laporan pendahuluan bronkopneumonia
DESCRIPTION
LPTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONIA
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Bronchopneumoia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkopneumonia adalah suatu
peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus (influenza), jamur
candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih
menyebar sifatnya dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu
sendiri yang membawa udara ke sel-sel yang sangat halus (alveoli) dari
paru-paru itu sendiri. (Suddarths and brunner 2001).
2. Etilogi
Secara umum bronchopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal
dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernapasan terdiri atas reflek, glotis danbatuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ dan sekresi
humeral setempat. Timbulnya bronchopneumonia diesebabkan oleh :
a. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus
pyogenis.
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti
pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.
3. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan
aspirasi makanan yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke
saluran nafas atas kemudian masuk ke saluran nafas bagian bawah dan
selanjutnya akan menginfeksi jaringan interstisial parenkim paru. Dengan
daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah infeksi pada traktus
respiratorius atau jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul
reaksi jaringan berupa edema alveolar dan pembentukan eksudat. Hal
tersebut akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
bronkioli, alveoli dan paru-paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan
sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas sehingga proses
pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus
menyebabkan terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang
disebut dengan hiperventilasi yang akan menyebabkan terjadi alkalosis
respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang
akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam
pertukaran gas yaitu membuang CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi
O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi dan akan
berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak
memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi tidak segera
ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis.
4. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas
cuping hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan
sesak, dimana tanda dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah
kerusakan pertukaran gas dan pola nafas tak efektif. Tanda dan gejala lain
yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan
menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama
makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung,
hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga
timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu
bisa juga terjadi demam dan berkeringat yang dapat menimbulkan
masalah risiko kekurangan volume cairan dan hipertermia. Batuk dan
pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi traktus respiratori
yang akan menimbulkan masalah bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah
risiko penularan infeksi juga dapat terjadi jika kuman sudah masuk ke
dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala dan
disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua sehingga keluarga
bertanya-tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah
kecemasan orangtua.
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. pemeriksaan darah
b. pemeriksaan sputum
c. analisa gas darah
d. kultur darah
e. sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontegenogram Thoraks
b. Laringoskopi/bronkoskopi
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
a. Pemberian antibiotik sesuai program
b. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang. Terjadi apabila penumpukan sekret akibat berkurangnya daya
kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan sekret ini akan
menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan
menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan
saluran udara yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan
apabila terjadi penyebaran virus hemofilus influenza melalui
hematogen ke sistem saraf sentral. Penyebaran juga bisa dimulai saat
terjadi infeksisaluranpernapasan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak
sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian
terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada
usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.
b. Keluhan Utama : sesak nafas
c. Riwayat Penyakit
1. Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis
(alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada
pneumonia bakteri.
2. Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam
beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk
mengalami kesulitan pernapasan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat
penyakit fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan
gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing (pada
Bronchopneumonia).
d. Pengkajian Fisik
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala:Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda:Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk, penampilan kaheksia (mal nutrisi).
4. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia,
atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
6. Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal,
pelebaran nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area
yang konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna
(pucat atau cyanosis bibir/kuku).
7. Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh
d. Intoleran aktivitas
e. Resiko kekurangan volume cairan
4. Rencana Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
napas (00031)
Domain 11 : Keamanan /
perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan atau mengeluarkan
secret (gangguan) dari daerah
pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan karateristik :
Tidak adanya batuk
Perubahan nilai nafas
Perubahan irama pernafasan
Dyspnea
Kelebihan dahak/sputum
Batuk yang tidak efektif
NOC :
Mengontrol pengambilan nafas
Keadaan pernafasan: jalan nafas
yang jelas
Setelah dilakukan intervensi selama 3x
24 jam diharapkan nyeri pasien dapat
teratasi atau berkurang.
Kriteria Hasil pasien akan :
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
Intervensi :
Manajemen Jalan Napas
1. Membuka jalan nafas dengan cara
dagu diangkat atau rahang
ditinggikan.
2. Memposisikan pasien agar
mendapatkan ventilasi yang
maksimal.
3. Mengidentifikasi pasien berdasarkan
penghirupan nafas yang potensial
pada jalan nafas.
4. Penghirupan nafas melalui mulut atau
nasopharing.
5. Memberikan terapi fisik pada dada.
6. Mengeluarkan sekret dengan cara
batuk atau penyedotan.
7. Mendorong pernapasan yang dalam,
Orthopnea
Kurang istirahat
a. Faktor yang berhubungan :
1. Lingkungan :
Penyimpanan secret
2. Penghalang Pada jalan Nafas;
Kelebihan mucus
Adanya benda asing di jalan
nafas
3. Fisiologi :
Infeksi
dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
lambat, bolak-balik, dan batuk.
8. Menginstruksikan bagaimana batuk
yang efektif.
9. Membantu rangsangan pada
spirometer.
10. Mendengarkan bunyi nafas, mancatat
daerah yang mangalami penurunan
atau ada tidaknya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan.
11. Melakukan penyedotan pada
endotrakea atau nasotrakea.
12. Memeriksa bronchodilators dengan
tepat.
13. Mengajarkan pasien bagaimana
penghirupan nafas yang tepat.
14. Memberikan perawatan ultrasonic.
15. Memberikan oksigen yang tepat.
16. Memberikan cairan yang teratur agar
memperoleh keseimbangan cairan
dalam tubuh.
17. Memposisikan pasien untuk
mengurangi dyspnea.
18. Memeriksa keadaan pernafasan dan
oksigen.
19. Kolaborasi pemberian terapi irigasi
atau Proetz displacement therapy
sebagai terapi tambahan
Penurunan Tingkat Kegelisahan
1. Penggunaan teknik penenangan
2. Hasil yang diharapkan dari sikap
pasien
3. Menjelaskan semua prosedur,
termasuk sensasi selama menjalani
prosedur
4. Mengartikan perspektif pasien
menghadapi situasi yang
menengangkan
5. Memberikan informasi yang factual
melalui diagnosa, intervensi, dan
ramalan
6. Menemani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi rasa takut
7. Mendorong pasien tinggal bersama
anaknya
8. Memberikan contoh symbol
ketidakamanan
9. Menggosok-gosok punggung atau
leher pasien
10. Mengurangi tindakan pasien yang
tidak kompetitif
11. Menjaga alat-alat keperawatan
12. Mendengarkan dengan baik
13. Memperkuat sikap
14. Menciptakan atmosfir untuk
membangun rasa percaya
15. Perawat dapat merasakan perasaan,
persepsi, dan rasa takut pasien
16. Mengidentifikasi perubahan tingkat
kecemasan pasien
17. Mengalihkan kegiatan untuk
mengurangi tekanan
18. Membantu pasien mengidentifikasi
situasi yang dapat menyebabkan
timbulnya kegelisahan
19. Menginstruksikan pasien dalam
penggunaan teknik relaksasi
20. Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan.
2. Gangguan pertukaran gas (00030)
Domain : 3 Eliminasi dan
Pertukaran
Kelas : 4 Fungsi Pernapasan
Definisi : Kelebihan atau defisit pada
oksigen dan atau eliminasi karbon
dioksida pada membran alveolar –
NOC :
Respiratory Status :Gasiexchage
vital sign status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam masalah gangguan
pertukaran ngas teratasi dengan hasil
- Mendoemonstrasikan
Airway Managemen
1. Buka jalan napas unakan tenknik
chin lift
2. posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. identifikasi pasien perlu adanya
pemasangan alat bantu napas
kapiler.
Batasan Karakteristik :
pH darah arteri abnormal
pH arteri abnormal
Pernapasan abnormal
warna kulit abnormal
konfusi
sianosis
penurunan karbon dioksida
diaforesis
dispnea
sakit kepala saat bangun
hiperapnia
hipoksia
gelisah
somnolen
Perubahan membran alveolar-
kapiler
ventilasi perfusi
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
- Memelihara kebersihan paru-
paru dan bebas dari tanda-tanda
distres
- Tanda – tanda vital dalam
rentang normal
- Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napasyang
bersih dan tidak ada sianosis.
buatan
4. lakukan fisioterapi jika perlu
5. keluarkan secret dengan batuk atau
suction
6. berikan bronjkodilator jika perlu
7. monitor respirasi dan status O2
8. monitorr rata-rata kedalaman irama
dan usaha repirasi
9. catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan penggunaan otot
tambahan
10. monitor suana napas
11. monitor pola napas
12. auskultasi sura paru-paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
13. Auskultasi suara napas, catat area
penurunan/ tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh (00002)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
Definisi :
Ketidakseimbangan nutrisi adalah
asupan nutrisi yang tidak mencukupi
kebutuhan metabolik.
Batasan Karateristik
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menolak makan
Persepesi ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
Diare atau steatore
Kekurangan makanan
Bising usus hiperaktif
Membran mukosa pucat
Tonus otot buruk
NOC
- Nutritional status: Adequacy of
nutrient.
- Nutritional Status : food and Fluid
Intake
- Weight Control
Nutritional Status : food and Fluid
Intake
- Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.
Weight Control
- Mengerti factor yang dapat
meningkatkan berat badan.
- Mengidentfifikasi tingkah laku
dibawah kontrol klien.
NIC
Nutritiont Management
1 Kaji makanan yang disukai oleh
klien
2. Kaji adanya alergi makanan
3. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
4. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
5. Pantau adanya mual atau muntah.
6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
8. Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan ahli
Kelemahan otot yang berfungsi
untuk menelan atau
mengunyah.
Faktor yang berhubungan :
1. Ketidakmampuan untuk
menelan atau mencerna
makanan atau menyerap
nurtien akibat faktor biologi :
- Penyakit kronis
- Kesulitan mengunyah atau
menelan
- Intoleransi makanan
- hilang nafsu makan
- Mual/muntah
- Memodifikasi diet dalam waktu
yang lama untuk mengontrol
berat badan
- Penurunan berat badan 1-2
pounds/mgg
- Menggunakan energy untuk
aktivitas sehari hari
Setela dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria hasil / NOC :
Laporkan nutrisi adekuat
Masukan makanan dan cairan
adekuat
Energi adekuat
Massa tubuh normal
Ukuran biokimia normal
Dengan skala :
1 = Sangat kompromi
gizi)
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
diet yang tepat bagi anak dengan
sindrom nefrotik.
Health Education
1. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
2. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin
C
3. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
4. Anjurkan klien untuk makan
sedikit namun sering.
5. Anjurkan keluarga untuk tidak
membolehkan anak makan-
makanan yang banyak
mengandung garam.
Weight Management
2 = Cukup kompromi
3 = Sedang kompromi
4 = Sedikit kompromi
5 = Tidak kompromi
1. Diskusikan bersama pasien
mengenai hubungan antara intake
makanan, latihan, peningkatan BB
dan penurunan BB.
2. Diskusikan bersama pasien
mengani kondisi medis yang dapat
mempengaruhi BB
3. Diskusikan bersama pasien
mengenai kebiasaan, gaya hidup
dan factor herediter yang dapat
mempengaruhi BB
4. Diskusikan bersama pasien
mengenai risiko yang berhubungan
dengan BB berlebih dan penurunan
BB
5. Perkirakan BB badan ideal pasien
Health Education
1. Dorong pasien untuk merubah
kebiasaan makan
Weight reduction Assistance
1 Fasilitasi keinginan pasien untuk
menurunkan BB
2 Perkirakan bersama pasien
mengenai penurunan BB
3 Tentukan tujuan penurunan BB
4 Beri pujian/reward saat pasien
berhasil mencapai tujuan
Health Education
1. Ajarkan pemilihan makanan
4. Intoleran Aktifitas (00092)
Domain 4: Aktivitas / istiraht
Kelas 4: Respon kardiovaskular/
pulmonal
Definisi:
Ketidakcukupan energu secara
fisiologis
maupun psikologis untuk meneruskan
NOC :
Toleransi Aktifitas
Penghematan Energi
Perawatan Diri (AKS)
Setalah dilakukan tindakan
Keperawatan 2x24 jam diharapkan
pasien mampu mentoleransi aktivitas,
NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya factor yang menyebabkan
kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
atau
menyelesaikan aktifitas yang diminta
atau aktifitas
sehari hari.
Batasan karakteristik :
a. melaporkan secara verbal adanya
kelelahan
atau kelemahan.
b. Respon abnormal dari tekanan
darah atau nadi terhadap aktifitas
d. Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
Faktor factor yang berhubungan :
Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan.
dengan kriteria hasil
Kriteria Hasil :
Pasien mampu mentoleransi
aktivitas yang biasa dilakukan,
yang dibuktuikan dengan toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan
energi.
Pasien mampu mengidentifikasi
adanya keterbatasan energi.
Pasien mampu menyeimbangkan
aktivitas dan istirahat.
Pasien Dapat mengatur pembatasan
penggunaan enegri saat
beraktivitas.
Mampu melakukan aktivitas sehari
hari (ADLs) secara mandiri
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
6. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
7. Kolaborasikan pemberian pengobatan
nyeri sebelum aktivitas.
Activity Therapy
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
4. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
5. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
6. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
7. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
8. Monitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual
9. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
Bantuan Perawatan Diri
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk
berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS.
2. Eavaluasimotivasi dan keinginan pasien
untuk meningkatkan aktivitas.
3. Bantu pasien untuk mengubah posisi
secara berkala, bersandar, duduk,
berdiri, dan ambulasi sesuai toleransi.
4. Rencanakan aktivitas bersama pasien
dan keluarga yang meningkatakan
kemandirian dan ketahanan.
5. Ajarkan pada pasien dan orang terdekat
tenntang tehnik perawatan – diri yang
akan meminimalkan konsumsi oksigen
5. Resiko kekurangan volume cairan
(00028)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
Definisi
Resiko kekurangan Volume Cairan
Adalah Kondisi Individu yang
beresiko mengalami dehidrasi
Vaskular, selular, Intraselular
NOC
1. Keseimbangan Elektrolit dan asam
basa
2. Keseimbangan cairan
3. Hidrasi
4. Status nutrisi.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Manajemen elektrolit
1 Pantau hasil labolatorium yang relevan
dengan keseimbangan cairan (misal;
kadar hematokrit, BUN, albumin,
protein total, osmolalitas serum, dan
berat jenis urine)
2 Laporkan abnormalitas elektrolit
Manajemen cairan
Faktor resiko
Penyimpangan yang mempengaruhi
akses untuk pemasukan atau
absorpsi cairan.
Kehilangan yang berlebihan melalui
rute normal ( Mis; Diare).
Usia ekstrime (Bayi Baru Lahir
Atau Lansia)
Berat badan ekstrime ( Kurang atau
Berlebih)
Faktor yang mempengaruhi
Kebutuhan Cairan (Mis; Status
Hipermetabolik)
Defisiensi Pengetahuan (Yang
berhubungan Dengan Volume
Cairan).
Kehilangan Cairan Melalui Rute
yang tidak normal (Mis; Slang
selama ...x24 jumlah cairan yang masuk
dan keluar seimbang, yang dapat
dibuktikan dengan indikator ;
Keseimbangan elektrolit dan asam
basa
Pasien memiliki konsentrasi urine
yang normal
Pasien memilki hemoglobin dan
hematokrit dalam batas normal
Keseimbangan cairan
Pasien memiliki asupan cairan oral
dan/atau intravena yang adekuat
Hidrasi
Pasien tidak mengalami haus yang
tidak normal
Pasien dapat menampilkan hidrasi
yang normal (membran mukosa
lembab dan mampu berkeringat)
Status nutrisi ; asupan makanan dan
1. Pantau Status Hidrasi (Mis;
Kelembapan Membran Mukosa, Ke
adekuatan Nadi, Dan Tekanan Darah
Ortostatik)
2. Pertahankan keakuratan catatan asupan
dan haluaran.
3. Pastikan bahwa pasien terhidrasi
dengan baik sebelum pembedahan
4. Berikan terapi IV, Sesuai Program
5. Tingkatkan asupan oral jika perlu.
6. Berikan cairan sesuai keperluan
7. Pasang kateter jika perlu.
8. Tentukan jumlah cairan yang masuk
dalam 24 jam, hitung asupan yang di
perlukan sepanjang sif siang, sore dan
malam.
Pemantauan cairan
9. Pantau Warna, Jumlah, Dan Frekuensi
kehilangan cairan.
Kateter Menetap)
Obat (diuretik)
cairan
1. Pasien memiliki asupan dan
haluaran yang seimbang dalam 24
jam
10. Cek arahan lanjut klien untuk
menentukan apakah penggantian cairan
pada pasien sakit terminal tetap
dilakukan
Manajemen cairan/elektrolit
11. Kaji adanya vertigo atau hipotensi
postural
12. Identifikasi faktor terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misal; obat-
obatan, demam, stres, dan program
pengobatan
13. Observasi khususnya terhadap
kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(misal ; diare, drainase luka, diaforesis)
Manajemen hipovolemia
14. Atur ketersedian produk darah untuk
transfusi, bila di perlukan.
15. Pantau perdarahan ( Mis; Periksa
Seluruh sekret Dari adanya darah nyat
atau darah samar)
Manajemen syok
16. Ubah Posisi pasien Trendelenburg
Atau tinggikan tungkai pasien bila
hipotensi, kecuali di kontra indikasikan
HE
17. Anjurkan pasien untuk
menginformasika perawat bila haus
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta : Mediakction
Herdman, Heather. 2013. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC
Wilkinson dan Ahern. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Terjemahan Oleh Esty Wahyuningsih. 2012. Jakarta : EGC
Anonim. Askep Bronchopneumonia (http://Nisa_anagh_ bronchopneumonia. com.html) diakses tanggal 03 November 2015 (pukul 20.00 wita)