laporan karantina fix klompok e

Upload: mira-puspitayani

Post on 10-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan ppdh karantina

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Perkembangan Kesehatan Masyarakat Veteriner serta hubungan antara kesehatan atau penyakit hewan dengan manusia sebenarnya telah lama diketahui orang, tetapi baru disadari sepenuhnya oleh para ahli setelah Perang Dunia II. Di banyak negara, unit kesehatan masyarakat veteriner dimasukkan ke dalam Dapartemen Kesehatan dengan tujuan supaya dokter hewan dapat berpartisipasi secara maksimal untuk meningkatkan kesehatan masyarakat tanpa menghilangkan tugas dan kewajiban teman sejawatnya yang ada di Dapartemen Pertanian sedangkan perkembangan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Indonesia telah dimulai sejak adanya Veterinary Hygiene di beberapa Kotamadya pada permulaan abad ke-20 yakni di Surabaya, Jakarta dan Semarang pada tahun 1911 dan di Bandung pada tahun 1917.

Adapun fungsi dari Kesmavet antara lain: (1) melindungi konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan manusia, misalnya kemungkinan adanya penularan penyakit yang diakibatkan karena mengkonsumsi bahan makanan asal hewan, yang disebut dengan istilah foodborne diseases (2). menjamin ketentraman batin masyarakat terhadap kemungkinan adanya penularan penyakit dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis) (3). melindungi peternak terhadap penurunan nilai dan mutu bahan makanan asal hewan yang diproduksinya. Sebagaian besar Negara-negara di dunia termasuk juga Indonesia telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keamanan dan kemurnian makanan bagi kepentingan perlindungan dan kesehatan konsumen.

Ketelitian pengamatan serta adanya kandungan residu dalam makanan merupakan salah satu upaya untuk menjaga agar makanan yang dikonsumsi manusia memiliki resiko membahayakan kesehatan sekecil mungkin. Disamping itu, ada kecenderungan dari negara-negara pengimpor bahan asal ternak di era globalisasi untuk menjadikan residu kimia dalam makanan sebagai hambatan perdagangan bukan tarif ( non-tarif trade barrier). Dengan semakin meningkatnya arus perdagangan domestik maupun internasional dan semakin ketatnya persaingan antaranegara dalam mengahasilkan produk bermutu tinggi dan aman, maka makin ketat pula negara-negara pengimpor mengatur stadar perdagangan yang memenuhi persyaratan teknis yang diinginkan. Dalam menjamin keamanan bahan pangan asal hewan maka perlu dilakukan pengawasan, pemeriksaan dan pengujian melalui pemeriksaan laboratorium. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan kesehatan hewan dan lalu lintas hewan.Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dengan nilai ekonomi tinggi sudah lama diakui oleh berbagai negara di dunia, dan sangat penting artinya sebagai modal dasar dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu, sumber daya alam tersebut harus dijaga dan dilindungi kelestariannya. Selain itu, dari aspek peternakan antara lain sapi, domba, kambing, ayam, dan babi serta produk lain yang dihasilkan yang disebut juga hasil bahan asal hewan meliputi daging, susu, dan telur sebagai sumber protein hewani sangat berperan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat, kemakmuran serta kesejahteraan bangsa juga dapat menjadi sumber penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang berasal dari hewan yang bisa ditularkan ke manusia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui proses yang. Misalnya Avian Influenza (AI) , Anthrax, Bruccelosis, Rabies dan Jembrana (Oktaviani. 2011). Sejarah berulangkali telah membuktikan bahwa hama penyakit hewan dan tumbuhan dapat menyebar dari negara ke negara lain, atau area satu ke area lainnya di suatu negara, melalui lalu lintas manusia, hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan benda lain yang dapat menjadi media pembawa. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan dalam menangani dan mengatur lalu-lintas perdagangan hewan dan produk asal hewan. Dan instansi pemerintah yang mengatur itu adalah Balai Karantina Pertanian. Untuk mengatur kegiatan karantina ini disusun pula Undang-undang nomor 16 tahun 1992 yang berisi tentang karantina hewan, ikan, dan tumbuhan. Sehingga karantina memiliki peran yang sangat penting dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan peternakan.Pulau Bali sebagai pulau yang terkenal dan mengandalkan sektor pariwisatanya tidak bisa lepas dari kunjungan wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik. Hal ini berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan akan komoditi hewani (baik hewan, komoditi asal hewan atau komoditi hasil bahan asal hewan) yang seringkali tidak dapat dipenuhi oleh produsen lokal di Bali, sehingga harus mendatangkan dari daerah lain ataupun negara lain. Karantina dalam hal ini Balai Karantina Kelas I Denpasar sangat memiliki peran untuk menjaga lalu-lintas pengiriman komoditi tersebut.Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencetak dokter hewan di Indonesia merasa perlu membekali para calon dokter hewan-nya dalam bidang perkarantinaan khususnya tentang peran dokter hewan dalam pencegahan dan penyebaran penyakit hewan ke Bali atau daerah lain dengan menentukan status kesehatan hewan yang akan keluar atau masuk. Kesehatan hewan yang merupakan salah satu syarat komoditi itu bisa masuk atau keluar pada suatu daerah harus melalui pemeriksaan baik secara klinis maupun laboratorium. Oleh karena itu, Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dibidang Kesehatan Masyarakat Veteriner mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bekerjasama dengan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan praktek kerja lapangan ini adalah :

1. Agar mahasiswa PPDH mengetahui tugas pokok dan fungsi Balai Karantina Pertanian dalam mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit hewan.2. Mahasiswa lebih khusus mengenal tugas dan perananan dokter hewan dalam bidang perkarantinaan. . 1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dengan adanya Praktek kerja lapangan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar diharapkan dapat lebih mempertajam pengetahuan mahasiswa tentang peranan Karantina dalam mencegah masuk dan keluar serta tersebarnya penyakit ke suatu daerah serta memahami peranan dokter hewan dalam kaitannya dengan kesehatan hewan.1.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan dilakukan dari tanggal 18 April hingga 22 April 2013. Bertempat di Laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dari tanggal 18-20 April 2013 dan tanggal 21-22 April 2013 bertempat di Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Balai Karantina Pertanian Kelas I DenpasarMenurut Undang Undang Republik Indonesia No.16 Tahun 1992 karantina adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian. Visi dan misi dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, yaitu :

Visi : Menuju terwujudnya Karantina Pertanian yang Tangguh, Profesional dan Terpercaya.

Misi :

a. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati hewan.

b. Mendukung keberhasilan program pengembangan agribisnis dan peningkatan perdagangan nasional.

c. Memfasilitasi kelancaran perdagangan atau pemasaran produk agribisnis.

d. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat.

e. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan hewan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 548/Kpts/OT.140/9/2004, Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar terdiri dari 5 wilayah kerja, sebagai berikut:

a. Bandar Udara Ngurah Rai di Kab. Badung

b. Pelabuhan Laut Benoa di Kota Denpasar

c. Pelabuhan Laut Celukan Bawang di Kab. Buleleng

d. Pelabuhan penyebrangan Padang Bai di Kab. Karangasem

e. Pelabuhan Laut/Ferry Gilimanuk di Kab. Jembrana2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Karantina Hewan

1. Mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari wilayah Negara Republik Indonesia.

Disamping melaksanakan tugas pokok, Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar juga melaksanakan fungsi sebagai berikut:

a. Tindakan karantina terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina.

b. Pengembangan teknik dan metode tindakan karantina hewan

c. Pemantauan daerah sebar hama dan penyakit hewan karantina.

d. Pembuatan koleksi hama dan penyakit hewan karantina.

e. Pengumpulan dan pengolahan data tindakan karantina hewan

f. Urusan tata usaha2.3 Ruang Lingkup Pengaturan tentang Karantina Hewan

1. Persyaratan Karantina

Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, yang dibawa atau di kirim dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia wajib:

a. Dilengkapi sertifikat kesehatan hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan dari Negara asal atau Negara transit.

b. Melalui tempat tempat pemasukan yang telah ditetapkan.c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat tempat pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.2. Tindakan Karantina

a. Pemeriksaan

Tindakan pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan kebenaran isi dokumen serta untuk mendeteksi hama dan penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa atau kelayakan sarana dan prasarana karantina dan alat angkut. Tindakan pemeriksaan dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan klinis pada hewan dan pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan benda lain.b. Pengasingan

Untuk mendeteksi lebih lanjut terhadap hama dan penyakit hewan karantina dapat dilakukan pengasingan untuk diadakan pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan guna mencegah kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa selama diasingkan dengan menggunakan sistem semua masuk dan semua keluar.

d. Perlakuan

Apabila media pembawa hama dan penyakit hewan karantina tertular atau diduga tertular hama dan penyakit hewan karantina atau tidak bebas atau diduga tidak bebas dari organisme penggaggu maka diberikan perlakuan untuk membebaskan atau menyucihamakan media pembawa tersebut.

e. Penahanan

Tindakan penahanan dilakukan apabila dokumen yang di bawa tidak memenuhi syarat atau belum seluruhnya dipenuhi dan pemerintah menetapkan batas waktu pemenuhan persyaratan yang dimaksudkan.f. Penolakan

Tindakan penolakan dilakukan apabila:

Setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, tertular hama dan penyakit hewan karantina.

Setelah dilakukan penahanan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

Setelah diberi perlakuan di atas alat angkut tidak dapat disembuhkan dan atau disucihamakan dari hama dan penyakit hewan karantina.

g. Pemusnahan

Tindakan pemusnahan dilakukan apabila:

Setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan dilakukan pemeriksaan, tertular hama dan penyakit hewan karantina tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah atau merupakan jenis jenis yang dilarang pemasukkannya.

Setelah dilakukan penolakan, media pembawa yang bersangkutan tidak segera di bawa ke luar dari wilayah Negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

Setelah dilakukan pengamatan alam pengasingan, tertular hama dan penyakit hewan karantina tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan diberi perlakuan, tidak dapat disembuhkan dan atau disucikan dari hama dan penyakit hewan karantina. Dalam hal dilakukan tindakan pemusnahan pemilik media pembawa hama dan penyakit hewan karantina tidak berhak menuntut ganti rugi apapun.

h. Pembebasan

Tindakan pembebasan dilakukan apabila :

Setelah dilakukan pemeriksaan media pembawa tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina.

Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina.

Setelah dilakukan perlakuan dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan karantina.

Setelah dilakukan penahanan, seluruh persyaratan yang diwajibkan telah terpenuhi.

Pembebasan media pembawa disertai pemberian sertifikat pelepasan dan kesehatan.3. Kawasan Karantina

Dalam hal ditemukan atau terdapat petunjuk terjadinya serangan suatu Hama dan penyakit hewan karantina, pemerintah dapat menetapkan kawasan yang bersangkutan untuk sementara waktu sebagai kawasan karantina, serta pemasukan dan pengeluaran media pembawa hama dan penyakit hewan karantina ke dan dari kawasan karantina diatur oleh pemerintah. 4. Jenis hama dan penyakit, organism pengganggu dan media pembawa

Pemerintah menetapkan jenis hama dan media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang dilarang untuk dimasukkan dan atau dibawa atau dikirim ke suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia. 5. Tempat pemasukan dan pengeluaran

Tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa hama dan penyakit hewan serta ketentuan terhadap alat angkut ditetapkan oleh pemerintah.

Obyek karantina hewan meliputi :

a. Hewan/ternak yaitu semua binatang/hewan yang hidup didarat baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar.

b. Bahan asal hewan (BAH) yaitu bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah lebih lanjut seperti : dendeng, kulit, tulang, telur, tanduk, lemak, susu segar, madu, tepung tulang, tepung hati, dll.

c. Hasil bahan asal hewan (HBAH) yaitu bahan asal hewan yang telah diolah lebih lanjut seperti : daging kaleng, keju, cream, mentega, sosis, daging olahan, dll.

d. Benda lain adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan, BAH, dan HBAH, yang mempunyai potensi penyebaran hama penyakit hewan karantina.

2.4 Formulir Penting di Karantina PertanianDalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas karantina Hewan diperlukan berbagai macam bentuk formulir dokumen operasional karantina hewan yang meliputi :

KH.1 (Permohonan Pemeriksaan Hewan Atau Komoditi Asal Hewan kepada karantina hewan. Diajukan paling lambat 2 hari sebelum mendatangkan atau memberangkatkan hewan atau komoditi asal hewan).

KH.2 (Surat Penugasan Dari Karantina Kepada Petugas yang ditunjuk guna memeriksa hewan atau komoditi asal hewan).

KH.3 (Surat Keterangan Muatan).

KH.4 (Surat Penolakan Bongkar Muatan, karena komoditi tersebut adalah komoditi yang tidak boleh masuk ke daerah tujuan atau transit).

KH.5 ( Surat Persetujuan Bongkar Muatan, bongkar muatan biasanya dilakukan Bea cukai atas persetujuan karantina saat transit atau pindah pesawat).

KH.6 (Surat Persetujuan Muat).

KH.7 (Surat Perintah Masuk Karantina hewan sementara, untuk daging biasanya proses karantina dilakukan di IKHS ).

KH.8a (Berita Acara Penahanan jika komoditi tersebut tidak memiliki dokumen yang lengkap. Pemilik diberikan waktu maximal 7 hari untuk melengkapinya).

KH.8b (Berita Acara Penolakan Komoditi Masuk atau Keluar wilayah tersebut komoditi tersebut tidak boleh masuk atau keluar wilayah).

KH.8c (Berita acara pemusnahan, jika komoditi tersebut terbukti membawa penyakit Golongan 1 atau sudah melewati batas waktu untuk melengkapi dokumen)

KH.9 ( Sertifikat Kesehatan Hewan)

KH.10 (Sertifikat Sanitasi Produk Hewan).

KH.11 (Sertifikat Sanitasi Produk Hewan Non Pangan).

KH.12 (Sertifikat Pelepasan Karantina)2.5 Prosedur KarantinaProsedur Ekspor atau pengeluaran dan Impor atau pemasukan untuk komoditi wajib periksa karantina hewan mempunyai persyaratan sesuai dengan jenis komoditi.1. PENGELUARAN/EKSPORa. Prosedur Pengeluaran Hewan/ Ternak1) Pemilik melaporkan rencana pengeluaran hewannya ke instalasi karantina hewan selambatnya 2 hari sebelum keberangkatan2) Mengisi form KH-1 melampirkan surat dari Instansi terkait yang berwenang (Sesuai Kebijakan daerah asal dan daerah tujuan), surat kesehatan dari lab yang berwenang.3) Kepala Balai menerbitkan form KH-2

4) Hewan tersebut harus menjalani masa karantina selama 3-14 hari5) Petugas karantina melakukan pemeriksaan klinis dan perlakuan tindakan karantina

6) Petugas karantina melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut (packing) sebelum hewan dimuat

7) Untuk ekspor pemilik harus menyerahkan surat ijin pengeluaran (ekspor permit), surat keterangan kesehatan hewan dan menyelesaikan pembayaran jasa karantina

8) Petugas menerbitkan Sertifikat Kesehatan Hewan (form KH-9).b. Prosedur Pengeluaran Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan

1) Pemilik melaporkan rencana pengeluaran hewannya ke instalasi karantina hewan selambatnya 2 hari sebelum keberangkatan

2) Mengisi form KH-1 melampirkan surat dari Instansi terkait yang berwenang (Sesuai Kebijakan daerah asal dan daerah tujuan), surat kesehatan dari lab yang berwenang.

3) Kepala Balai menerbitkan form KH-2

4) Hewan tersebut harus menjalani masa karantina selama 3-14 hari

5) Petugas karantina melakukan pemeriksaan klinis dan perlakuan tindakan karantina

6) Petugas karantina melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut (paking) sebelum hewan dimuat

7) Untuk ekspor pemilik harus menyerahkan surat ijin pengeluaran (ekspor permit), surat keterangan kesehatan hewan dan menyelesaikan pembayaran jasa karantina

8) Petugas menerbitkan Sertifikat Kesehatan Hewan (form KH-10).

c. Prosedur Pengeluaran Benda Lain

1) Pemilik melaporkan rencana pengeluaran hewannya ke instalasi karantina hewan selambatnya 2 hari sebelum keberangkatan

2) Mengisi form KH-1 melampirkan surat dari Instansi terkait yang berwenang (Sesuai Kebijakan daerah asal dan daerah tujuan), surat kesehatan dari lab yang berwenang.

3) Kepala Balai menerbitkan form KH-2

4) Petugas karantina melakukan pemeriksaan klinis dan perlakuan tindakan karantina

5) Petugas karantina melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut (packing) sebelum dimuat

6) Untuk ekspor pemilik harus menyerahkan surat ijin pengeluaran (ekspor permit), surat keterangan kesehatan hewan dan menyelesaikan pembayaran jasa karantina2. PEMASUKAN/IMPORa. Prosedur pemasukan Hewan

1) Pemilik melaporkan rencana pemasukan hewannya ke instalasi karantina hewan dengan membawa semua dokumen dari daerah asal (KH-1. KH-2. KH-6. KH-9 dan dokumen-dokumen lain)

2) Petugas karantina melakukan pemeriksaan dokumen meliputi:

Sertifikat kesehatan hewan dari karantina daerah asal.

Surat rekomendasi izin pemasukan dari Dinas Peternakan/Dinas Perijinan.

Surat Persetujuan Pemasukan (impor permit) dari Dirjen Peternakan.3). Petugas menerbitkan surat izin bongkar (KH-5) dan surat perintah masuk karantina hewan sementara untuk dilakukan pemeriksaan klinis dan perlakuan tindak karantina (KH-7).4). Hewan tersebut harus menjalani masa karantina selama 7-14 hari.

5). Pemilik menyelesaikan pembayaran jasa karantina.

6). Petugas menerbitkan Sertifikat Pelepasan Karantina (KH-12).b. Prosedur pemasukan Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan

1) Pemilik melaporkan rencana pemasukan hewannya ke instalasi karantina hewan dengan membawa semua dokumen dari daerah asal (KH-1. KH-2. KH-6. KH-10 dan dokumen-dokumen lain)

2) Petugas karantina melakukan pemeriksaan dokumen meliputi :

3) Sertifikat Sanitasi Produk Hewan dari Karantina Daerah asal (KH-10)4) Surat rekomendasi izin pemasukan dari Dinas Peternakan/Dinas Perijinan5) Surat Persetujuan Pemasukan (impor permit) dari Dirjen Peternakan

6) Petugas menerbitkan surat izin bongkar (KH-5) dan surat perintah masuk karantina untuk dilakukan pemeriksaan klinis dan perlakuan tindak karantina (KH-7)

7) BAH tersebut harus menjalani masa karantina selama 7-14 hari

8) Pemilik menyelesaikan pembayaran jasa karantina

9) Petugas menerbitkan Sertifikat Pelepasan Karantina (KH-12).c. Prosedur Pemasukan Benda Lain1) Pemilik melaporkan rencana pemasukan komoditi ke instalasi karantina hewan dengan membawa semua dokumen dari daerah asal (KH-1. KH-2. KH-6. KH-10 dan dokumen-dokumen lain)2) Petugas karantina melakukan pemeriksaan dokumen meliputi Sertifikat Sanitasi untuk Benda Lain dari Karantina Daerah asal

3) Petugas melakukan pemeriksaan fisik

4) Pemilik menyelesaikan pembayaran jasa karantina

5) Petugas menerbitkan Sertifikat Pelepasan Karantina (KH-12)2.6 Peraturan Perundangan yang menjadi dasar hukum karantina di Indonesia

Karantina di Indonesia memiliki landasan hukum agar segala upaya yang dilakukannya dapat dipatuhi segala pihak yang terkait dan berjalan dengan efisien. Peraturan perundangan yang menjadi dasar karantina di Indonesia adalah

1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan

2. Peraturan Karantina Hewan. Peraturan karantina hewan terdiri dari

a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan b. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan

c. SK Menteri Pertanian Nomor 422/Kpts/LB.720/6/1988 tentang Peraturan Karantina Hewan

d. SK Menteri Pertanian Nomor 750/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat pemasukkan bibit Ternak dari Luar Negeri.SK Menteri Pertanian Nomor 752/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat pemasukkan bibit Sapi Perah dari Luar Negeri

e. SK Menteri Pertanian Nomor 745/Kpts/TN.240/12/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Pemasukkan Daging dari Luar Negeri.

f. SK Menteri Pertanian Nomor 501/Kpts/OT.210/8/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Stasiun Karantina Hewan.

g. SK Menteri Pertanian Nomor 206/Kpts/TN.530/3/2003 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina , Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa.BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 MateriMateri yang digunakan dalam pemeriksaan Total Plate Count (TPC) ini terdiri dari:

3.1.1 Bahan

a) Plate Count Agar (PCA) (CM0463B)

Campurkan 22,5 gram PCA dalam 1 Liter aquadest

Mix larutan sampai homogen Masak larutan sampai mendidih untuk membantu homogenisasi

Autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit

b) Buffer Peptone Water (BPW) 0,1 % , (CM0509B)

Campurkan 1 gram BPW dalam 1 Liter aquadest

Mix larutan sampai homogen

Autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit

3.1.2 Alat

a) Cawan Petri

k) pH meter

b) Tabung reaksi

l) Timbangan

c) Pipet volumetric

m) Magnetik stirer

d) Botol media

n) Mixere) Penghitung koloni (colony counter)o) Inkubator

f) Gunting

p) Penangas air

g) Pinset

q) Autoklaf

h) Jarum inokulasi

r) Lemari Steril

i) Stomacher

s) Lemari Pendingin (refrigerator)

j) Pembakar Bunsen

t) freezer

u) Laminar Air Flow3.2 MetodePada Laboratorium Bakteriologi BKP Kelas I Denpasar menggunakan uji TPC (Total Plate Count) dengan metode tuang. Prinsip Kerja TPC (Total Plate Count) adalah jika sel mikroba masih hidup ditumbuhkan pada media agar, maka sel mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata. Adapun tahapan yang dilakukan adalah:

3.2.2 Penyiapan Sampel

a. Timbang atau ukur sampel secara aseptik sebanyak 25 gram atau 25 ml kemudian masukkan ke dalam wadah sterilb. Untuk sampel daging, BAH, HBAH dan telur

Tambahkan 225 ml larutan BPW steril ke dalam kantong steril yang berisi sampel, homogenkan dengan stomacher selama 1 2 menit, dengan kecepatan 10.000 20.000 rpm. Ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1. c. Untuk sampel susu

Tambahkan 225 ml larutan BPW steril ke dalam kantong atau wadah steril yang berisi sampel, homogenkan. Ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1.

3.2.3 Prosedur Kerja

a) Pindahkan 1 ml suspensi pengenceran 10-1 tersebut dengan pipet steril ke dalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2.b) Buat pengenceran 10-3 10-4 dan 10-5 dengan cara yang sama seperti pada butir a) sesuai kebutuhan.c) Selanjutnya masukkan sebanyak 1 ml suspensi dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri secara duplod) Tambahkan 15 ml sampai 20 ml PCA yang sudah didinginkan hingga temperature 440C sampai dengan 460C pada masing-masing cawan yang sudah berisi suspensi. Supaya larutan sampel dan media PCA tercampur seluruhnya, lakukan pemutaran cawan ke depan dan ke belakang atau membentuk angka delapan dan diamkan sampai menjadi padate) Inkubasikan pada temperatur 350C - 370C selama 24 - 48 jam, dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik (posisi tutup cawan petri dibawah).BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4. 1 Hasil Kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar berlangsung dari tanggal 7 11 April 2014. Kami ditugaskan di Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan Kantor Karantina Pertanian Kelas I Wilayah Kerja Pelabuhan Ferry Gilimanuk. Berikut jadwal dan kegiatan yang telah kami lakukan :Tabel 1 Jadwal Kegiatan di Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar

NoHari/TanggalKegiatanTempat

1Senin, 7 April 2013Penerimaan Mahasiswa PPDH oleh staf Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar serta dilanjutkan dengan diskusi tentang tugas pokok dan fungsi karantina. Dilanjutkan dengan Pengarahan dan diskusi dengan drh. Ni Wayan Sudarmini. Terkai pembagian kelompok kerja, terbagi atas dua kelompok A (pria 4 orang) dan B (wanita 3 orang)Ruang Pertemuan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar

2Selasa, 19 April 2013Kelompok A.a. Pengarahan dan diskusi mengenai tugas pokok dan fungsi Karantina khususnya Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Pelabuhan Ferry Gilimanuk.b. Bertugas jaga pada malam hari hari di Pos dan Pos II Pelabuhan GilimanukKelompok B.

Kegiatan di Laboratorium yaitu sterilisasi, pembuatan media dan pemeriksaan bakteri (penanaman bakteri dengan metode tuang) sampel daging sapi, sosis ayam, butter.Kelompok A. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Pelabuhan ferry GilimanukKelompok B.

Laboratorium bakteriologi Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar

3Rabu, 20 April 2013Kelompok A.

Evaluasi dan pembuatan laporan Kelompok B.a. Kegiatan di Laboratorium yaitu pembuatan media, sterilisasi alat dan media, dan penghitungan jumlah bakteri yang ditanam sehari sebelumnya.

b. Diskusi mengenai kegiatan di Laboratorium Bakteriologi dengan drh. Made Ary Anggraeni S.Kelompok A. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Pelabuhan ferry GilimanukKelompok B

Laboratorium bakteriologi Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar

4Kamis, 21 April 2013Kelompok A. a. Kegiatan di Laboratorium yaitu sterilisasi, pembuatan media dan pemeriksaan bakteri (penanaman bakteri dengan metode tuang) sampel sosis ayam, sapi, babi, Keju.Kelompok B.a. Pengarahan dan diskusi mengenai tugas pokok dan fungsi Karantina khususnya Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Pelabuhan Ferry Gilimanuk.b. Bertugas jaga pada malam hari hari di Pos dan Pos II Pelabuhan Gilimanuk

Kelompok A.

Laboratorium bakteriologi Balai Karantina Pertanian Kelas I DenpasarKelompok B.

Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Pelabuhan Ferry Gilimanuk

5Jum'at, 22 April 2013Kelompok A.

a. Kegiatan di Laboratorium yaitu pembuatan media, sterilisasi alat dan media, dan penghitungan jumlah bakteri yang ditanam sehari sebelumnya.

b.Diskusi mengenai kegiatan di Laboratorium Bakteriologi dengan drh. Made Ary Anggraeni S.Kelompok B.Evaluasi dan pembuatan laporan Kelompok A.

Laboratorium bakteriologi Balai Karantina Pertanian Kelas I DenpasarKelompok B.

Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Pelabuhan ferry Gilimanuk

4. 2 Pembahasan

Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar memiliki lima wilayah kerja (wilker) yaitu: Wilker Bandara Ngurah Rai, Wilker Pelabuhan Benoa, Wilker Pelabuhan Padang Bay, Wilker Pelabuhan Gilimanuk, dan Wilker Pelabuhan Celukan Bawang. Selama kegiatan PKL berlangsung, kami dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A terdiri dari 4 pria dan kelompok B terdiri dari 3 wanita. Pada hari selasa hingga rabu kelomok A ditempatkan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar selama tiga hari dan Wilker Pelabuhan Ferry Gilimanuk selama dua hari, sedangkan kelompok B melakukan uji BAH dan HBAH di Laboratorium bakteriologi Balai karantina pertanian kelas I Denpasar.

Hari pertama, kami mendapatkan pengarahan dari drh. Ketut Sonen dan drh. IGM Suastawa,MMA mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karantina seperti pengertian karantina, tujuan pokok dan fungsi karantina, peraturan-peraturan mengenai karantina, profil Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan diskusi. Setelah itu, kami mendapatkan pengarahan dan diskusi dari drh. Ni Wayan Sudarmini tentang administrasi serta teknis penerimaan dan pengujian sampel di Laboratorium karantina.

Kegiatan lapangan kelompok A tanggal 8-9 April 2014 berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk untuk PKL di Balai Karantina Pertanian Kelas I Wilayah Kerja Pelabuhan Ferry Gilimanuk. Sampai di Wilker Gilimanuk kami diterima oleh bapak drh. I Nyoman Budiarta dan drh. Gede Manik serta diberikan pengarahan dan diskusi mengenai tugas pokok dan fungsi karantina serta teknis di lapangan Balai Karantina Pertanian Kelas I Wilayah Kerja Pelabuhan Ferry Gilimanuk. Pada malam hari pukul 20.00 WITA , kami melakukan kegiatan pengawasan lalu lintas keluar masuknya komoditas hewan (sapi potong, DOC), Bahan Asal Hewan (BAH), Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH). Dalam pelaksanaanya di lapangan, kami diajak untuk melihat kandang karantina serta ikut membantu dalam mengawasi lalu lintas komoditas hewan di pelabuhan Gilimanuk. Selain itu kami juga membantu dalam memeriksa dokumen serta kelengkapan pemasukan dan pengeluaran komoditi hewan. Kegiatan dilaksanakan dari pukul 20.00-03.00 WITA, dilanjutkan dengan pembuatan laporan serta evaluasi.

Kegiatan lapangan kelompok B tanggal 10-11 April 2014 bernahgkat menuju Pelabuhan Gilimanuk untuk PKL di Balai Karantina Pertanian Kelas I Wilayah Kerja Pelabuhan Ferry Gilimanuk. Sampai di Wilker Gilimanuk kami diterima oleh drh. Wahyu Savitri kami diberikan pengarahan tentang tgas pokok dan fungsi karantina serta teknis lapangan Balai Karantina Pertanian Kelas I Wilayah Kerja Pelabuhan Ferry Gilimanuk. (KADEEEEEEEEEEEEEE BUUUUUUUUUUUAT INI)Kegiatan laboratorium kelompok A tanggal 10-11 April 2014 dan kelompok B tanggal 8-9 April 2014, melakukan kegiatan di laboratorium hewan Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar. Kegiatan yang dilakukan adalah sterilisasi alat dan media, pembuatan media, penanaman bakteri dengan metode tuang menggunakan media PCA kelompok A menggunakan sampel sosis ayam,babi,sapi serta keju sedangkan kelompok B menggunakan sampel daging sapi, butter, sosis ayam. Hari ketiga, kami membuat media PCA untuk penanaman selanjutnya, sterilisasi alat dan media, lalu menghitung jumlah bakteri yang ditanam di hari sebelumnya. Penghitungan jumlah bakteri harus memperhatikan standar SNI untuk menentukan batas toleransi cemaran bakteri yang diperbolehkan ada pada sampel yang mewakili produk asal hewan. Berikut ini merupakan SNI 7388: 2009.No. Kategori

PanganKategori PanganJenis cemaran mikrobaBatas Maksimum

01.0Produk-produk susun dan analognya, kecuali yang termasuk kategori 02.0

01.1Susu dan minuman berbasis susu

Susu segar (susu yang tidak dipasteurisasi) untuk diproses lebih lanjut (susu sapi, kuda, kambing dan ternak lain)ALT (30 C, 72 jam)

Koliform

APM Escherichia coliSalmonella sp

Staphylococcus aureus1 x 106 koloni/ ml

2 x 101 koloni/ ml

< 3/ ml

Negative/ 25 ml

1 x 102 koloni/ ml

Susu segar (susu yang tidak dipasteurisasi) untuk konsumsi langsung, (susu sapi, kuda, kambing, dan kerbau)ALT (30 C, 72 jam)

Koliform

APM Escherichia coli

Salmonella sp

Staphylococcus aureus

Listeria monocytogenes

Campylobacter sp5x 104 koloni/ ml

2x101 koloni/ml

< 3/ ml

Negative/ 25 ml

1 x 102 koloni/mlNegatif/25 ml

Negatif/25 ml

Susu pasteurisasi (tawar atau berperisa)

ALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

APM Escherichia coli

Salmonella sp

Staphylococcus aureus

Listeria monocytogenes5 x 104 koloni/ml

10/ml

< 3/ml

Negative/25 ml

1 x 102 koloni /ml

Negative/25 ml

Susu steril dan susu UHT (tawar atau berperisa)ALT (30 C, 72 jam)Setelah inkubasi selama 15 hari< 10 koloni/ 0,1 ml

01.2Susu fermentasi dan produk susu hasil hidrolisasi enzim negatif (tawar)

Susu fermentasi (yoghurt) tawar atau berperisaAPM Koliform

Salmonella sp.

Listeria monocytogenes10/ ml

Negatif/ 25 ml

Negatif/ 25 ml

01.3Susu kental manis dan analognya (tawar)

Susu evaporasi dan susu skim evaporasiALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus1 x 102 koloni/ml

10/ml

Negatif/ 25 ml

1 x 102 koloni/ml

Susu kental manis dan susu skim kental manis (tawar atau berperisa)ALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Kapang dan khamir

1 x 104 koloni/ml10/g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/g

2 x 102 koloni/g

Krimer nabati bubukALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

5 x 104 koloni/g10/ g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/ g

01.4Krim (tawar) dan sejenisnya

Krim pasteurisasiALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Listeria monocytogenes5 x 104 koloni/g

10/ g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/ g

Negatif/25 g

01.5Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog (tawar)

Susu bubuk dan susu skim bubukALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

5 x 104 koloni/g

10/ g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/ g

Negatif/25 g

Buttermilk bubukALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

2 x 105 koloni/g

10 koloni/g

Negatif/25 g

01.6Keju dan keju analog

Keju (semua jenisnya)APM Escherichia coli

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Listeria monocytogenes

10/gNegatif / 25 g

1 x 102 koloni/g

Negatif/ 25 g

08.0Daging dan produk daging, termasuk daging unggas dan daging hewan buruan

08.1Daging, daging unggas dan daging hewan buruan mentah

08.1.1Daging ayam segar, beku (karkas dan tanpa tulang) dan cicangALT (30 C, 72 jam)

Koliform

Escherichia coli

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Campylobacter sp

1 x 106 koloni/g

1 x 102 koloni/g

1 x 101 koloni/g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/g

Negatif/ 25 g

08.1.1Daging segar, beku (karkas dan tanpa tulang) dan daging cincangALT (30 C, 72 jam)

Koliform

Escherichia coli

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Campylobacter sp

1 x 106 koloni/g

1 x 102 koloni/g

1 x 101 koloni/g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/g

Negatif/ 25 g

08.2Produk olahan daging, daging unggas dan daging hewan buruan, utuh/potongan

Dendeng sapi, daging asap yang diolah dengan panasALT (30 C, 72 jam)

APM Escherichia coli

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Bacillus cereus1 x 105 koloni/g

< 3/g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/g

1 x 103 koloni/g

Produk daging kering (termasuk abon); kerupuk kulit, kerupuk paru, keripik usus ayamALT (30 C, 72 jam)

APM Escherichia coli

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

1 x 105 koloni/g

< 3/g

Negatif/ 25 g

1 x 102 koloni/g

08.3Produk olahan daging, daging unggas dan daging hewan buruan, dihaluskan

Daging olahan dan daging ayam olahan (bakso, sosis, nugget, burger)ALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

APM Escherichia coli

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Clostridium pefringens

1 x 105 koloni/g10/g

< 3/g

Negatif/25 g

1 x102 koloni/g

1 x102 koloni/g

Sosis masak (tidak dikalengkan, siap konsumsi)ALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

Clostridium pefringens

Listeria monocytogenes

1 x 104 koloni/g< 3/g

Negatif/25 g

1 x 102 koloni/g

10 koloni/g

Negatif/25 g

Corned beef dalam kaleng, sosis dalam kalengALT (30 C, 72 jam)

Clostridium pefringens

1 x 102 koloni/gNegatif/g

10.0Telur dan produk-produk telur

10.1Telur segarALT (30 C, 72 jam)

Koliform

Escherichia coliSalmonella sp.

1 x 105 koloni/g

1 x 102 koloni/g

1 x 101 koloni/g

Negatif/25 g

10.3Telur yang diawetkan, termasuk produk tradisional telur yang diawetkan, termasuk dengan cara dibasakan, diasinkan dan dikalengkan

Telur asinSalmonella sp.

Staphylococcus aureus

Negatif/25 g< 1 x 101 koloni/g

Pangan penutup berbahan dasar telur (misalnya custard)ALT (30 C, 72 jam)

APM Koliform

Salmonella sp.

Staphylococcus aureus

1 x 104 koloni/g< 3/g

Negatif/25 g

Negatif/25 g

4. 3 Uji Cemaran Bakteri pada Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH).Tujuan : Menjamin deteksi cemaran mikroba pada pangan asal hewan dengan metode TPC dapat dilaksanakan dengan benar.

1. Ruang Lingkup: Deteksi cemaran mikroba pada Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH).2. Bahan

a. Media Plate Count Agar (PCA) (CM04638)

Campurkan 22,5 g PCA dalam 1 Liter Aquadest

Mix larutan sampai homogen

Masak larutan sampai mendidih untuk membantu homogenisasi Autoclave pada suhu 1210C selama 15 menitb. Buffer Peptone water (BPW) 0,1 %, (CM0509B)

Campurkan 1 g BPW dalam 1 L aquadest

Mix larutan sampai homogen Autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit

3. Alat

a) Cawan Petri

b) Tabung reaksi

c) Pipet volumetric

d) Botol media

e) Penghitung koloni (colony conter)

f) Gunting

g) Pinset

h) Jarum inokulasi (ose)

i) Stomacher

j) Pembakar bubnsen

k) pH meter

l) Timbangan

m) Magnetic stirrer

n) Pengocok tabung (vortex)

o) Inkubator

p) Penangas air

q) Autoklaf

r) Lemari steril (clean bench)

s) Lemari pendingin (refrigerator)

t) Frezeer

4. Penyiapan sampel

a. Timbang atau ukur contoh secara aseptic sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan dalam wadah (plastik) steril. b. Untuk contoh daging dan telut

Tambahkan 90 ml larutan BPW kedalam kantong steril yang berisi contoh. Homogenkan dengan stomacher selama 1 menit sampai dengan 2 menit, dengan kecepatan 10.000 rpm sampai dengan 12.000 rpm. Ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1.5. Prosedur Kerja

a) Pindahkan 1 ml suspensi dari pengenceran 10-1 tersebut dengan pipet steril kedalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2.

b) Buat pengenceran secara seri 10-3,10-4,10 -5 dengan cara yang sama seperti pada butir a sesuai kebutuhan.

c) Selanjutnya masukkan sebanyak 1 ml suspense dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri secara duplo.

d) Tambahkan 15 ml sampai dengan 20 ml PCA yang sudah didinginkan hingga temperature 440C sampai dengan 460C pada masing-masing cawan yang sudah berisi suspense. Supaya larutan contoh dan media PCA tercampur seluruhnya, lakukan pemutaran cawan membentuk angka delapan dan diamkan sampai menjadi padat.

e) Inkubasikan pada temperature 350C sampai dengan 370C selama 24 jam sampai dengan 48 jam dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik.6. Penghitungan Koloni

Hitung jumlah koloni pada setiap seri pengenceran kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar (spreder koloni) pilih cawan yang mempunyai jumlah koloni 25 sampai dengan 250.7. Interpretasi Hasil

a. Cawan dengan jumlah koloni kurang dari 25Bila cawan duplo dan pengenceran terendah menghasilkan koloni kurang dari 25 hitung jumlah yang ada pada cawan dari setiap pengenceran.Rerata jumlah koloni per cawan dan kalikan dengan faktor pengencerannya untuk menetukan nilai TPC yang diperkirakan. Tandai nilai TPC dengan tanda bintang (lihat tabel petunjuk perhitungan TPC (no.3) untuk menandai bahwa penghitungannya diluar 25 koloni sampai dengan 250 koloni per cawan.b. Cawan dengan jumlah koloni lebih dari 250Bila jumlah koloni per cawan lebih dari 250, hitung koloni-koloni pada cawan untuk memberikan gambaran penyebaran koloni secara representative. Tandai penghitungan TPC dengan tanda bintang untuk menandai bahwa penghitungannya diluar 25-250 koloni percawan (lihat tabel 2. no.4).

c. Spreaders

Penyebaran koloni biasanya dibagi dalam 3 bentuk :

a) Rantai koloni, tidak terlalu kelihatan terpisah, disebabkan disintergrasi rumpun bakteri.

b) Terbentuknya lapisan air antara agar dan dasar cawan

c) Terbentuknya lapisan air pada sisi atau permukaan agar.

Bila cawan yang disiapkan untuk contoh lebih banyak ditumbuhi oleh spreaders seperti (a) dan total area yang melebihi 25% dan 50% pertumbuhannya dilaporkan sebagai cawan spreader.

Hitung rerata jumlah koloni dari setiap pengenceran, kemudian laporkan jumlahnya sebagai TPC (lihat table 1 no.5). selain 3 (tiga) bentik spreader dapat dihitung sebagai satu pertumbuhan koloni. Untuk tipe (a), bila hanya terdapat 1 rantai, hitunglah sebagai koloni tunggal. Bila ada satu atau lebih rantai yang terlihat dari sumber lain, hitung tiap sumber itu sebagai satu koloni, termasuk untuk tipe (b) dan (c) juga dihitung sebagai koloni. Gabungkan penghitungan koloni spreader untuk menhitung TPC.d. Cawan tanpa koloni

Bila cawan petri dari semua pengenceran tidak menghasilkan koloni, laporkan TPC sebagai kurang dari 1 kali pengenceran terendah yang digunakan. Tandai TPC dengan tanda bintang bahwa penghitungannya diluar 25 koloni sampai dengan 250 koloni (lihat tabel 2. no 6)

e. Cawan duplo, cawan yang satu dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni dan cawan yang lain lebih dari 250 koloni.

Bila cawan yang satu menghasilkan koloni antara 25 sampai 250 dan yang lain lebih dari 250 koloni, hitung kedua cawan dalam penghitungan TPC (lihat tabel 2 no.7)

f. Cawan duplo, satu cawan dari setiap pengenceran dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni.

Bila satu cawan dari setiap pengenceran menghasilkan 25 koloni sampai 250 ,dan cawan lain kurang dari 250 koloni, atau menghasilkan lebih dari 250 koloni, hitung keempat dengan penghitungan TPC (lihat tabel 2 no.8).

g. Cawan duplo, dua cawan dari satu pengenceran dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni, hanya 1 cawan dari pengenceran yang lain dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni. Bila ke dua cawan dari satu pengenceran menghasilakan 25 koloni sampai dengan 250 koloni, hitung ke empat cawan termasuk cawan yang kurang dari 25 atau yang lebih dari 250 koloni dalam penghitungan TPC (lihat tabel 2 no.9).

Penghitungan Hasil

a) Bulatkan angka menjadi 2 angka yang sesuai, bila angka ke tiga 6 atau diatasnya maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka kedua naik 1, misalnya 456 menjadi 460.

b) Bila angka ke 3 empat atau dibawahya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka kedua adalah angka genap, misalnya 445 menjadi 440

c) Bila angka ketiganya 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0 (nol) dan angka kedua naik 1 angka, misalnya 445 menjadi 460. I. Total Plate Count

1. HOMOGENISASI

Sampel

225 ml BPW

1:10 25 gram

(10-1)

1 ml

1 ml

1 ml 1 ml

1 ml

2.

1 ml pengenceran

selanjutnya

Kedalam 9 ml BPW

BPW

1:100 1:1000 1:10,000 1:100,0001:1,000,000

(10-2) (10-3) (10-4) (10-5) (10-6)

3. PIPET

1 ml ke dalam

Plat steril4. TUANG

15-20 ml PCA

5. INKUBASI

Pada suhu 350C selama 24-48 jam

6. HITUNG

Cawan petri yang mengandung 25-250 koloni dan kalikan dengan factor pengencerannya: Nyatakan Aerobic Plate Count sebaga jumlah mikroba per gram contoh (CFU/ gram).

Tabel 2 Aturan Perhitungan TPCNo 10-210-310-4TPC per ml atau gramKeterangan

1= = =

= = =175

20816

17190.000Bila hanya satu pengenceran yang berada dalam batas yang sesuai hitung jumlah rerata dari pengenceran tersebut

2= = =

= = =224

22525

30250.000Bila ada 2 pengenceran yang berada dalam batas yang sesuai,hitung jumlah masinhg-masing dari pengenceran sebelum merata- ratakan jumlah yang sebenarnya.

318

142

00

01.600*Jumlah koloni kurang dari 25 koloni pada pegenceran terendah, hitung jumlahnya dan kalikan dengan factor pengencerannya dan beri tanda * (diluar jumlah koloni 25 sampai dengan 250)

4= = =

= = == = =

= = =523

4875.100.000*Jumlah koloni lebih dari 250 koloni, hitung koloni yang dapat dihitung atau yang mewakili beri tanda * (diluar jumlah koloni 25 sampai dengan 250)

5= = =

= = =245

23035

Spreader290.000Bila ada dua pengenceran diantara jumlah koloni 25 sampai dengan 250, tetapi ada spreader, hitung jumlahnya dan kalikan dengan factor pengenceran , namun untuk spreader tidak dihitung.

60

00

00

0100*Bila cawan tanpa koloni, jumlah TPC adalah kurang dari 1 kali pengenceran terendah yang digunakan, dan beri tanda *

7= = =

= = =245

27823

20260.000Jika salah satu jumlah koloni 25 sampai dengan 250, dan yang lain lebih dari 250 koloni, hitung kedua cawan petri termasuk yang lebih dari 250 koloni, dan rerata jumlahnya.

8= = =

= = =225

25521

40270.000Bila salah satu cawan dengan jumlah koloni 25 sampai dengan 250 koloni dari tiap pengenceran, hitung jumlah dari tiap pengenceran termasuk yang kurang dari 25 koloni, lalu rerata jumlah yang sebenarnya.

9= = =

= = =220

24018

48230.000Bila hanya satu cawan yang menyimpang dari setiap pengenceran, hitung jumlah dari tiap pengenceran termasuk yang kurang dari 25 koloni atau lebih dari 250 koloni, kemudian rerata jumlah sebenarnya.

Tabel 3. Uji Bakteri Terhadap Sampel di Laboratorium Bakteriologi Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar ( kelompok A tanggal 10-11 April 2014 ).

NNo NKode SampelJenisSampelPengenceranJumlah koloniJumlah BakteriStandarKet

15965Sosis Sosis Sapi10-22tt2x1021 x 106Aman

10-3135135x1031 x 106Aman

10-4128128x1041 x 106Aman

29966Daging Ayam Beku10-277x1021 x 106Aman

10-344x1031 x 106Aman

10-433x1041 x 106Aman

35967Daging Ayam Beku10-2Ttt8x1021 x 106Aman

10-3445345x1031 x 106Aman

10-42241x1041 x 106Aman

45968Daging sapi beku10-241514151x1021 x 106Aman

10-3332532x1031 x 106Aman

10-4554 5x1041 x 106Aman

55969Keju10-2112748x1021 x 106Aman

10-37785x1031 x 106Aman

10-44424x1041 x 106Aman

Tabel 4. Uji Bakteri Terhadap Sampel di Laboratorium Bakteriologi Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar ( Kelompok B tanggal 8-9 April 2014 ).

No No. SampelJenis SampelPengenceranJumlah koloniJumlah BakteriStandarKet.

1549Daging Sapi10-28888x1021 x 106Aman

10-32020x1031 x 106Aman

10-422x1041 x 106Aman

2550Daging Kambing10-22727x1021 x 106Aman

10-322x1031 x 106Aman

10-4--1 x 106-

3551Butter10-21010x1021 x 106Aman

10-3--1 x 106-

10-4--1 x 106-

4552Butter10-233x1021 x 106Aman

10-3--1 x 106-

10-4--1 x 106-

5553Daging Olahan10-21010x1021 x 106Aman

10-3--1 x 106-

10-4--1 x 106-

6554Daging Olahan10-22929x1021 x 106Aman

10-32424x1031 x 106Aman

10-42020x1041 x 106Aman

7555Daging Ayam10-266x1021 x 106Aman

10-3--1 x 106-

10-4--1 x 106-

8556Daging Ayam10-22424x1021 x 106Aman

10-31313x1031 x 106Aman

10-42121x1041 x 106Aman

9WBN Daging Sapi10-24747x1021 x 106Aman

10-35656x1031 x 106Aman

10-44141x1041 x 106Aman

10WBN Keju10-23737x1021 x 105Aman

10-3303x1041 x 105Aman

10-41610x1041 x 105Aman

Kelompok A :

Berdasarkan hasil penghitungan jumlah bakteri semua sampel daging dan bahan olahan daging selama dua hari tidak ditemukan sampel memiliki kontaminan di atas standar cemaran (SNI) yang bermakna BAH dan HBAH layak serta aman untuk dikonsumsi. Bakteri yang mengkontaminasi dengan jumlah di atas standar SNI pada daging biasanya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penanganan produk dari awal produksi yang kurang bagus, penyimpanan komoditi yang tidak memenuhi standar, dan peluang kontaminasi juga dapat terjadi saat pengambilan sampel yang akan dibawa ke laboratorium. Produsen atau pemilik komoditi bertanggung jawab atas mutu atau kualitas dari komoditi yang akan diedarkan ke masyarakat.

Proses produksi maupun penanganan terhadap komoditi harus dilakukan sesuai standar yang ada. Jika tidak, maka akan terdapat banyak peluang terjadinya kontaminasi bakteri pada produk/komoditi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Kontaminasi juga kemungkinan terjadi saat pengambilan sampel, proses pengambilan yang tidak aseptis, mulai dari peralatan hingga kantong penampung sampel juga berpeluang menyebabkan adanya kontaminasi bakteri Sampel yang diambil langsung dari produk memiliki peluang terkontaminasi sangat besar jika penanganan saat akan di kirim ke laboratorium karantina tidak aseptis. Dalam penanaman bakteri di laboratorium juga memiliki peluang menyebabkan adanya kontaminasi apabila alat-alat yang digunakan kurang steril dan operator yang kurang higienis Pada saat penghitungan banyak ditemukan kontaminan berupa jamur pada permukaan agar. Ini merupakan kontaminan yang berasal dari lingkungan baik dari udara di laboratorium maupun operator yang melakukan uji. Untuk mempermudah penghitungan kami membersihkan kontaminan dengan mengusapnya menggunakan kapas steril yang dibasahi dengan aquades. Semakin besar pengenceran maka jumlah bakteri yang tumbuh dalam media agar akan lebih rendah, tetapi pada beberapa media agar ditemukan jumlah bakteri yang fluktuatif pada setiap pengenceran. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan penghitungan maupun kurang teliti saat pengambilan inokulum yang akan dituang.

Kelompok A :

Pada tanggal 8-9 April 2014 kami diberikan pengarahan dan diskusi mengenai tugas pokok dan fungsi karantina serta teknis di lapangan Balai Karantina Pertanian Kelas I Wilayah Kerja Pelabuhan Ferry Gilimanuk, dengan bapak drh. I Nyoman Budiarta yang menerima kami di Balai Karantina Pertanian Kelas I Wilker Pelabuhan Ferry Gilimanuk. Kemudian kami diberi pengarahan oleh drh. Gede Manik, meliputi fungsi karantina, fasilitas penunjang seperti kandang karantina, tugas dan daerah tugas karantina. Pada malam hari pukul 20.00 WITA , kami melakukan kegiatan pengawasan lalu lintas keluar masuknya komuditas hewan (sapi potong, DOC), Bahan Asal Hewan (BAH), Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH), serta benda lainya. Dalam pelaksanaanya di lapangan, kami dibagi menjadi dua kelompok untuk menempati dua pos pengawasan yang telah ada.

Keseokan harinya kami melakukan evaluasi bersama PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) mengenai hasil pengawasan yang telah kami lakukan di Pelabuhan penyeberangan Gilimanuk dan dilanjutkan dengan melakukan revisi laporan yang telah kami kerjakan. Dengan melakukan kegiatan PPDH di Karantina Pertanian Wilker Pelabuhan Ferry Gilimanuk, kami dapat meningkatkan pengetahuan pelaksanaan tindakan karantina hewan dan kegiatan pengawasan lalu lintas media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK).Kelompok B (lab):Kelompok B (lapangan):BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Keberadaan karantina hewan sangat diperlukan untuk menjaga dan mencegah penyebaran penyakit dari hewan, bahan asal hewan (BAH), hasil bahan asal hewan (HBAH) serta benda lain yang mempunyai potensi penyebaran penyakit dari hewan, dan juga memberikan jaminan kualitas terhadap produk ekspor dan impor asal hewan.

Wilayah kerja dari Balai Karantina Hewan Klas I Denpasar meliputi 5 wilayah kerja yaitu: Bandar Udara Ngurah Rai, Pelabuhan Laut Benoa, Pelabuhan Ferry Gilimanuk, Pelabuhan Laut Celukan Bawang, dan Pelabuhan Penyebrangan Padang Bai.

Tindakan operasional yang dilakukan oleh petugas karantina hewan dikenal dengan 8P yaitu: Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penolakan, Penahanan, Pemusnahan dan Pembebasan.5.2 Saran

Adapun saran yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah :

Perlu ditingkatkan tindakan pengawasan dan pemeriksaan di berbagai Wilayah Kerja yang padat lalu lintas untuk menghindari adanya penyelundupan hewan, bahan asal hewan (BAH), hasil bahan asal hewan (HBAH). Memperhatian pelabuhan-pelabuhan kecil yang bukan wilayah kerja. Sarana dan prasarana di laboratorium di perbanyak untuk memperlancar pemeriksaan sample. Dalam pembagian kelompok kerja hendaknya mempertimbangkan rasio antara mahasiswa dan mahasiswi untuk meningkatkan keamanan, mengingat jarak wilker Gilimanuk yang cukup jauh.DAFTAR PUSTAKA

Balai Karantina Hewan Kelas I. 2006. Peraturan Perundang Undangan Karantina Hewan.Oktiviani, Eva. 2011. Skripsi.Strategi Customer Relations Dalam Menangani Keluhan Pelanggan Di Balai Karntina Pertanian Semarang. Program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial Dan Ilmu politik; universitas Pembangunan Noasional Veteran; JogjaLAMPIRANKegiatan kelompok 3I di Lab karantina :

Gambar 1.1 persiapan media meliputi sterilisasi media menggunakan panas.Gambar 1.2 dengan suhu menurun setiap waktunya dimulai dari 90 C, hingga 60C

Gambar 1.3 pemotongan sampel.Gambar 1.4 Penimbangan sampel.

Gambar. 1.5 pencampuran pepton water dengan sampel Gambar. 1.6 penumbukan sampel menggunakan mesin Stomacher.

Gambar 1.7 penuangan sampel yang telah diencerkan pada cawan petri.Gambar 1.8 penuangan PCA pada cawan petri yang telah diisi sampel yg diencerkan sebelumnya.

Kegiatan 3i di Wilker Gilimanuk :

Gambar 1.9. drh Gede manik memberikan pengarahan mengenai tugas, fungsi dari fasilitas karantina.Gambar 1.10. Lokasi penurunan sapi (gang way) untuk tindakan spraying dan pengecekan kesehatan.

Gambar 1.11. Fasilitas kandang karantina kuda yang dimiliki karantina wilker Gilimanuk.Gambar 1.12. Fasilitas kandang karantina sapi ang dimiliki karantina wilker Gilimanuk

Gambar. 1.13. suasana pintu keluar pelabuhan Gilimanuk.Gambar. 1.14. ikut membantu pemeriksaan pada pintu keluar pelabuhan Gilimanuk.

1