laporan pendahuluan febris

21
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS/DEMAM A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Panas ialah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan panas jika suhu manusia menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Panas terjadi karena pelepasan pirogen dari dlm leukosit yg sebelumnya sudah terangsang karena pirogen eksogen yg bisa berasal dari mikroorganisme / mewujudkan/adalah suatu hasil reaksi imunologik yg tak berlandaskan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004). Menurut Suriadi (2001), panas ialah naiknya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris/panas ialah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yg normal sebagai dampak dari perubahan pada pusat termoregulasi yg terletak dlm hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999). Panas berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, bisa dikarenakan karena kelainan dlm otak sendiri / karena zat toksik yg mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak / dehidrasi(Guyton, 1990). Panas ialah keadann dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38â°C / lebih. Ada jg yg yg mengambil batasan lebih dari 37,8â°C.Sedangkan kalau/jika suhu tubuh lebih dari 40â°C dijuluki panas cukup tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000). Panas ialah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami

Upload: eka-suryani-nadjamuddin

Post on 13-Jul-2016

140 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS/DEMAMA.    Konsep Dasar Penyakit

1.     Pengertian

Panas ialah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J. Corwin,

2000). Dikatakan panas jika suhu manusia menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Panas

terjadi karena pelepasan pirogen dari dlm leukosit yg sebelumnya sudah terangsang karena

pirogen eksogen yg bisa berasal dari mikroorganisme / mewujudkan/adalah suatu hasil reaksi

imunologik yg tak berlandaskan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).

Menurut Suriadi (2001), panas ialah naiknya temperatur suhu tubuh secara abnormal.

Febris/panas ialah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yg normal sebagai dampak dari

perubahan pada pusat termoregulasi yg terletak dlm hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).

Panas berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, bisa dikarenakan karena

kelainan dlm otak sendiri / karena zat toksik yg mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-

penyakit bakteri, tumor otak / dehidrasi(Guyton, 1990).

Panas ialah keadann dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38â°� C / lebih. Ada jg yg yg

mengambil batasan lebih dari 37,8â°� C.Sedangkan kalau/jika suhu tubuh lebih dari 40â°� C

dijuluki panas cukup tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).

Panas ialah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus

(Berhman, 1999). Seseorang mengalami panas kalau/jika suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu

oral / aksila) / suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).

Tipe panas yg mungkin kita jumpai diantaranya:

a.      Panas septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yg cukup tinggi sekali pada malam hari & turun kembali

ketingkat diatas normal pada pagi hari. Kerap kali diikuti keluhan menggigil & berkeringat.

Kalau/jika panas yg cukup tinggi tersebut turun ketingkat yg normal dinamakan jg panas hektik.

b.     Panas remiten

Suhu badan bisa turun setiap hari tetapi tak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu

yg mungkin tercatat bisa mencapai dua tataran & tak sebesar perbedaan suhu yg dicatat panas

septik.

c.      Panas intermiten

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

Suhu badan turun ketingkat yg normal selama beberapa jam dlm satu hari. Kalau/jika panas

seperti ini terjadi dlm dua hari sekali dijuluki tersiana & kalau/jika terjadi dua hari terbebas

panas diantara dua serangan panas dijuluki kuartana.

d.     Panas kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tak berbeda lebih dari satu tataran. Pada tataran panas yg terus

menerus cukup tinggi sekali dijuluki hiperpireksia.

e.      Panas siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yg diikuti karena beberapa periode bebas

panas buat beberapa hari yg lalu diikuti karena kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe panas kadang-kadang dikaitkan dgn suatu penyakit tertentu misalnya tipe panas

intermiten buat malaria. Seorang pasien dgn keluhan panas mungkin bisa dihubungkan segera

dgn suatu sebab yg jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi

kadang sama sekali tak bisa dihubungkan segera dgn suatu sebab yg jelas. Dlm praktek 90% dari

para pasien dgn panas yg baru saja dialami, pada dasarnya mewujudkan/adalah suatu penyakit yg

self-limiting seperti influensa / penyakit virus sejenis lainnya. Tapi hal ini tak berarti kita tak

wajib tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

Jenis Panas Ciri-ciri

Panas septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari

turun hingga diatas normal, kerap kali

diikuti menggigil & berkeringat

Panas remitten Suhu badan bisa turun setiap hari tapi tak

pernah mencapai normal. Perbedaan suhu

mungkin mencapai 2 tataran tapi

perbedaannya tak sebesar panas septik.

Panas intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama

beberapa jam dlm satu hari. Kalau/jika

panas terjadi dua hari sekali dijuluki

tertiana & apabila terjadi 2 hari bebas panas

diantara 2 serangan panas dijuluki kuartana.

Panas kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tak berbeda

lebih dari satu tataran. Pada tataran panas

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

yg terus menerus cukup tinggi sekali

dijuluki hiperpireksia

2.     Etiologi

Panas terjadi kalau/jika pembentukan panas melampaui pengeluaran. Panas bisa

berhubungan dgn infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit

lain (Julia, 2000).

Menurut Guyton (2000), panas bisa dikarenakan karena kelainan dlm otak sendiri / zat

toksik yg mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau

dehidrasi.

Penyebab panas selain infeksi jg bisa dikarenakan karena keadann toksemia, keganasan /

reaksi terhadap penggunaan obat, jg pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:

perdarahan otak, koma). Pada dasarnya buat mencapai ketepatan diagnosis penyebab panas

dibutuhkan diantaranya: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan

pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit & evaluasi pemeriksaan laboratorium serta

penunjang lain secara tepat & holistik. Beberapa hal khusus butuh diperhatikan pada panas ialah

cara muncul panas, lama panas, cukup tinggi panas serta keluhan & gejala-gejala yg menyertai

panas.

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal 2000 bahwa etiologi

febris,diantaranya

a.      Suhu lingkungan.

b.     Adanya infeksi.

c.      Pneumonia.

d.     Malaria.

e.      Otitis media.

f.      Imunisasi

3.     Manifestasi Klinis

Gejala & gejala-gejala terjadinya febris ialah:

a.      Anak rewel (suhu lebih cukup tinggi dari 37,8â°� C – 40â°� C)

b.     Kulit kemerahan

c.      Hangat pada sentuhan

d.     Peningkatan frekuensi pernapasan

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

e.      Menggigil

f.      Dehidrasi

g.     Kehilangan nafsu makan

Berlimpah gejala-gejala yg menyertai panas termasuk gejala-gejala nyeri punggung,

anoreksia & somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih cukup tinggi dari 37,5â°� C –

40â°� C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yg muncul yaitu kulit

kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat & dingin,

nyeri & sakit yg spesifik / umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, &

berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

4.     Patofisiologi

Panas ialah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi / zat

asing yg masuk ke dlm tubuhnya. Kalau/jika ada infeksi / zat asing masuk ke tubuh mau

merangsang sistem pertahanan tubuh dgn dilepaskannya pirogen. Pirogen ialah zat penyebab

panas, ada yg berasal dari dlm tubuh (pirogen endogen) & luar tubuh (pirogen eksogen) yg bisa

berasal dari infeksi karena mikroorganisme / mewujudkan/adalah reaksi imunologik terhadap

benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini bisa berupa protein, pecahan protein, & zat lain,

terutama toksin polisakarida, yg dilepas karena bakteri toksik yg dihasilkan dari degenerasi

jaringan tubuh menyebabkan panas selama keadann sakit.

Mekanisme panas dimulai dgn munculnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme

ini, bakteri / pecahan jaringan mau difagositosis karena leukosit darah, makrofag jaringan, &

limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan

bakteri ke dlm cairan tubuh, yg dijuluki jg zat pirogen leukosit.

Pirogen selanjutnya membawa pesan lewat alat penerima (reseptor) yg terdapat pada tubuh

buat disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dlm hipotalamus pirogen ini mau

dirangsang pelepasan asam arakidonat serta membuat dampak peningkatan produksi

prostaglandin (PGEZ). Ini mau memunculkan reaksi menaikkan suhu tubuh dgn cara

menyempitkan pembuluh darah tepi & menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas

menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan & pengeluaran panas. Inilah yg

memunculkan panas pada anak. Suhu yg cukup tinggi ini mau merangsang aktivitas

“tentara†tubuh (sel makrofag & sel limfosit T) buat memerangi zat asing tersebut dgn�

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

menaikkan proteolisis yg menghasilkan asam amino yg berperan dlm pembentukan antibodi /

sistem kekebalan tubuh.

5.     Pemeriksaan Penunjang

Sebelum berkembang/berubah naik ke pemeriksaan-pemeriksaan yg mutakhir, yg siap

tersedia buat diberdayakan seperti ultrasonografi, endoskopi / scanning, masih bisa diperiksa

bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan / sinar tembus rutin.

Dlm tahap berikutnya bisa dipikirkan buat membuat diagnosis dgn lebih pasti lewat biopsy

pada tempat- tempat yg dicurigai. Jg bisa dikerjakan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, /

limfangiografi

6.     Penatalaksanaan

a.      Secara Fisik

Mengawasi keadann klien dgn : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan

ap4k4h anak tidur gelisah, kerap kali terkejut, / mengigau. Perhatikan pula ap4k4h mata anak

cenderung melirik ke atas / ap4k4h anak mengalami kejang-kejang. Panas yg diikuti kejang yg

terlalu lama mau berbahaya bagi pertumbuhan otak, karena oksigen tak mampu mencapai otak.

Terputusnya suplai oksigen ke otak mau berakibat rusaknya sel-sel otak. Dlm keadann demikian,

cacat seumur hidup bisa terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.

1.     Bukalah pakaian & selimut yg berlebihan

2.     Memperhatikan aliran udara di dlm ruangan

3.     Jalan nafas wajib terbuka buat mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yg mau berakibat

rusaknya sel-sel otak.

4.     Berikan cairan lewat mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yg diberikan bisa berupa air

putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah / air teh. Tujuannnya ialah agar cairan tubuh yg

menguap dampak naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.

5.     Tidur yg cukup agar metabolisme berkurang

6.     Kompres dgn air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya buat menurunkan suhu tubuh

dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini bisa terjadi karena panas

tubuh diberdayakan buat menguapkan air pada kain kompres. Jangan memanfaatkan air es

karena justru mau membuat pembuluh darah menyempit & panas tak bisa keluar. Memanfaatkan

alkohol bisa menyebabkan iritasi & intoksikasi (keracunan).

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

7.     Saat ini yg lazim diberdayakan ialah dgn kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat /

suam-suam kuku kian suhu di luar terasa hangat & tubuh mau menginterpretasikan bahwa suhu

diluar cukup panas. Dgn demikian tubuh mau menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya

tak menaikkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping 1tu lingkungan luar yg hangat mau

membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar / mengalami vasodilatasi, jg mau membuat pori-

pori kulit terbuka sehingga mau mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

b.     Obat-obatan Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.

Antipiretik berguna buat mencegah pembentukan prostaglandin dgn jalan menghambat enzim

cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yg mana

diperintah memproduksi panas diatas normal & mengurangi pengeluaran panas tak ada lagi.

Petunjuk pemberian antipiretik:

1.     Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol

2.     Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg / 1-1½ sendokteh sirup parasetamol

3.     Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg / 2 sendok teh sirup parasetamol.

Tablet parasetamol bisa diberikan dgn digerus lalu dilarutkan dgn air / teh manis. Obat

penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dgn ukuran 5 ml setiap

sendoknya.

Pemberian obat antipiretik mewujudkan/adalah pilihan pertama dlm menurunkan panas &

sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dgn kelainan kardiopulmonal kronis

kelainan metabolik, penyakit neurologis & pada anak yg berisiko kejang panas.Obat-obat anti

inflamasi, analgetik & antipiretik tersusun dari golongan yg bermacam-macam & kerap kali

berbeda dlm susunan kimianya tetapi memiliki kesamaan dlm efek pengobatannya. Tujuannya

menurunkan set point hipotalamus lewat pencegahan pembentukan prostaglandin dgn jalan

menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen mewujudkan/adalah derivat para -

aminofenol yg bekerja menekan pembentukan prostaglandin yg disintesis dlm susunan saraf

pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis

maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini bisa d itoleransi dgn baik.Dosis besar

jangka lama bisa menyebabkan intoksikasi & kerusakkan hepar.Pemberiannya bisa secara per

oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen jg bekerja meneka n pembentukan

prostaglandin.Obat ini memiliki sifat antipiretik, analgetik & antiinflamasi. Efek samping yg

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

muncul berupa mual, perut kembung & perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.

Efek samping hematologis yg berat meliputi agranulositosis & anemia aplastik.Efek terhadap

ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama kalau/jika dikombinasikan dgn asetaminopen).Dosis

terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 hingga 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan

pembentukkan prostaglandin.Memiliki efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek

samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik & perdara han saluran cerna.

Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam & tak dianjurkan unt uk anak minus dari 6

bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular / intravena. Asam mefenamat suatu obat gol

ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek

sampingnya berupa dispepsia & anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi

3 dosis. Pemberiannya secara per oral & tak boleh diberikan anak usia minus dari 6 bulan.

7.     Komplikasi

a.      Dehidrasi : panas ↑penguapan cairan tubuh

b.     Kejang panas : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak panas). Kerap kali terjadi pada anak usia 6

bulan hingga 5 tahun. Serangan dlm 24 jam pertama panas & umumnya sebentar, tak berulang.

Kejang panas ini jg tak membahayakan otak

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.     Pengkajian

a.      Identitas: umur buat menentukan jumlah cairan yg dibutuhkan

b.     Riwayat kesehatan

c.      Keluhan utama (keluhan yg dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.

d.     Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yg diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak

kapan muncul panas, sifat panas, gejala-gejala lain yg menyertai panas (misalnya: mual, muntah,

nafsu makn, eliminasi, nyeri otot & sendi dll), ap4k4h menggigil, gelisah.

e.      Riwayat kesehatan yg lalu (riwayat penyakit yg sama / penyakit lain yg pernah diderita karena

pasien).

f.      Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yg sama / penyakit lain yg pernah diderita karena

anggota keluarga yg lain baik memiliki sifat genetik / tak)

2.     Pemeriksaan fisik

Keadann umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi

3.     Pemeriksaan persistem

a.      Sistem persepsi sensori

b.     Sistem persyarafan: kesadaran

c.      Sistem pernafasan

d.     Sistem kardiovaskuler

e.      Sistem gastrointestinal

f.      Sistem integument

g.     Sistem perkemihan

4.     Pada fungsi kesehatan

a.      Pola persepsi & pemeliharaan kesehatan

b.     Pola nutrisi & metabolism

c.      Pola eliminasi

d.     Pola aktivitas & latihan

e.      Pola tidur & istirahat

f.      Pola kognitif & perseptual

g.     Pola toleransi & koping stress

h.     Pola nilai & keyakinan

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

i.       Pola hubungan & peran

5.     Pemeriksaan penunjang

a.      Laboratorium

b.     Foto rontgent

c.      USG

6.     Diagnosa Keperawatan

a.      Hipertermia berhubungan dgn proses infeksi, proses penyakit.

b.     Resiko injuri berhubungan dgn infeksi mikroorganisme.

c.      Resiko minus cairan berhubungan dgn intake yg minus & diaforesis.

d.     Ansietas berhubungan dgn hipertermi, efek proses penyakit

7.     Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi

(NIC)

1. Hipertermia

berhubungan dgn

proses infeksi, proses

penyakit.

Batasan karakeristik :

   Kenaikan suhu

tubuh diatas rentang

normal

   Serangan /

konvulsi (kejang)

   Kulit kemerahan

   Pertambahan RR

   Takikardi

   Saat disentuh

tangan terasa hangat

Sesudah dikerjakan tindakan

keperawatan selama…x24jam

klien menunjukkan temperatur

dlm batas normal dgn kriteria

hasil:

  Suhu Tubuh dlm batas normal

  Bebas dari kedinginan

  Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c

  Termoregulasi dbn

  Nadi dbn

<1 bln : 90-170

<1 thn : 80-160

2 thn   : 80-120

6 thn   : 75-115

10 thn : 70-110

14 thn : 65-100

>14thn : 60-100

  Respirasi dbn

Fever treatment

     Monitir suhu sesering mungkin

     Monitor IWL

     Monitor warna & suhu kulit

     Monitor tekanan darah, nadi & RR

     Monitor menurunnya tataran kesadaran

     Monitor WBC, HB & HCT

     Monitor intake & output

     Kolaborasikan pemberian antipiretik

     Berikan pengobatan buat menangani

penyebab panas

     Selimuti pasien

     Berikan cairan intravena

     Kompres pasien pada lipat paha & aksila

     Tingkatkan sirkulasi udara

     Berikan pengobatan buat mencegah

terjadinya menggigil

Temperature regulation

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

 BBL : 30-50 x/m

Anak-anak : 15-30 x/m

Dewasa : 12-20 x/m

     Monitor suhu minimal tiap 2 jam

     Rencanakan monitoring suhu secara

kontinyu

     Monitor TD, nadi & RR

     Monitor warna & suhu kulit

     Monitor gejala-gejala hipertermi &

hipotermi

     Tingkatkan intake cairan & nutrisi

     Selimuti pasien buat mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

     Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu & kemungkinan efek

negative dari kedinginan

     Berikan antipiretik kalau/jika butuh

Vital Sign Monitoring

    Monitor TD, nadi, suhu & RR

    Catat adanya fluktuasi tekanan darah

    Monitor VS pada saat pasien berbaring,

duduk / berdiri

    Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama

& sesudah aktivitas

    Monitor kualitas dari nadi

    Monitor frekuensi & irama dari

pernafasan

    Monitor suara paru

    Monitor pola pernafasan abnormal

    Monitor warna, suhu & kelembaban kulit

    Monitor sianosis perifer

    Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yg melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

    Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

2. Resiko injuri

berhubungan dgn

infeksi

mikroorganisme.

Sesudah dikerjakan tindakan

keperawatan selama …x24jam

anak bebas dari cidera dgn

kriteria hasil:

  Menunjukan homeostatis

  Tak ada perdarahan mukosa &

bebas dari komplikasi lain

     Sediakan lingkungan yg aman buat

pasien

     Identifikasi kebutuhan keamanan pasien

sesuai dgn keadann fisik & fungsi kognitif

pasien & riwayat penyakit terdahulu pasien

     Menghindari lingkungan yg berbahaya

misalnya memindahkan perabotan

     Memasang side rail tempat tidur

     Menyediakan tempat tidur yg nyaman &

bersih

     Membatasi pengunjung

     Memberikan penerangan yg cukup

     Menganjurkan keluarga buat menemani

pasien

     Mengontrol lingkungan dari kebisingan

     Memindahkan barang-barang yg bisa

membahayakan

     Berikan penjelasan pada pasien &

keluarga / pengunjung adanya perubahan

status kesehatan & penyebab penyakit.

3. Resiko minus cairan

berhubungan dgn

intake yg minus &

diaphoresis, faktor yg

mempengaruhi

kebutuhan cairan

(hipermetabolik).

Sesudah dikerjakan tindakan

keperawatan selama …x24jam

isi cairan adekuat dgn kriteria

hasil:

   Mempertahankan urine output

sesuai dgn usia & BB, BJ urine

normal, HT normal

   Tekanan darah, nadi, suhu

tubuh dlm batas normal

Fluid management:

    Pertahankan catatan intake & output yg

akurat

    Monitor status dehidrasi (kelembaban

membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan

darah ortostatik)

    Monitor vital sign

    Monitor asupan makanan/ cairan &

hitung intake kalori harian

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

   Tak ada gejala- gejala

dehidrasi, elastisitas turgor kulit

baik, membrane mukosa lembab,

tak ada rasa haus yg berlebihan.

    Lakukan terapi IV

    Monitor status nutrisi

    Berikan cairan

    Berikan cairan IV pada suhu ruangan

    Dorong masukan oral

    Berikan penggantian nasogastrik sesuai

output

    Dorong keluarga buat membantu pasien

makan

    Anjurkan minum minus lebih 7-8 gelas

belimbing perhari

    Kolaborasi dokter jika gejala cairan

berlebih muncul memburuk

    Atur kemungkinan transfusi

4. Ansietas

berhubungan dgn

hipertermi, efek

proses penyakit

Sesudah dikerjakan tindakan

keperawatan selama 2x24jam

ansietas klien/keluarga hilang

dgn kriteria hasil:

   Klien/keluarga bisa

mengidentifikasi hal-hal yg bisa

menaikkan & menurunkan suhu

tubuh

   Klien/keluarga mau

berpartisipasi dlm setiap tidakan

yg dikerjakan

   Klien/keluarga

mengungkapkan menurunnya

cemas yg berhubungan dgn

hipertermi, proses penyakit

     Kaji & identifikasi serta luruskan

informasi yg dimiliki klien/keluarga

mengenai hipertermi

     Berikan informasi pada klien/keluarga

yg akurat tentang penyebab hipertermi

     Validasi perasaan klien/keluarga &

yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan

mewujudkan/adalah respon yg normal

     Diskusikan dgn klien/keluarga rencana

tindakan yg dikerjakan berhubungan dgn

hipertermi & keadann penyakit

8.     Implementasi Keperawatan

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

Implementasi mewujudkan/adalah tindakan yg sesuai dgn yg sudah direncanakan mencakup

tindakan mandiri & kolaborasi. Tindakan mandiri ialah tindakan keperawatan berlandaskan

analisis & kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yg lain. Sedangkan

tindakan kolaborasi ialah tindakan keperawatan yg didasarkan karena hasil keputusan bersama

dgn dokter / petugas kesehatan lain.

9.     Evaluasi Keperawatan

Mewujudkan/adalah penilaian pertumbuhan ibu hasil implementasi keperawatan yg berpedoman

kepada hasil & tujuan yg hendak dicapai.

10.  Discharge Planning

a.      Ajarkan pada manusia tua mengenal gejala-gejala kekambuhan & laporkan dokter/perawat

b.     Instruksikan buat memberikan pengobatan sesuai dgn dosis & waktu

c.      Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh & intervensi

d.     Instruksikan buat control ulang

e.      Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Buat Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia & mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta, EGC.Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.http://khakarangga.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-dgn-febris.html diakses pada

Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITAhttp://putririzkadewi.blogspot.com/2011/11/febris-panas.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul :

20.00 WITAhttp://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-panas-febris.html diakses pada

Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITAJulia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Menangani Panas. Dlm

http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-panas.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA

NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berlandaskan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.edit this post

Tags: BBL, Diagnosa Keperawatan, Discharge Planning, EGC, Evaluasi Keperawatan, HCT, Intervensi Keperawatan, Julia Klaartje Kadang, Kriteria Hasil, Menurut Guyton, Menurut Suriadi, Obat-obatan Antipiretik, Rencana Asuhan Keperawatan, RR, Santa Luis Mosby Inc, Secara Fisik, Sjaifoellah Noer, Suhu Tubuh, Vital Sign Monitoring, Yogyakarta Me