awal harus dilanjutkan selama 1 bulan (30 hari) lagi dengan

memberikan paket obat sisipan (HRZE). Jika ternyata setelah diberikan

obat sisipan hasil pemeriksaan dahak menjadi BTA negatif maka mulai

dengan fase lanjutan. Jika hasil pemeriksaan dahak tetap BTA positif,

maka penderita dinyatakan gagal dan pengobatan dimulai awal dengan

OAT kategori 2.

b) Fase Lanjutan

Pada fase lanjutan, penderita harus minum obat 3 kali seminggu selama

4 bulan dan mendapat panduan OAT dalam bentuk Kombipak III suatu

kemasan blister obat dosis harian yang terdiri dari (Isoniasid +

Rifampisin). Bila pada pemeriksaan dahak ulang bulan ke 5 didapatkan

hasil pemeriksaan dapat BTA positif, maka penderita dinyatakan gagal,

pengobatan pindah ke kategori 2 mulai dari awal.

b. Kategori 2 (2 HRZES/HRZE/5 H3 R3 E3)

Paduan obat ini diberikan pada penderita :

1) Kambuh

2) Gagal

a) Fase Awal

Pada fase awal obat harus diminum tiap hari secara intensif selama 3

bulan (90 hari) dan diberikan paduan OAT dalam bentuk kombipak II

suatu kemasan blister obat dosis harian yang terdiri dari (Isoniasid +

Rifampisin + Pyrazinamid + Ethambutol), di samping itu pada 2 bulan

pertama (60 hari) diberikan pula suntikan streptomisin kecuali pada ibu

hamil. Setelah akhir bulan ke 3 (akhir fase awal), fase lanjutan hanya

akan dimulai bila hasil pemeriksaan dahak memberikan hasil BTA

negatif.

Bila hasil pemeriksaan dahak tetap memberikan hasil BTA positif pada

akhir bulan ke 3, maka pengobatan fase awal harus dilanjutkan selama

1 bulan (30 hari) lagi dengan memberikan paket obat sisipan (HRZE)

13

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

jika ternyata setelah diberikan obat sisipan hasil pemeriksaan dahak

menjadi BTA negatif maka penderita akan mulai dengan fase lanjutan.

Jika hasil pemeriksaan dahak tetap BTA positif, maka penderita

dinyatakan gagal, kemudian tetap diteruskan dengan fase lanjutan.

b) Fase lanjutan

Pada fase lanjutan penderita harus minum obat 3 kali seminggu selama

5 bulan dan diberikan paduan OAT dalam bentuk Kombipak IV suatu

kemasan blister obat dosis harian yang terdiri dari (Isoniasid +

Rifampisin + Ethambutol). Bila pada pemeriksaan dahak ulang bulan

ke 7 didapatkan hasil pemeriksaan dahak BTA positif, maka penderita

dinyatakan gagal dan disebut kronis.

c. Kategori 3 (2 HRZ / 2 H3R3) atau 2 HRZ / 4 H3R3

Paduan obat ini diberikan kepada :

1) Penderita Tuberculosis Paru BTA negatif

2) Penderita Tuberculosis ekstra paru

a) Fase awal

Pada fase awal obat harus diminum tiap hari secara intensif selama 2

bulan (60 hari) dan diberikan paduan OAT dalam bentuk Kombipak I

suatu kemasan blister obat dosis harian yang terdiri dari (Isoniasid +

Rifampisin + Pyrazinamid). Setelah akhir bulan ke 2 (akhir fase awal),

fase lanjutan hanya akan dimulai bila hasil pemeriksaan dahak

memberikan hasil BTA negatif.

Bila pada fase awal hasil pemeriksaan dahak BTA positif, maka

penderita dikatakan gagal dan mulai dengan pengobatan kategori 2 dan

awal.

b) Fase lanjutan

Pada fase lanjutan penderita minum obat 3 kali seminggu sekali selama

2 bulan dan mendapat paduan OAT dalam bentuk Kombipak III suatu

kemasan blister obat dosis harian yang terdiri (Isoniasid + Rifampisin).

Dalam fase lanjutan penderia dengan pengobatan kategori 3 tidak

diperiksa ulang dahak, demikian pula pada akhir pengobatan.

14

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

d. Paket Sisipan (HRZE)

Paduan ini diberikan pada:

1) Penderita Tuberculosis BTA positif dengan pengobatan kategori 1 pada

pemeriksaan dahak ulang akhir fase awal (akhir bulan ke 2) tetap BTA

positif (tidak terjadi konvensi dari BTA positif menjadi BTA negatif).

2) Penderita Tuberculosis BTA positif dengan pengobatan kategori 2 pada

pemeriksaan dahak ulang akhir fase awal (akhir bulan ke 3) tetap BTA

positif (tidak terjadi konvensi dari BTA positif menjadi BTA negatif).

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Proses sistematis dari pengumpulan data dan komunikasi data tentang klien.

(Potter and Perry, 2005).

b. Tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

2. Tujuan

Menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang

berkaitan dengan praktik kesehatan, tujuan nilai dan gaya hidup yang dilakukan

klien.

3. Tahap-tahap pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Tipe data

Ada 2 tipe data dalam pengkajian yaitu data subjektif dan objektif:

a) Data subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Data subjektif sering didapatkan dari riwayat

keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan dan ide tentang status

kesehatannya.

b) Data objektif

Data yang dapat diobservasikan dan diukur data tersebut biasanya di

peroleh selama pemeriksaan fisiknya.

b. Karakteristik Data

Dalam pengumpulan data klien memiliki karakteristik, lengkap, akurat, nyata

dan relevan.

1) Lengkap

15

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien.

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah

klien yang adekuat.

2) Akurat dan nyata

Dalam pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham. Untuk

mencegah hal tersebut maka perawat harus berpikir akurasi dan nyata untuk

membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat dan diawasi

dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data

yang sekiranya menggunakan.

3) Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya banyak sekali data yang harus

dikumpulkan, sehingga menyita waktu untuk mengidentifikasi.

4) Sumber data

a) Klien

Klien merupakan sumber utama data dan perawat dapat menggali

informasi yang sebenarnya mengenali masalah kesehatan klien.

b) Orang terdekat

Informasi dapat diperoleh dari orang tua, suami dan istri, anak atau

teman klien, jika klien mengalami gangguan keterlambatan

berkomunikasi ataupun kesadaran menurun.

c) Catatan klien

Catatan klien ditulis oleh anggota tim kesehatan dapat dipergunakan

sebagai sumber informasi di dalam riwayat keperawatan.

d) Riwayat penyakit

Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat

penyakit yang diperoleh dari krapis.

e) Konsultasi

Kadang-kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim

kesehatan spesialis khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau

dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis.

f) Hasil pemeriksaan diagnostik

Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik dapat

digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan

masalah kesehatan klien.

16

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

g) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya

Anggota time kesehatan lain, adalah para perawat yang berhubungan

dengan klien dan memberikan tindakan, mengevaluasi dan mencatat

hasil pada status pasien.

h) Perawat lain

Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka perawat

harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien

sebelumnya.

i) Kepustakaan

Untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat

membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien.

5) Metode Pengumpulan data

Ada tiga metode pengumpulan data pada tahap pengkajian yaitu:

komunikasi/wawancara, observasi, pemeriksaan fisik :

a) Wawancara

Menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan

untuk itu kemampuan komunikasi kepada klien sangat dibutuhkan dalam

memperoleh data klien yang diperlukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan

melakukan wawancara dengan pasien adalah :

(1) Menerima keberadaan pasien sebagaimana adanya.

(2) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan

keluhan-keluhannya/pendapatnya secara bebas.

(3) Belum melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa nyaman

dan nyaman bagi pasien.

(4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian.

(5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

(6) Tidak bersifat menggurui.

b) Observasi

Mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang

masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Observasi dilakukan dengan

menggunakan penglihatan dan diet indra lainnya, melalui rabaan,

sentuhan dan pendengaran.

c) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara diantaranya adalah:

17

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

(1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik, observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran dan penciuman. Sebagai alat untuk

mengumpulkan data. Inspeksi di mulai pada saat berinteraksi dengan

klien dan dilanjutkan dan digunakan pemeriksaan lebih lanjut.

Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi :

(a) Ukuran tubuh.

(b) Warna.

(c) Bentuk.

(d) Posisi.

(e) Simetris.

(2) Palpasi

(a) Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba,

tangan, dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan

digunakan untuk mengumpulkan data tentang:

(b) Temperatur.

(c) Turgor.

(d) Bentuk.

(e) Kelembaban.

(f) Vibrasi.

(g) Ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi:

(a) Menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman dan santai.

(b) Tangan perawat harus dalam keadaan yang kering dan hangat

serta kuku jari-jari harus dipotong pendek.

(c) Semua bagian yang nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir.

(3) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara

yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskopo

(Nursalam, 2001).

Ada empat ciri-ciri yang perlu dikaji dengan auskultasi:

(a) Pitch (dari suara tinggi ke rendah).

(b) Keras (dari suara yang halus ke suara keras).

(c) Kualitatif (meningkat sampai melemah).

(d) Lama (pendek – menengah – panjang).

18

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Suara tambahan atau tidak normal yang dapat di auskultasi pada

jantung dan napas meliputi :

(a) Rales : Bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket

saat saluran-saluran halus pernapasan

mengembang pada inspirasi (rales halus,

sedang, pasar) sering terjadi pada

peradangan jaringan paru (pneumonia

TBC).

(b) Ronchi : Media rendah dan sangat kasar terdengar

baik pada inspirasi maupun pada ekspirasi,

ciri khas ronchi adalah akan hilang bila

klien batuk sering di jumpai pada klien

dengan odema paru.

(c) Wheezing : Bunyi musical terdengar “ngiiii..ik” atau

pendek “ngik” bisa dijumpai pada fase

inspirasi dan ekspirasi, sering dijumpai

pada klien dengan bronchitis akut.

(d) Pleural friction Rub : Bunyi yang terdengar “kering” persis

seperti suara gosokan oplas pada kayu.

Sering terjadi pada klien dengan

peradangan plural.

Adapun pemeriksaan secara rinci adalah sebagai berikut :

(a) Keadaan umum klien dan tingkat kesadaran.

(b) Tanda-tanda vital, suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah.

c. Pemeriksaan Anggota tubuh

1) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala, keadaan ubun-ubun, keadaan rambut, warna dan

kebersihannya dan keadaan kulit kepala.

Palpasi : adanya massa atau bekas-bekas luka.

2) Mata

Inspeksi : Bentuk bola mata, keadaan kelopak mata, keadaan konjungtiva,

sclera, keadaan pupil serta ketajaman penglihatan.

Palpasi : Adanya massa dan peningkatan tekanan bola mata.

3) Telinga

Inspeksi : Daun telinga, keadaan liang telinga, tanda-tanda peradangan,

pengeluaran cairan, dan fungsi pendengaran.

19

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Palpasi : Nyeri tekan pada kartilago.

4) Hidung

Inspeksi : Keadaan septum, peradangan, pengeluaran sekret, epitaksis

atau cairan, polip dan kelainan yang terjadi pada hidung.

Palpasi : Adanya tekanan dan massa.

5) Mulut dan tenggorokan

Inspeksi : Keadaan bibir, gusi, gigi, lidah, selaput lendir dan tonsil.

Palpasi : Palatum dan lidah.

6) Leher

Inspeksi : Bentuk leher, adanya pembengkakan, jaringan parut, warna

kulit.

Palpasi : Pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea.

7) Dada

Inspeksi : Bentuk dada, keadaan kulit, retraksi dinding dada, dan buah

dada (Mamae).

Palpasi : Vokal fremitus, getaran dinding dada sewaktu pasien

mengucapkan kata-kata berulang-ulang.

Perkusi : Suara atau bunyi paru-paru.

Auskultasi : Mengkaji aliran udara untuk mengkaji kondisi paru-paru dan

rongga pleura dengan menggunakan stetoskop.

8) Abdomen

Inspeksi : Bentuk warna kulit, keadaan permukaan perut, dan adanya

asites.

Palpasi : Pembesaran hepar, keadaan ginjal, keadaan kandung kemih dan

turgor kulit.

Perkusi : Thympani/pekak adanya penimbunan udara atau cairan.

Auskultasi : Peristaltik usus, bising usus.

9) Ekstremitas

Atas : Keseimbangan ekstremitas, jumlah jari-jari, kekuatan otot, dan

keadaan lain.

Bawah : Keseimbangan ekstremitas, jumlah jari-jari, kekuatan otot, dan

keadaan lain.

10) Genetalia

Kebersihan anus dan alat kelamin. (Priharjo, 2007).

d. Perkusi

20

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,

bentuk dan sebagai alat untuk menghasilkan suara:

Suara-suara yang dijumpai pada pasien perkusi :

1) Sonor : Suara perkusi jaringan yang normal.

2) Redup : Suara perkusi yang lebih padat atau konsolidasi paru-paru seperti

pneumonia.

3) Pekat : Suara perkusi yang pada seperti dada, adanya cairan di rongga

plaura, perkusi daerah jantung dan perkusi daerah hepar.

4) Hiper sonor atau timpani

Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong seperti daerah

cavum-cavum paru, klien asma kronik terutama bentuk dada akan terdengar

seperti kutukan benda-benda kosong, bergema.

(Nursalam, 2001).

1. Menurut Doengoes (2000), pengkajian keperawatan pada penyakit TB Paru adalah

sebagai berikut :

a. Aktivitas/istirahat

gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek karena kerja,

kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari menggigil atau

berkeringat.

Tanda : Tacikardi, dispnea pada kerja, kelemahan otot, nyeri dan sesak.

b. Integritas ego

Gejala : Adanya/faktor lama, masalah keuangan, rumah, pernapasan tak

berdaya/tak ada harapan.

Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan

c. Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan napsu makan, penurunan berat badan

Tanda : Turgor kulit buruk, keringat/kulit bersisik, kehilangan otot/ hilang

lemak subkutan.

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.

e. Pernapasan

Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat

tuberkulosis.

21

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak

simetris, karakter sputum hijau/purulen, mukoid kuning atau bercak

darah.

f. Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun

Tanda : Demam rendah atau sakit demam akut

g. Interaksi sosial

Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular

2. Pemeriksaan diagnostik

a. Kultur sputum : Positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif

penyakit.

b. Foto torax : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.

Simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan.

Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk

rongga, area fibrosa.

c. Tes kulit : (PPD. Montoux Potongan Voolmer), reaksi positif area

indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah

injeksi interdermal antigen, menunjuk infeksi masa lalu

adanya antibody tetapi tidak berarti menunjukkan penyakit

aktif.

(Doengoes, 2000).

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan tentang masalah

ketidaktahuan atau ketidakmampuan pasien baik dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari maupun dalam penanggulangan masalah kesehatan tersebut

berhubungan dengan penyebab/gejala.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus TB paru yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental / sekret

darah, kelemahan upaya batuk buruk

b. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak

adekuat, penurunan kerja sillian / statis sekret

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan paru kerusakan

membran alveolar-kapiler.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan

anorexia

22

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

e. Kebutuhan pembelajaran berhubungan dengan kurang terpasang pada / salah

interprestasi informasi, tidak lengkap informasi yang ada (Doengoes, 2000).

4. Perencanaan/intervensi

a. Pengertian

Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebu tuhan

pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana

asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat

mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Dalam tahap perencanaan keperawatan ini, perawat menggunakan

keterampilan pemecahan masalah dan menentukan masalah khusus klien.

1) Tujuan

Adapun tujuan perencanaan keperawatan adalah :

a) Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawatan dan antara

tim kesehatan lainnya.

b) Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap

pasien

c) Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang

akan dicapai.

2) Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan terdiri dari 3 bagian:

a) Menetapkan urutan prioritas diagnosa keperawatan

Dalam menyusun prioritas masalah pasien, prioritas tertinggi

diberikan kepada diagnosa keperawatan yang mengancam kehidupan

atau keselamatan pasien. Penentuan prioritas dilakukan karena tidak

semua masalah dapat diatasi dalam waktu bersamaan.

b) Menentukan tujuan asuhan keperawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan rencana

keperawatan pasien adalah :

(1) Berdasar masalah/diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan.

(2) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.

(3) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari

kedua belah pihak (pasien – perawat).

(4) Tujuan perawatan hendaknya sejalan dengan tujuan pasien.

(5) Mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

(6) Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi.

(7) Menjadi pedoman dari perencanaan tindakan keperawatan.

23

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

c) Menentukan rencana intervensi keperawatan

Adalah langkah-langkah menentukan rencana tindakan keperawatan

yang akan dikerjakan oleh perawat dalam rangka menolong untuk

mencapai suatu tujuan keperawatan. Yang perlu dipertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :

(1) Mengidentifikasi alternatif tindakan.

(2) Menetapkan tehnik prosedur keperawatan yang akan digunakan.

(3) Melibatkan pasien dalam menyusun rencana tindakan.

(4) Melibatkan anggota tim kesehatan lainnya.

(5) Mengetahui latar belakang, budaya dan agama pasien.

(6) Mempertimbangkan lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang

tersedia.

(7) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku.

(8) Tindakan keperawatan yang akan dilakukan harus dapat menjamin

rasa aman pasien.

(9) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.

(10) Tindakan keperawatan yang dilakukan harus bersifat realistis.

(11) Tindakan keperawatan disusun secara berurutan.

b. Menurut Doengoe (2000) intervensi keperawatan pada kasus TB paru adalah :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental / sekret

darah, kelemahan upaya batuk buruk

Tujuan : Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat teratasi

Intervensi

(1) Kaji fungsi pernafasan seperti : bunyi nafas, kecepatan, irama dan

kedalaman.

Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan etelektasis,

ronchi, menunjukkan akumulasi sekret / ketidaknyamanan

untuk membersihkan jalan nafas yang tidak dapat

menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan

meningkatkan kerja pernafasan

(2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat

karakter, jumlah sputum.

Rasional : Pengeluaran sulit, bila sekret sangat tebal, sputum berdarah

kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru.

24

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

(3) Beri posisi semi fowler

Rasional : Posisi semi fowler membantu memaksimalkan ekspansi

paru dan menurunkan upaya pernapasan.

(4) Bersihkan sekret dari mulut dan trachea, penghisapan sesuai keperluan

Rasional : Mencegah obstruksi / aspirasi, pengasapan dapat

diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

(5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra

indikasi.

Rasional : Pemasukan tinggi cairan dapat membantu untuk

mengencerkan sekret

(6) Kolaborasi

Rasional : Lembabkan udara / O2 inspirasi

Beri obat-obatan sesuai indikasi

2) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak

adekuat, penurunan kerja sillian / statis sekret

Tujuan : Resiko terjadinya infeksi, dapat terjadi

Intervensi

(1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet

udara selama batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa, menyanyi

Rasional : Membantu pasien menyadar/menerima perlunya

memahami program pengobatan untuk mencegah

pengaktifan berulang / komplikasi

(2) Identifikasi orang lain yang beresiko contoh anggota rumah, teman,

Rasional : Orang-orang yang terajam ini perlu program terapi obat

untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi

(3) Anjurkan pasien untuk membantu atau bersih dan mengeluarkan pada

tissu dan menghindari meludah.

Rasional : Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran

infeksi

(4) Kaji tindakan, kontrol infeksi sementara seperti masker atau isolasi

pernapasan.

Rasional : Dapat memantau, menurunkan rasa terisolasi pasien dan

membuang stigma sosial berhubungan dengan penyakit

menular

(5) Awasi suhu sesuai indikasi

Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut

25

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

(6) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

Rasional : Periode singkat berakhir 2 – 3 hari setelah kemoterapi

awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang,

resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

(7) Kolaborasi tentang pemberian obat anti infeksi isomiazid (inti),

etambutol (myambutal), rifampisin.

Rasional : Kombinasi obat agen anti infeksi di gunakan 2 obat primer

atau satu primer tambah 1 dan sekunder INH dan

rifampisin (selama 9 bulan) dengan ethambutol (selama 2

bulan pertama). Pengobatan cukup untuk TB Paru.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan paru kerusakan

membran alveolar-kapiler.

Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi

Intervensi :

(1) Kaji dispnea, takipnea, tidak normalnya/ menurunnya bunyi nafas,

peningkatan upaya pernapasan

Rasional : TB Paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian

kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas,

nekrosis, efusi plural dan fibrosis luas, efek pernapasan

dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress

pernapasan.

(2) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catatan sianosis/ perubahan

warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

Rasional : Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat

mengganggu aksigenasi organ vital dan jaringan

(3) Tunjukan / dorong bernafas bibir selama eskalasi, khususnya pasien

dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

Rasional : Bernafas bibir selama ekhalasi membuat tahanan melawan

udara luar untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas

sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan

menghilangkan / menurunkan beratnya gejala.

(4) Tingkatan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan dan

sesuai keperluan

Rasional : Menurunkan konsumsi O2/kebutuhan selama periode

penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

26

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan

anorexia

Tujuan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi

Intervensi :

(1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit BB dan

derajat kekurangan BB, integritas mukosa oral

Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah

pilihan intervensi yang tepat

(2) Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukasi/tidak disukai

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan / kekuatan

khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat

memperbaiki masukan diet

(3) Awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodik

Rasional : Bangunan dalam mengukur keefektifan nutrisi dan

dukungan cairan

(4) Dorong dan berikan periodik istirahat sering.

Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan

metabolik meningkat saat demam

(5) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat

untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah

(6) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat

Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang

tidak perlu/kebutuhan energi dari makan-makanan yang

banyak dan menurunkan iritasi gaster.

(7) Kolaborasi : Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet, awasi

pemeriksaan laboratorium, seperti BUN, protein serum dan albumin

Rasional : Dengan kolaborasi rujuk ke ahli diet memberikan bantuan

dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk

kebutuhan metabolic dan diet

5) Kebutuhan pembelajaran berhubungan dengan kurang terpasang pada / salah

interpretasi informasi, tidak lengkap informasi yang ada

Tujuan : Kebutuhan pembelajaran dapat terpenuhi

27

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Intervensi :

(1) Kaji kemampuan pasien untuk belajar seperti : tingkat takut, masalah,

kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat

belajar

Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan

ditingkatkan pada tahapan individu

(2) Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet

karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat

Rasional : Memenuhi kebutuhan metabolic membantu meminimalkan

kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat

mengencerkan / mengeluarkan sekret.

(3) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk

rujukan seperti jadwal obat

Rasional : Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk

mengingat sejumlah besar informasi, mengingat

pengulangan belajar

(4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan

alasan pengobatan lama.

Rasional : Meningkatkan kerjasama program pengobatan dan

mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi

pasien

(5) Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol sementara minum INH

Rasional : Kombinasi INH dan alkohol telah menunjukkan

peningkatan insiden hepatitis.

(6) Kaji bagaimana TB dapat ditularkan dan bahaya reaktivasi

Rasional : Pengetahuan dapat menurunkan resiko penularan

/reaktivasi ulang. Komplikasi sehubungan dengan

reaktivasi termasuk kavitasi, pembentukan abses

hemophisis, fistula bronco pleural

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah:

Tindakan Keperawatan

a. Tahap persiapan

1) Memahami rencana asuhan keperawatan.

2) Memanfaatkan kemampuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

3) Menguasai keterampilan teknis keperawatan.

4) Mengetahui standar praktek asuhan keperawatan untuk mengukur keberhasilan.

28

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

5) Mengetahui efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul.

b. Tahap pelaksanaan

1) Sikap yang meyakinkan.

2) Memperhatikan keselamatan pasien.

3) Memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien.

4) Pencegahan komplikasi.

5) Pertimbangan nilai dan etika.

6) Peka terhadap respon klien.

7) Bertanggung jawab.

5. Implementasi

Implementasi adalah melaksanakan rencana tindakan sesuai dengan rencana

pada masing-masing diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan maksud

untuk memenuhi kebutuhan dasar klien.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang

rencana keperawatan atau mengukur keberhasilan dan rencana dan pelaksanaan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien secara

optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

a. Tujuan

a. Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang ditentukan.

b. Menilai keefektifan rencana keperawatan/strategi asuhan keperawatan.

b. Hal-hal yang dievaluasi

1) Apakah askep tersebut efektif.

2) Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai dalam tingkat tertentu.

3) Adakah perubahan perilaku pasien seperti yang diharapkan.

4) Strategi manakah yang efektif.

c. Penafsiran hasil evaluasi

1) Tujuan tercapai.

2) Tujuan sebagian tercapai.

3) Tujuan sama sekali tidak tercapai.

4) Timbul masalah baru.

7. Dokumentasi

Asuhan keperawatan perlu didokumentasikan untuk menghindari

pemutarbalikan dan mencegah kehilangan informasi dan agar dapat dipelajari

perawat lain.

29

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

Semua tahap dalam proses keperawatan harus didokumentasikan di dalam format

yaitu :

a. Data-data yang dikumpulkan.

b. Diagnosa keperawatan.

c. Tujuan yang dapat diukur.

d. Rencana perawatan.

e. Intervensi.

f. Respon klien.

g. Perbaikan dalam diagnosa akhir. (Nursalam, 2001).

30

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

AHMAD MUSHAWWIR

4113069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2014

31

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

KOCH PULMONAL

ISMAYANI SYARIF

4113069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2014

32

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN KOCH PULMONAL.docx

33