laporan pendahuluan ileus paralitik

Upload: lucy-purwa

Post on 02-Jun-2018

708 views

Category:

Documents


73 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    1/18

    Ileus Paralitik

    A. Obstruksi Usus

    Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

    penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.Obstruksi usus terdiri

    dari akut dan kronik, partial atau total.(Price & Wilson, 200).Obstruksi usus

    biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya

    lambat.!ebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus "alus.Obstruksi total

    usus "alus merupakan keadaan ga#at yang memerlukan diagnosis dini dan

    tindakan pembeda"an darurat bila penderita ingin tetap "idup. $da dua tipe

    obstruksi yaitu %

    . 'ekanis (leus Obstruktif)!uatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi ole"

    peristaltik.leus obstruktif ini dapat akut seperti pada "ernia stragulata atau

    kronis akibat karsinoma yang melingkari. 'isalnya intusepsi, tumor polipoid

    dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, "ernia

    dan abses

    2. eurogenik*fungsional (leus Paralitik)

    Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan

    peristaltik usus ter"enti se"ingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.+onto"nya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes

    mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.

    B. Ileus Paralitik

    leus Paralitik adala" istila" ga#at abdomen atau ga#at perut

    menggambarkan keadaan klinis akibat kega#atan di rongga perut yang biasanya

    timbul mendadak dengan nyeri sebagai kelu"an utama. eadaan ini memerlukan

    penanggulangan segera yang sering berupa tindakan beda", misalnya pada

    obstruksi, perforasi, atau perdara"an massif di rongga perut maupun saluran

    cerna, infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan

    perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut ole" isi saluran cerna

    se"ingga terjadila" peritonitis.

    leus adala" gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

    obstruksi usus akut. leus Paralitik adala" obstruksi yang terjadi karena suplai

    saraf otonom mengalami paralysis dan peristaltic usus ter"enti se"ingga tidak

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    2/18

    mampu mendorong isi sepanjang usus. +onto"nya amiloidosis, distropi otot,

    gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologist seperti

    penyakit Parkinson. leus Paralitik adala" keadaan abdomen akut berupa kembung

    distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak

    dapat buang air besar.

    leus (leus Paralitik, leus $dinamik) adala" suatu keadaan dimana

    pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara #aktu ber"enti. leus

    adala" suatu kondisi "ipomotilitas (kelumpu"an) saluran gastrointestinal tanpa

    disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering

    disebut dengan ileus paralitik. Obstruksi leus adala" gangguan aliran normal isi

    usus sepanjang saluran usus (Price & Willson, 200).

    C. Etiologi Ileus Paralitik

    Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabeda" abdomen,

    tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya

    ileus, diantaranya (-e"m, 200) sebagai berikut %

    . !epsis

    2. Obat/obatan (misalnya % opioid, antasid, coumarin, amitriptyline,

    c"lorpromaine)

    . 1angguan elektrolit dan metabolik (misalnya "ipokalemia,

    "ipomagnesemia, "ipernatremia, anemia, atau "iposmolalitas)

    . nfark miokard

    3. Pneumonia

    4. 5rauma (misalnya % pata" tulang iga, cedera spina)

    . -ilier dan ginjal kolik

    6. +edera kepala dan prosedur beda" saraf

    7. nflamasi intra abdomen dan peritonitis

    0. 8ematoma retroperitoneal.

    leus pada pasien ra#at inap ditemukan pada% () proses intraabdominalseperti pembeda"an perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,

    pankreatitis, perdara"an)9 (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan

    yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis,

    dan ketidakseimbangan elektrolit ("ipokalemia, "iperkalsemia, "ipomagnesemia,

    "ipofosfatemia)9 dan () obat/obatan yang mempengaru"i motilitas usus (opioid,

    antikolinergik, fenotiaine). !etela" pembeda"an, usus "alus biasanya pertama

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    3/18

    kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (2/6 jam) dan kolon

    (6/2 jam)

    leus terjadi karena "ipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya

    obstruksi usus mekanik. :iduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk

    mengangkut isi usus. urangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan

    akumulasi gas dan cairan dalam usus. 'eskipun ileus disebabkan banyak faktor,

    keadaan pascaoperasi adala" keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus.

    'emang, ileus merupakan konsekuensi yang di"arapkan dari pembeda"an perut.

    ;isiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2/ "ari, setela" motilitas

    sigmoid kembali normal. leus yang berlangsung selama lebi" dari "ari setela"

    operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi.

    !ering, ileus terjadi setela" operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga

    terjadi setela" pembeda"an retroperitoneal dan e

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    4/18

    Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya

    sistem saraf simpatis dimana dapat meng"ambat akti@itas dalam traktus

    gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berla#anan dengan yang

    ditimbulkan ole" sistem parasimpatis. !istem simpatis meng"asilkan pengaru"nya

    melalui dua cara % pada ta"ap yang kecil melalui pengaru" langsung norepineprin

    pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan pada

    ta"ap yang besar melalui pengaru" in"ibitorik dari noreepineprin pada neuron/

    neuron sistem saraf enterik. Aadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis

    dapat meng"ambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.

    8ambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik

    akan menyebabkan ter"ambatnya pergerakan makanan pada traktusgastrointestinal, namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat

    saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat in"ibitorik, ujung

    seratnya mensekresikan suatu transmitter in"ibitor, kemungkinan peptide

    intestinal @asoaktif dan beberapa peptide lainnya.

    Peristi#a patofisiologik yang terjadi setela" obstruksi usus adala" sama,

    tanpa memandang apaka" obstruksi tersebut diakibatkan ole" penyebab mekanik

    atau fungsional. Perbedaan utama adala" obstruksi paralitik dimana peristaltic

    di"ambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula/

    mula diperkuat, kemudian intermitten, dan ak"irnya "ilang. Peruba"an

    patofisiologi utama pada obstruksi usus adala" lumen usus yang tersumbat secara

    progresif akan tergang ole" cairan dan gas (0B dari gas yang ditelan) akibat

    peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium

    dari lumen ke dara". Ole" karena sekitar 6 liter cairan diekskresikan ke dalam

    saluran cerna setiap "ari ke sepulu". 5idak adanya absorbs dapat mengakibatkan

    penimbunan intralumen dengan cepat. 'unta" dan penyedotan usus setela"

    pengobatan dimulai merupakan sumber ke"ilangan utama cairan dan elektrolik.

    Pengaru" atas ke"ilangan ini adala" penyempitan ruang cairan ekstrasel

    yang mengakibatkan syok/"ipotensi, pengurangan cura" jantung, penurunan

    perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus

    mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorbs cairan dan peningkatan sekresi

    cairan ke dalam usus. >fek local peregangan usus adala" iskemia akibat distensi

    dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin/toksin

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    5/18

    bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan

    bakteriemia.

    Pada obstruksi mekanik simple, "ambatan pasase muncul tanpa disertai

    gangguan @askuler dan neurologic. 'akanan dan cairan yang ditelan, sekresi

    usus, dan udara terkumpul dalam jumla" yang banyak jika obstruksinya komplit.

    -agian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. ;ungsi sekresi dan

    absorbs membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan

    kongesti. :istensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus

    dan progresif akan mengacaukan peristaltic dan fungsi sekresi mukosa dan

    meningkatkan resiko de"idrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan

    kematian.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    6/18

    Pathway

    Illeus

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    7/18

    E. Manifestasi Klinis Ileus Paralitik

    Pasien ileus paralitik akan mengelu" perutnya kembung (abdominal

    distention), anoreksia, mual dan obstipasi. 'unta" mungkin ada, mungkin pula

    tidak ada. elu"an perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan

    kelu"an perut kembung pada ileus obstruksi.

    Pasien ileus paralitik mempunyai kelu"an perut kembung, tidak disertai

    nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya

    distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lema" dan jarang

    ba"kan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien "anya menyatakan

    perasaan tidak enak pada perutnya. 5idak ditemukan adanya reaksi peritoneal

    (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). $pabila penyakit primernya peritonitis,

    manifestasi klinis yang ditemukan adala" gambaran peritonitis. 1ejala klinis %

    . :istensi yang "ebat tanpa rasa nyeri (kolik)2. 'ual dan muta"

    . 5ak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 2 C 6 jam

    . Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler

    3. -ising usus meng"ilang

    4. 1ambaran radiologis % semua usus menggembung berisi udara

    F. Ko!likasi Ileus Paralitik

    . ekrosis usus.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    8/18

    2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang suda" terjadi terlalu lama pada

    organ intra abdomen.

    . Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium se"ingga terjadi

    peradangan atau infeksi yang "ebat pada intra abdomen.. !epsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan

    cepat.

    3. !yok de"idrasi terjadi akibat de"idrasi dan ke"ilangan @olume plasma.

    4. $bses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.

    . Pneumonia aspirasi dari proses munta".

    6. 1angguan elektrolit, refluk munta" dapat terjadi akibat distensi abdomen.

    'unta" mengakibatkan ke"ilangan ion "idrogen dan kalium dari lambung,

    serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam dara" (:erma#an,

    200).

    ". Peeriksaan Penun#ang Ileus Paralitik

    . Pemeriksaan radiologi

    a. ;oto polos abdomen posisi

    :engan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)

    memperli"atkan dilatasi lengkung usus "alus disertai adanya batas antara

    air dan udara atau gas (air/fluid le@el) yang membentuk pola bagaikan

    tangga, posisi setenga" duduk untuk meli"at 1ambaran udara cairan dalam

    usus atau di luar usus, misalnya pada abses, 1ambaran udara bebas di

    ba#a" diafragma, 1ambaran cairan di rongga pel@is atau abdomen ba#a".

    b. Pemeriksaan radiologi dengan -arium >nema

    'empunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus

    "alus. Pengujian >nema -arium terutama sekali bermanfaat jika suatu

    obstruksi letak renda" yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos

    abdomen. Pada anak/anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enemabarium tidak "anya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.

    c. +5C!can.

    Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos

    abdomen dicurigai adanya strangulasi. +5C!can akan mempertunjukkan

    secara lebi" teliti adanya kelainan/kelainan dinding usus, mesenterikus,

    dan peritoneum. +5C!can "arus dilakukan dengan memasukkan at

    kontras kedalam pembulu" dara". Pada pemeriksaan ini dapat diketa"ui

    derajat dan lokasi dari obstruksi.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    9/18

    d. ?!1

    Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab

    dari obstruksi

    e. 'D

    Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi te"nik dan

    kontras yang ada sekarang ini belum secara penu" mapan. 5eknik ini

    digunakan untuk menge@aluasi iskemia mesenterik kronis.

    f. $ngiografi

    $ngiografi mesenterik superior tela" digunakan untuk

    mendiagnosis adanya "erniasi internal, intussuscepsi, @ol@ulus,

    malrotation, dan ad"esi.

    2. Pemeriksaan laboratorium

    =eukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisamungkin menunjukkan de"idrasi. $nalisa gas dara" dapat mengindikasikan

    asidosis atau alkalosis metabolic. (-runner and !uddart", 2002)

    Asuhan Ke!erawatan Ileus Paralitik

    A. Pengka#ian

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    10/18

    'erupakan ta"ap a#al dari pendekatan proses kepera#atan dan dilakukan

    secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. =angka" a#al

    dari pengkajian ini adala" pengumpulan data yang diperole" dari "asil #a#ancara

    dengan klien dan keluarga, obser@asi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan

    anggota tim kese"atan lainnya dan meninjau kembali catatan medis ataupun

    catatan kepera#atan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,

    perkusi, dan auskultasi.

    $dapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien ileus paralitik

    adala" sebagai berikut, %

    a. dentitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,

    alamat, status perka#inan, dan suku bangsa.

    b. Di#ayat kepera#atan.) Di#ayat kese"atan sekarang meliputi apa yang dirasakan klien saat

    pengkajian.

    2) Di#ayat kese"atan masa lalu meliputi penyakit yang perna" diderita,

    apaka" sebelumnya perna" mengalami peenyakit yang sama.

    ) Di#ayat kese"atan keluarga meliputi apaka" dari keluarga ada yang

    menderita penyakit yang sama.

    c. Di#ayat Psikososial dan spiritual meliputi pola interaksi, pola perta"anan diri,

    pola kognitif, pola emosi dan nilai kepercayaan klien.

    d. ondisi lingkungan meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang mendukung

    kese"atan klien.

    e. Pola akti@itas sebelum dan di ruma" sakit meliputi pola nutrisi, pola eliminasi,

    personal "ygiene, pola akti@itas se"ari C "ari dan pola akti@itas tidur.

    f. Pengkajian fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi,

    yaitu%

    ) nspeksi

    nspeksi perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. -enjolan

    pada region inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu "erniainkarserata. Pada ntussuspsi dapat terli"at massa abdomen berbentuk

    sosis. $danya ad"esi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi

    sebelumnya. adang teraba massa seperti pada tumor, in@aginasi, "ernia,

    rectal touc"er. !elain itu, dapat juga melakukan pemeriksaan inspeksi pada

    %

    a) !istem pengli"atan posisi mata simetris atau asimetris, kelopak mata

    normal atau tidak, pergerakan bola mata normal atau tidak,

    konjungti@a anemis atau tidak, kornea normal atau tidak, sclera

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    11/18

    ikterik atau anikterik, pupil isokor atau anisokor, reaksi ter"adap otot

    ca"aya baik atau tidak.

    b) !istem pendengaran :aun telinga, serumen, cairan dalam telinga.

    c) !istem pernafasan ke dalam pernafasan dalam atau dangkal, ada atau

    tidak batuk, dan pernafasan sesak atau tidak.

    d) !istem "ematologi ada atau tidak pendara"an, #arna kulit.

    e) !istem pencernaan keadaan mulut, gigi, stomatitis, lida" bersi",

    sali@a, #arna dan konsistensi feses.

    f) !istem urogenital #arna -$.

    g) !istem integument turgor kulit, ptec"iae, #arna kulit, keadaan kulit,

    keadaan rambut.

    2) Palpasi

    a) !istem pencernaan abdomen, "epar, nyeri tekan di epigastrium.

    b) !istem kardio@askuler pengisian kapiler.c) !istem integumen ptec"iae.

    3) $uskultasi

    8iperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borbor "ygmi. Pada

    fase lanjut bising usus dan peristaltic melema" dan sampai "ilang.

    ) Perkusi

    8ipertimpani

    3) Dectal 5ouc"er

    a) si rectum menyemprot % 8irsc"prung disease.

    b) $danya dara" dapat menokong adanya stragulasi, neoplasma.

    c) ;eces yang mengeras % skibala.d) ;eces negati@e % Obstruksi usus letak tinggi

    e) $mpula rekti kolap % curiga obstruksi.

    f) yeri tekan % local atau general peritonitis.

    B. Diagnosis Ke!erawatan

    a. onstipasi ber"ubungan dengan "ipomotilitas*kelumpu"an intestinal.

    b. Disiko ketidakseimbangan cairan tubu" ber"ubungan dengan

    pengeluaran cairan tubu" (munta"), ketidakmampuan absorbsi air ole"

    intestinal.

    c. etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutu"an tubu" ber"ubungan

    dengan mual, munta" dan anoreksia.

    d. 1angguan rasa nyaman nyeri epigastrium ber"ubungan dengan proses

    patologis penyakitnya.

    e. 1angguan pola tidur ber"ubungan dengan sakit kepala dan pegal/pegal

    seluru" tubu".

    f. $nsietas ringan/sedang ber"ubungan dengan kondisi pasien yang

    memburuk dan perdara"an yang dialami pasien.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    12/18

    g. :efisit pengeta"uan tentang proses penyakit, diet, dan pera#atan

    pasien ileus paralitik ber"ubungan dengan kurangnya informasi.

    C. Peren$anaan Ke!erawatan

    a. onstipasi ber"ubungan dengan "ipomotilitas*kelumpu"an intestinal.

    5ujuan % :alam #aktu E@aluasi secara berkala laporan pasien tentang flatus dan periksa kondisi

    bising usus.

    D % memberikan data dasar pada pera#at atau sebagai pera untuk kolaborasi

    dengan medis tentang kondisi perbaikan ileus.

    d) Pasang selang nasogastrik.

    D % menurunkan kelu"an kembung dan distensi abdomen.

    e) =akukan teknik ambulasi.

    D % mencega" pembentukan atelektasis, obstruksi @ena profunda, dan

    pneumonia.

    f) olaborasi % Opioid antagonis selektif.

    D % $l@imopan ini ditunjukkan untuk membantu mencega" ileus post

    operatif reseksi usus

    b. Disiko ketidakseimbangan cairan tubu" ber"ubungan dengan pengeluaran

    cairan tubu" (munta"), ketidakmampuan absorbsi air ole" intestinal.

    5ujuan % dalam #aktu E

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    13/18

    b) 55F dalam batas normal.

    c) +D5 G 2 detik, urin H 400 ml*"ari.

    d) =aboratorium % ilai elektrolit normal.

    nter@ensi %

    a) 'onitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output).

    D % monitoring yang ketat pada produksi urin G 400 ml*"ari merupakan

    tanda/tanda terjadinya syok "ipo@olemik

    b) aji sumber ke"ilangan cairan.

    D % ke"ilangan cairan dari munta" dapat disertai dengan keluarnya natrium

    @ia oral yang juga akan meningkatkan resiko gangguan elektrolit.

    c) :okumentasikan intake dan output cairan.

    D % data dasar dalam pemberian terapi cairan dan pemenu"an "idrasi tubu"

    secara umum

    d) 'onitor 55F secara berkala.

    D % "ipotensi dapat terjadi pada "ipo@olemi yang memberikan manifestasi

    suda" terlibatnya system kardio@askular untuk melakukan kompensasi

    memperta"ankan tekanan dara"

    e) aji #arna kulit, su"u, sianosis, nadi perifer dan diap"oresis secara teratur.

    D % mengeta"ui adanya pengaru" adanya peningkatan ta"anan perifer

    f) olaborasi % Perta"ankan pemberian cairan secara intra@ena dan e@aluasi

    kadar elektrolit.

    D % jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memuda"kan

    pera#at dalam melakukan control intake dan output cairan. !ebagai deteksi

    a#al meng"indari gangguan elektrolit sekunder dari munta" pada pasien

    peritonitis

    c. Disiko ketidakseimbangan nutrisi % kurang dari kebutu"an tubu" ber"ubungan

    dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.5ujuan % !etela" E

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    14/18

    D % !ebagai data dasar teknik pemberian asupan nutrisi.

    b) 8indari intake apapun secara oral.

    D % umumnya, menunda intake makanan oral sampai tanda klinis ileus

    berak"ir. amun kondisi ileus tidak meng"alangi pemberian nutrisi enteral.

    c) -erikan nutrisi parenteral.

    D % pemberian enteral diberikan secara "ati/"ati dan lakukan secara berta"ap

    sesuai tingkat toleransi dari pasien

    d) Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara

    periodic (sekali seminggu)

    D % mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan

    e) =akukan pera#atan mulut.

    D % menurunkan resiko infeksi oral

    f) olaborasi dengan a"li gii mengenai jenis nitrisi yang akan digunakan

    pasien.D % penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan diberikan sesuai

    dengan kebutu"an indi@idu

    d. 1angguan rasa nyaman nyeri epigastrium ber"ubungan dengan proses

    patologis penyakitnya.

    5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama E < 2 jam

    di"arapkan rasa nyaman nyeri terpenu"i dengan

    riteria "asil % nyeri "ilang atau berkurang.nter@ensi tindakan %

    ) aji tingkat nyeri

    Dasional % ?ntuk mengeta"ui seberapa berat rasa nyeriyang

    dirasakan dan mengeta"ui pemberian terapi sesuai indikasi.

    2) -erikan posisi senyaman mungkin

    Dasional % ?ntuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan

    kenyamanan.

    ) -erikan lingkungan yang nyaman

    Dasional % ?ntuk mendukung tindakan yang tela" diberikan guna

    mengurangi rasa nyeri.

    ) olaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi

    (Profenid < supp ).

    Dasional % ?ntuk mengurangi rasa nyeri

    e. 1angguan pola tidur ber"ubungan dengan sakit kepala dan pegal / pegal

    seluru" tubu".

    5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama E

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    15/18

    ) aji pola tidur atau istira"at normal pasien

    Dasional % ?ntuk mengeta"ui pola tidur yang normal pada pasien

    dan dapat menentukan kelainan pada pola tidur.

    2) -eri lingkungan yang nyaman

    Dasional % ?ntuk mendukung pemenu"an kebutu"an akti@itas dan

    tidur.

    3) -atasi pengunjung selama periode istira"at

    Dasional % ?ntuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur pasien.

    4) Perta"ankan tempat tidur yang "angat, bersi" dan nyaman

    Dasional % !upaya pasien dapat tidur dengan nyaman

    2) olaborasi pemberian terapi analgetika

    Dasional % $gar nengurangi rasa nyeri yang menggangu pola tidur

    pasien

    f. $nsietas ber"ubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdara"anyang dialami pasien.

    5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    16/18

    3) -eri penyulu"an mengenai penyakitnya

    Dasional % ?ntuk meningkatkan pengeta"uan pasien mengenai

    penyakitnya.

    D. I!leentasi Ke!erawatan %Penatalaksanaan&

    :asar pengobatan obstruksi usus adala" koreksi keseimbangan cairan dan

    elektrolit, meng"ilangkan peregangan dan munta" dengan intubasi dan kompresi,

    memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta meng"ilangkan obstruksi untuk

    memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

    . Obstruksi ?sus 8alus

    :ekompresi pada usus melalui selang usus "alus atau nasogastrik

    bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus "alus.$pabila usus

    tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan

    pembeda"an, sebelum pembeda"an, terapi intra @ena diperlukan untuk

    mengganti ke"ilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).

    !elain beberapa perkecualian, obstruksi usus "arus ditangani dengan

    operasi, karena adanya risiko strangulasi.!elama masi" ada obstruksi,

    strangulasi tidak dapat dicega" secara meyakinkan.

    2. Obstruksi ?sus -esar

    $pabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat

    dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.!ekostomi, pembukaan

    secara beda" yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang

    berisiko buruk ter"adap pembeda"an dan sangat memerlukan pengangkatan

    obstruksi. 5indakan lain yang biasa dilakukan adala" reseksi beda" utntuk

    mengangkat lesi penyebab obstruksi. olostomi sementara dan permanen

    mungkin diperlukan. Persiapan/persiapan sebelum operasi %

    a. Pemasangan pipa nasogastrik. 5ujuannya adala" untuk mencega" munta",

    mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang

    akibat tertelannya udara (mencega" distensi abdomen).

    b. Desusitasi cairan dan elektrolit. -ertujuan untuk mengganti cairan dan

    elektrolit yang "ilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.

    c. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.

    . Operasi

    Operasi dapat dilakukan bila suda" tercapai re"idrasi dan organ/organ

    @ital berfungsi secara memuaskan. alau obstruksi disebabkan karena "ernia

    skrotalis, maka daera" tersebut "arus disayat. alau tidak terpaksa "arus

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    17/18

    dilakukan penyayatan abdomen secara luas. Perincian operatif tergantung dari

    penyebab obstruksi tersebut. Perlengketan dilepaskan atau bagian yang

    mengalami obstruksi dibuang. ?sus yang mengalami strangulasi dipotong.

    . Pasca -eda"Pengobatan pasca beda" sangat penting terutama dalam "al cairan dan

    elektrolit. 8arus dicega" terjadinya gagal ginjal dan "arus memberikan kalori

    yang cukup.Perlu diingat ba"#a pasca beda", usus pasien masi" dalam

    keadaan paralitik. 5indakan pembeda"an ter"adap obstruksi usus "alus

    tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti

    "ernia dan perlengketan. 5indakan pembeda"annya adala" "erniotomi.

    !ecara garis besar, penatalaksanaan medis maupun kepera#atan bagi klien

    dengan ileus paralitik antara lain sebagai berikut.

    . onser@atif

    a. Penderita dira#at di ruma" sakit.

    b. Penderita dipuasakan

    c. ontrol status air#ay, breat"ing and circulation.

    d. :ekompresi dengan nasogastric tube.

    e. ntra@enous fluids and electrolyte

    f. :ipasang kateter urin untuk meng"itung balance cairan.

    2. ;armakologis

    a. $ntibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

    b. $nalgesik apabila nyeri.

    . Operatif

    a. leus paralitik tidak dilakukan inter@ensi beda" kecuali disertai dengan

    peritonitis.

    E. E'aluasi Ke!erawatan

    >@aluasi asu"an kepera#atan adala" ta"ap ak"ir proses kepera#atan yang

    bertujuan untuk menilai "asil ak"ir dari keseluru"an tindakan kepera#atan

    yang tela" dilakukan. 5a"ap e@aluasi merupakan indikator keber"asilan

    dalam penggunaan proses kepera#atan. >@aluasi terdiri dari %

    . 5injauan laporan klien "arus mencakup ri#ayat pera#atan, kartu catatan,

    "asil/"asil tes dan semua laporan obser@asi.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

    18/18

    2. Pengkajian kembali ter"adap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang

    diukur dan mencakup reaksi klien ter"adap lingkungan yang dilakukan.

    Deaksi klien secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti

    mengukur tekanan dara", su"u dan lain/lain.

    . riteria "asil tercapai sesuai dengan diagnosis yang dialami klien.

    !umber %

    $lief. ', dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Aakarta% ;?.

    -runner & !uddart". 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda $li" ba"asa

    $gung Waluyo, dkk. >ditor 'onica >ster, dkk. >d. 6. Aakarta % >1+.

    :oengoes. 2000.!en"ana Asuan Keperawatan# $edoman untuk $eren"anaan

    dan $endokumentasian $erawatan $asien %disi &. Aakarta % >1+.

    Price & Wilson. 200.$atofisiologi Konsep Klinis $roses-$roses $en'akit. >disi

    4, Folume. Aakarta % >1+.