laporan pemicu 2

69
Laporan Pemicu 2 Klarifikasi dan Definisi 1. Diare : Pengeluaran bahan fases cair atau setengah padat da frekuensi dalam frekuensi yang sering dari normal. 2. Muntah : Keluarnya isi lambung sampai kemulut dengan kekuatan atau p Keywords 1. Pemukiman padat dipinggir kali ciliwung. 2. Banjir akibat tersumbat sampah. 3. Anak laki-laki berusia 4 tahun. 4. Diare 4 hari terakhir. 5. Tidak sadar, bibirnya pucat dan kering serta kulitnya dingin. 6. Bernapas lemah dan cepat. Rumusan Masalah Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun mengalami diare dan dalam 4 hari terakhir, keesokan paginya tidak sadar, bibir kering dan puc dingin. Anak tersebut masih bernapas lemah dan cepat. Analisis Masalah Anak laki-laki berusia 4 tahun Tinggal dipemukiman padat di pinggiran kaki ciliwung dan terendam banjir 4 hari terakhir diare dan muntah Bibir kering dan pucat, kulit dingin Keadaan tidak sadar Bernapas lemah dan cepat Dehidrasi Syok hipovolemik Pertolongan pertama Penatalaksaan lanjutan

Upload: abdullah-khalik

Post on 21-Jul-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Pemicu 2 Klarifikasi dan Definisi 1. Diare : Pengeluaran bahan fases cair atau setengah padat dari usus dalam frekuensi dalam frekuensi yang sering dari normal. 2. Muntah : Keluarnya isi lambung sampai kemulut dengan kekuatan atau paksaan. Keywords 1. Pemukiman padat dipinggir kali ciliwung. 2. Banjir akibat tersumbat sampah. 3. Anak laki-laki berusia 4 tahun. 4. Diare 4 hari terakhir. 5. Tidak sadar, bibirnya pucat dan kering serta kulitnya dingin. 6. Bernapas lemah dan cepat. Rumusan Masalah Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun mengalami diare dan muntah-muntah dalam 4 hari terakhir, keesokan paginya tidak sadar, bibir kering dan pucat serta kulitnya dingin. Anak tersebut masih bernapas lemah dan cepat. Analisis MasalahAnak laki-laki berusia 4 tahun

Tinggal dipemukiman padat di pinggiran kaki ciliwung dan terendam banjir

4 hari terakhir diare dan muntah

Keadaan tidak sadar

Bibir kering dan pucat, kulit dingin

Bernapas lemah dan cepat

Dehidrasi Syok hipovolemik

Pertolongan pertama

Penatalaksaan lanjutan

Hipotesis Anak Tersebut mengalami dehidrasi yang berlanjut pada syok hipovolemik dan diperlukan penanganan kegawatdaruratan berupa menyelimuti anak tersebut dengan selimut untuk menjaga suhu tubuhnya sambil membawa sianak ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan utama. Learning Issues 1. Fisiologi cairan tubuh. 2. Kondisi pinggiran kali Ciliwung 3. Diare a. Definisi b. Etiologi c. Factor resiko d. Klasifikasi e. Gejala f. Pencegahan g. Penanganan pertama h. Penatalaksanaan lanjutan i. Komplikasi j. Mekanisme diare 4. Muntah a. Etiologi b. Mekanisme c. Penatalaksanaan 5. Dehidrasi a. Definisi b. Klasifikasi c. Penanganan d. Gejala e. Etiologi f. Komplikasi 6. Syok a. Definisi b. Klasifikasi 7. Syok hipovolemik a. Etiologi b. Gejala c. Penanganan pertama d. Penanganan lanjutan e. Klasifikasi f. Komplikasi 8. Hubungan diare dan muntah dengan dehidrasi

1. Fisiologi Cairan Tubuh KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Proportion Of Body Fluid

Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain : a.Umur b.Kondisi lemak tubuh c. Jenis kelamin

Perhatikan Uraian berikut ini : 1. Bayi (baru lahir) 2. Dewasa : a.Pria (20-40 tahun) b.Wanita (20-40 tahun) 3. Usia Lanjut = 60 % = 50 % = 45-50 % =75 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

Kandungan pada Elektrolit Ekstraseluler dan Intraseluler serta Plasma Interstitial 1. Kation :

Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0 Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq

2. Anion : Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

a. Kation : Sodium (Na+) : - Kation berlebih di ruang ekstraseluler - Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler - Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus - Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan - Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang. Potassium (K+) : - Kation berlebih di ruang intraseluler - Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel - Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves. - Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis. Calcium (Ca++) : - Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat - Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle

- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan trombin - Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion : Chloride (Cl-) : - Kadar berlebih di ruang ekstrasel - Membantu proses keseimbangan natrium - Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster - Sumber : garam dapur Bicarbonat (HCO3 -) : Bagian dari bicarbonat buffer sistem - Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) : - Bagian dari fosfat buffer system - Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel - Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang - Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

1.4 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu : a.Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b.Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c.Fase III : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.

Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara : Diffusi Filtrasi Osmosis Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu : Permebelitas membran kapiler dan sel Konsenterasi Potensial listrik Perbedaan tekanan. Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

Regulating Body Fluid Volumes Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan : Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam). 1. 3 hari 3,0 250-300 2 1 tahun 9,5 1150-1300

3. 2 tahun 11,8 1350-1500 4. 6 tahun 20,0 1800-2000 5. 10 tahun 28,7 2000-2500 6. 14 tahun 45,0 2200-2700 7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b.Output Cairan : Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a.Urine : Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) : IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c.Keringat : Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

d.Feces : Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

FungsiCairanTubuh Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah & konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu 370 C. Fungsi cairan tubuh antara lain : a. Mengatur suhu tubuh Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik. b. Melancarkan peredaran darah jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.

c. Membuang racun dan sisa makananan Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalu ikeringat, air seni, dan pernafasan. d. Kulit Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh. e. Pencernaan Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim kesel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja system pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar. f. Pernafasan Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen kesel tubuh dan memompa karbon dioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas kekaca, maka akan terliha tcairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca. g. Sendi dan otot Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selam aberaktivitas untuk meminimalisi rresiko kejang otot dan kelelahan. h. Pemulihan penyakit Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

a.Umur : Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anakanak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.

Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim : Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c.Diet : Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress : Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit : Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : - Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. - Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh - Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan : Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

h.Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah : Volume Osmolalitas Komposisi Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF) Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia. - airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL). - Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%. - Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %. Kelebihan Volume ECF : Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini : Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L. Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.

Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal. Sumber : Price Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson. Pathofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit Edisi keenam.2006. Jakarta:EGC. http://ilmubedah.info/cairan-tubuh-fisiologi-cairan-tubuh-20110219.html Cheng, Y.L. and Yu, A.W. 2003.Water-Electrolyte Balance. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2ndEdition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2. Kondisi pinggiran kali Ciliwung (mul belum kasi bahan)

3. Diare 1. Definisi Ada beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu : a. Menurut Ngastiyah (1997) dalam Nursalam 2005 diare adalah keadaanfrekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau ataudapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. b. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain menggunakan kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Menurut WHO (1999) c. Secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadicair) dengan atau tanpa darah.Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten d. nmenurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembe ksampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. e. American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat

disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.

2. Etiologi Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor: a. Faktor Infeksi Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yangmerupakan penyebab utama diare pada anak, antara lain: a) Infeksi bakteri: vibrio, E-coli, salmonella, shigella,campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya. b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, coxsackie,poliomyelitis) adenovirus, rota virus, astovirus, dan lain- lain. c) Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloider)protozoa (entamoba hisfolytica, giardia lamblia, trichomonashominis), jamur (candida albicans). Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makananseperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis, broncopenemonia, encefalitis dan sebagainya. b. Faktor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dansukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa,malabsorbsi lemak, dan malabsobrsi protein. c. Faktor makanan: makanan basi, racun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas e. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan f. Obat-obatan; antibiotic g. Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis 1. Obstruksi usus Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih

Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare. Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare. Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi. Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot. Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.

3. Faktor Resiko

a. Faktor Anak 1) Usia Diare banyak menyerang anak pada usia 6-24 bulan, pada usiatersebut bayi mulai mendapat makanan tambahan sehinggamemungkinkan kontaminasi lebih besar. 2) Status gizi Interaksi diare dengan status gizi kurang merupakan lingkaransetan. Diare menyebabkan kurang gizi, dan gizi kurangmemperberat diare. 3) Imunitas Rendahnya daya tahan tubuh akan mempermudah terjadinyainfeksi. Infeksi di saluran pencernaan menyebabkan timbulnyadiare. b. Faktor Ibu 1) Status sosial ekonomi Kebanyakan anak penderita diare adalah berasal dari statussosial ekonomi yang rendah. Dengan kondisi rumah yang buruk,dan tidak punya persediaan air bersih yang memadai. 2) Pendidikan ibu Faktor pendidikan berkaitan dengan pengetahuan, sikap, danperilaku ibu terhadap masalah kesehatan. Misalnya kebiasaanibu yang tidak mencuci tangan sebelum mmenyiapkan makanan,setelah buang air besar, atau membuang kotoran, dsb. 3) Status pekerjaan ibu Kesehatan anak dipengaruhi oleh pola pengasuhan danperawatan anak pada ibu yang bekarja maupun ibu yang tidakbekerja. Hal ini berkaitan dengan pola pemberian ASI. Ibu yangbekerja biasanya melakukan penyapihan lebih dini. Sedangkanbayi yang mendapatkan kecukupan ASI memiliki

angkakejadian diare lebih kecil. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan danperorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol susu dandot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolahmakanan. Salah satu faktor risiko

yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. d. Faktor Iklim Di daerah yang beriklim sedang, diare karena bakteri cenderung lebihsering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virusmemuncak pada musim dingin. Di daerah tropis diare karenarotavirus cenderung terjadi sepanjang tahun, sedangkan diare olehbakteri cenderung memuncak pada musim hujan. e. Faktor Kependudukan Insiden diare lebih tinggi pada penduduk di daerah pemukiman yangpadat dan kumuh.(Sugianto, 2002) f. Umur Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan. g. Jeniskelamin Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi. h. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi

rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

Keadaan Risiko dan Kelompok Risiko Tinggi yang Mungkin Mengalami Diare Infeksi: 1. Baru saja berpergian ke daerah tropis, orang yang sering berkemah (dasar berair). 2. Makanan atau keadaan makanan yang tidak biasa : makanan laut dan shell fish, terutama yang mentah, restoran dan rumah makan cepat saji (fast food), banketdan piknik. 3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks (Gay Bowel syndrome), sindrom defisiensi kekebalan didpat (Acquired Immune Deficiency syndrome) 4. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: institusi

kejiwaan/mental, rumah0rumah perawatan, rumah sakit.

4. Klasifikasi 1. Menurut pedoman dari laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak,Universitas Airlangga (1994), diare dapat dikelompokkan menjadi (Lama waktu diare) : a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung palinglama 3-5 hari. b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari. c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari(Nursalam, 2005). 2. Mekanisme Patofisiologis a. Diare Osmotik Disebabkab karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik. Diare Osmotik aka mereda dalam keadaan puasa. b. Diare Sekretorik Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunya absorbsi. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa.

3. Berat ringannya diare a. Diare Kecil b. Diare Besar 4. Penyebab infeksi atau tidak a. Diare Infektif Adalah diare yang penyebabnya infeksi. b. Diare non-infektif Adalah diare yang penyebabnya bukan infeksi. 5. Penyebab infeksi atau tidak c. Diare Infektif Adalah diare yang penyebabnya infeksi. d. Diare non-infektif Adalah diare yang penyebabnya bukan infeksi.

5. Gejala Menurut Suharyono (1999) adalah : a. Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. c. Anus dan daerah sekitar anus timbul lecet karena sering defikasi. d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, makagejala dehidrasi mulai tampak. f. Diuresis : terjadi oliguria (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadidehidrasi. Urin normal pada diare tanpa dehidrasi. Urin sedikit gelappada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam waktu 6 jam(dehidrasi berat). Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita diare jatuh dalam dehidrasi adalah: Mulut kering Mata cekung Ubun-ubun bayi menyusut

Turgor kulit berkurang Sedikit buang air kecil atau tidak sama sekali dalam 6 jam Anak menangis tanpa mengeluarkan air mata Kesadaran menurun

(Sugianto, 2002) Manifestasi kilinis a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer. a. Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari. b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering c. Keram abdominal d. Demam e. Mual dan muntah. a. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. f. Anorexia g. Lemah h. Pucat i. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine k. Badan lesu atau lemah l. Tidak nafsu makan m. Kadang terdapat darah dan lendir dalam kotoran Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.

Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

6. Pencegahan Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara: 1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan; 2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi; 3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain); 4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.

Penyiapan makanan yang higienis Penyediaan air minum yang bersih Menggunakan air bersih dan santasi yang baik Memasak makanan dan air minum hingga matang Kebersihan perorangan Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat Tidak mengkonsumsi makanan yang basi Pemberian ASI eksklusif Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet) Tempat buang sampah yang memadai

Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus. Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth Bishop (Australia) tahun 1973. Di Indonesia rotavirus ditemukan pada 1976. Rotavirus kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya lewat oral tapi juga melalui saluran pernafasan. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut). Sayangnya di Indonesia, vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena rotavirus generasi awal itu strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2, G3, dan G4, maka vaksin yang sudah ada di negara lain bisa digunakan. Tahun 2005, strain rotavirus di Indonesia berubah menjadi G9. Jenis ini jarang meski sempat ditemukan di India. Saat ini Amerika, hampir di semua negara Eropa, Cina, India, Bangladesh dan Filipina, sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan di Filipina dan Amerika vaksinasi rotavirus termasuk diwajibkan. Sementara itu di Indonesia, vaksinasi rotavirus belum ada. Rotavirus diberikan 23 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal Rp 300 ribu-500 ribu satu kali vaksin. Jika digunakan massal, bisa lebih murah sebagaimana hepatitis B. Saat ini vaksin rotavirus buatan Merck dan GSK sudah masuk proses izin di BPOM. Apabila disetujui Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), selanjutnya menyiapkan delapan rumah sakit (enam rumah sakit pendidikan, RSUD Kodya Yogyakarta dan RSUD Purworejo) untuk post marketing surveillens vaksin rotavirus. Vaksin diharap bisa mengurangi diare akibat rotavirus. Kemudian saat ini dikenal 4 F, yaitu diare ditularkan melalui FOOD, FECES, FLY and FINGER. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah : Penyiapan makanan yang higienis Penyediaan air minum yang bersih Kebersihan perorangan Cuci tangan sebelum makan Pemberian ASI ekslusif Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)

Tempat buang sampah yang memadai Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan Lingkungan hidup yang sehat

(Gloria Mayer, 2008)

7. Penanganan Pertama Jika anak terkena diare harus segera ditangani untuk mencegah penderita mengalami dehidrasi. Berikut ini adalah terapi atau tindakan pertolongan pertama yang bisa dilakukan oleh orang tua di rumah kepada anak penderita diare tanpa dehidrasi. 1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang.

Sesuaikan jumlah pemberian larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan di bawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan yang cair).

Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti di bawah.

Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi

Teruskan pemberian ASI Bila anak sudah tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu.

Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat :o

Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan, tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.

o

Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambahkan kalium.

o

Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik.

o o

Bujuk anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila kondisi anak tidak membaik dalam 3 hari, atau bila si anak menderita sebagai berikut:

Buang air besar cair lebih sering Muntah berulang-ulang Rasa haus yang nyata Makan atau minum sedikit Demam Tinja berdarah

Jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar : Jumlah diberikan < 1 Tahun 1-4 oralit yang

Umur

Jumlah oralit yang disediakan

50 -100 ml 100 200 400 ml /hari (2 bungkus) 600 800 ml/hari(3ml 4 bungkus) 800 1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Tahun Tahun

>

5

200 300 ml

Dewasa

300 400 ml

1200 -2800 ml / hari

Cara memberikan oralit :

Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.

Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih lama (misalnya sesendok tiap 2-3 menit.

Bila diare berlanjut setelah oralit habis, untuk sementara bisa digunakan cairan lain (seperti sup, air tajin atau air matang) dan segera hubungi petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit. pada penderita adalah sebagai berikut: Umur Di bawah 1 tahun Jumlah Cairan 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret Di bawah 5 tahun (anak balita) 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret Anak diatas 5 tahun 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret Anak diatas 12 tahun dan 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas dewasa setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)

a) Cara membuat dan memberikan oralit di rumah: 1 bungkus oralit masukan ke dalam 200 ml (1 gelas) airmatang. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok apabilamuntah tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi. Berikan setiap habis buang air besar a) Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin: Larutan Garam-Gula : bahan terdiri dari 1 sendok tehgula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1gelas (200 ml) air matang. Setelah diaduk rata padasebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang siapdigunakan. Larutan Garam-Tajin : bahan terdiri dari 6 (enam)sendok makan munjung (100 gram) tepung beras, 1(satu) sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua) liter air.Setelah dimasak hingga mendidih akan

diperoleh larutangaram-tajin yang siap digunakan.(Ronald H. Sitorus, 2008) Penanganan Pertama pada Anak Diare di rumah Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum sebanyak 10 ml per kilogram berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran saat ini seperti oralit 200 ml, oralit I liter, Oralit-200 dan Pharolit-200 dan juga larutan oralit siap minum seperti Pedialyte dan Renalyte. Bila tidak tersedia, dapat pula digunakan larutan yang dapat dibuat di rumah seperti larutan garam-gula atau larutan garam-tajin (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin Larutan Garam-Gula Larutan Garam-Tajin

Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan seperempat sendok teh garam dapur dan 1 munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu) gelas (200 ml) air matang. sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua)

Setelah diaduk rata pada sebuah gelas liter air. Setelah dimasak hingga mendidih diperoleh larutan garam-gula yang siap akan diperoleh larutan garam-tajin yang digunakan. siap digunakan.

Bila telah terjadi dehidrasi, minumkanlah oralit 50-100 ml (tergantung berat ringannya dehidrasi) per kilogram berat badan dalam 3 jam untuk mengobati dehidrasi dan bila masih mencret oralit terus diberikan seperti di atas, yaitu 10 ml per kilogram berat badan setiap mencret. Bagaimana mengetahui keadaan anak membaik dan tidak perlu dibawa ke dokter? Tentu saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang disebutkan di atas. Kesadaran anak membaik, rasa hausnya akan menghilang, mulut dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya membaik. Anak dirujuk ke puskesmas atau dokter bila:

Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat

Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil

Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).

Jika anak terkena diare harus segera ditangani untuk mencegah penderita mengalami dehidrasi. Berikut ini adalah terapi atau tindakan pertolongan pertama yang bisa dilakukan oleh orang tua di rumah kepada anak penderita diare tanpa dehidrasi.

1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang.

Sesuaikan jumlah pemberian larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan di bawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan yang cair).

Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti di bawah.

Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi

Teruskan pemberian ASI Bila anak sudah tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu.

Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat :o

Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan, tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.

o o

Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambahkan kalium. Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik.

o

Bujuk anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.

o

Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila kondisi anak tidak membaik dalam 3 hari, atau bila si anak menderita sebagai berikut :

Buang air besar cair lebih sering Muntah berulang-ulang Rasa haus yang nyata Makan atau minum sedikit Demam Tinja berdarah

JIKA AKAN DIBERI LARUTAN ORALIT DI RUMAH, TUNJUKKAN KEPADA IBU JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN SETIAP HABIS BUANG AIR BESAR DAN DIBERIKAN ORALIT YANG CUKUP UNTUK 2 HARI UMUR JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN TIAP B.A.B < 1 Tahun 1-4 Tahun 50 100 ml 100 200 ml 200 300 ml 300 400 ml Sumber: depkes.go.id JUMLAH ORALIT YANG DISEDIAKAN DIRUMAH 400 ml /hari ( 2 bungkus) 600 800 ml/ hari ( 3-4 bungkus) > 5 Tahun 800 1000 ml/hari ( 4-5 bungkus) Dewasa

1200 2800 ml / hari

8. Penatalaksanaan Lanjutan Pengobatan Diare Diare merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan penyebabnya, misalnya permen karet diet atau obat-obatan tertentu, untuk menghentikan diare.Kadang-kadang diare menahun akan sembuh jika orang berhenti minum kopi atau minuman cola yang mengandung cafein.

Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu meringankan diare Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif. Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam.

Tindakan yang dapat dilakukan sebagai terapi 1. PEMBERIAN CAIRAN Pemberian cairan merupakan tindakan awal yang dapat dilakukan. Sebaiknya diberikan cairan yang mengandung elektrolit atau yang dikenal sebagai Oralit. Kecepatan pemberian cairan terutama pada 6 jam pertama berguna untuk mengatasi cairan yang keluar dan mencegah terjadinya dehidrasi ( kekurangan cairan). Pemberian cairan dihentikan bila jumlah diare dalam 6 jam terakhir kurang dari 200 cc dan tanda-tanda dehidrasi sudah hilang.

2. PEMBERIAN MAKANAN Selama pemberian cairan, makanan cair seperti bubur cair, kaldu, atau bubur saring boleh diberikan, tetapi sayur (serat) dapat diberikan apabila keadaan akut sudah teratasi dan pemberian serat dapat diberikan secara bertahap sampai dengan pemberian makanan biasa.

3. PEMBERIAN OBAT Bila gastroenteritis disebabkan oleh infeksi atau investasi parasit, maka diperlukan pemberian obat, segera ke puskesmas, ke dokter, atau ke Rumah Sakit untuk pengobatan dan penanganan selanjutnya. Penatalaksanaan Terapeutik 1. Penanganan fokus pada penyebab

2. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi parenteral 3. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI

9. Komplikasi Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. serius dapat berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver. A. Dehidrasi Diare berat yang disertai nausea dan muntah sehingga asupan oral berkurang dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada anak dan lanjut usia. Dehidrasi Komplikasi yang lebih

bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik . Hal ini disebabkan oleh tubuh yang senantiasa menjaga homeostasis. Rasa haus dan pengeluaran urin yang sedikit saat tubuh kekurangan cairan bertujuan mengatur osmolaritas cairan ekstraseluler. Fisiologi haus dan kontrol pengeluaran air di urin4 Haus adalah perasaan subyektif yang mendorong seseorang untuk minum. Defisit H2O bebas dan kelebihan H2O bebas menstimulasi osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat dengan sel penghasil vasopressin dan rasa haus. Osmoreseptor memantau osmolaritas cairan tubuh dan ketika osmolaritas meningkat (penurunan kadar H2O) terjadi perangsangan sekresi vasopressin. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal sehingga reabsorbsi meningkat. Pada akhirnya, volume urin yang dikeluarkan menurun. Dehidrasi yaitu suatu keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Menurut keadaan klinisnya, dehidrasi dibagi menjadi: 1.Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox cholerica), pasien tidak syok. Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi ringan ditandai dengan penurunan cairan 5% dari total berat badan tanpa ada keluhan mencolok selain anak terlihat lesu, haus, dan agak rewel.

2.Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien dalam keadaan presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam. Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi berat ditandai dengan penurunan cairan 5%-10% dari total BB dengan tanda berupa gelisah, cengeng , kehausan, mata cekung, dan kulit keriput. 3.Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda sama dengan dehidrasi sedang disertai dengan kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, dan sianosis. Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi berat ditandai dengan penurunan cairan tubuh >10% dari total berat badan dengan tanda berupa berak cair terusmenerus, muntah terus-menerus, kesadaran menurun, sangat lemas, terus mengantuk, tidak bisa minum, tidak mau makan, mata cekung, bibir kering dan biru. Selain itu, terdapat pula tanda berupa cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik, tidak kencing selama 6 jam atau lebih (frekuensi berkurang), dan terkadang disertai panas tinggi dan kejang. Panduan IMCI (Integrated Management of Childhood Illness) dari WHO, dehidrasi dinilai melalui: 1) Kesadaran; lakukan penilaian mengenai keadaan anak, letargi atau tidak sadar. Tidak hanya itu, kita bisa menilai apakah anak tampak lelah atau rewel. Kelelahan muncul akibat rasa haus yang meningkat. 2)Ada tidaknya mata yang cekung; penilaian secara subyektif dan obyektif. 3)Kemauan anak untuk minum 4)Mencubit kulit (skin pinch); cubitan secara longitudinal pada pinggir lateral dari abdomen dan umbilicus.

B. HipokalemiHipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah. Sejumlah besar kalium hilang dari urin, mengakibatkan konsentrasi kalium serum rendah, sedangkan konsentrasi

bikarbonat serum tinggi. Hipokalemia berat dapat mengakibatkan kelemahan otot rangka, penurunan peristaltik, ileus, dan ketidakmampuan ginjal mengkonsentrasi urin. Penyebab

Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan (karena diare, muntah, penggunaan obat pencahar dalam waktu yang lama atau polip usus besar). Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari. Kalium bisa hilang lewat air kemih karena beberapa alasan. Yang paling sering adalah akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal membuang natrium, air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan. Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon kostikosteroid termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium dalam jumlah besar. Ginjal juga mengeluarkan kalium dalam jumlah yang banyak pada orang-orang yang mengkonsumsi sejumlah besar kayu manis atau mengunyah tembakau tertentu. Penderita sindroma Liddle, sindroma Bartter dan sindroma Fanconi terlahir dengan penyakit ginjal bawaan dimana mekanisme ginjal untuk menahan kalium terganggu. Obat-obatan tertentu seperti insulin dan obat-obatan asma (albuterol, terbutalin dan teofilin), meningkatkan perpindahan kalium ke dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia. Tetapi pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia.C. Hipokalsemi

Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dL darah.

D. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan hipokalsemi Merupakan istilah untuk salah satu dari kelompok besar dan heterogen kondisi di mana ada yang abnormal pada aktivitas listrik di jantung. Detak jantung mungkin terlalu cepat atau terlalu lambat, dan mungkin teratur atau tidak teratur.

E. Hiponatremi

Hiponatremia (kadar natium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah.

F. Syok hipovolemik Hipovolemia adalah keadaan berkurangnya volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup. Kehilangan cairan pada syok hipovolemik bisa disebabkan oleh terbakar, diare, muntah-muntah, dan kekurangan asupan makan. Untuk mempertahankan perfusi jantung dan otak, maka terjadi peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stress serta ekspansi besar untuk pengisian kembali cairan interstitial dan ekstraseluler, serta penurunan volume urin. Gejala klinis syok hipovolemik Ringan (40% volume darah) ditambah

Ekstremitas dingin, waktu Sama dengan yang ringan, Sama, pengisian kapiler meningkat, ditambah diaphoresis, kolaps,cemas vena takipnea, takikardia, ketidakstabilan oliguria, dan hemodinamik, bergejala

takikardia dan

hipotensi ortostatik

hipotensi,

perubahan kesadaran

G. Asidosis

Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini. (Siregar P et. al, 2001) H.Feses Berdarah

Feses yang disertai darah dapat disebabkan oleh Entamoeba hystolytica. Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, diduga trofoit menginvasi dinding usus dengan mengeluarkan enzim proteolitik. Pelepasan bahan toksik menyebabkan reaksi inflamasi yang merusak mukosa. Bila berlanjut maka akan timbul ulkus hingga lapisan submukosa atau lapisan muskularis. Pada pemeriksaan tinja pasien ditemukan darah yang menandakan bahwa protozoa ini memfagosit eritrosit (eritrofagositosis). Selain protozoa, feses berdarah juga disebabkan oleh bakteri genus Shigella. Empat spesies Shigella adalah S.dysenteriae, S.flexnerii, S.bodii, dan S.sonnei menyebabkan disentri yaitu tinja cair yag mengandung PMN dan darah. Kuman ini mendiami kolon dengan cara menginvasi lalu bereplikasi di dalamnya. Lesi awal terjadi di lapisan epitel dan menyebabkan inflamasi lokal yang cukup berat (PMN+makrofag) yang berujung pada edema, mikroabses, hilangnya sel goblet, kerusakan strukstur jaringan, dan ulserasi mukosa. Kedua patogen di atas dapat pla menyebabkan komplikasi ekstraintestinal dan intestinal:

Nama Patogen Entamoeba histolityca

Intraintestinal

Ekstraintestinal

Perdarahan kolon, perforasi, Abses hati, amebiasis kulit, peritonitis, ameboma, amebiasis pleuropulmonal,

intusepsi, dan striktur.

abses otak, limpa, atau organ lain.

Shigella flexnerii

Megakolon toksik, perforasi Batuk,

pilek,

pneumonia, kejang,

intestinal, dehidrasi renjatan meningismus,

hipovolemik, dan malnutrisi. neuropati perifer, dan lainlain.

I. Demam Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bekteri tersebut mengelurkan toksin lipopolisakarida dari membran sel. Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksius tersebut adalah neutrofil dan makrofag dengan cara fagositosis atau non-fagositosis.

Sumber : http://astaqauliyah.com/2010/06/artikel-kedokteran-patofisiologi-gejala-klinik-danpenatalaksanaan-diare/ buku IPD buku Ilmu Kesehatan Anak, Nelson. 2000. EGC Buku IPD Edisi V jilid 1, cetaka 2010. http://medicastore.com/diare/penyebab_diare.htm http://www.medicinesia.com/harian/komplikasi-diare/ http://medicastore.com/diare/pencegahan_diare.htm http://duniakesehatan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=50:penceg ahan-dan-pengobatan-diare-pada-anak-di-rumah&catid=43:kesehatan-anak&Itemid=57 Heny Subekti, Heny. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang DiareDengan Tindakan Penanganan Pada BalitaDi Rsud Dr. Sayidiman Magetan. Universitas Sebelas Maret: Surakarta http://www.depkes.go.id

4.Muntah Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai gangguan gastrointesnial, demikian juga dengan penyakit-penyakit lain. Mual dan muntah dapat dianggapsebagai suatu femnomena yang terjadi dalam tiga stadium, yaitu : 1. Mual (Nausea) yaotu sebagai perasaan yang sangat tidak enak di belakang tenggorokan dan epigastrium , sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya salivasi, menurunya tonus lambung, dan peristaltic. Peningkatan tonus deodunum dan jejunum menyebabkan terjadinya refluks isi duodenum ke lambung. Namun, demikian tidak ada bukti yang mengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual. Gejala dan tanda mual seringkali adalah pucat, meningkatnya salivasi, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat dan takikardia. 2. Retching alah suatu usaha involunter untuk muntah, sering kali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan pernapasan spasmodic melawan

glottis dan gerakan inspirasi dinding dada dan diafragma. Kontraksi otot abdomen saat ekspirasi mengendalikan gerakan inspirasi. Pylorus dan Antrum distal berkontraksi saat fundus berelaksasi. 3. Muntah didefinisikan sebagai suatu refleks yang menyebabkan doronvgan ekspulsi isi lambung atau usus atau keduanya kemulut.Muntah merupakan refleks biologis yang menguntungkan bagi kita karena dengan muntah kita dapat mengeluarkan toksin yang ada dari lambung.(Patofisiologi) Sifat dan ciri mutah akan sangat membantu untuk mengetahui penyebab mutah misalnya mutah yang projektil dapat dikaitkan dengan adanya obstruksi gastrointestinal atau tekanan intrakranial yang meningkat. Bahan mutahan yang masih dalam bentuk apa yang dimakan menunjukan bahwa makanan belum sampai di lambung belum tercerna oleh asam lambung berarti penyebab mutahnya di esofagus. Mutah yang mengandung gumpalan susu yang tidak berwarna coklat atau kehijauan mencerminkan bahwa bahan mutahan berasal dari lambung. Mutah yang berwarna kehijauan menunjukan bahan mutahan berasal dari duodenum dimana terjadi obstruksi dibawah papila Vateri. Bahan mutahan yang berwarna merah atau kehitaman (coffe ground vomiting) menunjukan adanya lesi dimukosa lambung. Mutah yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan robekan pada mukosa daerah sfingter bagian bawah esofagus yang menyebabkan mutah berwarna merah kehitaman (Mallory Weiss syndrome). Adanya erosi atau ulkus pada lambung menyebabkan mutah berwarna hitam, kecoklatan, atau bahkan merah karena darah yang belum tercerna sempurna. Pada periode neonatal darah ibu yang tertelan oleh bayi pada waktu persalinan atau putting susu ibu yang luka akibat sedotan mulut bayi warna mutah juga berwarna kecoklatan, dapat dibedakan antara darah ibu dan bayi dengan Apt test (alkali denaturation test). Mutah fecal menunjukan adanya peritonitis atau obstruksi intestinal.(penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak, subjianto marto sudarmo)

1. Etiologi 1. Infeksi 2. Iritasi makanan 3. Alergi

4. Gangguan pendengaran seperti motin sickness 5. Penyakit metabolic 6. Kelainan saraf akibat trauma dan infeksi 7. Obat-obatan (penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak, subjianto marto sudarmo)

Muntah dianggap penting karena dapat menjadi indicator berbagai keadaan, seperti obstruksi usus, infeksi, nyeri, penyakit metabolic, kehamilan, penyakit labirin dan vestibular, substansi emetic endogen seperti racun, uremia, atau gagal ginjal, penyakit radiasi, kondisi psikologis, migren, infark miokard, dan sinkop sirkulatorik. Mual dan muntah dapat terjadi akibat banyak jenis penyakit sehingga penting untuk membedakan antar gejala-gejala yang khas. Gejala yang timbul dalam beberapa jam atau hari dapat menunjukkan adanya infeksi akut, penyakit pendengaran atau kehamilan. Mual dan muntah yang telah berlangsung selama beberapa minggu dapat adanya penyebab obstruktif, karsinogenik atau psikogenik. Factor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah waktu mual dan muntah, kaitan dengan makanan, isi dan bau muntah, dan gejala yang terkait seperti nyeri, penurunan berat badan, demam, menstruasi, massa abdomen, ikterik, sakit kepala, dan factor lain yang dapat mempengaruhi penegakann diagnosis dan pengobatannya. Muntah juga dapat menyebabkan timbulnya penyulit yang mengancam jiwa karena berkaitan dengan system saraf simpatis dan otonom. Mual dan muntah juga berpengaruh pada system cairan dan elektrolit tubuh.(Patofisiologi)

2. Mekanisme Muntah Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, yaitu : 1. Chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan central vomiting centre (CVC). CTZ yang terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV diluar blood brain barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik didalam sirkulasi darah atau di cairan cerebrospinal (CSF) terutama respons terhadap obat atau toksin. Eferen dari CTZ dikirim ke CVC selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal eferen splanchnic. CTZ mengandung reseptor reseptor untuk bermacam-macam senya neuroaktif yang

dapat menyebabkan mutah. Reseptor untuk, dopamine ( titik tangkap kerja dari apomorphine ), acethylcholine, vasopressine, enkephalin, angiotensin, insulin serotonin, endhorphin, substance P, dan mediator-mediator yang lain. Mediator adenosine 3,5 cyclic monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat dalam respon eksitasi untuk semua peptide stimulator oleh karena theophylline dapat menghambat aktivitas proemetik dari bahan neuropeptic tersebut. CVC terletak dinukleus tractus solitarius dan disekitar formatio retikularis medulla tepat dibawah CTZ. Input untuk syaraf ini berasal dari brain stem vomiting centre. Struktur ini tampaknya bukan merupakan struktur anatomi tunggal, tetapi merupakan jalur akhir bersama dari reflex yang diprogram secara sentral melalui interneuron medular di nukleus soliter dan berbagai-macam tempat disekitar formatio retikularis. Interneuron tersebut menerima input dari cortical, vagal, vestibular, dan input lain terutama dari area postrema. .(penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak, subjianto marto sudarmo) Jaras untuk mekanisme muntah yaitu : 1. Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras korteks serebri dan system limbic menuju pusat muntah yaitu Contol Vomiting Center (VCV). 2. Muntah dapat terjadi karena pusat muntah terangsang melalui vestibular atau dari system vestibulo serebella pada labirin dalam telinga kemudian menuju chemoreceptor trigger zone. 3. Muntah dapat terjadi karena rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan serebrospinal (CSF) yang kemudian akan dideteksi chemoreceptor trigger zone. 4. Muntah dapat terjadi karena nervus vagus dan visceral yang dapat, emestimulasi adanya iritasi lambung atau lambatnya pengosongan lambung yang lambat sehingga mengaktivasi chemoreceptor trigger zone. .(penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak, subjianto marto sudarmo) Secara umum mekanisme muntah adalah sebagai berikut : Stimulus jalur eferen mengativasi CVC/CTZ sinyal diterima gerakan ekspulsif otot abnomen, gastrointestinal dan pernapasan yang terkoordinasi dengan epifenomene emetic muntah. (Patofisiologi)

3. Penatalaksanaan Muntah (penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak, subjianto marto sudarmo)

1.Antimetik

:

Pengobatan mutah ditujukan pada penyebab spesifik mutah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis gastrointestinal tract yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), appendiciyis, batu ginjal, obstruksi usus, tekanan intrakranial yang meningkat. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk (motion sickness), nausea dan mutah pasca operasi, khemoterapi kanker, cyclic vomiting, gastroparesis, dan gangguan motilitas gastrointestinal.Obatan-obatan antiemetik termasuk prokinetik, metoklopramide,

domperidome, cisapride, dan bethanechol. Metoklopramide cukup efektif, cisapride sebagai prokinetik memberikan hasil yang baik, sebenarnya komplikasi jarang terjadi.

2. Antihistamines Dimenhydrinate (dramamine) berhasil untuk terapi terutam pada mabuk (motion sickness) atau kelainan vestibuler.

3. Anticholinergic Scopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada mutah oleh karena factor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik.

4. Phenothiazines dan Butyrophenones Prochlorperazine (Comphazine), Clorpromazine (Thorazine) dan Butyrophenon haloperidol (Haldol) tidak dianjurkan pada anak tetapi mutah pada orang dewasa karena obat, radiasi, pembedahan tetapi dengan efek samping extrapyramidal yang irreversible dan kelainan darah.

5. Cannabinoids

Tetrahydrocannabinol adalah komponen aktif dari marihuana dan nabilone suatu sintetik dari derivat cannabinoid efektif untuk terapi mutah oleh karena khemotherapi. Alternatif lain dapat diberikan metoclopramide dosis tinggi dandiphenhydramine untuk menghilangkan efek samping extrapyramidal.

6. Anxiolytics, sedative, dan tricyclic antidepresan Diazepam (valium) dan derivat yang terkait mempunyai efek antiemetik pada dewasa dan anak terutama oleh karena faktor psikogenik.

7. Steroid Steroid mempunyai sifat antiemetik, tetapi kelompok obat ini tak digunakan sebagai obat primer pada mutah. Efek samping antiemetik yang menguntungkan pada pengobatan steroid oleh indikasi lain.

8. Betadrenergic antagonist Propanolol efektif untuk mencegah mutah oleh karena migraine. Adanya komplikasi metabolik dan nutrisi perlu segera diobati. Jumlah makanan dan minuman yang sedikit tapi sering dapat mengurangi stimulasi untuk mutah. Esofagitis segera diobati sebab kemungkinan akan terjadi striktur bila terlambat. Psikoterapi pada mutah psikogenik dimana pengaruh cortical sangat dominan memberikan hasil yang cukup memuaskan.

Sumber : Price & Wilson. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Sudarmo, Subijanto Marto. 2006. Penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak. Fakultas kedokteran universitas airlangga : Surabaya

5. Dehidrasi

Dehidrasi adalah ketika tubuh tidak mempunyai air atau cairan yang cukup umtuk tubuh. Dehidrasi dapat dikarenakan oleh hilangnya terlalu banyak cairan, baik tidak cukupnya minum ataupun larutan elektrolit. Mumtah dan diare dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. Bayi dan anak-anak lebih mudah mengalami dehidrasi dari pada orang dewasa karena berat badan yang ringan dan tingginya larutan elektrolit pada tubuh mereka. Orang yang lanjut usia dan menderita suatu penyakit juga mempunyai resiko yang tinggi terkena dehidrasi. Dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan, sedang atau berat bergantung pada banyaknya cairan yang hilang atau cairan tidak terisi kembali. Ketika mengalami dehidrasi berat, harus mendapatkan pelayanan kegawatdaruratan. Beberapa mekanisme bekerja sama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah mekanisme haus. Jika tubuh memerlukan lebih banyak air, maka pusat saraf di otak dirangsang sehingga timbul rasa haus. Rasa haus akan bertambah kuat jika kebutuhan tubuh akan air meningkat, mendorong seseorang untuk minum dan memenuhi kebutuhannya akan cairan. Mekanisme lainnya untuk mengendalikan jumlah cairan dalam tubuh melibatkan kelenjar hipofisa di dasar otak. Jika tubuh kekurangan air, kelenjar hipofisa akan mengeluarkan suatu zat ke dalam aliran darah yang disebut hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik merangsang ginjal untuk menahan air sebanyak mungkin. Jika tubuh kekurangan air, ginjal akan menahan air yang secara otomatis dipindahkan dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah, sampai cairan dapat digantikan melalui penambahan asupan cairan. Jika tubuh kelebihan air, rasa haus ditekan dan kelenjar hipofisa hanya menghasilkan sedikit hormon antidiuretik, yang memungkinkan ginjal untuk membuang kelebihan air melalui air kemih. 5. 1 Penyebab

Tubuh mungkin kekurangan terlalu banyak cairan melalui :

Muntah atau diare Pengeluaran urin yang berlebihan misalnyadiabetes yang tidak terkontrol dan pengobatan diuretic. Keringat yang berlebihan (olahraga) Demam Penyakit tertentu seperti diabetes melitus (kencing manis), diabetes insipidus dan penyakit Addison dapat menyebabkan dehidrasi karena hilangnya cairan yang berlebihan.

Kemungkinan sesorang tidak minum cairan yang cukup karena : 1. Mual 2. Kehilangan nafsu makan karena sakit 3. Sakit tenggorokan atau sariawan Dehidrasi pada anan-anak sering mengkombinasikan keduanya. Tidak mau makan dan minum apapun sementara itu juga kehilangan cairan dari muntah, diare dan demam. Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat. 1. Dehidrasi Ringan Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel. 2. Dehidrasi Sedang Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

Gelisah, cengeng Kehausan Mata cekung Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.

3. Dehidrasi berat Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

Berak cair terus-menerus Muntah terus-menerus Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk Tidak bisa minum, tidak mau makan Mata cekung, bibir kering dan biru Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

5.2 Gejala

Mulut kering dan luka. Sedikit atau tidak ada urin yang dikeluarkan. Konsentrasi urin bewarna kuning gelap.

Tidak memproduksi air mata Mata cekung Lesu atau tidak sadarkan diri

Pada kondisi gejala dehidrasi biasanya juga disertai muntah, diare, atau kamu tidak bisa tetap tenang. Semua itu dikarenakan dehidrasi. CARA MENILAI DEHIDRASI (WHO, 1992)

GEJALA DAN TANDA 1. Umum 2. Mata 3. Air Mata Keadaan

TAK DEHIDRASI Baik

DEHIDRASI BERAT

TAK

DEHIDRASI BERAT

Rewel, gelisah, lemah.

Apatis, tidak sadar

Tidak cekung Jika menangis

Cekung & kering Jika menangis tidak ada Kering Haus sekali, jika

Sangat cekung, Jika menangis tidak ada

masih ada 4. Bibir 5. Rasa Haus Tidak kering Tidak haus 6. Kulit Cubitan Jika merasa

Sangat kering Tidak bisa minum

diberi minum rakus. dicubit Jika dicubit kembali lambat dicubit kembali sangat lambat.

cepat kembali

CARA MELAKUKAN REHIDRASI DERAJAT DEHIDRASI RINGAN Semua kelompok SEDANG Semua kelompok BERAT BERAT SYOK dan Anak Semua kelompok Intra vena Intra vena 70 70 100 Tiap 3 jam Tiap 4 jam Oral 70 Tiap 4 jam Oral 50 Tiap 4 jam KELOMPOK USIA JENIS CAIRAN VOLUME ml/kg BB WAKTU

5. 3 Pemeriksaan dan Uji Pemeriksaan pisik dapat dilihat melalui :

Tekanan dara yang rendah Tekanan darah turun drastic ketika duduk untuk berdiri. Detak jantung cepat Turgor kulit yang sedikut kulit mungkin secara normal punya daya elastisitas dan kelenturan untuk kembali keposisi semula secara lambat ketika dicubit oleh dokter. Normalnya kulit akan kembali keposisi semula yang benar.

Pengisian kapiler yang lambat syok

Uji meliputi :

kandungan kimia darah untuk melihat kadar elektrolit khususnya sodium, potassium dan level bikarbonat.

penurunan

jumlah

urin

yang

spesifik

(penurunan

secara

signifikan

mengindikasikan terjadinya dehidrasi.

BUN (blood urea nitrogen, mungkin berhubungan dengan dehidrasi) Keratin, mungkin berhubungan dengan dehidrasi Complete blood count (CBC) untuk melihat tanda dari konsentrasi Test lainnya mungkin bisa menentukan penyebab secara spesifik penyebab dehidrasi (Contoh, gula darah untuk mengetahui kolestrol)

5.4 Pengobatan Untuk dehidrasi ringan, yang diperlukan hanya minum air putih biasa. Tetapi jika terjadi kehilangan air dan elektrolit, garam juga harus diberikan, terutama natrium dan kalium. Minuman yang diperjualbelikan (misalnya Gatorade), telah diracik sedemikian rupa untuk menggantikan garam (elektrolit) yang hilang setelah melakukan latihan berat.

Minuman ini juga bisa digunakan untuk mencegah dehidrasi atau untuk mengobati dehidrasi ringan. Hal ini juga bisa diatasi dengan minum sejumlah cairan dan mengkonsumsi sedikit garam selama atau setelah latihan. Orang-orang yang memiliki masalah jantung atau ginjal, harus terlebih dulu melakukan konsultasi dengan dokternya mengenai penggantian cairan yang aman sebelum melakukan latihan. Bila tekanan darah sangat menurun sehingga terjadi syok, untuk mengatasinya biasanya berikan larutan yang mengandung natrium klorida intravena. Pada awalnya cairan intravena diberikan dengan cepat dan kemudian diperlambat sejalan dengan perbaikan keadaan fisik penderita. penyebab yang mendasari dehidrasi selalu diatasi. Misalnya bila seseorang menderita diare, selain diberikan cairan pengganti juga diberikan obat untuk mengobati atau menghentikan diare. Jika ginjal terlalu banyak mengeluarkan air karena terjadi kekurangan hormon antidiuretik (seperti yang bisa terjadi pada penderita diabetes insipidus), diberikan pengobatan hormon antidiuretik jangka panjang. Jika penyebab dehidrasi berhasil diatasi, dilakukan pemantauan terhadap penderita untuk memastikan asupan cairan per-oralnya cukup untuk mempertahan hidrasi. 5. 5 Prognosis Ketika dehidrasi diketahui jenis rehidrasi dan pengobatan dengan segera, setelah keluar biasanya keadaan yang bagus. 5. 6 Komplikasi yang Mungkin Pengobatan dehidrasi yang berat dapat menyebabkan seizures, kerusakan otak permanen atau kematian. 5.7 Pencegahan Dalam keadaan sehat, dibutuhkan banyak minum cairan setiap hari. Minum lebih banyak air ketika cuaca panas. Hati-hati memantau kondisi orang yang sakit, khususnya bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia. Jika kamu percaya bahwa itu dehidrasi, konsultasi ke dokter sebelum

orang tersebut menjadi ringan atau dehidrasi berat. Mulai dengan penggantian cairan secepat mungkin sebelum muntah atau diare dimulai. Jangan menunggu tanda-tanda dehidrasi. Selalu menganjurkan orang yang sakit untuk minua air dan mengingatkan pada orang bahwa cairan diperlukan lebih baik pada orang yang demam, muntah dan diare. Gejala yang mudah dipantau adalah pengeluaran urin, saliva dan air mata ketika menangis. Sumber : Barkin RM, Ward DG. Infectious diarrheal diseases and dehydration. In: Marx J, ed. Rosens Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 6th ed. St Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2006:chap 171. Landry GL. Heat injuries. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007:chap 688. http://medicastore.com/ 6. syok Definisi Syok : Syok merupakan keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi kebutuhan oksigen tubuh (Internal Medicine Emergency Life Support). Syok dapat didefinisikan juga sebagai suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang massif, trauma atau luka bakar berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok septic), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun(syok anafilaktik) ( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam).

Penyebab terjadinya syok : Penyebab syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Syok kardiogenik (kegagalan kerja jantungnya sendiri): (a) Penyakit jantung iskemik, seperti infark; (b) Obat-obat yang mendepresi jantung; dan (c) Gangguan irama jantung. b. Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah): (a) Kehilangan darah, misalnya perdarahan; (b) Kehilangan plasma, misalnya luka bakar; dan (c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama), cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah, fistula, obstruksi usus dengan penumpukan cairan di lumen usus). c. Syok obstruktif (gangguan kontraksi jantung akibat di luar jantung): (a) Tamponade jantung; (b) Pneumotorak; dan (c) Emboli paru. d. Syok distributif (berkurangnya tahanan pembuluh darah perifer): (a) Syok neurogenik; (b) Cedera medula spinalis atau batang otak; (c) Syok anafilaksis; (d) Obat-obatan; (e) Syok septik; serta (f) Kombinasi, misalnya pada sepsis bisa gagal jantung, hipovolemia, dan rendahnya tahanan pembuluh darah perifer. Klasifikasi Syok 1. Syok Hipovolemik

Definisi : terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.

Etiologi : a) Pendarahan : trauma, pendarahan saluran cerna, pendarahan internal non traumatic ( diseksi aorta, perdarahan kehamilan ektopik), perdarahan pervaginam b) Non-perdarahan :

Saluran cerna (muntah, diare, fistula) Poliuria ( diuretic, diabetes insipidus, glukosuria ) Evaporasi (demam, hipertermia ) Perpindahan cairan internal ke rongga ke tiga

Gejala klinis : Hipovolemia ringan (20% volume darah) minumbulkan takikardia ringan dengan sedikit gejala yang tampak, terutama pada penderita muda yang sedang berbaring, gejalanya yakni ekstremitas dingin, waktu pengisian kapiler meningkat, diaphoresis, vena kolaps, cemas. Hipovolemia sedang (20-40% dari volume darah) pasien menjadi lebih lemas dan takikardia lebih jelas, meski tekanan darah bisa ditemukan normal pada posisi berbaring, namun dapat ditemukan dengan jelas hipotensi ortostatik dan takikardia, gejala lainnya yakni takipnea dan oliguria. Hipovolemia berat maka gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walaupun posisi berbaring, pasien menderita takikardia berat, oliguria, agitasi atau bingung.

Tata laksana : a) Lakukan ABC, beri oksigen, pasang jalur infuse. b) Resusitasi cairan intravena dengan kristaloid (mis RL 20 cc/kgBB dalam 20-30 menit) c) Atasi penyebab. Bila penyebab adalah perdarahan berikan transfuse darah (whole blood atau PRC) dan atasi sumber perdarahan. d) Vasopresor jarang diperlukan bila syok hipovolemik.

2. Syok Kardiogenik Definisi : Gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan.

Etiologi : a. Distrimia : bradidistritmia dan takidistritmia b. Faktor mekanis jantung - lesi regurgitasi a) Insufisiensi aorta atau mitralis akut b) Ruptur septum interventrikularis c) Aneurisma ventrikel kiri masif Lesi obstruktif a) Obstruktif saluran keluar ventrikel kiri, seperti stenosis katup aorta congenital atau didapat, dan kardiomiopati hipertrofi obstruktif. b) Obstruksi saluran masuk ventrikel kiri, seperti stenosis mitralis, miksoma atrium kiri, thrombus atrium. c. miopati a) gangguan kontraktilitas ventrikel kiri, seperti pada infark miokardium akut atau kardiomiopati kongestif. b) Gangguan kontraktilitas ventrikel kanan yang disebabkan oleh infark ventrikel kanan. c) Gangguan relaksasi atau kelenturan ventrikel kiri, seperti pada kardiomiopati restriktif atau hipertrofik. Diagnosis : Kriteria untuk diagnosis syok kardiogenik telah ditetapkan oleh Myocardial Infarction Research Units of the National Heart, Lung, and Blood Institute. Syok kardiogenik ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: 1.Tekanan arteria sistolik < 90 mmHg atau 30 sampai 60 mmHg di bawah batas bawah sebelumnya. 2.Adanya penurunan aliran darah ke sistem organ-organ utama : a. Keluaran kemih < 20 ml/jam, biasanya disertai penurunan kadar natrium dalam kemih b. Vasokonstriksi perifer yang disertai gejala kulit dingin, lembab c. Terganggunya fungsi mental

3.Indeks jantung < 2,1 L/(menit/m2) 4.Bukti-bukti gagal jantung kiri dengan peningkatan LVEDP/tekanan baji kapiler paru-paru (PCWP) 18 sampai 21 mmHg. Kriteria ini mencerminkan gagal jantung kiri yang berat dengan adanya gagal ke depan dan ke belakang. Hipotensi sistolik dan adanya gangguan perfusi jaringanmerupakan ciri khas keadaan syok. Penurunan yang jelas pada indeks jantung sampaikurang dari 0,9 L/(menit/m2) dapat ditemukan pada syok kardiogenik yang jelas. Pada sebagian besar pasien syok kardiogenik, didapatkan sindrom klinis yang terdiri dari hipotensi seperti yang disebut di atas; tanda-tanda perfusi jaringan yang buruk, yaitu oliguria (urin 100 x/menit bila tidak ada blok AV. Sering kali didapatkan tanda-tanda bendungan paru dan bunyi jantung yang sangat lemahwalaupun bunyi jantung III sering kali dapat terdengar. Pasien dengan disfungsi katup akut dapat memperlihatkan adanya bising akibat regurgitasi aorta atau mitral. Pulsus paradoksus dapat terjadi akibat adanya tamponade jantung akut.

Tata laksana : 1. Pasien diletakkan dalam posisi baring mendatar 2. Pastikan jalan nafas tetap adekuat dan yakinkan ventilasi yang adekuat, bila tidak sadar sebaiknya diakukan intubasi. 3. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi. 4. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PaO2 70-120 mmHg. a.PaO2 (tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang terlarut dalam darah) minimal 60 mmHg

b.Intubasi jika PaO2 < 60 mmHg pada FIO2 (konsentrasi oksigen inspirasi)maksimal dengan masker muka atau PaCO2 > 55 mmHg (tekanan yangditimbulkan oleh CO2 yang terlarut dalam darah) c.Semua pasien harus mendapat suplemen oksigen untuk meyakinkan oksigenasi yang adekuat. 5. Terapi terhadap gangguan elektrolit, terutama Kalium.

6. Koreksi asidosis metabolik dengan Bikarbonas Natrikus sesuai dosis. 7. Pasang Folley catheter, ukur urine output 24 jam. Pertahankan produksi urine > 0,5 ml/kg BB/jam. 8. Lakukan monitor EKG dan rontgen thoraks. 9. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperberat syok yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin. 10. Hilangkan agitasi, dapat diberikan Diphenhydramin HCL 50 mg per oral atau intra muskular : 3-4 x/hari. 11. Bila terdapat takiaritmia, harus segera diatasi: a.Takiaritmia supraventrikular dan fibrilasi atrium dapat diatasi dengan pemberian digitalis. b.Sinus bradikardi dengan frekuensi jantung < 50 kali/menit harus diatasi dengan pemberian sulfas atropin. 12. Pastikan tekanan pengisian ventrikel kiri adekuat. Prioritas pertama dalampenanganan syok kardiogenik adalah pemberian cairan yang adekuat secaraparenteral (koreksi hipovolemia) dengan menggunakan pedoman dasarPCWP atau pulmonary artery end diastolic pressure (PAEDP) atau CVP.

3. Syok Obstruktif Definisi : Syok yang disebabkan oleh faktor-faktor ekstrinsik terhadap katupkatup jantung dan miokardium. Etiologi : a) Tamponade pericardium b) Koarktasio aorta c) Emboli paru

d) Hipertensi pulmonalis primer

4. Syok Distributive Definisi : berkurangnya tahanan pembuluh darah perifer. Etiologi : (a) Syok neurogenik : syok yang terjadi karena hilangnya tonus vasomotor secara tiba-tiba di seluruh tubuh, yang menyebabkan terutama dilatasi vena yang sangat besar. Penyebab syok neurogenik yakni anestesi umum yang dalam, anestesi spinal, dan kerusakan otak. (b) Cedera medula spinalis atau batang otak; (c) Syok anafilaksis : syok yang terjadi akibat reaksi hipersensivitas tipe I yang diperantai oleh IgE, sehingga menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi vascular perifer, depresi miokard, bradikardia, penurunan relatif volume intravascular dan peningkatan permeabilitas vascular. Penyebab bisa dari makanan, antibiotic, anestetik, insulin dan hormone lain, antitoksin, darah atau produk darah, sengatan atau gigitan serangga, gigitan ular, lateks dan imunoterapi terhadap alergi. Diagnosis : manifestasi dapat timbul sebagai fase akut atau fase lambat yang terjadi setelah 1-8 jam paparan allergen. Mata : gatal, lakrimasi, eritema konjungtiva, edema periorbital. Kulit : gatal, kemerahan, urtikaria, angioedema. Kardiovaskular : hipotensi, takikardia, aritmia, henti jantung. Pernafasan : sesak, stridor, mengi, gangguan menelan, edema paru. Gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abdomen. Neurologis : ansietas, presinkop, sinkop, kejang. Tata laksana: Lakukan ABC, beri oksigen, pasang jalur infuse. Adrenalin (1:1000): 1 ml dalam 500 ml NaCl kecepatan 0,5-2 ml/min atau 1-4 ug/min via jalur sentral. Cairan : NaCl, RL, koloid untuk mengisi volume intravascular. Difenhidramin IV: 1,25 mg/kg, maka 50 mg. Kortikosteroid IV : deksametason 10 mg atau metilprednisolon 50 mg tiap 6 jam selama 24-48 jam. (d) Syok septik

Definisi : Sepsis merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh kumankuman atau bahan- bahan yang berasal dari atau dibuat oleh kuman-kuman. Organism yang paling sering menyebabkan shock septic dalah kuman gram negative. Tetapi shock juga bisa disebabkan oleh kuman gram positif bahkan jamur, rickettsia dan bermacam-macam virus dapat menimbulkanshock yang sifatnya tidak banyak berbeda Etiologi : Syok sepsik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (Pseudomonasauriginosa, Klebsiella, Enterobakter, E. choli, Proteus). Infeksi bakteri gram positif 20-40%(Stafilokokus aureus, Stretokokus, Pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3% ( Dengue Hemorrhagic Fever , Herpes viruses), protozoa (Malaria falciparum). Sedangkan pada kultur yang sering ditemukan adalah Pseudomonas, disusul oleh Stapilokokus dan Pneumokokus. Syok sepsik yang terjadi karena infeksi gram negatif adalah 40% dari kasus, sedangkan gram positif adalah 5-15% dari kasus (Japardi, 2002). Syok septik sering terjadi pada: 1. Bayi baru lahir, 2.Usia diatas 50 tahun, 3.Penderita gangguan sistem kekebalan Manifestasi klinik : Karena terdapat banyak jenis syok septik, maka sulit untuk menggolongkan keadaantersebut. Beberapa gejala antara lain: 1. Demam tinggi 2. Seringkali vasodilatasi nyata di seluruh tubuh, terutama pada jaringan yang terinfeksi. 3. Curah jantung yang tinggi pada sekitar separuh penderita, disebabkan oleh adanya vasodilatasi di jaringan yang terinfeksi dan oleh derajat metabolik yang tinggi danvasodilatasi di tempat lain dalam tubuh, akibat dari rangsangan toksin bakteri terhadapmetabolisme sel dan dari suhu tubuh yang tinggi. 4. Melambatnya aliran darah, mungkin disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah sebagairespons terhadap jaringan yang mengalami degenerasi.

5. Pembentukan bekuan kecil di daerah yang luas dalam tubuh, keadaan yang disebut koagulasiintravaskular menyebar. Hal ini juga menyebabkan faktor-faktor pembekuan menjadi habisterpakai sehingga timbul

perdarahan di banyak jaringan, terutama dinding usus dan traktusintestinal. Penatalaksanaan : Oksigenasi,terapi cairan, vasopresor dan inotropik, bikarbonat, disfungsi renal, nutrisi, kortikosteroid. (e) Kombinasi, misalnya pada sepsis bisa gagal jantung, hipovolemia, dan rendahnya tahanan pembuluh darah perifer. Sumber :

Braunwald, Fauci, Isseibacher, Martin, Kasper, Wilson. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 3. edisi 13. EGC Jakarta. 2000. Hal: 1208-1213 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Irawan, Cosphiadi, et a